IDENTIFIKASI GOLONGAN ALKALOID Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Farmasi Analisa Dosen Pengajar Lina Elfita, M.Si, Apt
Disusun Oleh Kelompok 5 1. Aliyatul Himmah
11151020000067
2. Shella Desilia P.
11151020000071
3. Nailul Muna
11151020000077
4. Elfhira Rosalia
11151020000083
5. Dhimaz Aryo P.
11151020000085
6. Farijal Zamzami Zamzami Kusnadi
11151020000088
7. Nugroho Aji Saputra Saputra
11151020000094
8. Aziza Nurul Amanah
11151020000095
9. Tina Yuliyana
11151020000098
10.Linda 10.Linda Mazroatul Mazroatul Ulya
11151020000104
11.Aditya 11.Aditya Rahman N.H
11151020000109
KELAS 3 BD PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015/2016
i
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kimia Farmasi Analisa tentang Identifikasi Golongan Alkaloid. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Kimia Farmasi Analisa secara meluas. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lina Elfita, M.Si, Apt selaku dosen
Kimia
Farmasi
Analisa,
yang
telah
membimbing
kami
agar
dapat
menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Ciputat, 09 Oktober 2016
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................. .................................................................... ............................................. ............................... ......... ii DAFTAR ISI .............................. .................................................... ............................................ ............................................. ........................................ ................. iii BAB I PENDAHULUAN ............................ ................................................... .............................................. ........................................... .................... 1 A. Latar Belakang ........................................................... .................................................................................. ........................................ ................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................... ................................................................................. .................................... ............. 2 C. Tujuan ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................. ......................... .. 2 BAB II PEMBAHASAN .................................................... ........................................................................... ........................................... .................... 3 A. Pengertian Alkaloid .......................... ................................................. .............................................. ........................................... .................... 3 B. Sifat – Sifat – Sifat Sifat Alkaloid........................................... .................................................................. ............................................. ........................ .. 4 C. Klasifikasi atau Penggolongan Alkaloid ............................... ...................................................... ............................. ...... 5 D. Identifikasi Alkaloid............................................ Alkaloid................................................................... ............................................. ........................ .. 8 E. Reaksi – Reaksi – Reaksi Reaksi Gugus Fungs ............................................. ................................................................... ............................. ....... 10 F. Jenis – Jenis – Jenis Jenis Alkaloid ....................... .............................................. .............................................. ......................................... .................. 12 BAB III PENUTUP ......................................... ............................................................... ............................................. ...................................... ............... 37 A. Kesimpulan .......................................... ................................................................. ............................................. ..................................... ............... 37 B. Saran .......................................... ................................................................ ............................................ ............................................. ........................... .... 37 DAFTAR PUSTAKA .......................................... ................................................................. ............................................. ................................. ........... iv
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai b erbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen. Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis. Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan. Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam
1
tumbuhan
sejauh
ini
belum
diketahui
secara
pasti,
beberapa
ahli
pernah
mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion. B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Alkaloid? 2. Apa Saja Sifat – Sifat Golongan Alkaloid? 3. Bagaimana Klasifikasi atau Penggolongan Alkaloid? 4. Bagaimana Identifikasi Golongan Alkaloid? 5. Apa Saja Reaksi – Reaksi Gugus Fungsional? 6. Apa Saja Jenis-Jenis Akaloid?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Alkaloid 2. Untuk Mengetahui Sifat – Sifat Golongan Alkaloid 3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Penggolongan Alkaloid 4. Untuk Mengetahui Idenifikasi Golongan Alkaloid 5. Untuk Mengetahui Reaksi-Reaksi Gugus Fungsional 6. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Alkaloid
2
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN ALKALOID Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang banyak ditemukan dialam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofida mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosiskecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh,morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan,1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen) nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis. Meyer ’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen,sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip denganalkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun. Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning).Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai dialam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu isomer
3
sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, danhigrina.
B. SIFAT ALKALOID 1. Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air. 2. Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik
4
(asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
C. KLASIFIKASI ATAU PENGGOLONGAN ALKALOID Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya. Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu : 1.
Berdasarkan jenis cicin heterosiklik
Nitrogen yang merupakan baian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti : a. Golongan Piridina Pyridine adalah turunan dari aromatik heterocyclic, senyawa organik dengan rumus kimi C5H5 N digunakan sebagai pelopor ke Agrokimia dan obat-obatan, dan juga penting sebagai larutan dan reagen. Hal ini terkait dengan struktur benzena dimana CH diganti dengan atom nitrogen. Contohnya: Piperine, conine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.
Gambar. Struktur Piridina
b. Golongan Pyrrolidine Pyrrolidine, juga dikenal sebagai tetrahidropirola, merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C4H9N. Ia merupakan senyawa amina siklik dengan
5
cincin beranggora lima yang terdiri dari empat atom karbon dan satu atom nitrogen. Ia berupa cairan bening dengan aroma tidak sedap seperti amonia. Pyrrolidine ditemukan secara alami pada daun tembakau dan wortel. Struktur cincin pyrolidina dapat ditemukan pada banyak alkaloid alami, seperti nikotina dan higrina. Ia juga dapat ditemukan pada banyak obat-obatan farmasi seperti prosiklidina dan bepridil. Ia juga menjadi dasar senyawa rasetam (misalnya pirasetam dan anirasetam). Contohnya: Hygrine, cuscohygrine, nikotina
Gambar. Struktur Pyrrolidine
c.
Golongan Isokulina Contohnya : Alkaloid Opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine.
Gambar Struktur Isokuinalina
d. Golongan Kuinolina Contohnya: Kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina,strychnine, br ucine, veratrine, cevadine.
Gambar. Struktur Kuinolina
e. Golongan Tropane Contohnya : atropine, kokaina, ecgonine, scopolamine, catuabine f. Golongan Indola
6
Tryptamines : serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine, psilocybin Ergolines (alkaloid-alkaloid dari ergot ): ergine, ergotamine, lysergic acid Beta-carboline: harmine, harmaline, tetrahydroharmine Yohimbans: reserpine, yohimbine Alkaloid Vinca: vinblastine, vincristine Alkaloid Kratom ( Mitragynaspeciosa): mitragynine, 7hydroxymitragynine Alkaloid Tabernanthe iboga: ibogaine, voacangine, coronaridine Alkaloid Strychnos nux-vomica: strychnine, brucine
Gambar. Struktur Indol
2.
Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan
Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu aklakoida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai kelemahan, yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda. 3.
Berdasarkan asal-usul biogenetic
Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal hanya dari beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama, yaitu :
a) Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin. b) Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4 – dihidrofenilalanin. c) Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari tr iptopan.
7
4. Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer
Dimana alkaloida dikelompokkan atas : a. Alkaloida sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen dalam cicin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat basa. b. Protoalkaloida,
Merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cicin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini. c. Pseudoalkaloida
Tidak diturunkan dari precursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin.
D. IDENTIFIKASI ALKALOID 1. Reaksi Pengendapan
a) Reaksi Mayer : HgI2
HgCl 2 1 bagian + KI 4 bagian
Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening → + alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
b) Reaksi Bouchardat
8
I2 2 bagian + KI 4 bagian + aqua ada 100
Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, + alkohol → endapan larut.
2. Reaksi Warna
a) Reaksi dengan asam kuat Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3pekat menghasilkan warna kuning atau merah. b) Reaksi Marquis Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat (9 bagian). Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga. c) Reaksi Warna AZO Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH, dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah. d) Reaksi Frohde Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat. Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan. e) Reaksi Mandelin Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H2SO4 pekat. Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan. 3. Reaksi Kristal
a) Reaksi Dragendorf Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan menghasilkan endapan jingga.
b) Reaksi Meyer Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika sampel ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
9
c) Reaksi Bauchardat Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alkohol endapannya larut. d) Reaksi Fe-complex & Cu-complex: Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel, sedikit saja digoyangkan di atasnya à Kristal terlihat.
Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop.
Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen → kristal lempeng (coklat/violet).
E. REAKSI-REAKSI GUGUS FUNGSIONAL 1. Gugus Amin Sekunder
Reaksi SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan Nanitroprussida = biru-ungu.
Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin.
Hasil lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin, Colchisin dan Physostigmin.
2. Gugus Metoksi
Larutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid, dinyatakan
dengan
reaksi
SCHIFF. Kelebihan
Kalium
Permanganat dihilangkan dengan Asam Oksalat.
Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin, Kotarnin, Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain.
3. Gugus Alkohol Sekunder
10
Reaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat, dipanaskan diatas tangas air = merah-ungu.
Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin, Dionin, dan Parakonidin.
4. Gugus Formilen
Reaksi WEBER & TOLLENS : Alkaloida + larutan Floroglusin 1% dalam Asam Sulfat (1:1), panaskan = merah.
Reaksi LABAT : Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas tangas air = hijau-biru. Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein, Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.
5. Gugus Benzoil
Reaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester.
Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain, dan lain-lain.
6. Reaksi GUERRT
Alkaloida didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu.
Hasil positif untuk kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain, Stovakain, Beta eukain, dan lain-lain.
7. Reduksi Semu
Alkaloida klorida + kalomel + sedikit air = hitam Tereduksi menjadi logam raksa. Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid sebagai kompleks.
Hasil positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain, Pantokain, alipin, dan lain-lain.
8. Gugus Kromofor
Reaksi KING : Alkaloida + 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natrium Hidroksida = merah intensif. Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain.
Reaksi SANCHEZ : Alkaloida + p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium Nitrit + Natrium Hidrolsida) = ungu kemudian jingga. Hasil
11
positif untuk alkaloida opium kecuali Tebain, Emetin, Kinin, kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%.
F. JENIS-JENIS ALKALOID 1. Anaesthesin Benzocain Organoleptis:
Serbuk kristal putih, tidak berbau, rasa menggigit anastesis Mudah larut dalam alkohol, eter, kloroform, minyak lemak. Sukar larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih Reaksi untuk identifikasi:
Zat +pDAB HCl → jingga
Reaksi korek api → positif
Esterifikasi → bau etil asetat
Reaksi diazo → merah, setelah dipanaskan kadang-kadang terjadi endapan
Reaksi iodoform → positif
0,1 g zat + 2 ml air, kocok, asamkan dengan 2 tetes HCl encer, + 3 tetes larutan NaNO2, masukkan larutan kepada larutan β-naftol, terbentuk warna orange tua.
Zat +Nessler → abu-abu
Zat +Drogendorf → lama-lama timbul bintik merah
Zat +Bouchardat → endapan coklat
Zat + NaNO2 + Erlich.....larutan kuning + α-naftol → coklat kemerahan.
2. Anthipyrin Organoleptis :
serbuk hablur tidak berwarna atau putih, tidak berbau dan agak pahit Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan kloroform, agak sukar larut dalam eter Reaksi untuk identifikasi:
Larutan dalam air bersifat netral
+ aq.brom : terbentuk endapan putih
Reaksi Mayer : (+)
Zat + HCl 0,5 N + pereaksi (HgCl2 + KI + aquadest) → timbul endapan kuning
Reaksi Bouchardat : (+), pereaksi harus banyak
Reaksi Marquis : jingga terang
pereaksi Millon : Larutan zat dalam air + pereaksi Millon : berwarna kuninghijau
12
+ FeCl3 : merah darah, ditambah H2SO4 dil. : kuning Larutan zat dalam air + NaNO2 + HCl dil. : berwarna hijau dan timbul kristal hijau (lama)
Zat + pyramidon + HNO3 encer → berwarna merah coklat
Zat + HNO3 encer (jika perlu dipanaskan) → berwarna kuning
Zat + H2SO4 dil. + KNO2 → hijau
Larutan zat dalam air + asam tannat → panaskan → timbul endapan putih
3. Acidum Nicotinium Organoleptis:
Kristal putih tak berwarna
Titik leleh 236
Dapat disublimasikan Reaksi identifikasi:
Reaksi bouchardat → seperti minyak
Larutan + Hg → kristal jarum
Larutan + larutan Cu → endapan biru muda
Di panakan dengan keluar bau pyridine
4. Apomorphin
Apomorphin atau apomorpina
Rumus kimia dari apomorphin . Apomorphin merupakan turunan dari morfin itu adalah dopamin D2 agonis. Titik didih 473.4 at 760 mmHg. Berat molekul 268.3298 Secara historis , apomorphine telah dicoba untuk berbagai kegunaan termasuk perawatan psikiatris homoseksuallitas pada di awal abad 20 , dan baru-baru ini digunakan dalam mengobati disfungsi ereksi. Saat ini apomorphinedigunkan dalam pengobatan penyakit parkinson. Reagen
Reaksi
Hasil pengamatan
13
Marquis
Zat + 4 tetes formalin + 1
Ungu biru
ml pekat Frohde
Ungu hijau
Mandellin
Zat + +
Ungu hijau tua
Zat + +
Biru ungu
Lar dalam eter
Merah
Lar dalam air
Hijau
pekat
Zat + pekat
Merah , mudah teroksidasi
Grimpert dan Leclere
Larutan garam alkaloid +
Biru
lar + NaA(panaskan , setelah dingin dikocok dengan amyl alkohol
Zat +
Putih
Zat +
Hitam
Vitally
Zat + berasap ,
Merah
diupkan di atas water bath samapi kering + spir
5. Amefetamin
Formula Amfetamin adalah . Massa mol 135.2084. Amfetamin atau Amphetamine adalah obat golongan stimulansia ( hanya dapat diperoleh dangan resep
14
dokter ) biasanya digunakan unuk mengobati gangguan hiperaktif karena kurang perhatian atau attention – deficit hyperactivity disorder ( ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak. Amfetamin juga digunakan untuk mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan kronis. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintesis dan kini terkenal di wilayah asia tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih , kuning , maupun coklat , atau bubuk putih kristal kecil. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya meningkatkan aktifitas dan gairah hdup , menurunkan rasa lelah , meningkatkan mood, meningkatkan kosentrasi , menekan nafsu makan , dan menurunkan keinginan untuk tidur. Data fisik amfetamin
Titik lebur 285-281 ( 545 – 538 )
Kelarutan dalam air 50-100 mg/mL (16
Obat-obat yang termasuk kedalam golongan amfetamin adalah :
Amfetamin
Metamfetamin
Metilendoksimetamfetamin
Reagen
Reaksi
Hasil pengamatan
Marquis
Orange
Simon
Tidak ada reaksi
Uji Chen
Tidak ada reaksi
Uji asam galat
Warna hijau tua
6. Berberin
15
Formula berberin adalah . Berberin adalah amonium kuartener garam dari protoberberine kelompok isoquinolinealkaloid . Hal ini ditemukan pada tanaman seperti berberis misalnya berberis aquifolium (oregon anggur), Berberis vulgaris (barberry), Berberis aristata ( kunyit pohon) , dan xanthorhiza simplicissima (yellowroot).berberin biasanya ditemukan dalam akar rimpang , batang , dan kulit . Berberin memiliki warna sangat kuning , yang mengapa pada zaman dulu spesies berberis digunakan untuk mewarnai wol , kulit dan kayu.di bawah sinar ultraviolet , berberin menunjukan kuning yang kuat fluoresensi , sehingga digunaka dalam histologi untuk perwarnaan herparin pada sel mast. Sebagai pewarna alami , berberin memiliki indeks warna 75160. Reagen Marquis
Reaksi Zat + 4 tetes formalin + 1
Hasil pengamatan Kuning coklat
ml pekat Bouchardat
Muncul endapan kristalisasi yang dengan penambahan spir menjadi kristal jarum panjang
Klunge
Endapan merah darah
Mandelin
Zat + +
Hijau kuning
Frohde
Zat + pereaksi frohde
Coklat ungu
Edmann
Hijau Kuning Zat +
Formilen Reaksi Kristal
Hijau Olive (+)
a. / NaBr b.
Jarum Kristal
Frohde : larutan 1% molibdat dalam
16
7. Kinin (Chininum) Organoleptis :
Hablur putih, pahit.
Kelarutan : dalam air (1:4800), spiritus (1:1). Dalam H 2SO4 berfluoresensi biru kuat.
Reaksi Identifikasi:
Reaksi Thalleiochin → hijau zamrud (warna ini dapat dihasilkan pula jika dikocok dengan kloroform).
Reaksi ini positif terhadap : o
cinchonin & cinchonidin → endapan putih
o
codein → merah rosa
o
morfin → coklat merah
o
Antipyrin mengganggu reaksi ini
Reaksi Erytrochin → lapisan CHCl3 berwarna merah. Reaksi Sanchetz → ungu tua, asamkan dengan H2SO4 → jingga Reaksi Herapathiet : zat + 1 tetes reagen → kristal platces (coklat/violet), spesifik untuk kinin. Reaksi Kristal : ◦
Zat + ammonium oksalat → endapan (+) hanya pada kinin
◦
Zat + pereaksi mayer → endapan (+)
◦
Zat + pereaksi bouchardat → endapan (+)
8. Kinkonin (Chinchonin) Organoleptis : kristal jarum ortokrombik Kelarutan : Larut dalam alkohol (1:60), alkohol panas (1:2), kloroform (1:110), eter (1:500), praktis tidak larut dalam air Reaksi Identifikasi:
17
Reaksi Fluoresensi ◦
Larutan zat dalam air tidak berflouresensi
◦
Larutan zat dalam asam asetat glasial + H2SO4 + formalin → berflouresensi (+)
Reaksi warna (-) terhadap Erythrochin, Sanchez (cuprein), dan herapathiet.
9. Codein (Methil Morphin)
Kodein merupakan analgesik agonis opioid (agonis opioid merupakan obat opioid yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor, tertama pada reseptor m, dan mungkin pada reseptor k contoh ; morfin, papaveretum, petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil, remifentanil, kodein, alfaprodin). Efek kodein terjadi apabila kodein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid di berbagai tempat di susunan saraf pusat. Efek analgesik kodein tergantung afinitas kodein terhadap reseptor opioid tersebut.Kodein dapat meningkatkan ambang rasa nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima dari thalamus.Kodein juga merupakan antitusif yang bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk. Organoleptis: o
Asal
= Papaver somniferum
o
BM
= 317,4
o
Bentuk
= serbuk hablur putih, rasa pahit, tak berbau
o
Kelarutan = larut dalam air
TL = 154 – 157 oC
Reaksi umum: o
Zat + H2SO4 + FeCl3 à dipanaskan dalam air mendidih à biru + HNO 3 à merah/coklat merah tua.
o
Reaksi KING, SANCHEZ, dan FESEZ (+)
o
Reaksi FROHDE: kuning-hijau-biru.
18
o
Reaksi MANDELIN: hijau biru.
o
Reaksi MARQUIS: ungu dalam waktu singkat.
o
Tidak bereaksi dengan FeCl 3
o
Zat + H2SO4 + FeCl 3 à biru.
o
Zat + NH4OH pekat à merah.
Reaksi kristal: o
+ HgCl
o
MAYER + spir ; uapkan
o
Asam Pikrolon
a. Kodein HCl
Organoleptis Serbuk hablur putih atau hablur jarum tidak berwarna. Kelarutan : larut dalam 20 bagian air Reaksi Identifikasi: Larutan zat dalam air + AgNO3 à endapan (AgCl), dicuci dengan air + NH4OH à endapan akan larut kembali. b. Kodein fosfat
Organoleptis
: serbuk hablur atau hablur berbentuk jarum halus; putih;
tidak berbau; rasa pahit. Kelarutan
: mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
panas Reaksi Identifikasi: o
Larutan zat dalam air dinetralkan dengan NH 4OH encer + AgNO 3 à endapan kuning perak fosfat yang larut dalam HNO 3 encer & dalam NH4OH encer.
o
Larutan zat dalam HNO3 encer + amonium molibdat à dihangatkan à endapan kuning kenari terang.
c. Papaverin HCl
Organoleptis
: hablur atau serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa
pahit lalu pedas. Kelarutan
: larut dalam lebih kurang 40 bagian air
Reaksi Identifikasi:
19
o
Zat + H2SO4 + FeCl3 à dipanaskan dalam air mendidih à biru + HNO 3 à tidak menghasilkan warna merah /coklat merah tua.
o
Zat dilarutkan dalam H2SO4 à dipanaskan hingga suhu 160 oC à violet.
o
Zat berfluoresensi ungu-biru.
o
Reaksi ERDMANN: ungu.
o
Reaksi FROHDE: ungu merah kersen.
o
Reaksi MANDELIN: hijau biru.
o
Reaksi MARQUIS: ungu-coklat rosa.
o
Reaksi BOSMAN: larutan zat dalam H2SO4 encer + KMNO4 à dikocok dengan CHCl 3; à lapisan CHCl3 akan berwarna violet kemudian terbentuk endapan coklat.
o
Larutan zat dalam air + AgNO3 à endapan (AgCl), dicuci dengan air + NH4OH à endapan akan larut kembali.
10. Coffenium (1,3,7-Trimethylpurine-2,6-dione)
Kafein adalah zat alkaloid yang di temukan pada berbagai jenis tanaman terutama tanaman kopi, cola, teh dan lain sebagainya. Kafein berfungsi sebagai zat stimulan untuk sistem syaraf pusat, zat perangsang serta dapat menangkal katuk dan mengembalikan kewaspadaan. Tetapi efek sampingnya, kafein memiliki potensi menyebabkan penyimpangan kromoson yang bersifat mutagenik. Kafein dalam bentuk ekstraksinya berupa kristal putih panjang tanpa warna dan berasa pahit. Kafein pertama kali di temukan dalam biji kopi oleh seorang ilmuwan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819. Disebut kafein karena zat ini di temukan pada tanaman kopi. Sedangkan zat serupa yang di temukan pada tanaman gurana di sebut guaranina. Yang di temukan pada tanaman teh di sebut teina. Karena begitu banyak naman yang di gunakan padahal merujuk pada zat yang sama sehingga dapat menyebabkan kerancuan, maka akhirnya zat tersebut secara aklamasi
20
di sebut dengan kafein, sebagai komponen yang paling banyak di temukan pada biji kopi. Organoleptis : o
Serbuk atau bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal.
o
Berwarna putih
o
Rasanya pahit,
o
Tidak berbau
o
Bersifat netral terhadap kertas lakmus.
Kelarutan : o
Dalam air = 1:50, mudah larut dalam spiritus dan CHCl 3, sukar larut dalam eter, agak sukar larut dalam etanol 95%.
Reaksi Identifikasi:
Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan pada suhu 80 selama 4 jam dan didispersikan dalam paraffin cair pekat menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada kofein PK.
Reaksi Murexide : Violet. Warna ini akan hilang jika ada penambahan larutan alkali. o
Larutan zat dalam air + I2 à tidak terjadi nedapan; + HCl à endapan Coklat, larut dalam NaOH
o
Larutan zat + larutan tannin dalam air àendapan putih dalam reagen berlebih
o
Larutan jenuh + larutan HgCl 2 5% à endapan putih, rekristal dengan pemanasan akan tampak kristal jarum panjang
o
Reaksi Zwikker: 1 ml Pyridin 10 % +CuSO 4 larut dalam air : à batang panjang tidak berwarna.
21
11. Cocainum
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon coca,yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali. Organoleptis : o
Serbuk putih tidak berwarna tidak berbau sedikit rasa pahit
o
T.L : 96 – 98 oC
o
Kelarutan : sedikit larut dalam air
Reaksi : o
Garam HCl nya digerus dengan calomol, mereduksi : hitam
o
Reaksi BIAL : 10 mg zat + 5 ml H 2SO4 pekat + dipanaskan + diencerkan debgan 2 ml air: bau methyl benzoat dan mengkristal
o
Reaksi gugusan benzoil : (+)
o
Reaksi BOSMAN : larutan dalam H 2SO4 dilarutkan + KMnO4 + dikocok dengan CHCl : lapisan Khloroformnya berwarna violet setelah beberapa waktu menghilang.
12.Opiat
22
Opiat adalah campuran dari heroin HCl, thobain, codein HCL, papaverin HCl, NaCl, narcotin HCl, morphin HCl. Organoleptis opial adalah berbentuk bubuk putih dan larut dalam air. Reagen
Marquis
Reaksi
Zat + 4 tetes formalin + 1
Hasil Pengamatan
Jingga merah-purper
ml H2SO4 pekat Frohde
Zat + Reagen Frohde
Ungu tua segera ( biru-
(Frohde: larutan 1 % NH 4
hijau)
molibdat dalam H2SO4 ) KING
(+)
FeCl3
Zat + FeCl3
(+)
Na
Zat + Na
(+)
HCl2
Zat + HCl2
Pesez
Zat + H2SO4 + Lar. KBr
(+)
dipanaskan Reaksi Kristal
a. Dragendorf b. HgCl2 c. Asam pikrolon
13. Papaverinum (C20OH22CINO4)
23
Nama
kimia
papaverin
yaitu
1-(3,4-Dimethoxybenzyl
)
-6,7
–
dimethoxyisoquinoline hidroklorida. Pemerian papaverin yaitu putih atau hampir putih, bubuk kristal atau kristal putih atau hampir putih, tidak berbau; rasa pahit lalu pedas. Kelarutannya sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol. Memiliki berat molekul 375.9. Titik lebur 226◦C. Titik didih 483.2◦C at 760 mmHg. Titilk nyala 172.2◦C. Penggunaan
Papaverin HCl mempunyai sedikit aksi analgesik. Dignakan seebagai relaksasi otot polos pada penyakit peripheral vascular, thrombo – angittis obliterans, terapi spasme koroner, usus, ureter, dan biliary colic serta dysmenorrhoea. Juga digunakan untuk pencegahan setelah operatif pulmonary collapse dan sebagai bahan dari spray digunakan untuk menyerang asma. (British Pharmaceutical Codex, 1959 ). Papaverin HCl memiliki efek spasmolitik pada otot polos. Efek spasmolitik utamanya terjadi pada pembuluh darah termasuk pembuluh darah arteri koroner, serebral, paru, dan perifer, serta merelaksasi otot polos pada bronkus, saluran cerna, ureter, dan saluran kemih. Papaverin merelaksasi otot jantung dengan menghambat simulasi otot jantung secara langsung, memperpanjang periode refraksi, dan menghambat konduksi. Papaverin memiliki efek minimum pada kerja sistem saraf pusat, namun pada dosis tinggi dapat menimbulkan efek depresan pada beberapa pasien. Papaverin juga memiliki yang lemah untuk meningkatkan aktivitas. Cachannel juga memiliki efek yang lemah untuk meningkatkan aktivitas Ca-channel bloker pada dosis tinggi. (AHFS Drug Information 2002,p.1905 ). Reagen
H2SO4
Reaksi
Zat + H2SO4 pekat
Hasil Pengamatan
Ungu (kadang-kadang hijau)
Erdman
Zat + Pereaksi erdman
Ungu
Frohde
Zat + Larutan 1% NH4
Ungu merah
molibdat dalam H2SO4 pekat
24
Mandellin
Zat + H2SO4 + FeCl3
Hijau biru-biru
Mayer
Zat + HCl 0,5 N +
Endapan putih
Pereaksi mayer Uji identifikasi
Zat + HNO3 pekat
Coklat merah
Marquis
Zat + 4 tetes formalin + 1
Ungu – coklat rosa
ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung pelan-pelan ) Zwikker
Zat + 1 ml Pyridin 10% +
Batang panjang tidak
CuSO4 lihat dibawah
berwarna
mikroskop Coralyn
Zat + 1 ml asam asetat
Fluoresensi kuning
anhidrida + 3 tetes asam
kehijauan
sulfat pekat
14. Phenacetin
Organoleptis: berbentuk bubuk hablur, warna putih, rasa pahit. Kelarutan air 0,06 , spir 6,7 , eter 1,5. Titik lelehnhya 134◦C -136◦C Reagen
Bouchardat
Reaksi
Zat + Pereaksi
Hasil pengamatan
(+)
bouchardat KmnO
Larutan +KMnO
-Negatif : negatif -H2SO4 : warna hilang - NaHCO3 : negatif
25
- Na2CO3 : pelan-pelan cokelat -NaOH : oopat jadi hijau Osterfikari
Etil asetat
Didorkoral
Ungu
15. Pyramidon Sifat Pyramidon: o
Bentuk bubuk hablur putih
o
Tidak berbau
o
Kelarutan dalam air 1 : 18.
o
Kelarutan dalam spiritus 1 : 15
o
Larut baik dalam eter dan kloroform Reaksi Pengendapan :
1. Reaksi Mayer Perlakuan : Pyramidon + HCl 0,5 N + reagen (HgCl 2 + KI + aquadest) menghasilkan endapan berwarna kuning 2. Reaksi Bouchardart Perlakuan : sama seperti Reaksi Mayer. Namun, dapat larut lagi dalam spiritus berlebih 3. Asam Pikrat Perlakuan : larutan asam pikrat dalam air (1 : 1000) akan menghasilkan endapan alkaloid pekat Reaksi Warna:
1. Dengan FeCl3 campuran menghasilkan warna ungu dan jika ditambakan H 2SO4 maka warna berubah menjadi merah-darah-violet. 2. Dengan AgNO3 campuran menghasilkan warna biru-ungu dengan endapan berwarna abu-abu 3. Dengan HNO3 pekat campuran menghasilkan warna kuning-hijau tua yang jika ditambahkan berlebihan maka warna akan menghilang 4. Dengan Aqua Brom menghasilkan endapan
26
16. Phenetidin
Sifat Phenetidin : o
Berat Molekul = 137
o
Bentuk Cairan dan jika terkena udara teroksidasi menjadi warna coklat
o
Larut dalam alkohol dan larut dalam air Reaksi Warna
1. Dengan FeCl3 campuran perlahan berubah menjadi warna ungu 2. Dengan HCl campuran perlahan berubah menjadi warna merah keunguan 3. Dengan HCl yang ditambahkan dengan K 2CrO7 campuran berubah menjadi warna ungu. Reaksi
1. Reaksi Vlezenbeek Perlakuan : larutan zat ditambahkan sedikit rosarsin dan ditambahkan NaOH lalu ditambahkan I2 0,1 N terbentuk reazuurine sebagai hasil oksidasi resorsin berwarna ungu. Bila diasamkan dengan HCl berlebih menghasilkan campuran yang berwarna kuning. 2. Reaksi Ekkert Perlakuan : larutan zat ditambahkan resorsin dan ditambahkan H 2SO4 pekat dan dipanaskan di atas ai kecil mendidih lalu didinginkan setelag itu ditambahkan air ,resorsin dan NaOH + I2 menghasilkan warna ungu merah dan jika berfluor akan menghasilkan wana merah coklat.
17. Pulvis Dovari Pulvis dovari merupakan campuran dari opium, radix Ipecac dam K 2SO4. Sifat Pulvis Doveri o
Bentuk bubuk
o
Warna coklat kelabu
27
Reaksi-Reaksi o
Dengan reagen Marquis campuran menghasilkan warna ungu muda dalam 5 menit
o
Dengan reagen fluoride campuran menghasilkan warna hijau kotor
o
Dengan FeCl3 campuran akan menghasilkan warna merah jingga Reaksi gugus fungsionil
Mementukan gugus fungsi gugusan metoxil (-OCH 3) didapatkan hasil yang positif. Reaksi ini dapat dilakukan dengan mencmpurkan larutan di dalam H2SO4 yang ditambahkan dengan KmnO 4 dan akan terjadi pembentukan formaldehid. Reaksi golongan opium menunjukan hasil yang positif pada pulvis dovari. Di bawah mikroskop terdapat amilum dari radix Ipecao yang apabila ditetesi dengan aqua iod akan menghasilkan warna biru. Reaksi biru berlin menghasilkan warna biru berlin yang dapat dilakukan dengan mencampurkan larutan dengan K 3Fe(CN)6 + FeCl2 yang akan menghasilkan warna biru.
18. Metadon - HCL
Pemerian: o
Berbentuk Kristal putih
o
Tidak berbau
o
Rasa pahit - asam Kelarutan :
o
Dalam air 1 : 12
o
Dalam spir 1 : 6
28
o
Dalam CHCl 1 : 3 Reaksi
o
Mayer (+)
o
Bouchardat (+)
o
Zat + 1 tetes dinitrobenzene -> di aduk = ungu kecoklatan
o
Larutan dalam air + NaOH = endapan seperti minyak tidak berwarna dan ketika di gosok dengan batang pengaduk menjadi Kristal.
o
Larutan + asam pikrat = Kristal kuning.
o
Aqua brom = jingga seperti tetes minyak.
19. Morphinun
Pemerian o
Bubuk Kristal putih
o
Berbentuk Kristal jarum
o
Rasa pahit
o
BM = 375,5 Kelarutan
o
Dalam air 1 : 22
o
Spir 1 : 55 Reaksi
o
Mayer (+)Frohde = ungu – hijau
o
Marquis = ungu (segera)
o
Sancez, King, Pesez = (+)
o
Larutan dalam H2SO4 + KI + CHCl3 -> dikocok -> ungu
o
+ K2Fe(CN)6 + FeCl3 = biru
o
Reaksi Huseman
29
o
Zat + H2SO4 pekat + dipanaskan di atas api + HNO3 65% + KNO3 Padat = violet merah – merah darah
20. Nicotin
Pemerian o
Cairan mudah menguap
o
Rasa pedas
o
Bau spesifik seperti tembakau
o
Titik didih = 247 Celcius Reaksi
o
Larutan dalam spir + beberapa butir 2,4 dinitriklorobenzen dipanaskan di atas waterbath. Sesudah dingin + spir KOH = merah ungu
o
Sanchez = Vanillin HCl 25% = merah rose, jika dipanaskan warnanya semakin intensif.
o
P-DAB HCl = merah ungu Reaksi Kristal a. K2Fe(CN)6 b. DRGENDORF c. HgCl2 d. Asam pikrolon
21.Eukinin Organoleptis : Hablur putih, berbentuk bulu atau jarum, tidak berbau, tidak berasa, jika dikunyah agak pahit Kelarutan
: Dalam air (tidak larut), dalam spiritus (1:2)
Reaksi untuk identifikasi:
30
Larutan zat dalam H2SO4 : berfluorosensi biru
Zat ditaburkan pada H2SO4 pada objek glas dilihat dibawah mikroskop, maka akan timbul gas.
Zat + 10 ml HCl (p) 0,25%, kocok kuat, saring. Pada 5 ml filtrat tambahkan 23 tetes brom dan 1 ml NH 4OH (e) → terjadi warna hijau
Zat + asam asetat + H2SO4 (p) → dipanaskan diatas waterbath → menghasilkan bau etil asetat
Zat + 2 ml NH4OH + 5 ml I2 → panaskan diatas penangas → timbul bau iodoform
Zat + 10 ml KOH (p) 2,5% dalam etanol → mula -mula larut, berangsurangsur terbentuk endapan putih
22. Ergotamin
Rumus Kimia: ) Berat Molekul: 13212 Titik leleh : 197 derajat Celcius Kelarutan : dalam air 1 : 500 Sifat fisikokimia : Sedikit higroskopis, kristal tidak berwarna atau hampir berwarna putih. Senyawa ini mungkin mengandung 2 molekul metanol kristalisasi. Sedikit larut dalam alkohol. Larutan dalam air berubah menjadi keruh jika terhidrolisis, hal ini dapat dicegah dengan penambahan asam tartrat. Reaksi untuk identifikasi:
zat + asam asetat glasial + etilasetat + H2SO4 pekat mengahsilakan merah ungu
Zat + FeCL3 menghasilkan warna ungu
Zat + H2SO4 menghasilkan warna ungu kebiruan
31
Zat + Reaksi FROHDE menghasikan warna ungu kebiruan
Zat + Reaksi MANDELIN menghasilkan warna biru
Zat + pereaksi MARQUIS menghasilakn warna biru merah ungu.
23. Ergotoxin Nethan Sulfat Biasanya bubuk putih dan hygroskopis reaksi: Reagen
FROHDE
Reaksi
Zat + FROHDE
Hasil
Jingga
muda,
hijau,
hitam, hitam ungu MARQUIS
Zat + MARQUIS
Ungu – ungu coklat sampai hitam
H2SO4 pekat
Zat + H2SO4 pekat
Jingga
muda,
jingga
hijau abu-abu HNO3 Pekat
Zat + HNO3 pekat
Merah jingga-fluor biru
FeCl3
Negative
AgNO3
Negative
24. Ergometrin
Organoleptis :
Kristal putih tak berbau
Titik leleh 195oC – 197oC
Larut dalam air 1:36 Reaksi: Ditambahkan dengan Di Metil Amino Benzaldehid (DAB HCL) Menghasilkan warna biru. Larutan dalam air
berfluorisensi biru.
25. Emetin
32
Organoleptis :
Kristal Putih, rasa pahit, tak berbau
Titik leleh 235oC – 255oC
Kelarutan dalam air 1:7 Reaksi:
H2SO4 larutan menjadi coklat
+HCL pekat + H2O2 lalu di panaskan, larutan akan menjadi kuning jingga
26. Ephendrin
Organoleptis :
Kristal tak berwarna
Titik leleh 40oC
Kelarutan dalam air 1:20 Reaksi:
+ sulfanilat + NaOH menghasilkan warna merah
+ HCL + H2O2 + NaCl + NaOH larutan berwarna merah violet
27. Heroin
Rumus kimia : C 17 H 17 NO(OOH 3 CO) 2
33
Kristal putih tak berbau
T1. 171 O -173 O C
Kelarutan: air tidak larut Larut dalam H 2 SO 4 encer + H 2 SO 4 pekat+ spir Reaksi:
+Focl3 +k3fo(oN)6=biru berlin
+venilin +HO1=Merah ungu
+H2SO4+ KBr dipanaskan = hijau Reaksi kristal:
HCL2
IRADFNDORF
28. Hydrastin
Reaksi :
FROHDE= Kuning – hijau
H2SO4= Kuning- violet
MANDELLIN=merah jingga
+ KmnO4: BIRU Reaksi kristal:
Asam piknolon K4f(cn)6
29. Hyoscyamin
Garam-garamnya: HBr, Dulftat, nothylbromida
34
Reaksi kristal:
Oclat, prisma, T.L = 176 O c
AuCl2: lempeng kuning, TL: 165 O C
PtCl2 : prisma arang, TL= 206 o c
Asam pikrat: TL=165 O -166 O C
30. Theobromin
Organoleptis : Bubuk hablur, berwarna putih, berfluorosensis ungu biru Kelarutan : Dalam air = 1:0.03, dalam Spiritus= 1:0.02 , dalam eter = 1: 0.004. Reaksi Identifikasi:
Raksi Murexide ( + ) Parri (- ) Zat + larutan tannian à Endapan putih Zat + HCl + Aq. Iod àEndapan coklat à hijau tua Reaksi Kristal
31. Strychnine
Organoleptis : Berwarna putih atau translucent Kristal atau serbuk kristalin, rasa masam Reaksi Identifikasi :
35
2 g serbuk kayu dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 30% kemudian gerus dalam mortir,tambahkan 20 ml kloroform P dan gerus kuat-kuat, saring filtrat dibagi 2 (lapisankloroform). filtrat diteteskan pada kertas saring, kemudian tetesi dengan pereaksi Dragendorft terjadi warna jingga.
ekstraksi filtrat dengan 10 ml asam klorida (1:10).
tambahkan pereaksi Dragendorft menjadi endapan jingga.
tambahkan pereaksi Mayer menjadi endapan putih
36
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Alkaloid adalah Kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung 1/ lebih atom nitrogen, 2. Alkaloida tidak mempunyai tatanama sistematik. Oleh karena itu suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin,morfin, dan stiknin. 3. Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) 4. Klasifikasi alkaloid dapat berdasarkan taksonomi, berdasarkan Biosintesis dan berdasrkan klasifikasi kimia (nonheterosiklik alkaloid, herodinine (Horedeum Vulgare) Ephedrine (Ephendragerardiana), gentaecea, heterosiklik alkaloida). B. SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu ada baiknya pemberian petunjuk untuk mendapatkan literatur, dan menyamakan persepsi terlebih dahulu. Agar materi yang dirujuk sesuai dengan apa yang mestinya di sampaikan.
37