Grobogan masih ada 27 Puskesmas (90,0%) yang belum mencapai target. Cakupan penemuan penemuan TB Paru hanya mencapai mencapai 15,2% 15,2% dari 50,0% target yang telah ditentukan. ditentukan. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi program TB Paru Dinas Kesehatan Dan Kesejah Kesejahtera teraan an Sosial Sosial (DKKS) (DKKS) Kabupa Kabupaten ten Grobog Grobogan an pada pada tahun tahun 2003 2003 dilapo dilaporka rkan n bahwa aspek manajemen petugas TB Paru Puskesmas ternyata masih buruk. Dari 30 petugasTB Paru Puskesmas sebanyak 85% tidak membuat perencanaan, masih ada 70% yang tidak melakukan kerjasama, serta yang tidak melakukan monitoring dan evaluasi sebanyak 75%. Dilaporkan juga masih ada petugas TB Paru Puskesmas yang belum mendapatkan pelatihan khusus tentang manajemen pelaksanaan program TB Paru; petugas TB Paru tidak mendapatkan insentif dari pelaksanaan program TB Paru; dan masih banyak petugas TB Paru yang merangkap tugas/ program lain. ( Profil
Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2003, DKKS Kab. Grobogan, 2003). Kebe Keberh rhas asila ilan n
pelak pelaksa sana naan an prog progra ram m
pena penang nggu gula lang ngan an TB Paru Paru sang sangat at
tergan tergantun tung g dari dari aspek aspek manajem manajemen en selain selain ketram ketrampila pilan n teknis teknis dari dari masing masing-ma -masin sing g petugas pengelola program. Sehubungan dengan hal tersebut penulis ingin melakukan pen peneli eliti tian an tent tentan ang g hubu hubung ngan an aspe aspek k mana manajem jemen en melip meliput utii aspe aspek k peren perencan canaan aan,, kerjasama dan monitoring & evaluasi petugas TB Paru Puskesmas dengan cakupan penemuan TB Paru di Kabupaten Grobogan. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross
sectional (Notoatmodjo Soekidjo,1993). Seluruh anggota populasi dari petugas TB di puskesmas Kabupaten Grobogan sebanyak 30 orang akan diteliti. Variabel dependen adalah adalah cakupa cakupan n penemu penemuan an TB paru paru dan variab variabel el indepen independen denny nyaa melipu meliputi ti aspek aspek perencanaan, kerjasama dan monitoring-evaluasi monitoring-evaluasi dari petugas TB di puskesmas. puskesmas. Data dikumpulka dikumpulkan n dengan teknik teknik wawancara wawancara dan
observasi observasi dokumenta dokumentasi. si. Untuk data data 3
aspek manajemen petugas TB Paru
menggunakan instrumen kuesioner meliputi 60
item pertanyaan terstruktur. Analisis data menggunakan uji statistik Rank Spearman dengan dengan tingkat tingkat signifikas signifikasii 0,05.( 0,05.( Sugiyono,2 Sugiyono,2001). 001). Untuk data cakupan cakupan penemuan penemuan penderita TB Paru dilakukan dengan cara observasi dokumen pemeriksaan dari TB 05 dan TB 06 dan datanya akan dianalisis menggunakan rumus Case Detection Rate (CDR) sebagai berikut : (Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis , Depkes RI, 2002) CDR = Jumlah penderita baru BTA BTA (+) yang dilaporkan Perkiraan jumlah penderita baru BTA BTA (+)
x 100% 100%
Berdasa Berdasarka rkan n target target dari Dinas Dinas Keseha Kesehatan tan dan Kesejah Kesejahtera teraan an Sosial Sosial Kabupa Kabupaten ten Grobogan untuk CDR CDR tahun 2004/2005 2004/2005 adalah > 50 % ( Profil Kesehatan Kabupaten
Grobogan Tahun 2003, Dinkes Dan Kessos Kab. Grobogan, Purwodadi, 2003). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Karakteristik Responden
Dari 30 petugas TB puskesmas di Kabupaten Grobogan Grobogan sebagai responden terbanyak terbanyak adalah laki-laki yaitu 80,0%, 80,0%, sedangkan sedangkan perempuan hanya hanya 20,0%, umur rata-rat rata-rataa 36 tahun tahun , tingka tingkatt pendid pendidika ikan n sebagi sebagian an besar besar berpen berpendid didika ikan n D3 yaitu yaitu sebany sebanyak ak 63,3% 63,3% dan yang yang berpen berpendid didika ikan n SLT SLTA sebany sebanyak ak 36,7% 36,7% . Berdasarkan lamanya bekerja menangani TB Paru termasuk kategori < 4 tahun adalah 50,0% dan kategori > 4 tahun adalah 50,0%. Penilaian Aspek Manajemen Dan Cakupan Berdasarkan Karakteristik Petugas TB
Hasil kategori aspek perencanaan ternyata 60,0% responden termasuk kriteria sedang, sedang, 20,0% baik dan 20,0% 20,0% kurang. kurang. Aspek kerjasama kriterianya kriterianya adalah: adalah: 63,3% respon responden den termasu termasuk k sedang sedang,, 20,0% 20,0% baik dan 16,7% 16,7% kurang kurang.. Sedang Sedangkan kan aspek aspek monitoring dan evaluasi hasilnya adalah: 50,0% termasuk sedang, 30,0% kurang dan
4
20,0% baik. Pencapaian CDR dari 30 petugas TB Paru Puskesmas yang termasuk cakupan buruk (CDR < 50%) 50%) sebesar 90,0% dan cakupan baik (CDR ≥ 50%) hanya sebesar 10,0%. Perbedaan proporsi pencapaian nilai aspek perencanaan termyata responden dengan dengan kategori kategori umur lebih tua cenderung cenderung memiliki perencanaan perencanaan lebih baik (33,3%) dibandingkan yang muda (11,1%) dan responden yang bekerja < 4 tahun cenderung mempunyai perencanaan yang lebih buruk (28,6%) dibandingkan responden dengan masa masa kerja kerja > 4 tahu tahun n (12, (12,5% 5%)) seda sedang ngka kan n
prop propor orsi si menu menuru rutt sex sex dan dan tingk tingkat at
pendidikan tidak ada perbedaan yang nyata. Sebaliknya responden dengan kategori umur yang lebih tua dalam aspek kerjasama cenderung lebih buruk (25,0%) daripada yang muda (11,1%), akan tetapi responden yang termasuk baru bekerja (< 4 tahun ) ternya ternyata ta cender cenderung ung memilik memilikii kerjas kerjasama ama yang yang kurang kurang (21,4% (21,4%)) daripa daripada da staf staf yang yang sudah bekerja > 4 tahun (12,5%) sedangkan tidak ada kecenderungan perbedaan yang nyata menurut jenis sex dan tingkat pendidikan. Hal ini mempunyai makna bahwa semakin semakin lama lama staf staf bekerja bekerja menang menangani ani progra program m TB maka maka aspek aspek perenca perencanaa naanya nya semakin baik karena pengaruh dari makin banyaknya pengalaman dan waktu yang digunakan untk beradaptasi dengan tugas dibandingkan staf yang belum lama bekerja mengelola program TB di puskesmas. Kondisi ini dapat dipahami karena semakin lama seseorang memegang pekerjaan tertentu maka semakin mengenal situasi dan lingkungan pekerjaan mereka termasuk dengan pihak-pihak yang dapat diajak bekerja sama dibandingkan staf yang masih baru. Aspek Aspek monitoring monitoring dan evaluasi evaluasi tidak ada perbedaan perbedaan yang jelas menurut menurut kategor kategorii umur umur, tingka tingkatt pendid pendidika ikan n dan lama kerja, kerja, sedang sedangkan kan jika jika berdas berdasark arkan an kateg kategor orii sex sex maka maka resp respon onde den n laki laki-la -laki ki cend cenderu erung ng lebi lebih h buru buruk k (33, (33,3% 3%)) dalam dalam melak melakuk ukan an moni monito torin ring g & evalu evalusi si diba diband ndin ingk gkan an perem perempu puan an (16, (16,7% 7%). ). Hal Hal ini ini
5
menunjukk menunjukkan an bahwa petugas perempuan perempuan cenderung cenderung lebih hati-hati dan teliti dalam melakukan monitoring dan evaluasi dibadingkan petugas TB laki-laki. Hasil cakupan penderita TB oleh responden yang pada umumnya masih buruk, responden dengan kategori umur lebih tua ternyata cenderung lebih baik (16,7%) darip daripad adaa yang yang lebih lebih muda muda (5,6 (5,6%) %),, seda sedang ngka kan n menu menuru rutt kateg kategor orii sex, sex, ting tingka katt pendidikan dan lama kerja ternyata cenderung tidak jelas perbedaannya. Seharusnya lama bekerja ikut menentukan hasil kerja seseorang, karena semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, maka semakin banyak pula ketrampilan yang pernah dimilikinya. Sehingga hal ini memberikan rasa percaya diri ketika menghadapi suatu pekerjaan atau persoalan sehingga kualitas kerja akan lebih baik. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada bahwa mereka yang berpengalaman dipandang lebih maju dalam pelaksanaan tugas, makin lama masa kerja seseorang kecakapan mereka akan lebih baik, karena mereka sudah menyesuaikan diri dengan pek peker erjaa jaanny nnya. a. Disi Disisi si lain lain umur umur sese seseor oran ang g demi demikia kian n besa besarr peran peranan anny nyaa dalam dalam mempengaruh mempengaruhii produktifitas produktifitas kerjanya, karena umur juga menyangku menyangkutt perubahanperubahan peru peruba baha han n yang yang diras dirasaka akan n indi indivi vidu du sehu sehubu bung ngan an deng dengan an peng pengal alam aman an maup maupun un perubahan kondisi fisik mental seseorang sehingga nampak dalam aktifitas seharihari. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Hafid (1995) bahwa faktor usia dapat mempengaruhi produktifitas tenaga kerja. Berdasarkan Berdasarkan pengamatan pengamatan saat saat di lapangan oleh peneliti, peneliti, petugas TB TB yang berjenis berjenis kelamin laki-laki laki-laki cenderung cenderung lebih optimal optimal dalam bekerja di lapangan tetapi kurang optimal di dalam puskesmas terutama dalam melakukan penjaringan suspek TB Paru. Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan kurang optimal dalam dalam bekerj bekerjaa di lapanga lapangan n karena karena faktor faktor keterba keterbatas tasan an fisik fisik dan faktor faktor kesuli kesulitan tan
6
transportasi karena kondisi kondisi jalan yang rusak serta geografis di Kabupaten Kabupaten Grobogan memang relatif sulit dijangkau.
Analisi Analisiss Hubungan Hubungan Aspek Manajeme Manajemen n Petugas Petugas TB Dengan Dengan Cakupan Cakupan Penemuan Penemuan Penderita TB Paru Perincian data hasil analisis hubungan antara aspek manajemen petugas TB dengan cakupan penderita TB di Kabupaten Grobogan seperti terlihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2 :
Analisis Hubungan Aspek Manajemen Petugas TB Dengan Cakupan Penderita TB di Kabupaten Grobogan Tahun Tahun 2004
Aspek Perencanaan Petugas TB Paru
Cakupan Penemuan TB Paru
Total
Baik
%
Buruk
%
n
%
Baik
3
50,0
3
50,0
6
11,1
Sedang
0
0
18
100,0
18
66,7
Kurang
0
0
6
100,0
6
22,2
30
100,0
Total Aspek Kerjasama Petugas TB Paru
3
27
Cakupan Penemuan TB Paru %
Buruk
%
n
%
Baik
3
50,0
3
50,0
6
11,1
Sedang
0
0
19
100,0
19
70,4
Kurang
0
0
5
100,0
5
18,5
30
100,0
Aspek Monitoring & Evaluasi Petugas TB Paru
3
27
Cakupan Penemuan TB Paru %
Buruk
%
n
%
Baik
3
50,0
3
50,0
6
11,1
Sedang
0
0
15
100,0
15
55,5
Kurang
0
0
9
100,0
9
33.4
30
100,0
3
27
r = 0,527
Uji Statistik
p = 0,002 r = 0,539
Total
Baik
Total
p = 0,003
Total
Baik
Total
Uji Statistik
Uji Statistik
p = 0,005 r = 0,504
Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan hasil analisis dari tabel silang antara aspek perencanaan dengan cakupan penderita TB Paru oleh petugas TB menunjukkan masih ada responden yang aspek aspek perenc perencanaa anaanny nnyaa baik baik ternya ternyata ta masih masih mempun mempunyai yai cakupa cakupan n penemu penemuan an yang yang buruk (50%). Setelah dilakukan uji statistik korelasi rank spearman dengan tingkat
7
kepercayaan 95% ( p value = 0,05) diketahui diketahui bahwa bahwa ada hubungan hubungan yang signifika signifikan n antara aspek perencanaan petugas TB Paru Puskesmas dengan cakupan penemuan TB Paru ditunjukkan dari nilai p adalah 0,003 lebih kecil dari 0,05, dengan korelasi r =0,527, =0,527, yang artinya artinya
menunjukka menunjukkan n hubungan hubungan yang substansial substansial atau mempunyai mempunyai
hubungan dengan tingkatan sedang. (Sugiyono,2001) Masih rendahnya skor aspek perencanaan yang berhubungan dengan rendahnya pencapaian CDR kemungkinan terkait dengan berbagai hal, antara lain dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner, dimana hanya ada 20% responden yang selalu membuat perencanaan, perencanaan yang seharusnya dibuat 3 bulanan ternyata seba sebagi gian an besa besarr respo respond nden en hany hanyaa melak melakuk ukan an 1 kali kali dalam dalam setah setahun un,, dan dan tida tidak k tersedianya tersedianya insentif insentif khusus khusus untuk penyusunan penyusunan rencana, rencana, melainkan melainkan hanya hanya kadangkadangkada kadang ng dise disedi diak akan an deng dengan an juml jumlah ah sang sangat at tida tidak k mema memada daii karen karenaa angg anggara arann nnya ya digabung dengan program lain (TB-Kusta) (TB-Kusta) dan menurut masuk dalam pos anggaran untuk untuk kegiata kegiatan n penyul penyuluha uhan n keseha kesehatan tan sesuai sesuai ketent ketentuan uan Perda Perda No. 4 Tahun ahun 2003 2003 tenta tentang ng APBD APBD II Kabu Kabupa paten ten Grob Grobog ogan an.. Selai Selain n itu seba sebagi gian an besa besarr respo respond nden en menyatakan tidak mencatumkan secara lengkap tentang data jumlah suspek, kegiatan pengu pengumpu mpulan lan suspe suspek k dan target target jumlah jumlah pender penderita ita yang yang akan akan ditemu ditemukan kan sesuai sesuai standard perencanaan yang ada di pedoman kerja program program TB dari Depkes RI. Hasil analisis hubungan antara aspek kerjasama dengan cakupan penderita TB oleh petugas petugas TB didapatkan didapatkan hasil mirip dengan dengan aspek perencanan perencanan yaitu 50% dari responden yang memiliki aspek kerjasama baik masih mempunyai cakupan penemuan TB Paru dengan dengan kategori kategori buruk. buruk. Hasil uji statistik statistik korelasi rank spearman diketahui ada hubungan hubungan yang signifikan signifikan antara aspek aspek kerjasama petugas petugas TB Paru Puskesmas dengan cakupan penemuan TB Paru. (nilai p =0,002) dan korelasi r = 0,539 yang
8
artinya menunjukkan hubungan hubungan yang substansial atau mempunyai mempunyai hubungan hubungan dengan tingkatan sedang.( Sugiyono, 2001) Ketidak mampuan bekerja sama terutama terjadi pada responden dengan kategori umur yang lebih tua (25,0%) dan responden yang termasuk baru bekerja (21,4%). Beberapa kondisi yang kemungkinan terkait dengan keadaan tersebut antara lain terlihat dari hasil jawaban responden yang menunjukkan bahwa hanya sedikit responden yang selalu melakukan kerjasama (20,0%), sedangkan kerjasama lintas sektoral terutama dalam melakukan penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB Paru di masyarakat yang seharusnya dilakukan 4 kali dalam setahun tetapi hanya dilakukan 1 kali dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa petugas TB Paru belum cukup memberikan penyuluhan kesehatan di masyarakat sehingga dikhawatirkan berdampak pada tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penyakit TB Paru juga akan rendah. Akibat lebih lanjut masyarakat kemungkinan menjadi enggan datang ke Puskesmas untuk memeriksakan diri dan petugas TB Paru Puskesmas akan kesulitan menemukan suspek dan penderita TB Paru. Disisi lain hasil jawaban responden juga menunjukkan bahwa selama ini penjaringan suspek dan penemuan penderita TB Paru terjadi hanya pada saat penderita datang ke Puskesmas atau pada saat penyuluhan kesehatan di masyarakat. Kerjasama yang baik antara Public-Private Mix terbukti akan meningkatkan cakupan DOTS mencapai 90% dan penemuan BTA (+) sebesar 87,5% di Filipina Filipina pada tahun 2001 (Mantala, 2003). 2003).
Kemungkinan penerapannya di
Indonesia Indonesia termasuk termasuk di Kabupaten Kabupaten Grobogan Grobogan masih menghadapi menghadapi hambatan terkait keterbatasan wewenang dan akses yang dimiliki oleh petugas TB Paru Puskesmas untuk melakukan kerjasama lintas sektoral dengan sarana kesehatan lainnya. ( Global
Tuberulosis Control , WHO Report, 2003).
9
Analisis hubungan antara aspek monitoring dan evaluasi dengan cakupan penderita TB Paru oleh petugas TB di puskesmas menunjukkan meskipun meskipun responden melaksa melaksanak nakan an aspek aspek monitor monitoring ing dan evalua evaluasi si dengan dengan baik, baik, ternyat ternyataa 50,0%50,0%-nya nya mempunyai cakupan penemuan TB Paru yang buruk.. Setelah dilakukan uji statistik korelasi rank spearman diketahui bahwa ada hubungan hubungan yang signifikan antara aspek monitoring dan evaluasi petugas TB Paru Puskesmas Puskesmas dengan cakupan cakupan penemuan TB Paru dilihat dari dari hasil uji statistik yaitu nilai p adalah 0,005 < 0,05 , dengan korelasi r = 0,504, yang artinya artinya
menunjukka menunjukkan n hubungan hubungan yang substansial substansial atau mempunyai mempunyai
hubungan dengan tingkatan sedang.( Sugiyono,2001) Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis jawaban responden diketahui bahwa bahwa petuga petugass TB Paru Paru Puske Puskesma smass ternya ternyata ta hanya hanya sebagi sebagian an kecil kecil yang yang selalu selalu melakukan melakukan monitoring dan evaluasi evaluasi (20%), monitoring monitoring dan evaluasi evaluasi yang dilakukan dilakukan sebagian sebagian besar hanya 1 kali dalam setahun, yang seharusnya seharusnya dilakukan dilakukan 4 kali dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa petugas TB Paru Puskesmas sebagian besar masih belum melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin terutama kelompok petugas laki-laki (33,3%). Petugas TB Paru yang tidak melakukan sistem pencatatan dan dan pelap pelapora oran n secar secaraa ruti rutin n dan dan bena benarr terut terutam amaa meng mengen enai ai dafta daftarr susp suspek ek,, dafta daftar r penderita, dan daftar penderita yang diobati dalam kegiatan monitoring & evaluasi bahkan mencapai 46,7% dari total responden Hal ini kemungkinan disebabkan karena petugas TB Paru Puskesmas masih banyak yang merangkap tugas program lain (71,4 %). Monitoring dan evaluasi evaluasi perlu dilakukan untuk untuk acuan pelaksanaan program yang akan datang dan untuk mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah telah direnca direncanak nakan, an, supaya supaya dapat dapat dilaku dilakukan kan tindak tindakan an perbaik perbaikan an segera. segera. Dengan Dengan adanya evaluasi dapat dinilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya.(Azrul Azwar, 1998)
10
SIMPULAN 1. Respon Responden den dengan dengan cakupa cakupan n penemuan penemuan TB Paru Paru termasuk termasuk buruk buruk (CDR < 50%) mencapai 90,0% dan hanya hanya 10,0% termasuk kategori baik (CDR ≥ 50%) 2. Penilai Penilaian an aspek aspek perenc perencanaa anaan, n, aspek aspek kerjas kerjasama ama dana dana aspek aspek monitor monitoring ing-eva -evalua luasi si dari 30 petugas TB di puskesmas masing-masing yang termasuk kategori baik hany hanyaa sebe sebesa sarr 20,0 20,0%. %. Disi Disisi si lain lain dari dari juml jumlah ah resp respon onde den n yang ang memi memili liki ki perencanaan perencanaan , kerjasama kerjasama dan monitoring-evalu monitoring-evaluasi asi yang baik tersebut tersebut ternyata ternyata masing-masing 50%-nya masih mempunyai cakupan CDR < 50%. 3. Terbukti erbukti ada hubun hubungan gan yang yang signifik signifikan an antara aspek aspek perencanaan, perencanaan, kerjasama kerjasama dan dan monitoring & evaluasi petugas TB Paru Puskesmas dengan cakupan penemuan TB Paru di Kabupaten Grobogan. SARAN disiapkan pelatihan pelatihan teknik pembuatan rencana dan monitoring monitoring-evalu -evaluasi asi 1. Perlu disiapkan program TB untuk petugas TB di puskesmas yang belum pernah mendapatkan pelatihan serta bagi petugas yang pernah ikut pelatihan dapat dilakukan kegiatan
refreshing pelatihan ketrampilan manajemen oleh DKKS Kabupaten Grobogan yang penganggarannya dapat diusulkan dari dana APBD atau APBN. Pembinaan aan kerjas kerjasama ama lintas lintas program program dengan dengan sesama sesama petuga petugass puskes puskesmas mas lain lain 2. Pembin dise diserah rahkan kan tang tanggu gung ng jawa jawabn bnya ya kepa kepada da Kepa Kepala la Pusk Puskesm esmas as dan dan haru haruss tetap tetap dimonitor beban kerja petugas TB terutama yang masih merangkap tugas dengan program program lain. dan lintas sektoral sektoral dengan dengan dibantu oleh oleh Kepala Puskesmas Puskesmas atau pihak DKKS Kabupaten Grobogan.
3. Petugas TB di Puskesmas Penawangan 1 & 2, Toroh 1, Pakukulo 1 & 2, Kradenan 1 & 2, Brati dan Puskesmas Gubug 1 disarankan melengkapi pencatatan dan pelaporan dalam rangka monitoring & evaluasi program TB.
11
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI,
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Tuberkulosis,, Depkes RI, Jakarta, 2002.
Dinkes dan Kessos Kab. Grobogan, Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2003, Dinkes Dan Kessos Kab. Grobogan, Purwodadi, 2003.
GERDUNAS - TB, Program Penanggulangan Tuberkulosis Modul 1, GERDUNAS – TB : Jakarta, 2001.
Perda kab. Grobogan No. 4 Tahun 2003 tentang APBD tentang APBD II Kab. Grobogan. Grobogan. Purwodadi, 2003
Notoatmodjo Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rinika Cipta: Jakarta, 1993.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi , Alfabeta cetakan ke-delapan, Bandung 2001.
Hafid, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas Tenaga Kerja, Kerja, Majalah Manajemen No. 97, 1995.
Azwar, Azrul., Pengantar Administrasi Kesehatan, Kesehatan, Binarupa Aksara : Jakarta, 1998
12