BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1
Dasar Teori
Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak selalu seragam, tetapi bervariasi sesuai dengan masing-masing standar yang telah ditetapkan. Secara tradisional, tingtur dari tumbuhan berkhasiat obat menunjukan aktivitas 10 g obat dalam tiap 100 mL tingtur. Potensi ditetapkan setelah dilakukan penetapan kadar. Sebagian besar tingtur tumbuhan lain mengandung 20 g bahan tumbuhan dalam tiap 100 mL tingtur (FI IV, 1995). Cara pembuatan tingtur terbagi atas 2 yaitu (Syamsuni, ( Syamsuni, 2006): 1. Cara Perkolasi Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang di sebut perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar memenuhi syarat-syarat dalam Farmakope. Campur dengan hati-hati serbuk bahan obat atau campuran bahan obat dengan pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya hingga rata dan cukup basah, biarkan selama 15 menit. Pindahkan kedalam perkolator yang sesuai dan mampatkan. Tuangkan pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya sampai terendam seluruhnya, tutup bagian atas perkolator dan jika cairan sudah hampir menetes dari perkolator, tutup lubang bawah. Perkolasi dilakukan selama 24 jam atau sesuai dengan waktu yang tertera pada monografi. Jika penetapan kadar tidak dinyatakan lain, lakukan perkolasi secara perlahan atau pada kecepatan yang telah ditentukan,
dan secara bertahap tambahkan
pelarut atau campuran pelarut secukupnya hingga diperoleh 1000 mL tingtur. Prinsip kerja perkolasi yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapa keadaan jenuh. Perkolasi, kecuali dinyatakan lain sebagai berikut: a.
Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok menggunakan 2,5-5 bagian cairan penyari, masukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam pindahkan massa sedikit demi sedikit dalam perkolator pe rkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes, dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
b.
Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 mL per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia sehingga diperoleh 80 bagian perkolat.
c.
Peras massa, campurkan cairan perasan kedalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari ditempat sejuk terlindung dari cahaya. Tuang atau saring.
2. Cara Maserasi Maserasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasanya 15-25° C. maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi. Prinsip kerja maserasi adalah pencucian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi).
Peristiwa tersebu berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel. Maserasi bahan obat dengan 750 mL pelarut atau campuran pelarut tertentu dalam wadah yang dapat ditutup, letakkan ditempat hangat. Diamkan selama 3 hari sambil dikocok sesekali atau hingga terlarut. Pindahkan campuran kedalam penyaring, dan jika sebagian besar cairan telah mengalir keluar, cuci residu pada penyaring dengan sejumlah pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya hingga diperoleh 1000 mL tingtur. Tingtur harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya, jauhkan dari cahaya matahari langsung dan panas yang berlebihan. Menurut literatur lain, tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara perkolasi atau maserasi simplisia nabati atau hewani, atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% zat berkhasiat keras. Maserasi, kecuali dinyatakan lain dilakukan sebagai berikut: a.
Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok kedalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, lalu diperas. Cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
b.
Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari. Tuangkan dan saring. Tingtur dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu sebagai
berikut: a.
Tingtur Asli adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi. Contoh: Tingtur yang dibuat secara maserasi Opii Tinctura
Valerianae Tinctura Capsici Tinctura Myrrhae Tinctura Opii Aromatica Tinctura Polygalae Tinctura Dan lain-lain Tingtur yang dibuat secara perkolasi, contoh: Belladonae Tinctura Cinnamomi Tinctura Digitalis Tinctura Lobeliae Tinctura Strychnini Tinctura Ipecacuanhae Tinctura Dan lain-lain
b. Tingtur Tidak Asli (Palsu) adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu. Contoh: Iodii Tinctura Secalis Cornuti Tinctura
c. Tingtur Keras adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 % simplisia yang berkhasiat keras. Contoh: Belladonae Tinctura Digitalis Tinctura Opii Tinctura Lobeliae Tinctura Stramonii Tinctura Strychnin Tinctura Ipecacuanhae Tinctura
d. Tingtur Lemah adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 % simplisia yang tidak berkhasiat keras. Contoh: Cinnamomi Tinctura
Valerianae Tinctura Polygalae Tinctura Myrrhae Tinctura
e. Tingtur Lain Berdasarkan Cairan Penariknya Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau
campuran aether dengan aethanol. Contoh: Tingtura Valerianae Aetherea. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran
anggur dengan aethanol. Contoh: Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei). Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai
cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh: pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air, contoh:
Tinctura Rhei Aquosa. Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika
penarikan dilakukan dengan cairan penarik selain aethanol hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran simplisia, contoh: Tinctura Chinae Composita. II. 2
Klasifikasi Tanaman
II.2.1 Sambiloto ( Andrographis paniculata paniculata))
II. 3
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Solanales
Famili
: Achantaceae
Genus
: Andrographis
Species
: Andrographis : Andrographis paniculata
Uraian Bahan
II.3.1 Air suling (Dirjen POM, 1979) Nama resmi
: Aqua destillata
Nama lain
: Air suling, Aquadest
RM/BM
: H2O/18,02
Rumus Struktur
:H
H
O Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Sebagai zat pelarut.
II.3.2 Alkohol (Dirjen POM, 1995) Nama resmi
: Aethanolum
Nama lain
: Etanol, Alcohol, Ethyl alkohol
RM/BM
: C2H6O/46,07
Rumus struktur
:
Pemerian
: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform I dan dalam eter P eter P
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
\
Khasiat
: Sebagai antiseptik
Kegunaan
: Untuk mensterilkan alat.
BAB III METODE KERJA III. 1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat
1. Batang pengaduk 2. Beaker glass 250 ml 3. Botol sprite 250 ml 4. Gelas ukur 500 ml 5. Kertas saring 6. Lap kasar 7. Neraca Ohaus 8. Sendok tanduk 9. Toples III.1.2 Bahan
1. Alkohol 96 % 2. Aluminium foil 3. Aquadest 4. Daun Sambiloto ( Andrographis ( Andrographis folium) folium) III.2
Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Diambil 200 ml alkohol 96 % 3. Dilakukan pengenceran alkohol 96 % menjadi alkohol dengan konsentrasi 90 % dengan penambahan aquades 13 mL 4. Dimaserasi 100 g sambiloto yang telah dihaluskan dengan 150 mL alkohol yang telah diencerkan 5. Ditambahkan 25-50 mL madu 6. Diaduk maserat dengan menggunakan batang pengaduk selama 1-2 jam 7. Disaring maserat sebanyak 3x penyaringan 8. Dimasukkan ke dalam botol sprite yang sudah di kalibrasi 200 mL 9. Ditambahkan aquades sampai pada batas kalibrasi 200 mL
10. Ditutup botol sprite menggunakan aluminium foil 11. Diberi label dan simpan di tempat t empat yang tertutup, kering dan terlindungi dari cahaya.
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN IV.1
Hasil Pengamatan Pengamatan
Nama sampel
: Andrographis Folium
Nama latin
: Andrographis paniculata
Kandungan kimia
: Daun dan
percabangannya mengandung
laktone yang terdiri deoksiandrografoid, andrografoid (zat pahit), deoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid dan homoandrografolid terdapat juga flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral (kalium akarnya mengandung flavonoid) (Samson, 2009). Berat Sampel
: 100 g
Jumlah pelarut 1 (alkohol) (alkohol) : 150 mL alkohol 90% Hasil Pengenceran
: Dik
: V1 = 200 mL M1 = 96 M M2 = 90 M
Dit
: V2 = . . . ?
Peny
: V1 x M1
= V2 x M2
200 mL x 96 M = V 2 x 90 M
V2
=
=
= 213 mL Jadi,
aquades
yang
perlu
ditambahkan
adalah 13 mL Jumlah Pelarut 2 (aquades) : 200 mL sampai pada batas kalibrasi
Hasil tingtur
IV.2
:
Pembahasan
Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat secara maserasi atau perkolasi dari simplisia nabati atau hewani atau dengan melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% zat berkhasiat keras (FI III, 1979). Dalam praktikum ini, kita akan membuat sediaan tingtur dari daun sambiloto ( Andrographis Andrographis Folium). Folium). Langkah pertama adalah diencerkan 200 mL etanol 96% menjadi 90%, dengan cara menambahkan 13 mL aquades. Pelarut yang selalu digunakan pada pembuatan tingtur adalah etanol karena pelarut-pelarut selain etanol bersifat toksik sedangkan etanol dapat diminum. Kemudian dimaserasi daun sambiloto yang telah dikeringkan dengan 150 mL alkohol di dalam wadah kaca dan tambahkan dengan madu 25-50 mL. Tujuan penambahan madu adalah
tersebut
selama 1 jam, tujuan pengocokan ini adalah untuk mempercepat proses melarutnya zat aktif yang terdapat pada sampel. Setelah dikocok, maserat disaring yang kemudian dimasukkan kedalam botol sprite yang sudah dikalibrasi 200 mL. Setelah itu dicukupkan dengan aquades sampai 200
mL. Selanjutnya diberi label dan disimpan ditempat yang tertutup, kering dan terlindung dari cahaya, untuk mencegah tingtur tidak terkontaminasi dengan cahaya. Jika tingtur terkontaminasi dengan cahaya, kemungkinan besar ada beberapa senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam tingtur tersebut yang mudah teroksidasi dengan cahaya sehingga akan terjadi fotolisis yaitu penguraian oleh cahaya. Jadi, hal tersebut merupakan alasan tingtur harus disimpan di tempat yang kering dan terlindung dari cahaya.
BAB V PENUTUP V.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan: 1. Tingtur adalah sediaan cair yang dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% berkhasiat keras. 2. Tingtur dapat dibuat dengan cara maserasi dan perkolasi. 3. Jenis-jenis tingtur dapat dibagi menjadi dua. Tingtur berdasarkan cara pembuatan yang terdiri dari tingtur asli dan tingtur tidak asli. Serta tingtur berdasarkan kekerasan yang terdiri dari tingtur keras dan tingtur lemah. V.2
Saran
V.2.1 Laboratorium
Diharapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum farmakognosi dapat dilengkapi dan diperbanyak. V.2.2 Praktikan
Diharapkan
kepada
praktikan
agar
lebih
berhati-hati
dalam
menggunakan alat saat praktikum berlangsung. V.2.3 Asisten
Diharapkan agar asisten dapat terus membimbing praktikan pada saat praktikum dan sesudah praktikum. Sehingga calon c alon farmasis lulusan UNG bisa tetap mengikuti perkembangan teknologi yang semakin pesat dibidang farmasi.