Pengaruh informasi akuntansi dan perilaku investor saham individual dalam pengambilan keputusan investasi
Erica Tungabdi ( 1513017 )
Abstract
Investment decision making is a complex and vital process in investment. Investment decision was influenced by many factors. Accounting information as one of them, also has theoritically value relevance for investor in investment decision. This result showed that accounting information as usefull value for investors, actually didn't entirely used by individual stock investors, especially for investors who used technical analysis and another non-fundamental analysis in their stock analysis. Investor's sophistication in acoounting information analysis (naive investor) also influenced the investor, so they didn't analize accounting information. When accounting information didn't influence to the investment decision of investor, no-effect hypothesis was applied. Whereas sophisticated investor who had sophistication in accounting information analysis, considered accounting information in their investment decision. When accounting information influenced to the investment decision of investor, mechanistic hypothesis was applied.
Keyword: accounting information, individual stock investor, investment decision,
stock analysis.
Pendahuluan
Latar belakang
Dunia investasi Indonesia saat ini sudah mulai membaik dan menunjukkan dirinya dimana dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukan track record yang positif. Hasil tersebut berdasarkan pengamatan terhadap fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, karena IHSG merefleksikan kinerja BEI secara keseluruhan. Fakta tersebut menunjukan bahwa aktivitas investasi di Indonesia sudah mulai tumbuh pesat. Maka hal tersebut tidak terlepas dari keputusan investasi yang dilakukan oleh para investor. Sorotan utamanya adalah pada proses pengambilan keputusan investasi oleh investor. Oleh karena itu pengambilan keputusan investor tidak boleh main-main guna menghasilkan keputusan yang tepat dalam pengambilan keputusan.
Menurut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito dalam tingkah laku investor serta sekuritas domestik tersebut seperti gerombolan kawanan hewan liar. "Mentalnya seperti mentality kawanan hewan. Kalau ada yang satu ke sana yang lain ikut, tidak tahunya di sana ada buaya," katanya dalam acara Diskusi Penel bertajuk The New World Order after The Crisis di FE UI, Depok, Rabu (5/8/2009). Kutipan diatas ialah salah satu alasan pembuatan penelitian ini, namun apakah pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan investasi ini?
Informasi akutansi ialah salah satu bagian penting dalam pengambilan keputusan, adapula penelitian terdahulu menyatakan bahwa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan memiliki relevansi nilai dan bermanfaat bagi investor dalam hal pengambilan keputusan investasi. Investor dapat menjadikannya sebagai acuan dalam berinvestasi agar kegiatan investasinya dapat menghasilkan keuntungan, bukan malah mendapatkan kerugian. (Puspitaningtyas, 2010)
Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa investor institusional Indonesia menggunakan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi (Cecilia Natapura, 2009) dan investor asing yang berinvestasi jugamenggunakan informasi akuntansi, lantas bagaimana investor individual dalam mengambil keputusan yang demikian dan bisa menghasilkan keputusan yang baik layaknya investor institusional?
Dengan pertanyaan hal itulah penelitian ini dibuat. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengkritisi perilaku investor dan meneliti tentang perilaku investor yang baik dalam pengambilan keputusan investasi.
Berdasarkan penjelasan diataslah penulis tertarik untuk menulis artikel mengenai "Perilaku investor saham individual Indonesia dalam pengambilan keputusan investasi".
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah dari pembahasan ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh informasi akuntansi terhadap pengambilan keputusan investasi bagi investor saham individual?
Bagaimana perilaku investor individual dalam pengambilan keputusan investasi?
Tujuan pembahasan
Tujuan pembahasan ini untuk mengetahui:
Pengaruh informasi akuntansi terhadap keputusan pengambilan investasi.
Perilaku investor individual dalam pengambilan keputusan investasi.
Metode Penelitian
Sampel dan Data
Populasi dari penelitian ini diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015. Peneliti mengambil informasi data perusahaan ini dari web Bursa Efek Indonesia karena terbuka untuk umum dan mudah ditemukan. Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang memiliki akun modal saham dan saldo laba pada laporan keuangan pada tahun 2010-2015.
Pengukuran variabel dan metode penelitian
Variabel independen pada penelitian ini adalah modal saham, sedangkan variabel dependennya adalah jumlah saldo laba. Penelitian ini menggunakan aplikasi IBM SPSS 24 untuk menguji hubungan antara variabel dependen dan independen.
Hasil Analisis
Hasil yang ditemukan sebagai berikut :
Model Summary
Dari data di bawah ini dapat diketahui bawah nilai R Square sebesar 0,040 variabel modal saham berpengaruh terhadap saldo laba, serta selisihnya dipengaruhi oleh faktor lain.
Annova
Dari data dibawah ini, ditemukan Sig 0,000 dimana jika Sig < 0,05 berarti memiliki pengaruh yang signifikan.
Coefficient
Dari data dibawah ini, dapat dilihat Y = ( 1,968E + 11 ) + 0,841X, dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa modal saham memiliki hubungan searah dengan saldo laba.
Kajian teori
Definisi investor
Investor adalah orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik yang melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Terkadang istilah "investor" ini juga digunakan untuk menyebutkan seseorang yang melakukan pembelian properti, mata uang, komoditi, derivatif, saham perusahaan, ataupun aset lainnya dengan suatu tujuan untuk memperoleh keuntungan dan bukan merupakan profesinya serta hanya untuk suatu jangka pendek saja.
Definisi investasi
Investasi ialah pengeluaran pada saat sekarang untuk membeli aktiva real (tanah, rumah, mobil, dan lain-lain) atau juga aktiva keuangan mempunyai tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar lagi dimasa yang mendatang, selanjutnya dikatakan juga investasi ialah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang digunakan untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal tersebut akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan dating. (Haming dan Basalamah)
Investasi ialah penanaman modal untuk satu ataupun lebih aktiva yang dimiliki dan juga biasanya berjangka waktu lama dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. (Sunariyah)
Definisi informasi akuntansi
Informasi akuntansi ialah informasi yang dipergunakan oleh mananger dalam mengambil keputusan dan menjalankan operasi perusahaan, informasi akuntansi juga bermanfaat dalam memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kondisi perusahaan dan kinerja ekonomi perusahaan yang selanjutnya akan digunakan analisis mengenai keadaan tersebut. Jadi secara umum akuntansi dapat kita definisikan sebagai sistem informasi yang memberikan hasil berupa laporan kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan mengenai aktifitas perekonomian dari kondisi perusahaan.
Definisi saham
Saham dikenal dengan karakteristik " imbal hasil tinggi, resiko tinggi ". Artinya, saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan
Kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar pendapatan dan potensi resiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan imbalan hasil atau capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun seiring berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan ( demand ) dan penawaran ( supply ) atas saham tersebut. Dengan kata lain, harga saham terbentuk atas permintaan dan penawaran saham.
Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhrudin ( 2006 : 178 ) " Saham dapat didefinisikan sebagai tanda yang ditanamkan di perusahaan tersebut."
Menurut Sunariyah ( 2006 : 128 ) " nilai pasar saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Apabila bursa efek telah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya. ".
Definisi pengaruh
Pengertian Pengaruh Menurut Wiryanto. Pengaruh merupakan tokoh formal maupun informal di dalam masyarakat, mempunyai ciri lebih kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibanding pihak yang dipengaruhi.
Pengertian Pengaruh Menurut Norman Barry. Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seorang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.
Pengertian Pengaruh Menurut Uwe Becker. Pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang yang – berbeda dengan kekuasaan – tidak begitu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan kepentingan.
Pengertian Pengaruh Menurut Bertram Johannes Otto Schrieke. Pengaruh merupakan bentuk dari kekuasaan yang tidak dapat diukur kepastiannya. Pengertian Pengaruh Menurut Robert Dahl. A mempunyai pengaruh atas B sejauh ia dapat menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan.
Pengertian Pengaruh Menurut Jon Miller. Pengaruh merupakan komoditi berharga dalam dunia politik Indonesia.
Pengertian Pengaruh Menurut Albert R. Roberts & Gilbert. Pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang ketika mereka tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), "Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang." Sementara itu, Surakhmad (1982:7) menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.
Jadi, pengaruh adalah hasil dari sikap yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dikarenakan seseorang atau kelompok tersebut telah melakukan dan menjalankan kewajibannya terhadap pihak memintanya untuk menjalankan kewajiban tersebut. Oleh karena itu, kekuasaan dan pengaruh mempunyai hubungan yang sangat erat. Yaitu apabila seseorang mempunyai kekuasaan maka dia dapat mempengaruhi pihak lain untuk menjalankan kehendaknya, seperti apa yang diinginkan oleh "penguasa" tersebut dan "pengaruh" apa yang mungkin timbul.
F. Investasi dan Keputusan Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi. Tujuan investor melakukan kegiatan investasi ialah untuk mencari (memperoleh) pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) yang akan diterima di masa depan (Puspitaningtyas dan Kurniawan, 2012). Pembelian saham merupakan salah satu kegiatan investasi, karena saham dapat memberikan penghasilan dalam bentuk deviden dan nilainya dapat diharapkan meningkat di masa depan. Tingkat pengembalian investasi pada saham dapat berupa capital gain dan dividend yield. Tingkat pengembalian investasi tersebut menjadi indikator untuk meningkatkan kesejahteraan bagi para investor. Ekspektasi investor terhadap investasinya adalah memperoleh tingkat pengembalian yang sebesar-besarnya dengan tingkat risiko tertentu dari waktu ke waktu (Puspitaningtyas, 2012). Oleh karena itu, investor berkepentingan untuk mempertimbangkan segala informasi yang diterimanya dalam pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan, bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi.
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa keputusan investasi adalah penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran (wealth) pemegang saham hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan (Hidayat, 2010). Seperti telah disebutkan, keuntungan (return) yang diperoleh dari kegiatan investasi pada umumnya berupa capital gain dan deviden.
Deviden yang diperoleh ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Sedangkan, capital gain dipengaruhi oleh fluktuasi harga saham. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dipengaruhi oleh faktor mikro dan makro yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham, serta akan memunculkan risiko investasi (Rahadjeng, 2011). Lalu, bagaimana informasi akuntasi menjadi berguna bagi investor? Nilai informasi akuntansi yang berguna bagi investor secara empirik diinvestigasikan melalui hubungan antara data akuntansi yang di-release kepada publik dan perubahan harga sekuritas suatu perusahaan. Jika hubungannya adalah signifikan, maka bukti menunjukkan bahwa informasi akuntansi adalah berguna (useful) dengan respek terhadap penilaian perusahaan. Agar dapat berguna, penyajian informasi akuntansi harus dapat membantu investor memprediksikan hasil-hasil pengembalian investasi di masa depan (Puspitaningtyas, 2010). Diharapkan berdasarkan informasi tersebut, investor yang rasional dapat membuat suatu keputusan investasi yang optimal. Hipotesis pasar yang efisien (the efficient market hypothesis) mengemukakan bahwa pengambil keputusan investasi sebagai individu rasional dan bertujuan memaksimalkan utilitas (Firat dan Fettahoglu, 2011; Singh, 2012).
Keputusan investasi yang optimal hanya dapat dicapai apabila investor mengambil keputusan yang tepat. Pasar dikatakan mengambil keputusan yang tepat terhadap efek suatu peristiwa, jika keputusan yang diambilnya adalah tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang sesuai dengan pengaruh peristiwa terhadap nilai perusahaan. Untuk keputusan yang tepat, pasar seharusnya bereaksi positif terhadap peristiwa yang mengakibatkan naiknya nilai perusahaan atau bereaksi negatif terhadap peristiwa yang mengakibatkan turunnya nilai perusahaan (Puspitaningtyas, 2010). Saad dan Siagian (2011) menyatakan bahwa komponen-komponen nilai (harga) pasar saham terdiri dari nilai asset in place ditambah nilai growth opportunity. Selain itu, komponen lain yang juga turut membentuk nilai (harga) pasar saham adalah sentimen investor, yaitu keyakinan investor terhadap arus kas harapan perusahaan di masa depan yang tidak didukung oleh informasi akuntansi (fundamental).
Apabila sentimen investor diikuti oleh perubahan permintaan yang cukup besar terhadap saham perusahaan maka terjadi mispricing. Teori Perilaku Keuangan Pemahaman atas teori pengambilan keputusan sangat penting, karena segala aktivitas di bidang keuangan selalu bermuara pada pengambilan keputusan (decision making).
Teori pengambilan keputusan mengasumsikan bahwa individu sebagai pengambil keputusan adalah berperilaku rasional. Teknik pengambilan keputusan secara kuantitatif –yaitu, dengan pemodelan matematika, statistika, dan ekonometrika- diadopsi dalam teori keuangan standar untuk memberi penjelasan tentang berbagai fenomena keuangan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Pemodelan kuantitatif mulai dipertanyakan ketika teori keuangan standar tidak mampu menjelaskan beberapa kasus keuangan, seperti kasus black Thursday (11 September 1986) dan kasus black Monday (19 Oktober 1987) (Wendy, 2010). Kasus black Thursday yang terjadi di pasar modal Amerika Serikat (AS) dipicu oleh pembicaraan di Eropa mengenai kemungkinan naiknya inflasi. Pembicaraan tersebut memicu terjadinya panic-selling oleh investor yang mengakibatkan harga future contracts atas obligasi pemerintah AS (T-bonds futures) mengalami penurunan yang luar biasa.
Dalam waktu dua hari indeks industrial jatuh sekitar 87 points, diikuti dengan penurunan sebanyak 37 points lagi pada hari berikutnya. Kasus lainnya ialah black Monday dimana terjadi penurunan harga saham yang luar biasa di New York Stock Exchange (NYSE). Akibatnya, pasar menjadi tidak terkendali dan memicu terjadinya efek penularan (contagious effect) pada bursa-bursa dunia (Wendy, 2010). Adanya kasus tersebut menunjukkan bahwa pengambilan keputusan bukan merupakan kasus deterministik yang bersifat statis karena berhubungan dengan faktor perilaku yang bersifat stokastik. Pilihan untuk berinvestasi pada aset yang lebih aman dengan mengabaikan tingkat return yang lebih tinggi merupakan fenomena dalam pasar modal yang sangat sulit dijelaskan dengan teori atau model keuangan.
Tindakan para investor yang terkadang tidak terkendali didorong oleh faktor-faktor psikologis, seperti ketakutan (fear), ketamakan (greed), dan kepanikan (madness). Kenyataan inilah yang mendorong berkembangnya teori perilaku keuangan (behavioral finance theory) yang bermaksud menganalisis bias psikologi yang belum terakomodasi dalam teori keuangan standar (Feng dan Seasholes, 2005; Qawi, 2010; Wendy, 2010; Spindler, 2011; Shahzad dkk., 2013). Teori perilaku keuangan dapat diartikan sebagai aplikasi ilmu psikologi dalam disiplin ilmu keuangan. Perilaku keuangan merupakan analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu psikologi dan ilmu keuangan, yaitu suatu pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia (investor) melakukan investasi atau berhubungan dengan keuangan dipengaruhi oleh faktor 8 psikologi. Perilaku keuangan bermaksud untuk memahami perilaku investor dalam mengambil keputusan investasi dan bertindak di pasar modal yang akan berpengaruh pada market performance (Qawi, 2010; Wendy, 2010; Shahzad dkk., 2013).
Perilaku keuangan sangat berperan dalam pengambilan keputusan investasi. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam pengaruh situasi yang kompleks. Pengambilan keputusan investasi akan sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh serta pengetahuan investor tentang investasi, sedangkan tiap-tiap investor memiliki tingkat kemampuan dan pengetahuan yang berbeda. Pengambilan keputusan investasi antara lain dipengaruhi oleh: (1) sejauh mana keputusan investasi dapat memaksimalkan kekayaan, dan (2) behavioral motivation, keputusan investasi berdasarkan aspek psikologis investor. Pengambil keputusan investasi tidak selalu berperilaku dengan cara yang konsisten dengan asumsi yang dibuat sesuai dengan persepsi dan pemahaman atas informasi yang diterima (Christanti dan Mahastanti, 2011; Jahanzeb dkk., 2012; Peteros dan Maleyeff, 2013). Perilaku Investor di Pasar Modal Investor di pasar modal adalah investor yang beragam. Keberagaman tersebut dikontribusikan oleh beberapa aspek, yaitu: motivasi investasi, daya beli (purchasing power) terhadap sekuritas, tingkat pengetahuan dan pengalaman investasi, serta perilaku investasi. Keberagaman tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan tingkat keyakinan (confidence) dan harapan (expectation) atas return dan risk dari kegiatan investasi.
Adanya keberagam inilah yang sesungguhnya mendorong terjadinya transaksi (Rahadjeng, 2011). Disinilah pentingnya memahami perilaku keuangan (behavioral finance). Perilaku keuangan merupakan sebuah model yang menekankan implikasi potensial dari faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku investor. Kemunculannya didorong oleh dugaan bahwa teori keuangan konvensional kurang memperhatikan bagaimana investor sebenarnya membuat keputusan investasi. Berbagai teori dan model keuangan mengasumsikan bahwa investor selalu berperilaku rasional dalam proses pengambilan keputusan investasi. Investor diasumsikan mau dan mampu menerima dan menganalisis semua informasi yang tersedia berdasarkan pemikiran rasionalitasnya. Akan tetapi, dalam kenyataannya investor seringkali menunjukkan perilaku yang bersifat irasional (cenderung bersifat judgment), sehingga keadaan ini menyimpang dari asumsi rasionalitas dan memiliki kecenderungan bias.
Perilaku keuangan bertujuan menginvestigasi karakteristik emosional investor untuk menjelaskan faktor subyektif dan anomali irasional dalam pasar modal (Taffler, 2002; Godoi dkk., 2005; Hayes, 2010; Jureviciene dan Invanova, 2013). Perilaku investor sangat dipengaruhi oleh infomasi yang diterima. Sebab, informasi adalah bersifat individu. Artinya, individu mungkin akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap sumber informasi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa individu menerima informasi dan merevisi keyakinan secara berurutan dalam proses berkelanjutan melalui penerimaan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dan juga dari sumber informasi lain seperti media, dan pengumuman lain yang dapat mempengaruhi keputusannya.
Sehubungan dengan hal tersebut sebagai sumber informasi, laporan keuangan adalah penyedia informasi akuntansi yang relevan dan reliabel. Bahwa, informasi yang bermanfaat (information usefulness) bagi pengambilan keputusan lebih menekankan pada isi atau kandungan informasi (content of information) serta ketepatan waktu dalam memberikan keyakinan bagi investor atau mengubah keyakinan awal (prior belief) pengguna laporan keuangan agar segera bereaksi dan informasi ini bersaing dengan sumber informasi lain (Puspitaningtyas, 2011).
Pada dasarnya, informasi telah tersedia di pasar. Namun demikian, investor akan menerima dan menganalisis informasi yang tersedia dengan cara beragam. Sebagian besar teori yang berkaitan dengan pasar modal didasarkan pada asumsi bahwa setiap 10 orang memperhitungkan keseluruhan dari semua informasi yang tersedia di pasar dan berperilaku dengan rasionalitas (Singh, 2009). (Syamni, 2009) menyatakan bahwa terdapat dua tipe investor dalam mencerna suatu informasi, yaitu informed investors dan uninformed investors. Informed investors ialah investor yang dapat menangkap informasi yang tersedia yang berkaitan dengan proses perdagangan serta mengetahui kapan melakukan keputusan beli atau jual di semua peristiwa. Uninformed investors ialah investor yang kurang (tidak) mempunyai kesadaran atau kemampuan untuk menangkap serta memanfaatkan informasi yang tersedia.
Natapura (2009) menyebutkan ada tiga tipe investor, yaitu: (1) tipe intuitif, adalah tipe investor yang mengambil keputusan berdasarkan insting, cenderung bertindak berdasarkan perasaan; (2) tipe emosional, adalah seseorang yang bertindak berdasarkan emosi, memiliki kecenderungan untuk memilih informasi yang mendukung tindakan atau opininya dan akan mengabaikan informasi yang tidak menyenangkan bagi dirinya. Investor tipe ini akan mengabaikan transaksi yang memiliki risiko yang tidak dapat diperhitungkan; dan (3) tipe rasional, adalah seseorang yang berfokus kepada alasan dibalik sesuatu, memiliki kecenderungan untuk menunda pengambilan keputusan.
Tujuannya adalah untuk mengurangi ketidakpastian, hingga diperoleh penjelasan yang rasional. Berupaya untuk dapat mengendalikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pelaku pasar di masa depan yaitu informasi dan peramalan. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Tujuan kegiatan investasi yang dilakukannya ialah bukan untuk memperoleh keuntungan secara cepat, melainkan peningkatan investasi yang tetap, dalam kurun waktu yang relatif lama (jangka panjang). Investor ini bersedia mengambil risiko jika diketahui bahwa investasi tersebut tidak memberikan keuntungan dalam jangka pendek, namun aman untuk jangka panjang. Jika tujuannya tidak dapat dicapai dengan tingkat risiko tertentu (atau bahkan tanpa risiko), maka setidaknya risiko tersebut harus dapat dikendalikan.
Pembahasan
Salah satu persyaratan pengambilan keputusan investasi ialah ketersediaan informasi. Persoalannya ialah informasi yang tersedia tidak semuanya relevan dengan kepentingan dan tujuan tiap-tiap investor. Sementara para investor dituntut untuk dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Sebab, apabila terlambat atau salah dalam mengambil keputusan maka akan mengakibatkan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan. Untuk itulah, investor perlu melakukan analisis informasi dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan investasi juga terkait erat dengan perilaku investor. Perilaku merupakan evaluasi, perasaan, kecenderungan seseorang terhadap sesuatu. Perilaku menempatkan seseorang pada kerangka berpikir untuk mendekatkan diri dan menyukai sesuatu, atau menjauhkan diri dan tidak menyukai sesuatu. Suhari dkk. (2011) menyatakan bahwa perilaku investor terkait dengan pemilihan terhadap berbagai produk investasi dan bagaimana tindakan aktif investor dalam pasar modal.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa investor dalam proses pengambilan keputusan investasi mempertimbangkan informasi akuntansi (fundamental) perusahaan. Akan tetapi, faktor psikologi investor yang tercermin sebagai sinyal pribadi lebih mendominasi. Jadi, meskipun hasil analisis empirik menunjukkan bahwa pengaruh informasi akuntansi terhadap nilai-nilai pasar adalah tidak konsisten, namun responden menyatakan bahwa informasi akuntansi yang disajikan oleh perusahaan tetap menjadi pertimbangan penting dalam proses pengambilan keputusan investasi. Sinyal pribadi lebih mendominasi investor sebagai pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan investasi, sebab investor memiliki kecenderungan psikologis untuk lebih mempertimbangkan sinyal pribadi dibandingkan sinyal publik. Fenomena psikologis tersebut mengakibatkan harga saham tidak mencerminkan harga (nilai) wajarnya. Responden berpendapat bahwa pasar modal Indonesia berada dalam kondisi yang tidak efisien, manajer 13 dapat memilih waktu yang tepat untuk menerbitkan saham, yaitu pada saat harga cukup tinggi di atas nilai wajarnya. Artinya, nilai pasar cenderung dikendalikan oleh pelaku pasar dan tidak mencerminkan nilai wajarnya. Sinyal pribadi tersebut menimbulkan adanya sentimen investor. Sentimen investor merupakan hasrat investor untuk bertransaksi berdasarkan informasi akuntansi (fundamental) perusahaan. Akibat adanya sentimen investor ialah dana investor mengalir pada sekuritas yang tidak memberikan return maksimum pada tingkat risiko tertentu. Efisiensi sebuah pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) pasar yang efisien secara operasional (efisien secara internal) dan (2) pasar yang efisien dalam penetapan harga (efisien secara eksternal). Pasar disebut efisien secara operasional jika para investor dapat memperoleh jasa transaksi yang mencerminkan biaya nyata yang berhubungan dengan meningkatkan jasa-jasa tersebut.
Sedangkan, pasar modal yang efisien dalam penetapan harga adalah pasar dimana harga-harga pada segala waktu mencerminkan semua informasi yang tersedia yang sesuai dengan penilaian sekuritas. Tersedianya informasi yang akurat dan terpercaya bagi seluruh investor menjadi kebutuhan awal untuk pasar modal yang efisien dalam penetapan harga. Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan harga sama dengan faktor dalam informasi yang masuk ke dalam pasar (Natapura, 2009). Namun yang terjadi pada harga saham di BEI adalah harga tidak mencerminkan ketersediaan informasi. Berbagai macam pelaku pasar yang tidak memiliki sumber informasi memainkan dan mengacaukan harga saham. Perilaku para investor tersebut dilatarbelakangi oleh kebutuhan yang menjadi dasar dari keinginan manusia, tujuan, dan motivasi. Selain itu, kebutuhan akan sesuatu juga dapat menjadi dasar dari kesalahan-kesalahan manusia yang berakar dari persepsi pribadi, percaya diri, ketergantungan kepada peraturan, dan emosi. Natapura (2009) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisir, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk sesuatu yang berarti. Cara seseorang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya yang berbeda-beda mengenai situasi tertentu.
Setiap orang membentuk persepsi secara berbeda-beda. Persepsi yang berbeda, walaupun berasal dari stimulus yang sama, dikarenakan tiga proses persepsi, yaitu: (1) selective attention, merupakan kecenderungan dimana seseorang akan melewatkan sebagian besar stimulus yang dihadapkan; (2) selective distortion, merupakan kecenderungan seseorang untuk mengartikan informasi dengan cara tertentu yang akan mendukung sesuatu yang dipercaya sebelumnya; dan (3) selective retention, merupakan kecenderungan seseorang akan mempertahankan informasi yang mendukung kepercayaan dan perilakunya (Natapura, 2009). Karakteristik sebagian investor Indonesia akan turut menentukan faktor apa yang berperan penting dalam proses pengambilan keputusan. Studi ini mengelompokkan investor dalam dua tipe, yaitu: (1) investor rasional dan (2) investor tidak (kurang) rasional. Investor rasional akan berusaha menganalisis seluruh informasi yang diperolehnya dalam proses pengambilan keputusan investasi, baik informasi akuntansi (sebagai sinyal publik) maupun sinyal pribadi. Sedangkan, investor yang tidak (kurang) rasional, akan mengambil keputusan investasi dengan (hanya) berpedoman pada sinyal pribadi (seperti: naluri, ikut-ikutan, tidak terbiasa menganalisis detail situasi dan kondisi sektor usahanya, bahkan percaya pada aspek mistik dari investasi yang ditawarkan). Hal ini sangat berbahaya bagi kelangsungan investasinya. Jika keputusan yang diambil hanya berdasarkan pertimbangan yang tidak rasional, maka keuntungan atau kerugian yang diperoleh juga akan bersifat tidak rasional (irasional).
Peristiwa ekonomi senantiasa berdampak pada perusahaan baik secara individu maupun keseluruhan. Dampak kejadian ekonomi pada perusahaan dengan anggapan bahwa suatu peristiwa akan tercermin pada perdagangan harga saham. Bagaimana harga saham merespon informasi suatu kejadian selama pemberitaan kepada publik. Laju reaksi harga saham terhadap informasi yang disampaikan selama pemberitaan apakah akan berlangsung secara searah ataukah secara berlawanan arah. Investor (calon investor) harus mengetahui keadaan serta prospek perusahaan yang menjual saham. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajari dan menganalisis informasi akuntansi yang relevan. Semua informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin pada perubahan harga. Investor juga seharusnya fokus pada hal-hal penting berkaitan dengan keputusan yang akan diambil. Tiap-tiap investor memiliki ketersediaan informasi yang sama. Persepsi seseorang akan mempengaruhinya dalam mengambil keputusan. Kecenderungannya investor akan bertindak atau bergerak sesuai dengan persepsinya. Misalnya, jika Anda mempersepsikan harga saham A akan naik, maka kecenderungannya Anda akan bertindak atau bergerak untuk memperoleh informasi yang akan mendukung prediksi berdasarkan persepsi anda tersebut.
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa investor (calon investor) cenderung berperilaku rasional. Investor (calon investor) perlu mempertimbangkan informasi secara jelas atas suatu peristiwa ekonomi jika akan melakukan pengambilan keputusan investasi. Pertimbangan tersebut dilakukan untuk dapat memperkirakan keterkaitan informasi tersebut dengan perubahan harga saham. Pasar menyajikan beragam informasi dan seharusnya investor menganalisis beragam informasi tersebut. Sebelum pada tahapan pemanfaatan informasi untuk mengambil keputusan, investor akan terlebih dahulu melakukan pencarian informasi secara aktif dan terus-menerus.
Perilaku investor saham dalam pengambilan keputusan investasi cenderung dipengaruhi oleh teknik analisis saham mereka. Informasi akuntansi sebagai nilai yang bermanfaat bagi investor khususnya investor saham individual, ternyata tidak selalu menjadi acuan utama dalam pengambilan keputusan investasi. Bahkan intensitas penggunaan informasi akuntansi dalam keputusan investasi mereka tidak selalu intens dan dominan. Faktor kerumitan dalam menganalisis informasi akuntansi adalah faktor penyebabnya. Keberadaan aktivitas investasi sebagai penghasilan sampingan menjadi faktor dominan yang membuat mereka menerapkan prinsip investasi praktis dan tidak rumit.
Analis fundamental sebagai analis informasi akuntansi yang ada di laporan keuangan emiten memang cenderung intens dalam menggunakan informasi akuntansi. Bahkan dominasi informasi akuntansinya pun lebih dominan dalam keputusan investasinya. Setiap perubahan angka akuntansi mempengaruhi pengambilan keputusan mereka. Hal ini sesuai dengan teori mechanistic hypothesis. Sebaliknya, analis teknikal sebagai analis historis berdasarkan harga saham emiten cenderung lebih jarang menggunakan informasi akuntansi, bahkan tidak bersifat dominan dalam landasan keputusan investasinya. Sehingga hal ini membuat perubahan angka akuntansi tidak mempengaruhi pengambilan keputusan mereka atau yang biasa disebut dengan teori no-effect hypothesis.
Dalam hal ini para broker, dosen dan mahasiswa (fakultas ekonomi) yang sedianya adalah orang-orang yang identik dengan pasar modal lebih canggih dan menggunakan informasi akuntansi dalam pertimbangan keputusan investasi mereka. Sementara dari kalangan wirausahawan masih belum canggih dalam menganalisis informasi akuntansi, namun pengalaman dan pembelajaran cukup bisa membantu mereka dalam menganalisis informasi akuntansi. Hasil ini juga membuktikan bahwa keberadaan laporan keuangan sebagai penyedia informasi yang bermanfaat bagi investor tidak sepenuhnya berbanding lurus dengan pemikiran para investor. Sejatinya informasi akuntansi adalah salah satu basis informasi vital dalam pengambilan keputusan investasi, tetapi ternyata tidak sepenuhnya investor menggunakannya, bahkan ada yang tidak memahaminya.
Seharusnya pengambilan keputusan investasi adalah proses yang komplek dan tidak praktis. Investor saham individual harus memanfaatkan dan menggunakan berbagai analisis saham dan informasi yang ada di pasar dan emiten agar memperoleh return yang maksimal dan terhindar dari kerugian investasi. Background pekerjaan dan status tidak menjadi hambatan dan alasan untuk menjadi naive investor, asal bersedia belajar juga mampu menjadi sophisticated investor.
Saran
Dengan adanya artikel ini diharapkan para investor terutama di Indonesia dapat memanfaatkan dan menggunakan berbagai analisis saham dan informasi yang ada di pasar dan emiten agar memperoleh return yang maksimal dan terhindar dari kerugian investasi. Dengan adanya penggunaan informasi yang baik dan benar maka diharapkan kedepannya Indonesia dapat memperbaiki kondisi perekonomiannya terutama dalam saham, terlebih pada investor individual yang saat ini dikenal tidak memperhitungkan hal-hal yang terkait mengenai informasi akuntansi yang ada.
Keterbatasan artikel
keterbatasan dalam penelitian ini adalah terletak pada fokus penelitiannya yang hanya berfokus pada investor saham individual saja, sehingga pada penelitian selanjutnya dapat memperluas atau mengambil focus penelitian lain, misalnya investor saham institusional, investor obligasi, dan instrumen lain di pasar modal; wawancara tidak dilakukan secara intensif, sehingga penelitian selanjutnya diharapkan mempertajam analisis dan lebih intensif lagi dalam mewawancarai argumen-argumen investor dalam mengambil keputusan investasi: saran mengenai perilaku investor dalam penelitian ini adalah hasil analisis perbandingan teori dengan faktual dan saran pengambilan keputusan investornya adalah dengan mengarahkannya pada penerapan teori, sehingga pada penelitian selanjutnya dapat dilengkapi dengan adanya bahasan mengenai pendapat dan saran dari pakar investasi terkait keputusan investasi yang benar sesuai dengan teori investasi dan penelitian ini tidak ada subbab yang membahas mengenai pendapat para akademisi akuntansi terkait hasil penelitian, sehingga penelitian selanjutnya akan semakin lengkap jika dilengkapi dengan pendapat para pakar di bidang akuntansi terkait hasil penelitian bahwa informasi akuntansi cenderung tidak dijadikan landasan yang dominan dalam keputusan investasi.
Sumber referensi
Brigham and Houston. 2014. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11. Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Puspitaningtyas, Zarah. 2010. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan Manfaatnya Bagi
Investor. Jember: Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393
Chandra, Rudy. 2010. Analisis Pemilihan Saham oleh Investor Asing di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi . Volume 17, Nomor 2 ISSN 0854-3844
Natapura, Cecilia (2009) Analisis Perilaku Investor Institusional dengan Pendekatan
Analytical Hierarchy Process (AHP). Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 16, No. 3, hal. 180-187.
Christanti, Natalia dan Linda A Mahastanti (2011) Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan
Investor Dalam Melakukan Investasi. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan,
Tahun 4, No. 3, hal. 37-52.
Suhari, Endang, Irwan Trinugroho, Reza Rahardian, dan Wafi Ivada (2011) Psychographic
And Investor Behavior In Indonesia. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business, Vol. 2, No. 11, hal. 296-302.
Watts, Ross L., Zimmerman, Jerold L. 1986. Positive Accounting Theory.
New Jersey: Prentice Hall, Inc. Salemba Empat.
Spindler, Gerald (2011) Behavioural Finance and Investor Protection Regulations.
Journal of Consumer Policy, Vol. 34, No. 3, hal. 315-336.
Firat, Duygu dan Sibel Fettahoglu (2011) Investors' Purchasing Behaviour via a
Behavioural Finance Approach. International Journal of Business and Management, Vol. 6, No.7, hal. 153-163.
Scott, W.R. 2000. Financial Accountung Theory. 2nd ed. Prentice-Hall
Canada Inc.:Scarborough, Ontario.
Jahanzeb, Agha, Saqib Muneer, dan Saif ur Rehman (2012) Implication of Behavioral
Finance in Investment Decision-makin Process. Information Management and Business Review, Vol, 4, No, 10, hal. 532-536