LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI TEKSTIL
BAGIAN FISIKA
NAMA : NITA APRIANTI
NPM : 13003048
GRUP : 2.G2
POLITEKNIK STT TEKSTIL
BANDUNG
2014
BAB I
TEORI DASAR
Maksud dan Tujuan
mengetahui kekuatan tarik dan mulur kain cara pita potong dan pita tiras
mengetahui dan mendapatkan hasil pengukuran beban maksimum yang dapat ditahan oleh suatu contoh uji kain tenun dengan ukuran (2,5 x 20) cm dan pengukuran terhadap mulur sebelum putusnya serta dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujian kekuatan tariknya.
1.2 Teori Dasar
Kekuatan kain dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu kekuatan tarik dan daya tahan terhadap tarikan, tahan sobek (daya tahan terhadap sobekan) dan kekuatan tahan pecah (tahan terhadap gesekan/bursting). Masing-masing dari ketiga cara pengujian ini mempunyai kegunaan masing-masing, dimana contoh-contoh uji dibuat khusus tergantung pada jenis kain dan penggunannya. Kekuatan kain merupakan daya tahan kain tarhadap tarikan pada arah lusi maupun pakan
Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu contoh uji kain hingga kain tersebut putus. Mulur kain adalah pertambahan panjang kain pada saat kain putus dibandingkan dengan panjang kain semula, dinyatakan dalam persen.
. Untuk mengetahui kekuatan tarik kain, dipakai dengan tiga cara pengujian yaitu:
A. Cara pita potong
Pengujian dengan cara pita potong, contoh dipotong tepat pada lebar 2,5 cm dan panjang 20 cm, sebanyak 3 sampel untuk lusi dan pakan 3 sampel. Sampel yang telah dipotong langsung diuji. Cara ini pada umumnya dipakai untuk kain yang dilapisi atau kain yang dikanji dengan tebal, yang sukar dan tidak mungkin untuk diurai. Dalam pengujian ini contoh uji harus betul-betul sejajar dengan arah benang yang memanjang.
B. Cara pita tiras (grab strip raveled)
Pengujian untuk pita tiras, contoh uji dipotong dengan ukuran ( 3 x 20 ) cm sebanyak 4 sampel untuk lusi dan pakan 4 sampel. Sampel tersebut ditiras dulu hingga ukurannya menjadi (2,5 x 20) cm, baru diuji. Pengujian ini hanya untuk kain yang tidak dilapisi dengan kata lain yang mudah diurai/ditiras. Pengujian kekuatan tarik dengan cara pita tiras pada saat terjadi penarikan benang pada bagian tengah kain yang menderita tarikan yang kecil. Hal ini terjadi karena contoh uji yang telah diurai tidak ada jalinan yang memegang benang pada sisi kain, maka pada saat beban bertambah benang-benang sisi kain hanya hilang keritingnya saja, baru setelah bagian tengah putus benang pada bagian pinggir kain putus. Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun lebih tinggi dari pita potong.
Laju tarik tetap : Constant Rate Of Traverse (CRT)
Laju beban tetap : Constant Rate Of Loading (CRL)
Laju mulur Tetap: Constant Rate Of Elongation (CRE)
III. Prinsip Pengujian
Suatu gaya atau beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh uji yang dijepit oleh dua buah penjepit (clamp) pada alat uji tarik dengan jarak jepit tertentu dan kecepatan yang konstan hingga contoh uji tersebut putus. Besarnya gaya dan mulur akan terbaca pada display, kertas grafik atau skala yang tertera pada alat.
Standar Pengujian
SNI 08-0276-2009, kain tenun- Cara Uji Kekuatan Tarik dan Mulur
1.3 A. PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA POTONG
ALAT DAN BAHAN
Mesin penguji kekuatan tarik / dynamometer dengan spesifikasi
Kecepatan : 30 = 1 cm per menit
Jenis : ayunan
Pengegerak : motor atau tangan
Waktu : 20 = 3 detik sebelah penarikan
Jarak jepit : 7.5 cm
Ukuran penjepit : 2,5 cm x 3.75 cm atau lebih
Pengaris
Gunting
Contoh uji contoh uji
Lusi pakan
1.4 DATA
Beban 100 kg
LUSI
BERAT
MULUR
31 kg
4 cm
30 kg
4 cm
21kg
cm
Pakan
Beban 100 kg
Berat
Mulur
21 kg
3,3 cm
24 kg
4,7 cm
24 kg
3.4 cm
1.5 PERHITUNGAN
RUMUS
rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (kg)
rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (n) = kekuatan x 9.8 = N
rata rata mulur lusi dan pakan
= rata rata mulur (cm) X 100 %
Jarak jepit (cm)
Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan mulur arah lusi dan pakan
1.6 HASIL
Rata –rata lusi
21+30+21 = 27,3kg
3
Rata-rata pakan
21+24+24 = 23 kg
3
Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi (N)
=27,3 x 9,8 = 267,5
Pakan (N)
= 23 X 9,8 = 225,4
Rata – rata kekuatan mulur lusi dan pakan
Rata-rata lusi
= 4 + 4 + 3,5 = 3,83%
3
Rata – rata pakan
= 3,3 + 4,7 + 3,4 = 3,8%
3
Rata –rata mulur lusi dan pakan
Lusi
= 3,83 x 100 % = 51 %
7,5
Pakan
= 3,8 x 100 % = 50,6
7,5
Standar deviasi
Kekuatan lusi
Xi
(xi – x)
31
3,7
30
2,7
21
6,3
27,3
4,23
SD=(xi-x)2 = (4,32)2 = 8,84 = 2,98
(n-1) (3-1)
CV= Sd x 100 % = 2,98 x 100 % = 0,10 %
X 27,3
Kekuatan pakan
Xi
(xi – x)
21
2
24
1
24
1
23
1,3
standar deviasi = xi-x2 = 1,32 = 0,91
(n-1) (3-1)
Kofesiensi variasi = 0,91 x 100 % = 0,03
23
Mulur lusi
xi
(xi-x)
4
0,17
4
0,17
3,5
0,33
3,83
0,223
Sd = xi-x= (0,223) 2= 1,39
(n-1) (3-1)
CV = 1,39 X 100% = 0,36 %
3,83
Mulur pakan
xi
(xi-x)
3,3
0,5
4,7
0,9
3,4
0,4
3,8
0,6
SD = (xi-x)2 = (0,6)2 = 0,18
(n-1) (3-1)
CV = 0,18 X 100% = 0,047%
1.7 DISKUSI
Kekuatan tarik suatu kain adalah kemampuan minimum kain dalam menahan tarikan dari suatu beban yang maksimum. pada cara pengujian pita potong ini umumnya di pakai untuk kain yang berbahan tebal dan sukar untuk di tiras
Pada saat pengujian ini praktikan mengalami kesulitan sepeti alat yang tidak di kalibrasi terlebih dahulu sehingga terjadi kesalahan hasil pengujian
Kurang telitinya dalam membaca skala hasil pengujian sehingga hasil pengujian yang di dapat menjadi tidak akurat
1.8 KESIMPULAN
Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi (N) = 267,5 N
Pakan (N)=225,4 N
Rata – rata mulur lusi 50 %
Rata rata mulur pakan 50,6 %
Standar kofiensi kekuatan lusi 2,98%
Kofiensi variasi kekuatan lusi 0,10%
Standar kofiensi mulur lusi 1,39%
Standar deviasi mulur lusi 0,36
B .KEKUATAN TARIK PITA TIRAS
1.8 Alat dan Bahan
Dinamometer (Mesin Kekuatan Tarik) dengan spesifikasi :
Kecepatan Penarikan = 30 ± 1 cm / meter
Jenis = ayunan
Penggerak = motor/tangan
Waktu putus = 20 ± 3 detik setelah penarikan
Jarak jepit = 7,5 cm
Ukuran penjepit = 2,5 cm x 3,75 cm / lebih
Beban 50 Kg
Penggaris dan Gunting
Bahan
Kain contoh uji (3 x 20 cm) masing – masing 3 potong (pakan dan lusi).
Catatan : contoh uji ditiras semula lebar 3cm menjadi 2,5 cm.
1.9 Cara Uji
Contoh uji digunting dengan ukuran (3 x 20) cm, lalu tiras arah panjang kain, hingga lebar kain 2,5 cm. Besarnya tirasan di kedua pinggir hendaknya sama. Hasil tirasan tidak digunting.
Contoh uji,dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab (sebaiknya dilakukan).
Jarak jepit diatur sehingga 7,5 cm.Beban dipasang sesuai dengan contoh uji.
Skala mulur harus dinolkan.
Jarum skala kekuatan diatur pada titik nol.
Kain contoh uji dipasang pada penjepit. Pada saat pemasangan contoh uji, pada penjepit atas seluruh contoh uji boleh dipasangkan semuanya. Hal ini agar tidak terlalu berulangnya bongkar-pasang contoh uji pada penjepit. Pemasangan contoh uji yang sekaligus mengakibatkan mengecilnya kemungkinan contoh uji untuk selip dari penjepit atas. Namun demikian bila pemasangannya kurang teliti, yang terjadi malah sebaliknya.
Contoh uji bagian bawah dipasang pada penjepit bawah. Namun, pemberian tegangan awal hendaknya tidak melebihi batas toleransi. Adapun batas toleransinya yaitu sebesar 6 ons atau kira – kira 3 kg.
Motor dijalankan dengan menekan tombol penggerak motor ke atas.
Tombol penarik penjepit diputar bawah ke bawah. Pedal motor diinjak, maka penjepit bergerak ke bawah. Ketika mulur tepat pada saat putus, pedal motor dilepaskan.
Mengamati skala kekuatan dan mulur yang dihasilkan dari hasil pengujian. Pada saat putus kedudukan ayunan terletak diantara 9 – 45o terhadap garis tegak lurus.
Skala yang dibaca, yaitu skala bagian tengah, karena digunakan bebannya 100 kg.
Untuk mengembalikan penjepit bawah ke posisi semula, dengan cara memutar tombol penjepit bawah ke atas, dan pedal motor diinjak.
Pengujian dilakukan untuk 3 contoh uji. Masing – masing untuk arah lusi dan pakan.
Membaca kekuatan tarik dalam satuan kilogram (Kg) dan mulur dalam satuan centimeter (cm).
1.10 DATA
B.KEKUATAN TARIK CARA PITA TIRAS
Beban 100 kg
LUSI
KEKUATAN TARIK
MULUR
10,5 kg
4 cm
28 kg
5,4 cm
32 kg
4,2 cm
PAKAN
KEKUATAN TARIK
MULUR
24 kg
3,6 cm
20 kg
2,7 cm
22 kg
4,5 cm
1.11 PERHITUNGAN
Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (kg)
Rata – rata kekuatan tarik lusi dan pakan (N) = X kekuatan x 9,8 = ………….N
X mulur (cm) x 100 % = ……………%
Jarak jepit (cm)
Standar deviasi (SD) , kofiensi variasi (CV), kekuatan mulur lusi dan mulur pakan
1,11 HASIL
Rata-rata kekuatan tarik lusi dan pakan (kg)
Lusi
10,5 + 28 + 32 = 70,5 = 23,5 kg
3 3
Pakan
24 + 20 + 22 = 66 = 22 kg
3 3
Rata – rata kekuatan tarik lusi dan pakan (N)
Pakan = 23,5 x 9,8 N = 230,2 N
Lusi = 22x 9,8 = 215 ,6 N
Rata – rata mulur lusi dan pakan (%)
Lusi
4 + 5,4 + 4,2 = 13,6 = 4,53 %
3 3
Pakan
3,6 + 2,7 + 4,5 = 10,8 = 3,6
3 3
Mulur lusi
4,53 x 100 % = 60,4 %
7,5
Mulur pakan
3,6 x 100% = 48%
7,5
Standar deviasi
Kekuatan lusi
xi
(xi-x)
10,5
13
28
4,5
32
8,5
23,5
8,67
Standar deviasi = xi-x 2 = (8,67)2 = 6,13
(n-1) (3-1)
Kofiensi variasi = sd x 100 % = 6,13 x 100 % = 0,263 %
X 23,3
Kekuatan pakan
xi
(xi- x)
24
2
20
2
22
0
22
1,33
Standar deviasi = (xi-x)2 = (1,33)2 = 0,93
(n-1) (3-1)
Kofiensi variasi = sd x 100% = 0,93 x 100% = 0,042 %
x 22
kekuatan mulur lusi
Xi
(xi-x)
4
0,53
5,4
0,87
4,2
0,33
4,53
0,57
Standar deviasi = (xi-x)2 = (0,57)2 = 0,4
(n-1) (3-1)
Kofiensi variasi = sd x 100 % = 0,4 x 100 % = 0,88 %
X 4,53
Mulur pakan
Xi
(xi- x)
3,6
0
2,7
0,9
4,5
0,9
3,6
1,8
Standar deviasi = (xi-x)2 = (1,8)2 = 1,27%
(n-1) (3-1)
Kofiensi variasi = sd x 100 % = 1,27 x 100 % = 0,352%
X 3,6
1.12 DISKUSI
Kekuatan tarik cara pita tiras di gunakan untuk bahan yang tipis setra mudah di tiras
Hasil kekuatan tari kekkuatan tarik lusi ada yang lebih kecil dari pakan hal ini bias di sebabkan kurang telitelitian praktikan dalam membaca skala sehingga data yang di hasilkan berbeda
Pada saat praktikum kain yang ini uji lebih tebal sehingga memerkukan beban tambahan , beban tambahan yang di pakai 100 kg
Ketika saat menguji kain terjadi slip kain karena mesin tidak kuat menarik kain .
1.13 KESIMPULAN
Rata – rata kekuatan tarik lusi kg = 23,5 kg
Rata- rata kekuatan tarik pakan kg = 22 kg
Rata – rata kekuatan tarik lusi (N) = 230,2 N
Rata-rata kekuatan tarik pakan (N) = 215,6 N
Rata- rata mulur lusi dan pakan
Lusi 60,4 %
Pakan 48 %
Standar deviasi dan kofiensi variasi kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi
SD= 6,13
CV = 0,263 %
Pakan
SD =0,93
CV= 0,632 %
Standar deviasi dan koifiensi variasi mulur lusi dan pakan
Lusi
SD = 0,4
CV= 0,88%
Pakan
SD = 1,27
CV= 0,352 %
BAB 2
PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN
2.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatan sobek kain tenun dengan cara Trapesium, cara Lidah dan cara Elmendorf sesuai standar pengujian. Sedangkan tujuannya adalah mendapatkan hasil pengukuran kekuatan sobek kaindan dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
2.2 Teori Dasar
Pengujian kekuatan sobek adalah menguji daya tahan kain terhadap sobekan. Pengujian kekuatan sobek kain sangat penting untuk kain – kain militer seperti kain untuk kapal terbang, payung udara dan juga untuk kain sandang.
Pengujian kekuatan sobek dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
Sobekan Tunggal (dari contoh uji berbentuk sayap)
Sobekan Tunggal (dari contoh uji berbentuk celana panjang)
Pendulum balistik (Uji Trapesium untuk kain yang dilapisi/coating atau kain berlapis)
Pengujian cara trapezium ini meniru keadaanCara trapesium adalah kekuatan tarik kain yang telah diberi sobekan awal diantara dua penjepit yang membentuk bangun trapesium terhadap arah tarikan sedemikian rupa sehingga sobekan awal terletak ditengah diantara dua penjepit.
Cara Lidah/ Sobekan Ganda (dari contoh uji berbentuk lidah)
Kekuatan tarik kain cara lidah adalah kain yang telah digunting terlebihdahulu kearah lusi atau pakan; wale atau course, sehingga berbentuk sepertilidah dan ditarik pada kedua ujung sobekan.
Kekuatan sobek lusi adalah kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain sampai benang lusi putus. Kekuatan sobek pakan adalah kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain sampai benang pakan putus.
Pengujian dengan cara lidah tidak dapat dilakukan pada kain tidak seimbang. Kain dengan tetal lusi lebih besar dari tetal pakan, apabila disobek pada arah lusi, maka arah sobekan pada saat pengujian akan berubah kea rah pakan yang lebih lemah.
Cara Elmendorf/Pendulum
Kekuatan sobek cara Elmendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi sobekan awal dengan jarak yang telah ditentukan. Metoda pendulum balistik (Elmendorf) digunakan untuk penentuan gaya sobek kain. Metoda ini menetapkan gaya sobek yang diperlukan untuk meneruskan sobekan pada kain dengan panjang tertentu jika diberi gaya mendadak. Gaya sobek dikualifikasikan sebagai "menyobek lusi" atau " menyobek pakan" atau (benang lusi sobek) atau (benang pakan sobek). Uji ini khusus digunakan pada kain tenun, bisa juga nir tenun dengan batasan yang sama seperti kain tenun. Penting untuk pengujian bahan pekaian seperti kemeja, blus, kain lapis, dan kain militer (misalnya parasut).
Uji sobekan ini tidak cocok untuk kain rajut, kain tenun elastic, kain yang sangata an isotrop atau kain yang anyamannya memiliki jarak yang jika disobek arah sobekan akan berpindah kearah yang lain.
Prinsip Pengujian
B . Prinsip Pengujian Elmendorf
Gaya yang diperlukan untuk meneruskan sobekan pada kain ditentukan dengan mengukur kerja yang dilakukan dalam penyobekan kain dengan jarak yang ditentukan. Alat terdiri dari pendulum beserta penjepit yang satu garis dengan penjepit kedudukan tetap saat pendulum pada posisi dinaikkan, posisi awal dengan energi potensial maksimum.
Contoh uji dikencangkan dalam penjepit dan sobekan dimulai dengan memotong kain contoh uji di antara penjepit. Pendulum kemudian dilepaskan dan penjepit menyobek contoh uji seluruhnya saat penjepit bergerak dari penjepit kedudukan tetap. Gaya sobek tersebut diukur.
B. Prinsip Pengujian Lidah
Kekuatan tarik kain yang telah digunting terlebih dahulu kearah lusi atau pakan, sehingga berbentuk lidah dan ditarik kedua ujung sobekan. Kekuatan lusi adalah kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain sampai benang lusi putus. Kekuatan pakan adalah kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain sampai benang pakan putus.
C .Prinsip Pengujian Trapesium
Contoh uji diberi suatu garis sehingga membentuk trapesium sama kaki sehingga sisi yang tidak sejajar dijepit pada alat uji. Gaya diberikan untuk rnenyobek contoh uji yang telah diberi sobekan awal sepanjang 15 mm. Kekuatan sobek dapat dihitung dari diagram beban dan mulur.
Standar Pengujian
SNI ISO 13937-1(E)-2010. Tekstil- Kekuatan Sobek kain- Bagian 1 : Cara uji kekuatan sobek menggunakan metoda pendulum (Elmendorf)
SNI 0521-2008. Cara uji kekuatan sobek menggunakan metode lidah(tongue).
SNI 08-1269-1989. Kain Cara Uji Kekuatan Sobek (Cara Trapesium).
PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA ELEMENDOF
ALAT DAN BAHAN
KEKUATAN SOBEK KAIN ELMENDORF
Alat dan Bahan
Alat
Pendulum (Elemendorf) pengujian sobek dengan kapasitas alat 1600 gram, 3200 gram dan 6400 gram.
Gunting.
Bahan
Contoh uji: kain contoh uji sebanyak masing-masing 3 buah baik untuk arah pakan maupun arah lusi dengan ukuran sebagai berikut :
2.4 Cara Uji
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab (seharusnya dilakukan).
Memilih alat pendulum sedemikian rupa sehingga kekuatan sobek terbaca antara 20% – 80% dari skala maksimal.
Pendulum dinaikkan sampai kedudukan siap ayun kemudian penunjuk diatur sehingga berimpit dengan garis indek yang terdapat pada pendulum.
Contoh uji dipasang pada sepasang penjepit sedemikian rupa sehingga terletak di tengah-tengah dan tepi bawah contoh uji segaris dasar penjepit, kedua penjepit dirapatkan dengan memutar sekerup pengencang, sehingga tekanan pada kedua penjepit sama besar. Contoh uji terpasang bebas dengan dengan bagian atas diatur melengkung searah ayunan pendulum.
Melakukan sobekan awal dengan menekan batang pisau.
Penahan pendulum ditekan sampai pendulum berayun mencapai lintasan ayunan kemudian pendulum ditahan dengan tangan tanpa mengubah posisi jarum penunjuk.
Kekuatan sobek dapat dibaca pada skala dalam satuan persen.
Hasil pengujian diulang apabila: Contoh uji selip pada penjepit dan Sobekan menyimpang dari arah sobekan awal.
Hasil pengujian tidak berlaku jika conoh uji selip pada penjepit atau bila sobekan menyimpang dari arah sobekan awal lebih besar dari 6mm dan bila terjadi pengeretun pada contoh uji harus dicatat.
2.5 HASIL
Data
Kekuatan sobek lusi
Kekuatan sobek pakan
78,5°
70,2°
25°
40,7°
50°
30,9°
51,16°
47,2°
Beban 3200 gram
Perhitungan
rata- rata sobek lusi dan pakan (°)
lusi
78,5 + 25 + 50 = 153 = 51,16°
3 3
Pakan
70 ,2 + 40,7 + 30,9 = 141,8 = 47 °
3 3
rata rata sobek lusi dan pakan (gram)
lusi
51,16 x 3200 = 1637,12 gram
100
Pakan
47,2 x 3200 = 1510,4 gram
100
standar deviasi dan kofisiensi kekuatan sobek lusi dan pakan
xi
(xi-x)
78,5
27,34
25
26,16
50
1,16
51,16
18,22
SD = (xi-x)2 = (8,22)2 = 33,7 %
(n-1) (3-1)
CV = SD x 100 % = 33,7 x 100 = 65,87 %
X 51,16
xi
(xi-x)
70,2
23
40,7
6,5
30,9
16,9
47,2
15,26
SD = (xi-x)2 = (15,26)2 = 58,2 %
(n-1) (3-1)
CV = SD X 100 % = 58,2 X100 %= 123,30%
X 47,2
2.6 DISKUSI
Prinsip pengujian tahan sobek kain tenun dengan Elmendorf yaitu gaya impact rata-rata yang diperlukan untuk menyobek contoh uji yang telah diberi sobekan awal, diperoleh dengan mengukur kerja yang dilakukan dalam penyobekan pada jarak yang sudah ditentukan. Alat uji ini terdiri dari pendulum berbentuk sektor yang dilengkapi dengan penjepit pada pendulum harus satu garis dengan penjepit yang kedudukannya tetap. Kedudukan ini mempunyai energi potensial maksimum. Contoh uji dipasang pada kedua penjepit, kemudian diberi sobekan awal di antara kedua penjepit tersebut. Pendulum dibebaskan mengayun sehingga penjepit pada pendulum bergerak menyobek contoh uji
Pengujian kekekuatan sobek cara elemendorf ini di gunakan beban 3200 gramm karena kain yang di uji merupakan kain sedikit tebal sehingga data yang di hasilkan cukup besar
Kesalahan yang terjadi pada saat yang praktikan bisa saja praktikan kurang teletinya praktikan dalam membaca skala pada alat
Alat yang berkerja kurang baik
2.7 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian di dapat hasil sebagai berikut :
Rata rata sobek lusi , 1637,12 gram
Rata rata sobek pakan 1510,4 gram
Standar deviasi dan kofisiensi sobek lusi 33,7 dan 65,37 %
Standar deviasi dan kofisiensi sobek pakan 58,2 dan 123,30 %
B .KEKUATAN SOBEK KAIN LIDAH
2.8 Alat dan Bahan
Alat
Alat uji kekuatan tarik sistem laju mulur tetap yaitu Instron dengan beban sebesar 10 kg, jarak jepit 7,5 cm, kecepatan penarikan 30+(-/cm/menit).
Instron / alat kekuatan tarik sistem laju tarik tetap yang dilengkapi:
Dengan diagram pencatat skala.
Penjepit atas dan penjepit bawah (klem) ukuran 2,5cm x 7,5cm
Gunting, mistar, grafik dan pensil/pena.
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu dengan ukuran (7,5 x 20) cm.
2.9 Cara Uji
Memotong kain contoh uji dengan panjang 20 cm dan lebar 7,5 cm.
Memotong kain ke arah memanjang sepanjang 7,5 cm mulai dari tengah – tengah salah satu tepi yang pendek pada kain contoh uji.
Membuat 1 contoh uji ke arah lusi dan arah pakan.
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab (seharusnya dilakukan)
Mengatur kedudukan jarak jepit (7,5 cm).
Memilih beban yang sesuai dengan kekuatan kain yang akan diuji (10 kg).
Alat – alat pencatat pembebanan pada kertas grafik supaya pada kedudukan yang tepat.
Memasangkan contoh uji pada penjepit ataslalu penjepit bawah.
Mesin dijalankan. Data percobaan dilihat pada grafik.
2.10 HASIL
Rumus
rata – rata kekuatan sobek lusi pada grafik 5 titik puncak terendah (low )dan titik puncak tertinggi (high ) = xH – xL = kg
2
rata – rata kekuatan sobek pakan pada grafik 5 titik puncak terendah (low) dan titik puncak tertinggi (high) = xH – xL = kg
2
Standar deviasi dan kofiesiensi untuk masing masing kekuatan terendah dan tertinggi
Perhitungan
Rata – rata lusi tertinggi dan pakan terendah
tertinggi
3,4 + 3,3 + 3,2 +3,1 + 3 = 16 = 3,2 kg
5 5
terendah
2,5 + 2,4 + 2,4 + 2,4+ 23 = 12 = 2,4 kg
5 5
XH – Xl = 3,2 + 2,4= 5,6= 2,8 kg
2 2 2
rata rata kekekuatan tertinggi dan terendah lusi
terendah
4,6 + 4,1 + 3,8 +3,7 + 3,6 = 19,8 = 3,96 kg
5 5
2,9+ 3+3,1 + 3,2 + 3,2 = 15,4 = 3,15 kg
5 5
XH – Xl = 3,96 + 3,13 = 7,06 = 3,5
2 2 2
Standar defiansi dan kofisiensi variasi 5 puncak tertinggi dan terendah lusi dan pakan
Tertinggi lusi
xi
(xi-x)
4,1
0,14
3,8
0,16
3,7
0,26
3,6
0,36
4,6
0,64
3,96
0,312
SD (xi-x)2 = (0,312)2 = 0,024
(n-1) (5-1)
CV = SD X 100 % = 0,024 X 100 = 0,60 %
X 3,13
Terendah lusi
xi
(xi-x)
2,4
0,23
3
0,13
3,1
0,03
3,2
0,07
3,2
0,07
3,13
0,106
SD =xi-x= (0,106)2 = 0,002%
(n-1) (5-1)
CV = SD X 100 % = 0,002 X 100 % = 0,063%
X 3,13
Pakan tertinggi
xi
xi-x
3,4
0,2
3,3
0,1
3,2
0
3,1
0,1
3
0.2
3.2
0,12
SD = (xi-x )2 = (0,12)2 = 0,0036%
(n-1) (5-1)
CV = SD X 100 % = 0,0036 X 100% = 0,1125%
X 3,2
Pakan terendah
xi
xi-x
2,5
0,1
2,4
0
2,4
0
2,4
0
2,3
0,2
2,4
0,3
SD =(xi-x)2 = 0,122 = 0,022 %
(n-1) 2,4
CV = SD X 100 % = 0,022 X 100 % = 0,91
X 0,24
2,11 DISKUSI
Pengujian dilakukan dengan standar pengujian cara uji kekuatan sobek cara lidahPengujian ini dilakukan pada kain yang tidak seimbang baik itu arah lusi dan pakan yang berbeda jenis seratnya atau misalnya kain yang coating yang tidak dapaPenjepitan contoh uji pada penjepit atas maupun bawah, harus benar – benar kuat. Sebab bila terjadi penarikan, bila penjepitan kurang kuat, akan menyebabkan kekuatan sobek contoh uji akan lebih besar dari yang semestinya.Kedudukan alat pencatat, harus tepat pada grafik skalanya. Hal ini untuk menghindari terbentuknya kesalahan grafik yang disebabkan oleh labilnya pencatat skalat dilakukan dengan cara elmendorf.
2.12 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kekuatan sobek cara lidah di dapat hasil sebagai berikut
Rata – rata puncak tertingi dan terendah lusi sebesar 2,8 kg
Rata – rata puncak tertinggi dan terendah pakan sebesar 3,54 kg
Standar deviasi dan kofisiensi puncak tertinggi dan terendah lusi sebesar 0,024 % dan 0,60 % untuk tertinggi, dan terendah sebesar 0,0002 % dan 0,063%
Standar deviasi dan kofisiensi puncak tertinggi dan terendah pakan sebesar 0,0036% dan 0,1125 % untuk tertinggi, dan terendah sebesar 0,022% dan 0,91
C . KEKUATAN SOBEK KAIN TRAPESIUM
2.12 Alat dan Bahan
Alat
Alat Uji Tarik Sistem Laju Mulur Tetap (Instron)
Penjepit bawah.
Penjepit atas yang bisa bergerak keatas atau kebawah.
Beban yang digunakan = 20 kg
Kertas grafik kekuatan.
Jarak jepit 2,5 cm.
Kecepatan penarikan = 30 ± 1cm/menit
Ukuran klem 7,5 cm x 2,5 cm
Gunting, kertas grafik, pena/tinta.
Bahan
Contoh Uji: kain uji sebanyak 1 buah untuk arah lusi dan 1 buah untuk arah pakan dengan bentuk dan ukuran 7,5 cm x 15 cm.
2.13 Cara Uji
Kain dipotong dengan ukuran panjang 15 cm dan lebar 7,5 cm.
Menggambar bentuk trapesium sama kaki dengan tinggi 7,5 cm dan panjang garis sejajar 10 cm dan 2,5 cm pada kain contoh uji tersebut.
Memotong sepanjang 0,5-1 cm ditengah-tengah garis 2,5 cm dan tegak lurus pada garis sejajar.
Jumlah contoh uji 1 contoh uji untuk pengujian ke arah lusi dan pakan.
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab (seharusnya dilakukan).
Mengatur kedudukan dan jarak titik penjepit supaya 2,5 cm.
Memeriksa kedudukan alat-alat yang lain.
Beban yang dipergunakan sekitar 20 kg.
Memeriksa alat-alat pencatat pembebanan pada kertas grafik supaya kedudukannya tepat.
Kecepatan penarikan 30 cm/menit.
Menjepit contoh uji sepanjang garis yang tidak sejajar dari trapesium, sehingga potongan terdapat di tengah-tengah antara kedua penjepit dan tepi yang pendek tegang sedangkan yang panjang dibiarkan terlipat.
Menarik contoh uji sampai contoh uji sobek.
Mengamati kekuatan pada skala baca atau pada kertas grafik.
Jumlah pengujian masing-masing 1 kali untuk lusi dan pakan. Dari 1 contoh uji didapatkan suatu grafik, dari grafik tersebut dibuat menjadi beberapa bagian. Untuk pengujian kali ini hanya dilihat 5 bagian saja. Masing – masing bagian tersebut diambil skala tertinggi dan terendahnya. Dalam pengambilan skala terendah, bukan dilihat dari lembah grafik, tetapi tetap dari pincak grafik yang terpendek / terendah.
2.13 HASIL
Cara perhitungannya sama seperti cara pengujian uji sobek cara lidah
Perhitungan
Rata-rata puncak tertinggi dan terendah
pakan :
X = XH+XL = 3.16+2.4 = 2.79 Kg
2 2
Lusi :
XH+XL = 9.24+5.67 = 6.08 Kg
2 2
Pakan
Standar deviasi uji sobek Trapesium.
X1
X1 – X
3,5
1
3,5
1
3,3
0,75
3
0,83
2,5
0
X= 2,5
X=0,71
Sd x1-x² = (0.71)² = 0.12
(n-1) (5-1)
cv = Sd x 100% = 0.12 x 100%
X 2,5
= 0,048%
= 48%
X1
(X1 – X)
1,8
0,18
1,8
0,18
1,9
0,28
2,1
0,48
2,4
0,78
=1,62
0,38
Sd x1-x² = (0,38)² = 0,036%
(n-1) (5-1)
cv = Sd x 100% = 0,036 x 100% = 2,2%
X 1,62
Lusi
10
0,76
8,2
1,04
9,5
0,26
9,5
0,26
9
0,24
=9,24
=0,51
Sd x1-x² = (0.51)² = 0,065%%
(n-1) (5-1)
cv = Sd x 100% = 0,065 x 100% = 0.70%
X 9.24
Terendah
3,4
1,97
4,4
1,47
4,5
1,37
4,9
0,97
5,8
0,07
=5,87
1,17
Sd x1-x² = (1,17)² = 0,342%
(n-1) (5-1)
cv = Sd x 100% = 0,342 x 100% = 5.41%
X 5.87
2.14 DISKUSI
Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan beban maksimum yang mengenai kain tersebut.
Factor yang mempengaruhi alat pada saat pengujian adalah terjadi slip pada saat proses penarikan di sebabkan penjepit yang tidak kencang pada proses pemasangankain pada penjepit mesin .
Kesalahan Pemasangan pencatatan skala pada kertas grafik akan berpengaruh pada hasil yang di dapat pada proses pengujian . pada proses pengujian kain slip di karenakan penjepit yang sudah longar sehingga kain tidak tertatik secara maksimal
2.15 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kekuatan sobek cara lidah di dapat hasil sebagai berikut
Rata – rata puncak tertingi dan terendah lusi sebesar 6,08 kg
Rata – rata puncak tertinggi dan terendah pakan sebesar 2,78kg
Standar deviasi dan kofisiensi puncak tertinggi dan terendah lusi sebesar 0,065% dan 0,70 % untuk tertinggi, dan terendah sebesar 0,342 % dan 5,41%
Standar deviasi dan kofisiensi puncak tertinggi dan terendah pakan sebesar 0,12% dan 4,8 % untuk tertinggi, dan terendah sebesar 0,036 dan 2,2%
BAB 3
PENGUJIAN KEKUATAN GOSOKAN
3.1. Maksud dan Tujuan
Maksud : Melakukan pengujian ketahanan gosok yaitu kemampuan kain untuk menerima sejumlah gosokan.
Tujuan :
Mengetahui besarnya penambahan tebal dan pengurangan berat yang terjadi pada contoh uji akibat adanya gosokan terhadap contoh uji tersebut.
Melakukan pengujian ketahanan gosok pada kain sesuai dengan standar.
Mengidentifikasi kain yang diuji dilihat dari sifat ketahanan gosoknya.
3.2 Teori Dasar.
Keawetan kain (serviceability) adalah lamanya suatu kain bisa dipakai sampai tidak bisa dipakai lagi karena suatu sifat penting telah rusak. Keawetan tergantung dari lamanya dipakai atau jumlah kali pakai. Sedangkan keusangan (wear) adalah jumlah kerusakan kain karena serat-seratnya putus atau lepas. Dalam hal tertentu, keawetan dan keusangan sama, tapi dalam hal lain berbeda. Keusangan juga merupakan suatu mutu kain yang tidak diuji sebab kondisi-kondisi sangat bervariasi disamping tidak dapat diketahui secara kuantitatif pengaruh macam-macam faktor terhadap keusangan.
Pilling kain adalah istilah yang diberikan untuk cacat permukaan kain karena adnaya "pills", yaitu gundukan serat-serat yang mengelompok di permukaan kain yang menyebabkan tidak baik dilihat. Pills akan terbentuk ketika dipakai atau dicuci, karena kekusutan serat-serat lepas yang menonjol di permukaan kain akibat gosokan. Pilling akan lebih parah pada serat buatan.
sederhana terhadap mutu kain. Mengenai ketahanan kain kain terhadap kombinasi antara tekanan dan pemotongan serat, hasilnya masih harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pengujian lain. Jadi pengujian gosok tidak hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi keusangan dan keawetan
Gosokan yang mungkin terjadi pada kain :
Gosokan yang terjadi antara kain dengan kain.
Gosokan yang terjadi antara kain dengan benda lain.
Gosokan yang terjadi antara serat dan kotoran pada kain yang menyebabkan putusnya serat.
Akibat adanya gosokan tersebut maka akan menimbulkan keausan pada kain, terutama akibat dari gosokan antara kain dengan benda lain.
Gosokan dapat terjadi oleh karena friksi antara kain dan kain misalnya gosokan antara lengan dan jas, friksi antara kain dengan benda lain misalnya pada bagian lutut celana, dan friksi antara serat dan kotoran kain, menyebabkan putusnya serat. Pengujian gosok hanyalah merupakan pengujian yang
Pengujian ketahanan gosok dengan Martindale Abration Tester banyak dilakukan terutama untuk kain-kain jok. Kain contoh uji yang akan diuji dilapisi oleh busa poliuretan kemudian digosok sampai diperkirakan 2 benang putus. Abradant (penggosok) yang digunakan yaitu kain standar dari wol. Kemudian dihitung pengurangan beratnya, dan persentasenya terhadap berat awal.
Gerakan gosokan pada waktu pengujian ini berputar berbagai arah dan contoh uji bebas bergerak.
J.E. Booth Menggolongkan gosokan sebagai berikut:
Gosokan datar (Plan or Flat abrasion), yaitu penggosokan pada permukaan datar dari contoh.
Gosokan pinggir (Edge Abrasion), misalnya gosokan yang terjadi pada leher dan lipatan kain.
Gosokan Tekuk (Flex Abrasion), dimana gosokan disertai dengan tekukan dan lengkungan.
Pembagian tersebut adalah pembagian secara kasar saja, sebab sesungguhnya dijumpai pula macam gosokan campuran yang rumit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengujian yaitu pemilihan cara yang mungkin juga ditentukan oleh alat yang tersedia, ketelitian dan sebagainya. Dimana faktor-faktor yang penting adalah sebagai berikut:
Keadaan Contoh, jika tidak ditentukan lain contah kain harus dikondisikan dalam ruang standar atmosfir.
Pemilihan alat, tergantung pada karakter pengujian yang diperlukan, apakah menggunakan gosokan datar, tekanan dan lain-lain.
Karakter gerakan, apakah arah gerakan bolak-balik, maju saja, memuatar atau macam-macam gerakan.
Arah gosokan, dalam banyak hal gosokan dibedakan gosokan kearah lusi dan kearah pakan. Tetapi bisa saja gosokan membentuk sudut terhadap arah lusi dan pakan.
Pemilihan bahan penggosok
Pelapis contoh
Kebersihan contoh dan alat
Tegangan pada contoh
Tekanan antara penggosok dan contoh
Beberapa cara untuk menilai kerusakan akibat gosokan :
Kenampakan terhadap contoh yang tidak tergosok.
Jumlah gosokan sampai kain berlobang, benang putus atau contoh putus.
Kehilangan berat setelah gosokan.
Perubahan tebal kain.
Kehilangan kekuatan kain.
Perubahan sifat-sifat lain misalnya daya tembus udara, kilau, dll.
Pengujian mikroskopis mengenai kerusakan benang atau serat pada kain.
3.3 Prinsip Pengujian
Alat uji gosok Martindale akan menggosok contoh uji dengan beban tertentu menggunakan media penggosok (kain standar) mengikuti suatu gerakan yang membentuk gambar Lissajous. Alat penjepit contoh uji dapat dipasangi contoh uji atau kain penggosok bergantung pada metoda mana yang digunakan (SNI ISO 12947 bagian 2, 3 dan 4) yang dapat berputar bebas pada porosnya yang tegak lurus terhadap suatu bidang horisontal. Contoh uji kemudian digosok sesuai dengan jumlah gosokan yang telah ditentukan. Banyaknya gosokan tiap selang pemeriksaan bergantung pada jenis produk dan metoda pengujian.
IV. Standar Pengujian
SNI ISO 12947-1:2010. Tekstil-Cara uji tahan gosok kain dengan metoda martindale-Bagian 1 :Alat uji gosok Martindale.
3.4 Alat dan Bahan
Alat
Martindale wear and abrasion tester, yang dilengkapi dengan :
Beban penekan 9 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat 150 g/m2) dan 12 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat 151-300 g/m2).
Alat stop motion setelah ditentukan jumlah gosokannya.
Neraca analitik, jenis pengujian ini akan menyebabkan terjadinya perubahan berat. Oleh karena itu, jenis timbangan/neraca yang digunakan harus mempunyai ketelitian yang relatif tinggi.
Thickness gauge, alat pengukur ketebalan kain ini dilengkapi dengan peralatan:
Landasan, tempat kain contoh uji yang akan diukur tebalnya.
Dasar penekan, untuk menekan kain contoh uji.
Skala (dial) untuk mengetahui tebal kain contoh uji.
Jarum penunjuk skala.
Beban.
Gunting
Kain penggosok standar (kain wol atau kanvas)
Pelapis contoh uji busa poliuretan.
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu kain dengan diameter 4 cm sebanyak 2 contoh uji
3.4 Cara Uji
Contoh uji yang telah berbentuk bulatan dengan diameter 4 cm, dikondisikan dalam ruangan standar. Untuk mencapai kelembaban standar suatu kain minimal membutuhkan waktu ± 4 jam. Namun karena keterbatasan waktu, contoh uji dikondisikan beberapa menit saja, tetapi pada waktu penyimpanan contoh uji diluar ruangan standar, contoh uji tidak gampang terkena debu atau kotoran lainnya serta tidak dalam posisi terlipat.
Menimbang berat contoh uji tersebut dengan menggunakan neraca analitik. Dan untuk mengukur ketebalannya, digunakan thickness gauge.
Memasang contoh uji pada martindel abrasion tester. Pada peralatan tersebut distel agar setelah 500 kali putaran alat tersebut berhenti berputar. Alat ini merupakan jenis alat dengan gosokan datar, yang karakter gerakannnya berputar.
Setelah 500 kali putaran, alat akan berhenti. Maka contoh uji dilepaskan darinya, kemudian contoh uji ditimbang dan diukur kembali tebalnya.
Melakukan pengujian untuk 2 contoh uji.
3.5 HASIL
Sample
Berat awal
Berat akhir
Tebal awal
Tebal akhir
1
0,018 g
0,167 g
0,20
0,21,5
2
0,025 g
0,162 g
0,21
0,20,5
Rata- rata
0,134 g
0,1645 g
0,205
0,21
Menggunakan beban 9 kpa
Dengan 500 x gosokan
Perhitungan
Presentase pengurangan berat = x berat awal – berat akhir x 100 %
X berat awal
= 0,134 – 0,1645 x 100 % = 1,093%
0,135
Presentase pengurangan ketebalan = x tebalawal – tebal akhir x 100 %
Xtebal awal
= 0,205 – 0,21 x 100 % = 3,73%
0,134
Presentase pengurangan ketebalan = x tebalawal – tebal akhir x 100 %
X berat awal
= 0,205 – 0,21 x 100 % =2,43%
0,205
DISKUSI
Kekuatan gosok kain di gunakan untuk mengetahui keawetan kain ketika mengalami gosokan , biasanya di gunakan untuk kain karpet
Kekuatan gosok juga bias menentukan mutu kain tersebut
Pengujian kekuatan gosok kain menggunakan alat martindale wear and abrasion tester Ada beberapa cara untuk menilai kerusakan akibat gosokan, diantaranya adalah kehilangan berat setelah penggosokan dan perubahan tebal kain. Dari hasil pengujian tebal berat menjadi bertambah dan berat kain berkurang
Factor factor yang mempegaruhi pada hasil pengujian adalah kundisi suhu ruangan yang tidak standar atau tidak stabil akan mempegaruhi hasil akhir pengujian yang tidak berstandar
3.5 KESIMPULAN
Presentase pengurangan berat kain yang di gosok sebesar 1,093 %
Presentase pengurangan kebalan kain yang di gosok sebesar 3,73 %
Presentase pertambahan ketebalan kain kain yang di gosok sebesar 2,43%
BAB 4
PENGUJIAN KEKUATAN JEBOL (KHUSUS RAJUT)
4.1 Maksud dan Tujuan
Maksud : Menguji Ketahanan jebol kain rajut dengan alat Bursting Strength Tester sesuai dengan standar pengujian.
Tujuan : Menghitung harga ketahanan jebol kain rajut dan dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
4.2 Teori Dasar
Pengujian tahan jebol atau tahan pecah dilakukan terhadap beberapa jenis kain yang memperhatikan ketahanan pecah. Selain itu diperlukan pula untuk pengujian tahan pecah kertas.
Kain rajut adalah kain yang dibentuk dengan cara membentuk jeratan dengan alat yang terdiri dari jarum-jarum rajut. Pada dasarnya kain rajut terdiri dari :
Kain rajut pakan.
Kain rajut lusi
Kain rajut lusi / pakan
Kekuatan jebol adalah tekanan maksimum yang diperlukan untuk menjebol kain rajut dan dinyatakan dengan Kpa atau Kg/cm2.
Pengujian kekuatan tahan jebol dikenal dengan dua cara, yaitu :
Pengujian dengan penarikan tetap dengan bola penekan
Dilakukan dengan penarikan tetap dengan bola penekan.Pengujian ini dilakukan dengan tipe pendulum yang dilengkapi dengan bola baja yang mendorong contoh penjepit yang berbentuk cincin untuk menegengkan contoh uji.
Peralatan ini terpasang pada alat pendulum sedemikiam rupa sehingga pada saat jalan bola akan mendorong kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk memecahkan/menjebol kain oleh bola menunjukan kekuatan peca/jebol suatu contoh uji. Pada praktikum yang dilakukan pada mesin bursting tester, pengujian dilakukan pada 4 tempat yang berbeda dengan cara menjepitkan contoh uji pada alat tersebut, sampai contoh uji tersebut mengalami jebol atau pecah.
Ä Pengujian dengan diagfragma
Alat uji kekuatan jebol yang dilengkapi dengan diagframa dari karet dan penunjuk tekanan dalam satuan Kg/cm.Alat ini memberikan tekanan pada kain rajut sampai kain rajut tersebut jebol atau berlubang.Pada alat ini kain contoh dijepit penjepit. Sedang sebagai pengganti bola baja dipergunakan diagfragma yang terbuat dari karet, yang ditekan oleh cairan yang digerakkan oleh pompa, sehingga karet akan mendorong kain sampai pecah. Besarnya tekanan yang terjadi diukur dengan pengukur tekanan tabung bourdon. Kapasitas alat ini relative kecil.
3 Cara Uji
Mengondisikan kain rajut contoh uji.
Menekan tombol "ON" pada alat
Mengatur posisi jarum agar berada pada skala nol.
Menjepit contoh uji dengan kuat oleh cincin.
Menaikkan tekanan terhadap karet diafragma dengan cara memutar tombol "oil" sesuai dengan arah anak panah, tunggu hingga kain contoh uji jebol / pecah kemudian tekanan dihilangkan.
Kekuatan jebol kain rajut dapat dibaca pada skala yang ditunjukkan oleh jarum (berwarna merah) dalam satuan kg/cm2.
Percobaan dilakukan 4 kali di tempat yang berbeda
4.6 HASIL
KAIN
Kg/cm2
1
9
2
8.5
3
9
4
7
Rata – rata = 9 + 8,5 + 9 + 7 = 8,37 kg/cm2
4
Xi
(xi - x )
9
0,63
8,5
0,13
9
0,63
7
1,37
8,37
2,76
SD = xi-x = (2,76)2 = 2,53 %
(n-1) (4-1)
Cv = 2,53 x 100% = 30,22%
8,37
4.4 DISKUSI
Uji jebol di lakukan untuk menguji kekekuatan kain rajut Kekuatan jebol merupakan tekanan yang diperoleh dengan mengurangi tekanan diafragma dari tekanan jebol rata-rata,tekanan diafragma merupakan tekanan yang diberikan,tanpa contoh uji,untuk menggebungkanya pada penggembungan rata-rata dari contoh uji.
maka tahan jebol kain menjadi lebih besar dari yang semestinya, begitu sebaliknya. Jadi penarikan kain ketika dipasang pada cincin penjepit akan menentukan hasil pengujian dan koefisien variasi-nya
4.5 KESIMPULAN
Rata – rata jebol kain rajut sebesar 8,37 kg/cm2
Standar defiasi dan kofisiensi sebesar 2,53 % dan 30,22%
BAB 5
PENGUJIAN KEKAKUAN
5.1 Maksud dan Tujuan
Maksud : Menguji kekakuan kain pada kain contoh uji dengan mengunakan "Shirley" Stiffness Tester.
Tujuan :Menghitung harga kekakuan kain pada sebuah kain contoh uji yang terdiri dari kekakuan lusi, kekakuan pakan dan kekakuan total dan dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
5.2 Teori Dasar
Sifat- sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti kekuatan tarik kain, mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan sebagainya. Tetapi ada beberapa sifat kain yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka seperti kenampakan, kehalusan atau kekasaran, kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik atau yang jelek. Sifat-sifat kain diatas diperlukan dalam pemilihan kain.
Dalam pemilihan kain ada beberapa hal dilakukan seperti memegang, mencoba, kemudian menentukan mana yang sesuai dengan penggunaanya. Dengan memegang dan merasakan kain sebenarnya telah dinilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif. Menurut Pierce apabila pegangan kain ditentukan, maka mencakup rasa kaku atau lembek, keras atau lunak, dan kasar atau halus.
Untuk menetukan besarnya kekakuan dan drape ternayata terdapat beberapa kesulitan. Penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang bisa mengatasi kesulitan dalam penentuan pegangan dan drape. Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan :
Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape, dan desain instrumen yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara individu.
Menentukan teknik staistik untuk menetukan kesimpulan hubungan antara hasil-hasil pengujian yang dinilai secara individu dan secara grup oleh tim penilai.
Pengalaman menunjukan bahwa kesimpulan dari Pierce adalah dalam sasaran bahwa kekakuan merupakan kunci dalam mempelajari pegangan dan drape.
Kekakuan pada kain merupakan salah satu sifat dari kain yang susah ditentukan dalam angka pada suatu pengujian. Dan definisi tentang kekakuan ada beberapa macam, yaitu :
a. Kekakuan lentur (flexual rigidity) ialah besarnya momen pada ujung kain dengan lebar kain tertentu membentuk lengkungan tertentu. Dasar kekakuan lentur dinyatakan dalam mg cm. Kekakuan lentur berhubungan dengan rasa pegangan. Kain dengan kekakuan lentur tinggi cenderung mempunyai rasa pegangan kaku.
b. Panjang lengkung (bending length) ialah panjang kain damal cm membentuk lengkungan sampai mencapai sudut 7,1o. Untuk mendapatkan ketelitian yang baik maka dalam pelaksanaan pengujian panjang lengkungan dihitung setelah panjang kain membentuk lengkungan pada 41,5o.
c. Kekakuan lentur lusi atau panjang lengkung lusi ialah lenturan atau lengkungan yang hanya disebabkan benang lusi.
d. Kekakuan lentur pakan atau panjang lengkung pakan ialah lenturan atau lengkungan yang hanya disebabkan benang pakan.
5.4 HASIL
Kekakuan kain
Lusi
2.5 cm
2.5 cm
2.7cm
2.8 cm
2.8 cm
2,6 cm
2.6 cm
2.14 cm
2,10 cm
2.9 cm
2,75 cm
2,85 cm
X = 10,8 cm
X = 10,19
X = 10.35
Pakan
2 cm
2,85 cm
2,9 cm
2,2 cm
2,9 cm
2,85 cm
2 cm
2,95 cm
2,1 cm
2 cm
2,95 cm
2 cm
X = 8,4
X = 11,5
9,25 cm
Rata – rata lusi = 10,8 + 10 ,19 + 10,35 = 2,6116 cms
12
Rata – rata pakan = 8,4 + 11,5 + 9,85 = 2,47 cms
12
W = berat gramasi
Kelasaian lentur lusi
GL = 0,1 X W X CL3
= 0,1 X 174 X 2,61 3= 309,36 mg/cm
GP = 0,1 X W X CP3
= 0,1 X 174 X 2,47 3
=262,20 mg /cm2
GT = GL X GT
= 309,36 X 262,20
= 284,80 mg/ cm
Bending modulus
Q =12.GT X 10 -6
G3
= 12X 284,80 X 0,00001
0,02066
= 1,654 Kg / cm2
5.5 DISKUSI
Dalam pengujian ini diuji 4 kali yaitu pada bagian depan, belakang, atas dan bawah kain. Hasil tersebut dirata-ratakan untuk hasil pengukurannya. Kekakuan yang baik ditunjukkan apabila kekakuannya lebih relatif kecil. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh penyusun seratnya serta konstruksi kain yang digunakan. Selain itu kain pun dapat dibuat menjadi kaku agar lebih mudah rapi dengan penyempurnaan tertentu. Agar hasil lebih akurat dan tepat, kain harus dalam keadaan rapi tak ada lipatan sehingga perlu disetrika terlebih dahulu.
5.6 KESIMPULAN
Rata – rata lusi 2,6116 cms
Rata rata pakan 2,47 cms
Kekakuan lentur lusi 309,36 mg/cm
Kekakuan lentur pakan 262,20 mg /cm2
Kekakuan total 284,80 mg/ cm
Bending modulus 1,654 Kg / cm2
g = tebal kain dalam cm 0,00206 cm
BAB 6
PENGUJIAN KAIN KEMBALI DARI LIPATAN (TAHAN KUSUT)
6.1 Maksud dan Tujuan
Menguji kemampuan kain untuk kembali kebentuk semula setelah mengalami tekukan yang diuji dengan Shirley Crease Recovery Tester.
Dapat melakukan pengujian untuk mengetahui kemampuan kain untuk kembali dari sudut kusut.
Dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan sifat kemampuan kembali dari sudut kusutnya.
6.2 Teori Dasar
Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha untuk memperbaiki kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses penyempurnaan. Wol merupakan serat yang elastisitasnya sangat baik, sehingga mudah pulih dari kekusutan. Sifat ini menjadi dasar untuk mengukur sudut kembali dari kekusutan. Oleh karena itu, tahan kusut kain dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat penyusun kain dan stabilitas dimensi kain.Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya baik maka sifatnya akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang stabilitasnya jelek. Kemampuan kembali kain dari kekusutan adalah sifat dari kain yang memungkinkannya untuk kembali dari lipatan.
Ada dua istilah yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu ketahanan terhadap kekusutan dan kembali dari kekusutan. Kalau suatu barang tekstil jelek crease resistencenya, maka jelek pula crease recovery-nya,atau dengan kata lain kain tersebut mudah kusut. Masalah ini penting karena menyangkut juga kenampakan / keindahan suatu kain.
Pengujian tahan kusut biasanya dilakukan untuk bahan pakaian selain uji kekakuan, kenampakkan, kilau, kehalusan, kekasaran dan mutu drapernya juga. Sifat-sifat yang disebutkan tadi merupakan sifat yang cukup penting untuk suatu pakaian ditinjau dari segi kenyamanan tujuan akhir pemakai.
Pemilihan bahan tekstil (kain) pada perdagangan secara umum dilakukan dengan memegang dan mencoba memakai kainnya, dan dengan memegang kain tersebut sebenarnya sedang menilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif berdasarkan kepekaan tangan si pemegang. Karena kerelatifannya tersebut maka diciptakan sutau standar pengukuran termasuk dalam hal kekakuan kain dan tahan kusut kain.
Terdapat dua cara pengukuran ketahanan kusut yaitu :
Pengujian total
Pengujian dengan alat Shirley Crease Recovery Tester.
Prinsip kedua cara uji itu sama yaitu dengan menindih contoh uji dengan suatu beban tertentu selama waktu tertentu pula sehingga dihasilkan lipatan (dianggap sebagai kusut) kemudian beban dilepaskan sehingga contoh uji membentuk huruf (V) dan diukur berapa besar pemulihannya. Untuk cara total ynag diukur adalah jarak antara kedua ujung (V), sedangkan dengan alat Shirley yang diukur adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh pita (V). Yang dipakai dalam praktikum ini adalah dengan alat Shirley Crease Recovery Tester.
Ketentuan dari sudut kusut :
Sudut kusut Keterangan
x > 135 0 Baik sekali
125–1350 Baik
115–1250 Cukup
x <1150 Kurang
6.3 Alat dan Bahan
Alat
Crease recovery Tester yang dilengkapi dengan :
Beban penekan 500 gram (AATCC) dan 800 gram (Shirley), yang digunakan AATCC.
Busur derajat pengukur sudut kembali dari lipatan.
Lempeng pemegang contoh uji
Jarum penunjuk skala.
Gunting, pinset dan mistar.
Bahan
Kain contoh uji ukuran (1,5 x 4) cm kearah pakan dan arah lusi maisng-masing 4 buah.
6.4 Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab (seharusnya dilakukan).
Pemegang contoh pegang ditangan kiri, contoh uji diletakkan dengan menggunakan penjepit, ujung yang bebas dilipat ke belakang dan dijepit dengan ibu jari.
Plastik penekan dibuka dengan tangan kanan, kemudian pemegang contoh dan contoh uji dimasukkan ke dalam plastic penekan.
Penekan bersama-sama pemegang contoh secara perlahan-lahan diberi beban seberat 500 g dan diamkan selama 5 menit.
Setelah 5 menit pemberat diambil dan pemegang bersama penekan diangkat, kemudian pemegang contoh dimasukkanpada penjepit yang terpasang pada permukaan piringan penguji, plastic penekan segera dilepas.
Lipatan harus tepat pada titik tengah piringan, dan bagian contoh uji yang tergantung diatur agar segaris dengan garis penunjuk vertical. Diamkan selama 5 menit.
Setelah 5 menit contoh uji yang tergantung diatur kembali agar segaris dengan garis penunjuk vertical, dan baca sudut kembali sampai derajat terdekat dari busur derajat.
Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang kain contoh uji yang berbeda.
6.5 HASIL
LUSI
MUKA
BELAKANG
130°
130°
140°
138°
PAKAN
MUKA
PAKAN
140°
145°
140°
137°
Perhitungan :
Harga rata-rata sudut kembali sari lipatan arah muka dan arah belakang masing-masing untuk arah lusi dan arah pakan.
Apabila harga rata-rata sudut kembali dari lipatan bagian arah muka dan belakang kurang dari 15o maka hasilnya dapat dirata-ratakan dan bila lebih dari itu maka dilaporkan masing-masing.
Tahan kusut lusi
Muka
130 + 140 = 135 °
2
Belakang
130 + 138 = 134°
2
Tahan kusut pakan
muka
140 + 140 = 140°
2
Belakang
145 + 131 = 141°
2
Sudut kembali lusi 130 + 140 + 130 + 138 = 269°
2
Sudut kembali pakan 140 + 140 + 145 + 137 = 281°
2
6.7 DISKUSI
faktor yang mempengaruhi sifat ketahanan kusut pada suatu kain, antara lain adalah sifat serat yang digunakan pada pembuatan kain tersebut. Sifat serat akan berpengaruh terhadap kain yang dihasilkannya. Pada kain-kain yang mempunyai ketahanan kusut yang jelek dapat diperbaiki dengan melakukan proses penyempurnaan anti kusut pada kain, sehingga kain yang telah mengalami proses penyempurnaan anti kusut akan mempunyai ketahanan kusut yang baik.
6.8 KESIMPULAN
Tahan kusut lusi muka dan belakang 135 ° dan 134°
Tahan kusut pakan muka dan belakang 140° dan 141°
Rata – rata sudut kembali lusi sebesar 269°
Rata – rata sudut kembali pakan sebesar 281°
BAB 7
DEKOMPOSI KAIN
7.1 Maksud dan Tujuan
Melakukan penimbangan dan perhitungan tetal kain contoh uji, untuk menghitung nomor benang dari kain dan mengkeret benang dari kain sehingga dapat mengetahui berat kain per meter persegi.
7.2 Teori Dasar
Anyaman kain tenun
Anyaman kain tenun adalah silangan antara benang lusi dengan benang pakan sehingga terbentuk kain tenun. Benang lusi adalah benang yang sejajar dengan panjang kain tenun biasanya digambarkan kearah vertical, sedangkan benang pakan adalah benang yang sejajar dengan lebar kain dan biasanya digambarkan kea rah horizontal.
Nomor benang
Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan dalam satuan berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat tertentu.
Penomoran benang dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
Penomoran langsung ; penomoranyang berdasarkan pada berat benang setiap panjang
Penomoran tidak langsung ; penomoran benang berdasarkan pada panjang benang setiap berat tertentu. Contoh : penomoran cara inggris (Ne1), penomoran cara metric (Nm).
Tetal Benang
Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang setiap satuan panjang tertentu, misalnya jumlah benang setiap cm atau inchi. Ada beberapa cara menentukan tetal benang, yaitu : denagn kaca pembesar, dengan kaca penghitung secara bergeser, dengan cara urai, dengan proyektor, dengan parallel line grating dan dengan taper line grating.
Mengkeret Benang
Apabila benang ditenun maka akan berubah panjangnya, hal ini karena adanya silangan pada kain. Untuk menyatakan perubahan ukuran tersebut dapat dilakukan dengan dua cara :
Crimp ; adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb) menjadi kain tenun (pk) terhadap kain tenun.
Teke up ; adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb) menjadi kain tenun (pk) terhadap panjang benang dalam keadaan lurus.
7.3 Alat dan Bahan
Alat
Gunting
Jarum
Pensil
Timbangan benang
Timbangan digital
Bahan
Kain tenun ukuran 11 cm x 11 cm
Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab (seharusnya dilakukan).
Menentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 2 tempat yang berbeda lalu, cari harga rata-ratanya. (=…….hl/inchi =…..hl/cm)
Kain contoh dipotong dengan ukuran 10 x10 cm, kemudian ditimbang
Benang lusi dan pakan diambil dari sisi yang berbeda (kanan, kiri, atas dan bawah), masing-masing 5 helai. ( lusi = 10 hl dan pakan = 10 hl ), lalu ditimbang masing-masing.
Menghitung panjang benang lusi dan pakan tersebut (setelah diluruskan).
Mengitung mengkeret benang lusi dan pakan
Keterangan :
Panjang benang dari kain contoh = PK
Rata-rata panjang benang setelah diluruskan (10 helai untuk lusi dan pakan) = PB
Menghitung nomor benang lusi dan pakan
Jumlah panjang 10 helai lusi setelah diluruskan =….cm =….m
Berat 10 helai lusi = …..mg=…..g.
Menghitung berat kain/m2 secara teoritis
Dengan penimbangan
Dengan perhitungan
Benang pakan = B3 (g/m2)
Berat kain = B2 + B3 = B4 (g/m2)
Menghitung selisih berat hasil penimbangan (BK) dengan perhitungan (B4)=
7.4 HASIL
Lebar kain
Panjang kain
Tebal
149cm
81,5 cm
0.20
148,4 cm
83 cm
0,21
148,9 cm
82 cm
0,21
Pengujian dimensi
P = 81.5 + 83 + 82 = 82,1 cm
3
L = 149 + 148,4 + 148, 9 = 148,7 cm
3
T = 0,20 + 0,21 + 0,21 = 0,206
3
Berat awal 10 x 10 = 1,174 gram
Tetal benang(cm)
Lusi
10,75
10,8
11
10,8
10.25
10,7
10.5
10.3
10.5
10,7
Jumlah = 106,5 cm
Rata – rata = 10,65cm
Berat = 0,030 gram
Pakan
10
10,1
10,3
10,9
10,1
10
10,1
10,2
10,2
10,3
Jumlah = 102,2 cm
Rata rata = 10,22 cm
Berat = 0,021 gram
Jumlah helai tetal benang
Arah lusi 73 dan 77 helai
Rata – rata arah lusi
= 73 + 77 = 73,5 =28,93 helai / cm
2 2,54
Arah pakan
= 73 + 74 = 73,5 =28,83 helai / cm
2 2,54
Mengkaret lusi
Lusi
Panjang 10,65 – 10 x 100 % = 9,71 %
10,65
Pakan
Panjang 10,22 – 10 x 100 % = 9,24 %
10,22
Nomor benang
Lusi
Nm
= Panjang (m)
Berat (g)
= 1.065 m
0,021 g
= 50,71
Ne
= 0,59 x Nm
= 0,59 x 50,71
= 29,91
Tex
= 1000 x 1,052
0,015
= 1000
50,71(Nm)
= 19 , 71
9000
50,71
= 177,47
Pakan
Nm
= Panjang (m)
Berat (g)
= 1.022 m
0,030 g
= 34,06
b. Ne
= 0,59 x Nm
= 0,59 x 34,06
= 29,91
c. Tex
= 1000 x 1,052
0,015
= 1000
34,06 (Nm)
= 29,35
Td
9000
34,06
= 264,32 cm
Berat kain
Bm2
= 100(P) X 100 (L) X berat kain
10 (P) X10 (L)
= 10 X 100 X 1,174 g/m2
10x 10
= 117,7 g/m2
Berdasarkan perhitungan
Lusi
Tetal /cm x 100 x 100 x100
100 – 9,71
50,71 x 100
= 28,93 x 100 x 8,71 x 100
5071
= 498,90 g/m2
Tetal /cm x 100 x 100 x100
100 – 9,24
34,06 x 100
= 28,93 x 100 x 8,71 x 100
3406
= 724,08 g/m2
lusi + pakan = 498,90 + 724,08 = 1220,98
Bb – Bk x 100 % = g/m2
Bb
= 496,90 – 1220,98 x 100 = 145,71 g /m2
7.5 DISKUSI
Dalam Perhitungan tetal lusi dan tetal pakan ,untuk mempermudah proses perhitungan tetal, kita dapat menguraikan benang lusi / pakan satu per satu ( tentunya setelah diberi batasan 1 inch ).Semua pemeriksaan tetal pada kain,tidak dilakukan pada bagian dekat tepi kain (1/10 lebar kain) karena tegangan kiri kanan dengan yang di tengah berbeda sehingga kemungkinan tetalnya akan lebih besar dibandingkan dengan yang di tengah.
ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan, seperti :
Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada saat menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan).
Kurang teliti dalam melakukan penimbangan, menggunting kain, dan melakukan pengukuran jumlah mulur untuk setiap benang lusi dan pakan
Kesalahan saat membaca skala pada alat dan alat yang tidakk berkerja dengan baik
7.6 KESIMPULAN
Rata – rata tetal lusi 10,65 cm2
Rata – rata tetal perhelai pakan 10,22 cm2
Berat kain 10 x10 = 1,174 g
Jumlah rata rata perhelai tetal lusi 28,93 helai/cm2
Jumlah rata rata perhelai tetal pakan 29,52 helai / cm2
Jumlah mengkaret lusi 9,71 %
Jumlah mengkaret pakan 9,24 %
Nomor benang lusi
Nm = 50,71cm
Ne = 29,91 cm
Tex = 19,71 cm
Td = 177,47 cm
Nomor benang pakan
Nm = 34,06 cm
Ne = 20,06 cm
Tex = 29,35 cm
Td = 264,23 cm
b/m2 = 117,7 g/m2
berdasarkan perhitungan
lusi = 496,90 g/m2
pakan = 724,08 g/m2
bk = 1220,98 g/m2
145,71 g/m2
BAB 8
PENGUJIAN KELANGSAIAN (DRAPE)
8.1 Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui prinsip praktikum pengujian langsai kain (drape) dan Untuk menghitung drape terhadap kain.
8.2 Teori Dasar
Kelangsaian (drape) adalah variasi dari bentuk atau banyaknya tekukan kain yang disebabkan oleh sifat kekerasan, kelembutan, berat kain dan sebagianya apabila kain digantungkan . Drape factor adalah perbandingan selisih luas proyeksi vertical degan luas landasan contoh uji , terhadap selisih contoh uji dengan luas landasan contoh uji.
The Fabric research laboratories of USA telah mengembangkan suatu metode untuk mengukur drape , hal ini dilakukan dengan cara menggabungkan karakteristik lusi dan pakan menghasilkan suatu lekukan seperti terlihat ditoko apabila suatu kain digantungkan pada gantungan bulat.
Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter 25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat bediameter 12,5cm, dagian kain yang tidak tersangga akan jatuh (drape) ,BAB 7
8.3 Alat dan Bahan
Alat
Drape tester
Alat pengukur contoh uji
Gunting
Computer
Alat tulis
Bahan
Contoh uji berukuran diameter 25 cm
8.4 Cara Uji
Gunting kain contoh uji sesuai pola piringan diameter 25 cm , beri tanda muka dan belakang kain, buat lubang pada titik pusat lingkarang diameter 3mm
Kondisikan kain dalam keadaan stnadar
Nyalakan computer
Nyalakan drape tester dengan cara membuka kaca , kemudina tekan saklar kanan bawah alat sampai lampunya mynala\
Klin icon drape tester, sampai keluat menu drape tester
Pasang contoh uji pada landasan uji, sehingga titik pusatnya berada pada titik tengah landasan uji
Jalankan alat sehingga cotoh uji berputar 30 detik atau 60 putaran. Biarkan beberapa saat
Klik reset , tunggu sampai lampu merah pada alat menyala
Beri nama operator pada nama kain
Klik start untuk memulai pengujian, photo sensor bekerja membaca drape kain, biarkan sampai pengujian selesai
Lakukan bagian muka dan belakang.
8.5 HASIL
Muka
Jari sample (B ) = 127 mm2
Jari – jari landasan (A) = 63,5 mm2
Luas sample (B) = 50.670.75 mm2
Luas landasan (A) = 12.468.98 mm2
Luas drape (C) = 40.207.35 mm2
Jari – jari rata – rata drape (C ) = 113.13 mm2
Drape % = 72,61 %
Belakang
Jari sample (B ) = 127 mm2
Jari – jari landasan (A) = 63,5 mm2
Luas sample (B) = 50.670.75 mm2
Luas landasan (A) = 12.468.96 mm2
Luas drape (C) = 41.010.99 mm2
Jari – jari rata – rata drape (C ) = 114.25 mm2
Drape % = 74,71 %
Perhitungan
Dreep % = luas dreep – luas landasan x 100%
Luas sample – luas landasan
Muka
= 40.207.35 – 12.468.98 x 100 %
50.670.75 -- 12.468.98
= 27,73837 x 100 % = 72,61%
38.20177
Belakang
= 41.01099 – 12.468.96 x 100 %
50.670.75 -- 12.468.98
= 28,54203 x 100 % = 74,71%
38.20177
8.6 DISKUSI
Untuk uji pegangan kain, dapat dilakukan dengan memegang langsung yang dapat dinilai secara subjektif. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu kain dilakukan beberapa pengujian pegangan kain. Pengujian drape ini artinya kemampuan kain untuk memberikan kenampakan langsai. Misalnya untuk pakaian wanita diperlukan pakaian yang memiliki drape yang bagus( koefisien drape rendah). Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter 25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat bediameter 12,5cm, dagian kain yang tidak tersangga akan jatuh (drape). Pada pengujian dilakukan dengan mesin yang secara otomatis akan menghitung nilai persentase drape
8.7 KESIMPULAN
Jumlah dreep % muka 72,61%
Jumlah dreep % belakang 74,71%
BAB 9
PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA
9.1 Maksud dan Tujuan
Maksud : Mengukur volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan tekanan tertentu dengan melihat besarnya udara yang melewati kain, yang langsung menggerakan manometer air.
Tujuan : Menghitung harga daya tembus udara pada kain contoh dan dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan nilai daya tembus udaranya.
9.2 Teori Dasar
Susunan kain yang terjadi dari benang-benang dan benang-benang terdiri dari serat-serat,maka sebagian volume dari kain sebenarnya terdiri dari ruang udara.Jumlah ukuran dan distribusi dari ruang tersebut sangat mempengaruhi sifat-sifat kain,seperti kehangatan dan perlindungan terhadap angin dan hujan serta efisiensi penyaringan dari kain-kain untuk keperluan industri.
Meskipun jumlah ruangan udara dari dua macam kain sama,akan tetapi mungkin saja kain yang satu lebih sukar dilalui udara daripada yang lain,oleh karena itu lebih hangat dipakaiAda dua istilah yang dipakai yang berhubungan dengan ruang udara pada kain :
Daya Tembus Udara (Air Permeability)
Laju aliran udara yang melewati suatu kain, dimana tekanan pada ke dua permukaan kain berbeda. Daya Tembus Udara (Air Permeability) yaitu untuk menyatakan berapa volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan tekanan tertentu, satuan misalnya cm3/detik/cm2/I cm tekanan air.
Tekanan terhadap udara (Air Resistant) adalah untuk menyatakan berapa lama waktu tiap volume udara tertentu dapat melalui kain tiap satuan luas tertentu dengan tekanan tertentu pada tekanan udara tertentu, satuannya misalnya detik/m3/cm2/ I cm tekanan air.
Rongga Udara (Air porosity)
Rongga Udara (Air Porosity) adalah untuk menyatakan berapa persentase volume udara dalam kain terhadap volume keseluruhan air tersebut.
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur daya tembus udara kain adalah alat elison incline draft gage (buatan United States Testing Co.). Pada dasarnya alat uji daya tembus udara mempunyai bagian-bagian penting
Bahan
Contoh uji : kain sisa pada 2 tempat yang berbeda
9.4 Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab.
Membuka klem pemegang kain contoh uji.
Memasang kain contoh uji pada klem tersebut.
Memasang cincin klem pada kain contoh uji yang ada di atas klem tersebut sehingga kain menjadi tegang. Penggunaan cincin klem harus sesuai dengan tebal tipisnya kain. Cincin klem tidak terlalu kecil, sehingga menyebabkan kain sangat tegang dan cincin sulit dibuka, cincin klem juga tidak boleh terlalu besar yang menyebabkan kain menjadi kendor pada klem pemegang.
Menutup klem pemegang kain tersebut pada tabung.
Menekan tombol kipas atau fan, sehingga fan berputar. Manometer air dan minyak akan bergerak. Bila gerakan kecepatan keduanya tidak sama, maka orifice harus diganti. Bila kecepatan keduanya terlalu cepat, maka orifice diganti dengan yang lebih kecil, begitu sebaliknya. Orifice mempunyai diameter 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 16 mm.
Setelah penggantian orifice yang terdapat pada tabung bagian tengah selesai, melakukan pengujian dari awal.
Setelah menyalakan fan, bila gerakan pergeseran minyak pada manometer berhenti, maka untuk mempercepatnya dibantu dengan menggeser tahanan gesek atau "reostat" untuk mempercepat putaran fan. Sehingga minyak dapat bergerak kembali.
Bila manometer minyak telah mencapai skala 5", maka bacalah skala yang ditunjukan oleh manometer air. Pembacaan manometer yang baik antara 2– 15 inchi.
Melakukan pengujian pada 2 tempat yang berbeda dari kain.
9.5 HASIL
I = 6,9 CM
II = 8.5 CM
Diameter 6 harga minimal 40,0 dan harga maksimal 113,0
Perhitungan
X = h {x harga manometer air-2 x H-h }
15 – 2
= 40,0 + 7,7 – 2 x 113,0 – 40,0 x 0,508
15-2
= 40,0 + 5,7 + 92,68
13
= 132,68 cm/det / cm2
9.6 DISKUSI
Pengujian dilakukan pada dua tempat yang berbeda dengan ukuran sesuai diameter pada alatnya. Orifice pun disesuaikan dengan melihat kenaikan minyak dan air agar tidak terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat sehingga kenaikannya bisa sejalan. Lubang orifice yang terlalu kecil dan kurang sesuai akan menimbulkan suara yang lebih bising dibanding lubang yang lebih besar sehingga lubang orifice yang digunakan harus diganti menjadi lebih besar. Nilai DTU ini sangat dipengaruhi diameter orifice yang digunakan. Semakin tinggi diameter orifice nya maka daya tembus udara nya pun makin banyak. Selain diameter orifice, Daya tembus udara pada kain sangat dipengaruhi oleh konstruksi kain tersebut. Konstruksi dalam hal ini adalah tetal benang dan jenis anyaman kain
9.7 KESIMPULAN
Nilai daya tembus udara sebesar 132,68 cm/det / cm2