BAB I
BIOGRAFI MELANIE KLEIN
1.1 Biografi
Melanie Reizes Klein lahir pada tanggal 30 Maret 1882 di Wina,
Austria. Ia lahir sebagai anak terakhir dari empat bersaudra,dari pasangan
Dr. Moriz Reizes dan istri keduanya. Libussa Deutsch Reizes. Klein percaya
bahwa ia lahir sebagai anak yang kehadirannya tidak direncanakan. Keyakinan
ini membuatnya merasa ditolak oleh orang tuanya. Melaine merasa ada jarak
oleh ayahnya,yang lebih mencintai kakak perempuannya, Emilie (Sayers,1991).
Ketika Melanie lahir,ayahnya sudah lama melawan yahidi Ortodoks dan menolak
untuk menerapkan agama apapun dalam kehidupannya. Akibatnya, Klein tumbuh
dalam keluarga yang tidak proagama, namun juga tidak antiagama.
Pada masa anak-anak Klein mengamati kedua orang tuanya menjalani
perkerjaan yg mereka tidak sukai. Ayahnya seorang dokter yang berkerja di
bidang obat-obatan yang kemudian berakhir dengan berkerja sebagai asisten
dokter gigi. Ibunya memiliki sebuah toko tumbuhan dan reptil. Sebuah
perkerjaan yang sulit,memalukan dan menakutkan untuk seseorang yang takut
akan ular (H.Segal,1979). Meskipun ayahnya bergelar dokter dan tidak
memiliki penghasilan yang mencukupi keluarganya, klein bercita-cita menjadi
seorang dokter sama seperti ayahnya.
Hubungan-hubungan Klein di awal kehidupannya merupakkan hubungan-
hubungan yang tidak sehat atau beraakhir dengan tragedi. Ia merasa
diabaikan oleh ayahnya, yang dipandang sebagai sosok yang dingin dan jauh,
sedangkan hubungan dengan ibunya dirasakan sangat kaku , walaupun ia
mencintai dan mengidolakan ibunya. Klein memiliki kedekatan dengan kakak
perempuannya Sidonie, yang lebih tua empat tahun darinya dan sering
mengajarkan aritmatika juga membaca. Sayangnya, Sidonie meninggal ketika
Melanie berusia empat tahun. Pada tahun-tahun berikutnya, melanie mengaku
bahwa ia tidak pernah merasa sangat sedih atas kematian sidonie (H.
segal,1992). Setelah kematian, Sidoine, klein jadi sangat dekat dengan
kakak laki-lakinya Emmanuel, yang merupakan kakak laki-laki satu-satunya
dan berusia lima tahun lebih tua dari Melanie. Ia sangat mengagumi dan
terobsesi pada Emmanuel. Kemungkinan obsesi ini kemudian berpengaruh pada
kesulitannya dalam membina hubungan dengan laki-laki. Seperti Sidonie,
Emmanuel juga mengajari Melaniedengan sangat baik sehingga Melanie berhasil
lolos dalam ujian masuk sebuah sekolah persiapan yang bereputasi baik
(Petot, 1990).
Saat Klein berusia 18 tahun, ayahnya meninggal, tetapi tragedi yang
lebih besar terjadi dua tahun kemudian, yaitu ketika kakak laki-lakin yang
sangat di cintainya, Emmanuel meninggal. Kematian Emmanuel sangat
mengguncang klein. Ketika masih berduka atas kematiannya, Melanie menikahi
Arthur Klein, seseorang insinyur teman dekat Emmanuel. Pernikahan ini
diyakini melanie sebagai penyebab dari kegagalannya menjadi seorang dokter
sehingga disepanjang sisa hidupnya, ia terus menyesal karna tidak mencapai
tujuannya itu (Grosskurth, 1986).
Sayangnya, pernikahan Klein tidak bahagia, ia menghindari hubungan
seksual dan tidak ingin hamil (Grosskurth, 1986). Meskipun demikian, ia
mempunyai tiga anak dari pernikahannya dengan Arthur, yaitu Melitta lahir
tahun 1904, Hans lahir tahun 1907, dan Erich lahir tahun 1914, pada tahun
1909, keluarga Klein pindah ke Budapest karena Arthur ditugaskan disana. Di
tempat itu, Klein bertemu dengan Sandor Ferenczi, salah satu anggota
lingkaran dalam Freud, yang kemudian mengenalkannya pada dunia
psikoanalisis. Ketika ibunya meninggal pada tahun 1914, Klein mengalami
depresi dan meminta Ferenczi untuk menganalisisnya. Pengalaman ini
merupakian titik balik dalam kehidupannya. Pada tahun yang sama, ia membaca
buku Freud yang berjudul On Dreams (1901/1953) "dan dalam seketika
menyadari apa yang menjadi tujuan saya. Setidaknya, untuk tahun-tahun
dimana saya merasa sangat antusias mencari apa yang dapat memuaskan saya,
baik secara intelektual maupun emosional". Pada saat yang sama ketika ia
mulai mengenal Freud, lahirlah anak ketiga, Erich. Klein sangat mempercayai
psikoanalisis dan mengajar anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip Freudian.
Sebagai bagian dari pengajarannya, ia mulai menerapkan
psikoanalisisterhadap Erich sejak ia masih kecil.selain itu, ia juga
menganalisis Melitta dan Hans, yang masa mendatang keduanyamalah menemui
analisis lain.yang kemudian menjadi psikoanalis, menemui Karen Horney dan
juga analisis lain. Hubungan antara Horney dan Klein sangat menarik karena
di kemudian hari, Klein menganalisis dua puteri Horney yang termuda ketika
usia mereka dua belas dan sembilan tahun (putri tertua Horney yang berusia
empat belas tahun menolak dianalisis). Tidak seperti Melitta yang
dianalisis dengan suka rela,kedua putri Horney merasa terpaksa menghadiri
sesi analisis. Sesi ini bukan sesi untuk menyembuhkan gangguan
neurotik,melainkan sesi dengan tujuan pencegahan (Quinn, 1987).
Klein berpisah dengan suaminya pada tahun 1919,namun percerainya baru
terjadi beberapa tahun kemudian. Setelah perpisahannya, ia membangun
praktik psikoanalisis di Berlin dan membuat makalah mengenai analisisnya
terhadap Erich. Makalah ini merupakan kontribusi pertamanya dalam literatur
psikoanalisis. Erich , dalam makalah tersebut tidak diperkenalkan sebagai
anaknya bahkan sampai beberapa waktu lamanya setelah kematian Klein
(Grosskurth, 1998). Tidak merasa puas akan analisis yang dilakukan oleh
Ferenczi terhadap dirinya sendiri, Klein mengakhiri hubungan dengannya.
Kemudian, ia mulai dianalisis oleh Karl Abraham, anggota lain dari
lingkaran dalam Freud. Setelah hubungan iniberjalan selama empat belas
bulan,Klein mengalami tragedi lain yaitu kematian Abraham. Pada titik saat
itu,Klein memutuskan untuk melakukan analisis terhadap diri sendiri(self
analysis),analisis yang terus dilakukan selama sisa hidupnya. Sebelum tahun
1919,semua psikoanalis,termasuk Freud,membuat teori mengenai perkembangan
anak berdasarkan penanganan terapi mereka pada orang dewasa. Kasus tunggal
Freud yang berhubungan dengan anak hanyalah Little Hans. Ia adalah anak
laki-laki yang menjadi pasiennya hanya dalam sekali pertemuan. Melanie
Klein mengubah situasi tersebut dengan melakukan psikoanalisis langsung
pada anak. Tetapi yang dilakukannya pada anak yang sangat muda,termasuk
anaknya sendiri, menyakikannya bahwa anak-anak menyimpan perasaan positif
dan negatif terhadap ibunya. Mereka juga mengembangkan superego lebih awal
daripada yang diyakini oleh Freud. Pandangan yang berbeda dari standar
teori psikoanalisis ini menyebabkan munculnya banyak kritik dari koleganya
di Berlin sehingga membuatnya tidak merasa nyaman lagi tinggal dikota
tersebut.kemudian , pada tahun 1926, Ernest Jonesmengundangnya ke London
untuk menganalisis anak-anaknya dan menyampaikanserangkaian kuliah mengenai
analisis anak. Serangkaian kuliah tersebut kemudian menghasilkan buku
pertamanya The Psycho-Analysis of Children (Klein,1932). Pada tahun 1927,
ia memutuskan pindah ke Inggris dan menetap disana sampai ia meninggal pada
tanggal 22 September 1960. Pada hari pemakaman Klein (Melitta) melakukan
penghinaan terhadapnya dengan memberikan ceramah profesional menggunakan
sepatu bot merah sehingga mengejutkan para pengunjung yang hadir disana
(Grosskurth,1986).
Selama tinggal di London,kehidupan Klein ditandai dengan perbedaan dan
kontrovensi. Meskipun ia tetap menyebut dirinya sebagai Freudian, namun
Freud dan anaknya (anna) tidak menerima konsepnya yang menekankan
pentingnya masa kanak-kanak awal dalam teknik analisis yang dilakukan pada
anak-anak. Perseteruannya dengan Anna Freud dimulai ketika keluarga Freud
masih tinggal di Wina,dan semakin memuncak ketika Anna berserta ayah dan
ibunya pindah ke London pada tahun 1938. Sebelum kepindahan Anna Freud ke
London,sekolah psikoanalisis di Inggris sudah menjadi "sekolah Kleinian"
dan Klein berseteru terbatas hanya pada orang-orang yang memiliki hubungan
dengan anaknya (Melitta). Perseteruan-perseteruan Klein ini biasanya sangat
keras dan personal.
Pada tahun 1934, putra Klein yang kedua (Hans) meninggal karena jatuh.
Melitta, yang baru saja pindah ke London dengan suaminya yang juga seorang
psikoanalis, Walter Schmideberg, menyakini bahwa adiknya meninggal karena
bunuh diri dan ia menyalahkan ibunya atas kematian adiknya. Pada tahun yang
sama , Melitta memulai analisis dengan Edward Glover, salah satu saingan
Klein dalam British Society. Hal ini membuat hubungan Klein dan putrinya
semakin memburuk, baik secara personal maupun prefesional. Bahkan , Melitta
terus menyimpan rasa permusuhannya sehingga setelah kematian ibunya.
Meskipun Melitta Schmideberg bukan pendukung Anna Freud, namun
permusuhan Melitta dengan Klein ini memperuncing perseteruan Klein dengan
Anna Freud, yang tidk pernah mengakui kemungkinan untuk menganalisis anak-
anak (King&Steriner, 1991;Mitchel&Black, 1995). Perseteruan antara Klein
dan Anna Freud tidak pernah mereda, dan masing-masing menetapkan dirinya
lebih "Freudian" dari pada yang lain (Hughes, 1989). Akhirnya pada tahun
1946, British Society menerima tiga prosedur pengajaran, yaitu pengajaran
tradisional dari Melanie Klein, pengajaran yang didukung oleh Anna Freud,
dan kelompok tengah yaitu pengajaran dengan pendekatan lebih bebas yang
tidak menerima kedua teknik pengajaran tersebut. Dengan demikian, British
Society tidak pecah, meskipun dengan pencapaian kesepakatan yang tidak
mudah.
BAB II
TEORI RELASI OBJEK DAN APLIKASINYA
2.1 Teori Relasi Objek
Teori relasi objek merupakan bagian dari teori freud mengenai teori
insting, tetapi penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal. Pertama,
teori relasi objek tidak terlalu menekankan dorongan dorongan biologis dan
lebih menekankan pada pentingnya pola yang konsisten dalam hubungan
interpersonal. Kedua, kebalikan dari teori freud yang bersifat
paternalistis dan menekan pada kekuatan dan kontrol ayah, teori relasi
objek cenderung lebih maternal dengan menekankan ke intiman dan pengasuhan
ibu. Ketiga, teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan hubungan
sebagai motif utama tingkah laku manusia bukan kesenangan seksual.
Secara lebih spesifik dijabarkan bahwa teori mengandung banyak makna
sesuai dengan jumlahnya. Sebagai gambaran, mahler menganggap penting
kemampuan mempertahankan diri pada bayi untuk mencapai otonomi dan indra
mengenai diri sendiri. Kohud lebih menekankan pada pembentukan diri
sendiri, sedangkan bowlby menekankan tahapan pemisahan kecemasan dan
aisworth lebih kepada daya kedekatan.
Jika klein disebut sebagai ibu dari teori relasi objek, maka freud
adalah ayahnya. Tujuan dan objek berdampak pada faktor psikologis walaupun
kelihatanya tiap dorongan yang berbeda mempunyai tujuan masing masing,
namun tujuan dasar keduanya selalu sama yaitu untuk mengurangi ketegangan
dengan mencapai kesenangan, dalam istilah freudian, manusia adalah objek
suatu dorongan, bagian dari seseorang atau sesuatu yang dapat membuat
tercapainya suatu tujuan. Klein dan teori relasi objek lainya memulai dari
asumsi dasar yang di kemukakan freud tersebut.kemudian mereka berspekulasi
mengenai bagaiman kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan
dengan ibunya atau dengan payudara ibunya. Juga bagaimana keduanya menjadi
model dari hubungan interpersonalnya dimasa datang.
Meskipun klein terus menyebut dirinya sebagai freudian, namun ia
melanjutkan teori psikoanalisnya di luar batasan yang telah di tetapkan
oleh freud. Dilain pihak, freud sendiri cenderung mengabaikan klein.
Dalam kehidupan psikis bayi klein lebih menekankan pada pentingnya 4
sampai 6 bulan pertama. Baginya seorang bayi tidak memulai hidupnya sebagai
individu yang kosong. Bayi membawa predisposisi untuk mengurangi pengalaman
kecemasan yang dihasilkan oleh dorongan insting hidup dan insting mati.
Kesiapan bayi untuk bertindak atau bereaksi seperti yang diharapkan secra
filogenetis merupak faktor bawaan, sebuah konsep yang juga disetujui oleh
freud.
a. Fantasi
Fantasi atau khayalan hidup yang aktif dimiliki oleh seorang bayi
sejak ia lahir. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketidak
sadaran insting id yang tidak bisa dicampur adukan dengan fantasi kesadaran
yang dimiliki oleh anak anak dan dewasa. Ketika klein (1932) menulis
mengenai dinamika kehidupan fantasi pada bayi, ia tidak mengatakan bahwa
bayi yang baru kahir bisa merangkum pemikiranya melalui kata kata.
Maksudnya adalah bahkan sejak masih sangat kecil, bayi memiliki gambaran
ketidak sadaran dari "baik" dan "buruk". Contohnya perut penuh adalah baik;
perut kosong tidak baik. Selanjutnya, klein mengemukakan bahwa bayi yan
tertidur saat sedang mengisap jarinya sedang berfantasi bhwa ia mengisap
punting payudara ibunya yang baik.
Seiring dengan berkembangnya sang bayi fantasi ketidaksadaran yang
muncul belakangn ini di bentuk melalui kenyataan yang dialami dan
predisposisi bawaan. Salah satu daripreposisi adalah qedifus complex atau
keinginan anak untuk menghancurkan salah satu orang tuanya dan untuk
terlibat secara seksual dengan orang tuanya.
b. Objek
Manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting, termasuk insting
kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek dan objek-objek tersebut
adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berhubungan
badan dan memiliki organ seksual, juga lainnya. Klein (1948) yakin bahwa
pada sejak masa bayi awal, anak sudah berkaitan dengan objek-objek
eksternal ini, dan kemudian mulai berminat pada wajah dan tangan yang dapat
memenuhi kebutuhan untuk mereka. Dalam khayalan aktifnya bayi
mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis pada objek-objek eksternal,
termasuk penis ayahnya, tangan dan wajah ibunya, serta bagian tubuh
lainnya.
2.2 Aplikasi Teori Relasi Objek
1. Posisi-posisi
Klein memilih istilah "posisi" daripada "tahapan perkembangan" untuk
mengindikasikan bahwa posisi dapat maju dan mundur. Posisi bukanlah
merupakan periode perkembangan dalam rentan waktu tertentu dalam pase
kehidupan manusia. Meskipun ia menggunakan label-label psikiatris atau
patologis klein bertujuan menempatkan posisi untuk mewakili pertumbuhan dan
perkembangan normal. Dua posisi yang dikemukakannya adalah posisi paranoid-
schizoid dan posisi depresif.
a. Posisi paranoid-schizoid
Menurut klein bayi mengembangkan posisi paranois-schizoid ketika
berusia 3-4 bulan. Pada saat ini, egonya mempersepsi dunia eksternal
sebagai dunia yang subjektif dan fantastis, bukan objektif dan nyata. Pada
awal kehidupannya, bayi melakukan kontak dengan payudara ibu, yang
dipersepsi sebagai payudara baik dan buruk. Pengalaman kontak ini
memberikan pilihan antara keberhasilan atau kegagalan.
Klein menyatakan bahwa bayi memiliki keinginan menguasai payudara dan
dorongan untuk menghancurkan payudara. Kedua keinginan berlawanan ini
termanifestasi dalam dua hal. Di satu sisi, keinginan menghancurkan
termanifestasikan saat bayi menggigit, mengoyak, atau merobek payudara. Di
sisi lain, keinginan menguasai termanifestasikan dalam tetap meyakini
perasaannya bahwa ibu dan payudaranya adalah hal yang baik.
Kondisi ambivalensi ini disebut posisi paranoid-schizoid. Klein
mengatakan bahwa bayi mengembangkan posisi paranoid-schizoid ini pada usia
tiga sampai empat bulan. Pada masa ini dimana bayi memilah objek-objek di
dunia sebagai sesuatu yang baik dan buruk, hal ini akan menjadi prototipe
ketika bayi menilai orang lain pada masa selanjutnya. Sehingga kondisi
ambivalensi tersebut akan tetap ada pada dirinya. Posisi paranoid-schizoid
ini setara dengan kasus nyata transferens dari seorang klien kepada
terapisnya.
Di satu sisi, klien merasa mencintai analisnya, namun di sisi lain,
klien sangat membencinya. Dalam kehidupan nyata, bahkan yang terjadi pada
orang dewasa, terjadinya ambivalensi adalah sangat wajar. Ambivalensi itu
wajar hanya jika terjadi secara sadar. Sedangkan ambivalensi yang terjadi
dalam posisi ini adalah ambivalensi yang tidak disadari.
Perasaan ambivalen ini tentunya tidak terbatas hanya pada situasi
terapi. Kebanyakan manusia memiliki perasaan positif dan negative terhadap
kekasihnya. Meskipun demikian,perasaan ambivalen yang disadari bukan
merupakan esensi dari posisi paranoid-schizoid. Orang dewasa mengadopsi
posisi paranoid-schizoid dengan cara yang primitive dan mengandalkan
ketaksadarannya. Seperti yang ditegaskan Ogden, mereka mungkin menjadikan
diri mereka sebagai objek yang pasif ketimbang sebagai subjek aktif. Mereka
cenderung berkata,"ia adalah orang yang berbahaya" ketimbang
mengatakan"saya merasa bahwa ia berbahaya bagi saya." Orang lain bisa
memproyeksikan perasaan paranoid yang tak disadari terhadap orang lain,yang
kemudian melihat orang tersebut sebagai orang yang sempurna sementara
memandang dirinya kosong dan tidak bermakna.
Ciri-Ciri Diagnostic Dari Kepribadian Paranoid
Kecurigaan dan ketidakpercayaan yang pervasive terhadap orang lain
Curiga bahwa orang lain sedang mengeksploitasi, mencalakai dan
menipunya
Preokupasi dengan keragu-raguan yang tidak beralasan terhadap
loyalitasteman atau teman-teman sejawatnya
Kecenderungan untuk membaca adanya maksud merendahkan atau
mengancam yang tersembunyi di balik ucapan manis seseorang
Menyimpan dendam atas penghinaan, cedera dan kebohongan yang
pernah diterimanya
Mempersepsi adanya serangan terhadap karakter atau reputasinya bagi
orang lain sama sekali tidak ada
Kecurigaan tanpa alasan yang berulang kali muncul bahwa suami/istri
atau mitra seksualnya telah berselingkuh
Tidak muncul secara eksklusif dengan skizofrenia, gangguan suasana
perasaan dengan fitur –fitur psikotik, atau gangguan psikotik lainnya.
Cirri-Ciri Diagnostic Gangguan Kepribadian Schizoid
Menggambarkan orang yang memiliki sedikit minat, bila ada, dalam
hubungan sosial, menunjukkai dan ekspresi emosi yang terbatas, serta tampak
jauh dan menjaga jarak
Pola pelepasan diri dari hubungan sosial dan ragam ekspresi emosi
terbatas, yang dimulai pada masa dewasa awal
Kurangnya keinginan untuk menikmati hubungan dekat
Hamper selalu memilih aktivitas-aktivitas soliter
Kurang memiliki sahabat atau teman karib di luar anggota keluarga
batihnya
Tampak tidak peduli terhadap pujian maupun kritik dari orang lain
Menunjukkan sikap dingin atau lepas secara emosional
Tidak muncul secara eksklusif dengan skizhofrenia atau gangguan-
gangguan lainnya
b. Posisi depresif
Saat usia lima atau enam bulan bayi mulai dapat melihat objek
eksternal secara utuh dan melihat terdapat kebaikan sekaligus keburukan
pada seseorang. Oleh karena itu, pada saat ini, bayi dapat mengembangkan
gambaran yang realistis sebagai individu yang bebas dan juga dapat
melakukan kebaikan sekaligus keburukan dalam dirinya. Selain itu, ego nya
sudah matang. Hal ini ditunjukkan pada saat bayi mulai dapat menerima
perasaan-perasaannya yang buruk, daripada memproyeksikannya.
Pada masa ini, bayi sudah mulai menyadari bahwa ibunya dapat pergi
jauh dan hilang selamanya, sehingga ia merasa takut kehilangan dan berusaha
melindungi ibunya dari segala hal yang membahayakan ibunya tersebut. Namun,
di sisi lain, bayi sadar bahwa ia tidak dapat melindungi ibunya, sehingga
hal ini membuatnya merasa bersalah. Kondisi dimana bayi kehilangan objek
yang dicintai, ditambah dengan perasaan bersalah karena tidak dapat
melindungi ibu, ini yang disebut dengan posisi depresif. Kondisi ini akan
menjadi faktor yang menguntungkan bagi bayi dalam menjalin hubungan
interpersonalnya di masa yang akan datang.
Posisi depresif ini akan hilang, jika kelak bayi dapat membuat
khayalan untuk memperbaiki keadaan, dan meyakini bahwa ibu tidak akan
hilang selamanya, melainkan akan kembali setiap kali ibu pergi. Hilangnya
posisi depresif ini akan menghilangkan pandangan bayi bahwa ada ibu baik
dan ada ibu buruk. Hal itu tidak berlaku lagi pada bayi. Ketika posisi itu
sudah dilewati, bayi tidak hanya akan mampu menerima kasih sayang dari
ibunya, tetapi juga dapat menunjukkan kasih sayang kepada ibunya.
2. Mekanisme Pertahanan Psikis
Klein mengemukakan bahwa sejak awal masa bayinya anak dapat
mengadopsi beberapa mekanisme pertahanan psikis untuk melindungi perasaan
yang berasal dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara-payudara
sebagai objek yang menyenangkan dan sangat membantunya di sisi yang lain.
Untuk mengontrol kecemasan ini, bayi menggunakan beberapa mekanisme
pertahanan diri, seperti :
Introyeksi
Introyeksi adalah khayalan yang diperoleh bayi mengenai persepsi dan
pengalaman mereka dengan objek eksternal yang asalnya dari payudara ibu.
Introyeksi dimulai ketika pertama kali bayi disusui, dimana puting ibu
berusaha dimasukkan ke dalam mulut bayi. Bayi yang mampu melakukan
introyeksi objek baik, akan menyambut puting ibu sebagai objek yang dapat
melindunginya, memberinya kehangatan, dan kasih sayang. Bayi yang melakukan
introyeksi objek buruk akan menolak puting ibu, karena menganggap itu
berbahaya. Jika hal ini terjadi, maka payudara akan dianggap sebagai
sesuatu yang membahayakan, mengancam, atau menakutkan bayi.
Proyeksi
Proyeksi merupakan khayalan atau dorongan yang dirasakan oleh bayi dan
kemudian dipindahkan pada orang lain. Misalnya, anak laki-laki memiliki
keinginan untuk mengebiri ayahnya. Namun karena hal ini dirasa tidak
pantas, maka anak tersebut menyalahkan ayahnya dengan mengatakan bahwa ayah
ingin mengebiri dirinya sendiri. Atau, seorang anak perempuan yang ingin
menguasai ibunya, namun anak ini berkhayal bahwa ibu akan menyiksa dirinya.
Pemisahan
Pemisahan merupakan usaha bayi dalam mengembangkan gambaran yang
terpisah antara dirinya yang baik dan dirinya yang buruk. Hal ini dapat
terjadi ketika bayi sudah mampu memisahkan impuls-impuls yang tidak sesuai.
Pemisahan ini dapat berakibat positif maupun negatif bagi anak ketika
mereka dewasa kelak. Jika pemisahan ini dilakukan dengan tidak ekstrem dan
tidak kaku, maka dampaknya positif, yaitu membantu anak melihat sisi
positif dan negatif dalam kepribadiannya sendiri, serta dapat membedakan
mana kepribadian yang ia sukai maupun yang tidak ia sukai.
Sebaliknya, jika pemisahan dilakukan secara berlebihan dan tidak
luwes, maka akan menyebabkan represi patologis. Misalnya, jika anak yang
memiliki ego sangat kaku, tidak mampu memisahkan sisi baik dan buruk dalam
dirinya, maka anak tidak akan pernah mampu menerima dan mengakui sisi
negatif atau perilaku buruknya. Perilaku buruk akan ditekan, sehingga kelak
akan menjadi sesuatu hal yang patologis.
Identifikasi proyektif
yaitu usaha memisahkan bagian dari diri mereka yang tidak dapat
diterimanya. Hasil pemisahan ini kemudian diproyeksikan menjadi objek lain,
dan diintroyeksikan ke dalam diri mereka dalam bentuk yang berbeda.
Misalnya, bayi ingin memukul payudara ibu, kemudian memproyeksikan bahwa
payudara itu membuatnya takut. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa payudara
itu menyenangkan untuknya. Usaha ini membuat mereka mampu memiliki kendali
bahwa payudara itu objek yang menakutkan, namun juga menyenangkan.
Usaha ini memiliki pengaruh yang kuat pada hubungan interpersonal bayi
ketika ia dewasa kelak. Misalnya, suami memiliki kecenderungan untuk
mendominasi orang lain. Ia tidak menyukai kecenderungan ini, sehingga ia
proyeksikan ke istrinya. Ia berpikir bahwa istrinya adalah orang yang suka
mendominasi orang lain. Selanjutnya, suami membuat istri mendominasi,
dengan cara berperilaku submisif pada istri, agar istri menunjukkan
kecenderungan mendominasi.
3. Internalisasi
Internalisasi merupakan usaha orang untuk melakukan introyeksi, yaitu
memasukkan aspek eksternal, dan mengolah menjadi sesuatu yang bermakna
psikologis. Teori Kleinian menyebutkan tiga internalisasi yang penting,
yaitu :
1. Ego
Klein meyakini bahwa ego sudah matang pada tahap lebih awal daripada yang
diyakini Freud. Freud menduga ego sudah ada pada saat bayi lahir, namun ia
tidak menghubungkan fungsi psikis tersebut hingga usia tiga atau empat
tahun. Freud meyakini, anak kecil didominasi id, sedangkan Klein
mengabaikan id, dan mendasarkan teorinya pada ego sejak awal kelahiran.
Klein yakin bahwa walaupun ego belum berkembang dengan baik, namun mampu
merasakan kecemasan, mampu menggunakan mekanisme pertahanan, dan mampu
membentuk objek relasi awal pada khayalan dan kenyataan. Ego mulai muncul
ketika menyusu pada ibunya. Pada saat ini ego mengetahui apakah ia
mendapatkan kasih sayang dan cinta atau tidak mendapatkannya. Gambaran ini
menjadi titik utama pembentukkan ego selanjutnya. Payudara menjadi relasi
objek yang pertama bagi bayi, dan selanjutnya menjadi prototipe untuk
perkembangan ego dan hubungan interpersonal di kemudian hari.
Namun demikian,sebelum bergabung ego harus berpindah terlebih dulu. Klein
berasumsi bahwa secara bawaan,bayi tidak hanya didorong untuk berintegrasi,
tetapi juga dipaksa untuk menghadapi dorongan-dorongan hidup dan mati,
seperti direfleksikan dalam pengalaman mereka terhadap payudara baik dan
payudara buruk.
2. Superego
Gambaran superego Klein berbeda dari Freud. Konsep superego yang
dikemukakan Freud terdiri dari dua subsistem, yaitu : (a) ego ideal yang
menghasilkan perasaan inferior ; (b) yang menghasilkan perasaan bersalah.
Sedangkan konsep superego yang dikemukakan Klein adalah : (a) superego
berkembang lebih awal dibanding asumsi Freud ; (b) pertumbuhan oedipus
complex yang tidak mencukupi ; (3) pandangan Klein mengatakan bahwa
superego lebih keji dan kasar. Artinya, Klein menyatakan bahwa pada masa
dewasa, superego akan menghasilkan perasaan inferior dan bersalah (sama
dengan Freud). Namun, pada anak-anak awal, superego akan menghasilkan
perasaan terancam.
Klein menggambarkan superego anak usi lima tahun dengan cara yang sama
seperti yang digambarkan oleh Freud. Pada usia lima atau enam
tahun,superego memunculkan sedikit kecemasan dan rasa bersalah yang besar.
Superego juga kehilangan sebagian besar kekejamannya dan secara bertahap
berubah menjadi kesadaran yang realistis. Meskipun demikian,Klein menolak
gagasan Freud yang menyatakan bahwa supergo merupakan konsekuensi dari
Oedipus complex. Klein malah menyatakan bahwa superego berkembang sejalan
dengan perkembangan Oedipus complex dan akhirnya menyatu dalam perasaan
bersalah yang realistis setelah Oedipus complex berkembang sepenuhnya.
3. Oedipus Complex
Konsep Klein mengenai Oedipus complex adalah : (a) dimulai pada masa oral-
anal, dan mencapai puncaknya pada tahap genital. Freud mengatakan pada masa
phalik atau genital ; (b) Klein yakin bahwa bagian terpenting dari oedipus
complex adalah bahwa ketakutan anak akan ancaman orangtua karena anak
berkhayal bahwa anak melukai orangtuanya ; (c) Klein menekankan pentingnya
anak menjaga perasaan positif terhadap kedua orangtua selama tahun oedipal
; (4) Klein yakin bahwa oedipus complex menyediakan kebutuhan yang sama
terhadap anak laki-laki dan perempuan, yaitu membangun sikap positif dengan
objek yang menyenangkan dan menghindari objek yang menakutkan.
Perkembangan Oedipal pada Perempuan yaitu terjadi pada fase
feminimitas
Pada awal perkembangan Oedipal feminine, yaittu selama bulan pertama
dalam kehidupan, seorang anak perempuan melihat payudara ibunya sebagai
objek"baik atau buruk". Kemudian,sekitar usia enam bulan ia mulai melihat
payudara lebih sebagai objek yang positif daripada negative. Setelah itu,
ia mulai melihat ibunya secara keseluruhan sebagai objek yang penuh dengan
kebaikan dan sikap ini membuatnya berimajinasi mengenai bagaimana hadirnya
seorang bayi. Ia juga berkhayal bahwa penis ayahnya memberi ibunya berbagai
hal, termasuk bayi-bayi. Oleh karena anak perempuan kecil ini melihat penis
ayahnya sebagai pemberi bayi, maka ia mengembangkan hubungan positif
terhadap penis ayahnya dan berkhayal bahwa ayahnya akan memenuhinya dengan
bayi-bayi. Jika proses perkembangan Oedipus feminine ini berjalan dengan
mulus, makan anak perempuan akan menempatkan dirinya pada posisi feminine
dan mengembangkan hubungan positif dengan kedua orang tuanya.
Namun,dalam situasi yang tidak terlalu ideal,anak perempuan akan
melihat ibunya sebagai saingannya dan berkhayal untuk merebut penis ayahnya
dari ibunya dan mengambil bayi-bayi ibunya. Keinginannya ini menghasilkan
paranoid bahwa ibunya akan menyakitinya dengan cara melukai dan mengambil
bayi-bayinya. Kecemasan yang dimiliki oleh anak perempuan ini dating dari
ketakutan di dalam dirinya yang merasa dilukai oleh ibunya, suatu kcemasan
yang hanya akan berkurang ketika ia kemudian melahirkan seorang bayi yang
sehat. Menurut Klein(1945), rasa iri akan penis(penis envy) dating dari
keinginan anakan perempuan untuk diinternalisasi oleh penis ayanya dan
untuk memperoleh bayi darinya. Khayalan ini menjadi penyebab semua hasrat
akan penis eksternal. Bertolak belakang drngan pandangan Freud, Klein tidak
dapat menemukan adanya bukti mengapa anak perempuan menyalahkan ibunya
kerena menghadirkannya di dunia tanpa penis. Sebaliknya, Klein memnadang
anak perempuan memiliki kedekatan yang sangat kuat dengan ibunya selama
periode Oedipal.
Perkembangan Oedipal pada Laki-laki yaitu terjadi saat fase
maskulinitas
Seperti pada anak perempuan,anak laki-laki juga memandang payudara
ibunya sebagai objek baik dan buruk. Kemudian selama bulan-bulan pertama
perkembangan oedipal,anak laki-laki mengganti hasrat oralnya,yang semula
pada payudara ibunya diganti menjadi hasrat terhadap penis ayahnya. Ada
masa ini,anak laki-laki sedang berada pada posisi feminine dimana ia
mengadopsi sikap homoseksual pasif terhadap ayahnya. Kemudian ia bergerak
menuju hubungan heteroseksual dengan ibunya. Oleh karena persaan
homoseksual terhadap ayahnya yang pernah dimilikinya, maka ia tidak takut
ayahnya akan mengebirinya. Klein percaya bahwa posisi homoseksual pasif ini
meruakan factor awal terbentuknya hubungan heteroseksual yang sehat dengan
ibunya. Sederhannya,seorang anak laki-laki harus memiliki perasaan yang
baik terhadap penis ayahnya terlebih dulu sebelum ia dapat menilai
miliknya.
Klein merepresentasikan perubahan pemikiran yang penting dalam
psikoanalitik. Ketimbang hanya memfokuskan perhatian mereka terhadap
dorongan biologis libidinal, Klein dan para koleganya mulai serius
memperhatikan kualitas hubungan antara klien/pasien dan orang lain:
Dalam teori object relation, pikiran dan struktur psikis yang merupakan
pembandingnya berkembang lebih karena interaksi dengan orang lain ketimbang
karena ketegangan biologis. Ketimbang termotivasi oleh pengurangan
ketegangan, seseorang lebih termotivasi oleh kebutuhan untuk membangun dan
membina hubungan. Dengan kata lain, adalah kebutuhan akan interaksi dengan
manusia lain yang membentuk motif utama dalam perspektif object relation.
Para teoretikus object relation mengadopsi istilah "object" sebagai
peringatan bahwa kenyataannya hubungan seseorang yang penting secara
emosional mungkin saja dilakukan dengan orang lain sebagai seseorang yang
utuh, dengan citra akan seseorang yang terinternalisasikan atau terkenang
yang merupakan bagian dari seseorang atau dengan objek fisik.
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, seorang anak makin
mampu menerima bahwa kebaikan dan keburukan dapat berjalan bersama, dan
karena itu mulai membedakan kebaikan dan keburukan dalam berbagai
tingkatan. Ketika perkembangan ini tak berjalan memuaskan atau ketika
ancaman eksternal membangkitkan kembali perasaan tidak aman pada bulan awal
kehidupan ini, maka seseorang akan tumbuh dengan kecenderungan untuk
merasakan dunia sebagai objek yang terpecah antara yang baik dan yang
buruk, atau menggunakan mekanisme pertahanan diri ini pada situasi
tertentu.
2.3 Psikoterapi
Klein menggunakan psikoanalisis terhadap anak-anak tetapi tidak di
terima dengan baik oleh analisis-analisi lain. Penolakan gagasan mengenai
psikoanalisis terhadap masa kanak-kanank ini terutama dilakukan oleh Anna
Freud,yang mengatakan bahwa terapis tidak dapat mengembangkan transferens
pada anak kecil yang masih sangat dekat dengan orang tuanya karena mereka
tidak memiliki khayalan atau gambaran yang tidak sadar. Oleh karena itu,ia
mengklaim bahwa anak kecil tidak bisa memperoleh keuntungan dari terapi
psikoanalisis. Sebaliknya,Klein percaya bahwa,baik anak-anak yang mengalami
gangguan akan memperoleh keuntungan dari penanganan terapeutik,sementara
anak-anak yang sehat akan memperoleh keuntungan dari penangan prophylactic.
Konsisten dengan keyakinannya,ia bersikeras melakukan analisis terhadap
anak-anaknya sendiri. Ia juga bersikeras bahwa keberhasilan psikoanalisis
terhadap anak ditentukan dengan adanya transferens negative,sebuah
pandangan yang tidak disetujui Anna Freud dan banyak psikonalis lainnya.
Untuk memunculkan tranferens negative fan khayalan agresif, klein
menyediakan mainan kecil,pensil dan kertas,cat,crayon,dan sebagainya uuntuk
setiap anak.ia mengganti pendekatan analisis mimpi dan asosiasi bebas dari
Freud dengan terapi bermain. Ia percaya bahwa anak kecil dapat
mengekspresikan berbagai keinginan mereka yang tidak sadar dan sadar
melalui terapi bermain. Terapi bermain juga mendukung adanya transferens
negative,yaitu ketika pasien klein yang masih anak-anak menyerangnya secara
lisan. Hal ini memberinya peluang untuk menginterprestasikan alasan-alasan
tidak sadar di balik serangan-serangan tersebut.
Tujuan dari terapi klein adalah mengurangi perasaan kecemasan yang
depresif dan ketakutan yang mengancam dan untuk mengurangi kekerasaan objek
yang terintenalisasi. Untuk memenuhi tujuan tersebut,klein mendorong pasien-
pasiennya untuk mengalami kembali emosi dan khayalan awal,namun kali ini
dengan bantuan terapis. Tugas terapis adalah menunjukkan perbedaan antara
kenyataan dan khayalan serta antara tidak sadar dan yang sadar. Ia juga
mengizinkan pasiennya untuk mengekspresikan transferens positif dan
negative. Situasi ini penting agar terbentuk pemahaman pasien mengenai
bagaimana khayalan tidak sadar berhubungan dengan situasi-situasi sehari-
hari. Begitu hubungan ini dibuat,pasien-pasien merasakan berkurangnya
penderitaan yang diakibatkan oleh objek yang
diinternalisasinya,berkurangnya kecemasan depresifnya, dan mampu
memproyeksikan ketakutan internal yang dialaminya pada dunia luar.
BAB III
KRITIK TEORI RELASI OBJEK
3.1 Kritik Terhadap Teori Relasi Objek
Pada saat ini , teori objek menjadi lebih populer di inggris dibanding
di Amerika Serikat. "British School" memiliki pengaruh yang sangat kuat
dalam psikoanalisis dan psikiatris di inggris. Di Amerika, meskipun masih
tetap berkembang,pengaruh dari teori relasi objek tidak terlalu dirasakan
secara langsung.
Teori relasi objek berkembang dari teori psikoanalisis orthodoks, maka
sama seperti teori freud, teori ini menghadapi permasalahan dalam hal
ketidak mampuannya untuk diulang atau di uji kebenarannya. kebanyakkan
gagasan didasarkan pada apa yang terjadi dalam diri psikis seorang bayi
sehingga asumsi tersebut tidak dapat diulang untuk disangkal atau
dibenarkan. Teori ini tidak membiarkannya untuk di sangkal atau dibenarkan
karena teori ini hanya memunculkan sangat sedikit hipotesis yang bisa di
uji. Dilain pihak teori kedekatan dinilai tinggi dalam hal ketidak
mampuannya untuk diulangi.
Kegunaan yang terpenting dari teori relasi objek adalah kemampuannya
dalam mengorganisasi atau mengelola informasi tentang perilaku bayi.
Melebihi kebanyakan pencetus lain, pencetus relasi objek berspekulasi
terhadap bagaimana manusia secara bertahap menjadi peka terhadap identitas
mereka.