Land Clearing Pada Proses Penambangan Bahan Tambang 1.
PENDAHULUAN
Pengertian Land Clearing
Land Clearing Adalah Proses pembersihan lahan sebelum aktivitas penambangan dimulai. Land Clearing Tahapan pekerjaan penambangan penamb angan umumnya umumnya diawali diawali dengan mempe mempersiapkan rsiapkan lahan, yaitu yaitu mulai dari dari pemotongan pemotongan pepohonan pepohonan hutan, hutan, pembabatan pembabatan sampai ke pembakaran hasilnya, yang dinamakan land clearing. Jadi land clearing dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pembersihan pembers ihan material material hutan yang yang meliputi pepohonan pepohonan,, hutan belukar belukar sampai sampai alang-alang. alang-alang. Variabel yang yang mempengaruhi mempengaruhi pekerjaan pekerjaa n land clearing clearing yaitu : Pepohonan Pepohonan yang yang tumbuh tumbuh Kondisi dan dan daya dukung dukung tanah tanah Topografi Topografi Hujan dan dan perubahan perubahan cuaca Sfesifikasi pekerjaan Data yang diperlukan untuk menganalisis produksi, kebutuhan alat dan akhirnya ke biaya meliputi: spesifikasi pekerjaan (proyek), kondisi lapangan biaya alat (beli atau sewa). Untuk selanjutnya pembahasan akan fokuskan pada masalah teknis dan tidak akan menyinggung masalah biaya. Pengupasan Tanah Penutup
Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sistimatika pengupasan yang baik. Pekerjaan pengupasan pengupas an lapisan tanah tanah penutup penutup merupakan merupakan kegiatan kegiatan yang yang mutlak harus dikerjakan dikerjakan pada pertamba pertambangan ngan terutama terutama pada kegiatan penambangan yang menggunakan sistim tambang terbuka.
Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi, semakin baik rancangan pada pengupasan pengupas an lapisan tanah tanah penutup penutup maka maka rencana rencana target produksi produksi semakin semakin baik. Untuk mewujudk mewujudkan an kondisi tersebut tersebut diperlukan metode dan alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup. Adapun pola teknis dari pengupasan lapisan tanah penutup yaitu :
1.
Back filling digging method Pada cara ini tanah penutup di buang ke tempat sudah digali.
2.
Benching System Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem jenjang (benching). Cara ini pada waktu pengupasan pengupa san lapisan tanah penutup penutup sekaligus sekaligus sambil sambil membuat membuat jenjang.
3.
Multi Bucket Exavator System Pada pengupasan cara ini tanah penutup dibuang ke tempat yang sudah digali atau ke tempat pembuangan khusus. Cara ini ialah dengan menggunakan Bucket Wheel Exavator ( BWE.
4.
Drag Scraper System Cara ini biasanya langsung diikuti dengan pengambilan bahan galian setelah tanah penutup dibuang, tetapi bisa juga tanah penutupnya dihabiskan terlabih dahulu, kemudian baru bahan galiannnya ditambang. Sistem ini cocok untuk tanah penutup yang materialnya lunak dan lepas(loose).
Pembersihan Lahan
Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pengum pulan pohon pohon yang tumbuh pada permuk permukaan aan daerah daerah yang akan akan ditambang ditambang dengan dengan tujuan untuk untuk membersihkan membersihkan daerah daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan tetumbuhan yang ada didaerah penambangan. Kegiatan pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan Buldozer.
Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang mempunyai ketebalan overburden beberapa meter dengan menggunakan Bulldozer dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan tanah penutup. Dalam pembabatan, pembab atan, pohon didorong kearah bawah bawah lereng lereng untuk dikumpulk dikumpulkan, an, dimana penanga penanganan nan selanjutnya selanjutnya diserahkan diserahkan pada pada penduduk pendudu k di daerah daerah atau wilayah wilayah setempat setempat
Pengertian Soil Management
Soil Management adalah pengumpulan soil atau humus pada tempat yang telah ditentukan yang nantinya akan digunakan untuk proses rehabilitasi.
Aktivitas Soil Management.
Soil Striping
:
Pengumpulan top soil dan dimuat ke alat angkut.
Soil Stockpilling
:
Soil Replacement
: Penghamparan atau penempatan soil pada lahan bekas tambang sebagai rehabilitasi tambang.
Penyimpanan top soil di tempat yang telah ditentukan dan bersifat Sementara.
Pekerjaan Land Clearing
Umumnya perkerjaan land clearing terdapat pada proyek proyek konstruksi dilakukan dengan memperhatikan lahan dan peralatan yang tersedia , seperti yang ditunjukan pada gambar :
2.
Tahapan Land Clearing
Pada pengerjaan proses land clearing hal yang umumnya dilakukan adalah meliputi pekerjaan sebagai berikut :
Underbrushing
Underbrushing adalah sebuah kegiatan yang lebih menjurus kepada kegiatan pembabatan pohon yang berdiameter maksimum 30 cm dengan tujuan mempermudah pelakasanaan penumbangan peophonan yang lebih besar.
Felling/Cutting
Adalah kegiatan penumbangan pepohonan yang berdiameter besar dari 30 cm , dalam sepefikasi kegiatan yang tersedia , biasanya disebutkan kegiatan kegiatan .tertentu, seperti pohon yang ditumbangakan sampai ke bonggolnya tanpa merusak top soil sekecil apapun , kayu kayu yang kecil harus dipotong menjadi dua atau empat bagian yang nantinya dapat diperlukan untuk kegiatan transmogran dan sebagainya.
Pilling
Kegiatan yang bertujuan untuk menumpuk kayu kayu atau tumpukan kayu pada jarak jarak tertentu. Yang diperlu diperhatikan adalah tumpukan kayu harus searah dengan angin yang berhembus.
Burning
Adalah pembakaran kayu kayu yang telah mengering atau tumbang dengan tidak melalaikan kayu yang dapat dimanafaaatkan , Pembakaran diharuskan untuk mendapatkan abu abu sisa pembakaran yang dapat meningkatkan kesuburan dari tanah disketiranya.
3.
Metode kerja land clearing
Metode kerja atau cara pengerjaan yang tepat dan benar akan sangat berpengaruh terhadapa produktivitas alat. Untuk menentukan metode mana yang paling tepat tergantung banyak faktor seperti volume / spefikasi proyek dengan volume besar sedangakan waktu yang terdsedia relatif singkat , maka buldozer meruakan alat yang efisien sehingga dengan demikian pembahasan mengenai cara pengerjaan (metode kerja) selanjutnya lebih dititik beratkan pada penggunaan buldozer.
3.1. Metode Penebasan dan Penumbangan
Pekerjaan penebasan dan penumbangan dikerjakan secara bersamaan. Untuk kegiatan ini dikenal beberapa metode, seperti metode perimeter, metode outcrop, metode contour, dan metode zig-zag. Dari keempat metode tersebut di atas, metode mana yang paling tepat untuk digunakan sangat tergantung pada kondisi medannya.
Metode Perimeter
Metode ini cocok diterapkan pada real yang rata. Setelah plot areal yang akan dibuka telah ditentukan, maka bulldozer mulai menebas atau menumbangkan pohon, dari luar menuju ke dalam, mengelilingi plot areal dengan arah gerak bulldozer berlawanan dengan arah jarum jam (Gambar 4-2.A.). Penumbangan dilakukan sedemikian rupa, sehingga arah tumbangnya pohon tidak mengganggu pohon-pohon yang belum tumbang, melainkan jatuh di areal yang telah dikerjakan (Gambar 42.B.).
Metode Out Crop
Sama seperti metode perimeter, metode out crop cocok diterapkan untuk areal yang rata. Perbedaannya terletak pada arah gerak bulldozer. Pada metode ini penebasan/penumbangan dimulai dari tengah-tengah plot areal menuju keluar dengan gerak bulldozer searah jarum jam seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3 A dan Gambar 4.3.B.
Metode Contour
Metode ini umumnya diterapkan pada areal yang berbukit. Bulldozer menebas / menumbangkan dari atas bukit ke bawah pada daerah dengan ketinggian yang sama (contour yang sama) seperti ditunjukkan pada Gambar 4-4.
Metode zig-zag
Sama seperti metode primeter dan out crop,metode zig-zag dapat diterapkan pada area yang rata. Metode zig-zag dapat dilihat pada gambar 4-5
3.2 Metode Penumpukan (pilling)
Umumnya hasil penebangan seperti pohon, ranting dan sebagainya ditumpuk searah dengan arah mata angin dan mengikuti garis contour. Jarak gusur bulldozer sekitar 15-25m, sehingga nanti jarak tumpukan satu sama lainnya menjadi sekitar 3050m. Metode penumpukan guling seperti yang ditunjukan pada gambar 3.2
3.3 Metode Pembakaran
Dalam pembakaran, yang perlu diperhatikan adalah arah mata angin.pada gambar 3.3, disarankan pembakaran tidak dimulai dari ujung b. Karena apinya akan sulit dikendalikan lagi pula hasil pembakaran akan kurang sempurna.
Jalur timbunana yang dibuat harus sesempit dan setinggi mungkin untuk mengurang jumlah tanah yang terbakar, karena dalam pembakaran humus tanah akan ikut terbakar sehingga mengurangi kesuburan
3.4 Metode Harrowing
Dewasa ini terkenal dengan metode harowing. Salah satu metode yang memiliki efisiensi kerja yang tinggi adalah “metode lompat kijang”(gambar 3.4). Berdasar kan data dan pengalaman metode ini memilikin efisiensi kerja sebesar 98,8%.
4.
Peralatan Land Clearing
4.1 jenis alat yang digunakan
Beberapa jenis alat yang digunakan untuk membersihkan lahan, dengan bermacam-macam tingkatan keberhasilan, seperti:
Bulldozer yang dipasangkan pada traktor
Bilah kusus yang dipasang pada traktor
Garu yang dipasangkan pada traktor
Rantai dan kabel baja yang dipasangkan oleh traktor
BULLDOZER YANG DIPANANGKAN PADA TRAKTOR
Dahulu bulldozer umumnya digunakan untuk membersihkan lahan, namun bulldozer ini dapat diganti oleh bilah khusus yang dipasang pada traktor. Dalam hal ini penggunaan bulldozer dianggap kurang efisien karena sebelum menumbangkan bulldozer yang besar bulldozer terlebih dahulu harus menggali tanah di seputar pohon dan memotong akar-akar disekitarnya yang akan meninggalkan lubang yang akan tidak di kehendaki tanah, disamping memerlukan waktu yang lebih banyak. Juga ketika menumpuk pepohonan dan tumbuhan lain yang telah tumbang. Bulldozer mengangkut tanah yang cukup banyak ke tempat penumpukan, yang menjadikan pembakaran yang lebih sukar.
BILAH KHUSUS YANG DI PASANG PADA TRAKTOR
Terdapat dua jenis bilah khusus yang di gunakan untuk menumbangkan pohon, di mana keduanya di pasang pada ujung depan traktor yaitu bilah menyudut-tunggal dengan penusuk menonjol pada sisi depan, memanjang di depan bilah sehinnga penusuk tersebut dapat di paksa masuk ke dalam atau menembus pohon untuk membelah atau melemahkannya.jadi jika pohon tersebut terlalu besar untuk di tumbangkan dalam satu passing, batangnya akan terbelah dan hanya sebagian yang di tumbangkan.Juga, tractor tersebut dapat melakukan passing mengitari sebatang pohon dengan penusuk yang memasuki tanah untuk memotong akar akar mendatar utamanya.Dapat juga di gunakan untuk menyingkirkan tanggul tanggul dan menumpuk bahan untuk pembakaran.Jenis bilah khusus lainnya adalah bilah berbentuk V , dengan penusuk yang mencuat di ujung depannya (Gambar4-9) yang mempunyai keuntungan bilah tersebut memungkinkan bergeser sepanjang permukaan
tanah,dengan demikian dapat melakukan pemotongan tumbuhan rata dengan permukaan.Namun demikian, bilah tersebut dapat juga di turunkan ke bawah permukaan untuk menyingkirkan tunggul pohon.Juga bilah tersebut dapat di naikkan untuk memungkinkan penusuk bersangkutan bila menusuk pohon di atas permukaan tanah.Bilah bilah khusus dapat dilihat pada gambar 4-10 dan gambar 4-11
Garu yang Dipasang Pada Traktor
Garu ini dapat digunakan untuk membongkar dan menumpuk pohon, batu, dan material sejenis lainnya tanpa mengangkut tanah yang terlalu banyak , karena material berbutir seperti pasir dan kerikil akan dengan mudah lolos diantara geriginya. Pengaturan gerigi dilakukan menurut pesanan yang tersedia untuk penggunaan pada kondisi tanah yang bermacam-macam. Akan tetapi beberapa bahan berupa plastik cenderung menyatu dengan tumbuhan dan menyumbat celah-celah diantara geriginya. Garu ini dapat merupakan alat yang efektif ketika digunakan untuk menumpuk material yang dibersihkan menjadi suatu tumpukan yang siap untuk dibakar. Selanjutnya terdapat jenis garu jepit yang dipasang pada traktor yang digunakan untuk mengangkat pohon dan belukar yang telah tumbang dan mengangkutnya ke tempat-tempat pembakaran atau ketempat pembuangan yang lain. Untuk beberapa proyek, cara penanganan material yang demikian adalah lebih baik dibanding menggunakan garu yang dipasang pada traktor untuk mendorongnya dipermukan tanah. Menggunakan garu jenis ini akan mengurangi bahkan meniadakan terangkutnya tanah ketempat penumpukan. Juga karena jangkauannya yang tinggi, garu jepit dapat lebih efektif pada pengacakan setumpuk material untuk meningkatkan laju pembakaran.
Rantai dan Kabel Baja yang Ditarik Traktor
Dilakukan dengan menempatkan sebuah rantai kuat yang ditarik oleh dua buah traktor. Ini sangat efektif untuk menumbangkan pepohonan dan membabat belukar yang agak tandus. Keefektifan rantai ini dapat ditingkatnkan degan menyertakan potongan-potongan baja misalnya potongan-potongan rel pendek pada mata rantai yang dipasang tegak lurus terhadap mata rantai pada rantai tersebut. Berat tambahan ini akan membuat rantai lebih dekat ke permukaan tanah dan lebih banyak menyingkirkan belukar dan tumbuhan yang lebih rendah. Passing kedua pada daerah yang beberapa bulan sebelumnya telah di rantai tarik dengan arah yang berlawanan dengan passing pertama, akan mengurangi tetumbuhan yang masih bertahan hidup.
5.
5. Dampak land clearing pada lahan/hutan
Praktek pembukaan hutan menyebabkan perubahan dan kerusakan secara langsung melalui :
1.
Kehilangan kanopi yang menghasilkan perubahan iklim mikro di atas dan bawah permukaan tanah
2.
Pemadatan tanah, kehilangan struktur tanah bahkan kehilangan lapisan atas tanah yang menghasilkan perubahan sifat fisik dan kima tanah. Penguapan hara tanaman melaui pembakaran diikuti pengembalian hara sebagai deposit debu.
3.
Perubahan fisiko-kimia akibat pembukaan hutan ini secara langsung juga berpengaruh terhadap sifat biologi tanah dan vegetasi. Melalui kehilangan kanopi, benih dan masukan serasah, regenerasi benih secara insitu dan kerusakan akar dipermukaan, populasi mikroba tanah dan cadangan benih.
5.
Terhadap Sifat Fisik Tanah
Pembukaan hutan selalu mengakibatkan pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat berat, penebangan secara mekanis dan teknik pengangkutan. Pemadatan tanah disebabkan oleh kehilangan struktur tanah sehingga terjadi penurunan infiltrasi, daya tampung air permukaan (pada areal datar) dan peningkatan aliran permukaan (pada lahan miring), aerasi memburuk dan ketahanan mekanik terhadap pertumbuhan akar meningkat. Terdapat hubungan yang erat antara jumlah lintasan traktor dan tingkat pemadatan tanah. Kerusakan tanah akibat pemadaatan semakin meningkat dengan semakin tingginya kelembaban tanah.
Penelitian di Yurimaguas Peru yang membandingkan pembukaan hutan dengan beberapa metoda mekanisasi dan tebang bakar (slush and burn) terhadap sifat fisik tanah diperoleh hasil bahwa kerapatan ruang (bulk dencity), kecepatan infiltrasi, stabilitas agregat dan C-organik mengalami kerusakan yang lebih parah akibat metoda mekanisasi. Jika dibandingkan terhadap hutan yang tidak terganggu berat rata-rata diameter agregat setelah pembukaan hutan mengalami penurunan masing-masing sebesar 12,4% untuk tebang bakar ; 26,0 % untuk bolduzer dengan shear blade dan 39,7 % untuk buldozer dengan straight blade. Perubahan sifat-sifat ters ebut berhubungan erat dengan menurunnya kadar C organik tanah masingmasing 0 % untuk tebang bakar; 16,3 % untuk buldozer dengan shear blade dan 21,2 % untuk bolduzer dengan straight blade.
Rusaknya struktur tanah yang menyebabkan pemadatan tanah setelah pembukaan hutan sebagian diakibatkan oleh alat berat dan sebagian lagi akibat penurunan kadar bahan organik akibat cepatnya laju dekomposisi setelah pembukaan hutan yang berkombinasi dengan kurangnya masukan bahan organik akibat hilangnya masukan serasah. Kecepatan infiltrasi 12 kali lebih tinggi setelah tebang-bakar dibanding dengan metoda buldozer. Pengaruh utama perubahan sifat fisik terhadap pertumbuhan tanaman adalah berkurangnya pori makro lapisan atas tanah. Terjadi penurunan volume pori meso dan makro (Ø > 30 µm) dan peningkatan volume pori mikro (Ø < 30 µm) setelah pembukaan hutan dengan bulldozer di hutan Suriname. Dilaporkan juga bahwa kepadatan tanah menyebabkan penurunan kerapatan akar pada kedalaman 10-40 cm. Pengaruh pemadatan tanah pada kedalaman akar lebih bersifat sementara pada tanaman tahunan dibanding tanaman setahun.
Kerusakan struktur tanah dan selanjutnya terjadi pemadatan tanah setelah pembukaan hutan sangat berpengaruh terhadap hidrologi tanah terutama kapasitas infiltrasi, daya pegang air dan permeabilitas (hydrolic conductivity). Setelah pembukaan hutan, tanah umumnya menjadi lebih basah pada musim hujan dan memerlukan waktu lebih lama untuk menjadi kering tetapi sebaliknya menjadi lebih kering pada musim kemarau dan memerlukan waktu lebih lama untuk menjadi basah. Tanaman mengambil hara melalui 2 mekanisme utama yaitu (1) pengembangan akar dan (2) aliran massa (mass flow) atau difusi. Kedua mekanisme ini mendapatkan keadaan yang bertolak belakang setelah adanya pembukaan hutan yaitu terjadi pemadatan sehingga membatasi pertumbuhan akar dan aliran air yang lebih berkelok (tortuositas) akibat meningkatnya pori mikro yang menyebabkan rute yang lebih panjang untuk mekanisme aliran massa dan difusi ion yang berkombinasi dengan berkurangnya kecepatan permeabilitas pada kondisi jenuh dan tidak jenuh.
5.2 Terhadap Sifat Kimia Disamping kehilangan sebagian hara akibat hilangnya biomassa hutan, ada dua pengaruh langsung pembukaan hutan terhadap sifat kimia tanah yaitu hilangnya masukan bahan organik secara reguler dan pengaruh pembakaran terhadap tanaman dan hara tanah. Pada hutan tropis di Suriname, diperkirakan rata-rata biomassa akar yang dihasilkan adalah 109,5 t/ha yang terdiri dari 857 kg N/ha; 58 kg P/ha; 380 kg K/ha, 445 kg Ca/ha dan 79 kg Mg/ha (Ross, 1998).
Pada penelitian Wasis (2003) di Kalimantan tengah, Riau dan Garut tentang pembukaan lahan dengan cara pembakaran lahan secara disengaja, pada tanah gambut dan mineral menyebabkan terjadi peningkatan kandungan hara seperti N, P, K, Ca, Mg dan Na serta bahan organic.
5.3 Terhadap Sifat Biologi Tanah
Perubahan iklim mikro tanah terutama peningkatan temperatur tanah dan penurunan kelembaban tanah akan mengganggu organisme tanah yang membutuhkan kelembaban untuk pergerakan, pernafasan, penguraian dan reproduksi. Pemadatan
tanah akibat penggunaan alat mekanis untuk pembukaan hutan, menurunkan penetrasi akar dan aktivitas mikroba melalui tahanan fisik tanah dan pengurangan aerasi.
Wasis 2002, menyebutkan Pembakaran lahan berdasarkan analisa laboratorium telah menyebabkan menurunnya sifat biologi tanah seperti total mikroorganisme, total fungi dan C-mic. Kondisi tersebut tentunya sangat merugikan karena mikroorganisme yang dapat meningkatkan prooduktifitas lahan seperti keberadaan bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut fosfat yang membantu ketersediaan unsur hara tanah dapat hilang.
Tabel 3. Sifat Biologi Tanah di Kalimantan Tengah dan Garut
5.4 Terhadap Erosi Tanah
Tutupan tanaman hutan, kanopi tanaman dan serasah daun melindungi permukaan tanah dari erosi. Ketika bahan-bahan tersebut dihilangkan selama pembukaan hutan permukaan tanah menjadi rentan terhadap pukulan energi kinetik butir hujan dan akhirnya butiran tanah menjadi terdispersi dan terangkut. Pukulan air hujan dan penguraian bahan organik setelah pembukaan hutan menyebabkan kerusakan agregat tanah permukaan, menyumbat pori mikro, mengurangi infiltrasi dan akhirnya meningkatkan aliran permukaan. Sifat-sifat permukaan tanah seperti lapisan kedap kaya liat, lapisan permukaan yang mengeras (crusting) bahkan pada kelerengan yang rendah akan menyebabkan aliran dipermukaan tanah lebih banyak dibanding infiltrasi sehingga akhirnya akan mendorong laju erosi.
Pembukaan hutan akan menyebabkan erosi setempat seperti erosi percik (splash), erosi lembar (sheet) dan erosi parit (rill) maupun erosi dengan skala lebih besar seperti erosi lembah (gully). Besarnya erosi akibat pembukaan hutan sangat bervariasi tergantung metoda pembukaan hutan, sifat tanah dan derajat kemiringan lereng. Penelitian Wiersum, 1984 dalam Ross, 1998) pada 80 lokasi hutan tropis dan sistem agroforestri menunjukkan bahwa hutan alami mengalami erosi paling ringan yaitu 0,03 – 6,2 t/ha/thn sedang erosi terbesar terjadi pada tanaman hutan bebas gulma dan pada hutan dengan serasah yang dihilangkan yaitu masing-masing 1,2 – 183 dan 5,9 – 105 t/ha/thn. Kehilangan bahan organik dan hara tanaman akibat erosi ini akhirnya akan menyebabkan pertumbuhan kembali (re-establishment) vegetasi menjadi terhambat akibat tanah yang tidak subur dan kekeringan.
Ada 2 faktor yang yang mempengaruhi erosi tanah dan kehilangan hara yaitu derajat kemiringan lereng dan penutupan vegetasi. Penelitian Lal (1976 dalam Ross, 1998) di Nigeria, kehilangan bahan organik akibat erosi meningkat dari 416-3780 kg/ha/thn dengan peningkatan kemiringan lereng dari 1 menjadi 15 %. Jumlah tersebut setara dengan kehilangan N masingmasing 36,7 dan 313,5 kg/ha/thn. Jumlah ini lebih tinggi dari jumlah pupuk N yang diberikan pada pertanian intensip. Jumlah bahan organik dan hara yang hilang akibat erosi ini tergantung pada tingkat kesuburan tanahnya. Pada tanah hutan berpasir dan tidak subur di utara Brasil, kehilangan bahan organik sebanyak 203-386 kg/ha/thn hanya mengandung N sebanyak 3-12,5 kg/ha/thn. Hasil tersebut diamati pada 6 bulan pertama setelah pembukaan hutan.
https://ockypradikha.wordpress.com/2015/07/04/land-clearing-pada-proses-penambangan-bahantambang/