BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Denpasar merupakan ibu kota Provinsi Bali. Hal ini menjadikan kota Denpasar sebagai sebagai pusat kegiatan pemerintaha pemerintahan, n, pendidikan, pendidikan, pariwisata, pariwisata, perdagangan, perdagangan, dan permukiman. Kedudukan kota Denpasar tersebut menuntut adanya fasilitas memadai yang menunjang keamanan, kenyaman, dan bebas dari banjir maupun genangan air. Bertambahny Bertambahnyaa
jumlah jumlah
penduduk penduduk
kota
denpasar denpasar
menyebabkan menyebabkan
pesatnya pesatnya
perkembangan kota, sekaligus menyebabkan bertambahnya jumlah permukiman. Alih fungsi lahan menjadi permukiman tersebut mengakibatkan berkurangnya resapan air ke dalam tanah sehingga limpasan air permukaan meningkat. Selain itu, Peningkatan jumlah jumlah penduduk penduduk juga menyebabkan menyebabkan meningkatny meningkatnyaa debit limbah, dan berpotensi berpotensi besar mengurangi sepadan saluran (eksploitasi lahan untuk pemukiman). Rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan dapat dijumpai dengan dibuangnya dibuangnya sampah sampah ke saluran saluran drainase drainase..
Sampah Sampah pada saluran saluran menyebabkan menyebabkan
menurunnya efektifitas saluran. Bahkan di beberapa tempat, saluran terputus akibat ditimbun oleh masyarakat. Secara Secara topografi topografi Denpasar Denpasar relatif relatif datar dengan kemiringan kemiringan 0-15 %. Pada Pada daerah datar, datar, kecepat kecepatan an aliran aliran rendah rendah sehing sehingga ga mudah mudah terjad terjadii pengend pengendapan apan pada pada dasar dasar saluran. Hal – hal tersebut merupakan beberapa penyebab sistem drainase eksisting tidak berfun berfungsi gsi secara secara maksim maksimal. al. Itu Itu ditanda ditandaii dengan dengan sering sering terjad terjadii genanga genangan n air di beberapa tempat di wilayah Denpasar. Untuk menanggulangi masalah tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan menganalisis saluran drainase eksisting mulai dari daerah genangan air, pola aliran, dimensi saluran, tebal endapan, profil saluran, dan sebagainya yang terkait dengan efektifitas saluran dan kebutuhan drainase.
1
Dalam Dalam lapora laporan n ini, ini, daerah daerah genanga genangan n air yang diamat diamatii yaitu yaitu daerah daerah jalan jalan Tukad Tukad batanghari, panjer. 1.2 Rumusan Masalah
1. Dimana daerah rawan genangan air di sekitar jalan jalan Tukad Batanghari? 2. Bagaimana kondisi saluran eksisting yang ada di wilayah jalan Tukad
Batanghari termasuk pola aliran, dimensi saluran eksisting, tebal sedimen, tinggi muka air, profil saluran, bangunan penunjang drainase? 3. Apa tindakan dapat dilakukan untuk mengatasi daerah genangan air yang
terjadi sepanjang jalan Tukad Batanghari? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui daerah rawan genangan air yang ada di sekitar jalan Tukad
Batanghari. 2. Mengetahui kondisi saluran eksisting.
Mengetahu ahuii tindak tindakan an yang yang sudah sudah dilaku dilakukan kan dan yang yang perlu perlu dilakuk dilakukan an 3. Menget pemerintah untuk mengatasi daerah genangan air yang terjadi sepanjang jalan Tukad Batanghari.
1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa penulis 1. Sebagai Sebagai media media dalam dalam pendal pendalama aman n wawasa wawasan n dan pengala pengalaman man mengena mengenaii
identifikasi drainase suatu wilayah. 2. Melatih kemandirian, kerja keras, dan kemampuan bekerja dalam tim. 1.4.2
Manfaat Bagi Mahasiswa Pembaca dan Masyarakat 1. Sebagai gambaran tentang kondisi drainase yang ada pada sekitar jalan
Tukad Batanghari.
1.5 Ruang Lingkup Penulisan
2
Ruang lingkup penulisan laporan ini yaitu hasil pengamatan lapangan tentang kondisi drainase daerah sekitar jalan Tukad Batanghari, serta hasil kajian teknis tentang drainse tersebut yang dilakukan oleh PU
3
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Drainase Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase. Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948:1). Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum
yang
dibutuhkan
masyarakat
kota
dalam
rangka
menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Sehingga dapat disimpulkan drainase adalah suatu system untuk menangani kelebihan air. Kelebihan air yang perlu ditangani atau dibuang meliputi: •
Air atau aliran/limpasasn diatas permukaan tanah( surface
flow atau
surface run off ) •
Aliran bawah tanah( subsurface flow atau
subflow)
Pada dasarnya drainase tidak diperlukan bila kelebihan air yang tidak menimbulkan permasalahan bagi masyarakat. Drainase diperlukan bila air
4
kelebihan menggenang pada daerah-daerah yang mempunyai nilai ekonomis seperti daerah perkotaan, pertanian, industri, dan pariwisata.
2.1.1 Jenis-jenis drainase Drainase secara umum dibagi menjdai dua bagian yaitu drainase permukaan tanah dan drainase bawah tanah. Dalam perencanaan keduanya
memilki
konsep
dasar
perencanaan system drainase
yang
berbeda,
namun
daam
tentu perlu direncanakan baik drainase
permukaan maupun drainase bawah permukaan. Secara garis besar dikenal tiga jenis system drainase: 1. drainase perkotaan. 2. drainase lahan 3. drainase jalan
2.1.1.1 Drainase perkotaan Semua
kota-kota
besar
mempunyai
system
drainase
untuk
pembuangan airhujan. Aliran permukaan dialirkan melalui saluran tersier, sekunder, kemudian berkumpul di saluran primer (utama) untuk kemudian dibuang ke dalam sungai, danau, laut. Pembuangan edapat mungkin dilakukan dengan cara gravitasi, apabila tak mungkin maka digunakan system pompa dengan bangunan pendukung. Saluran dapat berupa saluran tertutup ataupun saluran terbuka yang sesuai dengan kebutuhan dan system pemeliharaan yangada. Dilihat dari cara pemeliharaan saluran terbuka lebih mudah dibandingkan yang tertutup.
2.1.1.2 Drainase Lahan Drainase lahan bertujuan membuang kelebihan air permukaan dari suatu daerah atau menurunkan taraf muka air tanah sampai dibawah
5
daerah
akar,
untuk
memperbaiki
tumbuhnya
tanaman
atau
menurunkan akumulasi garam-garam tanah, kondisi ini difungsikan untuk pertanian dan perkebunan.
2.1.1.3 Drainase jalan Drainase
jalan
raya
dibedakan
untuk
perkotaan
dan
luar
kota.Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah.
Untuk
menyalurkan
air
pada
saluran
ini
pada
jarak
tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran
.
2.1.2 Sistem Drainase Kota Denpasar
6
2.1.3 Daerah Potensi Genanagn air
2.2 Intensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai intensitas curah hujan ratarata yang diasumsikan jatuh seragam di atas daerah tangkapan hujan untuk menentukan durasi dan frekuensi (Interval rata-rata periode ulang), dan satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan intensitas curah hujan adalah mm/jam. Pada daerah tangkapan hujan yang kecil, besarnya durasi tergantung pada hubungannya dengan waktu konsentrasi atau lamanya aliran dari daerah tangkapan hujan ke saluran keluar ( outlet ). Sedangkan untuk daerah tangkapan hujan yang lebih besar, digunakan pola aliran sementara agar intensitas curah hujan berubah-ubah selama periode yang berbeda dari durasi hujan. Untuk daerah tangkapan hujan tebesar unsur-unsur di area digunakan untuk mendapat batas intensitas curah hujan, agar didapat curah hujan aktual yang tidak seragam di atas daerah tangkapan.
2.4 Definisi Sungai Secara umum sungai berarti aliran air yang besar. Secara ilmiah sungai adalah perpaduan alur sungai dan aliran air. Sungai merupakan suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan. Aliran air marupakan bagian yang senantiasa tersentuh oleh air. Daerah aliran sungai merupakan lahan total dan permukaan air yang dibatasi oleh suatu batasair topografi dan yang dengan salah satu cara memberikan sumbangan terhadap debit suatu sungai pada suatu irisan melintang (Sehyan, 1990:6). Sebuah sungai dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang berbeda sifatsifatnya (Mulyono, H. R, 2007:3)
7
a. Hulu sungai berarus deras dan turbulent atau torrential river yang dapat berupa sungai jeram atau rapids river atau sungai jalin atau braided river. b. Sungai alluvial. c. Sungai pasang surut atau tidal river. d. Muara sungai atau estuary. e. Mulut sungai atau tidal inlet yaitu bagian laut yang langsung berhubungan
dengan muara dimana terjadi interaksi antara
gelombang laut dan aliran air yang ke luar masuk melewati muara. f.
Delta
sungai
yang
berupa
dataran
yang
terbentuk
oleh
sedimentasi di dalam muara dan mulut sungai delta ini perlu ditinjau karena berpengaruh terhadap sifat-sifat sungai dimana delta ini terbentuk di dalam muaranya
2.5 Peranan Sungai Sungai sebagai aset negara yang bernilai dan perlu dipelihara. Sungai mempumyai
peranan
dalam
kehidupan
manusia
di
seluruh
dunia,
sehingga pada saat ini sungai masih mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Peranan sungai selain sebagai pembangkit listrik tenaga air, sungai juga berperan sebagai sumber air untuk sarana irigasi, penyedia air minum, dan masih banyak lagi yang lainnya. Ada dua fungsi utama yang diberikan alam kepada sungai yang keduanya berlangsung secara bersamaan dan saling mempengaruhi (Mulyono, H. R, 2007:6). a. Mengalirkan air. Air hujan yang jatuh pada sebuah daerah aliran sungai (DAS) akan terbagi menjadi akumulasi-akumulasi yang tertahan sementara di situ
8
sebagai air tanah dan air permukaan, serta runoff yang akan memasuki alur sebagai debit sungai dan terus dialirkan ke laut. b. Mengangkut sediment hasil erosi pada DAS dan alurnya.
2.6 Banjir Banjir merupakan proses meluapnya air sungai ke daratan sehingga dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat menimbulkan korban jiwa. Banjir dapat merusak bangunan, sarana dan prasarana, lingkungan hidup serta merusak tata kehidupan masyarakat, maka sudah semestinya dari berbagai pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan (Kodoatie, J. Robert dan Sugiyanto, 2002:73). Banjir dan bencana akibat banjir dapat terjadi karena faktor alamiah maupun
pengaruh
perlakuan
masyarakat
terhadap
alam
dan
lingkungannya. Pada diagram mekanisme terjadinya banjir dan bencana, terlihat bahwa faktor alamiah yang utama adalah curah hujan. Faktor alami lainnya adalah erosi dan sedimentasi kapasitas sungai, kapasitas drainasi yang tidak memadai, pangaruh air pasang, perubahan kondisi DPS, dll. Sedangkan faktor non-alamiah penyebab bnjir adalah adanya pembangunan kompleks perumahan atau pembukaan suatu kawasan untuk lahan usaha yang bertujuan baik sekalipun, tanpa didasari dengan pengaturan yang benar akan menimbulkan aliran permukaan yang besar atau erosi yang menyebabkan pendangkalan aliran sungai. Akibatnya, debit pengaliran sungai yang terjadi akan lebih besar dari pada kapasitas pengaliran air sungai sehingga terjadilah banjir. Usaha pengendalian dan penanggulangan banjir pada suatu pihak dan perlakuan masyarakat terhadap lingkungannya di pihak lain akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap fenomenan hujanbanjir-bencana. Pengaruh kedua hal tersebut dapat saling menunjang perbaikan keadaan, saling meniadakan atau memperburuk keadaan.
9
Bergantung pada tingkat kerawanan dan kewaspadaan masyarakat di daerah potensial bencana, banjir dapat menimbulkan bencana. Misalnya, pemukiman daerah retensi banjir atau daerah bantaran sungai, suatu saat pasti akan terlanda banjir. Bila menjelang banjir penghuni daerah tersebut mengungsikan diri dan harta bendanya akan berkurang. Keberhasilan usaha penanggulangan banjir dan bencana akibat banjir dapat diperoleh tanpa peran serta dari masyarakat. Di samping itu suksesnya program pengendalian banjir juga tergantung dari aspek lainnya
yang
menyangkut
sosial,
ekonomi,
lingkungan,
institusi,
kelembagaan dan lainnya.
10
BAB III METODOLOGI PENULISAN
3.1 Rancangan Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu metode yang menekankan kepada tata cara penggunaan alat dan teknik di bidang penulisan karya ilmiah yang berorientasi pada paradigma alamiah (Moleong, 1989). Pengertian metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1989), dimaksudkan sebagai prosedur penulisan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.
3.2 Subjek Penulisan
Subjek penulisan dalam penulisan ini adalah hasil survai saluran drainase jalan Tukad Batanghari, serta tulisan yang memuat tentang itu seperti presentasi dari PU, dan lain – lain.
3.3 Objek Penulisan
Objek penulisan dalam penulisan ini yaitu kajian tentang daerah rawan genangan air yang terjadi di jalan Tukad Batanghari, efektifitas saluran eksisting, serta tindakan yang sudah dan akan dilakukan utnuk mengatasi potensi genangan air daerah tersebut.
3.4 Sumber Data
Sumber data dalam penulisan ini adalah pengamatan lapangan, buku – buku, serta presentasi PU tentang drainase Kota Denpasar.
11
3.5 Pengumpulan Data
1.
Metode Pengumpulan Data Metode Pencatatan Dokumen dan Pengamatan di Lapangan Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode pencatatan dokumen atau metode dokumentasi (data sekunder) serta dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan (data primer).
3.6 Metode Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, penulis menggunakan beberapa tahap sebagai berikut: 1. 2.
Tahap Deskripsi Data : yaitu data yang telah dikumpulkan, dideskripsikan apa adanya, tanpa adanya pretensi apa pun. Tahap klasifikasi data : yaitu data yang telah dideskripsikan, kemudian dikelompokan menurut kelompoknya masing-masing sesuai dengan permasalahan.
3.
Menarik simpulan sementara sesuai dengan kecenderungan yang disarankan oleh data.
4.
Menarik simpulan umum sesuai dengan yang disarankan oleh data
BAB III
12
PEMBAHASAN
2.1 Daerah Rawan Genangan Air di Sekitar Jalan Tukad Batanghari
Berdasarkan survai di lapangan dengan cara bertanya secara informal kepada penduduk setempat, didapatkan bahwa daerah rawan genangan air bila terjadi hujan yaitu hampir di sepanjang jalan Tukad Batanghari. Presentasi tentang pengendalian banjir kota Denpasar oleh PU juga menyebutkan hal yang sama. Jalan Tukad Batanghari termasuk sistem drainase V.
2.2 Kondisi Saluran Eksisting yang Ada di Wilayah Jalan Tukad Batanghari Termasuk Pola Aliran, Dimensi Saluran Eksisting, Tebal Sedimen, Tinggi Muka Air, Profil Saluran, Bangunan Penunjang Drainase
Untuk saluran tersier, pengamatan dilakukan mulai dari muara saluran kemudian bergerak ke bagian hulu dan melakukan pengamatan tiap 200 meter atau sampai menemukan percabangan saluran. Kondisi saluran eksisting (saluran tepi jalan Tukad Batanghari) hasil pengamatan langsung sebagai berikut : •
0+000
13
Saluran diperkeras dengan pasangan batu kali. Sedimen sama sekali tidak ada (sangat kecil). Sepadan saluran pada potonga n ini yaitu 0 meter. •
0+200
Saluran diperkeras dengan pasangan batu kali. Tebal endapan yang ada yaitu 10 cm. Sepadan saluran pada potongan ini masih besar, karena daerah sepadan masih merupakan tanah kosong. •
0+250
14
Pada jarak ini terdapat bangunan fasilitas drainase berupa gorong – gorong. Saluran diperkeras dengan pasangan batu kali. Tebal endapan yang ada yaitu 15 cm. Sepadan saluran pada potongan ini krang lebih 20 cm. •
0+400 Bagian barat jalan
Bagian timur jalan
Saluran di sebelah timur jalan sudah tidak berfungsi. Profil saluran di barat jalan tidak jelas karena. Saluran tidak diperkeras. Tebal endapan 17 cm
15
•
0+600 Barat jalan
Timur jalan
Profil saluran sebelah barat jalan (diasumsikan berbentuk segi empat) :
Tebal sedimen =13 cm, saluran tidak diperkeras
Profil saluran sebelah timur jalan :
Tebal sedimen = 11 cm, saluran tidak diperkeras
16
•
0+800
Profil saluran :
Tebal sedimen = 26 cm , saluran tidak diperkeras •
0+900
Pada potongan ini, tinggi muka air sangat kecil. Saluran tidak diperkeras.
17
Saluran samping jalan Tukad Batanghari ( saluran tersier ) bermuara pada sungai Pandian (saluran sekunder)
Bangunan fasilitas drainase berupa bendung pada saluran sekunder Sungai Pandian
18
Bendung pada sluran sekunder Tukad Punggawa
Saluran sekunder bermuara pada Tukad Rangda yang merupakan saluran primer. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa saluran samping jalan Tukad Batanghari secara garis besar belum direncanakan dengan baik dalam hal pola aliran maupun dimensi saluran. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya saluran drainase tercermin dari penimbunan saluran baik berupa sampah maupun tanah (pembuatan jalan masuk). Akibat sedimen dan sampah efektifitas saluran menjadi lebih rendah. Meski pengamatan dilakukan tidak setelah hujan, namun di beberapa bagian saluran samping jalan Tukad Batanghari sudah hampir mencapai kapasitas maksimalnya.
2.3 Tindakan Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi Daerah Genangan Air Yang Terjadi Sepanjang Jalan Tukad Batanghari
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi daerah genangan air yang terjadi sepanjang jalan tukad batanghari antara lain : •
Normalisasi alur
dan tembok senderan sungai + saluran
19
•
Pengerukan sungai
•
Pengerukan saluran tepi jalan / saluran tersier lainnya
•
Penataan bantaran sungai
•
Sosialisasi pentingnya saluran drainase kepada masyarakat
20
BAB IV KESIMPULAN
1. Sepanjang jalan Tukad Batanghari merupakan daerah rawan genangan air. 2. Saluran drainase tersier (saluran samping jalan) tidak berfungsi dengan maksimal akibat adanya endapan, dimensi tidak memadai, saluran terputus di beberapa bagian akibat tertimbun tanah / sampah, dan saluran tidak diperkeras sehingga mudah terjadi pengikisan dinding saluran. Pada tingkat saluran sekunder, sampah – sampah pada saluran menghambat aliran air. 3. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi daerah genangan air yang
terjadi sepanjang jalan tukad batanghari antara lain : •
Normalisasi alur
dan tembok senderan sungai + saluran
•
Pengerukan sungai
•
Pengerukan saluran tepi jalan / saluran tersier lainnya
•
Penataan bantaran sungai
•
Sosialisasi pentingnya saluran drainase kepada masyarakat
21