BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Penggantungan (hanging) adalah penyebab kematian akibat asfiksia yang paling sering ditemukan. Bagaimanapun, penggantungan juga merupakan penyebab kematian yang paling sering menimbulkan persoalan karena rawan terjadi interp interpret retasi asi baik baik oleh oleh ahli ahli forens forensic, ic, polisi polisi,, dan dokter dokter non-for non-forens ensik. ik.
Selain itu, penggantungan merupakan metode bunuh diri yang sering ditemukan di bany banyak ak negar negara. a. Di Ingg Inggri ris, s, terd terdap apat at lebi lebih h dar darii 2000 2000 kasu kasuss bunuh bunuh diri diri denga dengan n penggant penggantunga ungan n dilapor dilaporkan kan setiap setiap tahun. tahun..Pe .Pengg nggant antunga ungan n baik baik akibat akibat bunuh bunuh diri diri atau atau pembunu pembunuhan han lebih lebih sering sering ditemu ditemukan kan di kota. kota. Di Amerik Amerikaa Serika Serikat, t, pada tahun 2001 dilapor dilaporkan kan sebany sebanyak ak 279 kemati kematian an yang yang dikiba dikibatka tkan n oleh oleh penggan penggantun tungan gan yang yang tidak tidak disengajakan dan strangulasi, dan 131 kematian karena penggantungan, strangulasi, dan lemas.
Pada Pada balit balita, a, biasan biasanya ya terjad terjadii accide accidenta ntall hangin hanging g yaitu yaitu penggan penggantun tungan gan yang yang tidak tidak disengajakan misalnya akibat dijerat ayunan.2 Di India, dari tahun 1997-2000, 199 7-2000, didapatkan kematian akibat penggantungan sebesar 3,4%. Penggantungan yang diakibatkan oleh bunuh diri lebih sering ditemukan pada jenis kelamin laki-laki (2:1), tetapi kematian yang disebabkan oleh kekerasan strangulasi lebih dominan ditemukan pada wanita.2 . Di Istanbul, Turki, 537 dari semua kasus gantung diri adalah laki-laki (70,56%) dan 224 adalah wanita (29,44%).3 Jika dilihat dari faktor umur, insidens penggantung lebih sering terjadi pada dewasa muda. Di India misalnya, kematian akibat penggantungan paling sering ditemukan pada kelompok umur 21-25 tahun4, manakala penelitian penelitian Davidson Davidson & & Marshall (1986), (1986), melaporkan melaporkan bahwa insidens penggantungan yang paling tinggi adalah pada kelompok umur 20-39 tahun.
Tindaka Tindakan n bunuh bunuh diri diri dengan dengan cara cara penggan penggantun tungan gan sering sering dilaku dilakukan kan karena karena dapat dapat dilakukan dimana dan kapan saja dengan seutas tali, kain, dasi, atau bahan apa saja yang 1
dapat melilit leher. Demikian pula pada pembunuhan atau hukuman mati dengan cara penggantungan penggantungan yang sudah digunakan digunakan sejak zaman dahulu. Kasus gantung hampir sama dengan dengan penjer penjerata atan. n. Perbed Perbedaann aannya ya terlet terletak ak pada pada asal asal tenaga tenaga yang yang dibutu dibutuhkan hkan untuk untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada penjeratan tenaga tersebut datang dari luar, sedangkan pada kasus gantung tenaga tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak seluruh berat badan digunakan.6 Dalam rutinitas medikolegal, perbedaan keduanya penting karena kasus penggantungan penggan tungan dianggap bunuh diri sehingga dibuktikan sebaliknya, manakala kasus penjeratan dianggap pembunuhan.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat sebagai syarat dalam mengikuti kegiatan kepaniteraaan klinik senior di departemen kedokteran kehakiman, dan juga agar mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti tentang hanging ( gantung diri).
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Terdapat beberapa definisi tentang penggantungan ( hanging ). Salah satunya, yakni ; Penggantungan ( hanging ) adalah keadaan dimana leher dijerat dengan ikatan, daya jerat ikatan tersebut memanfaatkan berat badan tubuh atau kepala. Ada pula yang mendef mendefini inisik sikan an sebagai sebagai suatu suatu keadaan keadaan dimana dimana terjad terjadii konstr konstriks iksii dari dari leher leher oleh oleh alat alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruhnya atau sebagian. Dengan demikian berarti alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi konstriksi pada leher. leher. Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. penjeratan. Perbedaanny Perbedaannyaa terdapat pada asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkararan jerat. Kematian karena penggantungan pada umunya bunuh diri.
Bunuh Diri Bunuh diri ( suicide ) dapat di definisikan sebagai : perbuatan merusak diri sendiri yang berhasil. Sedangkan perbuatan merusak diri sendiri yang dilakukan dengan keinginan destruktif, tetapi tidak nyata atau ragu – ragu ( sering disebut sebagai sikap bunuh diri ) merupakan defibisi dari percobaab bunuh diri (parasuicide (parasuicide )
2.2 Patologi
Paling Paling sering sering diserr diserrtai tai dengan dengan penyak penyakit it depres depresi. i. Mungki Mungkin n pula pula terjad terjadii pada alkoholisme, skizofrenia, gangguan kepribadian atau ketergantungan obat. Sejumlah kecil percobaan bunuh diri dan berhasil tidak menunjukkan adanya bukti gangguan psikiatrik. Biasanya multifaktorial : kepribadian, faktor sosial dan penyakit psikiatrik memainkan peranan yang berbeda – beda. Penyakit fisik merupakan faktor penting, terutama pada usia usia lebih lebih tua. tua. Faktor Faktor resiko resiko tinggi tinggi termas termasuk uk umur, umur, golong golongan an sosioe sosioekono konomi, mi, profes profesii (terutama dokter ), jenis kelamin pria, penyakit fisik, kebiasaan minum alkohol dan obat, kehilangan pekerjaan. Lebih sering pada usia lebih tua, penyakit fisik, terisolasi dan 3
lingkungan social, golongan profesional, eksekutif, setelah suatu peristiwa yang menyedihkan, dan yang menderita konflik pribadi yang akut. Beberapa usaha bunuh diri dapat dianggap sebagai ” jeritan untuk minta tolong ”, mungkin tidak berhasil. Daripada kondisi di atas, dapat disimpulkan kematian pada korban penggantungan yang terdiri dari empat penyebab yaitu: 1. Asfiksia 2. Iskemi otak 3. Refleks vagus 4. Kerusakan medulla oblongata Kematian segera akibat dari penggantungan dapat muncul akibat dari beberapa mekanisme. mekanisme. Penekanan pada ganglion ganglion saraf arteri karotis karotis oleh tali yang melingkar melingkar pada leher korban dapat menyebabkan carotid body reflex (refleks vagus) sehingga memicu perlambatan denyut jantung. Perlahan-perlahan terjadi aritmia jantung sehingga terakhir korban mati dengan cardiac arrest. Namun mekanisme kematian ini jarang didapatkan karena untuk menimbulkan refleks karotis, tekanan lansung yang kuat harus diberikan pada pada area area khusu khususs di mana mana carot carotid id body body bera berada da.. Hal Hal ini ini suka sukarr dipas dipasti tika kan. n. Seba Sebaga gaii tambahan refleks karotis juga dapat dimunculkan biar pun tanpa penggantungan. Tekanan pada vena jugularis juga bisa menyebabkan kematian korban penggantungan dengan mekanisme asfiksia. Kebanyakan kasus penggantungan bunuh diri mempunyai mekanisme mekanisme kematian kematian seperti seperti ini. Seperti yang diketahui, diketahui, vena jugularis jugularis membawa darah dari otak ke jantung untuk sirkulasi. Pada penggantungan sering terjadi penekanan pada vena jugularis oleh tali yang menggantung korban. Tekanan ini seolaholah membuat jalan yang dilewati darah untuk kembali ke jantung dari otak tersumbat. Obstruksi total maupun parsial secara perlahan-lahan dapat menyebabkan kongesti pada pembuluh darah otak. Darah tetap mengalir dari jantung ke otak tetapi darah dari otak tidak bisa mengalir keluar. Akhirnya, terjadilah penumpukan darah di pembuluh darah otak. Keadaan ini menyebabkan suplai oksigen ke otak berkurang dan korban korban seteru seterusny snyaa tidak tidak sadark sadarkan an diri. diri. Kemudi Kemudian, an, terjad terjadila ilah h depres depresii pusat pusat nafas nafas dan korban mati akibat asfiksia. Tekanan yang diperlukan untuk terjadinya mekanisme ini tidak penting tetapi durasi lamanya tekanan diberikan pada leher leher oleh tali yang yang menggantung korban yang menyebabkan mekanisme tersebut. Ketidaksadaran korban 4
mengambil waktu yang lama sebelum terjadinya depresi pusat nafas. Secara keseluruhan, mekanisme mekanisme ini tidak menyakitkan menyakitkan sehingga disalahgunakan disalahgunakan oleh pria untuk memuaskan nafsu seksual mereka (autoerotic sexual asphyxia). Pada mekanisme ini, korban akan menunjukkan menunjukkan gejala gejala sianosis. sianosis. Wajahnya membiru dan sedikit sedikit membengkak. membengkak. Muncul peteki di wajah dan mata akibat dari pecahnya kapiler darah karena tekanan yang lama. Didapatkan lidah yang menjulur keluar pada pemeriksan luar. Obstruksi arteri karotis terjadi akibat dari penekanan yang lebih besar. Hal ini karena secara anatomis, arteri karotis berada lebih dalam dari vena jugularis. Oleh hal yang demikian, obstruksi arteri karotis jarang ditemukan pada kasus bunuh diri dengan penggantungan. Biasanya korban mati karena tekanan yang lebih besar, misalnya dicekik atau pada penjeratan. Pada pemeriksaan dalam turut ditemukan jejas pada jaringan lunak sekitar arteri karotis akibat tekanan yang besar ini. Tekanan ini menyebabkan aliran darah ke otak tersumbat. Kurangnya suplai darah ke otak menyebabkan korban tidak sadar diri dan depresi pusat nafas sehingga kematian terjadi. Pada mekanisme ini, hanya ditemukan wajah yang sianosis tetapi tidak ada peteki.
Gambar 1 : kongesti yang menyolok pada leher akibat antun diri diri..
Gambar 2: gambaran rontgen oklusi arteri pada diseksi subintimal arteri karotis
5
Fraktu Frakturr verteb vertebra ra servik servikal al dapat dapat menim menimbul bulkan kan kemati kematian an pada pada penggan penggantun tungan gan dengan mekanisme asfiksia atau dekapitasi. Kejadian ini biasa terjadi pada hukuman gantung atau korban penggantungan yang dilepaskan dari tempat tinggi. Sering terjadi fraktur atau cedera pada vertebra servikal 1 dan servikal 2 (aksis dan atlas) atau lebih dikenal dikenalii sebaga sebagaii “hangm “hangman an fractu fracture” re”.. Fraktu Frakturr atau atau dislok dislokasi asi verteb vertebra ra servik servikal al akan menekan medulla oblongata sehingga terjadi depresi pusat nafas dan korban meninggal karena henti nafas.
2.3 Posisi Gantung Diri
Posisi korban pada kasus gantung diri bisa bermacam – macam, kemungkinan tersering : 1) Kedua kaki tidak menyentuh lantai ( complete hanging ) 2) Duduk berlutut ( biasanya menggantung pada daun pintu ) Untuk posisi ini ada yang menyebutkan menyebutkan dengan istilah penggantungan penggantungan parsial. parsial. Istilah Istilah ini digunakan jika beban berat badan tubuh tidak sepenuhnya menjadi kekuatan daya jerat tali. Pada kasus tersebut berat badan tubuh tidak seluruhnya menjadi gaya berat sehingga disebut penggantungan parsial 3) Berbaring ( biasanya di bawah tempat tidur )
Gambar 3 : Complete hanging
6
Gambar 4 : hanging parsial
Berdasarkan letak jeratan, dikelompokkan atas:
a. Typica Typicall hangin hanging g Yaitu bila titik penggantungan ditemukan di daerah oksipital dan tekanan pada arteri karotis paling besar. b. Atypical Atypical hanging hanging Jika titik penggantungan terletak di samping, sehingga leher sangat miring (fleksi lateral), yang mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri vertebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar.
2.4 Tipe-tipe penggantungan
•
Suicidal Hanging (gantung diri)
Gantung diri merupakan cara kematian yang paling sering dijumpai pada penggantungan, yaitu sekitar 90% dari seluruh kasus. Walaupun demikian, pemeriksaan yang teliti harus dilakukan untuk mencegah kemungkinan lain terutamanya pembunuhan.
•
Accidental Hanging Penggantunga Penggantungan n yang tidak disengaja ini dapat dibagi dalam dua kelompok kelompok yaitu, yaitu,
yang terjadi sewaktu bermain atau bekerja dan sewaktu melampiaskan nafsu seksual yang 7
menyimpang ( Auto – erotic Hanging ). Kejadian penggantungan akibat kecelakaan lebih banyak banyak ditemu ditemukan kan pada pada anak-an anak-anak ak utaman utamanya ya pada umur umur antara antara 6-12 6-12 tahun. tahun. Tidak Tidak ditemukan alasan untuk bunuh diri karena pada usia itu belum ada tilikan dari anak untuk bunuh diri. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan dari orang tua.
•
Homicidial Hanging Pembunuhan Pembunuhan dengan metode menggantung menggantung korbannya korbannya relatif relatif jarang jarang dijumpai, dijumpai,
cara ini baru dapat dilakukan bila korbannya anak – anak atau orang dewasa yang kondisinya lemah, baik lemah oleh karena menderita penyakit, di bawah pengaruh obat bius, alkohol atau korban yang sedang tidur. Pembunuhan dengan cara penggantungan sulit untuk dilakukan oleh seorang pelaku.
2.5 Penyebab atau mekanisme kematian pada penggantungan
1) Asfiksia. Merupakan penyebab kematian yang yang paling sering 2) Apopleksia Apopleksia (kongesti (kongesti pada otak). Tekanan Tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan menyebabkan kongesti pada pembuluh darah otak dan mengakibatkan kegagalan sirkulasi 3) Kombinasi dari asfiksia dengan apopleksia apopleksia 4) Iskemia serebral. Hal ini akibat penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri yang yang memperdarahi otak 5) Syok vaso vagal. Perangsangan pada sinus caroticus menyebabkan henti jantung 6) Fraktur atau dislokasi vertebra servikalis. (Pada korban yang dihukum gantung). Pada keadaan dimana tali yang menjerat leher cukup panjang, kemudian korbannya secara tiba-tiba dijatuhkan dari ketinggian 1,5–2 meter maka akan mengakibatkan fraktur atau dislokasi vertebra servikalis yang akan menekan medulla oblongata dan mengakibatkan terhentinya pernafasan. Biasa yang terkena adalah vertebra servikalis ke-2 dan ke-3.
2.6 Aspek Medikolegal
8
Gantung diri merupakan cara kematian yang paling sering dijumpai pada penggantungan, yaitu sekitar 90% dari seluruh kasus, walaupun demikian pemeriksaan yang teliti tetap harus dilakukan untuk mencegah kemungkinan lain. 1. Apakah kematian disebabkan oleh penggantungan ? Pertanyaan ini sering diajukan kepada dokter pemeriksa dalam persidangan. 2. Apakah penggantungan tersebut merupakan bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan? Beberapa faktor di bawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan. 1. Penggantungan Penggantungan biasanya biasanya merupakan merupakan tindakan bunuh diri, kecuali dibuktikan dibuktikan lain. Usia tidak menjadi masalah untuk melakukan bunuh diri dengan cara ini. Pernah ada laporan kasus dimana seorang anak berusia 12 tahun melakukan bunuh diri dengan penggantungan. Kecelakaan yang menyebabkan penggantungan jarang terjadi kecuali pada anak-anak di bawah usia 12 tahun 2. Cara terjadiny terjadinyaa penggantungan penggantungan 3. Bukti-bukti tidak langsung di sekitar tempat kejadian 4. Tanda berupa jejas penjeratan penjeratan 5. Tanda-tanda Tanda-tanda kekerasan kekerasan atau atau perlaw perlawanan anan
Lynching Lynching merupakan tindakan hukuman gantung tanpa pengadilan yang hanya terjad terjadii di Amerik Amerikaa Selata Selatan. n. Jik Jikaa seoran seorang g negro negro melaku melakukan kan pel pelang anggar garan an ber berat, at, dia dihukum dihukum mati dengan dengan cara cara digant digantung ung pada pohon pohon atau atau tiang tiang lampu, lampu, sehing sehingga ga bisa bisa dipertontonkan sebagai peringatan bagi yang lain.
Periode fatal Pada Pada pelaks pelaksanaa anaan n hukuman hukuman gantun gantung, g, kemati kematian an terjad terjadii dengan dengan seketi seketika. ka. Pada Pada kasus gantung diri, kematian tidak langsung terjadi dan sedikit memakan waktu. Pada penggantungan parsial, kematian mendadak terjadi dalam 5 menit.
2.7 Gambaran post-mortem
Pemeriksaan luar
9
1) Tanda Tanda penjer penjerata atan n pada pada leher. leher. Hal ini sangat sangat pentin penting g diperh diperhati atikan kan oleh oleh dokter, dokter, dan keadaannya bergantung kepada beberapa kondisi: •
Tanda penjeratannya jelas dan dalam jika tali yang digunakan kecil dibandingkan jika menggunakan tali yang besar.
•
Bentuk jeratannya berjalan miring ( oblik ) pada bagian depan leher, dimulai pada leher bagian atas diantara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju belakang telinga. Tanda ini semakin tidak jelas pada bagian belakang.
•
Tanda penjeratan tersebut berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan berkilat. Pada perabaan, kulit terasa seperti perabaan kertas perkamen, disebut tanda parchmentisasi.
•
Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit di bagian bawah telinga, tampak daerah segitiga pada kulit di bawah telinga.
•
Pinggirannya berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasi di sekitarnya.
•
Jumlah tanda penjeratan. Kadang-kadang pada leher terlihat 2 buah atau lebih bekas penjeratan. Hal ini menunjukkan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak 2 kali.
2) Kedalaman dari bekas penjeratan menunjukkan lamanya tubuh tergantung 3) Jika korban lama tergantung, tergantung, ukuran leher menjadi semakin panjang 4) Tanda-tanda Tanda-tanda asfiksia. asfiksia. Mata menonjol menonjol keluar, perdarahan perdarahan berupa petekia petekia tampak pada wajah dan subkonjungti subkonjungtiva. va. Lidah menjulur menunjukkan menunjukkan adanya penekanan pada bagian leher 5) Air liur mengalir mengalir dari sudut bibir di bagian yang berlawanan berlawanan dengan tempat simpul simpul tali. Keadaan ini merupakan tanda pasti penggantungan ante-mortem 6) Lebam mayat mayat paling sering terlihat pada tungkai 7) Posisi tangan biasanya biasanya dalam keadaan tergenggam 8) Urin dan feses feses bisa bisa keluar keluar
10
Gambar 5 : gambaran postmortem pada hanging Pemeriksaan dalam
1) Jaringan yang berada di bawah jeratan berwarna putih, berkilat dan perabaan seperti perkamen perkamen karena kekurangan kekurangan darah, terutama terutama jika mayat tergantung tergantung cukup lama. Pada jaringan di bawahnya mungkin tidak terdapat cedera lainnya.
2) Platisma atau otot lain di sekitarnya mungkin memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebih banyak terjadi pada kasus penggantungan yang disertai dengan tindakan kekerasan.
3) Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun ruptur. Resapan darah hanya terjadi di dalam dinding pembuluh darah.
4) Fraktur tulang hyoid jarang terjadi. Fraktur ini biasanya terdapat pada penggantungan yang korbannya dijatuhkan dengan tali penggantung yang panjang dimana tulang hyoid mengalami benturan dengan tulang vertebra. Adanya efusi darah di sekitar fraktur menunjukkan bahwa penggantungannya ante-mortem.
5) Fraktur kartilago tiroid jarang terjadi. 6) Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas. Fraktur ini sering terjadi pada korban hukuman gantung.
11
Gambar 6: Fraktur prosessus melintang pada servikalis ke lima-enam (C5-6)(panah lurus penuh), fraktur pada tepi depan servikalis ke enam (panah melengkung)dan perluasan persendian antara tulang servikalis kelima dan keenam (panah kosong)
Gambar 7: menujukan adanya patah tulang cricoid
2.8 Perbedaan antara penggantungan antemortem dan postmortem
No 1.
2.
3.
Penggantungan antemortem Tand Tanda-t a-tan anda da peng penggan gantu tung ngan an antemortem bervariasi. Tergantung dari cara kematian Tanda Tanda jejas jejas jerata jeratan n miring miring,, berupa berupa lingkaran terputus (non-continuous (non-continuous)) dan letaknya pada leher bagian atas
Penggantungan postmortem Tanda-tanda post-mortem menunjukkan kematian yang bukan disebabkan penggantungan
Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh (continuous (continuous), ), agak sirkuler dan letaknya pada bagian leher tidak begitu tinggi Simpul Simpul tali tali biasan biasanya ya tunggal tunggal,, terdapa terdapatt Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan kuat dan diletakkan pada sisi leher pada bagian depan leher 12
4.
Ekimos Ekimosis is tampak tampak jelas jelas pada pada salah salah satu satu sisi dari jejas penjeratan. Lebam mayat tampak di atas jejas jerat dan pada tungkai bawah
5.
Pada Pada kulit kulit di tempat tempat jejas jejas penjera penjeratan tan teraba seperti perabaan kertas perkamen, yaitu tanda parchmentisasi Sianos Sianosis is pada wajah, wajah, bibir, bibir, teling telinga, a, dan lain-lain sangat jelas terlihat terutama jika kematian karena asfiksia
6.
7.
8. 9.
10.
Wajah Waja h memb membeng engka kak k dan dan mata mata mengalami kongesti dan agak menonjol, disertai dengan gambaran pembuluh dara vena yang jelas pada bagian kening dan dahi Lidah Lidah bisa bisa terjul terjulur ur atau atau tidak tidak sama sama Sekali Penis. Penis. Ereksi Ereksi penis penis disert disertai ai dengan dengan keluarnya cairan sperma sering terjadi pada korban pria. Demikian juga sering ditemukan keluarnya feses Air liur. liur. Ditemu Ditemukan kan menete menetess dari dari sudut mulut, dengan arah yang vertikal menuju dada. Hal ini merupakan pertanda pasti penggantungan ante-mortem
Ekimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan tidak ada atau tidak jelas. Lebam mayat terdapat pada bagian tubuh yang menggantung sesuai dengan posisi mayat setelah meninggal Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak begitu jelas Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga dan lain-lain tergantung dari penyebab kematian Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak terdapat, kecuali jika penyebab kematian adalah pencekikan (strangulasi) atau sufokasi Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus kematian akibat pencekikan Penis. Ereksi penis dan cairan sperma tidak ada. Pengeluaran feses juga tidak ada Air liur tidak ditemukan yang menetes pad kasus selain kasus penggantungan
2.9 Perbedaan penggantungan pada bunuh diri dan pada pembunuhan
No. 1.
Peng Pengga gant ntun unga gan n pada pada bunu bunuh h dir diri Usia. Usia. Gantung Gantung diri diri lebih lebih sering sering terjad terjadii pada remaja dan orang dewasa. Anak-anak di bawah usia 10 tahun atau orang dewasa di atas usia 50 tahun jarang melakukan gantung diri
2.
Tanda Tanda jejas jejas jerata jeratan, n, bentukny bentuknyaa miring miring,, berupa lingkaran terputus (noncontinuous) noncontinuous)
Pengg enggan antu tung ngan an pada pada pemb pembun unuh uhan an Tidak mengenal batas usia, karena tindakan pembunuhan dilakukan oleh musuh atau lawan dari korban dan tidak bergantung pada usia Tanda jejas jeratan, berupa lingkaran tidak terputus, mendatar, dan letaknya di 13
dan terletak pada bagian atas leher
3.
Simpul Simpul tali, tali, biasan biasanya ya hanya hanya satu satu simpul yang letaknya pada bagian samping leher
4.
Riwaya Riwayatt korban korban.. Biasan Biasanya ya korban korban mempunyai riwayat untuk mencoba bunuh diri dengan cara lain Cedera Cedera.. Luka-l Luka-luka uka pada tubuh tubuh korban korban yang bisa menyebabkan kematian mendadak tidak ditemukan pada kasus bunuh diri Racun. Racun. Ditemu Ditemukann kannya ya racun racun dalam dalam lambung korban, misalnya arsen, sublimat korosif dan lain-lain tidak bertentangan dengan kasus gantung diri. Rasa nyeri yang disebabkan racun tersebut mungkin mendorong korban untuk melakukan gantung diri
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tangan Tangan tidak tidak dalam dalam keadaa keadaan n terika terikat, t, karena sulit untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat Kemuda Kemudahan. han. Pada Pada kasus kasus bunuhdi bunuhdiri, ri, mayat biasanya ditemukan tergantung pada tempat yang mudah dicapai oleh korban atau di sekitarnya ditemukan alat yang digunakan untuk mencapai tempat tersebut
Tempat Tempat kejadi kejadian. an. Jika Jika kejadi kejadian an berlangsung di dalam kamar, dimana pintu, jendela ditemukan dalam keadaan tertutup dan terkunci dari dalam, maka kasusnya pasti merupakan bunuh diri Tanda-t Tanda-tanda anda perlaw perlawana anan, n, tidak tidak ditemukan pada kasus gantung diri
bagian tengah leher, karena usaha pelaku pembunuhan untuk membuat simpul tali Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat Sebelumnya korban tidak mempunyai riwayat untuk bunuh diri Cedera berupa luka-luka pada tubuh korban biasanya mengarah kepada pembunuhan Terdapatnya racun berupa asam opium hidrosianat atau kalium sianida tidak sesuai pada kasus pembunuhan, karena untuk hal ini perlu waktu dan kemauan dari korban itu sendiri. Dengan demikian maka kasus penggantungan tersebut adalah karena bunuh diri Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada kasus pembunuhan Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan tergantung pada tempat yang sulit dicapai oleh korban dan alat yang digunakan untuk mencapai tempat tersebut tidak ditemukan Tempat kejadian. Bila sebaliknya pada ruangan ditemukan terkunci dari luar, maka penggantungan adalah kasus pembunuhan Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada 14
kecuali jika korban sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak. 2.10 Penatalaksanaan pada kasus penggantungan yang masih hidup
1) Korbannya Korbannya diturunkan diturunkan 2) Ikatan pada leher dipotong dan jeratan dilonggarkan dilonggarkan 3) Berikan bantuan pernafasan untuk waktu yang yang cukup lama 4) Lidah Lidah ditari ditarik k keluar keluar,, lubang lubang hidung hidung dibers dibersihk ihkan an jika jika banyak banyak mengand mengandung ung sekres sekresii cairan 5) Berikan oksigen, lebih baik lagi kalau disertai CO2 5% 6) Jika korban mengalami mengalami kegagalan jantung kongestif, kongestif, pertolongan pertolongan melalui venaseksi mungkin akan membantu untuk mengatasi kegagalan jantung tersebut. 7) Berikan obat-obat yang perlu (misalnya Coramine) 8) Gejala sisa: hemiplegia, amnesia, demensia, bronkhitis, selulitis, parotitis.
BAB III KESIMPULAN
15
Penggantunga Penggantungan n ( hanging ) adalah keadaan dimana leher dijerat dengan ikatan, daya jerat ikatan tersebut memanfaatkan berat badan tubuh atau kepala. Ada pula yang mendef mendefini inisik sikan an sebagai sebagai suatu suatu keadaan keadaan dimana dimana terjad terjadii konstr konstriks iksii dari dari leher leher oleh oleh alat alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruhnya atau sebagian. Dengan demikian berarti alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi pada leher Paling Paling sering sering diserr diserrtai tai dengan dengan penyak penyakit it depres depresi. i. Mungki Mungkin n pula pula terjad terjadii pada alkoholisme, skizofrenia, gangguan kepribadian atau ketergantungan obat. Sejumlah kecil percobaan bunuh diri dan berhasil tidak menunjukkan adanya bukti gangguan psikiatrik. Biasanya multifaktorial : kepribadian, faktor sosial dan penyakit psikiatrik memainkan peranan yang berbeda – beda. Penyakit fisik merupakan faktor penting, terutama pada usia lebih tua. Gantung diri merupakan cara kematian yang paling sering dijumpai pada penggantungan, yaitu sekitar 90% dari seluruh kasus, walaupun demikian pemeriksaan yang teliti tetap harus dilakukan untuk mencegah kemungkinan lain. Dalam kasus hanging, harus dapat dibedakan penyebab hanging dengan melihat ciri khasnya, apakah hanging tersebut terjadi pada antemortem atau postmortem, ataupun akibat pembunuhan atau bunuh diri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, Hanging, http//:en.wikipedia.org/wiki.com 16
2. Anonim, Sudden Sudden Unexpected Death: Causes and Contributing Contributing Factors,http//:www.forensic.com 3. Ernoehazy W. Hanging injuries and Strangulation. Strangulation. Cited February 14, 2006. Available at: http://www.emedicine.com/emerg/topic227.htm 4. Idries AM. Penggantungan. In: Idries AM, editor. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. p202-207. 5. Staf Pengajar Pengajar Bagian Forensik, 2000. Teknik Autopsi Forensik. Ed.4.Bagian Kedokteran Forensik FK. UI, Jakarta 6. Pergantungan Pergantungan.. Last updated updated 2009. 2009. available available from from http://www.irwanashari.com/2009/12/penggantungan.html 7. Amir, A. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Forensik. Ed 2. Bagian Ilmu kedokteran forensik dan medikolegal FK USU, Medan.
17