MOBILITAS PENDUDUK
( Makalah Ekonomi Kependudukan )
Oleh kelompok 5 :
AGENG WAHYUDIN 1211021004
FAHRUR ROJI 1211021047
SURYANTO 1211021115
TOMI KUNTARA 1211021118
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-5 sesudah RRC, India, USSR, dan USA, sangat merasakan dampaknya. Banyaknya jumlah penduduk berdampak positif dan negative. Dampak positifnya adalah semakin banyaknya sumber daya manusia yang dapat mengabdikan diri untuk memajukan Negara, tetapi dampak negatifnya adalah dapat memunculkan masalah-masalah kependudukan akibat kurangnya sarana untuk mengimbangi jumlah penduduk dan penyebarannya yang tidak merata.
Mobilitas penduduk telah berlangsung sejak terciptanya manusia pertama kali. Manusia melakukan perburuan maupun meramu tumbuh-tumbuhan yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Sebelum mulai menatap mereka melakukan aktiitas di bidang pertanian yang mulai dengan pola berpindah-pindah kemudian melakukan pertanian menetap. Pada dasarnya manusia melakukan mobilitas dengan suatu tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas hidupnya mulai dengan pemenuhan kebutuhan pangan sekunder lainnya. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa seseorang akan melakukan mobilitas dengan tujuan untuk memperoleh pekerjaan akan pendapatan. Dengan demikian daerah tujuan mobilitas penduduk merupakan derah dimana terdapat peluang yang lebih besar untuk memperoleh pekerrjaan yang lebih baik, atau peningkatan pendapatan. Sehingga kesempatan kerja yang tersedia disuatu daerah merupakan salah satu factor pendorong adanya mobilitas penduduk.
Selanjutnya, jika kebutuhan dasarnya telah dapat terpenuhi maka mobilitas dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan sekunder, termasuk wisata bahkan mungkin sampai tingkat foya-foya. Mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan. Mobilitas telah menjadi penyebab dan penerima dampak dari perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial suatu daerah. Oleh sebab itu, tidak terlalu tepat untuk hanya menilai semata-mata aspek positif maupun negatif dari mobilitas penduduk terhadap pembangunan yang yang ada, tanpa memperhitungkan pengaruh kebaikannya.
Tidak akan terjadi proses pembangunan tanpa adanya mobolitas penduduk. Tetapi juga tidak akan terjadi pengarahan penyebaran penduduk yang berarti tanpa adanya kegiatan pembangunan itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
apa itu mobilitas penduduk ?
bagaimana bentuk-bentuk mobilitas penduduk ?
bagaiman faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk?
Bagaiman perilaku mobilitas penduduk?
Bagaiman dampak dari mobilitas penduduk?
1.3 Tujuan
untuk mengetahi apa itu mobilitas penduduk
untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk mobilitas penduduk
untuk mengetahui bagaiman faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk
untuk mengetahui Bagaiman perilaku mobilitas penduduk
untuk mengetahui Bagaiman dampak dari mobilitas penduduk
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Baik untuk sementara maupun untuk jangka waktu yang lama atau menetap seperti mobilitas ulang-alik (komunitas) dan migrasi. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain atau dari suatu daerah ke daerah lain.
Mobilitas dibedakan 2 yaitu mobilitas non permanen (tidak tetap) dan mobilitas tetap (tetap).
Mobilitas penduduk di bagi menjadi dua macam yaitu:
1. mobilitas non permanen (tidak tetap)
yaitu mobilitas penduduk untuk sementara waktu, tidak untuk menetap. Contohnya, setelah panen dan tidak ada kegiatan, para petani pergi ke kota untuk mencari nafkah (migrasi musiman) atau para pekerja yang pada waktu pagi pergi ke kota, sorenya kembali ke tempat tinggalnya di pinggiran kota.
2. Mobilitas Permanen Atau Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain di dalam negeri maupun dari suatu negara ke negara lain untuk menetap, baik secara perorangan, keluarga maupun berkelompok. Pengertian menetap menurut Sensus Penduduk Indonesia adalah orang yang tinggal di daerah baru selama enam bulan atau lebih.
1) Sebab-Sebab Terjadinya Migrasi
Ada beberapa sebab terjadinya migrasi, yaitu sebagai berikut.
a) Alasan ekonomi, karena kesukaran hidup di suatu daerah mendorong keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik ke daerah lain.
b) Alasan politis, yaitu adanya pergolakan politik dalam suatu Negara sehingga kaum politisi pindah ke negara lain untuk mencari perlindungan dan keamanan dirinya.
c) Alasan agama, karena kurang terjamin atau terkekang dalam kehidupan beragama penduduk pindah ke daerah lain yang sesuai dengan kehidupan agamanya.
d) Alasan lain, misalnya bencana alam, kekeringan yang panjang, peperangan, kelaparan, dan wabah penyakit.
2) Jenis-Jenis Migrasi
Ada 2 jenis migrasi, yaitu sebagai berikut.
a) Migrasi antarnegara (internasional),
yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain. Yang termasuk migrasi antarnegara adalah sebagai berikut.
Imigrasi, yaitu masuknya penduduk negara lain ke satu negara. Misalnya, masuknya orang Malaysia ke Indonesia. Orang Malaysia tersebut disebut sebagai imigran. Perpindahannya itu disebut imigrasi. Imigrasi dapat bersifat permanen, artinya tinggal menetap untuk selamanya. Sebaliknya, dapat pula bersifat sementara, misalnya TKI ke Arab Saudi berdasarkan kontrak selama dua tahun.
Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke Negara lain. Misalnya, orang-orang Indonesia yang pindah ke New Caledonia dan Suriname. Mereka disebut emigran. Perpindahannya disebut emigrasi.
Remigrasi, yaitu kembalinya para emigran ke negara asalnya. Misalnya, orang-orang Ambon yang tadinya pindah ke Belanda sebagai emigran, kemudian kembali lagi pindah ke Indonesia.
b) Migrasi dalam negeri (nasional),
yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain di wilayah negara itu. Misalnya, perpindahan penduduk antarprovinsi. Yang termasuk imigrasi dalam negeri adalah sebagai berikut.
1) Transmigrasi (migrasi intern), yaitu perpindahan penduduk dari suatu pulau atau provinsi yang berpenduduk padat ke suatu pulau atau provinsi lain yang berpenduduk jarang di negara sendiri. Macam-macam transmigrasi adalah sebagai berikut.
a) Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang semua biayanya ditanggung pemerintah, baik biaya perjalanan maupun biaya hidup selama satu tahun di daerah transmigrasi. Tiap keluarga mendapat alat pertanian, rumah, bibit, dan tanah seluas dua hektar.
b) Transmigrasi swakarsa, yaitu transmigrasi yang pembiayaannya sebagian ditanggung sendiri dan sebagian ditanggung pemerintah. Pemerintah memberi tanah dua hektar dan membiayai perjalanannya.
c) Transmigrasi spontan, yaitu transmigrasi yang seluruh biaya ditanggung oleh transmigran itu sendiri. Pemerintah tidak memberikan bantuan apa pun
d) Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seluruh penduduk desa beserta pejabat pemerintah desa. Transmigrasi bedol desa dilaksanakan karena bencana alam, misalnya karena letusan Gunung Merapi, penduduk beserta pejabat desa yang bertempat tinggal di kaki gunung dipindahkan ke Sumatera. Penduduk Wonogiri dipindahkan ke Sitiung (Sumatera Barat), karena daerahnya dibuat PLTA Gajah Mungkur (bendungan).
e) Transmigrasi khusus, yaitu transmigrasi yang diselenggarakan oleh Departemen Transmigrasi bersama instansi pemerintah atau organisasi lain, misalnya KNPI, Pramuka, dan sebagainya. Penyelenggaraannya sama dengan transmigrasi umum, misalnya transmigrasi pemuda ke Sumatera Utara (daerah Labuhanbatu).
f) Transmigrasi bekas pejuang, yaitu transmigrasi yang diselenggarakan oleh bekas pejuang dan yang ditransmigrasikan adalah mantan ABRI yang sudah pensiun. Daerah transmigrasinya adalah Kalimantan Barat, dan Lampung.
2) Urbanisasi, ialah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau kota-kota besar. Permasalahan yang berkaitan dengan urbanisasi adalah sebagai berikut.
a) Keadaan di desa, Banyak penduduk tidak memiliki tanah, pendapatan penduduk rendah, dan sulit mencari pekerjaan di luar bidang pertanian.
b) Keadaan di kota, Banyak daya tarik di kota, misalnya hiburan, rekreasi, adanya gedung-gedung, fasilitas pendidikan lengkap, dan luasnya kesempatan kerja di desa.
c) Akibat urbanisasi, Kekurangan tenaga kerja di desa. Akibatnya, sulit mencari tenaga yang berpendidikan di desa dan sulit mencari tenaga penggerak pembangunan di desa.
d) Akibat urbanisasi di kota, Timbul pengangguran karena tidak semua yang urbanisasi dapat bekerja; timbul tuna wisma, dan daerah slum (kumuh); meningkatnya kejahatan; dan angkutan umum tidak dapat mencukupi kebutuhan penumpang yang terus meningkat.
e) Usaha pemerintah mengurangi urbanisasi, Pemerintah membatasi penduduk desa pindah ke kota; melaksanakan pembangunan sampai ke daerah-daerah; mengembangkan kota-kota kecil; serta menyediakan fasilitas yang dibutuhkan penduduk desa, misalnya fasilitas pendidikan, kesehatan, hiburan, rekreasi, dan penerangan.
Mobilitas penduduk dapat dibedakan antara mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horinzontal.
1. Mobilitas penduduk vertical
Mobilitas vertical adalah semua gerakan penduduk dalam usaha perubahan status sosial atau sering disebut dengan perubahan status, atau perpindahan dari cara-cara hidup tradisional ke cara-cara hidup yang lebih modern. Contohnya, seorang buruh tani yang berganti pekerjaan menjadi pedagang termasuk gejala perubahan status sosial.
2. Mobilitas penduduk horizontal
Mobilitas horizontal adalah semua gerakan penduduk yang melintas batas wilawah tertentu dalam periode waktu tertentu atau sering pula disebut dengan mobilitas penduduk geografis adalah gerak (movement) penduduk yang melintas batas wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam periode waktu tertentu (Mantra, 1987). Batas wilayah umumnya digunakan batas administrates, misalnya propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, pendukuhan (dusun). Badan Pusat Statistik (BPS) dalam melaksanakan Sensus Penduduk di Indonesia menggunakan batas propinsi sebagai batas wilayah, sedangkan batas waktu digunakan enam bulan atau lebih. Jadi, menurut definisi yang dibuat oleh BPS, seseorang disebut migrant apabila orang tersebut bergerak melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan dapat pula seseorang disebut migrant walau berada di propinsi tujuan kurang dari enam bulan tetapi orang tersebut berniat tinggal menetap atau tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan.
jika dilihat ada tidaknya niatan untuk menetap di daerah tujuan, mobilitas penduduk dapat pula dibagi dua, yaitu mobilitas penduduk permanent atau migrasi dan mobilitas penduduk non permanent. Jadi, migrasi adalah gerak penduduk yang melintas batas wilayah asal menuju ke wilayah lain dengan ada niatan menetap di daerah tujuan. Sebaliknya, mobilitas penduduk non permanent ialah gerak penduduk dari suatau wilayah ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Apabila seseorang menuju ke daerah lain dan sejak semula sudah bermaksud tidak menetap di daerah tujuan orang tersebut digolongkan sebagai pelaku mobilitas non permanent walaupun bertempat tinggal di daerah tujuan dalam jangka waktu lama (steele, 1983). Contoh yang baik dalam hal ini ialah mobilitas penduduk orang Minang yang melintas batas budaya Minagkabau menuju ke daerah lain. Walaupun berada di daerah tujuan selama puluhan tahun, mareka dikategorikan sebagai migrant nonpermanent karena tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Gerak penduduk orang Minang ini disebut dengan merantau. Sayang, banyak para migrant tidak dapat memberikan ketegasan apakah mereka ada niatan menetap di daerah tujuan atau tidak pada saat melakukan mobilitas yang pertama kali. Sering niatan tersebut berubah setelah pelaku mobilitas tinggal di daerah tujuan niata tersebut dalam jangka waktu relative lama. Gerak penduduk yang nonpermanent (sirkulasi, circulation) ini dapat pula dibagi menjadi dua yaitu ulang alik (jawa=nglaju, Inggris=Communiting) dan dapat menginap atau mondok di daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari itu juga. Pada umumnya penduduk yang melakukan mobilitas ingin kembali ke daerah asal secepatnya sehingga kalau dibandingkan frekuensi penduduk ulang alik terbesar disusul oleh menginap/mondok dan migrasi. Secara operasional, macam-macam bentuk mobilitas penduduk tersebut diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu. Misalnya mobilitas ulang alik, konsep waktunya diukur dengan enam jam atau lebih meninggalkan daerah asal dan kembali pada hari yang sama; menginap/mondok diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal lebih dari satu hari. Tetapi kurang dari enam bulan, sedangkan mobilitas permanent diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal enam bulan atau lebih kecuali orang yang sudah sejak semula berniat menetap di daerah tujuan seperti seorang istri yang berpindah ke tempat suami.
BENTUK-BENTUK MOBILITAS PENDUDUK
Mobilitas tradisional, dimana penduduk melakukan mobilitas atas dasar untuk memenuhi kebutuhan primer terutama pangan. Aktivitas mobilitas tradisional merupakan arus desa ke kota yang termasuk dalam pengertian urbanisasi.
Mobilitas pra-modern, yang merupakan transisi dari mobilitas tradisional menuju mobilitas modern. Dalam hal ini penduduk mulai melakukan mobilitas dengan tujuan yang lebih luas bukan hanya sekedar untuk cukup pangan. Aktivitas dari desa ke kota sangat meningkat disertai dengan mobilitas antar kota dan juga mobilitas dari kota ke luar kota (pedesaan). Sehingga terjadi dengan apa yang disebut urbanisasi modern. Penduduk mobilitas atau migrasi dengan tujuan yang lebih luas termasuk kesenangan dan kenyamanan.
Mobilitas modern, dimana mobiolitas penduduk telah melampaui batas-batas Negara dengan berbgai macam-macam tujuan baik kegiatan perdagangan maupun berwiraswasta.
Mobilitas canggih atau super-modern, dimana mobilitas dilakukan telah melampaui pengertian berwiraswasta secara wajar yang dapat dimasukkan dalam kategori berfoya-foya dengan konsumsi yang berlebihan.
Bentuk mobilitas penduduk dapat dipahami berkaitan dengan keberhasilan dalam aktivitas ekonomi yang meliputi 2 komponen yaitu kesempatan kerja (produktifitas) dan pendapatan (atau dana). Komponen mobilitas tersebut dapat di pandang sebagai indikator kualitas kehidupan masyarakat.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Penduduk
Faktor dari sejarah asal yang disebut faktor pendorong seperti adanya bencana alam, panen gagal, lapangan kerja terbatas, keamanan terganggu, kurangnya sarana pendidikan. Faktor yang ada di daerah tujuan yang disebut faktor penarik seperti, tersedianya lapangan kerja, upah tinggi, tersedia sarana pendidikan kesehatan dan hiburan. Faktor yang terletak diantara daerah asal dan daerah tujuan yang disebut penghalang yang termasuk faktor ini misalnya jarak jenis alat transport dan biaya transport jarak yang tidak jauh dan mudahnya transportasi mendorog mobilitas penduduk. Yang terdapat pada diri seseorang disebut faktor individu. Faktor ini sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan mobilitas atau tidak. Contoh faktor individu ini antara lain: umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Faktor pendorong dan penarik perpindahan penduduk ada yang negatif dan ada yang positif. Faktor pendorong yang positif yaitu para migran ingin mencari atau menambah pengalaman di daerah lain. Sedangkan faktor pendorong yang negatif yaitu fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup terbatas dan lapangan pekerjaan terbatas pada pertanian. Faktor penarik yang positif yaitu daerah tujuan mempunyai sarana pendidikan yang memadai dan lebih lengkap. Faktor penarik yang negatif adalah adanya lapangan pekerjaan yang lebih bervariasi, kehidupan yang lebih mewah, sehingga apa saja yang diperlukan akan mudah didapat dikota.
PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK
Perilaku mobilitas penduduk oleh Ravenstain disebut dengan hukum-hukum migrasi sebagai berikut: Para migran cenderung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan. Faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigran adalah situasinya memperoleh pekerjaan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan. Daerah tujuan mempunyai nilai kefaedahan wilayah (place utility) lebih tinggi dibanding dengan daerah asal. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besat tingkat mobilitasnya. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frukuensi mobilitasnya. Penduduk yang masih muda dan belum kawin lebih banyak melakukan mobilitas dari pada mereka yang berstatus kawin. Penduduk yang berpendidikan tinggi biasanya lebih banyak melaksanakan mobilitas dari pada yang berpendidikan rendah. Kepuasan terhadap kehidupan di masyarakat baru tergantung pada hubungan sosial para pelaku hubungan sosial para pelaku mobilitas dengan masyarakat tersebut. Kepuasan terhadap kehidupan di kota tergantung pada kemampuan perseorangan untuk mendapatkan pekerjaan dan adanya kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang. Setelah menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, para pelaku mobilitas pindah ke tempat tinggal dan memilih daerah tempat tinggal dipengaruhi oleh daerah tempat bekerja
Dampak Dari Mobilitas Penduduk
Perpindahan dari desa ke kota juga dapat lebih di spesifikan lagi menjadi urbanisasi yang merupakan pergerakan atau perpindahan penduduk yang hanya di batasi dari desa ke kota. Budijanto (1992: 56-57) menyebutkan bahwa mobilitas penduduk dapat berdampak pada:
A. Daerah Asal (Desa)
Mobilitas penduduk dapat berdampak pada daerah asal yakni berkurangnya penduduk yang berkaitan dengan berkurangnya tenaga kerja, kurangnya perkembangan desa, pengelolaan lahan yang tidak teratur dan berkurangnya modal desa.
Dari pendapat tersebut di atas maka dapat diketahui dampak yang di timbulkan dari mobilitas penduduk bagi daerah asal yakni berkurangnya perkembangan di daerah asal, yang sebabkan oleh penduduk yang berpindah ke daerah perkotaan karena menuntut ilmu atau mencari pekerjaan sehingga ketika pulang ke desa kebanyakan dari mereka tidak mengembangkan ilmunya, bahkan kebanyakan dari mereka memilih untuk menjadi warga kota dan ikut berpartisipasi mengembangkan kota sehingga di daerah asal atau desa kekurangan Sumber Daya Manusia yang mengakibatkan pembanguanan desa terbengkalai.
Selain itu, tanah pertanian ataupun perkebunan yang di tinggalkan penduduk yang berpindah ke kota akan terbengkalai, karena kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk berdagang di daerah perkotaan karena dengan pekerjaan tersebut mereka mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Hal tersebut berpengaruh pada produksi desa yang terhambat bahkan tidak berjalan. Denagn tidak terurusnya lahan di pedesaan tersebut, modal desa akan berkurang dan dapat mengganggu pembangunann desa.
B. Daerah Yang Di Datangi (kota)
Menurut Budijanto (1992:57) mobilitas penduduk dapat berdampak pada Keadaan sosial yang mengkibatkan ketegangan sosial, maraknya pengangguran, demoralisasi atau maraknya kriminalitas dan pertambahan penduduk.
Mobilitas penduduk dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat. Karena adanya perbedaan sifat dan watak dari masyarakat desa dengan kota yang menyebabkan adanya pertikaian yang dapat berakibat pada perkelahian. Seperti yang di ungkapkan Budijanto (1992: 57) yang menyatakan bahwa "Orang desa dan orang kota mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda. Orang desa bersifat kekeluargaan dan gotong royong, sedang orang kota bersifat ekonomis dan individualistis".
Pertambahan penduduk kota akibat adanya mobilitas penduduk juga berakibat adanya pemukiman kumuh atau slum area. Karena tujuan mereka untuk mencari pekerjaan dan dapat mencukupi kehidupan mereka dan dapat membantu keluarga di desa. Maka dari itu, mereka lebih memilih untuk tinggal sederhana dan berkumpul dengan penduduk yang berasal dari daerah yang sama yang memiliki tujuan yang sama. Pemukiman kumuh ini menjadikan daerah kota menjadi tidak indah dan dapat merusak citra kota. Pendapat ini sebagaimana di ungkapkan oleh Budijanto (1992: 57) yang menyatakan bahwa: "Pertambahan penduduk di kota yang di akibatkan adanya mobilitas penduduk tersebut berdampak pada adanya daerah-daerah kotor ataupun perumahan liar yang di kenal dengan perumahan kumuh atau slume area. Ketertiban dan kebersiahan kota terganggu".
Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa perpindahan penduduk dapat mempengaruhi pertambahan penduduk di daerah yang di tuju.Maka pertambahan penduduk tersebut dapat mempengaruhi tersedianya lapanngan pekerjaan. Hadirnya para migran ke kota yang selalu bertambah setiap harinya dengan tujuan yang sama yaitu untuk mencari pekerjaan dapat menimbulkan persaingan antara penduduk pendatang dengan penduduk asli. Dengan demikian pertambahan penduduk yang makin signifikan ini tidak seimbang dengan tersedianya lapangan pekerjaan.
Pendapat di atas sebagaimana Suharto (2010) yang menyimpulkan bahwa:
Tingginya pertumbuhan penduduk diperkotaan disatu pihak dan lemahnya peningkatan infrastruktursosial ekonomi dilain pihak menimbulkan permasalahan yang Ketersediaan lapangan kerjasemakin menjadi tidak seimbang dengan membengkaknya pencari kerja. Demikianjuga pemukiman liar danperkampungan kumuh dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya semakin menjamur, seperti tumbuh suburnya kegiatan disektor informal, rendahnya pendapatan sebagian besar masyarakat dan tingginya angka pengangguran.
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa kota besar yang di yakini penduduk yang melakukan migrasi dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk mendapat pekerjaan. Bahkan dapat menimbulkan dampak-dampak yang negatif. Maraknya kriminalitas dan bertambahnya angka pengangguran menjadi akibat dari tidak tersedianya lapangan kerja.
Mengingat banyaknya tenaga kerja yang memiliki latar belakang pendidikan rendah dan kurang terlatih, hal ini menyebabkan pengangguran di kota. Mereka mengalami kesulitan pindah pekerjaan atau enggan pulang ke desa karena mereka gengsi dan lebih memilih untuk tinggal. Dari tujuan yang sama dari para migran dan persaingan dengan penduduk asli kota, sehingga penduduk yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah akan mudah tersisihkan dan menjadi pengangguran di kota.
Maraknya pengangguran tersebut berdampak pada tindakan kriminalitas yang terjadi di kota.Banyaknya masyarakat desa yang ada di kota yang tidak memilki pekerjaan akan mengakibatkan mereka tidak memiliki penghasilan bahkan tidak memilki uang untuk kembali ke kampung halaman. Hal tersebut mengundang adanya tindakan kriminalitas yang mungkin saja di lakukan oleh masyarakat desa yang ada di kota demi mempertahankan hidup di kota. Kriminalitas tersebut dapat berupa pencurian, penculikan, penipuan dan lain-lain.
Penanggulangan Dampak Mobilitas Penduduk.
Untuk mengatasi dampak dari mobilitas penduduk tersebut, dapat di lakukan cara-cara tertentu seperti yang di kemukakan Budijanto (1992:57-58) yakni dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Program Pembangunan Desa.
Program ini dilakukan untuk tercapainya pembangunan desa sekaligus memperluas lapangan kerja.
b. Penyebaran pembangunan hingga ke pelosok.
Ini berarti pembangunan desa harus secara merata.
c. Hubungan antara desa dengan kota di perlancar.
Untuk keperluan ini jalur lalu lintas dan komunikasi antara desa dan kota diperbaiki.
d. Meningkatkan fasilitas keperluan hidup di desa.
Usaha ini dapat di lakukan dengan cara membangun sekolah, balai kesehatan, rumah sakit, dan lain sebagainya.
Dari pendapat di atas, dampak mobilitas penduduk tersebut dapat di atasi oleh pemerintah dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan fasilitas yang ada di desa. Peningkatan lapangan pekerjaan dapat dilakukan dengan membangun pabrik-pabrik kecil, industry pertanian, dan lain sebagainya. Maka untuk mencapai program tersebut, di perlukan Sumber Daya Manusia yang terlatih dan memilki pemahaman yang dapat mendukung dalam proses pembangunan desa. Maka dari itu, peningkatan mutu pendidikan sangat di perlukan guna membantu program pembangunan desa tersebut.Dengan demikian, peningkatan fasilitas seperti pendidikan dan lembaga pelatihan khusus di perlukan untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang mendukung program pemeintah untuk mengurangi dampak mobilitas penduduk.
Dengan demikian usaha ini dapat menjadi disentralisai industri. Sehingga penduduk desa tidak perlu pergi melakukan mobilitas ke kota. Pembangunan di desa tersebut harus dilakukan secara merata sehingga tidak terdapat perbedaan. Dengan demikian semua desa diupayakan dapat menyerap tenaga kerja di desanya masing-masing.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Dari paparan di atas dapat di simpulakan bahwa mobilitas penduduk merupakan kegiatan penduduk yang berupa pergerakan atau perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah yang lain, yang biasanya di batasi oleh wilayah administratif. Perpindahan penduduk biasanya dilandasi beberapa faktor.Faktor ekonomi di anggap sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap mobilitas penduduk. Kebutuhan dari masyarakat yang menyangkut ekonomi membuat mereka melakukan perpindahan. Kurangnya lapangan pekerjaan di desa mendorongmasyarakat untuk melakukan mobilitas. Ketimpangan pembangunan desa dan kota yang lebih mengedepankan pembangunan di kota menjadi faktor yang menambah pengaruh masyarakat desa untuk melakukan mobilitas. Dari banyaknya penduduk yang melakuakn mobilitas ke kota dengan tujuan yang sama, maka daerah perkotaan menjadi padat dan mengalami pertambahan penduduk yang mengakibatkan adanya pemukiman kumuh atau slum area. Pertumbuhan tersebut akan berdampak pada kesempatan kerja, karena adanya persaingan antara masyarakat desa yang melakukan mobilitas dengan tujuan yang sama dan masyarakat lokal yang sama-sama mencari pekerjaan.
Daftar pustaka
http://hendra-dwi-purnama.blogspot.com/2013/08/dampak-mobilitas-penduduk-terhadap.html
http://www.slideshare.net/takayumelenciel/ainur-pujianti-mobilitas-penduduk
http://www.masbied.com/2010/…/14/makalah-mobilitas-penduduk/
http://sichesse.blogspot.com/…/makalah-mobilitas-penduduk.h…
http://smile-pesri.blogspot.com/…/12/mobilitas-penduduk.html
http://kulpulan-materi.blogspot.com/…/mobilitas-penduduk.ht…Top of Form
Bottom of Form