MANAJEMEN MADRASAH KAMMI YANG PRODUKTIF DAN DINAMIS.
ESSAY
Disusun sebagai salah satu persyaratan mengikuti Dauroh Pemandu Madrasah KAMMI Bandung
KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA DAERAH SEMARANG 2017
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam
“
barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang kokoh” (Q.S. As-Saff : 4)
Kesatuan Aksi Mahasiwa Muslim Indonesia (KAMMI) merupakan wadah permanen gerakan mahasiswa yang memiliki karakteristik sebagai gerakan amal (harokatul amal ) dan gerakan kaderisiasi (harokatul tajnid ). KAMMI sebagai sebuah gerakan kaderisasi memerlukan upaya pengkaderan agar suplai kader akan terus ada untuk terus menjaga eksistensi organisasi untuk terus menyumbang ide, gagasan dan kerja nyata untuk perbaikan umat, masyarakat dan Negara.
Pengkaderan ialah usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis, selaras dengan pedoman (manhaj) kaderisasi nasional KAMMI, sehingga memungkinkan seorang kader KAMMI mencapai nilai – nilai dasar kader KAMMI yang ditetapkan melalui Indeks Jati Diri Kader (IJDK) KAMMI ( Manhaj Kaderisasi KAMMI 1433 H ). Pengkaderan didalam organisasi KAMMI bukanlah sebagai sebuah kewajiban melainkan sebagai sebuah kebutuhan. Maka tanggung jawab untuk mengasilkan kader yang memiliki kualifikasi sebagai Muslim Negarawan menjadi tugas seluruh elemen dari tingkat komisariat hingga pusat dan dari level ketua hingga anggota.
Sarana kaderisasi KAMMI meliputi Dauroh Marhalah (DM) dan Madrasah KAMMI (MK). Dauroh marhalah merupakan sarana pengkaderan formal KAMMI yang dilakukan secara sadar, terncana, sistematis dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan aturan. Dauroh Marhalah merupakan sarana perekrutan kader baru KAMMI. Madrasah KAMMI (MK) adalah sarana kaderisasi bagi seluruh kader yang telah mengikuti Dauroh Marhalah, yang dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas kader sesuai dengan Indek Jati Diri Kader (IJDK) KAMMI. Madrasah Kammi memiliki dua model yakni MK Klasikal dalam bentuk
kelas dan MK Khos dalam bentuk kelompok kecil dan di bina oleh seorang pemandu KAMMI. Madrasah KAMMI merupakan sarana kaderisasi sebagai upaya pembinaan kader KAMMI sekaligus meng-upgrade wawasan pengetahuan kader.
Terbentuknya
sosok
Muslim
Negarawan
adalah
tujuan
dari
proses
pengkaderan KAMMI yang harus dilalui sesuai jenjang keanggotaanya dimulai dari Pra DM 1 hingga mendapat status AB 3 untuk kemudian berproses secara mandiri menjadi seorang Muslim Negarawan. Maka perlu adanya pengelolaan anggota biasa untuk tercapainya IJDK oleh bidang kaderisasi sesuai tingkatannya. Anggota biasa 1 yang dikelola oleh bidang kaderisasi tingkat komisariat, anggota biasa 2 yang dikelola oleh bidang kaderisasi tingkat daerah, anggota biasa 3 yang dikelola oleh bidang kaderisasi tingkat wilayah. Salah satu sarana kaderisasi yang dapat digunakan sebagai evaluasi IJDK oleh kader KAMMI adalah Madrasah KAMMI ( MK ). Madrasah KAMMI adalah sarana kaderisasi bagi seluruh kader yang telah mengikuti DM 1 yang dilaksanakan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas kader.
Permasalahan yang muncul dalam proses kaderisasi salah satunya adalah mandeg-nya proses kaderisasi yang seharusnya dilakukan oleh seorang kader KAMMI pasca keikutsertaannya dalam Dauroh Marhalah. Peserta Dauroh yang telah dilantik dalam Dauroh Marhalah, yang kemudian berstatus sebagai Anggota Biasa (AB) 1 KAMMI idealnya adalah mengikuti proses kaderisasi ke jenjang berikutnya. Namun kasus yang sering dihadapi oleh adalah tidak berlanjutnya proses tersebut. Ada berbagai alasan yang penulis simpulkan antaranya : 1. Komitmen kader Setiap kader harus melewati tahapan demi tahapan dalam upaya pencapaian IJDK secara berurutan. Komitmen dari seluruh kader untuk melewati
berbagai
tahapan
yang
telah
disusun
dalam
manhaj
ini,
memudahkan
KAMMI
sebagai
organisasi
kader,
mengontrol
dan
mengevaluasi perkembangan kondisi kadernya secara berkesinambungan.
Komitmen dalam mengikuti berbagai tahapan pengkaderan dibutuhkan dalam upaya menjaga regenerasi kepemimpinan dan kesinambungan organisasi sehingga secara langsung menyelesaikan berbagai permasalahan krisis kepemimpinan dan kepengurusan dalam organisasi KAMMI yang disebabkan karena jenjang keanggotanya tidak memenuhi persyaratan jenjang keanggotaan yang telah ditetapkan dalam AD/ART KAMMI. Karena itulah, komitmen dalam melewati tahapan pengkaderan harus menjadi kesadaran dan budaya dalam organisasi agar KAMMI tumbuh dan berkembang menjadi organisasi kader yang tertata rapih dan beramal pro duktif.
2. Kurangnya ketersediaan pemandu di komisariat. Untuk menghasilkan kader yang sesuai dengan manhaj,dibutuhkan bimbingan intensif oleh pemandu (Murabbi), strategi ini khususnya untuk pencapaian aspek spritual, dokrin kebenaran dan bimbingan praktis untuk beramal Islam serta memberikan panduan dalam program mandiri dan penugasan.
Perlu adanya sarana pengkaderan KAMMI yang lebih intensif untuk menumbuhkan komitmen seorang kader, Selain pengkaderan yang dilakukan di Madrasah KAMMI khos oleh seorang pemandu ( murobbi ). Kedekatan interaksi yang dibentuk antara pemandu dan kader. Meningkatkan kualitas ibadah, fikriyah, dan jazadiyah dapat menunjang performa seorang pemandu.
Dalam buku Perangkat – Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, seorang pemandu merupakan seorang pendidik, pengarah, dan penyeru
kepada akhlak yang mulia ini, oleh karenanya seorang pemandu harus memiliki sifat – sifat : 1. Orang yang khusuk dalam sholatnya ( Al Mukminun : 2) 2. Orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. 3. Orang yang menunaikan zakat. 4. Orang yang menjaga diri. 5. Orang yangmemelihara amanah. 6. Orang yang memelihara amanahnya.
Sifat lain yang harus dimiliki seorang pemandu adalah sifat muktasabah,
artinya
potensi
yang
dapat
dipelajari
seseorang.
Sifat
muktasabah ini meliputi aspek wawasan dan aspek praktis ( dakwah, gerakan, dan leadership ). Segala sifat yang harus dimiliki para pemandu harus dibangun dalam kerangka ukhuwah yang penuh kasih sayang dan cinta kasih antar sesama dalam naungan syariat Islam.
Daftar Pustaka Al-Qur’anul Karim
Mahmud, Ali Abdul Halim, Perangkat – perangkat Tarbiyah, Solo: Era Intermedia, 2011
Tim Kaderisasi PP KAMMI, Manhaj Kaderi sasi KAMMI 1433H , Jakarta: Departemen Kaderisasi PP KAMMI, 2011
Tentang Penulis Tiara Dewi I mas Mahardika
lahir di Pekalongan 31 Agustus 1995. Sedang
menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang Jurusan Fisika. Menjabat sebagai Kepala Departemen Humas KAMMI Komisariat Fatahillah Unnes.