PENGARUH METODE REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR QUR’ANHADITS DI MAN KANDANGAN KEDIRI
SKRIPSI
Oleh: Umi Masruroh 03110036
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG OKTOBER, 2007
2
PENGARUH METODE REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR QUR’ANHADITS DI MAN KANDANGAN KEDIRI
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Umi Masruroh 03110036
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG OKTOBER, 2007
2
3
HALAMAN PERSETUJUAN PENGARUH METODE REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR QUR’AN-HADITS DI MAN KANDANGAN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh: Umi Masruroh 03110036 Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diujikan Pada Tanggal 03 Oktober 2007 Oleh Dosen Pembimbing
Drs. H. Su’aib H. Muhammad, M.Ag NIP. 150227505 Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M. PdI NIP. 150267235
3
4
PENGARUH METODE REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR QUR’AN-HADITS DI MAN KANDANGAN KEDIRI SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh Umi Masruroh (03110036) Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 3 Oktober 2007 dengan nilai A dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada tanggal: 03 Oktober 2007 Dewan Penguji Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
Drs.H.Su’aib H.Muhammad,M.Ag NIP.150227505
Hj. Rahmawati B. M.A NIP.150318021
Penguji Utama,
Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP.150287892
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150042031
4
5
Drs. H. Su’aib H. Muhammad, M. Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Umi Masruroh Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar
Malang, 25 September 2007
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Umi Masruroh NIM : 03110036 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Pengaruh Metode Reward And Punishment Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits Di MAN Kandangan Kediri Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Drs.H.Su’aib H.Muhammad,M.Ag NIP. 150227505
5
6
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan diterbitkan dalam daftar pustaka.
Malang, September 2007
Umi Masruroh
6
7
!" #
$
&
!
((
% !
# ! !
!
"
& )
' *#
*
* %
+
+ ,
!
-
* ! ./ * #
0
! ! %& &
7
&
8
MOTTO
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula (Q.S. Zal-Zalah: 7-8)1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkam (Jakarta: Pena Qur’an, 2002), hlm. 600
8
9
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim Alhamdulillah segala puji syukur segalanya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat, hidayah serta inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir perkuliahan. Shalawat serta salam senantiasa kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membimbing kita ke jalan yang benar, yaitu jalan yang di ridhoi Allah SWT. Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak akan terlepas dari bimbingan dan dukungan dan bantuan dari semua pihak sehingga terselesaikan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengucapkan ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak dan Ibunda tercinta yang dengan sabar telah membimbing, mendoakan, mengarahkan, memberi kepercayaan, dan bantuan moril serta materiil 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Malang 3. Bapak Prof. Dr. H. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah 4. Bapak Padil M. Pdi selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 5. Bapak Drs. H. Su’aib H. Muhammad M. Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingannya hingga skripsi ini selesai 6. Bapak Drs. Djamil Aly selaku Kepala Sekolah MAN Kandangan Kediri yang telah memberi izin dan kerja samanya
9
10
7. Segenap Guru, karyawan serta siswa-siswi MAN Kandangan Kediri yang telah memberikan bantuannya dalam memberikan data-data penelitian 8. Semua teman-temanku yaitu Tutik Astiani, Nurussobah, Azizah, Ana Faizati, semua teman-temanku yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuannya 9. Semua teman-teman ku di kost wartel A dan Istiqomah apartement 10. Semua pihak yang ikut mensukseskan skripsi ini (maaf tidak mungkin disebutkan satu persatu) Penulis manyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat pada semua pihak. Tujuan saya dengan karya ini setidaknya memberikan kontribusi bagi para pembaca karya ini, yang peduli dengan dunia pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan. Akhirnya hanya Allah SWT berserah diri dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan semua pihak pada umumnya, semoga kita semua mendapat Hidayah-Nya. AMIN.
Penulis
10
11
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN. ...................................................................... iv HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .............................................. v HALAMAN SURAT PERNYATAAN ......................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii HALAMAN MOTTO .................................................................................... viii KATA PENGANTAR.................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv ABSTRAK ...................................................................................................... xvi BAB I :PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1 B. Rumusan Masalah. ........................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8 E. Hipotesis ........................................................................................ 9 E. Ruang Lingkup ............................................................................. 9 F. Sistematika Pembahasan ............................................................... 10 BAB II :KAJIAN PUSTAKA A. Pembahasan Tentang Reward ...................................................... 13 1. Pengertian Reward ................................................................... 13 2. Macam-macam Reward ............................................................ 16 3. Tujuan Reward . ........................................................................ 21 B. Pemabahasan Tentang Punishment .............................................. 23 1. Pengertian Punishment ............................................................. 23 2. Macam-macam Punishment ..................................................... 30
11
12
3. Tujuan Punishment .................................................................. 40 C. Pembahasan Tentang Motivasi Belajar ...................................... 43 1. Pengertian Motivasi Belajar ....................................................... 43 2. Macam-macam Motivasi ............................................................ 46 3. Fungsi Motivasi .......................................................................... 54 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ............................. 55 D. Pembahasan Tentang Qur’an-Hadits............................................. 57 1. Pengertian Qur’an ....................................................................... 57 2. Pengertian Hadits ........................................................................ 60 3. Fungsi Qur’an-Hadits.................................................................. 61 4. Tujuan Qur’an-Hadits ................................................................. 62 E. Pengaruh Metode Reward and Punishment terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits ................................................... 62 BAB III :METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian.......................................................................... 65 B. Jenis Penelitian ............................................................................ 65 C. Data dan Sumber Data ................................................................. 65 D. Populasi dan Sampel . .................................................................. 67 E. Instrumen Penelitian ................................................................... 70 F. Pengumpulan Data ...................................................................... 71 G. Analisis Data ................................................................................ 75 1. Validitas dan Realibilitas Instrument ....................................... 75 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.......................................... 77 BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Obyek Penelitian ................................................ 79 B. Deskripsi Data ............................................................................. 91 1. Data Responden ....................................................................... 92 2. Data Deskripsi Hasil Penelitian ............................................... 93 BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Metode Reward dan Punishment terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri ..... 98
12
13
B. Pengaruh Metode reward terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri ..................... 99 C. Pengaruh Metode Punishment terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri ..................... 101 BAB VI :KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................ 103 B. Saran-saran .................................................................................. 104 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
13
14
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Skor Skala Likert Reward dan Punishment Terhadap
Halaman
Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits .................................... 73 Tabel 3.2 Blue Print Skala Metode Reward dan Punishment Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits .................... 74 Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Skala Metode Reward dan Punishment Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits .................... 77 Tabel 4.1 Keadaan Guru MAN Kandangan Kediri .......................................... 82 Tabel 4.2 Data Siswa MAN Kandangan Kediri................................................ 83 Tabel 4.3 Data Keadaan Siswa Sejak Berdiri Sampai Sekarang ...................... 83 Tabel 4.4 Luas MAN Kandangan Kediri .......................................................... 84 Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Reward dan Punishment......................................................................................... 93 Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Reward ...................... 95 Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Punishment................ 96
14
15
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Penelitian Lampiran 2. Struktur Organisasi MAN Kandangan Kediri Lampiran 3. Denah Lokasi Ruang MAN Kandangan Lampiran 4. Daftar Sarana Prasarana Kelas MAN Kandangan Kediri Lampiran 5. Surat Keputusan Kepala MAN Kandangan Tentang Pembagian Tugas Mengajar Lampiran 6. Kuesioner yang Belum Valid Lampiran 7. Kuesioner yang Sudah Valid Lampiran 8. Hasil Uji Reliabel Reward Lampiran 9. Hasil Uji Reliabel Punishment Lampiran 10. Hasil Uji Reliabel Motivasi Lampiran 11. Hasil Uji Regresi Reward dan Punisment Lampiran 12. Hasil Uji Regresi Reward Lampiran 13. Hasil Uji Regresi Punishment Lampiran 14. Tabel Frekuensi
15
16
ABSTRAK Masruroh, Umi. Pengaruh Metode Reward and Punishment Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Drs. H. Su’aib. H. Muhammad, M.Ag. Metode pembelajaran merupakan suatu teknik untuk mencapai tujuan. Dengan adanya metode pembelajaran diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan, namun dalam kenyataannya masih ada siswa yang tidak fokus pada pelajaran, untuk itu diperlukan metode yang sesuai dan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Adapun salah satu metode yang digunakan oleh guru MAN Kandangan Kediri adalah metode reward dan punishment, dengan menerapkan metode reward dan punishment diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dengan metode reward akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dengan diberikan punishment ini diharapkan dapat menertibkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar mengajar. Kedua metode ini dapat menimbulkan motivasi sehingga siswa akan antusias dalam belajar Qur’an-Hadits. Dalam kegiatan belajar mengajar memang sangat penting diterapkan metode reward dan punishment sebagai salah satu metode pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi pengaruh metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’anHadits di MAN Kandangan Kediri, untuk mengetahui seberapa pengaruh metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri. Penelitian ini menggunakan Korelasi Product Moment serta dengan menggunakan metode dokumentasi, kuesioner, dan observasi. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik dengan taraf signifikan 0,05 dan apakah ada pengaruh yang signifikan metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits, dan untuk memperkuat analisis ini digunakan analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisis hasil pengamatan mengenai pengaruh metode reward dan punishment, Hasil penelitian dari analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai pengaruh metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri mempunyai pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan motivasi belajar Qur’an-Hadits yaitu sebesar 42%. Kata kunci: Metode Reward dan Punishment, Motivasi belajar, Qur’an-Hadits
16
17
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Gajayana NO. 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572533
BUKTI KONSULTASI Nama NIM Jurusan Pembimbing Judul No
: Umi Masruroh : 03110036 : Pendidikan Agama Islam : Drs. H. Su’aib H. Muhammad, M. Ag : Pengaruh Metode Reward and Punishment Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits Di MAN Kandangan Kediri
Tanggal
Hal Yang Dikonsultasikan
Tanda Tangan
1
15-03-2007
Konsultasi Judul
2
19-04-2007
Konsultasi Judul
3
30-05-2007
Konsultasi Bab I
4
30-06-2007
Konsultasi Bab II
5
21-07-2007
Konsultasi Bab III + Angket
6
25-08-2007
Konsultasi Bab IV, V
7
13-09-2007
Konsultasi Bab V, VI
8
20-09-2007
Konsultasi Keseluruhan
9
25-09-2007
ACC Bab I, II, II, IV, V, dan VI
Malang, 25 September 2007 Mengetahui, Dekan Fakultas Tarbiyah
Prof. Dr.HM. Djunaidi Ghony NIP. 150042031
17
18
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keyakinan bahwa pendidikan merupakan faktor yang penting untuk kehidupan manusia memang ada sejak dulu sampai sekarang ini dapat dilihat dari sebuah ayat Al-Qur’an yang menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, ayat ini bisa menjadi motivasi untuk terus mencari ilmu, adapun ayat itu adalah surat Al-Mujadalah: 112
…
…
“ Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...(AlMujadalah: 11) Dari ayat di atas kita dapat mengambil sebuah hikmah betapa pentingnya pendidikan bagi manusia hingga Allah SWT akan meninggikan derajat bagi orang-orang yang berilmu. Pendidikan dan manusia memang tidak dapat dipisahkan dalam menjalani kehidupan, baik keluarga, masyarakat maupun bangsa dan negara, ini sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
pembelajaran
2
agar
peserta
didik
secara
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkam (Jakarta: Pena Qur’an, 2002), hlm. 544
18
aktif
19
mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.3 Pendapat di atas mengingatkan kita pada pentingnya pendidikan, pendidikan mempunyai peran untuk meningkatkan sumber daya manusia, maka masyarakat dengan segala kesadarannya untuk menyekolahkan putra dan putrinya. Hal ini dapat dilihat pada setiap ajaran baru, dalam setiap tahunnya jumlah siswa semakin meningkat dan ini tidak menutup kemungkinan timbul berbagai masalah yang dihadapi oleh para guru, dimana jika kita melihat pendidikan sekarang ini yang berhubungan dengan tingkah laku siswa, terjadi banyak penyimpangan dan tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan. Ini terbukti dengan banyaknya moral dan akhlak siswa yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Misalnya: perkelahian antar siswa, terlambat, melalaikan tugas, membolos, berisik di kelas, saling kirim surat disaat pelajaran, membantah perintah dan sebagainya. Penyimpangan lain dari siswa dalam kegiatan belajar mengajar yaitu sering tidak fokus dan tidak memperhatikan pada pelajaran yang disampaikan oleh guru yang di depan, dengan keadaan yang demikian seorang guru harus bisa menguasai kelas dan mengkondisikan siswa yang perhatiannya mulai terpecah, sebagai seorang guru haruslah mampu memberikan motivasi bagi siswa, bagaimana caranya bahwa belajar itu tidak membosankan melainkan menyenangkan, ini merupakan tantangan bagi guru, seorang guru harus tahu 3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 3
19
20
cara yang tepat untuk membuat suasana belajar yang menarik terutama pada mata pelajaran Qur’an-Hadits, sering kali siswa malas belajar Qur’an-Hadits itu dikarenakan merasa jenuh, suasana belajar yang tidak nyaman dan membosankan, karena dalam kegiatan belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah dan hafalan saja, apalagi dalam proses belajar mengajar di MAN Kandangan Kediri menerapkan sistem full day school, sehingga seharian siswa akan berada di sekolah untuk belajar. Sebagai seorang guru dalam menghadapi fenomena semacam ini haruslah bijak dalam mengambil tindakan, karena sekecil apapun tindakan guru nantinya akan menimbulkan dampak positif maupun negatif pada siswa. Harus dipikirkan bagaimana membentuk kepribadian siswa menjadi baik sesuai dengan tujuan pendidikan dan terbentuknya kepribadian siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut serta mampu memberi motivasi belajar bagi siswa agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil, maka diadakan upaya pencegahan dalam berbagai macam seperti peraturan-peraturan tata tertib, peraturan itu harus ditaati dan dilaksanakan oleh siswa demi meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa, namun ada cara lain yang bisa diterapkan yaitu dengan memberi motivasi belajar Qur’anHadits dengan memberikan reward (ganjaran) dan punishment (hukuman), reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) adalah sebagai salah satu alat pendidikan untuk mempergiat usaha siswa untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapai.
20
21
Reward (ganjaran) adalah hadiah, pembalas jasa, alat pendidikan yang diberikan kepada siswa yang telah mencapi prestasi baik.4 Sedangkan pendapat yang lain tentang reward (ganjaran) adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. 5 Reward (ganjaran) merupakan hal yang menggembirakan bagi anak, dan dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi belajarnya murid.6 Reward (ganjaran) yaitu segala yang diberikan guru berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa atas dasar hasil baik yang telah dicapai dalam proses pendidikan dengan tujuan memberikan motivasi kepada siswa, agar dapat melakukan perbuatan terpuji dan berusaha untuk meningkatkannya. Dalam agama Islam metode reward (ganjaran) terbukti dengan adanya “pahala”, Allah SWT akan melipat gandakan pahala bagi siapa saja yang berbuat kebaikan termasuk dalam hal memberi reward (ganjaran), ini dikarenakan kita telah berbuat baik pada orang lain (siswa) yaitu dengan memberi hadiah yang dapat menyenangkan hati siswa. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa reward (ganjaran) merupakan alat pendidikan represif yang menyenangkan, reward (ganjaran) juga dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik lagi.
4
M. Sastra Pradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, 1978), hlm. 169 5 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.182 6 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hlm. 147
21
22
Reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) adalah alat pendidikan yang represif. Namun kedua-duanya mempunyai prinsip yang bertentangan. Mengenai pengertian tantang punishment (hukuman) adalah sebagai berikut “punishment (hukuman) adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak didik secara sadar dan sengaja, sehingga menimbulkan nestapa. Dalam mana bahwa dengan adanya nestapa itu, anak didik akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya”7 Punishment (hukuman) adalah usaha edukatif untuk memperbaiki dan mengarahkan siswa ke arah yang benar, bukan praktik hukuman dan siksaan yang memasung kreativitas.8 Dari pengertian di atas, punishment (hukuman) yang diberikan bukan untuk balas dendam kapada siswa melainkan untuk memperbaiki tingkah laku siswa yang kurang baik ke arah yang lebih baik dan dapat memberikan motivasi belajar siswa. Setelah memperhatikan pengertian di atas punishment (hukuman) merupakan imbalan dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik atau mengganggu jalannya proses pendidikan. Dapat dikatakan juga bahwa punishment (hukuman) adalah penilaian terhadap belajarnya murid yang bersifat negatif, sedang reward (ganjaran) adalah penilaian yang bersifat positif. Dengan demikian, reward (ganjaran) dan punisment (hukuman), di samping berfungsi sebagai alat-alat pendidikan, maka sekaligus berfungsi 7 Mahfudh Shalahuddin, dkk. Metodologi Pendidikan Agama (Surabaya: Bina Ilmu,1987), hlm. 85-86 8 Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hlm. 202
22
23
sebagai motivasi bagi belajar murid. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.9 Sedang menurut Tadjab motivasi belajar adalah "keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan tertentu”10 Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswasiswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.11 Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan dapat melahirkan prestasi yang baik.12 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) disamping sebagai alat pendidikan juga sebagai motivasi bagi siswa dalam mencapai prestasi belajar siswa setinggi-tingginya. Untuk itu diperlukan adanya pemberian reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) di sekolah-sekolah. MAN Kandangan Kediri adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang bersifat responsif untuk menerima pembaharuan, MAN Kandangan Kediri letaknya memang strategis sehingga memudahkan peneliti untuk
9
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hlm. 70 Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hlm. 102 11 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 23 12 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 85 10
23
24
mengambil data, selain dari itu MAN Kandangan Kediri dalam proses belajar mengajar menerapkan sistem full day school, sehingga siswa seharian berada di sekolah untuk belajar, maka secara tidak langsung siswa akan merasa jenuh dan bosan dalam kegiatan belajar yang menggunakan metode ceramah saja, sedangkan
pada
matapelajaran
Qur’an-Hadits
guru
Qur’an-Hadits
menggunakan metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa tidak akan merasa bosan dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan sistem full day school, dengan menggunakan sistem full day school ini siswa akan merasa jenuh dalam kegiatan belajar mengajar karena sejak pagi sampai sore siswa berada di sekolah untuk belajar apalagi dalam kegiatan belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah saja, dengan mengunakan metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) sehingga kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan, terkendali, dan bervariasi, mengingat sangat pentingnya pemberian metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) di sekolah, maka untuk itu penulis bermaksud melakukan penelitian sejauhmana pengaruh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk membahas masalah tersebut dalam judul: “PENGARUH METODE REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR QUR’AN-HADITS DI MAN KANDANGAN KEDIRI
24
25
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah pengaruh metode reward and punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri? 2. Seberapa besar pengaruh metode reward terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri? 3. Seberapa besar pengaruh metode punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan 1. Mengetahui pengaruh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri 2. Mengetahui tingkat pengaruh metode reward (ganjaran) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri 3. Mengetahui tingkat pengaruh metode punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan kontribusi kepada semua pihak antara lain: 1) Lembaga
25
26
a) Memberikan sebuah terobosan baru dalam belajar b) Memberikan semangat belajar bagi siswa c) Sebagai sebuah perbandingan dengan penggunaan metode baru d) Sebuah terobosan baru dalam pengelolaan kelas 2) Pengembangan Ilmu Pengetahuan a) Sebagai tambahan wawasan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar banyak metode yang diterapkan dan mampu menciptakan semangat belajar yang baru b) Sebagai tambahan wawasan dalam mengelola sekolah bahwa sekolah juga harus mengikuti perkembangan ilmu dan selalu terjadi perubahan 3) Penulis a) Memberikan pengalaman yang baru tentang metode pembelajaran b) Memberikan wawasan dalam mengelola kelas c) Sabagai tambahan dalam wawasan berpikir
D. Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hipotesis alternatif “Terdapat pengaruh metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri”
E. Ruang Lingkup Untuk membatasi dari pembahasan pada penelitian ini maka ruang lingkup dari penelitian ini adalah berkisar pada pengaruh metode reward dan
26
27
punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri seperti yang dirumuskan dalam rumusan masalah yaitu: 1) Adakah pengaruh metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri 2) Seberapa besar pengaruh metode reward terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri 3) Seberapa besar pengaruh metode punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri
F. Sistematika Pembahasan Untuk memberikan gambaran mengenai isi laporan penelitian ini maka sistematika pembahasannya disusun sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan, dimaksudkan untuk memberikan gambaran terhadap skripsi ini agar pembaca mengerti apa yang dimaksud dalam pembahasan selanjutnya. Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang berfungsi untuk memberi gambaran tentang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah yang menjadi pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian ini, tujuan dan kegunaan penelitian dimaksudkan agar hasil yang diharapkan sesuai dengan penulisan skripsi ini sehingga penulisan dapat mengarah pada sasaran yang dikehendaki, ruang lingkup dan batasan penelitian ini adalah untuk mempermudah peneliti dalam penelitian sehingga penelitian ini fokus pada apa yang akan diteliti, dan yang terakhir adalah sistematika pembahasan yaitu menggambarkan secara garis besar susunan
27
28
penulisan dari skripsi ini untuk memberi kemudahan bagi pembaca yang ingin mengambil manfaat dari skripsi ini. Bab II. Akan menguraikan kajian pustaka yang menjadi landasan dalam penulisan dan penelitian skripsi yang berisi pembahasan tentang reward (ganjaran); pengertian reward (ganjaran), macam-macam reward (ganjaran), tujuan reward (ganjaran), pembahasan tentang punishment (hukuman); pengertian punishment (hukuman), macam-macam punishment (hukuman), tujuan punishment (hukuman), dan pembahasan tentang motivasi; pengertian motivasi belajar, macam-macam motivasi belajar, fungsi motivasi, faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, serta pembahasan tentang pengertian Qur’anHadits, fungsi Qur’an-Hadits, dan tujuan Qur’an-Hadits, pengaruh metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits, dengan pokok bahasan ini agar bisa memberikan dukungan yang mantap sehingga mencerminkan konsep ideal sebagai landasan teori yang kuat. Hal ini dimaksudkan agar dapat menyumbang kerangka pemikiran dalam pembahasan berikutnya. Bab III. Menguraikan metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang lokasi penelitian, jenis penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode dokumentasi, angket, dan observasi, dan yang terakhir analisis data adalah sebagai cara untuk menganalisa data yang telah penulis dapatkan dari obyek penelitian, serta validitas dan reabilitas.
28
29
Bab IV. Membahas hasil penelitian berisi tentang latar belakang obyek penelitian yang meliputi; sejarah berdirinya MAN Kandangan Kediri, serta deskripsi data meliputi data responden, deskripsi data hasil penelitian yang menggambarkan tentang data yang akan diolah dengan menggunakan statistik. Bab V. Pembahasan hasil penelitian berisi tentang pembahasan mengenai adakah pengaruh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits, seberapa besar pengaruh metode reward (ganjaran) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits, seberapa besar pengaruh metode punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits, serta interpretasi data merupakan penafsiran mengenai kesesuaian antara teori dengan kondisi lapangan, apakah antara dasar pemikiran dengan hasil pemikiran ada kesesuaian, sehingga membantu pembaca skripsi mengetahui sejauh mana hasil-hasil tersebut dapat diterapkan di dalam praktek. Bab VI. Penutup berisi tentang kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada bab di atas serta sebagai informasi yang telah teruji kebenaran penelitian yang dilakukan setelah itu adalah saran yang relevan untuk membangun bagi obyek penelitian yang bersumber atau merujuk pada materi yang ada.
29
30
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Tentang Reward 1. Pengertian Reward (Ganjaran) Metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) merupakan suatu bentuk teori penguatan positif yang bersumber dari teori Behavioristik. Menurut teori Behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.13 Ganjaran menurut bahasa, berasal dari bahasa Inggris reward yang berarti penghargaan atau hadiah14 Sedangkan reward (ganjaran) menurut istilah ada beberapa pendapat yang akan dikemukakan sebagai berikut, diantaranya adalah: Menurut M. Ngalim Purwanto “reward (ganjaran) ialah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan”15 Menurut Amir Daien Indrakusuma “reward (ganjaran) adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajarnya siswa”16
13
Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 20 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 485 15 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 182 16 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hlm. 159 14
30
31
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa reward (ganjaran) adalah segala sesuatu yang berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa karena mendapat hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji. Peranan reward (ganjaran) dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai pertimbangan logis, diantaranya reward (ganjaran) biasanya dapat menimbulkan motivasi belajar siswa, dan reward (ganjaran) juga memiliki pengaruh positif dalam kehidupan siswa. Manusia selalu mempunyai cita-cita, harapan dan keinginan. Inilah yang dimanfaatkan oleh metode reward (ganjaran). Maka dengan metode ini, seseorang mengerjakan perbuatan baik atau mencapai suatu prestasi yang tertentu diberikan suatu reward (ganjaran) yang menarik sebagai imbalan. Dengan demikian dengan melakukan sesuatu perbuatan atau mencapai suatu prestasi.17 Reward (ganjaran) merupakan alat pendidikan yang mudah dilaksanakan dan sangat menyenangkan para siswa, untuk itu reward (ganjaran)
dalam
suatu
proses
pendidikan
sangat
dibutuhkan
keberadaannya demi meningkatkan motivasi belajar siswa.
17
Mahfudh Shalahuddin, dkk. Metodologi Pendidikan Agama (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), hlm. 81
31
32
Maksud dari pendidik memberi reward (ganjaran) kepada siswa adalah supaya siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk belajar lebih baik.18 Dalam agama Islam juga mengenal metode reward (ganjaran), ini terbukti dengan adanya pahala. Pahala adalah bentuk penghargaan yang diberikan Allah SWT kepada umat Nya yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh seperti; sholat, puasa, membaca al-Qur’an dan perbuatanperbuatan lain yang bermanfaat bagi masyarakat. Dalam al-Qur’an juga dijelaskan bahwa kita dianjurkan untuk berbuat kebaikan, yaitu dalam Q.S. al-Baqarah ayat 26119
" ! ()* " '
!
&
%
!
!$
#
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 261)
Berdasarkan ayat di atas jelaslah bahwa metode reward (ganjaran) mendidik kita untuk berbudi luhur, maka diharapkan agar manusia selalu
18
M. Ngalim Purwanto, loc. cit. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkam (Jakarta: Pena Qur’an, 2002), hlm. 45 19
32
33
berbuat baik dalam upaya mencapai prestasi-prestasi tertentu dalam hidup dan kehidupan di dunia. Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian reward (ganjaran) dalam konteks pendidikan dapat diberikan bagi siapa saja yang berprestasi, dengan adanya reward (ganjaran) itu siswa akan lebih giat belajar karena dengan adanya reward (ganjaran) itu siswa menjadi termotivasi untuk selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, untuk itulah pentingnya metode reward (ganjaran) di terapkan di sekolah.
2. Macam-macam Reward (Ganjaran) Reward (ganjaran) adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajarnya murid. Reward (ganjaran) yang diberikan kepada siswa bentuknya bermacam-macam, secara garis besar reward (ganjaran) dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a. Pujian Pujian adalah satu bentuk reward (ganjaran) yang paling mudah dilakukan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus, bagus sekali dan sebagainya, tetapi dapat juga berupa kata-kata yang bersifat sugesti. Misalnya: “Nah, lain kali akan lebih baik lagi.” “Kiranya kau sekarang telah lebih rajin belajar” dan sebagainya. Disamping yang berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertandapertanda. Misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan dan sebagainya.
33
34
b. Penghormatan Reward (ganjaran) yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua macam pula. Pertama berbentuk semacam penobatan. Yaitu anak yang mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-temannya. Dapat juga dihadapan teman-temannya sekelas, teman-teman sekolah, atau mungkin juga dihadapan para teman dan orang tua murid. Misalnya saja pada malam perpisahan yang diadakan pada akhir tahun, kemudian ditampilkan murid-murid yang telah berhasil menjadi bintang-bintang kelas. Penobatan dan penampilan bintang-bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah, biasanya dilakukan di muka umum. Misalnya pada rangkaian upacara hari proklamasi kemerdekaan. Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, kepada anak yang berhasil menyelesaikan suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh teman-temannya. c. Hadiah Yang dimaksud dengan hadiah di sini ialah reward (ganjaran) yang berbentuk pemberian yang berupa barang. Reward (ganjaran) yang berupa pemberian barang ini disebut juga reward (ganjaran) materiil, yaitu hadiah yang berupa barang ini dapat terdiri dari alat-alat keperluan sekolah, seperti pensil, penggaris, buku dan lain sebagianya.
34
35
d. Tanda Penghargaan Jika hadiah adalah reward (ganjaran) yang berupa barang, maka tanda penghargaan adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang-barang tersebut, seperti halnya pada hadiah. Melainkan, tanda pengahargaan dinilai dari segi “kesan” atau “nilai kenang”nya. Oleh karena itu reward (ganjaran) atau tanda penghargaan ini disebut juga reward (ganjaran) simbolis. Reward (ganjaran) simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda jasa, sertifikatsertifikat.20 Dari keempat macam reward (ganjaran) tersebut di atas, dalam penerapannya seorang guru dapat memilih bentuk macam-macam reward (ganjaran) yang cocok dengan siswa dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik situasi dan kondisi siswa atau situasi dan kondisi keuangan, bila hal itu menyangkut masalah keuangan. Dalam memberikan reward (ganjaran) seorang guru hendaknya dapat mengetahui siapa yang berhak mendapatkan reward (ganjaran), seorang guru harus selalu ingat akan maksud reward (ganjaran) dari pemberian reward (ganjaran) itu. Seorang siswa yang pada suatu ketika menunjukkan hasil lebih baik dari pada biasanya, mungkin sangat baik diberi reward (ganjaran). Dalam hal ini seorang guru hendaklah bijaksana, jangan sampai reward (ganjaran) menimbulkan iri hati pada
20
Amir Daien Indrakusuma, op .cit., hlm. 159-161
35
36
siswa yang lain yang merasa dirinya lebih pandai, tetapi tidak mendapat reward (ganjaran). Kalau kita perhatikan apa yang telah diuraikan tentang maksud reward (ganjaran), serta macam-macam reward (ganjaran) yang baik diberikan kepada siswa, ternyata bukanlah soal yang mudah. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru sebelum memberikan reward (ganjaran) pada siswa yaitu: a. untuk memberi reward (ganjaran) yang pedagogis perlu sekali guru mengenal betul-betul siswanya dan tahu menghargai dengan tepat. Reward (ganjaran) dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan. b. Reward (ganjaran) yang diberikan kepada seorang siswa janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi siswa lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapat reward (ganjaran). c. Memberi reward (ganjaran) hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus-menerus memberi reward (ganjaran) dan penghargaan akan menjadi hilang arti reward (ganjaran) itu sebagai alat pendidikan. d. Janganlah memberi reward (ganjaran) dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum siswa menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi reward (ganjaran) yang diberikan kepada seluruh kelas. Reward (ganjaran) yang telah dijanjikan lebih dahulu hanyalah akan membuat
36
37
siswa terburu-buru dalam bekerja dan akan membawa kesukarankesukaran bagi beberapa siswa yang kurang pandai. e. Pendidik harus berhati-hati memberikan reward (ganjaran), jangan sampai reward (ganjaran) yang diberikan pada siswa diterima sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya.21 Ada beberapa pendapat para ahli pendidikan terhadap reward (ganjaran) sebagai alat pendidikan berbeda-beda. Sebagian menyetujui dan menganggap penting reward (ganjaran) itu dipakai sebagai alat untuk membentuk kata hati siswa. Sebaliknya ada pula ahli-ahli pendidikan yang tidak suka sama sekali menggunakan reward (ganjaran). Mereka berpendapat bahwa reward (ganjaran) itu dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada siswa. Menurut pendapat mereka, seorang guru hendaklah mendidik siswa supaya mengerjakan dan berbuat yang baik dengan tidak mengharapkan pujian atau reward (ganjaran), tetapi semata-mata karena pekerjaan atau perbuatan itu memang kewajibannya. Sedangkan pendapat yang terakhir adalah terletak diantara keduanya, sebagai seorang pendidik hendaknya menginsafi bahwa yang dididik adalah siswa yang masih lemah kemauannya dan belum mempunyai kata hati seperti orang dewasa. Dari mereka belumlah dapat dituntut supaya mereka mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan dan keinsafannya sendiri. Perasaan kewajiban 21
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 184
37
38
mereka masih belum sempurna, bahkan pada siswa yang masih kecil boleh dikatakan belum ada. Untuk itu, maka pujian dan reward (ganjaran) sangat diperlukan pula dan berguna bagi pembentukan kata hati dan kemauan.22 Setelah mengetahui beberapa pendapat para ahli pendidikan di atas dapatlah disimpulkan, reward (ganjaran) juga sangat penting tapi ada juga dampak negatifnya, untuk itu seorang guru harus memberitahu kepada siswa bahwa berbuat baik bukan karena mengaharap suatu pujian atau reward (ganjaran), maka seorang guru harus selalu ingat akan syarat-syarat reward (ganjaran) seperti yang diuraikan di atas. Reward (ganjaran) adalah alat yang mendidik, maka dari itu reward (ganjaran) tidak boleh berubah sifatnya menjadi upah. Upah adalah sesuatu yang mempunyai nilai sebagai ganti rugi dari suatu pekerjaan atau suatu jasa. Upah adalah sebagai pembayar suatu tenaga, pikiran, atau pekerjaan yang telah dilakukan seseorang. Sedangkan reward (ganjaran) sebagai alat pendidikan tidaklah demikian, untuk itu seorang guru harus selalu ingat maksud dari pemberian reward (ganjaran) itu.23
3. Tujuan Reward (Ganjaran) Mengenai masalah reward (ganjaran), perlu peneliti bahas tentang tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward (ganjaran). Hal ini dimaksudkan, agar dalam berbuat sesuatu bukan karena perbuatan semata22 23
M. Ngalim Purwanto, op. cit. hlm. 184 -185 Ibid. hlm. 182
38
39
mata, namun ada sesuatu yang harus dicapai dengan perbuatannya, karena dengan adanya tujuan akan memberi arah dalam melangkah. Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward (ganjaran) adalah untuk lebih mengembangkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ektrinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri. Dan dengan reward (ganjaran) itu, juga diharapkan dapat membangun suatu hubungan yang positif antara guru dan siswa, karena reward (ganjaran) itu adalah bagian dari pada penjelmaan dari rasa cinta kasih sayang seorang guru kepada siswa. Jadi, maksud dari reward (ganjaran) itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai seorang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai siswa, guru bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada siswa. Seperti halnya telah disinggung di atas, bahwa reward (ganjaran) disamping merupakan alat pendidikan represif yang menyenangkan, reward (ganjaran) juga dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik lagi.
39
40
B. Pembahasan Tentang Punishment 1. Pengertian Punishment (Hukuman) Hukuman menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata Punishment yang berarti Law (hukuman) atau siksaan”.24 Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan tentang punishment (hukuman), diantaranya adalah sebagai berikut: Menurut Malik Fadjar “punishment (hukuman) adalah usaha edukatif untuk memperbaiki dan mengarahkan siswa ke arah yang benar, bukan praktik hukuman dan siksaan yang memasung kreativitas”25 Menurut Roestiyah “punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dari orang yang lebih tinggi kedudukannya untuk pelanggaran dan kejahatan, bermaksud memperbaiki kesalahan anak”26 Menurut M. Ngalim Purwanto “punishment (hukuman) adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan”27 Menurut Amir Daien “punishment (hukuman) adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan disengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya”28
24
John M. Echole dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 456 25 Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hlm. 202 26 Y. Roestiyah, Didaktik Metodik (Jakarta: Rineka Cipta, 1978), hlm. 63 27 M. Ngalim Purwanto. op. cit., hlm. 186 28 Amir Daien Indrakusuma, op. cit., hlm. 147
40
41
Menurut Ahmadi dan Uhbiyati dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan, di mana kita secara sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang baik dari segi kejasmanian maupun dari segi kerohanian orang lain itu mempunyai kelemahan bila dibandingkan dengan diri kita, dan oleh karena itu maka kita mempunyai tanggung jawab untuk membimbingnya dan melindunginya29 Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan, bahwa punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan yang kurang menyenangkan, yang berupa penderitaan yang diberikan kepada siswa secara sadar dan sengaja, sehingga sadar hatinya untuk tidak mengulangi lagi. Punishment (hukuman) diberikan bukan sebagai bentuk siksaan baik fisik maupun rohani, melainkan sebagai usaha mengembalikan siswa ke arah yang baik dan memotivasinya menjadi pribadi yang imajinatif, kreatif dan produktif.30 Punishment
(hukuman)
sebagai
alat
pendidikan,
meskipun
mengakibatkan penderitaan bagi si siswa yang terhukum, namun dapat juga menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk mempergiat aktivitas belajar siswa (meningkatkan motivasi belajar siswa). Ia berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar terhindar dari bahaya hukuman.31 Dengan adanya punishment (hukuman) itu diharapkan supaya
29
Abu Ahmadi dan Abu Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 150 Malik Fadjar, op. cit., hlm. 203 31 Abu Ahmadi dan Uhbiyati, op. cit. hlm. 156 30
41
42
siswa dapat menyadari kesalahan yang diperbuatnya, sehingga siswa jadi berhati-hati dalam mengambil tindakan. Dalam memberikan punishment (hukuman) guru tidak boleh bertindak sewenang-wenang, punishment (hukuman) yang diberikan itu harus bersifat pedagogis dan bukan karena balas dendam. Punishment (hukuman) bisa dikatakan berhasil apabila dapat menimbulkan
perasaan
penyesalan
akan
perbuatan
yang
telah
dilakukannya. Di samping itu punishment (hukuman) juga mempunyai dampak sebagai berikut: a. Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum. Ini adalah akibat dari hukuman sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab. b.Menyebabkan
siswa
menjadi
lebih
pandai
menyembunyikan
pelanggaran. c. Dapat memperbaiki tingkah laku si pelanggar. d. Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah, oleh karena kesalahannya dianggap telah dibayar dengan punishment (hukuman) yang telah dideritanya. e. Akibat yang lain adalah memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan kebaikan.32 Setelah mengetahui tentang akibat dari punishment (hukuman) sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya punishment (hukuman) adalah agar siswa yang melakukan pelanggaran
32
M. Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 189
42
43
dapat memperbaiki perbuatannya dan tingkah lakunya yang tidak baik dan diharapkan untuk tidak mengulangi pelanggaran yang pernah dilakukan. Punishment
(hukuman)
merupakan
alat
pendidikan
yang
tidak
menyenangkan, bersifat negatif, namun demikian dapat juga menjadi motivasi, alat pendorong untuk mempergiat belajarnya siswa. Siswa yang pernah mendapat punishment (hukuman) karena tidak mengerjakan tugas, maka ia akan berusaha untuk tidak memperoleh punishment (hukuman) lagi. Ia berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya agar terhindar dari bahaya punishment (hukuman). Hal ini berarti bahwa ia didorong untuk selalu belajar.33 Metode punishment (hukuman) dalam Islam juga dianjurkan, karena dengan adanya punishment (hukuman) itu, manusia akan berusaha untuk tidak mendapat punishment (hukuman), dalam agama Islam dikenal dengan dosa, berikut ayat yang menjelaskan tentang punishment (hukuman), yaitu QS. Al-Baqarah ayat 17934
*.
(#
-'
$" , &+ ! % '
#
$
Artinya: Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa (QS. AlBaqarah: 179) Dari ayat di atas kita dapat mengetahui bahwa dengan adanya punishment (hukuman), maka terpeliharalah kehidupan manusia. Sebab 33
Amir Daien Indrakusuma, op. cit., hlm. 165 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkam (Jakarta: Pena Qur’an, 2002), hlm. 28 34
43
44
orang akan lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Dalam dunia pendidikan juga menerapkan punishment (hukuman) tidak lain hanyalah untuk memperbaiki tingkah laku siswa untuk menjadi lebih baik. Punishment (hukuman) di sini sebagai alat pendidikan untuk memperbaiki pelanggaran yang dilakukan siswa bukan untuk balas dendam. Supaya punishment (hukuman) bisa menjadi alat pendidikan, maka seorang guru sebelum memberikan punishment (hukuman) pada siswa yang melakukan pelanggaran sebaiknya guru memperhatikan syarat-syarat punishment (hukuman) yang bersifat pedagogis sebagai berikut: a. Tiap-tiap punishment (hukuman) handaknya dapat dipertanggung jawabkan. Ini berarti punishment (hukuman) itu tidak boleh sewenangwenang. b. Punishment (hukuman) itu sedapat-dapatnya bersifat memperbaiki. c. Punishment (hukuman) tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang bersifat perorangan d. Jangan menghukum pada waktu kita sedang marah e. Tiap-tiap punishment (hukuman) harus diberikan dengan sadar dan sudah diperhitungkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu. f. Bagi si terhukum (siswa), punishment (hukuman) itu hendaklah dapat dirasakan sendiri sebagai kedukaan atau penderitaan yang sebenarnya. g. Jangan melakukan punishment (hukuman) badan sebab pada hakikatnya punishment (hukuman) badan itu dilarang oleh Negara.
44
45
h. Punishment (hukuman) tidak boleh merusakkan hubungan baik antara si pendidik dan siswa i. Adanya kesanggupan memberikan maaf dari si pendidik, sesudah menjatuhkan punishment (hukuman) dan setelah siswa itu menginsafi kesalahannya.35 Di samping persyaratan di atas, ada juga pendapat yang mengemukakan
tentang
syarat-syarat
yang
diperhatikan
dalam
memberikan punishment (hukuman), yaitu: a. Pemberian punishment (hukuman) harus tetap dalam jalinan cinta kasih sayang. Kita memberikan punishment (hukuman) kepada siswa, bukan karena kita ingin menyakiti hati siswa, bukan karena ingin melampiaskan rasa dendam, dan sebagainya. Kita menghukum siswa demi kebaikan, demi kepentingan siswa, demi masa depan dari siswa. Oleh karena itu, sehabis punishment (hukuman) dilaksanakan, maka tidak boleh berakibat putusnya hubungan cinta kasih sayang tersebut. b. Pemberian punishment (hukuman) harus didasarkan kepada alasan “keharusan”. Artinya sudah tidak ada alat pendidikan yang lain yang bisa dipergunakan. Seperti halnya di muka telah dijelaskan, bahwa punishment (hukuman) merupakan tindakan terakhir kita laksanakan, setelah dipergunakan alat-alat pendidikan lain tetapi tidak memberikan hasil. Dalam hal ini kiranya patut diperingatkan bahwa kita hendaknya jangan terlalu terbiasa dengan punishment (hukuman). Kita tidak boleh
35
M. Ngalim Purwanto, op. cit. hlm. 191-192
45
46
terlalu murah dengan punishment (hukuman). Punishment (hukuman) kita berikan kalau memang hal itu betul-betul diperlukan, dan harus kita berikan secara bijaksana. c. Pemberian punishment (hukuman) harus menimbulkan kesan pada hati siswa. Dengan adanya kesan itu, siswa akan selalu mengingat pada peristiwa tersebut. Dan kesan itu akan selalu mendorong siswa kepada kesadaran dan keinsyafan. Tetapi sebaliknya, punishment (hukuman) tersebut tidak boleh menimbulkan kesan yang negatif pada siswa. Misalnya saja menyebabkan rasa putus asa pada siswa, rasa rendah diri, dan sebagainya. Juga punishment (hukuman) tidak boleh berakibat siswa memutuskan hubungan ikatan batin dengan gurunya. Artinya sudah tidak mau menerima anjuran-anjuran, saran-saran yang diberikan oleh gurunya. d. Pemberian punishment (hukuman) harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan pada siswa. Inilah yang merupakan hakekat dari tujuan pemberian
punishment
(hukuman).
Dengan
adanya
punishment
(hukuman) siswa harus merasa insyaf dan menyesali perbutannya yang salah itu. Dan dengan keinsyafan ini siswa berjanji di dalam hatinya sendiri untuk tidak mengulangi lagi. e. Pada akhirnya, pemberian punishment (hukuman) harus diikuti dengan pemberian ampun dan disertai dengan harapan serta kepercayaan. Setelah siswa selesai menjalani hukumannya, maka guru sudah tidak lagi menaruh atau mempunyai rasa ini dan itu terhadap siswa tersebut.
46
47
Dengan begitu guru dapat menunaikan tugas kembali dengan perasaan yang lega, yang bebas, dan penuh dengan gairah dan kegembiraan. Di samping itu, kepada siswa harus diberikan kepercayaan kembali serta harapan bahwa siswa itu pun akan sanggup dan mampu berbuat baik seperti teman-temannya yang lain.36
2. Macam-macam Punishment (hukuman) Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang macam-macam punishment (hukuman) yang diberikan, disini ada beberapa pendapat mengenai macam-macam punishment (hukuman) adalah sebagai berikut: a. Punishment (hukuman) preventif, yaitu punishment (hukuman) yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Punishment (hukuman) ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai terjadi
pelanggaran
sehingga
hal
itu
dilakukannya
sebelum
pelanggaran dilakukan.37 Adapun pendapat lain mengenai pengertian punishment (hukuman) prefentif adalah hukuman yang bersifat pencegahan. Tujuan dari hukuman prefentif ini adalah untuk menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat atau menggaggu kelancaran dari proses pendidikan bisa dihindarkan.
36
Amir Daien Indrakusuma, op. cit., hlm. 155-156 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 189 37
47
48
Yang termasuk dalam punishment (hukuman) prefentif adalah sebagai berikut: 1) Tata Tertib Tata tertib ialah sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati dalam suatu situasi atau dalam suatu tata kehidupan, misalnya saja, tata tertib di dalam kelas, tata tertib ujian sekolah, tata tertib kehidupan keluarga, dan sebagainya. 2) Anjuran dan Perintah Anjuran adalah suatu saran atau ajakan untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang berguna. Misalnya, anjuran untuk belajar setiap hari, anjuran untuk selalu menepati waktu, anjuran untuk berhemat, dan sebagainya. 3) Larangan Larangan sebenarnya sama saja dengan perintah. Kalau perintah merupakan suatu keharusan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka larangan merupakan suatu keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan. Misalnya larangan untuk bercakap-cakap di dalam kelas, larangan untuk berkawan dengan anak-anak malas. 4) Paksaan Paksaan ialah suatu perintah dengan kekerasan terhadap siswa untuk melakukan sesuatu. Paksaan dilakukan dengan tujuan, agar jalannya proses pendidikan tidak terganggu dan terhambat.
48
49
5) Disiplin Disiplin
berarti
adanya
kesediaan
untuk
mematuhi
peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan di sini bukan hanya patuh karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan dan larangan tersebut.38 b. Punishment (hukuman) represif, yaitu punishment (hukuman) yang dilakukan oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi, punishment (hukuman) ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan.39 Pendapat lain mengenai punishment (hukuman) represif ialah untuk menyadarkan anak, kembali kepada hal-hal yang benar, yang baik yang tertib. Punishment (hukuman) represif diadakan bila terjadi sesuatu perbuatan yang dianggap bertentangan dengan peraturanperaturan, atau sesuatu perbuatan yang dianggap melanggar peraturan. Adapun yang termasuk dalam punishment (hukuman) represif adalah sebagai berikut: 1) Pemberitahuan, Yang dimaksud pemberitahuan di sini ialah pemberitahuan kepada siswa yang telah melakukan sesuatu yang dapat mengganggu atau menghambat jalannya proses pendidikan. Misalnya siswa yang bercakap-cakap di dalam kelas pada waktu pelajaran. Mungkin sekali 38 39
Amir Daien Indrakusuma, op. cit., hlm. 140-142 M. Ngalim Purwanto, loc., cit.
49
50
siswa itu belum tahu bahwa di dalam kelas bila ada pelajaran dilarang bercakap-cakap dengan siswa yang lain. Oleh karena itu kita harus memberitahu lebih dulu kepada siswa bahwa hal itu tidak diperbolehkan. 2) Teguran Jika pemberitahuan itu diberikan kepada siswa yang mungkin belum mengetahui tentang suatu hal, maka teguran itu berlaku bagi siswa yang telah mengetahui. 3) Peringatan Peringatan diberikan kepada siswa yang telah beberapa kali melakukan pelanggaran, dan telah diberikan teguran atas pelanggarannya. 4) Hukuman Hukuman adalah yang paling akhir diambil apabila teguran dan peringatan belum mampu untuk mencegah siswa melakukan pelanggaran-pelanggaran. 5) Ganjaran Ganjaran
adalah
alat
pendidikan
yang
sangat
menyenangkan. Ganjaran diberikan kepada siswa yang menunjukkan hasil baik pada pendidikannya.40
40
Amir Daien Indrakusuma, op. cit., hlm. 144-146
50
51
Pendapat lain tentang macam-macam punishment (hukuman) adalah pendapat Wiliam Stern membedakan tiga macam punishment (hukuman) yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak-anak yang menerima punishment (hukuman). a. Punishment (hukuman) Asosiatif Umumnya, orang mengasosiasikan antara punishment (hukuman) dan kejahatan atau pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan oleh punishment (hukuman) dengan perbuatan pelanggaran yang dilakukan. Untuk menyingkirkan perasaan tidak enak (hukum) itu, biasanya orang atau anak menjahui perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang. b. Punishment (hukuman) Logis Punishment (hukuman) ini dipergunakan terhadap anak-anak yang telah agak besar. Dengan punishment (hukuman) ini, anak mengerti bahwa punishment (hukuman) itu adalah akibat yang logis dari pekerjaan atau perbuatannya yang tidak baik. c. Punishment (hukuman) Normatif Punishment (hukuman) normatif adalah punishment (hukuman) yang
bermaksud
memperbaiki
moral
anak-anak.
Punishment
(hukuman) ini dilakukan terhadap pelanggaran-pelanggaran mengenai norma-norma etika, seperti berdusta, menipu, dan mencuri. Jadi, punishment (hukuman) normatif sangat erat hubungannya dengan pembentukan watak anak-anak. Dengan hubungan ini, pendidik
51
52
berusaha mempengaruhi kata hati anak, menginsafkan anak terhadap perbuatannya yang salah, dan memperkuat kemauannya untuk selalu berbuat baik dan menghindari kejahatan. Di samping pembagian seperti tersebut di atas, punishment (hukuman) itu dapat dibedakan seperti berikut ini: a. Punishment (hukuman) Alam Yang menganjurkan punishment (hukuman) ini ialah J.J. Rousseau. Menurut Rousseau, anak-anak ketika dilahirkan adalah suci, bersih dari segala noda dan kejahatan. Adapun yang menyebabkan rusaknya anak itu ialah masyarakat manusia itu sendiri. Maka dari itu, Rousseau menganjurkan supaya anak-anak dididik menurut alamnya. Demikian
pula
mengenai
punishment
(hukuman)
Rousseau
menganjurkan “hukum alam”. Biarlah alam yang menghukum anak itu. Tetapi, ditinjau secara pedagogis, punishment (hukuman) alam itu tidak mendidik. Dengan punishment (hukuman) alam saja anak tidak dapat mengetahui norma-norma etika-mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan harus diperbuat dan yang tidak. Anak tidak dapat berkembang sendiri ke arah yang sesuai dengan citacita dan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Lagi pula, punishment (hukuman) alam itu sangat membahayakan anak, bahkan kadangkadang membinasakannya.
52
53
b. Punishment (hukuman) yang disengaja Punishment (hukuman) ini sebagai lawan dari punishment (hukuman) alam. Punishment (hukuman) macam ini dilakukan dengan sengaja dan bertujuan. Sebagai contoh ialah punishment (hukuman) yang dilakukan oleh si pendidik terhadap siswanya, punishment (hukuman) yang dijatuhkan oleh seorang hakim kepada si terdakwa atau pelanggar. 41 Bila ditinjau dari segi cara memberikan punishment (hukuman) maka punishment (hukuman) dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a. Punishment (hukuman) dengan isyarat Punishment (hukuman) semacam ini dijatuhkan kepada sesama atau siswa dengan cara memberi isyarat melalui mimik dan juga pantomimik, misalnya dengan mata, raut muka dan bahkan ganjaran anggota tubuh. Punishment (hukuman) isyarat ini biasanya digunakan terhadap pelanggaran-pelanggaran ringan yang sifatnya preventif terhadap perbuatan atau tingkah laku siswa atau anak didik, namun dengan isyarat ini merupakan manifestasi bahwa perbuatan yang dikehendaki dan tidak berkenan di hati orang lain, atau dengan kata lain tingkah lakunya salah.
41
M. Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 189-191
53
54
b. Punishment (hukuman) dengan perkataan Punishment (hukuman) dengan perkataan dimaksudkan sebagai punishment (hukuman) yang dijatuhkan kepada siswa dengan melalui perkataan misalnya: 1) Memberi nasehat dan kata-kata yang mempunyai sifat kontruktif. Dalam hal ini, siswa yang melakukan pelanggaran diberi tahu, di samping juga diberi peringatan atau dituangkan benih-benih kesadaran agar siswa tidak mengulangi lagi perbuatannya yang keliru. 2) Teguran dan peringatan, hal ini diberikan kepada siswa yang masih baru satu atau dua kali melakukan kesalahan atau pelanggaran. Bagi siswa yang masih baru satu atau dua kali melakukan pelanggaran tersebut, hendaknya hanya diberikan teguran saja. Namun jika dilain waktu siswa melanggar lagi secara berulang-ulang maka siswa tersebut diberi peringatan. 3) Ancaman, maksudnya adalah punishment (hukuman) berupa ultimatum yang menimbulkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan maksud agar siswa merasa takut dan berhenti dari perbuatannya yang salah. Ancaman ini merupakan punishment (hukuman) yang bersifat preventif atau pencegahan sebelum siswa tersebut melakukan kesalahan.
54
55
c. Punishment (hukuman) dengan perbuatan Punishment (hukuman) ini diberikan kepada siswa dengan memberikan tugas-tugas terhadap siswa yang bersalah. Misalnya dengan memberi pekerjaan rumah yang jumlahnya tidak sedikit, termasuk memindahkan tempat duduk, atau bahkan dikeluarkan dari kelas. Namun hal ini juga guru harus mempertimbangkan bila yang dikeluarkan tersebut memang siswa yang bandel maka baginya hal ini membuatnya merasa senang. d. Punishment (hukuman) badan Yang dimaksud dengan punishment (hukuman) badan ini adalah punishment (hukuman) yang dijatuhkan dengan cara menyakiti badan siswa baik dengan alat atau tidak, misalnya memukul, mencubit, dan lain sebagainya.42 Dari
macam-macam
punishment
(hukuman)
yang
telah
disebutkan di atas dimaksudkan untuk memperbaiki perbuatan siswa yang salah menjadi baik. Menurut M. Athiyah al-Abrasyi maksud memberikan punishment (hukuman) dalam pendidikan adalah punishment (hukuman) sebagai tuntunan dan perbaikan, bukan sebagai hardikan atau balas dendam.43 Punishment (hukuman) badan yang membahayakan bagi siswa tidak sepantasnya diberikan dalam dunia pendidikan, karena punishment (hukuman) semacam ini tidak mendorong siswa untuk 42
Abu Ahmadi, Pengantar Metodik Dedaktik (Bandung: Armico, 1987), hlm. 73 M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 153 43
55
56
berbuat sesuai dengan kesadarannya. Sehingga siswa trauma maka siswa tidak akan mau untuk belajar bahkan akan minta berhenti dari sekolah. Dalam pemberian punishment (hukuman) badan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: a. Sebelum berumur 10 tahun anak-anak tidak boleh dipukul b. Pukulan tidak boleh lebih dari tiga kali. Yang dimaksud dengan pukulan di sini ialah lidi atau tongkat kecil bukan tongkat besar. c. Diberikan kesempatan kepada anak-anak untuk bertobat dari apa yang telah dia lakukan dan memperbaiki kesalahan tanpa perlu menggunakan pukulan atau merusak nama baiknya (menjadikan ia malu).44 Bila kita ingin sukses di dalam pengajaran, kita harus memikirkan setiap murid dan memberikan punishment (hukuman) yang sesuai setelah kita timbang-timbang kesalahannya dan setelah mengetahui latar belakangnya. Bila seorang siswa bersalah mengakui kesalahannya dan merasakan betapa kasih sayang guru terhadapnya, maka ia akan sendiri akan datang kepada guru minta dijatuhi punishment (hukuman) karena merasa akan ada keadilan, mengharap dikasihani, serta ketetapan hati buat tobat dan tidak lagi akan kembali kepada kesalahan yang sama. Dengan jalan demikian akan sampailah kita kepada maksud utama dari punishment (hukuman) sekolahan yaitu perbaikan.
44
Ibid., hlm. 153
56
57
3. Tujuan Punishment (hukuman) Tujuan merupakan salah satu faktor yang harus ada dalam setiap aktifitas, karena aktifitas yang tanpa tujuan tidak mempunyai arti apa-apa, dan akan menimbulkan kerugian serta kesia-siaan. Sehubungan dengan punishment (hukuman) yang dijatuhkan kepada siswa, maka tujuan yang ingin dicapai sesekali bukanlah untuk menyakiti atau untuk menjaga kehormatan guru atau sebaliknya agar guru itu ditaati oleh siswa, akan tetapi tujuan punishment (hukuman) yang sebenarnya adalah agar siswa yang melanggar merasa jera dan tidak akan mengulangi lagi. Tujuan pemberian punishment (hukuman) ada dua macam, yaitu tujuan dalam jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan dalam jangka pendek adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah, sedangkan tujuan dalam jangka panjang adalah untuk mengajar dan mendorong siswa agar dapat menghentikan sendiri tingkah lakunya yang salah.45 Maksud guru memberi punishment (hukuman) itu bermacammacam, hal ini sangat erat hubungannya dengan pendapat orang tentang teori-teori punishment (hukuman), maka tujuan pemberian punishment (hukuman) berbeda-beda sesuai dengan teori punishment (hukuman) yang ada.
45
Charles Schaefer, Bagaimana Mendidik Dan Mendisplinkan Anak (Jakarta: Kesain Blanc, 1986), hlm. 91
57
58
a. Teori pembalasan Teori inilah yang tertua. Menurut teori ini, punishment (hukuman) diadakan
sebagai
pembalasan
dendam
terhadap
kelainan
dan
pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan di sekolah. b. Teori perbaikan Menurut teori ini, punishment (hukuman) diadakan untuk membasmi kejahatan. Maksud dari punishment (hukuman) ini adalah untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan lagi. c. Teori perlindungan Menurut teori ini punishment (hukuman) diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya punishment (hukuman) ini, masyarakat dapat dilindungi dari kejahatankejahatan yang telah dilakukan oleh pelanggar. d. Teori ganti rugi Menurut teori ini, punishment (hukuman) diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian yang telah diderita akibat dari kejahatan-kejahatan atau pelanggaran itu. Punishment (hukuman) ini banyak dilakukan dalam masyarakat atau pemerintah. e. Teori menakut-nakuti Menurut
teori
ini,
punishment
(hukuman)
diadakan
untuk
menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat
58
59
perbuatannya yang melanggar itu sehingga ia akan takut melakukan perbuatan itu dan mau meninggalkannya.46 Dari uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa setiap teoriteori itu belum lengkap karena masing-masing hanya mencakup satu aspek saja. Tiap-tiap teori tadi saling membutuhkan kelengkapan dari teori yang lain. Untuk itu pemberian punishment (hukuman) pada siswa hanya bersifat untuk memperbaiki tabiat dan tingkah laku siswa, untuk mendidik kearah kebaikan. Setelah mengetahui tujuan dari punishment (hukuman) dalam pendidikan di atas maka kita harus mengetahui punishment (hukuman) yang cocok untuk diterapkan dalam dunia pendidikan, tokoh-tokoh teori behavioristik dalam menanggapi punishment (hukuman) mereka tidak menganjurkan digunakannya punishment (hukuman) dalam kegiatan belajar, berikut alasan Skinner mengapa tidak setuju dengan metode punishment (hukuman); a. Pengaruh punishment (hukuman) terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila punishment (hukuman) berlangsung lama c. Punishment (hukuman) mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari punishment (hukuman).
46
M. Ngalim Purwanto, op. cit. hlm. 187-189
59
60
Dengan kata lain, punishment (hukuman) dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya.47
C. Pembahasan Tentang Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Namun, sebelum kita lebih jauh membahas tentang motivasi belajar maka perlulah dibedakan dahulu antara pengertian motivasi dan pengertian belajar. Sebelum sampai pada motivasi, maka penulis akan menjelaskan kata “motif” terlebih dahulu, karena kata “motif”
muncul terlebih dahulu
sebelum kata ’motivasi’. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.48 Kedua hal tersebut merupakan daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. 47
Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 26 Hamzah, Teori Motivasi Dan Pengukuran Analisis Di Bidang Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 3 48
60
61
Setelah mengetahui pengertian dari motif dan motivasi, berikut ada beberapa pendapat mengenai pengertian motivasi. Tajdab mengemukakan ”motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat tertentu.49 Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.50 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan istilah belajar menurut Hintzman adalah “suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”51 Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku.52 Selain penafsiran di atas ada pendapat lain tentang belajar yang menyatakan bahwa, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi ini terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.53
49
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hlm. 101 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajagrafindo, 2007), hlm. 75 51 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 90 52 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 43 53 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 28 50
61
62
Dengan penjelasan tentang pengertian motivasi dan belajar tersebut di atas maka dapatlah dikemukakan pengertian motivasi belajar sebagai berikut: Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.54 Menurut Amir Daien Indrakusuma “motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid”55 Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswasiswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.56 Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat dipandang sebagai fungsi, berarti motivasi berfungsi sebagai daya penggerak dari dalam individu untuk melakukan aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan. Motivasi dipandang dari segi proses, berarti motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar, untuk menimbulkan motivasi dalam diri siswa yang melalui proses rangsangan belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang di kehendaki. Motivasi dipandang dari segi tujuan, berarti motivasi merupakan sasaran stimulus yang akan dicapai. Jika seorang mempunyai keinginan untuk belajar suatu hal, maka dia akan termotivasi untuk mencapainya. 54
Tadjab, op. cit., hlm. 102 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hlm. 162 56 Hamzah, Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis Di Bidang Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 23 55
62
63
2. Macam-macam Motivasi Belajar Berbicara mengenai macam-macam motivasi belajar di sekolah dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu: a. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik 1) Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu57 Sedangkan menurut Oemar Hamalik motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.58 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang dan tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang sudah ada dalam dalam diri setiap individu. Menurut Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan disebutkan ada hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah sebagai berikut: a) Adanya kebutuhan Dengan adanya kebutuhan, maka hal ini menjadi pendorong bagi siswa untuk berbuat dan berusaha. Misalnya saja anak ingin mengetahui isi cerita dari buku komik. Keinginan untuk 57 58
Sardiman, op. cit., hlm. 89 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajagrafindo, 2006), hlm. 152
63
64
mengetahui isinya ini dapat menjadi pendorong yang kuat bagi siswa untuk belajar membaca karena apabila ia telah dapat membaca maka ia akan mengerti, maka ini dapat berarti bahwa kebutuhannya ingin mengetahui isi cerita dari buku komik itu telah bisa dipenuhi. b) Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri. Dengan siswa mengetahui hasil-hasil atau prestasinya sendiri, dengan siswa mengetahui apakah dia ada kemajuan atau sebaliknya ada kemunduran, maka hal itu dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar lebih giat lagi. c) Adanya aspirasi atau cita-cita Mungkin bagi anak kecil belum mempunyai cita-cita, atau jika mempunyai cita-cita, mungkin cita-cita itu masih begitu sederhana. Tetapi semakin bertambahnya usia gambaran tentang cita-cita itu akan semakin jelas, untuk itulah cita-cita itu akan menjadi pendorong bagi seluruh kegiatan siswa, pendorong bagi belajarnya. Di samping itu, cita-cita dari seorang siswa sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuannya yang baik.59 Dengan adanya cita-cita ini siswa akan menjadi bersemangat dalam belajar sehingga cita-cita itu sebagai motivasi bagi mereka untuk rajin belajar supaya apa yang di cita-citakan itu bisa terwujud.
59
Amir Daien Indrakusuma, op. cit., hlm. 163-164
64
65
2) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik ialah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsangan dari luar.60 Yang dimaksud motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau tenagatenaga pendorong yang berasal dari luar dari siswa.61 Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa motivasi ekstrinsik merupakan suatu dorongan dari luar diri siswa. Berikut hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah sebagai berikut: a) Ganjaran Ganjaran adalah alat pendidikan represif yang bersifat positif, ganjaran juga merupakan alat motivasi. Yaitu alat yang bisa menimbulkan motivasi ekstrinsik. Ganjaran dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar yang lebih baik, lebih giat lagi. Macam-macam ganjaran telah dibahas di atas. Sehingga kita dapat memilih ganjaran dengan disesuaikan dengan kondisi dan situasi kita masing-masing. b) Hukuman Biar pun hukuman sebagai alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif namun demikian
dapat
menjadi
motivasi,
alat
pendorong
untuk
mempergiat belajar siswa. Siswa yang pernah mendapat hukuman 60 61
Sardiman, op. cit., hlm. 91 Amir Daien Indrakusuma, op.cit., hlm.164
65
66
karena lalai tidak mengerjakan tugas maka ia akan berusaha untuk tidak mendapat hukuman lagi. Ini berarti, bahwa ia didorong untuk selalu belajar. Bahkan tidak hanya ia sendiri yang terdorong untuk selalu belajar, melainkan teman-temannya juga terdorong untuk selalu belajar, agar mereka pun terhindar dari hukuman. c) Persaingan (kompetisi) Persaingan,
sebenarnya
adalah
berdasarkan
kepada
dorongan untuk kedudukan dan penghargaan. Kompetisi dapat terjadi secara dengan sendirinya, tetapi dapat pula diadakan kompetisi secara sengaja oleh Guru. Kompetisi yang diadakan oleh guru dapat berbentuk bermacam-macam dan dalam berbagai macam-macam mata pelajaran, misalnya lomba bintang kelas, kuis, perlombaan cepat tepat menjawab soal dan lain sebagainya, biasanya kompetisi yang sengaja diadakan oleh Guru ini selalu diikuti dengan pemberian ganjaran, sesuai dengan bentuk dan tingkat kompetisi tersebut.62 Selain pendapat di atas, berikut juga menjelaskan tentang beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik, antara lain: a) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya
62
Ibid., hlm. 164-165
66
67
b) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya c) pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu, apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis d) pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya e) pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.63
Adapun yang menjadi indikator dari kedua motivasi di atas adalah sebagai berikut: a) Dorongan ingin tahu Motivasi ini muncul karena ada kebutuhan, yaitu apabila seorang siswa itu melakukan belajar karena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif tidak karena tujuan yang lain-lain, jadi dorongan ingin tahu dalam diri siswa itu bersumber dari atau pada kebutuhan yang berisikan kehausan untuk menjadi terdidik dan berpengetahuan.
63
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis Di Bidang Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 4
67
68
b) Dorongan ingin berhasil Motivasi ini muncul karena kebutuhan yaitu apabila seorang siswa
melakukan
belajar
karena
dilakukan
dengan
unsur
kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud, dengan kesenjangan itu timbulnya dorongan ingin berhasil pada diri siswa dalam belajar. c) Dorongan bekerja sama Dorongan bekerja sama ini adalah belajar kelompok dengan teman sekelas atau teman yang lain yang dapat menyelesaikan masalah pelajaran, sehingga dengan demikian dorongan belajar dapat meningkat dengan belajar kelompok tersebut. d) Dorongan rasa percaya diri Dorongan percaya diri pada diri siswa adalah sangat penting, karena hal ini berhubungan dengan harga diri. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya, dengan berprestasi tersebut dorongan percaya diri pada siswa akan semakin tinggi, sehingga dia akan berusaha untuk mempertahankan prestasinya dengan belajar. e) Frekuansi belajar di rumah Yang di sini adalah berapa kali siswa belajar di rumah karena dengan kita mengetahui frekuensi siswa belajar di rumah dapat diketahui tingkat motivasi belajar siswa.
68
69
f) Disiplin masuk sekolah Maksudnya adalah dengan masuk sekolah siswa akan lebih giat belajar karena semua pelajaran dia ikuti, hal ini dapat menimbulkan motivasi dalam belajar siswa. g) Adanya aspirasi atau cita-cita yang tinggi Cita-cita yang
menjadi tujuan
hidupnya ini
merupakan
pendorong bagi seluruh kegiatan siswa, pendorong bagi belajarnya, disamping itu cita-cita dari seorang siswa dipengaruhi oleh tingkat kemampuannya. Anak yang mempunyai kemampuan yang baik umumnya anak mempunyai cita-cita yang realistis bila dibandingkan dengan anak yang mempunyai kemampuan yang kurang atau rendah.64 b. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1) Motif-motif bawaan Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalnya; dorongan untuk minum, makan, bekerja dan lain sebagainya. 2) Motif-motif yang dipelajari Maksud motif-motif yang timbul karena dipelajari. Contoh; dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan.
64
Kusumal, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,1973), hlm. 164
69
70
c. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis 1) motif atau kebutuhan organis, misalnya: kebutuhan untuk makan, minum, beristirahat. 2) motif-motif darurat yaitu dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha. Motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar. 3) motif-motif objektif, yaitu motif-motif yang muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif. d. Motivasi jasmaniah dan rohaniah Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi ini menjadi dua yaitu motivasi jasmaniah dan rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti refleks, insting otomatis, nafsu, sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat momen. 1) momen timbulnya alasan 2) momen pilih 3) momen putusan 4) momen terbentuknya kemauan65
65
89
Sardiman, Interakasi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajagrafindo, 2007), hlm. 86-
70
71
3. Fungsi Motivasi belajar Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu meliputi berikut ini: a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.66 Motivasi itu berkaitan erat dengan suatu tujuan, suatu cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan makin kuat pula motivasinya. Menurut M. Ngalim Purwanto fungsi dari motivasi adalah: a. Mendorong manusia untuk berbuat Motivasi berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan kekuatan kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. b. Motivasi itu menentukan arah perbuatan Yaitu kearah perwujudan suatu tujuan cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan di jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh.
66
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru: 1992), hlm. 175
71
72
c. Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.67 Dari beberapa fungsi motivasi belajar di atas dapat diartikan bahwa motivasi merupakan pendorong untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan menyeleksi perbuatan itu sendiri. Semakin jelas cita-cita yang ingin dicapai maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Dengan adanya tujuan yang akan dicapai maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.
4. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Peranan motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan adanya motivasi itu, siswa manjadi tahu arah dari tujuan yang ingin dicapainya. selain dari hal itu ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, yaitu: a. Kematangan Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan psikis haruslah diperhatikan, karena hal ini dapat mempengaruhi motivasi. Seandainya
dalam
pemberian
motivasi
itu
tidak
memperhatikan
kematangan, maka akan mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil belajar tidak optimal. 67
72
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 70-
72
73
b. Usaha yang bertujuan Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar. c. Pengetahuan mengenal hasil dalam motivasi Dengan mengetahui hasil dari belajar, siswa terdorong untuk lebih giat belajar, apalagi hasil belajar itu mengalami kemajuan siswa akan berubah untuk mempertahankan dan meningkatkan intensitas belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik dikemudian hari, untuk prestasi yang rendah siswa giat belajar guna memperbaikinya. d. Partisipasi Dalam kegiatan belajar perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dalam keseluruhan kegiatan belajar. Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan akan terpenuhi, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu. e. Penghargaan dan hukuman Pemberian mempelajari
penghargaan sesuatu.
dapat
Tujuan
membangkitkan
pemberian
siswa
penghargaan
untuk adalah
membangkitkan minat. Jadi penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja, penghargaan adalah alat atau sesuatu yang diberikan untuk mencapai tujuan. Tujuan pemberian penghargaan karena telah melakukan belajar dengan baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya
73
74
sendiri di luar kelas. Sedangkan hukuman dapat diberikan, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadikan alat motivasi.68 Motivasi belajar memang sangat penting untuk kegiatan belajar mengajar, untuk itu supaya motivasi dapat berhasil dalam membangkitkan minat belajar siswa maka seorang guru harus dapat memperhatikan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar yang telah disebutkan di atas, dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dalam motivasi belajar diharapkan guru dapat memberi motivasi bagi siswa dan siswa dapat belajar lebih giat.
D. Pembahasan Tentang Qur’an-Hadits 1. Pengertian Qur’an Al-Qur’an menurut bahasa adalah ”bacaan” atau ”yang di baca”69. Al-Qur’an dengan arti tersebut, banyak diungkapkan dalam al-Qur’an, antara lain sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Qiyamah 17-1870
*
/"
1
/" 1 '
*
/"
1 / 0& ' % $
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai mebacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah: 17-18) 68
Mulyadi, Psikologi Pendidikan (Malang: Biro FT. IAIN Sunan Ampel, 1991), hlm. 92-93 Abdul Muhith Ruba’I dan Lukman Hakim, Qur’an-Hadits I (Jember: MAN 1 Jember, 1997), hlm. 1 70 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkam (Jakarta: Pena Qur’an, 2002), hlm. 578 69
74
75
Al-Qur’an menurut istilah, terdapat bermacam-macam definisi. Para ulama atau ahli berbeda pendapat tentang definisi Al-Qur’an tersebut. Perbedaan pendapat itu disebabkan oleh perbedaan pandangan dalam masalah unsur-unsur penentu definisi tersebut. Seperti definisi yang diciptakan ahli Hadits berbeda dengan definisi dari golongan ahli ushul. Demikian pula definisi ciptaan ahli tafsir tidak sama dengan ciptaan ulama Kalam, berikut beberapa pendapat mengenai pengertian al-Qur’an: a) Para ahli ilmu Kalam (teologi Islam) berpendapat, Al-Qur’an adalah kalimat-kalimat yang maha bijaksana yang azali yang tersusun dari huruf-huruf lafadhiyah, dzihniyah, dan ruhiyah. Atau al-Qur’an itu adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW mulai dari awal surah Al-Fatihah sampai dengan surah An-Nas, yang mempunyai keistimewaan-keistimewaan yang terlepas dari sifat-sifat kebendaan dan azali.71 b) Menurut Imam Jalaluddin As-Suyuti (ahli kitab Hadits), dalam kitabnya Itmannud Dirayah: Al-Qur’an ialah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk melemahkan golongan yang menentangnya, walaupun hanya satu surat saja. Di sini unsur pokok yang perlu diperhatikan ialah: 1) Firman Allah SWT
71
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 8
75
76
2) diturunkan kepada nabi Muhammad SAW 3) berfungsi sebagai mu’jizat c) Menurut Syekh Muhammad Khudlari Byk (ulama Ushul Fiqh) dalam buku “Tarikh At-Tasyri’ Al-Islami” Al-Qur’an ialah firman Allah yang berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk difahami isinya dan diingat selalu yang telah disampaikan kepada kita dengan secara mutawatir dan sudah ditulis dalam mushaf dimulai dari surat AlFatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas”. Yang dianggap unsur pokok disini ialah: 1) firman Allah dalam bahasa Arab 2) diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW 3) disampaikan secara mutawatir kepada kita 4) telah ditulis dalam sebuah mushaf dengan diawali surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas d) Menurut ulama Tafsir Al-Quran ialah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya yaitu Muhammad SAW yang dibaca dan mutawatir Unsur yang ditonjolkan disini adalah: 1) firman Allah 2) diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW 3) dibaca dan mutawatir
76
77
Dari berbagai definisi tersebut, bila diperhatikan dari masingmasing faktornya dapat dirangkum sebagai berikut: Al-Qur’an ialah Kalam Allah SWT yang berbahasa Arab yang diturunkan dengan berangsur-angsur melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dan disampaikan kepada umat manusia secara mutawatir dan ditulis serta dihafal oleh umat Islam sejak Nabi Muhammad masih hidup sampai kini, berpahala bagi pembacanya, diawali dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.72
2. Pengertian Hadits Secara bahasa kata Hadits mempunyai beberapa arti, antara lain: - baru, kebaikan dari yang lama (qadim) - dekat, belum lama terjadi - khabar, berita, riwayat Menurut istilah para ahli hadits (muhadditsin), antara lain AlHafidh dalam Syarah Al-Bukhari menerangkan, bahwa Hadits ialah perkataan-perkataan Nabi Muhammad SAW, perbuatan-perbuatan dan keadaan beliau. Menurut istilah ahli ushul hadits ialah segala perbuatan-perbuatan dan taqrir Nabi SAW yang bersangkutan paut dengan hukum.73 Setelah mengetahui pengertian dari Qur’an dan Hadits di atas, tidak bisa dipungkiri memang sangat penting sekali mempelajari Qur’an72 73
Abdul Muhith Ruba’I dan Lukman Hakim, op. cit., hlm. 2-4 Abdul Muhith Ruba’I dan Lukman Hakim, op. cit., hlm. 46
77
78
Hadits maka dari itulah Qur’an-Hadits menjadi kurikulum pada matapelajaran di madrasah-madrasah, dapat diketahui bahwa Qur’anHadits merupakan unsur matapelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada madrasah yang memberikan pendidikan kepada siswa untuk memahami al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup dalam kehidupannya sehari-hari.
3. Fungsi Qur’an-Hadits Matapelajaran Qur’an–Hadits pada madrasah memiliki fungsi sebagai berikut: (1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya; (2) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam siswa dalam kehidupan sehari-hari. (3) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
78
79
(4) Pembiasaan, yaitu menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai al-Qur’an dan al-Hadits pada siswa sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya.74
4. Tujuan Qur’an-Hadits Pembelajaran Qur’an–Hadits bertujuan agar siswa bergairah untuk membaca al-Qur’an dan al-Hadits dengan baik dan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.
E. Pengaruh Metode Reward (Ganjaran) dan Punishment (Hukuman) terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits Pembahasan dalam hal ini merupakan rangkuman dari uraian yang telah penulis paparkan pada pembahasan di depan, yaitu memadukan dua variabel yaitu reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) dengan motivasi belajar Qur’an-Hadits. Penyajian kembali tentang pengertian reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) yang akan dibahas nanti merupakan inti sub bab ini, sehingga dalam pembahasannya nanti lebih mengarah pada pokok masalah dalam pembahasan skripsi ini.
74
Pengelola Kurikulum Berbasis Madrasah Mata Pelajaran Qur’an-Hadits Untuk Madrasah Aliyah, Tim Penyusun Cipayung. Departemen Agama RI. 2003. hlm. 2
79
80
Kita telah mengetahui bahwa reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) merupakan alat pendidikan represif. Reward (ganjaran) merupakan alat motivasi, yaitu alat yang bisa menimbulkan motivasi ekstrinsik. Dengan reward (ganjaran) dapat menjadikan pendorong bagi siswa untuk belajar yang baik, lebih giat lagi. Sedangkan punishment (hukuman) merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun meski demikian dapat juga menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk mempergiat belajarnya siswa.75 Dengan adanya reward (ganjaran) diharapkan agar siswa lebih giat belajar, belajar lebih baik dan tekun. Dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk mencapai prestasi belajar. Sedangkan punishment (hukuman) bertujuan untuk memperlancar jalannya proses pelaksanaan pendidikan, dapat juga menjadi alat pendorong bagi siswa untuk berbuat lebih baik. Dengan demikian peranan motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan adanya motivasi itu, siswa menjadi tahu arah tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, harus diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi: 1. Kematangan, dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, social dan psikis harus diperhatikan, karena hal ini dapat mempengaruhi motivasi. 75
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hlm. 164-165
80
81
2. Usaha bertujuan, bahwa setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar. 3. Pengetahuan mengenal hasil dalam motivasi, dengan mengetahui hasil dari belajar, siswa terdorong untuk lebih giat belajar, apalagi hasil belajar itu mengalami kemajuan siswa akan berubah untuk mempertahankan dan meningkatkan intensitas belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik dikemudian hari, untuk prestasi yang rendah siswa giat belajar guna memperbaikinya. 4. Partisipasi, dalam kegiatan belajar perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dalam keseluruhan kegiatan belajar. Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan akan terpenuhi, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu. 5. Penghargaan dan hukuman Jadi, agar siswa mempunyai motivasi yang kuat perlu diberikan reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) yang pada akhirnya siswa diharapkan termotivasi untuk belajar yang lebih baik. Dengan reward (ganjaran) dan punishment (hukuman), diharapkan juga siswa akan menjadi lebih bersemangat dan mempunyai pengalaman baru dalam kegiatan belajar, sehingga kegiatan belajar tidak monoton yang akan menimbulkan siswa bersemangat untuk belajar.
81
82
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di MAN Kandangan Kediri, Jalan Jombang Kasreman Kandangan Kediri. Pemilihan lokasi ini atas beberapa pertimbangan yaitu bahwa letaknya yang sangat strategis sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data dan mengambil data sebagai penunjang penelitian ini tanpa kesulitan, MAN Kandangan Kediri dalam proses belajar mengajar menerapkan sistem full day school, dan kontribusi penelitian ini juga akan bermanfaat bagi guru dalam mengelola kelas.
B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Sesuai dengan namanya,
banyak
dituntut
untuk
menggunakan
angka,
mulai
dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian juga pemahaman akan kesimpulan penelitian.76
C. Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan diperoleh melalui dua jenis data yaitu data dari responden dan dokumen yang ada disekolahan. Jenis data dari sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan 76
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 10-11
82
83
data primer dan data skunder, yang dimaksud dengan data primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama, sedangkan data sekunder diperoleh dari tangan kedua seperti laporan, dokumentasi, nilai raport, nilai ujian dan lainlain.77 Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti. Adapun data primer dalam penelitian ini adalah berupa angket. Sedang data skunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung oleh peneliti melainkan melalui lembaga yang bersangkutan. Adapun data skunder dalam penelitian ini adalah dokumen yang berisi tentang kondisi sekolah dan siswa. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data-data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti yang terdapat dalam angket. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Person Yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Dalam hal ini adalah kepala sekolah, wali kelas, guru dan siswa, tokoh masyarakat. 2. Pleace Yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam (ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna dan lain-lain) dan 77
Nana Sudjana, dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 98
83
84
bergerak (aktivitas, kinerja, kegiatan belajar mengajar dan lain sebagainya). 3. Paper Yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. 78 Data penelitian ini bersumber dari orang-orang, peristiwa-peristiwa, dan situasi yang ada pada latar penelitian. Sumber data yang diambil merupakan sampel dari populasi yang telah ditentukan, sampel itu telah memberi gambaran dari semua populasi.
D. Populasi dan Sampel Untuk mengetahui pengaruh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits, maka penulis menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang menggunakan data angka dan diolah melalui perhitungan matematika dengan berbagai rumus statistik. 1. Populasi Yang
dimaksud
dengan
populasi
adalah
keseluruhan
objek
penelitian.79 Menurut Tulus Winarsunu dalam bukunya ‘Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan’;
78 79
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 107 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 108
84
85
“Populasi adalah seluruh individu yang dimaksudkan untuk diteliti, dan yang nantinya akan dikenai generalisasi.”80 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan totalitas yang menjadi sasaran peneliti yang memiliki karakter tertentu dan dapat diketahui dengan jelas. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa MAN Kandangan, yang masih aktif melakukan studinya di MAN Kandangan. Data ini berisi pernyataan terhadap pengaruh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits dan mengetahui sejauhmana pendapat responden mengenai
reward
(ganjaran)
dan
punishment
(hukuman)
terhadap
peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits. Dengan kuesioner responden hanya menjawab pertanyaan yang sudah tersedia jawabannya dengan memberi tanda cek ( ). 2. Sampel Penelitian Dalam setiap penelitian memerlukan sejumlah orang yang harus diteliti, atau keseluruhan populasi, namun apabila populasi terlampau besar, maka dapat diambil sejumlah sampel yang mewakili keseluruhan populasi itu. Sampel adalah sebagian dari populasi disebut sampel, sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi, juga sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama.81
80 Tulus Winarsunu, Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 12 81 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), hlm. 70
85
86
Sehubungan dengan populasi yang terdiri dari beberapa kelompok yang mempunyai kelompok bertingkat atau adanya strata (lapis-lapis). Di sekolah misalnya adanya beberapa kelas yaitu kelas satu, dua, dan tiga, dengan tingkat semester, maka peneliti menggunakan jenis sampel “stratified sample”. Pengambilan sampel yang dilakukan peneliti adalah sampel random atau sampel acak, sampling ini diberi nama demikian karena dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Adapun populasi yang seharusnya menjadi objek penelitian adalah meliputi seluruh guru, guru pembimbing dan seluruh siswa. Akan tetapi karena keterbatasan waktu, biaya dan sebagainya, maka peneliti hanya mengambil sebagian guru dan sebagian siswa sebagai sampel dengan prosentase 15% atas dasar pertimbangan pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu; “ Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 1015% atau 20-25% atau lebih” 82 Pengambilan sampel secara random (tidak pandang bulu) yaitu cara pengambilan elemen-elemen dari populasi sedemikian sehingga setiap anggota elemen mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
82
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 112
86
87
anggota sampel.83 Jadi tidak pilih kasih atau obyektif. Prosedur pengambilannya dengan cara undian. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa MAN Kandangan yang masih melakukan studinya di MAN Kandangan pada saat penelitian berlangsung. Selanjutnya peneliti dalam penelitian ini cara yang dipakai oleh peneliti adalah cara undian jadi yang terpilih adalah kelas X, peneliti mengambil 15% dari jumlah siswa kelas X. Keseluruhan dari populasi adalah 272 siswa, maka 15%nya adalah 40,8 siswa. Jadi pengambilan sampelnya adalah dengan di undi jadi kelas X1 6 siswa, kelas X2 5 siswa, kelas X3 5 siswa, X4 5 siswa, X5 6 siswa, kelas X6 7 siswa, dan kelas X7 6siswa, sehingga jumlah keseluruhan adalah 40 siswa.
E. Instrumen Penelitian Instrumen atau alat pengumpulan data dapat menentukan kualitas suatu penelitian. Data yang diperoleh dengan instrumen yang tidak sesuai dengan masalah yang diteliti dapat menyebabkan mutu penelitiannya diragukan. Pada penelitian ini, instrumen penelitiannya menggunakan angket. Angket yang disusun berupa angket tertutup, angket yang berisi pertanyaanpertanyaan disertai dengan jawabannya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam angket sudah memuat semua variabel. Dalam penelitian ini instrumen yang dipilih oleh peneliti adalah, dokumentasi, angket dan observasi. 83
Marzuki, Metodologi Riset Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), hlm. 51
87
88
1. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah arsip, grafik, buku-buku, peraturan-peraturan, catatan-catatan harian dan sebagainya. Melalui metode ini data yang akan diperoleh antara lain: a. Sejarah berdirinya MAN Kandangan Kediri b. Data keadaan guru dan pegawai c. Data siswa d. Stuktur organisasi Madrasah Aliyah Negeri Kandangan Kediri 2. Instrumen untuk metode angket adalah blangko angket. Angket ini diberikan kepada siswa, adapun yang ingin diketahui dengan metode ini adalah: a. Pengaruh metode reward (ganjaran) bagi siswa b. Pengaruh metode punishment (hukuman) bagi siswa c. Motivasi belajar siswa 3. Instrumen untuk metode observasi adalah berupa chek list. Metode ini dipergunakan untuk mendapat data tentang: a. Letak geografis b. Sarana dan prasana Madrasah Aliyah Negeri Kandangan Kediri
F. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, ada beberapa metode yang peneliti gunakan sehubungan dengan penelitian ini yaitu: a) Metode Dokumentasi
88
89
Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya ‘Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek’; “Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya”84 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh: data tentang sejarah berdirinya lembaga yang diteliti, latar belakang objek penelitian, jumlah siswa, data keadaan guru, keadaan siswa, serta karyawan di MAN Kandangan dan beberapa data lainnya yang menunjang dalam penelitian ini. b) Metode Angket Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mendapat jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Angket yaitu
cara
pengumpulan data berbentuk pengajuan
pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.85 Menurut Sanapiah Faizal, metode angket adalah: “Metode angket adalah metode pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang atau responden”86 84
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm.135 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: RajaGrafindo, 2003), hlm. 27 86 Sanapiah Faizal, Dasar-dasar dan Teknik Menyusun Angket (Surabaya: Usaha Nasional, 1991), hlm. 2 85
89
90
Metode ini digunakan peneliti untuk mencari data tentang pendapat siswa terhadap pengaruh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar yang telah ditawarkan dalam kuesioner. Skor yang digunakan dalam penyusunan skala pengaruh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar, ini menggunakan skala Likert. Berikut tabel skor skala likert pada item favourable dan unfavourable. TABEL 3.1 SKOR SKALA LIKERT JAWABAN Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) Sumber Data: Angket
Favourable 4 3 2 1
SKOR
Unfavourable 1 2 3 4
Pernyataan favourable (F) merupakan pernyataan yang berisi hal-hal yang positif mengenai obyek sikap. Pernyataan unfavourable (UF) merupakan pernyataan yang berisi hal-hal yang negatif yakni tidak mendukung atau kontra terhadap obyek sikap yang hendak diungkap87. Berikut blue print angket metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di uji cobakan kepada 40 responden:
87
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 ), hlm. 98
90
91
TABEL 3.2 BLUE PRINT SKALA METODE REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR QUR’ANHADITS Variabel Reward
Aspek - Pujian - Penghormatan - Hadiah
Punishment
- Tanda Penghargaan -Preventif
-Represif
Motivasi
-Intrinsik
-Ekstrinsik
Indikator -Verbal -Non-verbal -Penobatan -Pemberian kesempatan -Berupa barang
F
Item
Jml
-Berupa simbol
17
5, 6 7,8 11 12 15, 16 18
-Tata tertib -Anjuran dan perintah -Larangan -Paksaan -Disiplin -Pemberitahuan -Teguran -Peringatan -Hukuman -Ganjaran -Hasrat dan keinginan untuk berhasil -Dorongan kebutuhan untuk belajar -Harapan akan cita-cita -Adanya Ganjaran -Adanya Hukuman -Adanya Kompetisi
19 20 21 22 23 29 30 31 32 33 39
24 25 26 27 28 34 35 36 37 38 42
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
40
43
2
41 45 46 47 25
44 48 49 50 25
2 2 2 2 50
Jumlah item Sumber Data: Angket c) Metode Observasi
91
1,2 3,4 9 10 13, 14
UF
4 4 2 2 4 2
92
Metode observasi yang juga disebut sebagai pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.88 Metode ini digunakan memperoleh data tentang letak geografis dan sarana prasarana di MAN Kandangan.
G. Analisis Data Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan rumusrumus statistika untuk menganalisa data penelitian yang diperoleh di lapangan. Penggunaan statistika tersebut digunakan baik untuk uji instrumen maupun analisa data penelitian. Berikut penjelasan mengenai metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai hal tersebut diawali dari metode uji validitas dan reliabilitas instrumen, hasil uji validitas dan reliabilitas instrument, kemudian dilanjutkan dengan teknik analisa data hasil penelitian
1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.89 Dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas angket pada skala metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits, dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson. 88 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 133 89 Ibid., hlm. 144
92
93
Adapun rumus korelasi product moment tersebut yakni: r xy =
{N
N X − 2
XY − (
(
X
2
X )(
)}{N
Y) Y − 2
(
Y2
)}
Keterangan: rxy = Koefisien korelasi
N = Jumlah responden X = Variabel yang pertama Y = Variabel yang kedua Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Uji reliabilitas ini dengan menggunakan rumus alpha chronbach. Adapun rumusnya sebagai berikut: r 11 =
k (k-1)
σ 2b
1-
σ12
Keterangan: r11 k
= Reliabelitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan σ x 2b = Jumlah varians butir pertanyaan σy 2
= Varians total Untuk mendapatkan nilai varians rumusnya:
σ2 =
X2 -
(x ) 2 N
N
93
94
Pedoman nilai minimal reliabilitas untuk jumlah butir kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha cronbach dengan nilai reliabilitas minimal 0,6. 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas dan reliabilitas angket dalam penelitian ini menggunakan jasa SPSS versi 10.00. Uji validitas atau kesahihan item instrumen dalam penelitian ini menghasilkan item valid dan gugur dengan kriteria validitas
0.2 maka dikatakan valid. Berikut daftar item yang
valid dan gugur dalam uji coba instrumen. TABEL 3.3 HASIL UJI VALIDITAS SKALA METODE REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR QUR’AN-HADITS ITEM Valid 1,2,4,8,9,10,11,13,14, 1 Reward 15,16,17,18 19,20,21,22,23,24,25,27 2 Punishment 28,30,32,34,35,36,37,38 39,41,42,43,44,45,45,46 3 Motivasi 47,48,49,50 44 Jumlah 50 Sumber Data: Hasil Uji Validitas dengan SPSS NO
ASPEK
Gugur
12 26,29,31,33 40 6
Berdasarkan tabel di atas maka hasil uji validitas skala metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits yang di uji cobakan pada 40 responden yang semula 50 item menjadi 44 item yang valid, karena 6 item lainnya gugur, sehingga tidak dapat dijadikan item instrumen penelitian.
94
95
Adapun uji reliabilitas yakni derajat kepercayaan yang diperoleh dari hasil angket sebagai metode pengumpulan data yakni menggunakan kriteria
0.6 maka disebut reliabel. Berdasarkan penghitungan dengan
rumus alpha cronbach, skala metode reward (ganjaran) ini memiliki derajat reliabilitas sebesar 0,824. Sedangkan skala punishment (hukuman) memiliki derajat reliabilitas sebesar 0,810, dan motivasi memiliki derajat reliabilitas sebesar 0,781. Hal ini berarti instrumen yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data (0,824
0.6, 0,810
0,6, dan 0,781
0.6). Dengan
demikian data hasil penelitian yang didapat memiliki obyektifitas yang tinggi. Adapun mengenai output hasil analisa SPSS dapat di lihat sebagaimana terlampir.
95
96
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. LATAR BELAKANG OBJEK 1. Sejarah Berdirinya MAN Kandangan Kediri
Dari dokumentasi yang penulis peroleh, berikut ini pemaparan tentang latar belakang berdirinya MAN Kandangan Kediri90. Madrasah Aliyah Kandangan berdiri tahun 1981 atas prakarsa tokoh masyarakat dan tokoh agama di kecamatan Kandangan dan sekitarnya yang diantaranya : Bapak Muhary Ridwan L. Ph. Bapak Fauzan Said, A. Md. Bapak Munir Bapak H. Kholil Ridwan Ibu Hj. Maslihah, BA. Dan tokoh-tokoh lainnya Lokasi di Bobosan desa Kemiri dan diberi nama Madrasah Aliyah Islakhiyah Bobosan. Dalam perkembangannya pada tahun 1984 Madrasah Aliyah Islakhiyah statusnya meningkat menjadi Filial MAN Puwoasri. Dan tahun 1987 proses belajar mengajar berjalan dengan lancar, namun sepeninggal bapak Muhary Ridwan L. Ph sebagai salah satu pendiri, ternyata pada
90
tahun
1989
perkembangannya
Dokumentasi MAN Kandangan Kediri
96
mengalami
penurunan,
demi
97
perkembangan pada tahun 1990 dewan guru dan tokoh masyarakat termasuk pendirinya yang masih ada sepakat untuk dipindahkan tempatnya di tengah kota, menempati gedung SMP Diponegoro yaitu di Jalan Jombang Kandangan dan proses belajar mengajar sore hari. Mengingat perkembangan jumlah siswa selalu meningkat dan di gedung SMP Diponegoro tidak mencukupi, pada tahun 1994 MAN Filial Purwoasri di Kandangan pindah menempati gedung SMP Islam yayasan Walisongo di Gedangan Kandangan yang proses belajar mengajarnya masuk pagi. Pada tahun 1997 dari MAN Filial Purwoasri di Kandangan dinegerikan oleh Menteri Agama menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kandangan Kabupaten Kediri dengan SK. Nomor: 107 tanggal 17 Maret 1997. Sejak dinegerikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kandangan semakin meningkat perkembangan jumlah siswanya, sehingga gedung yang ada tidak mencukupi, maka sebagian siswa ditempatkan di SMA Muhammadiyah Kandangan dan di gedung Darul Aitam Pengkol Kandangan. Pada tahun 1998 MAN Kandangan sudah dapat membeli tanah dan tahun 1999 membangun 4 ruang di desa Kasreman Jalan Jombang Kandangan sehingga siswa yang menempati gedung SMA Muhammadiyah Kandangan di pindah ke gedung baru. Dengan usaha yang keras dari pengurus BP3, dewan guru dan masyarakat dengan pimpinan kepala MAN Kandangan bapak Drs. H. Djamil Aly, Alhamdulillah pada tahun 2001 sudah dapat membangun gedung 10
97
98
lokal, sehingga semua bisa menempati lokasi gedung MAN Kandangan di desa Kasreman Jalan Jombang Kandangan. Dengan meningkatkan penerapan kedisiplinan dan pelayanan terhadap siswa sehingga sampai tahun 2003 ini MAN Kandangan sudah dapat membangun ±28 ruang yang 17 ruang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
2. Letak Geografis MAN Kandangan Kediri
MAN Kandangan Kediri ini berada di jalan Jombang Kandangan, yang mana sekolah ini menghadap ke Barat yaitu tepatnya di sebelah Timur jalan raya. Letak sekolah ini sangat strategis yaitu dapat dijangkau oleh siswa dengan mudah, karena terdapat banyak angkutan umum yang melewati jalan ini, sehingga siswa tidak takut terlambat kalau pergi ke sekolah. Ini dapat di lihat pada lampiran.
3. Keadaan Guru MAN Kandangan Kediri
Keadaan guru di sekolah sangat menunjang dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu di MAN Kandangan Kediri ini Guru sangat diperhatikan. Adapun keadaan Guru di MAN Kandangan Kediri ini dapat di lihat dalam tabel di bawah ini.
98
99
TABEL. 4.1 KEADAAN GURU MAN KANDANGAN KEDIRI
N o
1 2 3 4 5 6
Jenis
Guru BP TU
Pustakawan
Laboran Tukang Kebun 7 Satpam Jumlah
Peg. Negeri
Pegawai Tidak Tetap
Pendidikan
Jml
L
P
L
P
9 1 -
6 -
17 4 1 1
15 1 1 -
47 1 6 1 1
3 1
10
6
1 24
17
1 57
1 5
SLTA
Sarmud/ D3
Jml
S1
S2
2 -
37 1 3 1 -
8 -
47 1 6 1 1
2
42
8
1 57
Sumber Data: Dokumentasi MAN Kandangan Kediri Tingkat kemampuan Akademik Tenaga Kependidikan Dari jumlah guru 47 orang 97 % berkelayakan, dalam arti 43 orang mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan kesarjanaannya, dari jumlah tersebut terdiri : Guru Tetap (Negeri)
: 15 orang
Guru Tidak Tetap
: 32 orang
Tenaga perpustakaan 1 orang, (pernah mengikuti pelatihan) Tenaga Laboran belum ada, (belum berkelayakan) Tenaga BP 1 orang. Untuk lebih jelas mengenai keadaan guru dapat di lihat pada lampiran.
99
100
4. Keadaan Siswa MAN Kandangan Kediri
Keadaaan siswa di MAN Kandangan Kediri memang benar-benar menjadi sekolah favorit, karena siswanya banyak yang berprestasi baik di bidang studinya maupun di bidang seni dan olah raga. Hal itu dapat dilihat dari penghargaan-penghargaan dan piala-piala yang berada di samping ruang kepala sekolah. Dengan bertambahnya waktu, keadaan siswa MAN Kandangan Kediri ini beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan. Adapun jumlah keseluruhan siswa-siswi MAN Kandangan Kediri dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: TABEL. 4.2 DATA SISWA MAN KANDANGAN KAB. KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2006/2007 N o
Kelas X
Kelas XI
Rom bel
Jml siswa
Rom bel
BHS
IPA
7
272
5
40
33
1
Kelas XII
IPS
Rom bel
BHS
IPA
92
5
44
44
Total
IPS
Rom bel
Jml siswa
77
17
602
Sumber Data: Dokumentasi MAN Kandangan Kediri Keadaan siswa dapat dilihat perkembangannya sejak didirikan tahun 1981 sampai dengan saat ini seperti tabel di bawah ini : TABEL. 4.3 DATA KEADAAN SISWA SEJAK BERDIRI SAMPAI SEKARANG
No 1 2 3 4
Tahun Pelajaran
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Jumlah
Ket
1981-1982 1982-1983 1983-1984 1984-1985
25 30 40 55
25 30 40
25 30
25 55 95 125
MAS “ “ MAN
100
FILIAL
101
5 1985-1986 55 50 35 6 1986-1987 50 49 35 7 1987-1988 46 40 46 8 1988-1989 26 39 40 9 1989-1990 31 29 36 10 1990-1991 6 19 24 11 1991-1992 53 26 32 12 1992-1993 34 51 26 13 1993-1994 72 42 50 14 1994-1995 45 68 42 15 1995-1996 52 43 68 16 1996-1997 48 47 43 17 1997-1998 83 51 50 18 1998-1999 94 80 48 19 1999-2000 125 72 71 20 2000-2001 135 109 69 21 2001-2002 129 107 110 22 2002-2003 161 112 106 23 2003-2004 180 137 119 24 2004-2005 180 137 132 25 2005-2006 170 165 129 26 2006-2007 272 165 165 Sumber Data: Dokumentasi MAN Kandangan Kediri
140 134 133 93 96 49 101 111 164 155 163 138 184 222 268 313 346 379 436 449 464 602
PUR WO ASRI “ “ “ “ “ “ “ “ “ “ “ “ MAN “ “ “ “ “
5. a. Keadaan Fisik
Keadaan fisik terdiri dari tanah, gedung perabot/inventaris, keadaan guru dan tenaga kependidikan lainnya, keadaan siswa. 1) Tanah Luas keseluruhan MAN Kandangan 10.500 m 2 TABEL. 4.4 LUAS MAN KANDANGAN Pengadaan Tahun
1998
Luas
4000 m2
Harga
40.000.000
Sumber
Ket
dana
BP3
Sertifikat dalam proses
2002
2500 m2
187.500.000
APBN
Sudah bersertifikat
101
102
2004
4000 m2
360.000.000
APBN
Sudah bersertifikat
Sumber Data: Dokumentasi MAN Kandangan Kediri 2) Gedung Gedung yang telah dibangun MAN Kandangan sampai saat ini mencapai ± 28 ruang. b. Keadaan Non Fisik Keadaan Non Fisik dapat dikategorikan antara lain kurikulum yang diterapkan, proses belajar mengajar, kegiatan ekstra kurikuler, tingkat kemampuan akademik, tenaga kependidikan dan tingkat kemampuan siswa. 1) Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri Kandangan memiliki 3 program/jurusan untuk memenuhi minat dan kebutuhan siswa dalam menuntut ilmu, yaitu Program BAHASA, Program IPA dan Program IPS. Untuk Jurusan BAHASA, yang diajarkan antara lain Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Jepang, Bahasa Indonesia. Kurikulum yang dilaksanakan
MAN Kandangan adalah kurikulum 2006 tetapi dalam pelaksanaannya ada perubahan-perubahan dalam alokasi waktu. 2) Proses Belajar Mengajar Proses belajar mengajar pagi hari mulai jam 06.45 – 14.50 (full day) untuk hari Senin sampai dengan hari Rabu, Jum’at 06.45 – 11.00. Sedang hari Kamis dan Sabtu Jam 06.45–13.30 WIB.
102
103
Strategi belajar mengajar yang diterapkan menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan tugas lainnya. Proses belajar mengajar belum menggunakan media pembelajaran yang lengkap masih menggunakan buku yang ditunjang perpustakaan dan laboratorium IPA yang masih sederhana, laboratorium bahasa sudah ada tetapi belum mencukupi jumlah siswa . 3) Kegiatan Ekstra Kurikuler Kegiatan Ekstrakurikuler yang dilaksanakan antara lain : •
Olah raga
: Voli ball, sepak bola, Basket, Tenis Meja, Bela diri, atletik, Bulu Tangkis
•
Seni
: Teater, MTQ, kaligrafi, Seni Baca Al- Qur’an, Rebana
•
Majalah dinding : Pelatihan jurnalistik
•
Kepramukaan
•
P M R (Palang Merah Remaja)
•
K I R (Karya Ilmiah Remaja)
•
Cetak Sablon
•
Elektronika
6. Visi, Misi, dan Tujuan VISI
Visi MAN Kandangan adalah sebagai berikut : “ Terwujudnya Madrasah Berkualitas dan Menjadi Wahana Berprestasi “
103
104
Dari Visi tersebut di atas ada dua hal pokok yang menjadi perhatian yaitu : 1. Madrasah yang berkualitas 2. Menjadi wahana berprestasi 1. Madrasah yang berkualitas Madrasah yang ingin diwujudkan oleh MAN Kandangan adalah Madrasah yang berkualitas yaitu : a. Yang mempunyai nilai-nilai keagamaan dan keilmuan, nilai output dan outcame dalam masyarakat dan nilai budaya dan miniatur masyarakat. b. Madrasah yang dapat mencetak manusia yang terkait didalamnya baik guru, tenaga pendidikan lainnya maupun siswa menjadi manusia yang mempunyai: 1) Keimanan dan ketaqwaan yang tinggi 2) Akhlaqul karimah dan kepribadian yang mantap 3) Wawasan keilmuan yang tinggi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi 4) Wawasan keterampilan hidup dan kemandirian 5) Wawasan kebangsaan sehingga bisa hidup bersama masyarakat 2. Menjadi Wahana Berprestasi MAN Kandangan menginginkan madrasah ini menjadi : a. Tempat menempa diri menuju prestasi b. Tempat pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bakat dan minatnya menuju prestasi
104
105
c. Tempat untuk berlomba prestasi Yang dimaksud prestasi dalam semua bidang, baik keagamaan, keilmuan, keterampilan, Olah raga, seni dan lain-lainnya MISI
Dari visi tersebut di atas, misi yang ditetapkan adalah sebagai berikut : 1. Mencukupi sarana dan prasarana yang mendukung KBM dan kegiatan ekstra kurikuler 2. Meningkatkan profesionalisme semua tenaga kependidikan 3. Menerapkan managemen yang transparan dan meningkatkan pelayanan yang baik 4. Menciptakan lingkungan yang tertib, disiplin, bersih, nyaman dan Islami 5. Mengembangkan PBM yang efektif, inovatif dan demokratis 6. Menumbuhkan kemandirian siswa dengan program keterampilan 7. Melaksanakan bording school dan full day school
TUJUAN
1. Memiliki gedung, perabot/mebelair, peralatan dan sumber belajar yang cukup untuk mendukung KBM dan kegiatan ekstra kurikuler 2. Memiliki jumlah tenaga kependidikan yang cukup, profesional dan berdedikasi tinggi. 3. Memiliki akuntabilitas dalam semua bidang khususnya bidang keuangan dan pelayanan. 4. Terciptanya lingkungan yang tertib, disiplin, bersih, nyaman dan islami
105
106
5. Mempunyai lulusan yang hasil nilainya tinggi dan dapat meneruskan pendidikannya ke Perguruan Tinggi. 6. Mempunyai lulusan yang mandiri dan life skill yang tinggi 7. Mempunyai group/klub olah raga, kesenian, KIR yang mampu menjuarai setiap perlombaan
7. Tata Tertib Murid MAN Kandangan Kabupaten Kediri
Dalam setiap sekolah tentu mempunyai tata tertib untuk mendisplinkan siswanya, berikut ini adalah tata tertib yang berlaku di MAN Kandangan Kediri: a. Kewajiban Murid
1. Semua murid harus hadir di sekolah selambat-lambatnya 5 menit sebelum pelajaran dimulai 2. Siswa yang datang terlambat harus lapor/ minta izin kepada kepala sekolah/ guru piket sebelum masuk sekolah 3. Murid yang absen pada waktu masuk kembali harus melapor kepada kepala sekolah/ guru piket dengan membawa surat yang diperlukan (surat dokter, dan atau surat wali murid) 4. Taat dan hormat kepada kepala sekolah, semua guru dan TU serta saling menghargai pada sesama murid 5. Ikut bertanggung jawab atas kebersihan, keamanan dan ketertiban kelas dan sekolah pada umumnya
106
107
6. Membantu kelancaran pelajaran baik dikelasnya maupun sekolah pada umumnya 7. Membayar uang BP3 selambat-lambatnya tanggal 10 pada setiap bulan yang bersangkutan 8. Melengkapi diri dengan keperluan-keperluan dan perlatan-peralatan sekolah 9. Murid yang membawa kendaraan agar menempatkannya di tempat yang telah ditentukan dalam keadaan terkunci 10. Setiap murid wajib memakai seragam sekolah lengkap sesuai dengan ketentuan sekolah 11. Rambut, kuku agar dipotong rapi, bersih dan terpelihara 12. Pada waktu olah raga berpakaian sesuai dengan ketentuan sekolah 13. Menjaga nama baik sekolah, guru dan pelajaran pada umumnya, baik di dalam maupun di luar sekolah 14. Ikut membantu agar tata tertib sekolah dapat berjalan dan ditaati b. Larangan Murid
1. Meningggalkan sekolah sebelum jam pelajaran berlangsung, kecuali dengan izin kepala sekolah/ guru piket 2. Membeli, mengedarkan, mengkonsumsi segala jenis narkoba dan minuman keras baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah 3. Menerima surat-surat atau tamu di sekolah 4. Memakai perhiasan yang berlebihan serta berdandan yang tidak sesuai dengan kepribadian muslim/ muslimah
107
108
5. Merokok di dalam maupun di luar sekolah 6. Mengganggu jalannya pelajaran baik terhadap kelasnya maupun terhadap kelas lain 7. Berkelahi dan main hakim sendiri jika menemui persoalan antar teman 8. Mencoret-coret yang bukan tempatnya di lingkungan dan luar sekolah 9. Masuk kantor kecuali bila ada keperluan c. Lain-lain
1. Setiap pelanggaran akan mendapat sanksi/ hukuman 2. Sanksi/ hukuman dapat berupa: •
Teguran secara lisan/ tertulis
•
Tidak boleh masuk kelas/ mengikuti pelajaran
•
Peringatan Skorsing dalam waktu tertentu
•
Dikeluarkan/ dipindahkan dengan hormat
•
Dikeluarkan dengan tidak hormat
•
Sanksi-sanksi lain bersifat edukatif
3. Hal-hal yang belum dicantumkan dalam peraturan tata tertib ini akan diatur oleh sekolah 4. Peraturan tata tertib ini berlaku sejak diumumkan
B. Deskripsi Data
Paparan data dalam penelitian ini terbagi menjadi data responden dan data deskripsi hasil penelitian terhadap kedua variabel dalam penelitian ini yakni variabel reward (ganjaran) dan punishment (hukuman). Data responden
108
109
memuat identitas responden yang disebarkan kepada 40 siswa sebagai sampel penelitian. Sedangkan data deskripsi hasil penelitian merupakan data yang memaparkan secara singkat hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah ke satu dan kedua pada kedua variabel penelitian. 1. Data Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan teknik stratified sampling, sehubungan dengan populasi yang terdiri dari beberapa kelompok yang mempunyai kelompok bertingkat atau adanya strata (lapis-lapis). Di sekolah dengan adanya beberapa kelas yaitu kelas satu, dua, dan tiga, dengan tingkat semester merupakan alasan menggunakan teknik stratified sampling. Pengambilan sampel yang dilakukan peneliti adalah sampel random atau sampel acak, sampling ini diberi nama demikian karena
dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa MAN Kandangan yang masih melakukan studinya di MAN Kandangan pada saat penelitian berlangsung. Selanjutnya peneliti dalam penelitian ini cara yang dipakai oleh peneliti adalah cara undian jadi yang terpilih adalah kelas X, peneliti mengambil 15% dari jumlah siswa kelas X. Keseluruhan dari populasi adalah 272 siswa, maka 15%nya adalah 40,8 siswa. Jadi pengambilan sampelnya adalah dengan di undi jadi kelas X1 6 siswa, kelas X2 5 siswa, kelas X3 5 siswa, X4 5 siswa, X5 6 siswa, kelas X6 7 siswa, dan kelas X7 6siswa, sehingga jumlah keseluruhan adalah 40 siswa.
109
110
2. Data Deskripsi Hasil Penelitian
Paparan hasil penelitian ini menjawab rumusan masalah kesatu dan kedua yang diajukan pada bab pertama, sekaligus memenuhi tujuan dari penelitian asosiatif ini. Paparan hasil penelitian ini berdasarkan analisa data dengan menggunakan SPSS versi 10.00 dengan menggunakan statistik deskriptif. Berikut peneliti sajikan hasil penelitian tersebut.
a. Pengujian Hipotesis
Sub bab ini menjawab rangkaian rumusan masalah yang ketiga dalam penelitian yakni “Apakah ada pengaruh metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri?” Untuk mengetahui adanya pengaruh tersebut, maka peneliti menggunakan rumus regresi linier sederhana dengan menggunakan jasa SPSS versi 10.00. Adapun hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri”. Berikut tabel hasil pengujian hipotesis dengan regresi linier yang dimaksud. TABEL 4.5 HASIL UJI REGRESI LINIER SEDERHANA Std. Error of The estimate 0.671 0.450 0.420 3.29 Sumber Data: Hasil Uji Regresi dengan SPSS R
R Square
Adjusted R Square
110
F
Sig
15.126
0.000
111
Untuk menghitung besarnya pengaruh variabel pengaruh metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’anHadits di MAN Kandangan Kediri, menggunakan angka R Square atau angka korelasi yang dikuadratkan, yang disebut juga sebagai koefisien determinasi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasinya adalah 0,420 atau sama dengan 42% (rumus menghitung koefisien determinasi adalah R Square x 100% = 0,420 x 100% = 42%). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh metode reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits dengan pengaruh sebesar 42% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh sebab-sebab lain. Adapun output hasil analisa SPSS dapat dilihat sebagaimana terlampir.
b. Deskripsi Pengaruh Metode Reward (Ganjaran) terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits
Sub bab ini mendeskripsikan metode reward (ganjaran) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri. Untuk mengetahui adanya pengaruh tersebut, maka peneliti menggunakan rumus regresi linier sederhana dengan menggunakan jasa SPSS versi 10.00. Adapun yang akan di uji dalam rumusan masalah penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh metode reward (ganjaran) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di
111
112
MAN Kandangan Kediri”. Berikut tabel hasil pengujian dengan regresi linier yang dimaksud. TABEL 4.6 HASIL UJI REGRESI LINIER SEDERHANA Std. Error of The estimate 0.532 0.283 0.264 3.17 Sumber Data: Hasil Uji Regresi dengan SPSS R
R Square
Untuk
Adjusted R Square
menghitung
besarnya
F
Sig
15.011
0.000
pengaruh
variabel
reward
(ganjaran) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri yakni menggunakan angka R Square atau angka korelasi yang dikuadratkan, yang disebut juga sebagai koefisien determinasi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasinya adalah 0,264 atau sama dengan 26,4% (rumus menghitung koefisien determinasi adalah R Square x 100% = 0,264 x 100% = 26,4%). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh metode reward (ganjaran) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits dengan pengaruh sebesar 26,4% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh sebab-sebab lain. Adapun output hasil analisa SPSS dapat dilihat sebagaimana terlampir.
112
113
c. Deskripsi Pengaruh Metode Punishment (Hukuman) terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits
Sub bab ini mendeskripsikan metode punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri. Untuk mengetahui adanya pengaruh tersebut, maka peneliti menggunakan rumus regresi linier sederhana dengan menggunakan jasa SPSS versi 10.00. Adapun yang akan di uji dalam rumusan masalah penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh metode punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri”. Berikut tabel hasil pengujian dengan regresi linier yang dimaksud. TABEL 4.7 HASIL UJI REGRESI LINIER SEDERHANA Std. Error R R Square of The estimate 0.626 0.392 0.376 3.14 Sumber Data: Hasil Uji Regresi dengan SPSS Adjusted R Square
F
Sig
24.481
0.000
Untuk menghitung besarnya pengaruh variabel punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri yakni menggunakan angka R Square atau angka korelasi yang dikuadratkan, yang disebut juga sebagai koefisien determinasi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasinya adalah 0,376 atau sama dengan 37,6%
113
114
(rumus menghitung koefisien determinasi adalah R Square x 100% = 0,376 x 100% =37,6%). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat
pengaruh
metode
punishment
(hukuman)
terhadap
peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits dengan pengaruh sebesar 37,6% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh sebab-sebab lain. Adapun output hasil analisa SPSS dapat dilihat sebagaimana terlampir.
114
115
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pengaruh Metode Reward (Ganjaran) dan Punishment (Hukuman) terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri
Reward
(ganjaran)
merupakan
alat
pendidikan
represif
yang
menyenangkan, reward (ganjaran) juga dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar lebih tekun, lebih baik. Tidak hanya reward (ganjaran) saja yang dapat memberi dorongan belajar bagi siswa, punishment (hukuman) bertujuan untuk memperlancar jalannya proses pelaksanaan pendidikan, dapat pula menjadi alat pendorong bagi siswa untuk berbuat lebih baik, belajar lebih baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di MAN Kandangan Kediri membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits sebesar 42%. Atau dengan kata lain motivasi belajar Qur’anHadits dipengaruhi oleh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman), sedangkan 58% dipengaruhi oleh sebab-sebab lain. Sebab-sebab lain tersebut tidak dapat terindentifikasi secara rinci melalui proses penelitian ini karena bukan merupakan bagian dari tujuan penelitian. Dengan demikian dapat diketahui bahwa metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) cukup berpengaruh terhadap motivasi belajar
115
116
Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri. Hal ini sesuai dengan teori tentang reward (ganjaran), dan punishment (hukuman) dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar lebih baik, dengan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan ada kesesuaian antara teori dengan keadaan sebenarnya.
B. Pengaruh Metode Reward (Ganjaran) Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri
Reward (ganjaran) merupakan alat pendidikan yang menyenangkan, dengan reward (ganjaran) ini diharapkan dapat mengembalikan semangat siswa yang mulai pudar yang diakibatkan oleh suasana belajar yang membosankan, malas, sehingga dengan reward (ganjaran) ini dapat meningkatkan motivasi belajar Qur’an-Hadits. Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel reward (ganjaran) adalah pujian, penghormatan, hadiah, dan tanda penghargaan. Dengan kempat indikator tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat belajar Qur’anHadits. Indikator mengenai pujian dimaksudkan adalah untuk memberi pujian bagi siswa yang telah mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pujian dapat berupa kata-kata, dan isyarat. Dengan pujian tersebut diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar Qur’an-Hadits. Indikator mengenai penobatan ini dapat diberikan bagi siswa yang telah menjadi yang terbaik dalam pelajaran Qur’an-Hadits, siswa yang menjadi yang terbaik akan di umumkan di depan teman yang lain, sehingga
116
117
dengan penobatan ini diharapkan siswa akan terus rajin belajar untuk menjadi yang terbaik dalam pelajaran Qur’an-Hadits. Dan bagi siswa yang mampu mengerjakan tugas Qur’an-Hadits akan mendapat kesempatan untuk mengerjakan di depan teman yang lain, dan ini akan mampu membuat siswa percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya. Indikator tentang pemberian hadiah ini dapat berupa barang seperti alat-alat sekolah, juga berupa uang. Dalam penelitian ini dengan adanya hadiah diharapkan siswa bersemangat dalam mengikuti palajaran Qur’anHadits. Sedangkan indikator mengenai pemberian tanda penghargaan ini dapat berupa sertifikat, piala, surat tanda penghargaan, ini diharapkan siswa akan bangga dengan penghargaan ini sehingga mereka berusaha untuk memperoleh tanda penghargaan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, pengaruh metode reward (ganjaran) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri dengan prosentase 26,4%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengaruh metode reward (ganjaran) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri tidak begitu berpengaruh. Ini mungkin diakibatkan oleh faktor lain yang kurang mendukung.
117
118
C. Pengaruh Metode Punishment (Hukuman) terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri
Punishment (hukuman) merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, tujuan dari punishment (hukuman) itu adalah untuk memperlancar jalannya proses pelaksanaan pendidikan, dan dapat pula menjadi alat pendorong bagi siswa untuk berbuat yang lebih baik, belajar yang baik. Adapun yang termasuk dalam indikator punishment (hukuman) adalah punishment (hukuman) preventif dan represif. Punishment (hukuman) preventif bersifat mencegah, terdiri dari tata tertib, anjuran dan perintah, larangan, paksaan, dan disiplin. Dengan adanya punishment (hukuman) preventif diharapkan siswa tidak mengganggu kelancaran proses belajar dalam pelajaran Qur’an-Hadits sehingga akan tercapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan yang kedua yaitu punishment (hukuman) represif bertujuan untuk menyadarkan siswa kembali kepada hal-hal yang benar, yang baik, yang tertib. Yang termasuk didalamnya adalah pemberitahuan, teguran, peringatan, hukuman, dan ganjaran. Dalam proses belajar mengajar sering sekali siswa melakukan kesalahan, untuk itu guru tidak boleh langsung menghukum siswa, namun guru harus memberi tahu hal-hal yang dapat mengganggu belajar, mungkin siswa belum tahu tentang hal-hal yang dapat mengganggu proses belajar, jika sudah diberi tahu tentang hal-hal yang dapat mengganggu tetapi masih tetap melanggar, maka guru harus memberi teguran, jika masih melanggar maka perlu diberi peringatan, yang terakhir diberikan adalah
118
119
hukuman jika memang terpaksa digunakan. Dengan diberikan punishment (hukuman) itu diharapkan siswa terdorong untuk lebih giat belajar Qur’anHadits. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh metode punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri dengan prosentase 37,6%. Pengkategorisasian tersebut lebih tinggi dari variabel reward (ganjaran) dalam penelitian ini. Hasil prosentase dari pengkategorisasian variabel metode punishment (hukuman) ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil prosentase variabel metode reward (ganjaran). Maka dari itu punishment (hukuman) lebih berpengaruh dari pada metode reward (ganjaran) di MAN Kandangan Kediri. Metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) mempunyai pengaruh yang cukup baik dalam meningkatkan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri. Meskipun pengaruh metode punishment (hukuman) hasilnya lebih tinggi dari metode reward (ganjaran), sebaiknya jangan terlalu sering menggunakan punishment (hukuman) sebagai alat pendidikan yang dapat memberi motivasi belajar Qur’an-Hadits.
119
120
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sesuai dengan rumusan masalah dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Adapun pengaruh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits, berdasarkan hasil penelitian atas uji hipotesis pengaruh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri 42%, sedangkan sisanya yakni 58% merupakan pengaruh dari faktor lain. 2. Reward (ganjaran) adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pengaruh metode reward (ganjaran) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri mempunyai pengaruh sebesar 26,4%. 3. Sedangkan punishment (hukuman) adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan disengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pengaruh metode punishment (hukuman) terhadap
120
121
peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri mempunyai pengaruh sebesar 37,6%.
B. SARAN
1. Mengingat adanya pengaruh metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) terhadap peningkatan motivasi belajar Qur’an-Hadits di MAN Kandangan Kediri, meskipun ada faktor lain yang lebih berpengaruh, namun metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) masih digunakan. 2. Meskipun punishment (hukuman) lebih berpengaruh dari pada reward (ganjaran) terhadap peningkatan motivsi belajar Qur’an-Hadits, namun sebaiknya punishment (hukuman) dapat digunakan kalau dalam keadaan terpaksa saja, dan guru Qur’an-Hadits bersedia memaafkan siswa yang telah melakukan kesalahan tanpa ada rasa dendam. 3. Para guru sering mengadakan kompetisi dalam proses belajar mengajar karena akan memotivasi siswa untuk lebih rajin belajar.
121
122
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1987. Pengantar Metodik Dedaktik. Bandung: Armico. Ahmadi, Abu, dan Uhbiyati, Abu. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Al-Abrasyi, Athiyah. M. 1993. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an Terjemah Juz 1-30. Jakarta: Pena. Djalal, Abdul. 2000. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu. Echols, John. M, dan Shadily, Hasan. 1993. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Fadjar, Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo. Faizal, Sanapiah. 1991. Dasar-Dasar Dan Teknik Menulis Angket. Surabaya: Usaha Nasional. Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research II. Yogyakarta: Andi Offset. Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar Dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. 2004. Proses Belajar Mengatar. Jakarta: Bumi Aksara. Indrakusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Kusumal. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonisia. Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media. Mulyadi. 1991. Psikologi Pendidikan. Malang: FT. IAIN Sunan Ampel.
122
123
Pradja, Sastra. M. 1978. Kamus Istilah Pendidikan Dan Umum. Surabaya: Usaha Nasional. Purwanto, Ngalim. M. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006.
Ilmu
Pendidikan
Teoritis
Dan
Praktis.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Roestiyah, Y. 1978. Didaktik Metodik. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Schaefer, Charles. 1986. Bagaimana Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak. Jakarta: Kesain Blanc. Shalahuddin, Mahfudh, dkk. 1987. Metodologi Pendidikan Agama. Surabaya: Bina Ilmu. Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo. Sudjana, Nana, dan Ibrahim. 1989. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo. Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tadjab. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama. Uno, Hamzah. B. 2007. Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis Di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Winarsunu, Tulus. 2004. Statistik Dalam Penelitian Psikologi Dan Pendidikan. Malang: UMM Press. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
123