BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Salah Salah satu penyaki penyakitt penyebab penyebab kemati kematian an utama utama yang yang diseba disebabka bkan n oleh oleh infeks infeksii adalah adalah Tuber Tuberkul kulosi osiss (TB). (TB). TB merupa merupakan kan ancaman ancaman bagi bagi pendud penduduk uk Indonesia. Pada tahun 200! sebanyak seperempat "uta orang bertambah penderita baru dan sekitar #0.000 kematian setiap tahunnya. tahunnya. Sebagi Sebagian an besar besar penderi penderita ta TB adalah adalah pendud penduduk uk yang yang berusi berusiaa produk produktif tif antara #$%$$ tahun! dan penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit "antung dan penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia. Pemerintah Pemerintah melalui Program Program &asional &asional Pengendalian Pengendalian TB telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi TB! yakni dengan strategi s trategi 'TS ('irectly bse bser red ed
Treat reatme ment nt
Shor Shortc tcou ours rse) e)..
*orld rld
+eal +ealth th
rg rgani, ani,at atio ion n
(*+ (* +))
merekomendasikan $ komponen strategi 'TS! yaitu #. Tanggu nggung ng "aa "aab b poli politi tiss dari dari para para peng pengam ambi bill kepu keputu tusa san n (ter (terma masu suk k dukungan dana). 2. 'iagnosis 'iagnosis TB dengan dengan pemeriksaan pemeriksaan dahak secara mikrosk mikroskopis. opis. /. Pengobatan Pengobatan dengan dengan paduan paduan bat nti nti Tuberku Tuberkulosis losis (T (T) "angka pendek pendek dengan pengaasan langsung Pengaas 1enelan bat (P1). . esinambunga esinambungan n persediaan persediaan T T "angka "angka pendek dengan dengan mutu mutu ter"amin. ter"amin. $. Pencata Pencatatan tan dan pelapora pelaporan n secara secara baku untuk memuda memudahka hkan n pemant pemantauan auan dan ealuasi program penanggulangan TB. *alaup alaupun un di Indone Indonesia sia telah telah banya banyak k kema"ua kema"uan n yang yang dipero diperoleh leh!! yakni yakni pencapaian penemuan kasus baru $#!3 4 dari target global 50 4 dibandingkan pencapaian 20 4 pada tahun 2002 dan /5 4 pada tahun 200/! "uga penyediaan obat%obat obat%obat anti TB yang di"amin di"amin oleh pemerintah pemerintah untuk sarana pelayanan pelayanan kesehatan pemerintah mencukupi kebutuhan prakiraan kasus di seluruh Indonesia!
1
TB tetap belum dapat diberantas! bahkan diperkirakan "umlah penderita TB terus meningkat. Peningkatan "umlah penderita TB disebabkan oleh berbagai faktor! yaitu kurangnya kurangnya tingkat kepatuhan kepatuhan penderita untuk berobat berobat dan meminum meminum obat! harga obat obat yang yang mahal! mahal! timbul timbulny nyaa resisten resistensi si ganda! ganda! kurang kurangny nyaa daya daya tahan tahan hospes hospes terh terhad adap ap
miko mikoba bakt kter eria ia!!
berk berkur uran angn gny ya
day daya
bakt bakter eris isid id
obat obat
yang ang
ada! ada!
meningkatnya kasus +I67I'S dan krisis ekonomi. 1eskipun berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah! namun tanpa peran serta masyarakat tentunya tidak tida k akan dicapai hasil yang optimal karena TB tida tidak k hany hanyaa masal masalah ah keseh kesehat atan an!! namu namun n "uga "uga meru merupa paka kan n masal masalah ah sosia sosial. l. eberhasilan penanggulangan TB sangat bergantung pada tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat. leh leh karena karena itu! itu! perlu perlu keterli keterlibat batan an berbag berbagai ai pihak pihak dan sektor sektor dalam dalam masyarakat! kalangan sasta! organisasi profesi dan organisasi sosial serta 8S1! terutama profesi poteker di potek! Instalasi 9armasi :umah Sakit maupun tempat lain yang melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya akan obat TB. poteker dalam hal ini dapat membantu mengarahkan pasien yang diduga menderi menderita ta TB untuk untuk memeri memeriksak ksakan an diri diri terhad terhadap ap TB (case (case findin finding) g) ke doker doker ataup ataupun un ruma rumah h sakit sakit!! memo memoti tiasi asi pasie pasien n untu untuk k patu patuh h dala dalam m peng pengob obat atan an!! memb memberi erika kan n info inform rmas asii dan dan kons konsel elin ing! g! memb memban antu tu dala dalam m penc pencat atata atan n untu untuk k pelaporan.
1.2
RUMUSAN MA MASALAH
#. 2. 3. .
pa itu penya penyakit kit tuberk tuberkulo ulosis sis (TB) (TB) ; Bagaimana Bagaimana epidem epidemiolog iologii penyak penyakit it tuberkul tuberkulosis osis (TB) ; pa etiologi (penyebab) dari penyakit tuberkulosis (TB) ; Baga Bagaim iman anaa morfo orfolo logi gi dan dan stru strukt ktur ur dari dari mikr mikrob obaa peny penyeb ebab ab peny penyak akit it tuberkulosis (TB) ;
2
$. 3. 5. <. =.
Bagaimana Bagaimana cara cara penularan penularan dari dari penyaki penyakitt tuberkul tuberkulosis osis (TB) (TB) ; pa sa"a sa"a ge"ala yang ditimb ditimbulkan ulkan dari penyaki penyakitt tuberkulos tuberkulosis is (TB) ; Bagaimana Bagaimana patofisi patofisiologi ologi dari penyakit penyakit tuberkulosis tuberkulosis (TB) ; pa sa"a sa"a klasifi klasifikas kasii penyakit penyakit tuber tuberkul kulosi osiss (TB) ; pa pa sa"a sa"a diag diagno nosa sa yang yang dapa dapatt dila dilaku kukan kan untu untuk k mene meneta tapk pkan an seseo seseora rang ng
mengidap penyakit tuberkulosis (TB) ; #0. Bagaimana penanggulangan dari penyakit tuberkulosis tuberkulosis (TB) ; ##. ##. pa sa"a obat obat yang yang dapat dapat diberik diberikan an untuk untuk terapi terapi penyaki penyakitt tuberk tuberkulo ulosis sis (TB) ;
1.3
TUJUAN MASALAH
#. gar gar mahasis mahasisa a dapat mengetah mengetahui ui dan memahami memahami penyaki penyakitt tuberk tuberkulo ulosis sis (TB). 2. gar mahas ahasiisa sa
dapat
tuberkulosis (TB). 3. gar gar maha mahasi sis saa
meng menget etah ahui ui
meng engetahu ahui etio etiolo logi gi
epidemi emiologi
dari
peny enyakit
(pen (peny yebab ebab))
dari dari
peny penyak akit it
tuberkulosis (TB). . 1ahasis 1ahasisa a dapat mengena mengenall serta serta mengeta mengetahui hui morfol morfologi ogi dan struktur struktur dari mikroba penyebab penyakit tuberkulosis (TB). $. gar gar maha mahasi sis saa mema memaha hami mi cara cara penu penula laran ran dari dari peny penyak akit it tube tuberk rkul ulos osis is (TB). 3. gar gar maha mahasi sis saa menge engeta tahu huii apa apa sa"a sa"a ge"a ge"ala la yang ang diti ditimb mbul ulka kan n dari dari penyakit tuberkulosis (TB). 5. 1aha 1ahasi sisa sa dapa dapatt meng mengert ertii dan dan mema memaham hamii pato patofi fisi siol olog ogii dari dari peny penyak akit it tuberkulosis (TB). <. 1ah 1ahasis asisa a dapat apat
menge engeta tahu huii
pem pembag bagian ian
(kla (klasi sifi fika kasi si))
peny penyak akit it
tuberkulosis (TB). =. gar gar mahas ahasis isa a meng menget etah ahui ui dan dan mema memaha hami mi diag diagno nosa sa yang yang dapa dapatt dilakukan untuk menetapkan seseorang mengidap penyakit tuberkulosis (TB). #0. gar gar mahasis mahasisa a dapat dapat menget mengetahu ahuii cara cara penang penanggul gulang angan an dari dari penyak penyakit it tuberkulosis (TB). ##. ##. gar gar mahasis mahasisa a menget mengetahu ahuii obat obat apa sa"a sa"a yang yang dapat dapat diberik diberikan an untuk untuk terapi penyakit tuberkulosis (TB).
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
DEF DEFINIS INISII PENY PENYA AKIT TUBE UBERKU RKULO LOS SIS
Tuber Tuberkul kulosi osiss adalah adalah penyak penyakit it infeks infeksii menula menularr yang yang diseba disebabka bkan n oleh oleh Mycobacterium tuberculosis. tuberculosis. uman batang tahan aerobic dan tahan asam ini
4
dapat merupakan (men"adi) organisme patogen maupun saprofit (Silia Price! 200$). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius! yang terutama menyerang parenkim
paru!
dengan
agen
infeksius
utama
(yang
menyebabkan)
Mycobacterium tuberculosis (Smelt,er > Bare! 200#). Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis! yaitu suatu bakteri yang tahan asam (Suriadi! 200#). 'ari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan baha Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis! yaitu suatu basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia. lasifikasi Tuberkulosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan klinis! radiologist dan mikrobiologis! antara lain 1. Tuberkulosis paru 2. Bekas tuberkulosis 3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam a. TB paru tersangka yang diobati (sputum BT negatif! tapi tanda%tanda
lain positif). b. TB paru tersangka yang tidak dapat diobati (sputum BT negatif dan tanda%tanda lain meragukan) ('epkes :I! 2003). 2.2
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUBERKULOSIS
?pidemiologi penyakit tuberkulosis paru adalah ilmu yang mempela"ari interaksi antara kuman (agent) Mycobacterium tuberculosis! manusia (host) dan lingkungan (enironment). 'i samping itu! mencakup distribusi dari penyakit! perkembangan dan penyebarannya! termasuk di dalamnya "uga mencakup prealensi dan insidensi penyakit tersebut yang timbul dari populasi yang tertular. Singkatnya! epidemiologi penyakit tuberkulosis merupakan per"alanan dari penyakit ini.
5
Se"ak ,aman purba! penyakit TB dikenal sebagai penyebab kematian yang menakutkan! sampai pada saat :obert och menemukan penyebabnya. Penyakit ini masih termasuk penyakit yang mematikan. Istilah saat itu untuk penyakit yang mematikan ini adalah @onsumption ('"o"odibroto! 200=). Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling umum di dunia! dengan perkiraan sepertiga populasi terinfeksi dari 2!$ "uta orang meninggal setiap tahun. Mycobacterium tuberculosis menginfeksi
ETIOLOGI PENYAKIT TUBERKULOSIS
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh Mycobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran sampai mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menun"ukkan kuman lebih menyenangi "aringan yang tinggi kandungan oksigennya! sehingga paru% paru merupakan tempat prediksi penyakit tuberkulosis. uman ini "uga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap
gangguan
kimia dan
6
fisik.
Penyebaran Mycobacterium
tuberculosis yaitu melalui droplet nukles! kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi ('epkes :I! 2002).
2.4
MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROBA PENYEBAB TB
Mycobacterium
tuberculosis
berbentuk
batang
lurus
atau
sedikit
melengkung! tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0!/% 0!3 mm dan pan"ang #% mm. 'inding M. tuberculosis sangat kompleks! dimana terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (30 4). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis adalah asam mikolat! lilin kompleks (compleA%aAes)! trehalosa dimikolat yang disebut cord factor! dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam irulensi. sam mikolat merupakan asam lemak berantai pan"ang (@30% @=0) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh "embatan fosfodiester. nsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida! seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam! yaitu apabila sekali diarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan ,at arna tersebut dengan larutan asam%alkohol. omponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma! yaitu komponen lipid! polisakarida dan protein. arakteristik antigen M. tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal. Saat ini! telah dikenal purified antigens dengan berat molekul # k'a (kilo'alton)! #= k'a! /< k'a! 3$ k'a yang memberikan sensitiity dan spesifisiti yang berariasi dalam mendiagnosis TB. da "uga yang menggolongkan antigen M. tuberculosis dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). ntigen yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang hidup! contohnya adalah antigen /0.000 a! protein 1TP 0! dan lain lain.
2.5
PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
7
Sumber penularan TB paru adalah penderita TB paru BT positif. Penularan ter"adi pada aktu penderita TB paru batuk atau bersin! penderita menyebarkan kuman bakteri ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). 'roplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa "am! orang lain dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam pernapasan. 'imana! infeksi tersebut "uga ter"adi setelah kuman TB paru masuk ke bagian dalam tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah! sistem saluran limfe! saluran napas! atau penyebaran langsung ke bagian%bagian tubuh lainnya ('epkes :I! 2002). 'aya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. 1akin tinggi dera"at positif hasil pemeriksaan dahak! makin menular penderita TB paru tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif! maka penderita tersebut tidak menularkan infeksi. emungkinan seorang terinfeksi TB paru di tentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. :isiko penularan setiap tahun (nnual :isk of Tuberculosis Infection C :TI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan berariasi antara #%2 4. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan men"adi penderita TB. 'imana! pada daerah dengan :TI sebesar # 4 berarti setiap tahun diantara #00.000 penduduk rata%rata ter"adi #000 penderita TB paru baru setiap tahun! dimana $0 penderita adalah BT positif (Suryo! 20#0).
2.6
GEJALA TUBERKULOSIS
De"ala utamanya berupa batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih. dapun ge"ala lainnya yang dapat ter"adi antara lain 1. Batuk bercampur darah Ter"adi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
8
(non produktif). eadaan setelah timbul peradangan men"adi produktif (menghasilkan sputum atau dahak). eadaan yang lebih lan"ut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat. ebanyakan batuk darah pada TB@ ter"adi pada dinding bronkus. 2. Sesak nafas dan nyeri dada Pada ge"ala aal atau penyakit masih tahap ringan! belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang 3. 4. 5. 6. 7.
sudah lan"ut! dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru%paru. Badan lemah. &afsu makan berkurang. Berat badan turun. :asa kurang enak badan (lemas). 'emam meriang berkepan"angan mumnya subfebris! kadang%kadang 0%# o@! keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
kuman tuberculosis yang masuk. . Berkeringat di malam hari! alaupun tidak melakukan kegiatan (ementrian esehatan :I! 20#0).
2.7
PATOFISIOLOGI PENYAKIT TUBERKULOSIS
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan! infeksi tuberkulosis ter"adi melalui (airborn)! yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung kuman%kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan aleolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruangan aleolus! biasanya di bagian lobus atau paru%paru atau bagian atas lobus baah! basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan! leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit! namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari%hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. leoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul ge"ala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya! sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses
9
dapat "uga ber"alan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak! dalam sel basil "uga menyebar melalui gestasi bening reginal. 1akrofag yang mengadakan infiltrasi men"adi lebih pan"ang dan sebagian bersatu! sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit! nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti ke"u%lesi nekrosis kaseora dan "aringan granulasi di sekitarnya! terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda! "aringan granulasi men"adi lebih fibrasi membentuk "aringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. 8esi primer paru%paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelen"ar getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan mengalami pengapuran. :espon lain yang dapat ter"adi pada daerah nekrosis adalah pencairan! dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kaitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru%paru atau basil dapat terbaa sampai ke laring! telinga tengah atau usus. aitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan "aringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perki"aan dapat mengontrol! sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung! sehingga kaitasi penuh dengan bahan perki"uan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. eadaan ini dapat tidak menimbulkan ge"ala dalam aktu lama! dan membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan men"adi limpal peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. rganisme atau lobus dari kelen"ar getah bening akan mencapai aliran darah dalam "umlah kecil! yang kadang%kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Eenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh dengan sendirinya! dimana penyebaran ini ter"adi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah! sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem askuler dan tersebar ke organ%organ tubuh (Price > *ilson! 200$).
10
2.
KLASIFIKASI PENYAKIT TUBERKULOSIS
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu Fdefinisi kasusG yang meliputi empat hal! yaitu#. 8okasi atau organ tubuh yang sakit- paru atau ekstra paruH 2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis)- BT positif atau BT negatifH /. Tingkat keparahan penyakit- ringan atau berat. . :iayat pengobatan TB sebelumnya- baru atau sudah pernah diobat 2..1 T!b"#$!%&'(' Pa#! Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang "aringan paru! tidak termasuk pleura (selaput paru) 1. B"#)a'a#$a* +a'(% ,"-"#($'aa* )a+a$ BTA/ TB paru dibagi dalam a. Tuberkulosis Paru BT () Sekurang%kurangnya 2 dari / spesimen dahak menun"ukkan
hasil BT positif +asil pemeriksaan satu spesimen dahak menun"ukkan BT positif dan kelainan radiologik menun"ukkan gambaran
tuberkulosis aktif +asil pemeriksaan satu spesimen dahak menun"ukkan BT positif dan biakan positif
b. Tuberkulosis Paru BT (%)
+asil pemeriksaan dahak / kali menun"ukkan BT negatif! gambaran klinik dan kelainan radiologik menun"ukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan pemberian
antibiotik spektrum luas +asil pemeriksaan dahak / kali menun"ukkan BT negatif
dan biakan M.tuberculosis positif Eika belum ada hasil pemeriksaan dahak! tulis BT belum
diperiksa 2. B"#)a'a#$a* T(," P"*)"#(0a Tipe penderita ditentukan berdasarkan riayat pengobatan sebelumnya. da beberapa tipe penderita yaitu a. asus baru
11
dalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan T atau sudah pernah menelan T kurang dari satu bulan (/0 dosis harian) b. asus kambuh (relaps) dalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap! kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BT positif atau biakan positif. Bila hanya menun"ukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga dicurigai lesi aktif kembali! harus dipikirkan beberapa kemungkinan Infeksi sekunder Infeksi "amur TB paru kambuh c. asus pindahan (Transfer In) dalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus membaa surat ru"ukan7pindah d. asus lalai berobat (default7drop out) dalah penderita yang sudah berobat paling kurang # bulan! dan berhenti 2 minggu atau lebih! kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. e. asus Dagal (9ailure) dalah penderita BT positif yang masih tetap positif atau kembali men"adi positif pada akhir bulan ke%$ (satu bulan sebelum akhir pengobatan) dalah penderita dengan hasil BT negatif gambaran radiologik positif men"adi BT positif pada akhir bulan ke% 2 pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya f.
perburukan asus kronik dalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BT masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengaasan yang baik
g.
asus bekas TB
12
+asil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan "ika ada fasilitas )
negatif
dan
gambaran
radiologik
paru
menun"ukkan lesi TB inaktif! terlebih gambaran radiologik serial menun"ukkan gambaran yang menetap. :iayat
pengobatan T yang adekuat akan lebih mendukung Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif! namun setelah mendapat pengobatan T selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologik.
2..2
T!b"#$!%&'(' E$'0#a Pa#! Batasan - Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru!
misalnya pleura! selaput otak! selaput "antung (pericardium)! kelen"ar limfe! tulang! persendian! kulit! usus! gin"al! saluran kencing! alat kelamin! dll. 'iagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur spesimen positif! atau histologi! atau bukti klinis kuat konsisten dengan TB ekstraparu aktif! yang selan"utnya dipertimbangkan oleh klinisi untuk diberikan obat anti tuberkulosis siklus penuh. TB di luar paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit! yaitu 1. TB di luar paru ringan 1isalnya - TB kelen"ar limfe! pleuritis eksudatia unilateral! tulang (kecuali tulang belakang)! sendi dan kelen"ar adrenal. 2. TB diluar paru berat 1isalnya - meningitis! millier! perikarditis! peritonitis! pleuritis eksudatia bilateral! TB tulang belakang! TB usus! TB saluran kencing dan alat kelamin. a0a0a*
Jang dimaksud dengan TB paru adalah TB pada parenkim paru. Sebab itu TB pada pleura atau TB pada kelen"ar hilus tanpa ada kelainan
radiologik paru! dianggap sebagai penderita TB di luar
paru.
13
Bila seorang penderita TB paru "uga mempunyai TB di luar paru! maka untuk kepentingan pencatatan penderita tersebut harus dicatat
sebagai penderita TB paru. Bila seorang penderita ekstra paru pada beberapa organ! maka dicatat sebagai ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
2.
DIAGNOSA PENYAKIT TUBERKULOSIS
'iagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan ge"ala klinis! pemeriksaan fisis7"asmani! pemeriksaan bakteriologi. 'engan ditemukannya basil tuberkulosis! dapat dipastikan baha proses masih aktif dan perlu diberikan pengobatan yang sesuai. 1.
P"-"#($'aa* Ja'-a*(
Pada tuberkulosis paru! kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada aal perkembangan penyakit! umumnya tidak menemukan kelainan. elainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior! terutama daerah apeks dan segmen posterior! serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan "asmani! dapat ditemukan antara lain suara napas melemah! ronki basah! tanda%tanda penarikan paru! diafragma dan mediastinum. 2.
P"-"#($'aa* Ba$0"#(&%&(
Pemeriksaan
bakteriologi
untuk
menemukan
kuman
tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa. Bahannya (sampel yang diteliti) dapat berasal dari dahak (sputum)! cairan pleura! liKuor cerebrospinal! bilasan bronkus! bilasan lambung! kurasan broncoaleolar! urin! feses! dan "aringan biopsi. Pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan mikroskopis dan biakan. a. P"-"#($'aa* -($#&'$&,(' Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan hapusan dahak mikroskopis
langsung yang merupakan metode diagnosis standar. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi BT yang memegang peranan utama dalam
14
diagnosis TB paru. Selain tidak memerlukan biaya mahal! cepat! mudah dilakukan!
akurat!
pemeriksaan
mikroskopis
merupakan
teknologi
diagnostik yang paling sesuai karena mengindikasikan dera"at penularan! risiko kematian serta prioritas pengobatan. b. P"-"#($'aa* b(a$a* $!-a* 1elakukan pemeriksaan biakan dimaksudkan (ditu"ukan) untuk mendapatkan diagnosis pasti dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis! serta Mycobacterium Other Than Tuberculosis (1TT). 3.
P"-"#($'aa* Ra)(&%&(
Pemeriksaan standar ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas indikasi dapat berupa foto lateral! top lordotik! oblik! @T%Scan. Pada pemeriksaan foto toraks! tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam%macam bentuk (multiform). 4.
P"-"#($'aa* BATE
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan teknik yang lebih terbaru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat. 1etode yang digunakan adalah metode radiometrik. M. Tuberkulosis metabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan @ 2 yang akan dideteksi groth indeAnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat men"adi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan u"i kepekaan. 5.
P"-"#($'aa* PR P&%-"#a'" +a(* R"a0(&*/
Pemeriksaan ini adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi '&! termasuk '& M. Tuberkulosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. +asil pemeriksaan P@: dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepan"ang pemeriksaan tersebut diker"akan dengan cara benar dan sesuai dengan standar internasional. Pada tuberkulosis pasca primer! penyebaran kuman ter"adi secara bronkogen! sehingga penggunaan sampel darah untuk u"i P@: tidak disarankan.
15
Sebaliknya! bila sampel yang diperiksa merupakan dahak dari penderita yang dicurigai menderita tuberkulosis paru! masih ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
sebelum
menggunakan
P@:
sebagai
sarana
diagnosis
tuberkulosis paru. 6.
P"-"#($'aa* S"#&%&(
Pemeriksaan serologi dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti dibaah ini a/ E*- L(*$") I--!*'b"*0 A''a ELISA/ Teknik ini merupakan salah satu u"i serologi yang dapat
mendeteksi respons humoral berupa proses antigen antibodi yang ter"adi. elemahan utama dari teknik ?8IS ini adalah pengenceran serum yang tinggi dan perlu dilakukan untuk mencegah ikatan nonspesifik dari immunoglobulin manusia pada plastik. b/ IT I--!* +#&-a0&#a8( T!b"#!%&'('/ "i I@T adalah u"i serologi untuk mendeteksi antibodi M. Tuberkulosis dalam serum. "i ini merupakan u"i diagnostik tuberkulosis yang menggunakan $ antigen spesifik yang berasal dari membrane sitoplasma M. Tuberculosis. / M&)&0 "i ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. "i ini menggunakan antigen lipoarabinomanan yang ditempel dengan alat yang berbentuk sisir plastik. )/ U9( ,"#&$'()a'" a*0( ,"#&$'()a'" "i ini merupakan salah satu "enis u"i yang mendeteksi reaksi serologi yang ter"adi. "/ U9( '"#&%&( a* ba#!:IG TB "i ini adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi antibodi IgD dengan antigen spesifik untuk M. Tuberculosis. 'i luar negeri! metode ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosa TB ekstra paru! tetapi kurang baik untuk diagnosa TB pada anak. 7.
P"-"#($'aa* Da#a+
16
+asil pemeriksaan darah rutin kurang menun"ukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. 8a"u ?ndap 'arah (8?') "am pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indicator penyembuhan pasien. 8?' sering meningkat pada proses aktif! tetapi 8?' yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. 8imfosit "uga kurang spesifik. .
U9( T!b"#$!%(*
"i tuberkulin yang positif menun"ukkan adanya infeksi tuberkulosis. 'i Indonesia! dengan prealens tuberkulosis yang tinggi! u"i tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang deasa. "i ini akan berfungsi bila didapatkan konersi! hasil u"i positif yang didapat besar. Pada malnutrisi dan infeksi +I6! u"i tuberkulin dapat memberikan hasil negatif. 2.1;
PENGOBATAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
utcome(+asil) yang diinginkan untuk pengobatan TB! diantaranya #. Identifikasi @epat dari kasus TB baru 2. Isolasi pasien dengan penyakit aktif untuk mencegah penyebaran penyakit /. Pengumpulan sampel yang sesuai untuk pearnaan (smear) dan biakan (culture) . Inisiasi spesifik pengobatan anti tuberkulosis $. :esolusi segera dari tanda%tanda dan ge"ala penyakit 3. Pencapaian keadaan tidak menular pada pasien! dengan demikian mengakhiri isolasi 5. epatuhan terhadap re"imen pengobatan oleh pasien <. Penyembuhan pasien secepat mungkin (umumnya minimal 3 bulan pengobatan). ('ipiro! 200$) 1.
T"#a,( N&*8a#-a$&%&(
Interensi &on farmakologis bertu"uan untuk #.
1encegah penularan TB dari penderita yang terinfeksi
2.
1enemukan di mana TB telah menyebar menggunakan kontak inestigasi! dan
17
/.
1engisi melemah (konsumtif) pasien untuk keadaan berat badan normal dan kese"ahteraan. Item # dan 2 dilakukan oleh departemen kesehatan masyarakat. Para dokter yang terlibat dalam pengobatan TB harus memastikan baha departemen kesehatan setempat telah diberitahu mengenai semua kasus baru TB. Peker"a di rumah sakit dan lembaga lainnya harus mencegah penyebaran
TB melalui fasilitas yang terkait. Semua peker"a tersebut harus mengetahui dan mengikuti pedoman pengendalian infeksi masing%masing lembaga. Ini termasuk menggunakan alat pelindung diri! termasuk pemasangan respirator dengan benar! dan menutup pintu untuk ruangan Ltekanan negatifL. Isolasi rumah sakit kamar ini menarik udara dari daerah sekitarnya daripada memasukkan udara (dan 1. tuberculosis) ke daerah%daerah lainnya. dara dari ruang isolasi dapat dibersihkan melalui lampu ultraiolet dan kemudian dibuang dengan aman di luar. &amun! ruang isolasi ini akan beker"a dengan baik "ika pintu ditutup. Pasien TB lemah mungkin memerlukan terapi untuk medis lainnya masalah! termasuk penyalahgunaan ,at dan infeksi +I6! dan beberapa mungkin membutuhkan dukungan nutrisi. leh karena itu! dokter yang terlibat dalam rehabilitasi penyalahgunaan ,at dan "asa dukungan nutrisi harus akrab dengan kebutuhan pasien TB. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan "aringan hancur paru! ruang menempati lesi yang terinfeksi (TB@)! dan lesi paru tertentu. 6aksin terhadap TB termasuk B@D dan 1.accae. &amun! aksin ini adalah nilai terbatas! dan tidak dapat mencegah infeksi oleh 1. tuberculosis. B@D (dibahas di baah) dapat mencegah bentuk ekstrim TB pada bayi! sedangkan 1. accae tidak dapat direkomendasikan. 2.
T"#a,( Fa#-a$&%&(
Pengobatan tuberkulosis terbagi men"adi 2 fase! yaitu fase intensif (2%/ bulan) dan fase lan"utan ( atau 5 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
Selama fase intensif yang biasanya terdiri
18
dari obat! diharapkan ter"adi pengurangan "umlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan infeksi men"adi non infeksi dalam aktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum BT () akan men"adi negatif dalam aktu 2 bulan. Selama fase lan"utan diperlukan lebih sedikit obat! tapi dalam aktu yang lebih pan"ang. ?fek sterilisasi obat pada fase ini bertu"uan untuk membersihkan sisa%sisa kuman dan mencegah kekambuhan. Pada pasien dengan sputum BT positif ada risiko ter"adinya resistensi selektif. Penggunaan obat selama fase intensif dan 2 obat selama fase lan"utan akan mengurangi risiko resistensi selektif. Pada pasien dengan sputum BT negatif atau TB ekstra paru tidak terdapat risiko resistensi selektif karena "umlah bakteri di dalam lesi relatif sedikit. Pengobatan fase intensif dengan / obat dan fase lan"utan dengan 2 obat biasanya sudah memadai. Pada pasien yang pernah diobati ada risiko terr"adinya resistensi. Paduan pengobatan ulang yang terdiri dari $ obat untuk fase intensif dan / obat untuk fase lan"utan. Selama fase intensif sekurang%kurangnya 2 diantara obat yang diberikan haruslah masih efektif . (I&I!200<) A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS OAT/ dapun obat yang dipakai disini! yaitu Eenis obat utama (lini #) yang digunakan! antara lain I&+. :ifampisin. Pira,inamid. Streptomisin. ?tambutol. Eenis obat tambahan lainnya (lini 2)! antara lain anamisin. mikasin. uinolon. bat lain yang masih dalam penelitian! yaitu makrolid dan
amoksilin dikombinasi (ditambah) dengan asam klaulanat.
19
Beberapa obat berikut ini yang belum tersedia di Indonesia! antara lain apreomisin. Sikloserino. PS (dulu tersedia). 'eriat rifampisin dan I&+. Thioamides (ethionamide dan prothionamide). K"-a'a*
bat tunggalH bat disa"ikan secara terpisah! masing%masing I&+! rifampisin! pira,inamid! dan etambutol. bat kombinasi dosis tetap (9iAed 'ose @ombination%9'@)H ombinasi dosis tetap ini terdiri dari / atau obat dalam satu tablet. 1. ISONIA
tuberkulosis aktif! disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko tinggi mendapatkan infeksi. 'apat •
digunakan tunggal atau bersama%sama dengan antituberkulosis lain. ontraindikasi. ontra indikasinya adalah riayat hipersensistifitas atau reaksi adersus! termasuk demam! artritis! cedera hati! kerusakan
•
hati
akut!
tiap etiologi - kehamilan(kecuali risiko
ter"amin). er"a bat. Bersifat bakterisid! dapat membunuh =04 populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. ?fektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif! yaitu
•
kuman yang sedang berkembang. 1ekanisme ker"a berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid!
•
yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri. Peringatan7Perhatian 'iperingatkan hati%hati "ika menggunakan Isonia,id pada sakit hati kronik! disfungsi gin"al! riayat gangguan
•
konulsi. Perlu dilakukan
monitoring bagi peminum alkohol
karena
menyebabkan hepatitis! penderita yang mengalami penyakit hati
20
kronis aktif dan gagal gin"al! penderita berusia lebih dari /$ tahun! kehamilan! pemakaian obat in"eksi dan penderita dengan seropositif +I6. 'isarankan menggunakan
Piridoksin #0%2 mg untuk
mencegah reaksi adersus. erdosis. De"ala yang timbul /0 menit sampai / "am setelah
•
pemakaian berupa gangguan
mual!
penglihatan
muntah!
kesulitan
berbicara!
atau halusinasi! tekanan pernafasan dan
SSP! kadang kadang asidosis! asetonurea! dan hiperglikemia pada pemeriksaan laboratorium. Informasi ntuk Penderita Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu ditanyakan tentangM alergi yang pernah dialami M Penggunaan obat lain bila menggunakan Isonia,id
•
2. RIFAMPISIN Indikasi 'i Indikasikan •
untuk obat antituberkulosis yang
dikombinasikan dengan antituberkulosis lain untuk terapi aal •
maupun ulang er"a bat Bersifat bakterisid! dapat membunuh kuman
•
semi%dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isonia,id. 1ekanisme ker"a! Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu en,im bakteri :ibose
•
&ukleotida cid
(:&)%polimerase
sehingga sintesis :& terganggu. Informasi ntuk Penderita Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu ditanyakan tentang M alergi yang pernah dialami! M Penggunaan obat lain bila menggunakan Penyimpanan bat Jang Benar
3. PIRA
dengan anti tuberkulosis lain. ontraindikasi terhadap gangguan fungsi hati parah! porfiria! hipersensitiitas. er"a bat Bersifat bakterisid! dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
21
1ekanisme ker"a! berdasarkan pengubahannya men"adi asam pyra,inamidase yang berasal dari basil tuberkulosa. Peringatan7Perhatian +anya dipakai pada terapi kombinasi anti tuberkulosis dengan pira,inamid ! namun dapat dipakai secara tunggal mengobati penderita yang telah resisten terhadap obat kombinasi. bat ini dapat menghambat ekskresi asam urat dari gin"al sehingga menimbulkan hiperurikemia. Eadi penderita yang diobati pira,inamid harus dimonitor asam uratnya. Informasi ntuk Penderita Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu ditanyakan tentang M alergi yang pernah dialami! M Penggunaan obat lain bila menggunakan Pira,inamid 4.
ETAMBUTOL Indikasi. ?tambutol
digunakan
sebagai
terapi
kombinasi
tuberkulosis dengan obat lain! sesuai regimen pengobatan "ika diduga ada resistensi. Eika risiko resistensi rendah! obat ni dapat ditinggalkan. bat ini tidak dian"urkan untuk anak%anak usia kurang 3 tahun! neuritis optik! gangguan isual. ontraindikasi. +ipersensitiitas terhadap etambutol
seperti
neuritis optik. er"a bat. Bersifat bakteriostatik! dengan menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap Isonia,id dan streptomisin. 1ekanisme ker"a! berdasarkan penghambatan sintesa :& pada kuman yang sedang membelah! "uga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel. Peringatan7Perhatian. Eika ?tambutol dipakai! maka diperlukan pemeriksaan fungsi mata sebelum pengobatan. Turunkan dosis pada gangguan fungsi gin"alH usia lan"utH kehamilanH ingatkan penderita untuk melaporkan gangguan penglihatan ?tambutol tidak diberikan kepada penderita anak berumur dibaah umur 3 tahun! karena tidak dapat menyampaikan reaksi yang mungkin timbul seperti gangguan penglihatan.
22
•
Informasi ntuk Penderita. Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu ditanyakan tentang M alergi yang pernah dialami karena etambutol M Penggunaan obat lain bila menggunakan ?tambutol
5. STREPTOMISIN Indikasi. Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama
isonia,id! :ifampisin! dan pira,inamid! atau untuk penderita yang dikontra indikasi dengan 2 atau lebih obat kombinasi tersebut. ontraindikasi hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau aminoglikosida lainnya. er"a bat Bersifat bakterisid! dapat membunuh kuman yang
sedang
membelah.
1ekanisme
ker"a
berdasarkan
penghambatan sintesa protein kuman dengan "alan pengikatan pada :& ribosomal. Peringatan7Perhatian
Peringatan
Streptomisin
hati pada penderita gangguan gin"al!
-
hati
untuk
penggunaan
8akukan pemeriksaan bakteri tahan asam! hentikan obat "ika sudah negatif setelah beberapa bulan. Penggunaan intramuskuler agar diaasi kadar obat dalam plasma terutama untuk penderita dengan gangguan fungsi gin"al Informasi ntuk Penderita Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu ditanyakan tentang M alergi yang pernah dialami M apakah dalam keadaan hamil atau tidak! karena ada risiko M
gangguan pendengaran dan gangguan gin"al untuk bayi Perhatian untuk anak ada kemungkinan
M
mengalami gangguan pendengaran dan gin"al. rang tua ada kemungkinan mengalami
M
pendengaran dan gin"al. Penggunaan obat lain bila menggunakan Streptomisin
23
gangguan
Tab"% 2.1. J"*(' )a* D&'(' OAT Oba0
D&'(' M:KBB :Ha#(/
I*0"#-(00"* -:K:BB:$a%(/
D&'(' Ma$' -/
1; 1;
6;; 3;;
D&'(' )(a*9!#$a*
D&'(' -/ : b"#a0 ba)a* $/ 4;> =4; ?6; 6; 3;; 45; 6;; 15; 3;; 45;
R H
>12 4>6
Ha#(a* -: $BB:+a#(/ 1; 5
<
2;>3;
25
35
75;
1;;;
15;;
E
15>2;
15
3;
75;
1;;;
15;;
S
15>1
15
15
S"'!a( BB
75;
1;
1;;;
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk menyembuhkan pasien dan menghindari 1': TB (multidrug resistant tuberculosis). Pengembangan strategi 'TS untuk mengontrol epidemic TB merupakan priority utama *+. International nion gainst Tuberculosis and 8ung 'isease (I8T') dan *+ menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada tahun #==<. 'osis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan *+ seperti terlihat pada tabel 2.2. dapun keuntungan dari kombinasi dosis tetap antara lain
Penatalaksanaan sederhana
minimal. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan
kesalahan pengobatan yang tidak disenga"a. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan
dengan kesalahan pembuatan resep
yang benar dan standar. Perbaikan mana"emen obat karena "enis obat lebih sedikit. 1enurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan 1': akibat penurunan penggunaan monoterapi.
24
Tab"% 2.2. D&'(' OAT K&-b(*a'( D&'(' T"0a, Fa'" (*0"*'(8 2 b!%a* BB
3;>37 3>54 55>7; ?71
Fa'" %a*9!0a* 4 b!%a* Ha#(a 3@:-(*! * RH RH 15;:75 15;:15; 2 2
Ha#(a*
Ha#(a*
3@:-(*!
RH
RH< 15;:75:4;; 2
RH< 15;:15;:5;; 2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap obat berdasarkan rentang dosis yang telah ditentukan oleh *+ merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik. Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut! bila mengalami efek samping serius harus diru"uk ke rumah sakit atau dokter spesialis paru7fasiliti yang mampu menanganinya. B. PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS Pengobatan tuberkulosis dibagi men"adi beberapa! yaitu TB paru (kasus baru)! dimana BT positif atau pada foto toraks lesi
luas! yaitu berupa Paduan obat yang dian"urkan! yakni o 2 :+N?7:+! atau o 2 :+N?73+?! atau o 2 :+N?7:/+/. Paduan ini dian"urkan untuk TB paru BT ()! kasus baru. TB paru BT (%)! dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru). Bila ada fasiliti biakan dan u"i resistensi! pengobatan disesuaikan dengan hasil u"i resistensi.
25
TB paru (kasus baru)! dimana BT negatif dan pada foto toraks lesi minimal! yaitu berupa Paduan obat yang dian"urkan! yakni o 2 :+N?7:+! atau o 3 :+?! atau o 2 :+N?7:/+/. TB paru kasus kambuh! yaitu berupa Sebelum ada hasil u"i resistensi dapat diberikan 2 :+N?S7# :+N?. 9ase lan"utan sesuai dengan hasil u"i resistensi. Bila tidak terdapat hasil u"i resistensi! dapat diberikan obat :+? selama $ bulan. TB paru kasus gagal pengobatan! yaitu berupa Sebelum ada hasil u"i resistensi! seharusnya diberikan obat lini 2 (contoh paduan - /%3 bulan kanamisin! ofloksasin! etionamid! sikloserin! dan dilan"utkan #$%#< bulan ofloksasin! etionamid! sikloserin). 'alam keadaan tidak memungkinkan pada fase aal! dapat diberikan 2 :+N?S7# :+N?. 9ase lan"utan sesuai dengan hasil u"i resistensi. Bila tidak terdapat hasil u"i resistensi! dapat diberikan obat :+? selama $ bulan. 'apat
pula
dipertimbangkan
tindakan
bedah
untuk
mendapatkan hasil yang optimal. 'an sebaiknya! kasus gagal pengobatan diru"uk ke dokter spesialis paru. TB paru kasus putus berobat! yaitu berupa Pasien TB paru kasus lalai berobat! akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut Berobat O bulan! yaitu BT saat ini negatif linis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan! maka pengobatan T dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif! lakukan analisis lebih lan"ut untuk memastikan diagnosis TB
26
dengan mempertimbangkan "uga kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti TB! maka pengobatan dimulai dari aal dengan paduan obat yang lebih kuat dan "angka aktu pengobatan yang lebih lama. BT saat ini positif Pengobatan dimulai dari aal dengan paduan obat yang lebih kuat dan "angka aktu pengobatan yang lebih lama. Berobat bulan! yaitu Bila BT positifH pengobatan dimulai dari aal dengan paduan obat yang lebih kuat dan "angka aktu pengobatan yang lebih lama. Bila BT negatifH gambaran foto toraks positif TB aktif! maka pengobatan diteruskan. Eika memungkinkan! seharusnya diperiksa u"i resistensi terhadap T. TB paru kasus kronik! yaitu berupa Pengobatan TB paru kasus kronik! "ika belum ada hasil u"i resistensi! berikan :+N?S. Eika telah ada hasil u"i resistensi! sesuaikan dengan hasil u"i resistensi (minimal terdapat macam T yang masih sensitif)! ditambah dengan obat lini 2! seperti kuinolon! betalaktam! makrolid! dll. Pengobatan dilakukan minimal #< bulan. Eika tidak mampu dapat diberikan I&+ seumur hidup. Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan. asus TB paru kronik perlu diru"uk ke dokter spesialis paru. Tab"% 2.3. R(*$a'a* Pa)!a* Oba0 ategori
I II
Paduan obat yang dia"urkan
asus %. TB paru BT ! BT %! lesi luas % ambuh % Dagal
eterangan
2 :+N? 7 :+! atau 2 :+N? 7 3 +? Q2:+N? 7 :/+/ %. :+N?S 7 #:+N? 7 sesuai hasil u"i
27
Bila streptomisin
pengobatan
II
III
I6
I6
% TB paru putus berobat
%TB paru BT neg. lesi minimal
% ronik
% 1': TB
resistensi atau 2:+N?S 7 #:+N? 7 $ :+? %. /%3 kanamisin! ofloksasin! etionamid! sikloserin 7 #$%#< ofloksasin! etionamid! sikloserin atau 2:+N?S 7 #:+N? 7 $:+? Sesuai lama pengobatan sebelumnya! lama berhenti minum obat dan keadaan klinis! bakteriologi dan radiologi saat ini (lihat uraiannya) atau Q2:+N?S 7 #:+N? 7 $:/+/?/
alergi! dapat diganti kanamisin
2 :+N? 7 :+! atau 3 :+?! atau Q2:+N? 7 :/+/ :+N?S 7 sesuai hasil u"i resistensi (minimal T yang sensitif) obat lini 2 (pengobatan minimal #< bulan) Sesuai u"i resistensi T lini 2 atau + seumur hidup
@atatan - Q bat yang disediakan oleh Program &asional TB
. EFEK SAMPING OAT Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping. &amun! sebagian kecil dapat mengalami efek samping. leh karena itu! pemantauan kemungkinan ter"adinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. ?fek samping yang ter"adi dapat ringan atau berat (terlihat pada tabel 2.)! bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis! maka pemberian T dapat dilan"utkan. 1. I'&*(a() INH/
28
?fek samping yang ter"adi dapat ringan atau berat (terlihat pada tabel )! bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis! maka pemberian T dapat dilan"utkan. 2. R(8a-,('(* ?fek samping ringan yang dapat ter"adi dan hanya memerlukan pengobatan simptomatis! ialah Sindrom flu! berupa demam! menggigil dan nyeri tulang. Sindrom perut! berupa sakit perut! mual! tidak nafsu makan!
muntah kadang%kadang diare. Sindrom kulit! seperti gatal%gatal kemerahan. ?fek samping yang berat! tetapi "arang ter"adi! ialah -
+epatitis imbas obat atau ikterik! bila ter"adi hal tersebut! T harus distop dahulu dan penatalaksanaan dilakukan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus. Purpura! anemia hemolitik yang akut! syok dan gagal gin"al. Bila salah satu dari ge"ala ini ter"adi! rifampisin harus segera dihentikan
dan "angan diberikan lagi! alaupun ge"alanya telah menghilang. Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas. :ifampisin dapat menyebabkan arna merah pada air seni!
keringat! air mata dan air liur. *arna merah tersebut ter"adi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. +al ini harus diberitahukan kepada pasien! agar mereka mengerti dan tidak perlu khaatir. 3. P(#a(*a-() ?fek samping utamanya adalah hepatitis imbas obat (untuk
penatalaksanaan dilakukan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). &yeri sendi "uga dapat ter"adi (dapat diberi aspirin) dan kadang%kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Dout! hal ini kemungkinan disebabkan karena berkurangnya ekskresi dan ter"adi penimbunan asam urat. adang%kadang! ter"adi reaksi demam! mual! kemerahan dan reaksi kulit yang lain. 4. E0a-b!0&%
29
?tambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan! berupa berkurangnya keta"aman! buta arna untuk arna merah dan hi"au. 1eskipun demikian! keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai! "arang sekali ter"adi pada dosis #$%2$ mg7kgBB perhari atau /0 mg7kgBB yang diberikan / kali seminggu. Dangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya! etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi. 5. S0#",0&-('(* ?fek samping utamanya adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. :isiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. :isiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi gin"al. De"ala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus)! pusing! dan kehilangan keseimbangan. eadaan ini dapat dipulihkan! bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0!2$ gr. Eika pengobatan diteruskan! maka kerusakan alat keseimbangan semakin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli). :eaksi hipersensitiiti kadang ter"adi! berupa demam yang timbul tiba%tiba disertai sakit kepala! muntah dan eritema pada kulit. ?fek samping sementara dan ringan ("arang ter"adi)! seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat ter"adi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu! maka dosis dapat dikurangi 0!2$ gr. Streptomisin dapat menembus saar plasenta! sehingga tidak boleh diberikan pada perempuan hamil! sebab dapat merusak syaraf pendengaran "anin.
30
Tab"% 2.4. E8"$ 'a-,(* OAT )a* P"*a0a%a$'a*aa**a E8"$ 'a-,(*
K"-!*$(*a* P"*"bab
M(*
Ta0a%a$'a*a OAT )(0"#!'$a*
Tidak nafsu makan! mual! sakit perut &yeri sendi esemutan s7d rasa terbakar di kaki *arna kemerahan pada air seni Ma Datal dan kemerahan pada kulit Tuli Dangguan keseimbangan (ertigo dan nistagmus) Ikterik 7 +epatitis Imbas bat (penyebab lain disingkirkan) 1untah dan confusion (suspected drug% induced pre%icteric hepatitis) Dangguan penglihatan elainan sistemik! termasuk syok dan purpura
:ifampisin
bat diminum malam sebelum tidur
Pyra,inamid
Beri aspirin 7allopurinol Beri itamin B3 (piridoksin) # A #00 mg perhari Beri pen"elasan! tidak perlu diberi apa%apa
I&+ :ifampisin
H"*0($a* &ba0
Semua "enis T
Beri antihistamin dan diealuasi ketat
Streptomisin
Streptomisin dihentikan
Streptomisin
Streptomisin dihentikan
Sebagian besar T
+entikan semua T sampai ikterik menghilang dan boleh diberikan hepatoprotektor
Sebagian besar T
+entikan semua T dan lakukan u"i fungsi hati
?tambutol
+entikan etambutol
:ifampisin
+entikan rifampisin
D. PENGOBATAN SUPORTIF:SIMPTOMATIK Pada pengobatan pasien TB! perlu diperhatikan keadaan klinisnya.
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi raat! pasien dapat dibeikan raat "alan. Selain T! kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif7simptomatis untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi ge"ala7keluhan. Pasien raat "alan! berupa 1. 1akan makanan yang bergi,i! bila dianggap perlu dapat diberikan • itamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan •
untuk pasien tuberkulosis! kecuali untuk penyakit komorbidnya). Bila demam! dapat diberikan obat penurun panas7demam.
31
•
Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi ge"ala batuk! sesak
napas atau keluhan lain. Pasien raat inap! berupa Indikasi raat inap! yaitu untuk pasien TB paru yang disertai •
2.
•
•
keadaan7komplikasi sebagai berikut Batuk darah masif. eadaan umum buruk. Pneumotoraks. ?mpiema. ?fusi pleura masif7bilateral. Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura). TB di luar paru yang mengancam "ia TB paru milier. 1eningitis TB. Pengobatan suportif7simptomatis yang diberikan disesuaikan dengan keadaan klinis dan indikasi raat inap! dll.
E. TERAPI PEMBEDAHAN lndikasi operasi yakni Indikasi mutlak! dimana 1. Semua pasien yang telah mendapat T adekuat! tetapi dahak •
•
tetap positif. Pasien batuk darah yang massif! tidak dapat diatasi dengan cara
•
konseratif. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat
diatasi secara konseratif. lndikasi relatif! dimana Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang. • erusakan satu paru atau lobus dengan keluhan. • Sisa kaiti yang menetap. •
2.
dapun tindakan inasif dilakukan antara lain
Bronkoskopi.
32
(selain
pembedahan)
yang
dapat
Punksi pleura. Pemasangan *S' (*ater Sealed 'rainage).
F. EALUASI PENGOBATAN ?aluasi pasien meliputi ealuasi klinis! bakteriologi! radiologi!
dan efek samping obat! serta ealuasi keteraturan berobat. 1. ?aluasi klinik Pasien diealuasi setiap 2 minggu pada # bulan pertama pengobatan! selan"utnya setiap # bulan. ?aluasi yang dilakukan adalah respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat! serta ada tidaknya komplikasi penyakit. dapun ealuasi klinis disini meliputi keluhan! berat badan! 2.
pemeriksaan fisis. ?aluasi bakteriologik (pada 0%2%37= bulan pengobatan) Tu"uan untuk mendeteksi ada tidaknya konersi dahak. Pemeriksaan dan ealuasi pemeriksaan mikroskopik
yang
dilakukan o Sebelum pengobatan dimulai. o Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif). o Pada akhir pengobatan. Bila ada fasiliti biakan! dilakukan pemeriksaan biakan dan u"i 3.
resistensi. ?aluasi radiologik (pada 0%2%37= bulan pengobatan) Pemeriksaan dan ealuasi foto toraks dilakukan pada Sebelum pengobatan. Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang "uga dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan # bulan
4.
pengobatan). Pada akhir pengobatan. ?aluasi efek samping secara klinik Bila mungkin sebaiknya dari aal diperiksa fungsi hati! fungsi gin"al dan darah lengkap. 9ungsi hati diperiksa kadar SDT! SDPT! bilirubin. ntuk fungsi gin"al diperiksa kadar ureum! kreatinin! dan gula darah! serta asam
33
urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping pengobatan. sam urat diperiksa bila menggunakan pira,inamid. Pemeriksaan isus dan u"i buta arna! bila menggunakan etambutol (bila ada keluhan). Pasien yang mendapat streptomisin!
harus
diperiksa
u"i
keseimbangan dan audiometri (bila ada keluhan). Pada anak dan deasa muda! umumnya tidak diperlukan pemeriksaan aal tersebut. Jang paling penting adalah ealuasi klinis kemungkinan ter"adi efek samping obat. Bila pada ealuasi klinis
dicurigai
terdapat
efek
samping!
maka
dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan penanganan 5.
efek samping obat sesuai pedoman. ?aluasi keteraturan berobat Jang tidak kalah pentingnya adalah ealuasi keteraturan berobat dan diminum7tidaknya obat tersebut. 'alam hal ini! maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat. Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan kepada pasien! keluarga dan lingkungannya. etidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi. dapun kriteria sembuh dalam penyakit ini antara lain BT mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang
6.
adekuat. Pada foto toraks! gambaran radiologi serial tetap sama7perbaikan. Bila ada fasiliti biakan! maka kriteria ditambah biakan negatif. ?aluasi pasien yang telah sembuh Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh! sebaiknya tetap diealuasi minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh. +al ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. +al yang diealuasi adalah mikroskopis BT dahak dan foto toraks. 1ikroskopis BT
34
dahak /! 3! #2 dan 2 bulan (sesuai indikasi7bila ada ge"ala) setelah dinyatakan sembuh. ?aluasi foto toraks 3! #2! 2 bulan setelah dinyatakan sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh).
G. RESISTEN GANDA M!%0( D#! R"'('0a*":MDR/ :esistensi ganda menun"ukkan M.tuberculosis resisten terhadap
rifampisin dan I&+ dengan atau tanpa T lainnya. Secara umum! resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi men"adi :esistensi primer! yaitu apabila pasien sebelumnya tidak pernah (. ((.
mendapat pengobatan TB. :esistensi inisial! yaitu apabila kita tidak tahu pasti apakah pasiennya
(((.
sudah pernah ada riayat pengobatan sebelumnya atau tidak. :esistensi sekunder! yaitu apabila pasien telah punya riayat pengobatan sebelumnya. 8aporan pertama tentang resistensi ganda datang dari merika
Serikat! khususnya pada pasien TB dan I'S yang menimbulkan angka kematian sekitar 504%=04 dalam aktu hanya sampai #3 minggu. 8aporan *+ tentang TB tahun 200! menyatakan baha sampai $0 "uta orang telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis yang resisten terhadap obat anti tuberkulosis. TB paru kronik sering disebabkan oleh 1':. da beberapa penyebab ter"adinya
resitensi terhadap obat
tuberkulosis! yaitu Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis. Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat! yaitu "enis obatnya yang kurang atau di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan! misalnya memberikan rifampisin dan I&+ sa"a pada daerah dengan resistensi terhadap kedua obat tersebut sudah cukup tinggi. Pemberian obat yang tidak teratur! misalnya hanya dimakan dua atau tiga minggu kemudian distop (dihentikan)! setelah dua bulan berhenti
35
kemudian berpindah dokter dan mendapat obat kembali selama dua atau tiga bulan lalu distop lagi! demikian seterusnya. 9enomena Faddition syndromeG (@rofton! #=<5)! yaitu suatu obat ditambahkan dalam suatu paduan pengobatan yang tidak berhasil. Bila kegagalan itu ter"adi karena kuman TB telah resisten pada paduan yang pertama! maka FpenambahanG (addition) satu macam obat hanya akan menambah pan"ang daftar obat yang resisten. Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara baik! sehingga mengganggu bioaailabiliti obat. Penyediaan obat yang tidak reguler! kadang obat datang ke suatu daerah! kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan%bulan. Pemakaian obat anti tuberkulosis cukup lama! sehingga menimbulkan ke"emuan. Pengetahuan pasien kurang tentang penyakit TB. P"*&ba0a* T!b"#$!%&'(' R"'('0"* Ga*)a MDR/ lasifikasi T untuk 1': dapun kriteria utama berdasarkan data biological! dibagi men"adi
/ kelompok T yaitu o bat dengan aktiitas bakterisid! yaitu aminoglikosid! tionamid o o
dan pira,inamid yang beker"a pada p+ asam. bat dengan aktiitas bakterisid rendah! yaitu fluorokuinolon. bat dengan aktiitas bakteriostatik! yaitu etambutol! cycloserin dan PS.
1.
F%!&$!(*&%&* 9luorokuinolon (moksifloksasin! leofloksasin! ofloksasin
dan siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resiste n terhadap lini%#. Pada pengobatan
1':
TB! harus
dipertimbangkan
resistensi silang dalam memilih "enis T. Tidak efektif memberikan T dari golongan yang sama atau paduan T yang berpotensi ter"adi resistensi silang. floksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi ter"adinya resistensi silang untuk semua fluorokuninolon. Itulah sebabnya! penggunaan ofloksasin harus hati%hati karena beberapa kuinolon
36
yang 2.
lebih
aktif
(leofloksasin dan
moksifloksasin)
menggantikan ofloksasin di masa datang. T(&*a-() )a* T(&'"0a'&* ?tionamid adalah golongan tionamid
yang
dapat
dapat
menginduksi ter"adinya resistensi silang dengan proteonamid! karena satu golongan. Sering ditemukan resistensi silang antara tionamid dengan tioasetason! galur yang biasanya resisten dengan tiosetason biasanya masih sensitif terhadap etionamid dan proteonamid.
Dalur
yang resisten
terhadap
etionamid
dan
proteonamid! biasanya "uga resisten "uga terhadap tioasetason pada 3.
lebih dari 504 kasus. A-(*&%($&'() Dalur yang resisten terhadap streptomisin! biasanya sensitif terhadap kanamisin dan amikasin. Dalur yang resisten terhadap kanamisin dapat menyebabkan resisten silang terhadap amikasin. Dalur yang resisten terhadap kanamisin dan amikasin! "uga menimbulkan resisten terhadap streptomisin. Dalur yang resisten terhadap streptomisin! kanamisin! dan amikasin! biasanya masih sensitif terhadap kapreomisin. ntuk resisten terhadap streptomisin! gunakan kanamisin atau amikasin. ntuk resisten terhadap kanamisin atau amikasin! gunakan
4.
kapreomisin. S($%&'"#(* )a* T"#(()&* Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini. Tidak terdapat resistensi silang dengan obat golongan lain.
+ingga saat ini! belum ada paduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien 1':%TB. Pemberian pengobatan pada dasarnya! bergantung dari hasil u"i resistensi dengan menggunakan minimal T masih sensitif.
37
bat lini 2 yang dapat digunakan! yaitu golongan fluorokuinolon! aminoglikosida! etionamid! sikloserin! klofa,imin! amoksilinasam klaulanat. Saat ini! paduan yang dian"urkan ialah T yang masih sensitif minimal 2%/ T lini # ditambah dengan obat lini 2! yaitu Siprofloksasin dengan dosis #000%#$00 mg atau ofloksasin 300%<00 mg (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali sehari). Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan aktu yang lama! yaitu minimal #< bulan. +asil pengobatan terhadap TB resisten ganda
ini
kurang
menggembirakan. Pada pasien non%+I6! konersi hanya didapat pada sekitar $04 kasus! sedangkan response rate didapat pada 3$ 4 kasus dan kesembuhan pada $3 4 kasus. Pemberian obat anti tuberkulosis yang benar dan pengaasan yang baik! merupakan salah satu kunci penting mencegah resisten ganda. onsep
'irectly
bsered
Treatment
Short
@ourse
('TS)
merupakan salah satu upaya penting dalam men"amin keteraturan berobat. Prioriti yang dian"urkan bukan pengobatan 1':! tetapi pencegahan 1':%TB.
Tab"% 2.5. T(*$a0a* OAT !*0!$ P"*&ba0a* MDR>TB
38
Ra'(& $a)a# ,!*a$ '"#!0"#+a)a, MI
D&'(' +a#(a*
A$0((0( a*0(ba$0"#(
A-(*&%($&'() a. S0#",0&-('(* b. Ka*a-('(* a0a! a-($a'(* . Ka,#"&-('(*
15 -:$
Ba$0"#('() -"*+a-ba0 a*('-" a* -!%0(,%($a'( a$0(8
2
T+(&-()"' E0(&*a-() ,#&0(&*a-()/
1;>2; -:$
Ba$0"#('()
4>
3
P(#a(*a-()
2;>3; -:$
Ba$0"#('() ,a)a ,H a'a-
7.5>1;
4
O8%&$'a'(*
7.5>15 -:$
Ba$0"#('() -(*!a*
2.5>5
5
E0a-b!0&%
15>2; -:$
Ba$0"#(&'0a0($
2>3
6
S($%&'"#(*
1;>2; -:$
Ba$0"#(&'0a0($
2>4
7
PAS a'a-
1;>12
Ba$0"#(&'0a0($
1;;
T(*$a0a*
Oba0
1
2;>3; 5>7.5 1;>15
H. DIRETLY OBSERED TREATMENT SHORT OURSE DOTS/ rganisasi esehatan 'unia (*+)! menyatakan baha kunci
keberhasilan
program penanggulangan
tuberkulosis adalah
dengan
menerapkan strategi 'TS! yang "uga telah dianut oleh negara kita. leh karena itu! pemahaman tentang 'TS merupakan hal yang sangat penting agar TB dapat ditanggulangi dengan baik. 'TS mengandung lima komponen! yaitu omitmen pemerintah untuk men"alankan program TB nasional. Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BT mikroskopis.
39
Pemberian obat "angka pendek yang diaasi secara langsung! dikenal dengan istilah 'T ('irectly bsered Therapy). Pengadaan T secara berkesinambungan. 1onitoring serta pencatatan dan pelaporan yang baku7standar. Saat ini! terdapat 3 elemen kunci dalam strategi stop TB yang direkomendasi oleh *+! yaitu Peningkatan dan ekspansi 'TS yang bermutu! meningkatkan penemuan kasus dan penyembuhan melalui pendekatan yang efektif terhadap seluruh pasien terutama pasien tidak mampu. 1emberikan perhatian pada kasus TB%+I6! 1':%TB! dengan aktiitas gabungan TB%+I6! 'TS%P8S dan pendekatan%pendekatan lain yang relean. ontribusi pada sistem kesehatan! dengan kolaborasi bersama program kesehatan yang lain dan pelayanan umum. 1elibatkan seluruh praktisi kesehatan! masyarakat! sasta dan non pemerintah dengan pendekatan berdasarkan Public%Priate 1iA (PP1) untuk mematuhi International Standards of TB @are. 1engikutsertakan pasien dan masyarakat yang berpengaruh untuk berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan yang efektif. 1emungkinkan dan meningkatkan penelitian untuk pengembangan obat baru! alat diagnostik dan aksin. Penelitian "uga dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan program. A.
T!9!a* DOT
1encapai angka kesembuhan yang tinggi. 1encegah putus berobat. 1engatasi efek samping obat "ika timbul. 1encegah resistensi B.
P"*aCa'a* DOT
dapun pengaasan terhadap pasien TB dapat dilakukan oleh -
40
Pasien berobat "alanH bila pasien mampu datang teratur! misal tiap minggu! maka paramedis atau petugas sosial dapat berfungsi sebagai P1. Bila pasien diperkirakan tidak mampu datang secara teratur! sebaiknya dilakukan koordinasi dengan puskesmas setempat. :umah P1 harus dekat dengan rumah pasien TB untuk pelaksanaan 'T ini. dapun beberapa kemungkinan yang dapat men"adi P1 antara lain o Petugas kesehatan. o rang lain (kades! tokoh masyarakat! dll). o Suami7istri7keluarga7orang serumah. Pasien diraatH selama peraatan di rumah sakit yang bertindak sebagai P1 adalah petugas rumah sakit. Setelah selesai peraatan! untuk pengobatan selan"utnya sesuai dengan berobat "alan. .
La*$a+ P"%a$'a*aa* DOT
'alam melaksanakan 'T! sebelum pengobatan pertama kali dimulai! pasien diberikan pen"elasan baha harus ada seorang P1 dan P1 tersebut harus ikut hadir di poliklinik untuk mendapat pen"elasan tentang 'T. D.
P"#'a#a0a* PMO
P1 bersedia dengan sukarela membantu pasien TB sampai sembuh selama pengobatan dengan T dan men"aga kerahasiaan penderita +I67I'S. P1 diutamakan adalah petugas kesehatan! tetapi dapat "uga kader kesehatan! kader dasaisma! kader PPTI! P! atau anggota keluarga yang disegani pasien. E.
T!a' PMO
Bersedia mendapat pen"elasan di poliklinik.
41
1elakukan pengaasan terhadap pasien dalam hal minum obat. 1engingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai "adal yang telah ditentukan. 1emberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga selesai. 1engenali efek samping ringan obat! dan menasehati pasien agar tetap mau menelan (meminum) obat. 1eru"uk pasien bila efek samping semakin berat. 1elakukan kun"ungan rumah. 1engan"urkan anggota keluarga untuk memeriksa dahak bila ditemui ge"ala TB. F.
P"*!%!+a*
Penyuluhan tentang TB merupakan hal yang sangat penting! penyuluhan dapat dilakukan secara o
Perorangan7Indiidu Penyuluhan terhadap perorangan (pasien maupun keluarga)! dapat dilakukan di unit raat "alan! di apotik saat mengambil
o
obat! dll. elompok Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok pasien! kelompok keluarga pasien! masyarakat pengun"ung rumah sakit! dll. dapun cara memberikan penyuluhan! yaitu -
o o
Sesuaikan dengan program kesehatan yang sudah ada. 1ateri yang disampaikan perlu diu"i ulang untuk diketahui tingkat penerimaannya sebagai bahan untuk penatalaksanaan
o
selan"utnya. Beri kesempatan untuk menga"ukan pertanyaan! terutama hal
o
yang belum "elas. Dunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah dimengerti! kalau perlu dengan alat peraga (brosur! leaflet! dll).
42
G.
P"*a0a0a* )a* P"%a,a*
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam sistem informasi penanggulangan TB. Semua unit pelaksana pengobatan TB harus melaksanakan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang baku. ntuk itu! pencatatan dibakukan berdasarkan klasifikasi dan tipe penderita serta menggunakan formulir yang sudah baku pula. Pencatatan yang dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan meliputi beberapa item7formulir! yaitu artu pengobatan TB (0#). artu identitas penderita TB (TB02). :egister laboratorium TB (TB0). 9ormulir pindah penderita TB (TB0=). 9ormulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan (TB#0). @ara pengisisan formulir sesuai dengan buku pedoman penanggulangan TB &asional (P2TB). Eika memungkinkan! data yang ada dari formulir TB0#! dimasukkan ke dalam formulir :egister TB (TB0/). @atatan Bila seorang pasien TB paru "uga mempunyai TB di luar paru! maka untuk kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru. Bila seorang pasien ekstra paru pada beberapa organ! maka dicatat sebagai ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat. @ontoh formulir terlampir.
43
BAB III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
44
Tuberkulosis
adalah
penyakit
infeksi
menular
yang
terutama
menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis! yaitu suatu bakteri yang tahan asam. Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
Mycobacterium
tuberculosis.
'imana!
penyebaran
Mycobacterium tuberculosis melalui droplet nukles! kemudian dihirup oleh manusia dan terinfeksi. De"ala utama dari penyakit tuberkulosis berupa batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih. dapun ge"ala lainnya yang dapat ter"adi antara lain o Batuk bercampur darah o Sesak nafas dan nyeri dada o Badan lemah o &afsu makan berkurang o Berat badan turun o :asa kurang enak badan (lemas). o 'emam meriang berkepan"angan o Berkeringat di malam hari! alaupun tidak melakukan kegiatan. lasifikasi penyakit tuberkulosis berdasarkan organ tubuh yang terkena! yaitu o Tuberkulosis paruH yaitu tuberkulosis yang menyerang "aringan o
paru. Tuberkulosis ekstra paruH yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru! misalnya selaput otak! selaput "antung! kelen"ar limfe! tulang! persendian! kulit! usus! gin"al!
saluran kencing! alat kelamin! dan lain%lain. lasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis (sputum)! yaitu o Tuberkulosis paru BT positif o Tuberkulosis paru BT negatif lasifikasi berdasarkan tipe penderita tuberkulosis paru! yaitu o asus baru ambuh (relaps) o Pindahan (transfer in). o o Pengobatan setelah lalai (default7drop%out) o Dagal
45
dahak