1
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan sebagai fluduger, yaitu penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat. Indonesia
merupakan
negara
tropis
yang
kaya
akan
keanekaragaman jenis tumbuhan. Diantara jenis-jenis tumbuhan tersebut ada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Orang-orang dulu meyakini bahwa tumbuhan tersebut memiliki khasiat obat karena penyakit dan naluri untuk mempertahankan hidup. Walaupun dalam bentuk yang sederhana, namun khasiatnya tidak diragukan lagi. Kehidupan sehari-sehari, sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak masyarakat di dunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita lihat bahwa bahwa sebagian dari masyarakat
memanfaatkan memanfaatkan
tanaman sebagai makanan, sedangkan pada bidang farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Identifikasi secara mikroskopis dan komposisi sediaan simplisia penting untuk dilakukan. Berdasarkan hal itu, kita dituntut untuk dapat mengenali bentuk morfologi ataupun anatomi serta kandungan kimia dari suatu simplisia. Hal itu disebabkan karena dengan diketahuinya kandungan simplisia, sehingga dapat dianalisis kandungan zat serta dapat mempelajari kemampuan efek terapi dari kandungan simplisia. Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia khususnya seorang farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan jaringan yang terdapat dalam tanaman khususnya simplisia yang dapat dijadikan sebagai obat. Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin berkembang, mengenai jaringan di dalam suatu simplisia.
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana melakukan identifikasi dan mengetahui fragmen khas dari masing-masing simplisia secara mikroskopik?
3. Tujuan Praktikum Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk melakukan identifikasi dan mengetahui fragmen khas dari maisng-masing simplisia.
4. Manfaat Praktikum Manfaat dari percobaan ini yaitu mahasiswa mampu melakukan identifikasi dan mengetahui fragmen khas dari masing-masing simplisia secara mikroskopik.
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
3
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
B. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan pengobatan modern. Menteri kesehatan Republik Indonesia mendukung pengembangan obat tradisional, yaitu fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya pengendalian mutu simplisisa yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan galenik. Salah satu cara mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu simplisia meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut dan kadar sari larut etanol. Untuk uji kebenaran bahan dilakukan uji makroskopik (Febriani, dkk., 2015). Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengoalahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni. Simplisia mineral adalah simplisia berasal dari bumi, baik telah diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni (Anonim, 1979). Dalam beberapa
rangka
cara,
yaitu
identifikasi dengan
tumbuhan melakukan
dapat
dilakukan
determinasi,
dengan
pemeriksaan
makroskopi, dan mikroskopi. Disamping itu juga dapat dilakukan pemeriksaan kandungan senyawanya baik golongan senyawa seperti glikosida, alkaloid, saponin, protein, karbohidrat, maupun senyawa identitasnya. Bahan yang
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
4
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
telah diidentifikasi/ dideterminasi selanjutnya dibersihkan dari kotoran dengan air mengalir, ditiriskan dan dibuat penampang melintang, diberi kloralhidrat, dipanaskan dan diperiksa di bawah mikroskop. Bahan yang sudah bersih selanjutnya diiris tipis dengan ketebalan 3-6 mm, dikeringkan dengan oven pada suhu 40-50 °C hingga kadar air sekitar 10% (Mulyani, dkk., 2013). Proses pengolahan sampel dimulai dari proses pengambilan herba tanaman, kemudian proses sortasi basah untuk menghilangkan pengotorpengotor saat tumbuhan masih segar. Proses selanjutnya yaitu pencucian terhadap bagian tumbuhan yang digunakan untuk menghilangkan pengotorpengotor dengan menggunakan air mengalir. Tahap selanjutnya adalah perajangan untuk memperkecil ukuran partikel dan mempermudah proses pengeringan. Pengeringan terhadap hasil. rajangan tersebut dilakukan terlindung dari sinar matahari secara langsung. Tujuannya adalah untuk menghindari kerusakan kandungan kimia dari simplisia akibat pemanasan sacara langsung. Simplisia kering kemudian diolah menjadi serbuk dengan alat penghalus (Zaini, dkk., 2016). Ekstraksi simplisia daun dilakukan dengan metode maserasi. Daun diolah menjadi simplisia terlebih dahulu sebelum dilakukan ekstraksi. daun basah kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Pengeringan bertujuan agar simplisia tidak mudah rusak dan untuk menghindari pembusukan, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Serbuk simplisia dengan luas permukaan lebih besar pada umumnya penyarian akan bertambah baik, karena permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas dan memecah dinding sel sehingga cairan penyari dapat masuk ke dalam sel dan mengekstraksi lebih banyak kandungan kimia. Pengujian mikroskopik dimaksudkan untuk mengetahui ciri anatomi dan fragmen pengenal daun, dengan cara mengamati serbuk simplisia di bawah mikroskop.
Penambahan
klorahidrat
bertujuan
untuk
menghilangkan
kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga sel-sel lain dapat terlihat jelas di bawah mikroskop. Fiksasi dilakukan agar kloralhidrat sedikit menguap
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
5
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
karena pemanasan sehingga simplisia dapat menempel sempurna pada kaca objek. Selain kloralhidrat dilakukan juga pengamatan serbuk dalam air (Supomo, dkk., 2016). Brotowali merupakan perdu yang pertumbuhannya memanjat. Tinggi batang dapat mencapai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat, rasanya pahit. Daun brotowali merupakan daun tunggal, berbentuk jantung dengan ujung meruncing, tepi daun rata, tulang daun menjari, berwarna hijau muda. Panjang daun 3-11 cm dengan pangkal bengkok dan membesar. Bunga brotowali berwarna hijau keputihan dan berbentuk tanda semu (Ditjen POM, 1989). Daun kumis kucing yaitu habitus berupa semak tahunan, tinggi 50150 cm. Batang berkayu, segi empat, beruas, bercabang, coklat kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, panjang 7-10 cm, lebar 8-50 cm, tepi bergerigi ujung dan pangkal runcing, tipis hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung ranting dan cabang,kelopak berlekatan, ujung terbagi empat, benang sari empat, kepala sari ungu, putik satu, putih, mahkota bentuk bibir, putih, buah kotak, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua coklat. Biji kecil masih muda hijau, setelah tua hitam. Akar tunggang putih kotor (Badan POM, 2008 :64). Deskripsi haksel yaitu warna hijau keciklatan, tidak berbau dan rasa gak pahit (Ditjen POM, 1989). Sambiloto adalah tanaman berbatang kecil, banyak percabangan membentuk rumput. Daun tunggal bertangkai pendek, berhadap-hadapan, berbentuk lonjong. Bunganya bulir, warnanya putih atau ungu, bergaris-garis dalam payung. memiliki kandungan senyawa aktif, yaitu deoksiandrografolid, andrografolid, homoandrografolid, 14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid, homoandrodrafolid, flavonoid, alkane, aldehid, mineral, asam kersik, damar (Ditjen POM, 1989). Nama ilmiah : Eupatorium odoratum L., nama umum : Slam weed , nama lokal : Kirinyuh. Tanaman ini Memiliki akar tunggang, (radix primaria), besar, dalam, mudah diidentifikasi. Batangnya kekuning-kuningan, tinggi mencapai 1 m, tunas dapat keluar dari buku. batang tua semi kayu tinggi 3-7 m, panjang dari batang herbaceous, permukaan agar karena terdapat phallus
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
6
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
atau (rambut halus), berbuku-buku, bercabang, bentuk bulat/silinder mampu mencapai 1 m lebih. Daunnya menjari, warna hijau tua dan ujung daun meruncing. bersebrangan, margo serratus akuminatus, hiaju tua, hanya memiliki lamina dan petiole yang panjangnya 1 cm/lebih. Ujung daun daun meruncing panjangnya 6-12 cm, lebar 3-7 cm. Permukaan daun agak halus, pada permukaan lamina terdapat phallus atau thrichomata, monomorfiks. Tempat hidup berada didaerah kering cukup air (Ditjen POM, 1989).
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
7
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
C. BAHAN (Nama Simplisia)
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu : 1. Daun brotowali
(Tinospore folium )
2. Daun kumis kucing
(Orthosiphonis folium )
3. Daun sambiloto
( Andrographis folium )
4. Daun komba-komba (Eupatorii folium ) 5. Daun papaya
(Caricae folium )
6. Daun sirih
(Piperis folium )
7. Herba kemangi
(Dumum herba )
8. Herba serai putih
(Cymbopeogonis herba )
9. Herba serai merah
(Cymbopeogonis herba )
10. Rimpang temulawak (Curcumae rhizoma ) 11. Rimpang kencur
(Kaempferide rhizoma )
12. Rimpang kunyit
(Curcumae domestica rhizoma )
13. Rimpang lengkuas
(Languatis rhizoma )
14. Rimpang jahe
(Zingiberis rhizoma )
15. Buah mahkota dewa (Phaleriae fructus )
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
8
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
D. Klasifikasi Tanaman
1. Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Familia
: Lamiaceae
Genus
: Orthosiphon
Spesies
: Orthosiphon aristatus
2. Brotowali (Tinuspora crispa) Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Classis
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Familia
: Euphorbiaceae
Genus
: Tinuspora
Spesies
: Tinuspora crispa
3. Komba-komba (Eupatorium odoratum) Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Magnoliopsida
Ordo
: Arterales
Familia
: Arteraceae
Genus
: Eupatorium
Spesies
: Eupatorium odoratum
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
9
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
4. Pepaya (Carica papaya L.) Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Magnoliopsida
Ordo
: Violales
Familia
: Caricaceae
Genus
: Carica
Spesies
: Carica papaya L.
5. Sambiloto ( Andrographis paniculata) Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Familia
: Lamiaceae
Genus
: Andrographis
Spesies
: Andrographis paniculata
6. Sirih (Piper betle L. ) Regnum
: Plantae
Divisio
: Tracheobionta
Classis
: Magnoliopsida
Ordo
: Piperales
Familia
: Piperaceae
Genus
: Piper
Spesies
: Piper betle L.
7. Mahkota dewa (Phaleria macnocarpa) Regnum
: Plantae
Divisio
: Tracheobionta
Classis
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
10
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
Familia
: Thymeleaceae
Genus
: Phaleria
Spesies
: Phaleria macnocarpa
8. Serai merah (Cymbopogon citratus) Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Liliopsida
Ordo
: Poales
Familia
: Poaceae
Genus
: Cymbopogon
Spesies
: Cymbopogon citrates
9. Serai putih (Cymbopogon lemongrass) Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Liliopsida
Ordo
: Poales
Familia
: Poaceae
Genus
: Cymbopogon
Spesies
: Cymbopogon lemongrass
10. Kemangi (Ocimum sanctum) Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Familia
: Lamiaceae
Genus
: Ocimum
Spesies
: Ocimum sanctum
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
11
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
11. Kencur (Kaemferia galanga L. ) Regnum
: Plantae
Divisio
: Tracheophyta
Classis
: Magnoliopsida
Ordo
: Zingiberales
Familia
: Zingiberaceae
Genus
: Kaemferia L.
Spesies
: Kaemferia galanga L.
12. Kunyit (Curcuma domestica Val. ) Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Classis
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Familia
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma domestica Val.
13. Temulawak (Curcuma xanthorissa) Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Classis
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Familia
: Ziingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma xanthorissa
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
12
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
14. Jahe (Zingiber officinale) Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Classis
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Familia
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Spesies
: Zingiber officinale
15. Lengkuas ( Alpiura galangal L. ) Regnum
: Plantae
Divisio
: Tracheophyta
Classis
: Magnoliopsida
Ordo
: Zingiberales
Familia
: Zingiberaceae
Genus
: Alpiura
Spesies
: Alpiura galangal L.
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
13
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
E. Deksripsi Tanaman
1.
Buah Mahkota Dewa (Phalesia macrocarpa fructus ) Bentuknya
layaknya
pohon
yang
tumbuh
ke
atas
(tidak
merambat) dan memiliki usia yang tergolong panjang atau parenial. Adapun tinggi maksimal mahkota dewa adalah 1 hingga 2,5 meter. Batang pohonnya berkayu, silindris, berwarna coklat dengan permukaan cenderung kasar dan dilengkapi dengan sistem percabangan yang miring ke atas. Akar tanaman mahkota dewa bersifat tunggang sedangkan daunnya bersifat tunggal. Bentuk daun ini agak menjorong dengan panjang 7 sampai 10 cm dan lebar 2 sampai 2,5 cm. Warnanya hijau tua dan tersusun secara folia oposita atau berhadapan. Bentuk biji bulat dan pada usia muda berwarna hijau saat matang berwarna merah terang. Buah tersusun atas serat dan air dan memiliki biji (Ditjen POM, 1989). 2.
Daun Brotowali (Tinosporae folium ) Brotowali merupakan perdu yang pertumbuhannya memanjat,. Tinggi batang dapat mencapai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintilbintil rapat, rasanya pahit. Daun brotowali merupakan daun tunggal, berbentuk jantung dengan ujung meruncing, tepi daun rata, tulang daun menjari, berwarna hijau muda. Panjang daun 3-11 cm dengan pangkal bengkok dan membesar. Bunga brotowali berwarna hijau keputihan dan berbentuk tanda semu (Ditjen POM, 1989).
3. Daun Kumis Kucing (Orthosiphon folium ) Deskripsi tanaman yaitu habitus berupa semak tahunan, tinggi 50150 cm. Batang berkayu, segi empat, beruas, bercabang, coklat kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, panjang 7-10 cm, lebar 8-50 cm, tepi bergerigi ujung dan pangkal runcing, tipis hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung ranting dan cabang,kelopak berlekatan, ujung terbagi empat, benang sari empat, kepala sari ungu, putik satu, putih, mahkota bentuk bibir, putih, buah kotak, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua coklat. Biji kecil masih muda hijau, setelah tua hitam. Akar tunggang putih kotor (Badan POM, 2008 :64). Deskripsi haksel yaitu
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
14
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
warna hijau keciklatan, tidak berbau dan rasa gak pahit (Ditjen POM, 1989). 4. Daun Sambiloto ( Andrographis folium) Sambiloto adalah tanaman berbatang kecil, banyak percabangan membentuk rumput. Daun tunggal bertangkai pendek, berhadaphadapan, berbentuk lonjong. Bunganya bulir, warnanya putih atau ungu, bergaris-garis dalam payung. memiliki kandungan senyawa aktif, yaitu deoksiandrografolid, andrografolid, homoandrografolid, 14-deoksi11, 12-didehidroandrografolid,
homoandrodrafolid, flavonoid, alkane,
aldehid, mineral, asam kersik, damar (Ditjen POM, 1989). 5. Daun Komba-Komba (Eupatorii faolium) Tanaman ini Memiliki akar tunggang, (radix primaria), besar, dalam, mudah diidentifikasi. Batangnya kekuning-kuningan, tinggi mencapai 1 m, tunas dapat keluar dari buku. batang tua semi kayu tinggi 3-7 m, panjang dari batang herbaceous, permukaan agar karena terdapat phallus atau (rambut halus), berbuku-buku, bercabang, bentuk bulat/silinder mampu mencapai 1 m lebih. Daunnya menjari, warna hijau tua dan ujung daun meruncing. bersebrangan, margo serratus akuminatus, hiaju tua, hanya memiliki lamina dan petiole yang panjangnya 1 cm/lebih. Ujung daun daun meruncing panjangnya 6-12 cm, lebar 3-7 cm. Permukaan daun agak halus, pada permukaan lamina terdapat phallus atau thrichomata, monomorfiks. Tempat hidup berada didaerah kering cukup air (Ditjen POM, 1989). 6.
Daun Pepaya (Carica papaya folium ) Deskripsi tanaman yaitu habitus berupa perdu dengan tinggi ±10 m. Batang tidak berkayu, silindris, berongga berwarna putih kotor, daun tunggal bentuknya bulat, ujungnya runcing, pangkalnya bertoreh dan tepinya bergerigi dengan diameter 25-27 cm, pertulangan menjari dengan panjang tangkai 25-100 cm berwarna hijau. Bunga tunggal, berbentuk bintang terdapat di ketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada tanda yang serupa malai, kelopak kecil dengan kepala sari bertangkai pendek atau duduk dengan
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
15
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
warnanya kuning, bentuk mahkotanya terompet, tepinya bertajuk lima dan bertabung panjang dengan berwarna kekuningan.
Bunga betina
berdiri sendiri, mahkotanya lepas, kepala putiknya lima, duduk, bakal buahnya beruang satu dan berwarna putih kekuningan buah buni, bentuknya bulat memanjang, bergading, warna hijau tua muda bila masih muda dan jingga bila sudah tua, bentuk biji bulat panjang, kecil dan bagian luarnya dibungkus, selaput yang berisi cairan, dengan warna putih jika masih muda dan berwarna hitam pada sat tua. Akar tunggang, bercabang, dengan warna putih kekuningan. Deskripsi haksel daun pepaya yaitu mempunyai bau aromatik khas, rasa sangat pahit dan warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah lebih muda (Ditjen POM, 1989). 7. Daun Sirih (Piper folium ) Akar daun sirih tunggang, berbentuk bulat memanjang, dengan tumbuha tunas baru yang banyak, berwarna kecokaltan hingga kekuningan dan tumbuh dengan menjalar. Batang bulat memanjang, dengan mencapai ketinggian 5-15 m, dan tumbuh dengan menjalar atau merambat. Selain itu, batang ini juga bersulur, beruas, berbuku dengan jarak 5-10 cm, dan memiliki pertunasan yang banyk dibagian batang. Pada umumnya, batang ini berwarna kecoklatan hingga kehijauan. Daun berbentuk bulat oval atau telur, pangkal daun berberbentuk hampir menyerupai jantung, pertulangan menyirip, permukaan bagian tepi merata, dan juga berbulu pada permukaan bagian bawah. Daun ini tebal, dengan lebar 2-10 cm, panjang 5-15 cm yang berwarna kehijauan muda hingga tua. Bunga daun sirih termasuk majemuk, perbungaannya sirih ini termasuk bulir yang berdiri dengan sendirinya yang terletak pada cabang daun yang berhadapan. Bulir ini lengkap yaitu bulir jantan dan betina, bulir jantan memiliki panjang mencapai 1-3 cm, benang sari pendek. Sedangkan bulir betina panjang 2-6 cm dan panjang kepala putik mencapai 3-5 cm, pada umumnya bunga daun sirih ini berwarna merah muda hingga kemerahan tua serta keputihan (Ditjen POM, 1989).
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
16
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
8.
Herba Kemangi (Ocimum herba ) kemangi
(Ocimum spp.) merupakan tanaman semak semusim
dengan tinggi antara 80 – 100 cm. Batang bercabang banyak, berkayu segi empat, berbulu berwarna hijau muda. Daun tunggal bulat lancip, tepi bergerigi, panjang daun 4
5 cm dan lebar 6 – 30 mm. Kelopak
–
bunga (calyx) berwarna hijau (mengandung pigmenklorofi l), dapat sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis, sifatnya gamosepalus (sepala berlekatan satu sama lain), mahkota bunga ( corolla ) berwarna putih merah muda, siftnya polyopetalus (petala tidak berlekatan 1 sama lain), merupakan bunga hermaprodhite (memiliki putik/pistillum dan benang sari / stamen), terdpat ovarium (bakal buah) dan ovulum (ovulum). Mempunyai bau yang khas dan harum. Buah terdiri dari Epikarpium (lapisan paling luar yang tebal dan bersisik, untuk tanaman yang sudah tua, pada buah yang masih muda belum terdapat sisik. Mesokarpium (daging buah) dan Endokarpium terdapat sekat / septum. Terdapat biji / semen pada ujung buah. Biji Ocimum Bewarna hitam atau cokelat dengan bentuk bulat telur atau bulat dengan ukuran biji relatif kecil (Ditjen POM, 1989). 9.
Herba Serai Putih (Cymbopogon citratus herba ) Tanaman sereh memiliki akar yang besar. Akarnya merupakan jenis akar serabut yang berimpang pendek. Batang tanaman sereh bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan pelepah umbi untuk pucuk dan berwarna putih kekuningan. Tanaman sereh memiliki batang yang berwarna putih. Namun ada juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan. Selain itu, batang tanaman sereh juga bersifat kaku dan mudah patah. Batang tanaman ini tumbuh tegak lurus di atas tanah. Daun tanaman sereh berwarna hijau dan tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, dan runcing, hampir menyerupai daun lalang. Selain itu, daun tanaman ini memiliki bentuk seperti pita yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas. Daunnya juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman sereh tersusun sejajar. Letak daun pada batang
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
17
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
tersebar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm, sedangkan lebarnya kirakira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus. Bunga Tanaman sereh jenis ini jarang sekali memiliki bunga. Kalaupun ada, pada umumnya bunganya tidak memiliki mahkota dan mengandung bulir. Tanaman sereh jenis Cymbopogon citratus jarang sekali atau bahkan tidak memiliki buah (Ditjen POM, 1989). 10. Herba Serai Merah (Cymbopogon nardus herba ) Tanaman serai wangi C. nardus (L.) Randle memiliki akar yang besar. Akarnya merupakan jenis akar serabut yang berimpang pendek Batang tanaman serai wangi C. nardus (L.) Randle bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan pelepah umbi untuk pucuk dan berwarna putih kekuningan. Namun ada juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan. Selain itu, batang tanaman serai wangi C. nardus (L.) Randle juga bersifat kaku dan mudah patah. Batang tanaman ini tumbuh tegak lurus di tanah. Daun tanaman serai berwarna hijau dan tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, runcing dan daun tanaman ini memiliki bentuk seperti pita yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas. Daunnya juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman serai tersusun sejajar. Letak daun pada batang tersebar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm, sedangkan lebarnya kira-kira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus Bunga, Biji dan Buah Tanaman serai jenis ini jarang sekali memiliki bunga. Kalaupun ada, pada umumnya bunganya tidak memiliki mahkota dan merupakan bunga berbentuk bulir. Buah tanaman serai jenis C. nardus jarang sekali atau bahkan tidak memiliki buah. Sedangkan bijinya juga jarang sekali (Ditjen POM, 1989).
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
18
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
11. Rimpang Jahe (Zingibeis rhizoma) Deskripsi tanaman yaitu habitus berupa herba semusim, tegak dengan tinggi 40-50 cm. Batangnya merupakan batang semu, berwarna hijau, beralur dan membentuk rimpang. Daun berupa daun tunggal, berwarna hijau tua, berbentuk lanset dengan tepi rata. Ujung daun runcing dan pangkalnya tumpul. Perbungaan majemuk, berbentuk bulir, sempit dengan ujung runcing. Panjang perbungaan 3-5 cm dengan lebar 1-2 cm, panjang tangkai ± 2 cm. Perbungaan berwrna hijau merah, kelopak berbentuk tabung dan bergigi tiga. Mahkota bunga berwarna ungu, berbentuk corong dengan panjang 2-2,5 cm. Buah berbentuk bulat panjang, berwarna coklat. Biji bulat dan berwarna hitam. Rimpang jahe putih kecil-kecil, berwarna putih, dan selalu dipanen pada saat tua (Badan POM, 2008: 98). Deskripsi haksel rimpang Jahe yaitu bau khas, rasa pedas dan mempunyai warna putih kekuningan (Ditjen POM, 1989). 12. Rimpang Kencur (Kaempferiae rhizoma) Deskripsi tanaman berupa tanaman dengan tinggi 1 meter. Daun berbentuk bulat berwarna hijau tua pada pagian atas dan hijau pucat bagian bawah. Ujung daun meruncing pangkal tumpul. Akar tunggang berwarna putih kotor (Dalimartha,2006). Deskripsi haksel rimpang kencur yaitu bau khas, rasa pedas, berwarna putih sampai putih kecoklatan (Ditjen POM, 1989). 13. Rimpang Kunyit (Curcuma domestica rhizoma) Deskripsi Tanaman habitus berupa herba semusim, tegak, tinggi 1-1,5 m. Batang semu, hijau. Daun tunggal, lonjong, tipis,
pangkal
tumpul, ujung runcing, tepi rata, berbulu, panjang 23-25 cm, lebar 2025 cm. Pertulangan menyirip, hijau. Bunga majemuk berbetuk tandan, diujung batang, panjang 6-10 cm,lebar 4-5 cm. Ujung bersegi, hijau kemerah-merahan. Akar serabut, putih kotor(Badan POM, 2008 :99). Deskripsi haksel rimpang kunyit yaitu bau khas aromati, rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa pedas. Warna kuning
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
19
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan (Ditjen POM, 1989). 14. Rimpang Lengkuas (Languatis rhizoma) Deskripsi tanaman yaitu lengkuas termasuk terna tanaman tegak yang tinggi batangnya mencapai 2-2,5 meter. Tanaman ini memilki akar tak teratur. Pada lapisan luar terdapat kulit tipis berwarna coklat sedangkan dibagian tangkai yang berbentuk umbi berwarna merah. Bagian dalam berwarna putih dan jika dikeringkan menjadi kehijauhijauan. Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri atas susunan pelepah - pelepah daun. Daun-daunnya berbentuk bulat panjang antara daun yang terdapat pada bagian bawah terdiri atas pelepah-pelepah saja, sedangkan bagian atas batang terdiri dari pelepah-pelepah lengkap dengan helaian daun. Bunganya juga muncul pada bagian ujung tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga memiliki aroma yang khas(Dalimartha, 2006 :70). Deskripsi Haksel rimpang lengkuas yaitu bau khas, rasa agak pedas, berwarna coklat kemerahan (Ditjen POM, 1989). 15. Rimpang Temulawak (Curcuma rhizoma) Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan keras, rapuh, garis tengah sampai 6 cm, tebal 2 mm
5 mm, permukaan luar
–
berkerut, warna coklat kuning sampai coklat, bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan. (MMI JILID III HALAMAN 67) Temulawak berbatang semu, daun berupa daun tunggal, berbentuk lonjong dan berujung lancip. Daun muda memiliki warna cokelat pada tulang daun bagian tengah dan hilang jika tua. Tangkai daun berujung pelepah memeluk batang. Daun terletak berhadapan, berupa lembaran yang tipis, permukan halus. Akar serabutnya berupa rimpang membulat, berwarna cokelat muda atau cokelat tua. Bagian dalam rimpang berwarna jingga tua atau cokelat kemerahan). Daun temulawak lebar dan pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang. Batang temulawak berbentuk batang semu, rimpangnya berwarna kekuningan (Ditjen POM, 1989).
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
20
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan No.
Nama Simplisia
1
Buah Mahkota Dewa
2
Daun brotowali
3
Daun kemangi
4
Daun komba-komba
5
Daun kumis kucing
6
Daun papaya
KELOMPOK I (SATU)
Gambar
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
21
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
7
Daun sambiloto
8
Daun sirih
9
Herba serai merah
10
Herba serai putih
11
Rimpang jahe
12
Rimpang kencur
13
Rimpang kunyit
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
22
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
14
Rimpang lengkuas
15
Rimpang temulawak
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
23
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
2. Pembahasan Farmakognosi
merupakan
cara
pengenalan
ciri-ciri
atau
karakteristik obat yang berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral. Perkembangan farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian atau ekstrak yang tentu akan sulit dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan mata. Dengan demikian,
cara
identifikasi
juga
semakin
berkembang
dengan
menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika. Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu tanaman, meliputi pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap morfologi dan anatomi, serta identifikasi
kandungan
kimia.
Berdasarkan
hal
tersebut,
untuk
Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan merupakan salah satu cara dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula. Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji berupa sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Dari pemeriksaan diperoleh pada anatomi daunnya terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, trikoma, xilem, floem. Pada batang terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, xylem, floem, berkas pengangkut tipe kolateral. Pada akar terdapat epidermis, eksodermis, parenkim korteks, floem, dan xilem. Serbuk simplisia adalah simplisia yang telah digerus terlebih dahulu, sampai derajat kehalusan tertentu. Untuk mengetahui kebenaran dan mutu simplisia, maka dilakukan analisis ynag meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Pengujian mikroskopik termasuk dalam analisis kuantitatif. Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia ayang dapat diuji berupata sayatan melintang, radial, paradermal, membujur, ataupun serbuk. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal spesifik masing-masing simplisia.
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
24
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara (a) organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari simplisia tersebut; (b) Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai
organ
tanaman
yang
digunakan
untuk
simplisia;
(c)
Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Percobaan
kali
ini
dilakukan
identifikasi
simplisia
secara
mikroskopik pada 15 macam simplisia. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia yang ditetesi larutan kloralhidrat kemudian difiksasi di atas lampu spiritus (jangan sampai mendidih). Kemudian pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat. Kloralhidrat digunakan pada percobaan ini untuk menjernihkan preparat sehingga dapat melarutkan berbagai zat lain yang tidak diperlukan pada pemeriksaan simplisia pada mikroskop dan memudahkan agar terlihat lebih jelas jaringan atau sel yang ada pada simplisia yang sedang diamati. Fiksasi dilakukan agar kloralhidrat sedikit menguap karena pemanasan sehingga simplisia dapat menempel sempurna pada kaca objek. Selain kloralhidrat dilakukan juga pengamatan serbuk dalam air. Hasil yang didapatkan pada percobaan ini sesuai dengan literatur Terdapat kendala pada pemeriksaan mikroskopis adalah pada saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada objek gelas terlalu panas atau sampai mendidih, sehingga pada saat diamati dibawah mikroskop, objek menjadi tidak jelas. Kendala lain pada pemeriksaan mikroskopis adalah ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat sehingga antara pengamatan simplisia satu dengan yang lainnya dapat tercampur dan dapat mempengaruhi pemeriksaan serta kloralhidrat yang diteteskan terlalu tebal sehingga hasil yang diperoleh pada saat diamati dibawah mikroskop tidak terlalu kelihatan dengan jelas.
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
25
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
G. PENUTUP
1. Kesimpulan Berdasarkan
percobaan
yang
telah
dilakukan
maka
dapat
disimpulkan bahwa uji mikroskopik dilakukan dengan mikroskop yang derajat perbesarannya disesuaikan dengan keperluan. Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri, dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia. 2. Saran Saran untuk praktikum yang telah dilakukan ialah praktikan dapat lebih teliti lagi dalam preparasi simplisia agar hasil mikroskopik yang didapatkan lebih baik dan sesuai dengan literatur.
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
26
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ditjen POM, 1989, Materia Medika Jilid V-VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Febriani D., Dina M., dan Endah R., 2015, Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Anonna muricata Linn), Jurnal Prosiding Penelitian UNISBA, Vol 2 (1). Mulyani, S., Novia D.N., Hendri M.S., Alifi Z.A.S., 2013, Identifikasi Makroskopi Mikroskopi Kimiawi Rimpang C. mangga C. zedoaria dan K. rotunda, Tradicional Medicine Journal, Vol 18 (2). Supomo, Risa S., dan Risaldi J., 2016, Karakterisasi dan Skrining Fitokimia Daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lamk.), Jurnal Kimia Mulawarman, Vol 13 (2). Zaini, M., Agung B., Khoerul A., 2016, Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Herba Lampasau (Diplazium esculentum Swartz) Terhadap Mencit Jantan Yang Diinduksi Karagenin-ᴧ, Jurnal Pharmascience, Vol 3 (2).
KELOMPOK I (SATU)
MUHAMMAD AZHAR