VI. PEMBAHASAN
Percobaan Skrining ini bertujuan untuk mengetahui dan dapat menganalisis golongan senyawa alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid, tanin, saponin, dan kuinon dalam tumbuhan. Karena golongan kimia ini yang merupakan senyawa aktif dan dapat digunakan sebagai obat. Prinsip yang mendasari percobaan ini adalah analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji-uji spesifik. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan penambahan reagen-reagen yang memberikam reaksi positif terhadap golongan kimia dari tanaman. Simplisia yang digunakan adalah serbuk daun tembakau, serbuk rimpang kunyit, serbuk daun ungu, serbuk daun teh, serbuk biji kedele, dan lidah buaya.
Simplisia tembakau, rimpang kunyit, daun ungu, daun the, dan biji kedele sudah dalam bentuk serbuk yang dikeringkan. Sedangkan lidah buaya yang digunakan sebelumnya di iris-iris terlebih dahulu hingga bentuknya menjadi lebih kecil. Hal ini dilakukan agar lidah buaya memiliki luas permukaan yang besar sehingga mempermudah reaksi terhadap penambahan reagen.
1. Uji Alkaloid
Uji alkaloid bertujuan untuk mengetahui apakah pada simplisia daun tembakau mengandung golongan senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik yang bersifat polar, sedikitnya mengandung sebuah N dalam cincin.
Serbuk daun tembakau yang sudah dihaluskan dilarutkan dalam HCl 2N dan air, yang bertujuan untuk melarutkan senyawa alkaloid agar dapat terpisah dari simplisia. Penambaahan HCl dilakukan dengan proses ekstraksi agar alkaloid dapat terdistribusi secara optimal dalam larutan HCl yang bersifat polar. Ekstraksi dilakukan agar alkaloid terdistribusi sepenuhnya pada HCl (Markham, 1988). Setelah itu ditambahkan aquadest dan dilakukan pemanasan selama 2 menit kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat yang mengandung alkaloid dari residunya.
Filtrat (lapisan HCl) diambil untuk diuji kandungan alkaloidnya, karena diperkirakan golongan alkaloid banyak terdapat didalam lapisan HCl. Filtrat tersebut dibagi menjadi 3 bagian untuk diuji kandungan alkaloidnya. Filtrat pertama ditambahkan pereaksi Dragendroff yang mengandung ion Bi3+ dan HI, dimana uji positif jika terbentuk endapan coklat.
Reaksinya :
R3N + Bi3+ + H+ + 4I- R3N.HBiI4
Alkaloid endapan coklat
(Harbone, 1977)
Filtrat kedua ditambahkan dengan pereaksi mayer yang mengandung Hg2+ dan KI. Uji positif jika terbentuk putih.
Reaksinya :
R3N + Hg2+ + 2K+ + 4I- R3N.K2H3I4
Alkaloid endapan putih
(Harbone, 1977)
Berdasarkan hasil percobaan, filtrat I yang ditambahkan pereaksi dragendorf mengalami proses pembentukan endapan coklat, dengan kata lain uji ini positif mengandung senyawa alkaloid sesuai dengan literature dan filtrat II yang ditambahkan pereaksi mayer tidak mengalami pembentukan endapan putih, dengan kata lain uji ini negatif dikarenakan human error. Filtrat III tidak ditambahkan pereaksi apapun sebagai control yang tidak mengalami perubahan warna dan tidak mengalami proses pengendapan.
2. Uji steroid/triterpenoid
Uji steroid/triterpenoid bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan steroid/triterpenoid pada serbuk rimpang kunyit. Tahap pertama yang dilakukan adalah maserasi terhadap serbuk rimpang kunyit halus ke dalam n-heksan kemudian dikocok selama 30 menit. Maserasi merupakan proses perendaman selama beberapa waktu agar zat (steroid/triterpenoid) yang terkandung dalam simplisia rimpang kunyit dapat keluar atau terekstrak. Maserasi dilakukan selama 30 menit adalah waktu yang optimum untuk mengeluarkan atau mengekstrak steroid/triterpenoid yang terkandung dalam simplisia. Pelarut yang digunakan adalah n-heksan yang bersifat nonpolar karena steroid merupakan senyawa organik yang memiliki sifat nonpolar sehingga steroid dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti n-heksan.
Larutan yang telah dimaserasi kemudian disaring dengan tujuan untuk memisahkan residu rimpang kunyit dari filtrat. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan. Penguapan berfungsi untuk menghilangkan pelarut n-heksan yang tersisa pada filtrat. Residu yang diperoleh dari penguapan kemudian ditambah dengan asam asetat anhidrat dimana asam asetat anhidrat akan bereaksi dengan steroid melalui reaksi asetilasi menghasilkan kompleks asetil steroid.
Reaksi yang terjadi :
(Fessenden, 1999)
Penambahan H2SO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi kompleks asetil steroid. H2SO4 pekat lebih bersifat reaktif jika bereaksi dengan steroid dibandingkan dengan asam asetat anhidrat. Hal ini dikarenakan kemampuan H2SO4 yang lebih mudah masuk mengatasi efek sterik yang besar dari molekul steroid sehingga senyawa kompleks yang dihasilkan lebih stabil dari kompleks asetil steroid.
Uji positif terhadap steroid/triterpenoid adalah jika terbentuk larutan berwarna merah atau hijau. Pada percobaan ini menghasilkan warna merah, hal ini menunjukan bahwa rimpang kunyit mengandung steroid/triterpenoid.
3. Uji flavonoid
Uji flavonoid bertujuan untuk mengetahui adanya flavonoid dalam simplisia daun ungu. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom kuinon, terdiri dari 2 cincin benzena yang dihubungkan menjadi rantai linear yang terdiri dari 3 atom karbon. Penentuan uji flavonoid dilakukan dengan menambahkan serbuk Mg dan larutan HCl pada filtrat flavonoid. Pada proses penambahan ini terjadi reaksi eksoterm yaitu reaksi yang melepaskan panas yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung gas dan pelepasan kalor pada permukaan tabung reaksi. Gelembung gas yang terbentuk ini adalah gas H2.
Reaksi yang terjadi :
Mg + 2HCl Mg2+ + 2Cl- + H2
(Markham, 1988)
Produk yang dihasilkan pada reaksi diatas adalah MgCl2 dan H2. Dimana MgCl2 berada dalam kesetimbangan. Reaksi :
MgCl2 (aq) MgCl+ (aq) + Cl- (aq)
(Markham, 1988)
MgCl+ akan bereaksi dengan gugus karbonil pada flavon yang mengalami resonansi, sehingga akan terbentuk ikatan baru yaitu pelepasan ikatan rangkap dan pembentukan gugus hidroksil.
Reaksi yang terjadi :
(Markham, 1988)
Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan ikatan baru dimana adanya MgCl+ mampu melarutkan flavon sehingga flavonoid dapat dipisahkan dari golongan kimia lain. Penambahan amilalkohol berfungsi untuk melarutkan flavonoid. Hal ini disebabkan flavonoid merupakan senyawa polar sehingga amilalkohol yang juga bersifat polar mampu memisahkan flavonoid dari senyawa-senyawa yang bersifat non polar, misalnya kuinon.
Larutan dikocok dengan tujuan untuk memperbesar distribusi flavonoid ke dalam amilalkohol. Pada uji ini menghasilkan reaksi positif untuk flavonoid adalah terbentuknya larutan berwarna kuning jingga.
4. Uji Tanin
Uji tanin bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan tanin dalam simplisia daun teh. Tanin merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksi (turunan benzena) yang dapat larut dalam air karena adanya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil yang dimiliki tanin dengan molekul air. Oleh karena itu penentuan tanin pada daun teh dilakukan dengan penambahan air panas pada daun teh kemudian didihkan 5 menit. Tanin yang bersifat polar akan larut dalam air yang bersifat polar, hal ini sesuai dengan prinsip "like dissolve like". Kelarutan tanin yang tinggi terjadi dalam keadaan panas karena alasan inilah maka dilakukan proses pendidihan agar tanin yang terlarut semakin banyak. Selain itu proses pendidihan juga berfungsi untuk memecah ikatan-ikatan pada tanin sehingga dihasilkan bentuk monomer-monomer tanin bebas. Selanjutnya adalah penyaringan yang bertujuan untuk memisahkan tanin dari simplisia dan senyawa lain yang terkandung didalamnya seperti alkaloid, steroid, flavonoid.
Filtrat kemudian ditambahkan FeCl3 1%. Penambahan FeCl3 berfungsi sebagai sumber atom pusat, dimana tanin merupakan ligan yang membutuhkan atom pusat untuk membentuk kompleks yang stabil, sehingga terbentuklah kompleks antara atom pusat Fe3+ dengan ligan tanin. Pada uji ini menunjukkan reaksi positif yaitu terbentuk larutan berwarna biru tua/hijau violet/hitam kehijauan.
Reaksi yang terjadi :
Kompleks warna (biru tua/hiju violet/hitam kehijauan)
(Markham, 1988)
Dari percobaan menunjukan hasil positif mengandung senyawa tanin.
5. Uji Saponin
Uji saponin bertujuan untuk mengetahui adanya saponin yang terkandung pada simplisia serbuk biji kedele. Saponin merupakan suatu glikosida dengan gugus hidroksil pada molekulnya dengan rumus C32H18O7. Saponin mempunyai sifat seperti sabun, dimana ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk busa atau buih. Metode pengujian saponin dilakukan dengan mendidihkan serbuk biji kedele yang telah dihaluskan ke dalam air panas. Tujuan pendidihan ini adalah untuk memperbesar kelarutan saponin dalam air.
Penyaringan dilakukan dalam keadaan panas, hal ini dilakukan agar kandungan saponin tidak berkurang bila suhu menurun. Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan saponin dari simplisia dan senyawa lain yang terkandung didalamnya seperti alkaloid, steroid, flavonoid. Filtrat yang dihasilkan kemudian dikocok secara vertikal hingga terbentuk busa selama 10 detik. Hal ini disebabkan saponin merupakan senyawa yang bersifat seperti sabun, dimana memiliki gugus hidrofil dan hidrofob yang dapat bertindak sebagai permukaan aktif dalam pembentukan busa.
Uji positif untuk saponin adalah dengan terbentuknya busa yang stabil. Saponin dapat larut dalam air karena adanya gugus hidrofil (OH) yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
(Fessenden, 1999)
Dalam percobaan ini memberikan hasil yang positif karena terbentuknya busa atau buih pada larutan tersebut. hal ini menunjukkan serbuk biji kedele mengandung senyawa saponin.
6.5. Uji Kuinon
Uji kuinon bertujuan untuk mengetahui adanya kuinon dalam lidah buaya. Kuinon merupakan senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzakuionon yang terdiri dari 2 gugus karbonil yang berkonjugaasi dengan R ikatan rangkap karbon.
Penentuan adanya kuinon dilakukan dengan mendidihkan lidah buaya dalam air. Pendidihan berfungsi untuk memperbesar kelarutan kuinon dalam air. Selanjutnya larutan disaring untuk memisahkan residu lidah buaya dari filtrat yang diperkirakan terdapat kuinon.
Filtrat hasil penyaringan ditambahkan NaOH 1N. Penambahan NaOH 1N berfungsi untuk mendeprotonasi gugus fenol pada kuinon sehingga terbentuk ion enolat. Ion enolat tersebut akan mampu mengadakan resonansi antar elektron pada ikatan rangkap π, karena terjadinya resonansi ini ion enolat dapat menyerap cahaya tertentu dan memantulkan warna.
Reaksi pembentukan enolat:
(Fessenden, 1999)
Uji positif terhadap keberadaan kuinon yaitu jika larutan memberikan warna merah. Pada percobaan ini menghasilkan reaksi negatif, karena tidak menghasilkan larutan berwarna merah. Hal ini menunjukan bahwa didalam lidah buaya tidak mengandung senyawa kuinon, hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada lidah buaya.
VII. KESIMPULAN
Penentuan kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan dilakukan dengan uji skrining dalam suatu simplisia.
Analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji spesifik terhadap alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.
Pada simplisia daun tembakau mengandung senyawa kimia golongan alkaloid pada penambahan pereaksi dragendorf, simplisia rimpang kunyit mengandung senyawa kimia golongan steroid/triterpenoid, simplisia daun ungu mengandung senyawa kimia golongan flavonoid, simplisia daun teh mengandung senyawa kimia golongan tanin, dan simplisia biji kedele mengandung senyawa kimia golongan saponin.
Pada simplisia daun tembakau menunjukan hasil negative pada penambahan pereaksi mayer (tidak mengandung alkaloid) dan pada uji kandungan kuinon pada lidah buaya menunjukkan hasil negative.