LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI ANALISIS VEGETASI DI HUTAN WANAGAMA
Di Susun Oleh : KELOMPOK 7 Hesti Lokaningrum
13308141042
Nur Khotimah
13308141060
Yuniar Kurnia Widasari
13308144009
Aris Setyanto Wibowo
13308144012
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan di muka bumi ini, manusia mempelajari tentang individu, populasi, komunitas, ekosistem dan lain sebagainya. Ilmu yang mempelajari tentang populasi,komunitas, dan ekosistem disebut ekologi. Semua organisme yang hidup dialam tidak dapat hidup sendiri melainkan harus selalu berinteraksi baik dengan alam (lingkungan). Organisme hidup dalam sebuah system ditopang oleh berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling berpengaruh, baik selara langsung maupun tidak langsung. Kehidupan semua jenis makhluk hidup sering mempengaruhi, sastra berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan disebut ekosistem. Ekosistem juga menunjukkan adanya interaksi bolak balik antara makhluk hidup (biotic) dengan alam (abiotik). Ekosistem merupakan suatu kesatuan fungsional yang didalamnya mengalir energi dan makanan (nutrient) antara lingkungan fisik (lingkungan abiotik) dan lingkungan biotic. Lingkungan biotic dan lingkungan abiotik secara terus menerus memiliki dampak satu terhadap yang lainnya sehingga menghasilkan suatu hubungan ketergantungan yang kompleks. Hal tersebut dapat menciptakan keseimbangan alam dalam kehidupan adanya suatu faktor dapat menyebabkan tergantungnya keseimbangan ekosistem itu akan mengalami perubahan juga. Hutan merupakan tumpuan dan harapan bagi setiap komponen mahkluk hidup yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil baik yang bersifat benefit cost maupun non benefit cost, namun dalam upaya untuk memaksimalkan fungsi hutan terkadang muncul faktor – faktor yang dapat menjadi pembaras tercapinya fungsi dan manfaat hutan secara optimal (Irwanto,2006:2). Dalam inventarisasi ekosistem perhatian ditujukan pada analisis vegetasi karena vegetasi merupakan pencerminn interaksi berbagai faktor lingkungan dengan makhluk hidup. Kehidupan lainnya sangat bergantung seluruhnya pada vegetasi sehingga terdapat korelasi antara mcam vegetasi dan macam komunitas makhluk lain. Oleh karena itu , vegetasi adalah komponen utama dalam suatu ekosistem (Heddy,2012:103). Analisis vegetasi diberbagai kawasan pelestarian dimaksudkan
untuk
memperoleh data tentang komposisi flora dan data kuantitatif mengenai penyebaran, jumlah dan dominansi masing-masing jenis.dalam hal ini data yang dikumpulkan adalah frekuensi,kerapatan, dominansi (Heddy,2012:103).
B. TUJUAN Praktikum kali ini dilakukan di hutan Wanagama yang bertujuan mempelajari struktur vegetasi dan membuat interpretasi fungsi komunitas tumbuhan pada tegakan yang dipelajari.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutan Sebuah ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon-pohon yang cukup rapat dan luas, sering kali terdiri dari tegakan-tegakan yang beraneka ragam sifat, seperti: komposisi jenis, struktur, kelas umur, dan proses-proses yang berhubungan; pada umumnya mencakup: padang rumput, sungai, ikan, dan satwa liar. Hutan mencakup pula bentuk khusus, seperti: hutan industri, hutan milik non industri, hutan tanaman, hutan publik, hutan lindung, dan hutan kota (Helmi,1998) Macam-macam hutan : 1. Berdasarkan Sifat-Sifat Pembuatannya:
Hutan alam (natural forest)
Hutan buatan (man made forest), misalnya:
Hutan rakyat (community forest)
Hutan kota (urban forest)
Hutan tanaman industri (timber estates atau timber plantation) Dll.
2. Berdasarkan Tujuan Pengelolaan Hutan:
Hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan bukan kayu (non-timber forest product)
Hutan Lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air
Taman Nasional merupakan tanah yang dilindungi, biasanya oleh pemerintah pusat, dari perkembangan manusia dan polusi. Taman nasional merupakan kawasan yang dilindungi (protected area)
Hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati atau keindahan alam.
Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
Suaka alam adalah perlindungan suatu kawasan berupa kekayaan alam dan isinya, meliputi pemeliharaan, penelitian, pendidikan, wisata, rehabilitasi kawasan, dan pengamanan segala aset yang berada dalam kawasan perlindungan.
Hutan konversi yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat
dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan. Fungsi hutan antara lain : 1. Mencegah erosi dan tanah longsor. Akar-akar pohon berfungsi sebagai pengikat butiran-butiran tanah. Dengan ada hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke permukaan tanah tetapi jatuh ke permukaan daun atau terserap masuk ke dalam tanah. 2. Menyipan, mengatur, dan menjaga persediaan dan keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau. 3. Menyuburkan tanah, karena daun-daun yang gugur akan terurai menjadi tanah humus. 4. Sebagai sumber ekonomi. Hutan dapat dimanfaatkan hasilnya sebagai bahan mentah atau bahan baku untuk industri atau bahan bangunan. Sebagai contoh, rotan, karet, getah perca yang dimanfaatkan untuk industri kerajinan dan bahan bangunan. 5. Sebagai sumber plasma dutfah keanekaragaman ekosistem di hutan memungkinkan untuk berkembangnya keanekaragaman hayati genetika. 6. Mengurangi polusi untuk pencemaran udara. Tumbuhan mampu menterap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. (www.artikellingkunganhidup.com) . B. Hutan wanagama Kawasan Hutan Pendidikan Wanagama yang luasnya hampir mencapai 600 hektar ini merupakan tumpuan harapan bagi banyak orang yang bermukim di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya untuk kepentingan ekonomis ataupun kebutuhan akan jasa lingkungan sebagai paru – paru kota , insan pendidikan sebagai media pembelajaran alamiah ataupun oleh pemerintah daerah sebagai salah satu aset wisata alam bagi daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh lewat kehadiran kawasan Hutan wanagama ini, maka upaya untuk mempertahankan fungsi dan peran kawasan ini harus terus dilakukan. Namun dalam pengelolaanya banyak faktor-faktor yang menjadi pembatas tercapainya produktivitas dan perlindungan hutan secara maksimal, salah satu faktor
penyebab
dimaksud
adalah
kehadiran
agen-agen
hayati
sebagai
penyebab timbulnya hama ataupun penyakit hutan yang dapat menyerang pohon-pohon yang ada dalam kawasan hutan Wanagama. C. Vegetasi Tumbuhan yang menutupi suatu daerah tertentu disebut vegetasi. Persebaran Tumbuhan ditentukan oleh faktor geologis, geografis (seperti ketinggian dan garis lintang) dan curah hujan. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut dan letaknya
semakin jauh dari garis lintang, di tempat tersebut suhunya semakin menurun. Setiap kenaikan ketinggian 100 meter dari permukaan laut dan kenaikan garis lintang maka sebesar 10 suhu daerah tersebut akan turun 50 C, dari perbdaan-perbedan itulah muncul macam-macam vegetasi. Berikut 9 macam vegetasi yang ada di dunia beserta ciricirinya. Macam-macam vegetasi dan ciri-cirinya sebagai berikut. 1) Bioma TundraMempunyai ciri-ciri vegetasi rumput dan lumut kerak (Lichenes) 2) Bioma Taigamemiliki ciri-ciri vegetasi hutan hujan jarum (konifer) 3) Bioma Hutan meranggas (4 musim) memiliki ciri-ciri vegetasi hutan yang hijau pada musim panas dan menggugurkan daunnya pada musim dingin. 4) Bioma Padang rumput memiliki ciri-ciri vegetasi tanpa pohon, tumbuhan berupa rumput (Graminae). 5) Bioma gurun memiliki ciri-ciri vegetasi dengan jumlah pohon sangat sedikit yang tumbuh adalah jenis tumbuhan tahan kering (xerofit), berbunga dan berbuah dalam waktu pendek (efermer). 6) Bioma Sabana memiliki ciri-ciri vegetasi padang rumput dan pepohonan. 7) Bioma Hutan hujan tropis memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan hijau sepanjang tahun, pohon- pohon tinggi, jenisnya sangat banyak, terdapat tumbuhan yang menempel (epifit) dan tumbuhan yang memanjat pohon lain (liana). 8) Hutan bakau memiliki ciri-ciri vegetasi yang memiliki akar nafas karena tanah dan airnya miskin oksigen, contohnya Pohon Bakau (Rhizipora), kayu api (Avicinea) dan Sonneratia/jenis tumbuhan tahan kering (xerofit). 9) Hutan lumut memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan lumut dan terdapat di daerah pegunungan. (budisma,2014) D. Struktur vegetasi Definisi dan Pengertian struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan hutan diberikan oleh beberapa ahli dalam bidang kehutanan. Untuk menjelaskan Struktur dan Komposisi Vegetasi, Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) membagi struktur vegetasi
menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu: 1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi. 2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain. 3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas. E. Analisis vegetasi
Dalam inventarisasi ekosistem perhatian ditujukan pada analisis vegetasi karena vegetasi merupakan pencerminn interaksi berbagai faktor lingkungan dengan makhluk hidup. Kehidupan lainnya sangat bergantung seluruhnya pada vegetasi sehingga terdapat korelasi antara mcam vegetasi dan macam komunitas makhluk lain. Oleh karena itu , vegetasi adalah komponen utama dalam suatu ekosistem (Heddy,2012:103). Analisis vegetasi diberbagai kawasan pelestarian dimaksudkan
untuk
memperoleh data tentang komposisi flora dan data kuantitatif mengenai penyebaran, jumlah dan dominansi masing-masing jenis.dalam hal ini data yang dikumpulkan adalah frekuensi,kerapatan, dominansi (Heddy,2012:103). Beberapa batasan yang dijelaskan adalah : a. Vegetasi : masyarakat tumbuhan pada suatu daerah yang luas dan mudah dikenal dengan penglihatan b. Komunitas : masyarakat tumbuhan tertentu yang merupakan bagian dari vegetasi. c. Flora : keseluruhan jenis yang terdapat dalam suatu kawasan tanpa memperhitungkan jumlah dan penyebaran individu jenis-jenis. d. Frekuensi : penyebaran suatu jenis yang dinyatakan dalam persentase terdapatnya dalam petak-petak cuplikan tanpa memperhitungkan jumlah individu jenis tersebut yang terdapat dalam masing-masing petak ; misalnya bila dalam suatu vegetasi disebar 100 petak yang besarnya seragam dan suatu jenis A terdapat dalam 80 petak maka nilai frekuensi jenis A adlah 80 %. e. Kerapatan : jumlah individu suatu jenis per satuan luas ; misalnya bila 35 individu jenis A terdapat dalam 100 m2 , maka kerapatan jenis itu adalah 3500/ha. f. Dominansi : penguasaan suatu jenis dalam suatu vegetasi atau suatu komunitas yang dinyatakan dalam: 1. Penutup (coverage) presentasi luas permukaan yang ditutup oleh suatu jenis dalam suatu vegetasi atau komunitas.
2. Luas bidang dasar (basal areal) luas total penampang batang atau dasar rumpun semua individu dari suatu jenis persatuan luas yang dapat dihitung dari diameter atau keliling batang atau rumpun. 3. Volumevolumetotal semua individu suatu jenis per satuan luas. 4. Biomassa berat total kering atau basah semua individu suatu jenis persatuan luas. (Heddy,2012:103-105) Nilai-nilai frekuensi, kerapatan dan dominansi dalam suatu pertelaan vegetasi atau komunitas dapat dinyatakan dalam nilai mutlak, atau dapat pula dinyatakan dalam nilai-nilai nisbi(relatif) : Jumlah individu a. Densitas absolut = Luas areal Densitas setiap spesies b. Densitas relatif =
x100 % Jumlah densitas semua spesies Nilai areal tertutup
c. Dominansi absolut = Luas areal Densitas setiap spesies d. Dominansi relatif =
x 100% Jumlah densitas semua spesies Jumlah plot yang ditempati spesies
e. frekuensi absolut = jumlah seluruh plot
frekuensi tiap spesies f. frekuensi relatif =
x 100% jumlah frekuensi semua spesies
g. Nilai penting = densitas relatif+ dominansi relatif +frekuensi relatif Luas areal =jumlah luas seluruh plot yang digunakan
F. Kuadrat sampling Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yang jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuhtumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yangerat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis(betta,2012) Supaya data penelitian yang akan diperoleh bersifat valid, maka sebelum melakukan penelitian dengan metoda sampling harus ditentukan terlebih dahulu metode sampling yang akan digunakan, jumlah, ukuran dan peletakan satuan-satuan unit contoh. Pemilihan metode sampling yang akan digunakan bergantung pada keadaan morfologi jenis tumbuhan dan penyebarannya, tujuan penelitian dan biaya serta tenaga yang tersedia. Kemudian Metode dan Teknik Analisis Vegetasi yang dipakai dipertimbangkan sesuai jenis, tujuan dan luas areal yang akan diteliti. Metode analisis atau survey vegetasi yang dapat dipakai adalah sebagai berikut : 1. Metode dengan Petak 1.1. Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique) Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Contoh petak yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal dan beberapa petak. Petak tunggal akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya.
Petak Tunggal Di dlam metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan. Ukuran petak ini dapat ditentukan dngan kurva spesies-area.
Petak Ganda Di dalam metode ini pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan menggunakan banyak petak contok yang letaknya tersebar merata.
1.2. Metode Jalur Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi. Jalur- jalur contoh ini harus dibuat memotong garis-garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai, dan menaik atau menurun lereng gunung. 1.3. Metode Garis Berpetak Metode ini dinggap sebagai modifikasi metode petak ganda atau metode jalur, yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. 1.4. Metode Kombinasi antara Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak Dalam metode ini risalah pohong dilakukan dengan metode jalur dan permudaan dengan metode garis berpetak. 2. Teknik Sampling tanpa Petak Contoh 2.1. Metode Berpasangan Acak (Random Pair Method) 2.2. Metode Titik Pusat Kuadran (Point Centered Quartered Method) 2.3. Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method) 2.4. Metode Garis Sentuh (Line Intercept Method) 2.5. Metode Bitterlich G. Point Quarter Techniques Cara menentukan nilai penting dalam Point Quarter Techniques : 1. Terapkan jarak rata-rata antar pohon (dalam hal ini digunakan jarak antara pohon dan point), yang selanjutnya dikenal D = Mean Distance. Total jarak pohn dari seluruh pengukuran D= ----------------------------------------------Jumlah seluruh quarter
2. Densitas absolut seluruh spesies dalam luas areal tertentu. Hal ini berarti jumlah phon seluruh spesies dalam luas area tertentu. , bila digunakan luas areal =100 meter persegi, maka : 100 Densitas absolut seluruh spesies tiap 100 m2= --------
------ (A)
D
3. Terapkan jumlah pohon masing-masing spesies setiap quarter Jumlah pohon spesies ybs pada seluruh quarter = -----------------------------------------------
------ (B)
Jumlah seluruh quarter
4. Densitas absolut spesies ybs. ( ini berarti jumlah pohon spesies ybs setiap luas area 100 meter persegi) Jumlah pohon sp ybs pada seluruh quarter = ------------------------------------------- x densitas seluruh spesies tiap 100m 2 Jumlah seluruh quarter Atau .................... (B)..................x..................(A)................................ Densitas relatif spesies ybs Densitas absolut spesies ybs = ----------------------------------------------- x100 %
5. Dominansi absolut : Totalspesies densitasybs absolut seluruh spesies A = rata rata area spesies ybs x dnsitas absolut spesies ybs B =rata-rata luas penutupan spesies ybs x densitas absolut spesies ybs Dominansi absolut spesies ybs = ----------------------------------------------- x 100%
6. Frekuensi absolut spesies ybs absolut sluruh spesies Total dominansi Jumlah point yang ada spesies ybs D= ----------------------------------------------- x100% Seluruh point
7. Nilai penting = densitas relatif + dominansi relatif + frekuensi relatif
BAB III METODE ALAT DAN BAHAN 1. Patok 20 batang 2. Tali 130 meter 3. Meteran panjang 30 meter 4. Pisau tajam / gunting 5. Kantong plastik tipis (1 kg) 100 buah 6. Steples kecildan isinya 7. Spidol permanent kecil 8. Kertas label 9. Anemometer 10. Luxmeter 11. Soil tester 12. Termometer 13. Higrometer LANGKAH KERJA Quadrat Sampling Techniques
1. Penjelasan cara kerja bulir 2 (menentukan minimal plot) a. Secara rondom, mengambil tempat untuk meletakan kuadrat l , dengan sis 4 m atau b. c.
luas kuadrat l = 16 m2 Menghitung dan mencatat jumlah spesies pada kuadrat l. Memperluas kudrat l menjadi 2 kali lipat luasnya , yang selanjutnya kuadtrat l
d.
dengan perluasannya disebut kuadrat ll , luasnya : 4m x 8m = 32 m2 Menghitung dan mencatat jumlah spesies pada kuadrat ll ,hal itu berarti menghitung dan mencatat jumlah spesies barung yang belum di jumpai pada kuadrat l ,dan apabila di tambahkan pada jumlah spesies pada kuadrat l akan di peroleh jumlah
e.
spesies pada kuadrat ll. Memperluas kuadrat ll menjadi 2 kali lipat luasnya , sehingga luas menjadi : 8m x 8m = 64m2 , yang selanjutnya kuadrat ll ditambah dengan perluasannya disebut
f. g.
kuadrat lll. Menghitung dan mencatat jumlah spesies pada kuadrat lll. Perluasan dilanjutkan dan perhitungan diadakan setiap selesai memperluas luas plot, sehingga jumlah kumulatif spesies tidak bertambah lagi atau pertambahannya
h.
dianggap tidak berarti lagi. Membuat grafik atas dasar hasil yang dikerjakan mulai butir a s/d g dengan ketentuan : sumbu x menunjukan luas kuadrat , sumbu y menunjukan jumlah
i.
kumulatif spesies. Setelah grafik terbentuk menentukan titik pada sumbu X seharga 10% dari luas
j.
kuadrat terbesar (luas kuadrat dijumpai spesies mulai tetap jumlahnya). Menentukan titik pada sumbu Y sehingga 10% dari jumlah kumulatif tertinggi
k.
spesies. Membuat garis ordinasi melalui titik temu 10% jumlah spesies dan 10% luas plot
l.
terbesar. Membuat garis sejajar dengan garis ordinasi yang menyinggung grafik harga-harga
jumlah kumulatif spesies. m. Dari titik singgung antara garis sejajar dengan grafik , proyeksikan pada sumbu Y , maka di temukan luas minimal plot yang dimaksudkan. 2. Penjelasan cara kerja butir 3 (menentukan jumlah minimal plot contoh) a. Membuat plot l yang sama dengan luas minimal yang telah ditemukan .Menghitung b.
dan mencatat jumlah spesies pada plot l. Membuat plot ll , lll , dan seterusnya sampai tidak ditemukan spesies baru lagi atau
c.
tidak adapembahasan spesies baru lagi. Membuat grafik atas dasar jumlah spesies hasil yang dikerjakan mulai butir a s/d b dengan ketentuan : sumbu X menunjukan jumlah plot , sumbu Y menunjuakan jumlah kumulatif spesies.
d.
Setelah grafik terbentuk, menentukan titik pada sumbu X sehingga 10% dan jumlah
e.
plot terbesar (jumlah plot/plot beberapa spesies mulai tetap jumlahnya) Menentukan titik pada sumbu Y sehingga 10% ndari jumlah kumulatif tertinggi
f.
spesies. Membuat garis ordinasi melalui titik temu 10% jumlah spesies dan 10% luas plot
g.
terbesar. Membuat garis sejajar dengan garis ordinasi yang menyinggung grafik harga-harga
h.
jumlah kumulatif spesies. Dari titik singgung antara garis sejajar dengan grafik , proyeksikan pada sumbu Y ,maka di temukan jumlah minimal plot yang dimaksud.
Modifikasi : (hanya boleh dilakukan pada praktikum ini saja , sebagai latihan) Bila prosedur tersebut dilakukan secara urut ,maka praktikum setidaknya membutuhkan waktu lama , minimal 2 hari berturut-turut, oleh sebab itu perlu dilakukan sedikit modifikasi agar waktu dapat diperpendek dengan memanfaatkan tenaga yang banyak. Oleh sebab itu kelompok harus dibuat besar anggotanya. Modifikasi adalah : Saat kerja akan menghitung minimal plot, yang seharusnya hanya menghitung jumlah spesies, sekaligus dilakukan penghitungan jumlah individu anggota penyusun spesies yang bersangkutan dan luas penutupannya. Oleh jumlsh minimsl plot yang di butuhkan untuk tegakan yang dipelajari belum diketahui, makakita dapat membuat spekulasi tentang jumlah plot yang dibutuhkan. Kita tetapkan saja misalnya : kita buat spekulasi 4 plot ,untuk mewakili tegakan yang kita pelajari. Ke empat plot diletakan secara merata pada seluruh tegakan aar dapat mewakili seluruh wilayah tegakan tersebut , jangan sampai ada wilayah yang tidak terwakili. Pada masing –masing plot dari 4 plot yang kita tetapkan sementara (spekulasi) dihitung jumlah individu dan luas penutupnya . Catatan : 1.
Data tentang spesies selanjutnya akan digunakan untuk menentukan minimal plot
2.
contoh. Data tentang jumlah individu dan luas penutupnya simpan dahulu, yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan nilai penting masing- masing spesies tiap tegakan , penghitungannya saat dikelas/dirumah. Setelah diperhitungkan dengan cara membuat grafik ,misalnya diperoleh kebutuhan minimal jumlah plot adalah 6 plot. Karena baru dibuat 4 plot (yaitu 4 plot yang ditetapkas secara spekulasi), maka harus digenapi dengan menambah 2 plot lagi,
supaya jumlah plot minimal terpenuhi yaitu 6 plot ,hasil perhitungan dengan cara membuat grafik. Ke 2 plot tambahan dihitung jumlah species,jumlah individu dan luas penutupnya, seperti keempat plot sebelumnya. Sebaiknya dibuat jumlah plot minimal spekulatif yang agak besar agar tidak perlu menggenapi . kelebihan jumlah plot bukan lebih baik. Misalnya spekulasi 8 plot ternyata hanya dibutuhkan 6 plot. 3. Penjelasan cara kerja butir 4 (pengamatan pada setiap plot) a. Membuat plot dengan luas yang sama dengan luas minimal dan jumlahnya sam dengan jumlah minimal. Karena yang ditentukan adalah luas dan jumlah minimal, maka membuat plot dengan luas jumlah yang lebih dari minimal adalah boleh. b. Melakukan pengamatan dan perhitungan jumlah individu dan luas penutupan masing-masing species pada setiap plot yang dibuat. Catatan : Pekerjaan ini sudah dicicil saat kerja menentukan minimal plot. Pada saat mengadakan pengamatan dan perhitungan jumlah species dan jumlah individu setiap species, seperti yang telah dikerjakan sebelumnya yaitu saat menentukan jumlah minimal plot, sudah diperoleh data jumlah individu dan luas penutupan jumlah spesies. Oleh sebab itu maka sejumlah plot yang telah diamati untuk menentukan jumlah minimal plot, dapat dimasukan sebagai bagian dari jumlah minimal plot yang dibutuhkan. Misalnya dibutuhkan jumlah minimal plot = 6 plot untuk mewakili tegakan yang dipelajari, dan saat menantukan jumlah minimal plot sudah dilakukan pengamatan 4 plot dengan sebaran plot yang sudah di perhitungkan. Maka untuk menggenapi jumlah plot minimal (6 plot), boleh hanya menambah 2 plot saja. Cara menentukan luas penutupan : a. Bila tinggi tumbuhan cukup rendah, seperti herba, maka dapat dilakukan secara langsung pengukuran berapa luas daerah yang tertutupi oleh species yang bersangkutan untuk seluruh plot yang digunakan ( 5 plot ) b. Bila tumbuhan cukup tinggi seperti semak dan pohon, maka perhitungan luas penutup dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Penutupan mahkota pohon yang berbentuk bulat mendekati sempurna, cukup mengukur diameternya . letakan meteran m,elalui titik tengah smapai pada batas proyeksi mahkota pohon pada tanah seberang-menyebrang.
22 Maka luas penutup mahkota pohon (tajuk) = ----- x r2 7 2.
Penutupan mahkota pohon yang tidak berbentuk bulat, pengukuran diameternya harus dilakukan setidak-tidaknya 2 kali. Ukur diameter terpanjang = D1 dan diameter terpendek = D2 maka luas penutup mahklota pohon (tajuk) = (crown cover = cc) : 22
(D1 + D2)2
Cc = ------ x ----------------7
4 Point Quarter Techniques
CARA KERJA : 1. 2.
Menentukan lokasi studi dan menentukan batar batasnya. Membuat arah garis pertama yang arahnya disesuaikan dengan arah kompas (garis
3. 4.
ini yang sering disebut dengan kompas line ) Menentukan jarak antar titik (point), sepanjang garis pertama. Membuat garis kedua yang arahn ya tegak lurus dengan garis pertama dan karena perpotongan dua garis tersebut masing-masing daerah disekitar point dibagi menjadi
5.
4 quarter. Menentukan / memilih point /titik yang di prioritaskan untuk diamati terlebuh dahulu. Ingat jumalh poin yang dibutuhkan dalam teknik kuadrat. Jumlah minoimal plot yangdi butuhkan belum diketahui belum diketahui karena sedang dicari prioritas pad titik tertentu, alasannya apa bila tidak perlu pernambahan titik lagi (sesuai kebutuhan titik minimal), titik titik yang di prioritaskan yang telah diamati, sudah
6.
dapat diwakili keseluruhan tegakan. Mengukur jarak pohon yang memiliki diameter 1 cm atau lebih, yang dekat dengan
7.
point center, pada setiap quarter pada masing masing point dengan point center. Mencatat nama species dan mengukur diameter pohon yang dipilih (karena terdekat
8.
dengan point center) dan mengukur luas penutup tajuk. Mencari nilai penting masing masing species pada setiap tegakan. Selanjutnya menetapkan kedudukan (rank) masing masing species untuk menentukan struktur trofik diantara komponen vegetasi lain (species lain) dalam level prosedur.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN No.
Plot
Jenis Tumbuhan
Jumlah
1.
1
Panicum repens
10
Stachytarpheta jamaicensis
138
Leucaena sp.
8
D
5
Gliricidea sp.
3
F
1
Lasidi
1
Podocarpus sp.
1
Panicum repens
10
Stachytarpheta jamaicensis
120
Leucaena sp.
11
D
6
Gliricidea sp.
3
F
1
Lasidi
1
Merremia emarginata
2
2.
No.
2
Plot
Intensitas Cahaya
pH tanah
Kelembaban
Suhu
tanah 1.
1
171 x 100 lux
6,8
70%
31oC
2.
2
119 x 100 lux
6,8
70%
31oC
Quadrat Sampling Techniques
No.
Spesies
Densitas
Frekuensi
Absolut
Absolut
1.
Panicum repens
1.13
1
2.
Stachytarpheta jamaicensis
4.31
0.5
3.
Leucaena sp.
0.28
1
4.
D
0.09
0.5
5.
Gliricidea sp.
0.09
0.5
6.
F
0.03
0.5
7.
Lasidi
0.06
1
8.
Podocarpus sp.
0.03
0.5
JUMLAH
6.03
5.5
No.
Spesies
Densitas
Frekuensi
Nilai
Relatif
Relatif
Penting
1.
Panicum repens
18 %
18.18 %
36.18 %
2.
Stachytarpheta
71 %
9.09 %
80.09 %
jamaicensis 3.
Leucaena sp.
5%
18.18 %
23.18 %
4.
D
2%
9.09 %
11.09 %
5.
Gliricidea sp.
2%
9.09 %
11.09 %
6.
F
0.49 %
9.09 %
9.58 %
7.
Lasidi
0.99 %
18.18 %
19.17 %
8.
Podocarpus sp.
0.49 %
9.09 %
9.58 %
JUMLAH
99.97 %
99.99 %
199.96 %
Nilai Penting suatu spotlit : Jumlah Densitas Relatif + Jumlah Frekuensi Relatif = 99.97 % + 99.99 % = 199.96 %
Hasil analisis tabel Quadrat sampling techniques menunjukkan bahwa nilai kerapatan/densitas dari 8 spesies yang terdapat di plot 1 dan plot 2 cukup bervariasi. Nilai kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies yang bersangkutan pada satuan luas tertentu, sehingga nilai kerapatan yang dihasilkan dalam kegiatan ini merupakan gambaran mengenai jumlah jenis bersangkutan yang ada di suatu wilayah yang ada di Hutan Wanagama. Total kerapatan pohon dari 8 spesies tersebut adalah 6.03 pohon/hektar dengan nilai kerapatan tertinggi sebesar 4.31 pohon/hektar dan kerapatan relatif 71% terdapat pada Stachytarpheta jamaicensis. Selanjutnya diikuti oleh Panicum repens yang mempunyai nilai kerapatan sebesar 1.13 pohon/hektar dan kerapatan relatif 18%. Perbedaan masing-masing spesies tersebut disebabkan adanya perbedaan kemampuan reproduksi, penyebaran dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Dengan adanya nilai kerapatan tersebut maka informasi tentang kehadiran tumbuhan tertentu dalam wilayah tersebut dapat diketahui. Untuk mengetahui distribusi individu pada suatu wilayah tersebut dapat dilihat dari nilai frekuensinya. Pada tabel dapat dilihat bahwa nilai frekuensi tertinggi ditemukan pada Panicum repens, Leucaena sp. dan Lasidi, masing-masing yaitu sebesar 1. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik habitat di wilayah tersebut cukup sesuai dengan ketiga spesies tersebut sehingga spesies tersebut dapat tersebar disekitar wilayah itu. Pada wilayah tersebut tidak terdapat coverege sehingga tidak terdapat nilai dominansi. Hal itu dikarenakan pada wilayah tersebut dalam kondisi gersang sehingga tumbuh-tumbuhan disana menjadi kering dan akibatnya tidak terdapat penutupan/coverage. Untuk mengetahui salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan spesies yang bersangkutan dalam komunitasnya maka digunakan Indeks Nilai Penting. Pada pengamatan dapat diketahui bahwa Stachytarpheta jamaicensis merupakan spesies yang mendominasi di wilayah tersebut karena memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi yaitu sebesar 80.09 %. Hal ini menunjukkan bahwa Stachytarpheta jamaicensis mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan di wilayah tersebut.
Point Quarter Techniques
Point
1
Quarter
1
Nama spesies
Panicum
Jarak Diamater
Basal
pohon
batang
area
penutupan
(m)
(cm)
(cm2)
(m2)
2,56
0,6
0,635
repens 2
Lasidi
3,12
1,2
1,766
3
Leucaena sp.
1,02
0,5
0,384
4
Panicum
1,29
0,9
1,130
repens 2
1
Lasidi
3,22
1,5
2,268
2
Gliricidea sp.
2,36
1,1
1,326
3
Gliricidea sp.
0,94
0,3
0,125
4
Panicum
1,11
0,4
0,196
repens jumlah
8
1. Jarak rata-rata antar pohon (D)
15,62
=
= = 1,9525 m
2. Densitas absolut seluruh spesies (per 100 m2)
=
=
=
D1
D2
Luas
= 26,25 3. Densitas absolut tiap spesies Spesies
Jumlah pohon tiap quarter
Densitas absolut spesies ybs
Panicum repens
3/8 = 0,375
0,375 x 26,25 = 9,843
Lasidi
2/8 = 0,250
0,250 x 26,25 = 6,563
Leucaena sp.
1/8 = 0,125
0,125 x 26,25 = 3,281
Gliricidea sp.
2/8 = 0,250
0,250 x 26,25 = 6,563
Total
26,25
4. Basal area Panicum
Lasidi
Leucaena sp.
repens
Gliricidea sp.
0,635 1,130 0,196
1,766 2,268
0,384
1,326 0,125
Jumlah
1,961
4,034
0,384
1,451
Rata-rata
0,654
2,017
0,384
0,725
5. Dominasi absolut tiap spesies per 100 m2 (basal area) P.r
0,654 cm2 x 9,843 = 6,437 cm2,
tiap area
100 m2
Lasidi
2,017 cm2 x 6,563 = 13,238 cm2,
tiap area
100 m2
L.s.
0,384 cm2 x 3,281 = 1,259 cm2,
tiap area
100 m2
G.s.
0,725 cm2 x 6,563 = 4,758 cm2,
tiap area
100 m2
25,692 cm2,
tiap area
100 m2
6. Frekuensi absolut tiap spesies
P.r.
=
x 100 %
= 100 %
Lasidi
=
x 100 %
= 100 %
L.s.
=
x 100 %
= 50 %
G.s.
=
x 100 %
= 50 % 300 %
7. Densitas relatif tiap spesies
P.r.
=
x 100 %
= 37,5 %
Lasidi
=
x 100 %
= 25 %
L.s.
=
x 100 %
= 12,5 %
G.s.
=
x 100 %
= 25 % 100 %
8. Dominasi relatif tiap spesies (dasar basal area)
P.r.
=
x 100 %
=
25,05 %
Lasidi
=
x 100 %
=
51,53 %
L.s.
=
x 100 %
=
4,9 %
G.s.
=
x 100 %
= 18,52 % 100
%
9. Frekuensi relatif tiap spesies
P.r.
=
x 100 %
= 33,33 %
Lasidi
=
x 100 %
= 33,33 %
L.s.
=
x 100 %
= 16,67 %
G.s.
=
x 100 %
=
16,67 % 100
%
10. Nilai penting tiap spesies (dasar basal area) P.r.
= 37,5 + 25,05 + 33,33 =
95,88
Rank II
Lasidi
= 25
+ 51,53 + 33,33 = 109,86
L.s.
= 12,5 +
G.s.
= 25
4,9
+ 16,67 =
Rank I
34,07
Rank IV
+ 18,52 + 16,67 = 60,19
Rank III
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan di Hutan Wanagama pada tanggal 16 November 2014 menggunakan teknik point quarter (Point Quarter Techniques), diperoleh data seperti pada tabel di atas. Metode ini diawali terlebih dahulu membuat garis-garis transek. Pada jarak-jarak tertentu (secara sistematik atau acak) di sepanjang garis tersebut dibuat titik-titik pengukuran, dimana dilakukan pengamatan dan pengukuran pohon. Pada setiap titik pengukuran, dibuat garis absis dan ordinat khayalan, sehingga setiap titik pengukuran terdapat 4 buah kuadran. Pada setiap kuadran dipilih satu pohon yang letaknya paling dekat dengan titik pengukuran dan diukur jarak masing-masing pohon tersebut ke titik pengukuran. Dari data yang telah diperoleh, pertama adalah menghitung jarak rata-rata antar pohon dengan cara total jarak pohon dari seluruh pengukuran dibagi dengan jumlah seluruh quarter, dan hasilnya adalah 1,9525 m. Kemudian menghitung densitas absolut seluruh spesies per 100 m2 dan hasilnya adalah 26,25. Nilai kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies yang bersangkutan pada satuan luas tertentu, sehingga nilai kerapatan yang dihasilkan dalam kegiatan ini merupakan gambaran mengenai jumlah jenis bersangkutan yang ada di suatu wilayah yang ada di Hutan Wanagama. Untuk densitas absolut tiap spesies, yang memiliki nilai densitas/kerapatan tertinggi adalah Panicum repens dengan nilai 9,843 dan yang memiliki nilai densitas/kerapatan terendah adalah Leucaena sp. dengan nilai 3,281. Hal ini menunjukkan bahwa dalam 2 point tersebut, jumlah Panicum repens lebbih banyak dibandingkan jumlah Leucaena sp.. Untuk dominasi absolut tiap spesies per 100 m2 diperoleh hasil bahwa yang memiliki nilai tertinggi adalah tumbuhan Lasidi dengan nilai 13,238 cm2 dan yang memiliki nilai terendah adalah Leucaena sp. dengan nilai 1,259 cm2. Untuk frekuensi absolut tiap spesie, diperoleh hasil bahwa Panicum repens dan Lasidi memiliki nilai frekuensi yang sama yaitu 100% sedangkan Leucaena sp. dan Gliricidea sp. frekuensinya sebesar 50%. Hal ini menunjukkan bahwa Panicum repens dan Lasidi terdapat di ponit 1 dan point 2, sedangkan Leucaena sp. dan Gliricidea sp. hanya ada di salah satu point saja.
Spesies yang memiliki nilai densitas relatif tertinggi adalah Panicum repens dengan nilai 37,5% dan yang memiliki nilai densitas relatif terendah adalah Leucaena sp. dengan nilai 12,5%. Untuk dominasi relatif berdasarkan basal area, yang memiliki nilai tertinggi adalah Lasidi dengan nilai 51,53% dan yang memiliki nilai terendah adalah Leucaena sp. dengan nilai 4,9% Untuk nilai penting tiap spesies berdasarkan dasar basal area, yang memiliki rank tertinggi adalah Lasidi dan yang memiliki rank terendah adalah Leucaena sp.. Dapat dikatakan bahwa tumbuhan yang memiliki rank tertinggi memiliki peranan yang lebih penting dalam ekosistem wilayah tersebut dibandingkan dengan yang memiliki rank terendah. Pada wilayah tersebut tidak terdapat coverege sehingga tidak terdapat nilai dominansi dan nilai penting untuk luas penutupan. Hal itu dikarenakan pada wilayah tersebut dalam kondisi gersang sehingga tumbuh-tumbuhan disana menjadi kering dan akibatnya tidak terdapat penutupan/coverage.
BAB V PENUTUP KESIMPULAN Tumbuhan yang paling banyak ditemukan di ekosistem hutan Wanagama adalah Stachytarpheta jamaicensis.
DAFTAR PUSTAKA Betta, Adi Gunawan.2012. Laporan Ekologi Tumbuhan Wanagama. Purwokerto:Unsoed. Budisma.2014. Macam-Macam Vegetasi Dan Ciri-Cirinya.http://budisma.web.id/macammacam-vegetasi-dan-ciri-cirinya. Diakses 29/11/2014 pukul 11.10 http://www.artikellingkunganhidup.com/6-fungsi-hutan-indonesia.html . diakses 29/11/2014 pukul 08.00 Heddy,Suwarsono.2012.Metode Analisis Vegetasi Dan Komunitas.Jakarta : Rajawali Press. Indriyanto . 2006. Ekologi Hutan. Jakarta :Bumi Aksara. Irwanto.2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectona grandis) dan Eucalyptus(Eucalyptus pellita) pada Kawasan Hutan Wanagama I. Yogyakarta: UGM. Mueller-Dombois, D. and H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology New York : John Wiley & Sons.
LAMPIRAN
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pinophyta
Kelas
: Pinopsida
Ordo
: Pinales
Famili
: Podocarpaceae
Genus
: Podocarpus
Spesies
: Podocarpus sp.
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Famili
: Verbenaceae
Genus
: Stachytarpheta
Spesies
: Stachytarpheta jamaicensis
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Solanes
Famili
: Convolvulaceae
Genus
: Merremia
Spesies
: Merremia emarginata
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Panicum
Spesies
: Panicum repens
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Leucaena
Spesies
: Leucaena sp.
Plot 1
Plot 2