13
17
MAKALAH
SUSPENDING AGENT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kosmetologi Dan Teknologi Kosmetik
Disusun Oleh :
Dwi Nurmalasari 16330701
Cecilia Nova Wahyudiana 16330706
Srigemawati Singerin 16330713
Wirna Ningsih 16330724
Siti Lathifah 16330727
Yani Mulyani 16330729
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karna atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Suspending Agent.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kosmetologi dan Teknologi Kosmetik. Walaupun demikian, dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menghadapi kendala tetapi atas bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Dosen – dosen Mata Kuliah Kosmetologi dan Teknologi Kosmetik yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Teman-Teman sekelas yang ikut membantu dan memberi pendapat kepada penulis saat penulis menemukan masalah atau kendala dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga isi makalah ini berguna bagi kami khususnya dan bagi siapapun dan dapat menambah pengetahuan kita. Atas kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Jakarta, Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suspensi 3
2.1.1. Definisi Suspensi 3
2.1.2. Syarat Sediaan Suspensi 3
2.1.3. Evaluasi Sediaan Suspensi 3
2.2 Suspending Agent 4
2.2.1. Definisi Suspending Agent 4
2.2.2. Penggolongan Suspending Agent 4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan 14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17
4.2.1. Saran Bagi Pemerintah 17
4.2.2. Saran Bagi Masyarakat 17
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu dspersi kasar dimana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair. Partikel-partikel tersebut kebanyakan mempunyai diameter lebih besar dari 0,1 mikrometer, dan beberapa dari partikel tersebut bisa diselediki di bawah mikroskop (Martin et al., 2008).
Suspensi memberi andil dalam bidang farmasi dan kedokteran dalam hal membuat zat-zat yang tidak larut dan seringkali tidak enak rasanya menjadi suatu sediaan yang enak atau juga dalam hal membentuk suatu sediaan obat kulit yang cocok untuk penggunaan pada kulit dan pada membrane mukosa, serta dalam hal pemberian parenteral dari obat-obat yang tidak larut (Martin et al., 2008).
Suspensi dibuat baik oleh presipitasi atau dengan metode terdispersi yang membutuhkan penggunaan agen pensuspensi yang karakteristiknya dapat berubah secara signifikan karena adanya komponen lain seperti elektrolit (Niazi, 2009).
Sediaan suspensi ada yang oral dan topikal. Sediaan suspensi topical biasa digunakan untuk kosmetik, contoh sediaan suspensi berbentuk lotio atau lotion.
Lotion merupakan sediaan kosmetik golongan emolien (pelembut) yang mengandung banyak air (Erungan et al., 2009).
Suspending agent excipients membantu bahan farmasi aktif tetap tersuspensi dalam formulasi dan mencegah caking di bagian bawah wadah. Salah satu sifat suspensi yang diformulasikan dengan baik adalah mudah dihentikan ulang dengan menggunakan agitasi sedang atau gemetar (Aulton, 2002).
Suspending agent memiliki fungsi sebagai memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak (Art Of Compouding, 1911).
Rumusan Masalah
Apa itu suspensi topikal?
Bagaimana karakteristik untuk formulasi sediaan suspensi topikal?
Apa itu suspending agent, kegunaan dalam sediaan suspensi?
Apa saja jenis-jenis dan contoh bahan suspending agent?
Suspending agent apa yang paling cocok untuk sediaan suspensi topikal?
Tujuan
Mengetahui definisi suspensi topikal
Mengetahui karakteristik formulasi sediaan suspensi topical
Mengetahui definisi suspending agent, kegunaan dalam sediaan suspense
Mengetahui jenis-jenis dan contoh suspending agent
Mengetahui suspending agent yang cocok untuk sediaan suspensi topical
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suspensi
Definisi Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit (Farmakope Indonesia IV, 1995).
Syarat Sediaan Suspensi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1995), syarat sediaan suspensi yaitu:
Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan di tuang.
Evaluasi Sediaan Suspensi
Menurut Jannah, S.A.R (2015), evaluasi untuk sediaan suspensi terdiri dari:
Organoleptis
Evaluasi organoleptis suspensi dilakukan dengan alat indera manusia untuk mengukur tingkat penerimaan sediaan yaitu menilai perubahan rasa, warna, dan bau.
Viskositas
Suspensi yang telah dibuat sebanyak 120ml kemudian diletakkan pada wadah, selanjutnya dipasang spindle 1 paada alat. Viskositas sediaan suspensi dapat dilihat dari pergerakan jarum penunjuk viskositas.
Pengujian pH
Penetapan pH dilakukan dengan mengukur pH sediaan dengan menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan yang sesuai. Kemudian elektroda dicelupkan kedalam sediaan. Nilai pH ditunjukkan pada layar.
Volume Sedimentasi
Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala, volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo). Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi.Volume terakhir tersebut diukur (Vu) dan hitung volume sedimentasi (F)
Derajat Flokulasi
Derajat flokulsai dihitung dari volume sedimentasi akhir suspensi flokulasi dengan volume sedimentasi suspensi deflokulasi.
Kemampuan Redispersi
Evaluasi dilakukan dengan cara botol diputar 180 derajat dan balik ke posisi semula. Lakukan berulang kali dengan konstan. Bernilai 100% jika dalam sekali pembalikan tabung, suspensi dapat terdispersi sempurna. Jika setiap pembalikan suspensi belum terdispersi sempurna maka akan terjadi pengurangan 5% dari nilai 100%.
Suspending Agent
Definisi Suspending Agent
Suspending agent merupakan bahan yang dapat meningkatkan viskositas dari suspensi sehingga pengendapan dapat diperlambat. Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil. Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas).
Penggolongan Suspending Agent
Suspending agent dibagi menjadi beberapa golongan. Golongan pertama adalah polisakarida yang terdiri dari gom akasia (gom arab)/PGA, tragakan, na-alginat (sodium alginat), starch (amilum), karagen (chondrus extract), xanthan gum (polysaccharide b-1449/ corn sugar gum), serta guar gum (guar flour). Golongan kedua adalah turunan selulosa, contohnya metilselulosa, CMCNa (karboksimetil selulosa), avicel, dan hidroksi etil selulosa. Golongan ketiga adalah clay misalnya bentonit, aluminium-magnesium silikat (veegum), dan hectocrite (salah satu senyawa mineral berbentuk tanah liat). Golongan keempat adalah polimer sintetik contohnya golongan carbomer (Suena, N.M.D.S, 2015).
Polisakarida
Gom Arab (PGA)
Pemerian : bentuk granul/ serbuk berwarna putih kuning pucat, tidak berbau
Kelarutan : larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air, praktis tidak larut dalam etanol
Kegunaan : emulgator, penstabil, peningkat kelarutan, suspending agent.
Konsentrasi suspensing agent: 5-10%
Konsentrasi emulgator: 10-20%
pH : 4,5-5,5
Inkompatibilitas: dalam jumlah banyak tidak bisa bercampur dengan garam Fe, morfin, fenol, thimol, vanillin
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Tragakan
Pemerian : tidak berbau, mempunyai rasa tawar
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi masa homogen, lengket dan seperti gelatin
Viskositas : viskositas meningkat jika suhu dan konsentrasi meningkat, dan menurun jika pH meningkat.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Inkompatibilitas: dapat menurunkan kemampuan antimikroba pengawet benzalkonium klorida, klorbutanol, dan metilparaben, beberapa fenol, dan fenilmerkuri asetat. Pada pH<5 , tragakan kompatibel dengan pengawet asam benzoat, klorbutanol, metilparaben. Penambahan mineral kuat dan asam organik dapat menurunkan viskositas dispersi tragakan. Viskositasnya diturunkan pula dengan adanya alkali atau NaCl jika dispersi dipanaskan. Tragakan kompatibel dengan garam konsentrasi tinggi dan banyak suspending agent lain saperti akasia, CMC, starch, dan sukrosa. Dengan adanya 10% FeCl3 akan menyebabkan pengendapan, perubahan warna menjadi kuning. Jumlah yang cocok untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g serbuk tragakan, 2-4 serbuk campuran atau kira-kira 25 ml musilago. Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket dibandingkan dengan akasia, karena itu lebih cocok untuk penggunaan obat luar, seperti : jelly, lotion, pasta, krim.
Natrium Alginat
Pemerian : serbuk warna putih atau kuning-coklat pucat, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol (95%), eter, kloroform. Praktis tidak larut dalam pelarut organik lain dan larutan asam encer dimana pH kurang dari 13. Larut perlahan dalam air yang membentuk larutan koloidal lengket.
pH : 4-10
Karagen
Kelarutan : semua karagenan terbasahi oleh air, tapi hanya lamda karagenan dan natrium karagenan yang larut sempurna. Carrageen tidak larut dalam alkohol, tapi dapat bercampur dengan alkohol sampai kosentrasi 20%. Makin banyak alkohol yang ditambahkan, viskositas cairan terdispersi makin meningkat. Pada kosentrasi alkohol di atas 20% akan terbentuk suatu gel dengan cepat, dan di atas 40% dapat mengendapkan carrageen.
pH stabil: antara 4,5-10.
Kegunaan : ekstrak chondrus sering digunakan dalam obat dan kosmetik.Contoh sediaan yang mengandung ekstrak chondrus diantaranya, lotion keriting rambut, maskara, pasta gigi, suspensi kalamin, suspensi sulfonamida, suspensi titanium dioksida.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan sebaiknya di tempat yang dingin.
Xanthan Gum
Pemerian : serbuk berwarna, larut pada air panas/dingin.
Pada konsentrasi 0,5% menghasilkan produk kental dan menunjukkan sedikit perubahan pada interval suhu dan pH yang cukup besar. Pada kosentrasi 1% baru ditambah pengawet yang sesuai.
Fungsi : Stabilizing agent; suspending agent; viscosity-increasing agent.
Penggunaan Farmasetik: pencampuran suspending agent anorganik tertentu seperti;magnesium aluminum silicate, or organic gums akan memeberikan effek rheologl yang sinergis. Pada umumnya perbandingan pencampuran antara xanthan gum dengan magnesium aluminum silicate 1:2 sampai 1:9 memberikan hasil yang maksimal Efek sinergis yang optimum juga diperoleh melalui perrbandingan Xantan : Guar gum 3:7 dan 1: 9.
Guar Gum
Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin dan panas, guar gum terdispersi. Dan mengembang membentuk sol tiksotropik, dan kental. Kecepatan hidrasi optimum terjadi pada pH 7,5-9. Serbuk yang sangat halus mengembang lebih cepat dan lebih sulit untuk didispersikan. Didiamkan dalam suhu kamar selam 2-4 jam akan menghasilkan viskositas yang maksimum.
pH stabilitas : 1-10,5. pada pH 3,5-4,5 viskositasnya kurang. Viskositas maksimal pada pH 7,5-9.
Stabilitas dan penyimpanan : pemanasan yang lama akan menurunkan viskositas. Simpan dalam wadah tertutup baik.
Pengawetan : stabilitas terhadap bakteri dapat ditingkatkan dengan penambahan campuran 0,15% metil paraben dan 0,02% propil paraben atau dengan 0,1% asam benzoat atau Na pentaklofenat.
Inkompatibilitas : guar gum tidak tersatukan dengan aseton, alkohol, tanin, asam,/basa kuat.
Penggunaan : guar gum dipakai sebagai pengental dan sebagai stabilistaor dalam emulsi. Emulsi yang dibuat dengan akasia dapat distabilkan dengan baik dengan menambahkan gom guar 1%. Gom guar merupakan suspending agent yang kurang baik untuk serbuk yang tidak larut. Guar Gum dapat di campurkan penggunaannya dengan tanaman hydrokoloid lain seperti tragakan.
Turunan Selulosa
Metil Selulosa
Pemerian : serbuk atau granul yang berwarna putih. Praktis tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : larut di air dingin tetapi tidak larut dalam air panas. Tidak larut dalam eter, alkohol, dan kloroform. Larut dalam asam asetat glasial dan dalam campuran alkohol dan kloroform dengan perbandingan sama, tidak larut dalam air panas, dalam larutan jenuh garam.
Inkompatibilitas: metilselulosa OTT dengan amin akrine hidroklorida, kolesterol, merkuri klorida, fenol, resorsinol, asam tanat, dan perak nitrat. Biasanya ketidaktersatuannya ditunjukkan oleh kekeruhan dan hilangnya viskositas.
Stabilitas : Pada pemanasan mula-mula viskositas musilago menurun. Dan kemudian pada saat suhu meningkat molekul metil selulosa ini perlahan-lahan terhidratasi sampai terbentuk dispersi pada suhu sekitar 50oC. Pada pendinginan, gel berubah menjadi padat dan viskositasnya kembali ke normal. Penurunan viskositas yang diakibatkan pemanasan akan bertambah besar dengan adanya asam daripada dalam basa. Viskositas dapat berubah juga tanpa pemanasan. Perubahan ini disebabkan adanya asam atau basa.
Penggunaan : Metil selulosa digunakan dalam farmaseutik dan terapeutik. Dalam farmaseutik, metilselulosa digunakan sebagai zat pendispersi dan pengental, emulgator dan pembasah. Hal ini terutama digunakan dalam obat tetes mata, tetes hidung, kosmetik, pasta gigi dan sediaan cair lain, misalnya suspensi dan emulsi. Dalam terapeutik, MC sebagai laksatif pada konstipasi kronik. MC dapat digunakan untuk sediaan internal atau eksternal.
Na-CMC (Natrium Karboksimetil Selulosa)
Pemerian : serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis
Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik lain.
Stabilitas : larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH di bawah 2. Viskositas larutan berkurang dengan cepat jika pH di atas 10. Menunjukan viskositas dan stabilitas meksimum pada pH 7-9.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas: inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam besi dan beberapa logam seperti alumunium, merkuri dan zink juga dengan gom xantan. Membentuk kompleks dengan gelatin dan pektin.
Konsentrasi lazim : 3-6%
Avicel
Kelarutan : Tidak larut dalam air, pelarut asam dan pelarut organik lainnya, agak sukar larut dalam NaOH (1 : 20)
pH stabilitas : 5,5 – 7
Stabilitas dan penyimpanan : stabil, higroskopik, simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Sifat Aliran : tiksotropik pada konsentrasi lebih dari 2 %
Konsentrasi lazim : sebagai suspending agent lebih besar atau sama dengan 2 %
Inkompatibilitas: HCl, HgCl, AgNO3, fenol, asam tanat.
Penggunaan dalam farmasi: pengikat tablet, pengisi (granulasi basah 5 – 20 %), penghancur tablet 5 – 15 %, glidan tablet 5 – 15 %, antiadheren 5 – 20 %. Pengisi kapsul 10 – 30 %, tidak digunakan sebagai adsorben.
Sifat aliran dari dispersi avicel dapat diperbaiki dengan menambahkan hidrokoloid seperti : CMC, metil selulosa, hidroksi propil selulosa yang dapat menstabilisasi dispersi untuk melawan efek flokulasi karena penambahan elektrolit.
Hidroksi Etil Selulosa
Kelarutan : Larut dengan mudah dalam air dingin/panas menghasilkan larutan yang larut sempurna, halus, viskous, larut secara parsial dalam asam asetat, tidak larut dalam sebagian besar pelarut organik.
pH stabilitas : 2 – 12
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat, kering untuk menghindari kenaikan kelembaban.
Inkompatibilitas : kompatibel sebagian dengan komponen larut air seperti casein, starch, metil selulosa, polivinyl alkohol dan gelatin.
Stabilitas : Viskositas hidroksietil selulosa ditandai oleh suatu angka (dalam cps) dari larutan 2 %. Seperti hidrokoloid nonionik lainnya, hidroksietil selulosa membentuk dispersi yang kental dalam air yang tidak dipengaruhi pH 4 – 10. Pada pH diatas 10, viskositas menurun drastis tapi reversibel. Semakin asam larutan, viskositas menurun perlahan tapi irreversible.
Penggunaan : digunakan dalam bidang farmasi sebagai pengental, koloid pelindung, pengikat, penstabil, dan suspending agent dalam emulsi, jelly dan ointmen, lotion, ophtalmic, solution, suppositoria, tablet, shampoo, hair sprays, penetralisir, krim, lotion.
Clay
Bentonit
Pemerian : kristal, tidak berbau, serbuk halus kuning pucat atau krem sampai keabu-abuan. Bentonit sedikit berasa seperti tanah.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan air (aqueous solution), tetapi mengembang menjadi massa yang homogen dan menempati kurang lebih 12 kali volume serbuk keringnya. Praktis tidak larut dan tidak mengembang dalam pelarut organik.
pH : larutan 2 % b/v (suspensi dalam air) 9,5 – 10,5
Inkompatibilitas: dengan elektrolit kuat, partikel atau larutan yang bermuatan positif (kationik), "sulphurated potash" dan acriflavine HCl. Bentonit yang terdispersi akan terendapkan oleh adanya asam (karena dispersinya bersifat basa) dan oleh adanya alkohol.
Stabilitas : Bentonit stabil terhadap suhu tinggi (lebih kecil dari 400oC). Dapat disterilisasi panas. Untuk serbuk disterilisasi pada suhu 170o C selama 1 jam setelah dikeringkan 100oC. Suspensinya dalam air disterilisasi pada autoklaf.
Sifat aliran : tiksotropik (Art of Compounding) untuk suspensi 4 % b/v yang membentuk gel dan akan lebih cair bila dikocok (terjadi tanpa pemanasan). Untuk mencapai viskositas 800 cps (20oC) yaitu viskositas yang baik untuk suspensi diperlukan konsentrasi 6,3 % b/v.
pH stabilitas : 3 – 10
Bentonit sering digunakan sebagai sediaan eksternal. Untuk tujuan pemakaian luka, serbuk bentonit harus disterilisasi dulu sebab bentonit kemungkinan mengandung sesepora bakteri tetanus. Digunakan pula sebagai suspending agent pada lotion calamine dan mixtura chalk.
Penyimpanan : bentonite bersifat higroskopis dan menyerap kelembaban udara. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penggunaan dalam farmasi : suspending agent 0,5 – 5 %, emulsion stabilizer 1 %, adsorbent 1 – 2 %.
Alumunium-Magnesium Silikat (Veegum)
Pemerian : serbuk, warna putih coklat
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, alkohol dan pelarut organik
Stabilitas : umumnya cukup stabil apabila ditempatkan dalam keadaan kering. Umumnya tidak stabil pada larutan asam di bawah pH 3,5 dengan beberapa larutan pekat, dapat mengabsorpsi beberapa obat. pH stabilnya adalah 3-11
Konsentrasi lazim: 1-10% (suspending agent untuk sediaan topikal)
Sifat aliran : Tiksotropik. Dispersi dalam air pada konsentrasi 1-2 % membentuk suspensi koloidal tipis. Pada konsentrasi 3 % atau lebih tinggi, dispersi tidak tembus cahaya ("opaque"). Pada konsentrasi meningkat diatas 3 %, viskositas dispersi akan meningkat cepat. Pada konsentrasi 4 – 5 %, dispersi tebal, koloid putih sol, dan pada konsentrasi 10% terbentuk gel yang keras. Viskositas dapat dinaikkan dengan cara : pemanasan, penambahan elektrolit, peningkatan konsentrasi, pengadukan. Disamping itu, untuk mempertinggi viskositas, mempertahankan sifat aliran, dan mencegah terjadinya flokulasi, veegum biasa dikombinasikan dengan bahan pengental organik lain seperti CMC-Na atau xanthan gum.
Polimer Sintetik
Carbomer
Pemerian : serbuk putih, sedikit berbau khas, asam, higroskopis
Kelarutan : larut dalam air, alkohol, dan gliserin.
Konsentrasi suspending agent: 0,5 – 1
pH : 1 % dispersi carbomer dalam air memiliki pH kira-kira 3
Stabilitas: Viskositas akan berkurang pada pH < 3 atau > 12. Viskositas akan berkurang dengan adanya elektrolit kuat. Gel akan hilang viskositasnya dengan cepat bila terpapar oleh sinar matahari, tetapi reaksi ini dapat diminimalkan dengan penambahan antioksidan.
Inkompatibilitas: carbomer inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat dan elektrolit dengan konsentrasi tinggi, dan akan berubah warna dengan adanya resorsinol. Pemaparan oleh cahaya akan menyebabkan oksidasi yang akan menyebabkan penurunan viskositas.
BAB III
PEMBAHASAN
Pembahasan
Suspensi merupakan salah satu contoh sediaan cair yang secara umum dapat di artikan sebagai suatu sistem dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam pembawanya. Suspensi dapat juga digunakan dalam pembuatan kosmetik. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
Menurut Djajadisastra et al., terdapat 3 jenis suspending agent yang dapat digunakan untuk sediaan suspensi topical yaitu karbomer, natrium CMC dan tragakan. Djayadisastra dkk memformulasikan dan menguji kestabilan fisik suspensi topikal yang mengandung ekstrak Nerii folium sebagai antibakteri dalam sediaan anti jerawat. Dalam formulasinya, bahan yang digunakan sebagai bahan formulasi suspensi adalah ekstrak Nerii Folium, suspending agent : karbomer (Formula A), natrium CMC (Formula B) dan tragakan (Formula C), serta zink oksida, titatium oksida, camphora, mentol, propilen glikol, NaCl, polisorbat 80, NaOH, benzyl alcohol, etanol (97%) dan aquadest.
Suspensi dengan bahan pensuspensi karbomer (Formula A) diperoleh suspensi berwarna hijau, memiliki pH sebesar 6,80, memiliki aliran jenis plastis tiksotropik. Suspensi dengan bahan pensuspensi natrium CMC (Formula B) diperoleh suspensi berwarna hijau, memiliki pH sebesar 6,66, memiliki aliran jenis plastis tiksotropik. Sedangkan suspensi dengan bahan pensuspensi tragakan (Formula C) diperoleh suspensi berwarna hijau, memiliki pH sebesar 6,45, memiliki aliran jenis pseudoplastis tiksotropik.
Hasil yang diperoleh ialah formula suspensi yang mengandung ekstrak Nerii Folium dengan bahan pensuspensi natrium CMC paling stabil secara fisik dengan sedikit perubahan warna, pH, dan viskositas dibandingkan dengan bahan pensuspensi karbomer dan tragakan pada penyimpanan selama 8 minggu. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi fisikokimia dan uji stabilitas fisik yang akan di jelaskan sebagai berikut :
Pengukuran pH
Harga pH dari ketiga formula cenderung tidak berubah selama penyimpanan 8 minggu.
Volume Sedimentasi
Hasil pengukuran sedimentasi selama 8 minggu pada suhu kamar (28-29oC) menunjukkan bahwa volume sedimentasi sediaan formula A dan B, adalah tetap selama penyimpanan.
Ukuran Partikel
Hasil pengukuran diameter partikel terhadap ketiga formula menunjukan ukuran partikel tetap selama penyimpanan 8 minggu pada suhu kamar, lemari es maupun oven.
Redispersi
Hasil pemeriksaan redispersi untuk sediaan suspense Formula A membutuhkan 15 kali pengocokan agar partikel dapat terdispersi merata. Sedangkan untuk sediaan suspense Formula B tidak membutuhkan pengocokan agar terdisperdi merata karena sediaan sudah homogen atau terdispersi merata tanpa adanya pengocokan terlebih dahulu. Untuk sediaan suspense Formula C membutuhkan 5 kali pengocokan agar partikel dapat terdispersi merata.
Uji viskositas
Hasil pengukuran viskositas suspensi selama 8 minggu pada suhu kamar menunjukan bahwa sediaan suspensi Formula A, B dan C mengalami penurunan viskositas. Pemerikasaan terhadap sifat aliran suspense menggunakan viscometer Brookfield menunjukkan sifat aliran plastis tiksotropik pada Formula A dan B serta sifat aliran pseudoplastis tiksotropik pada Formula C.
Uji stabilitas
Sediaan suspensi Formula A, B, dan C tidak mengalami perubahan bau selama masa penyimpanan baik suhu kamar (28-29oC), suhu lemari es (4oC),
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit. Salah satu contoh suspensi topikal yaitu sediaan anti jerawat yang mengandung ekstrak Nerii Folium.
Suspending agent merupakan bahan yang dapat meningkatkan viskositas dari suspensi sehingga pengendapan dapat diperlambat. Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil.
Suspending agent yang paling stabil secara fisik untuk sediaan suspensi topikal yang mengandung ekstrak Nerii Folium adalah natrium CMC dibandingkan dengan suspending agent karbomer dan tragakan pada penyimpanan selama 8 minggu.
Saran
Saran bagi pemerintah
Saran penulis bagi pemerintah agar lebih gencar dalam mengedukasi tenaga medis maupun masyarakat, agar tidak salah dalam penggunaan dan perhitungan dosis pada obat atau sediaan kosmetik.
Saran bagi masyarakat
Saran penulis kepada masyarakat agar lebih kritis dan cermat dalam membeli sediaan kosmetik atau obat. Perhatikan cara pemakaian, masa kadaluarsa dan penyimpanan untuk menjaga kestabilan sediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta
Erungan. AC., S. Purwaningsih dan S.B. Anita. 2009. Aplikasi Karaginan Dalam Pembuatan Skin Lotion. Jurnal. Teknologi Hasil Perikanan Indonesia.
Martin, Alred. 2008. Farmasi Fisika Edisi Ke Tiga. UI Pres Jakarta.
Sulton, M.E. 2002. The Science Of Dosage From Design 2 Edison. Churchile Livingston.
Niazi, Sarfaraz. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Liquid Products; 3 Edition. Informe Health Care. Newyork. London.