FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA ............. KECAMATAN ......... KABUPATEN ........
KARYA TULIS ILMIAH / SKRIPSI
Oleh:
................ NIM. ...............
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES ........ JURUSAN ........ PROGRAM STUDI ................ TAHUN 2011
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Latar Belaka Belakang ng
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dan negara-negara lain relatif tinggi, hingga mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan Kesehatan Indones Indonesia, ia, 2002/2003) 2002/2003)..
Penurun Penurunan an AKI serta pening peningkata katan n deraja derajatt kesehat kesehatan an ibu
menjadi menjadi prioritas prioritas utama dalam pembangunan, pembangunan, bidang kesehatan di Indonesia. Indonesia. Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan dapat terwujud dalam bentuk safe motherhood atau disebut juga penyelamat ibu dan bayi (Sarwono, 2002). Masala Masalah h kematia kematian n ibu adalah adalah masala masalah h yang yang sangat sangat komple kompleks ks seperti seperti status status wanita dan pendidikan. pendidikan. Masalah Masalah tersebut juga diperbaiki diperbaiki sejak awal. Tetapi kurang kurang real realis isti tiss apabi apabila la mengha menghara rapka pkan n perub perubaha ahan n drast drastis is dalam dalam wakt waktu u yang yang singk singkat, at, (Sarwono (Sarwono 2002). Tingginya Tingginya angka kelahiran kelahiran berkaitan erat dengan dengan usia wanita pada saat perkawinan perkawinan pertama. pertama. Secara Secara nasional, meskipun meskipun usia kawin pertama pertama umum 2549 tahun, telah telah ada peningkata peningkatan. n. Namun Namun umur kawin kawin yang yang pertama pertama menunju menunjukka kkan n angka yang relatif rendah, yakni 19,2 tahun, median umur kawin di pedesaan 18,3 tahun dan di perkotaan 20,3 tahun (SDKI, (SDKI, 2002-2003). Pelay Pelayana anan n KB yang yang berk berkual ualit itas as belum belum sepe sepenuh nuhny nyaa menj menjang angkau kau selu seluru ruh h wilayah wilayah nusantara. nusantara. Pada saat sekarang sekarang ini paradigma program program KB telah mempunyai visi dari dari mewujudkan mewujudkan NKKBS NKKBS menjadi visi visi untuk mewujudka mewujudkan n keluarga keluarga berencana berencana yang yang berku berkual alit itas as tahu tahun n 2015. 2015.
Kelu Keluar arga ga yang yang berk berkua uali lita tass adala adalah h kelua keluarg rgaa yang yang
sejaht sejahtera era,, sehat, sehat, maju, maju, mandir mandiri, i, memili memilih h jumlah jumlah anak anak yang ideal. ideal. berwawa berwawasan san ke depan, bertanggung bertanggung jawab dan harmonis. harmonis. Visi tersebut tersebut dijabarkan dijabarkan dalam 6 visi yaitu memberdayakan memberdayakan masyarakat, menggalang menggalang kemitraan, kemitraan, dalam peningkatan peningkatan kesejahterakesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan kegiatan khusus kualitas KB dan dan kese keseha hata tan n repr reprod oduk uksi si,, meni mening ngka katk tkan an prom promos osi, i, perl perlin indu dung ngan an dan dan upay upayaa mewujudkan mewujudkan hak-hak reproduksi reproduksi dan meningkatkan meningkatkan upaya pemberdayaan pemberdayaan perempuan perempuan untuk untuk mewu mewuju judk dkan an keset kesetar araan aan dan dan keadi keadila lan n gend gender er mela melalu luii progr program am KB sert sertaa mempe mempers rsia iapk pkan an sumb sumber er daya daya manus manusia ia yang yang berk berkual ualit itas as seja sejak k pembu pembuah ahan an dan dan kandungan sampai pada usia lanjut (Hanafi Hartanto, 2002). Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi kontrasepsi.. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya terbatasnya metode yang tersedia, tetapi tetapi juga oleh ketida ketidakta ktahua huan n mereka mereka tentang tentang persyar persyarata atan n dan keaman keamanan an metode metode kontras kontraseps epsii terseb tersebut. ut.
Berbaga Berbagaii faktor faktor harus harus diperti dipertimba mbangka ngkan n termas termasuk uk status status kesehat kesehatan, an, efek efek
samping, samping, potensial, konsekwensi konsekwensi kegagalan/kehamila kegagalan/kehamilan n yang tidak diinginkan. diinginkan. Besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya lingkungan integral yang sangat tinggi dalam pelayanan KB. Angka kematian ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasila keberhasilan n pelayanan kesehatan kesehatan dan keluarga berencana berencana di suatu negara. Tingkat Tingkat kese keseja jaht htera eraan an juga juga dapat dapat dite ditent ntuka ukan n terh terhad adap ap sebe sebera rapa pa jauh jauh gera gerakan kan kelua keluarg rgaa berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat.
Salah satu bagian dari
program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ketahun. Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana
dan dapat dapat diajarka diajarkan, n, tetapi tetapi masala masalah h mencab mencabut ut susuk susuk KB memerl memerlukan ukan perhat perhatian ian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 1998). Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaanya hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih belum menjadi peserta p eserta KB. K B. Disinyalir ada beberapa faktor penyebab p enyebab mengapa wanita PUS enggan enggan mengguna menggunakan kan alat alat maupun maupun kontra kontrasep sepsi. si. FaktorFaktor-fak faktor tor terseb tersebut ut dapat dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE dan hambatan budaya (Sumber Advokasi KB, 2005). Dari hasil SDKI (2002-2003) (2002-2003) diketahui diketahui banyak alasan yang dikemukakan dikemukakan oleh wanita wanita yang tidak tidak menggu menggunaka nakan n kontras kontrasepsi epsi adalah adalah karena karena alasan alasan fertil fertilita itas. s. Selain Selain alasan alasan fertil fertilita itas, s, alasan alasan lain lain yang yang banyak banyak disebut disebut adalah adalah berkait berkaitan an dengan dengan alat alat/c /car araa KB yaitu aitu:: masa masala lah h kese keseha hata tan, n, taku takutt efek efek samp sampin ing, g, alas alasan an kare karena na pasangannya menolak dan alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya terlalu mahal. mah al. Bidan Bidan yang mempuny mempunyai ai peranan peranan penting penting sebaga sebagaii pendamp pendamping ing disepa disepanjan njang g siklus kehidupan kehidupan wanita wanita sejak periode perinatal, perinatal, bayi, remaja, dewasa, kehamilan, persalinan, nifas dan menopause. Haruslah faham serta mengerti terhadap berbagai perubahan yang dihadapi wanita demi menuju kehidupan yang sehat. seh at. Pemer Pemerin inta tah h teru teruss menek menekan an laju laju pertam pertamba baha han n juml jumlah ah pendu penduduk duk melal melalui ui program Keluarga Berencana (KB). Sebab jika tidak meningkatkan peserta KB maka jumlah penduduk Indonesia akan mengalami peningkatan, apabila kesetaraan ber KB,
pertahun, angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 menjadi menjadi sekitar 2555,5 juta (Sumarjati (Sumarjati Arjoso, Arjoso, 2000). Terkait Terkait program KB nasional menurut kepala BKKBN pusat ternyata cukup menggembirakan yaitu kesetaraan ber KB berdasarkan SDKI 2002, tercatat 61,4% dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada naik menjadi 65,97% (Susenas, 2005). Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 (SDKI 2005) turun menjadi 2,5 (Susenas, 2004). Sedangkan laju pertambahan penduduk menunjukan angka penurunan dari 2,86% (Sarwono Prawirohardjo, 1990) menjad menjadii 1,17% 1,17% (Sarwono (Sarwono Prawir Prawirohar ohardjo djo,, 2000) 2000) (http: (http: //situ //situss kespro kespro-in -info/ fo/kb/a kb/aju/ ju/ 2011/kb 01 html). html). Berdasa Berdasarka rkan n hasil hasil SDKI jumlah jumlah pendudu penduduk k Indone Indonesia sia tahun tahun 2000 mencap mencapai ai 206,4 206,4 juta juta jiwa jiwa (102,8 (102,8 juta peremp perempuan uan dan 103,4 103,4 juta juta laki-l laki-laki aki). ). Sedangka Sedangkan n untuk untuk jumlah PUS sekitar 34 juta pasangan. Presentasi KB aktif 60% (SDKI 2002-2003). Berdasarkan fakta utama KB, proporsi wanita PUS yang tidak ber KB masih cukup besar (40%) dan alasan utama wanita pus tidak ber KB adalah tidak subur (17%), masala masalah h kesehat kesehatan an (12%) (12%) dan takut takut efek efek sampin samping g (10%) (10%) (Sumber (Sumber Advokas Advokasii KB, 2005). Jumlah peserta peserta KB berdasarka berdasarkan n SDKI 2002-2003 2002-2003 meliputi peserta peserta KB Suntik Suntik 27,8%, PIL KB 13,2%, IUD 6,2% susuk KB 4,3%, MOW 3,7% MOP 0,4% dan Kondom 0,9% dan metode amenore laktasi (MAL) 0,1%, dan sisanya merupakan peserta KB K B tradisional yang masing-masing menggunakan cara pantang berkala 1,6%, senggama senggama terputus 1,5% dan cara lain 0,5%.
Jumlah WUS di Propinsi Lampung 1.868.903 orang.
Hasil presurvey di
BBKBN (2004) terdapat peserta KB implant sebanyak 9.730 orang (4,81%), sedangkan KB aktif yang menggunakan KB lainnya sebanyak 188.282 orang (95,09%). Berdasarkan data jumlah penduduk yang ada di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. sebanyak 1.003 KK. Sedangkan untuk jumlah PUS, sebanyak 810 orang. Yang terbagi menjadi 5 dusun yaitu Dusun I sebanyak 180 PUS, 275 Wanita Usia Subur (WUS), Dusun II sebanyak 152 PUS, 203 WUS, Dusun III sebanyak 160 PUS, 223 WUS, Dusun IV sebanyak 169 PUS, 269 WUS, Dusun V sebanyak 149 PUS, 194 WUS, jumlah akseptor KB di wilayah ini tahun 2011 adalah akseptor KB PIL 156 orang (13,4%) Suntik 345 (29,6%) Implant 4 orang (0,3%), MOW 1 orang (0,08%) dan MOP 4 orang (0,3%). Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
B. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Setelah mengidentifikasikan masalah, perumusan masalah, penelitian yang diambil adalah “Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2011?”.
C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu: 1. Jenis Penelitian
:
Deskriptif
2. Subjek Penelitian
:
Pasangan Usia Subur (PUS)
3. Objek Penelitian
:
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
minat
ibu
terhadap pemakaian KB implant 4. Lokasi Penelitian
:
Desa
.............
Kecamatan
.............
Kabupaten
............. 5. Waktu Penelitian
:
Februari - Mei 2007
6. Alasan Penelitian
:
Berdasarkan
data
hasil
presurvey,
ibu
yang
menggunakan kontrasepsi implant hanya 4 orang (0,3%), sehingga penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor
apa
saja
yang
mempengaruhi
sedikitnya minat ibu terhadap kontrasepsi implant.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu terhadap kontrasepsi implant di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap kontrasepsi implant di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
Untuk mengetahui gambaran tingkat pendapatan keluarga terhadap kontrasepsi implant di Desa ............. kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
Untuk mengetahui gambaran sikap ibu terhadap kontrasepsi implant di desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peneliti Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang telah diberikan dan diterima dalam rangka pengembangan kemampuan diri dan sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di Akademi Kebidanan ............. ........
2. Bagi instansi pendidikan Dapat menambah bahan kepustakaan di Akademi Kebidanan ............. ........ 3. Bagi instansi kesehatan Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi instansi kesehatan dalam pelayanan kesehatan, khususnya di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011. 4. Bagi PUS Dapat menjadi saran dan masukan bagi PUS dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai kontrasepsi implant.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka 1. Sejarah Keluarga Berencana
Pada zaman Yunani Kuno Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran.
Cara waktu itu adalah
mengeluarkan semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain atau minyak. Adapula yang memakai alat-alat yang dapat menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim. Umpamanya dengan memasukkan rumput daun-daunan atau sepotong kain perca ke dalam vagina. Di Indonesia sejak dulu sudah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Indonesia KB modern mulai dipakai sejak tahu 1953. pada waktu itu sekelompok orang kesehatan kebidanan dan tokoh masyarakat namun dengan sedikit mungkin publisitas dengan obat yang ada tentang KB maka akan membantu masyarakat. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PBKI) dan bergerak membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Jadi di Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan KB yang sampai sekarang masih aktif membantu program KB nasional yang dikoordinir oleh Bidang Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (Rostam Mochtar, 2000).
Arah kebijakan pelayanan KB yang bermutu dituangkan dalam GBHN 1993. Hal serupa tentang pentingnya peningkatan kualitas program KB ditegaskan kembali pada GBHN 1999 menjelaskan bahwa kebijaksanaan kependudukan di Indonesia dilakukan melalui upaya-upaya pengendalian kelahiran dan penurunan kematian, serta peningkatan kualitas program KB. Pelaksanaan pelayanan program KB yang berkualitas dilandasi oleh adanya undang-undang RI No.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. (Sumber Advokasi KB, 2005).
2. Pola Dasar Kebijakan Program Keluarga Berencana
Pola dasar kebijakan program KB pada saat ini adalah : a. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya sampai berusia 20 tahun b. Menjarangkan kelahiran dan menganjurkan 1) Catur warga yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang anak 2) Panca warga yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 3 orang anak c. Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama di dalam usia reproduksi sehat waktu umur ibu 20 sampai 30 tahun d. Mengakhiri kesuburan pada usia 30 sampai 35 tahun (Rostam Mochtar, 2000).
3. Definisi Keluarga Berencana
Definisi KB menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sejahtera dengan membatasi kelahiran. Sedangkan definisi keluarga berencana menurut World Health Organization (WHO) Expert Commite 1970, adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami untuk : a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan d. Mengatur interval diantara kelahiran e. Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dalam unsur suami istri f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (.Hanafi Hartanto, 2002).
4. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control ) adalah mencegah terjadinya pembuahan (konsepsi) dengan cara alat atau obat-obatan (Rustam Mochtar, 2000). Syarat-syarat Kontrasepsi a. aman pemakaiannya dan dipercaya b. efek samping yang tidak merugikan c. lama kerjanya dapat diatur sesuai dengan keinginan
d. tidak mengganggu hubungan seksual e. tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya f. cara penggunaannya sederhana g. harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas h. dapat diterima oleh pasangan suami istri (Rostam Mochtar, 2000)
5. Akseptor Keluarga Berencana a. Pengertian Akseptor
Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti program keluarga berencana (KB) (kamus Besar bahasa Indonesia, Edisi III, 2000).
6. Pengertian Alat Kontrasepsi Implant
Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang berjangka waktu lima tahun yang terdiri dari enam batang susuk lembut terbuat dari sejenis karet elastis yang mengandung hormon, (Kamus Kebidanan, 2005). a. Mekanisme kerja
Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 gr levonogestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 gr. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran lendir, servik dan
menghalangi
migrasi
spermatozoa
dan
menyebabkan
endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi (Manuaba, 1998).
situasi
b. Jenis-jenis implant
1) Norplant 2) Implanon 3) Jadena
c. Pengertian KB Implant
1) Norplant Norplant adalah suatu alat kontrasepsi hormonal jangka panjang yang pt melindungi pemakai selama 5 tahun. Bahan aktif yang digunakan oleh norplant adalah bahan progestational levonogestrel. Setiap kapsul mini sebesar kira-kira korek api mengandung 36 ≠ 2 mg levonogesterel. Kapsul pembungkus yang digunakan pada norplant adalah polydimethylsiloxane silastic yang diproduksi oleh Dow Corning Midland Michigan USA. Kapsul silatik seperti ini adalah bahan yang sama yang telah banyak dipakai untuk pemasangan implant pada manusia sejak tahun 1950. 2) Implanon Implanon adalah suatu alat kontrasepsi hormonal jangka panjang yang dapat melindungi pemakai selama 3 tahun. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-ketodesogestrel.
3) Jadena dan Indoplant Jadena dan indoplant adalah suatu alat kontrasepsi hormonal yang melindungi pemakai selama 3 tahun. Jadena dan indoplant ini terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonogestrel. d. Indikasi dan kontra indikasi KB implant
1) Indikasi metode KB implant Setiap ibu yang sehat dan tidak ingin hamil dalam waktu 1-5 tahun 2) Kontra indikasi metode KB implant
Kehamilan atau diduga hamil
Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya
Trombofeblitis aktif atau penyulit trombo emboli
Penyakit hati akut
Tumor hati jinak atau ganas
Karsinoma payudara atau tersangka karsinoma payudara
Tumor atau neoplasma ginekologik
Penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus
(Hanafi Hartanto, 2002).
e. Keuntungan dan Kerugian KB Implant
1) Keuntungan Metode KB Implant yaitu : a) Efektivitas tinggi b) Setelah dipasang tidak melakukan apa-apa lagi sampai saat pengeluaran implantnya
c) Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan selama 5 tahun d) Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak mengandung efek samping yang disebabkan oleh estrogen e) Efek
kontrasepsinya
segera
berakhir
setelah
implantnya
dikeluarkan.
2) Kerugian Metode KB implant a) Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh petugas yang terlatih b) Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant c) Lebih mahal d) Sering timbul perubahan pola haid e) Akseptor tidak dapat menentukan implant sekehendak sendiri f) Implant kadang-kadang bisa terlihat oleh orang lain (Hanafi Hartanto, 2002)
f. Waktu Pemasangan KB Implant
Waktu terbaik untuk insersi atau pemasangan KB implant adalah pada saat haid atau jangan melebihi 5-7 hari setelah haid.
g. Efek samping KB implant
1) Pengertian efek samping Efek samping adalah suatu kelainan yang terjadi akibat suatu pemakaian alat kontrasepsi atau obat kontrasepsi. Jadi yang dimaksud dengan efek samping KB implant adalah semua kelainan yang terjadi akibat pemakaian alat kontrasepsi KB implant (Sarwono, 1999). 2) Bentuk Efek Samping KB implant Efek samping yang paling sering ditimbulkan adalah gangguan menstruasi atau perubahan pola haid, terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian yang terjadi kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama setelah insersi (Rustam Mochtar, 2000). Yang paling sering terjadi karena efek samping KB implant ini adalah: a) Bertambahan hari-hari perdarahan dalam 1 siklus. b) Perdarahan bercak ( spotting ) c) Berkurangnya panjang siklus haid d) Amenore, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau perdarahan bercak. Umumnya perubahan-perubahan haid tidak mempunyai efek yang membahayakan akseptor, meskipun terjadi perdarahan lebih sering dari pada biasanya. Volume darah yang hilang tetap tidak berubah, perdarahan hebat jarang terjadi, dan efek samping lainnya
dari pemakaian implant ini adalah sedikit peningkatan berat badan ( Hanafi Hartanto, 2002).
h. Teknik Insersi/Pemasangan KB implant
Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau lengan bawah, kira-kira 6 – 8 cm di atas atau di bawah siku melalui insersi tunggal, dalam bentuk kipas dan dimasukkan tepat di bawah kulit (Dr. Hanafi Hartanto, 2002). Menurut Manuaba (1998) prinsip pemasangan susuk KB adalah “dipasang pada lengan kiri atau pemasangan seperti kipas mekar dengan enam kapsul”. Sebelum tehnik insersi KB implant dilakukan maka harus dipersiapkan misalnya : kontrasepsi implant yang terdiri dari enam kapsul silastik dengan panjang masing-masing 34 mm dan lebar 2,4 mm serta lebih kurang 36 mg levonogestrel. 1) Sabun antiseptik 2) Kasa steril 3) Cairan antiseptik 4) Anastesi lokal 5) Kain steril 6) Sebuah trokar 7) Sepasang sarung tangan steril 8) Satu set kapsul implant (6 buah) 9) Sebuah skalpel dengan ujung yang tajam
Teknik pemasangan implant yaitu :
1) Cuci daerah insersi, lakukan tindakan antiseptic dan tutup sekitar daerah insersi dengan kain teril. 2) Lakukan anastesi lokal (lidocain 1%) pada daerah insersi, mula-mula lakukan suntikan anastesi pada daerah insisi, kemudian anastesi diperluas sampai keenam atau dua daerah sepanjang 4 – 4,4 cm 3) Daerah pisau scapel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku. 4) Masukan ujung trokar melalui insisi, terdapat dua garis tanda batas pada trokar, satu dekat ujung trokar, lainnya dekat pangkal trokar. Dengan perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai mencapai garis batas dekat pangkal trokar, kurang lebih 4-4,5 cm. trokar dimasukkan sambil melakukan tekanan di atas dan tanpa merubah sudut pemasukan. 5) Masukan implant ke dalam trokarnya. Dengan batang pendorong implant di dorong perlahan-lahan ke ujung trokar sampai terasa adanya tahanan, dengan batang pendorong tetap stasioner, trocar perlahan-lahan ditarik kembali sampai garis batas dekat ujung trokar terlihat pada insisi dan terasa implantnya “meloncat keluar” dari trokarnya. Jangan dikeluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk memastikan implant sudah berada pada tempatnya dengan baik. 0
6) Ubah arah trokar sehingga implant berikutnya berada 15 dari implant sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implant sebelumnya. Masukan kembali trokar sepanjang pinggir jari tengah sampai ke garis batas dekat
pangkal trokar. Masukan implant ke dalam trokar, selanjutnya sampai pada butir kelima, ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua implant telah terpasang. 7) Setelah semua implant terpasang lakukan penekanan pada tempat luka insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan lalu kedua pinggir insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plaster. 8) Luka insisi ditutup dengan kering, lalu lengan dibalut dengan kasa steril untuk mencegah perdarahan. Daerah insisi dibiarkan kering dan tetap bersih selama tiga hari. a. Teknik Pencabutan KB Implant
Alat yang diperlukan sama dengan alat insersi, hanya ditambah dengan dua pasang forceps, satu model lurus dan satu model bengkok. Teknik pencabutan KB implant yaitu: 1) Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua kapsul (dekat siku) kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul. Bila jarak tersebut sama, maka insisi dibuat pada tepat insisi waktu pemasangan. Sebelum menentukan lokasi pastikan tidak ada ujung kapsul yang berada di bawah insisi lama (hal ini mencegah terpotongnya kapsul pada saat insisi). 2) Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil lebih kurang 4 mm dengan menggunakan scalpel, jangan membuat insisi yang besar.
3) Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang terdekat tempat insisi. 4) Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi. Masukan klem lengkung (mosquito atau crile) dengan kelengkungan jepitan mengarah ke atas, kemudian jepit ujung kapsul dengan klem tersebut. 5) Masukan klem lengkung melalui luka insisi dengan lingkungan jepitan mengarah ke kulit teruskan sampai berada di bawah ujung kapsul dekat siku. Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang mengelilinginya. 6) Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi, sambil menekan (fiksasi) kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah. Masukan lagi klem lengkung (lingkungan jepit mengarah ke kulit) sampai berada di bawah ujung kapsul di dekat ujungnya (5-10 mm) dan secara hati-hati tarik keluar melalui luka insisi. 7) Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara menggosok-gosok dengan kain steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul. Cara lain bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara menggosok-gosok pakai kain steril, dapat dengan menggunakan skapel secara ber hati-hati. Untuk mencegah terpotongnya kapsul, gunakan sisi yang tidak tajam dari skapel waktu membersihkan jaringan ikat yang mengelilingi kapsul.
8) Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua , lepas klem pertama, dan cabut kapsul secara perlahan, dan hati-hati dengan klem kedua.
Kapsul akan
mudah
dicabut
karena jaringan
ikat
yang
mengelilinginya tidak melekat pada kawat silikon. Bila kapsul sulit dicabut pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa dan skapel. 9) Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut, gunakan tehnik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya. Sebelum mengakhiri tindakan, hitung untuk memastikan keenam kapsul sudah dicabut, tunjukkan keenam kapsul kepada klien, hal ini sangat penting untuk menyakinkan klien.
Metode pencabutan KB implant tehnik “U” :
Klem yang dipakai mencabut kapsul pada teknik "U", merupakan modifikasi klem yang digunakan untuk vasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 menjadi 2,2 mm. (Gambar 1)
Gambar 1. Klem pemegang implant Norplant
Untuk menggunakan teknik ini, raba tempat pencabutan secara hati-hati untuk menentukan dan menandai kapsul. Selanjutnya cuci tangan dan pakai sarung tangan steril atau DTT. Usap lengan dengan larutan antiseptik dan suntikkan obat anestesi lokal seperti yang telah diuraikan sebelumnya (Persiapan dan Tindakan sebelum pencabutan). a. Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 3 dan 4 lebih kurang 5 mm dari ujung kapsul dekat siku.
Gambar 2. Lokasi insisi pada tehnik U
b. Buat insisi kecil (4 mm) memanjang sejajar di antara sumbu panjang kapsul dengan menggunakan skalpel. c. Masukkan ujung klem pemegang implant Norplant secara hati-hati melalui luka insisi. (Dengan teknik ini tidak perlu memisahkan jaringan secara tumpul seperti pada metode standar). d. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul.
Gambar 3. Memfiksasi kapsul
e. Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul lebih kurang 5 mm di atas ujung bawah kapsul (Gambar 20-39). Setelah kapsul °
terjepit, tarik ke arah insisi (1) dan balikkan pegangan klem 180 ke arah bah u klien (2) untuk memaparkan ujung bawah kapsul.
Gambar 4. Menjepit kapsul dan membalik klem
f. Bersihkan
kapsul
dari
jaringan
ikat
yang
mengelilinginya
dengan
menggosok-gosok menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga mudah dicabut (Gambar 20-32). Bila tidak bisa dengan kasa, boleh menggunakan scalpel. g. Gunakan klem lengkung ( Mosquito atau Crile) untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem pemegang Norplant dan cabut kapsul dengan pel an-pelan dan hati-hati (Gambar 20-35). Taruh kapsul yang telah dicabut dalam mangkok kecil yang berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang.
Kapsul akan keluar dengan mudah karena jaringan ikat tidak melekat pada kapsul. Bila kapsul tidak bisa ke luar dengan mudah, bersihkan kembali jaringan ikat yang mengelilinginya denga n menggosok-gosok pakai kasa atau sisi yang tidak tajam dari scalpel. h. Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan teknik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya.
Metode pencabutan KB implant tehnik “ Pop Out ” (Darney, Klaise, dan Walker):
Cara ini merupakan teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak terlalu muda untuk mengerjakannya. a. Raba ujung-ujung kapsul di daerah dekat siku untuk memilih salah satu kapsul yang lokasinya terletak di tengah-tengah dan mempunyai jarak yang sama dengan ujung kapsul lainnya. Dorong ujung bagian atas kapsul (dekat bahu klien) yang telah dipilih tadi dengan menggunakan jari. Pada saat ujung bagian bawah kapsul (dekat siku) tampak jelas di bawah kulit, buat insisi kecil (2 - 3 mm) di atas ujung kapsul dengan menggunakan skalpel.
Gambar 5. Membuat Insisi
b. Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut tepat berada di bawah tempat insisi.
Gambar 6. Menempatkan posisi ujung bawah kapsul berada di bawah insisi
c. Masukkan ujung tajam skapel ke dalam luka insisi sampai terasa menyentuh ujung kapsul. Bila perlu, potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung kapsul sambil tetap memegang kapsul dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Gambar 7. Memotong jaringan ikat
d. Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul terpapar keluar.
Gambar 8. Memaparkan ujung bawah kapsul
e. Tekan sedikit ujung atas kapsul (dekat bahu) sehingga kapsul muncul ( pop out ) pada luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang dan dicabut.
Gambar 9. Memunculkan kapsul ( popping out )
7. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap KB Implant
a. Tingkat Pendidikan 1) Pengertian Pendidikan Menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), Pendidikan adalah suatu kemahiran menyerap pengetahuan. Sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang, kemampuan ini sangat berhubungan erat dengan sikap seseorang pengetahuan seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya, sedangkan menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan dan cara mendidik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses perubahan dan
peningkatan pengetahuan, pola pengetahuan, pola fikir dan perilaku masyarakat menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 2) Tujuan Pendidikan Adapun tujuan pendidikan menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), adalah suatu upaya untuk menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru. 3) Sasaran Pendidikan Sasaran pendidikan merupakan objek dari pendidikan melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan dan cara mendidik. 4) Tingkat Pendidikan Dalam sistem pendidikan nasional mulai tahun 1992 dicanangkan wajib belajar 9 tahun untuk sekolah dasar dan lanjutan tingkat pertama (Depdikbud, 1992), kemudian ditetapkan jenjang pendidikan formal yaitu: a) Sekolah Dasar (SD/MI) dan pendidikan yang sederajat. b) Sekolah lanjutan Tingkat pertama (SLTP) dan pendidikan yang sederajat. c) Sekolah Menengah Umum (SMU/MA) dan pendidikan yang sederajat d) Perguruan Tinggi
b. Tingkat Pengetahuan Menurut
Soekidjo Notoatmodjo (1997) Pengetahuan adalah hasil
dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmodjo (1997) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati 5 tahap yaitu awarenest (kesadaran), interest (tertarik pada stimulus), evaluation (mengevaluasi atau menimbang baik tidaknya stimulus) dan trial (mencoba) serta adoption (subjek telah berprilaku baru). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting ). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan, dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Menurut Soekidjo Notoadmodjo, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu : 1) Tahu (know) Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis ( synthesis) Sintesis
menunjukan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria
yang
telah
ada
misalnya
dapat
membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.
c. Pengertian Ekonomi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga, cakupan urusan keuangan rumah tangga (organisasi negara). Persoalan yang bersifat ekonomi dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi seseorang dalam suatu masyarakat biasanya adalah persoalan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Penggolongan masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan status sosial ekonomi dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu : 1) Tingkat atas (Upper Class) Yang menduduki upper class (tingkat atas) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan yang tinggi dan juga mereka yang memiliki barang berharga seperti uang, tanah, emas, mobil, dan sebagainya. Biasanya pekerjaan mereka seperti wiraswasta, banker, manager dan sebagainya. 2) Tingkat menengah ( iddle Class) Yang menduduki middle Class (tingkat menengah) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi kepemilikan barang-barang berharga terbatas seperti tabungan. Pekerjaan mereka pada umumnya pegawai negeri, pedagang dan sebagainya.
3) Tingkat bawah ( Lower Class) Yang menduduki lower class (tingkatan bawah) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan yang rendah dan tidak tetap karena pekerjaan mereka pun tidak tetap. Biasanya pekerjaan mereka seperti buruh, pedagang dan sebagainya. Ekonomi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah menyangkut pendapatan keluarga dan menurut Susenas BPS (2000) di klasifikasikan sebagai berikut: a) Ekonomi tinggi bila penghasilan rata-rata keluarga perbulan > 700.000, b) Ekonomi sedang bila penghasilan keluarga rata-rata perbulan Rp. 350.000,- -
Rp. 699.000,-
c) Ekonomi rendah jika penghasilan keluarga perbulan < 325.000,-
d. Sikap Menurut Soekidjo Notoadmodjo (1997), Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan
pelaksanaan motif tertentu, sikap ini merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Allport (1954) yang dikutip oleh Soekidjo Notoadmodjo (1997) menjelaskan bahwa sikap IBI mempunyai tiga komponen pokok yaitu : 1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi konsep terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran dan keyakinan dan emosi sangat memegang peranan penting sebagai contoh
misalnya
seorang
ibu
mendengar
tentang
penyakit
polio
(penyebabnya, akibatnya, pencegahannya dan sebagainya) pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio.
Dalam berfikir ini komponen emosi dam keyakinan ibu
bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya, untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio.
Seperti halnya dalam
pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1) Menerima (receiving ) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding ) Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3) Menghargai (valuing ) Mengajak orang untuk mengerjakan /mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko. Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek tersebut, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus objek tersebut. Pada variabel sikap ini peneliti menggunakan skala linkert sebagai alat ukur variabel. Pada skala linkert disediakan lima alternatif jawaban, dan setiap jawaban sudah tersedia nilainya. Dalam skala linkert item ada yang bersifat favorable (positif) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya, ada juga yang bersifat unfavorable (negatif) terhadap masalah yang diteliti. Alternatif yang positif terhadap masalah penelitian :
Sangat setuju
skore 5
Setuju
skore 4
Entahlah
skore 3
Tidak setuju
skore 2
Sangat tidak setuju
skore 1
Alternatif penelitian terhadap item yang negatif terhadap permasalahan penelitian :
Sangat setuju
skore 1
Setuju
skore 2
Entahlah
skore 3
Tidak setuju
skore 4
Sangat tidak setuju
skore 5
Untuk penelitian yang netral yakni angka 3 boleh dihilangkan, sehingga jenjang menjadi empat (Ircham Machfoedz. dkk, 2005)
B.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan (Soekidjo Notoadmodjo, 1997). Karena keterbatasan kemampuan dan waktu penelitian maka tidak semua variabel dikemukakan dalam penelitian ini. Peneliti hanya meneliti beberapa variabel yaitu: 1.
Tingkat pendidikan ibu terhadap pemakaian KB implant di Desa Bangun Rejo
2.
Tingkat pengetahuan ibu terhadap pemakaian KB implant di Desa Bangun Rejo
3.
Tingkat pendapatan keluarga terhadap pemakaian KB implant di Desa Bangun Rejo
4.
Sikap ibu terhadap pemakaian KB implant di Desa Bangun Rejo
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan Minat ibu terhadap pemakaian Implant Tingkat Pendapatan Keluarga
Sikap Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
C. No. 1
Definisi Operasional Variabel Variabel Pendidikan
Definisi Operasional Tingkat pendidikan
Cara
Alat
Ukur
Ukur
Angket
Hasil Ukur
Kuisioner Pendidikan dalam
adalah suatu jenjang
penelitian ini
formal diikuti/diperoleh
dikelompok-kan
dalam pendidikan
mulai dari :
terakhir ibu dan
a. SD/sederajat
mendapatkan ijazah
b. SMP/sederajat
Skala Ukur Ordinal
c. SMA/sederajat d. PT/sederajat 3
Pengetahuan
Pengetahuan adalah
Angket
Kuisioner Setelah dilakukan
hasil dari tahu dan
penskoran untuk
terjadi setelah melaku-
masing-masing
kan penginderaan
pertanyaan:
terhadap suatu objek
a. Kurang
tertentu , ada 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (know) b. Memahami (comprehension) c. Aplikasi (application) d.Analisis (analysis) e. Sintesis ( syntesis) f. Evaluasi (evaluation)
( < skore rata-rata) b. Baik ( > skore rata-rata)
Ordinal
4
Pendapatan
Tingkat pendapatan
keluarga
keluarga adalah
Angket
Kuisioner
a. Rendah ( < Rp.
Ordinal
325.000,- )
penghasilan perkapita
b. Sedang (ant ara
keluarga perbulan,
Rp. 325.000,-
dikategorikan sebagai
sampai dengan
berikut :
Rp. 699.000,-
a. tinggi apabila lebih
c. Tinggi ( > Rp.
dari Rp. 700.000,-
700.000,-
b. sedang apabila antar Rp. 325.000,- sampai Rp. 699.000,c. rendah apabila kurang dari Rp. 325.000,5
Sikap
Sikap ibu adalah
Angket
Kuisioner Dilakukan penilaian
pendapat ibu atas
berdasarkan skala
pertanyaan yang akan
linkert, dengan
disetujui atau tidak yang
kriteria :
mencakup aspek kognitif,
a. STS (sangat tidak
afektif dan konatif terhadap KB implant. Dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu : Sikap positif (menerima) dan sikap negatif (menolak)
setuju) bernilai 1 b. TS (Tidak setuju) bernilai 2 c. S (setuju) bernilai 3 d. SS (sangat setuju) bernilai 4
Nominal
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian KB implant di Desa ............. Kecamatan ............. ............. Tahun 2011. Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variabel tingkat pendidikan, variabel tingkat pengetahuan, variabel tingkat pendapatan keluarga, dan variabel sikap ibu..
Akan dilakukan
observasi secara bersamaan pada tiap-tiap variabel tersebut.
B.
Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Sugiyono (1999), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Menurut pendapat Soekidjo Notoadmodjo (2002), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Dari dua pendapat ini maka penulis menarik kesimpulan populasi adalah suatu subjek/objek yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi adalah seluruh PUS yang ada
di Desa ............. Kecamatan ............. ............. Tahun 2011. Dengan jumlah populasi sebanyak 810 PUS.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoadmodjo, 2002). Sedangkan menurut Sugiyono (1999), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). Dalam penelitian ini tehnik sampling yang digunakan adalah tehnik sampling jenuh yaitu tehnik sampling jika semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 1999).
Jumlah populasi yang ada
adalah sebanyak 810 responden dan penulis hanya mengambil 10% dari jumlah populasi yang ada yaitu 81 responden.
C.
Pengumpulan Data
Data untuk masing-masing variabel meliputi variabel tingkat pendidikan, variabel tingkat pengetahuan, variabel tingkat pendapatan keluarga, dan
variabel
sikap ibu. yang dikumpulkan dengan menggunakan angket. Agar data yang diperoleh akurat maka angket dibagikan secara langsung dan pengisiannya diawasi oleh peneliti. 1) Tahap persiapan Menentukan sasaran dan populasi serta menetapkan sampel, membuat daftar pertanyaan, memperbanyak lembar kuisioner dan menentukan waktu pengumpulan.
2) Tahap pelaksanaan Pengumpulan data dengan menggunakan tehnik angket dan kuisioner dengan jumlah personil yang terlibat dalam pengumpulan data.
3) Tahap Pelaporan Sesuai dengan jadwal penelitian yang telah ditentukan oleh Akademi Kebidanan ............. ......., maka persiapan pembuatan laporan yaitu bulan November 2010-Februari 2011.
D.
Alat Pengukuran dan Cara Pengamatan Variabel
1. Untuk variabel tingkat pendidikan Alat ukur yang digunakan adalah angket yang disusun dalam satu pertanyaan dan pertanyaan tersebut mempunyai empat alternatif jawaban yang harus dijawab oleh responden. Hasilnya dikelompokkan menjadi :
a. SD/sederajat b. SLTP/sederajat c. SLTA/sederajat d. PT/sederajat Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel tingkat pendidikan ini adalah skala ordinal.
2. Untuk variabel tingkat pengetahuan Alat ukur yang digunakan adalah angket yang ditujukan kepada para responden. Pada variabel tingkat pengetahuan ini setiap item pertanyaan terdapat dua alternatif jawaban yaitu baik dan kurang.
Bila jawaban
responden benar maka diberikan skor 1 dan bila jawaban responden salah maka diberikan skor 0. Adapun pertanyan-pertanyaan dalam kuisioner ini adalah : a. Pengertian kontrasepsi implant b. Mekanisme KB implant c. Jenis KB implant d. Keuntungan dan Kerugian KB implant e. Indikasi dan kontra indikasi f. Waktu pemasangan KB implant g. Efek samping KB implant
3. Untuk variabel tingkat pendapatan keluarga Alat ukur yang digunakan adalah angket yang diberikan kepada responden yang terdiri dari satu pertanyaan dan pertanyaan ini mempunyai tiga alternatif jawaban. Hasil pertanyaan responden ini dikelompokkan menjadi : a. Tinggi apabila penghasilan keluarga lebih dari Rp. 700.000, b. Sedang apabila penghasilan keluarga antara Rp. 325.000,- Rp. 699.000,c. Rendah apabila penghasilan keluarga kurang dari Rp. 325.000,Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel tingkat pendapatan keluarga ini adalah skala nominal.
4. Untuk variabel sikap ibu Alat ukur yang digunakan adalah angket yang terdiri dari beberapa pertanyaan dimana setiap item pertanyaan terdapat empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Untuk jawaban sangat setuju mendapat skor nilai 4, jawaban setuju skor nilainya 3, jawaban tidak setuju skor nilai 2, dan jawaban sangat tidak setuju nilainya 1. Skala pengukuran untuk variabel sikap ini digunakan skala nominal.
E.
Tehnik dan Analisis Data
Analisis yang dilakukan adalah univariat, yaitu analisis yang dilakukan pada tiap tabel dari hasil penelitian dan pada umumnya dalam analisis ini dapat menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi dari variabel-variabel yang diamati sehingga dapat mengetahui gambaran tiap variabel. Pengolahan dan analisa untuk variabel tingkat pengetahuan digunakan rumus:
x
x
1
n
Keterangan : x
: Mean (rata-rata)
∑
: Epsilon (baca jumlah)
x1
: Nilai x1 sampai ke-n
n
: jumlah individu
(Sugiono, 2005) Sedangkan penetapan kategori penilaian sebagai berikut: 1. Baik apabila skor responden di atas rata-rata 2. Kurang apabila skor responden di bawah rata-rata Pengolahan dan analisis data untuk variabel sikap, terlebih dahulu di cari nilai rata-rata (mean) kemudian di cari simpangan baku (SD), lalu di cari skor T. Untuk mencari skor T di gunakan rumus:
T = 50 + 10
x
SD
Keterangan : x
= Skor individual yang diperoleh totalnya pada skala sikap. = Mean skor kelompok.
SD
= Standar deviasi
(Arikunto, 2002) Untuk analisa ditetapkan kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria positif, yaitu bila skor T sama dengan nilai median 2. Kriteria negatif, yaitu bila skor T dibawah nilai median Analisis univariat untuk menghitung distribusi frekuensi pada semua variabel digunakan rumus:
P=
f
x100%
Keterangan : P
: Persentase
f
: Jumlah jawaban
N
: jumlah subjek
(Eko Budiarto, 2002)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten .............. a. Gambaran Geografis Desa
.............
meliputi areal
seluas
7087 Ha.
adapun secara
administratif batas wilayah desa ............. ini mempunyai batas-batas sebagai berikut: 1) Sebelah barat berbatasan dengan 2) Sebelah utara berbatasan dengan 3) Sebelah selatan berbatasan dengan 4) Sebelah timur berbatasan dengan
b. Gambaran Demografi Penduduk PUS yang terdapat di desa ............. kecamatan kabupaten ............. sebanyak 810 jiwa dan jumlah pengguna KB pada tahun 2011 sebanyak 491 jiwa.
Tabel 4.1 Distribusi Akseptor KB di desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011 No. Jenis KB Ds.I Ds.II Ds.III Ds.IV Ds.V Jumlah 1
Pil
31
32
39
6
48
156
2
Suntik
63
61
61
76
65
326
3
Implant
1
0
1
1
1
4
4
MOW
1
0
0
0
0
1
5
MOP
1
0
1
2
0
4
2. Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh dan dibahas. Masing-masing komponen yang telah di teliti dalam bentuk tabel dan narasi. Penulis melakukan penelitian di desa ............. kecamatan ............. tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant. Adapun populasi yang akan penulis teliti yaitu sebanyak 81 responden.
a. Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi PUS berdasarkan tingkat pendidikan. No.
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Presentasi (%)
1
SD
19
23,46
2
SMP
30
37,04
3
SMU
25
30,86
4
PT (Perguruan Tinggi)
7
8,64
81
100
Total
Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat digambarkan distribusi frekuensi PUS berdasarkan tingkat pendidikan di desa ............. kecamatan ............. dengan diagram pie di bawah ini.
Gambar 4.1 Diagram Distribusi frekuensi PUS berdasarkan tingkat pendidikan
8.64%
23.46%
30.86%
SD SMP SMU
37.04%
PT
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa pendidikan terbanyak PUS desa ............. kecamatan ............. Kabupaten ............. adalah SMP, sebanyak 30 orang (37,04%).
b. Pengetahuan
Pada penelitian ini hasil mengenai tingkat pengetahuan PUS tentang KB implant diperoleh melalui kuisioner yang terdiri dari 8 pertanyaan yang diberikan kepada 81 responden adalah: Tabel 4.3 Distribusi frekuensi PUS berdasarkan tingkat pengetahuan tentang KB implant. No.
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
Presentasi (%)
1
Baik
71
87,65
2
Kurang
10
12,35
81
100
Total
Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat digambarkan distribusi frekuensi PUS berdasarkan tingkat pengetahuan di desa ............. kecamatan ............. dengan diagram pie di bawah ini.
Gambar 4.2 Diagram Distribusi frekuensi PUS berdasarkan tingkat pengetahuan tentang KB implant 12.35%
Baik Kurang
87.65%
Dari keseluruhan rata-rata tingkat pengetahuan PUS tentang KB implant yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 71 responden
(87,65%), dan mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang 10 responden (13,35%). c. Pendapatan Keluarga
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi PUS berdasarkan tingkat pendapatan keluarga. No.
Tingkat Pendapatan Keluarga
Frekuensi
Presentasi (%)
1
Tinggi (>Rp. 700.000)
18
22,22
2
Sedang (Rp. 325.000-Rp.699.000)
44
54,32
3
Rendah (< Rp. 325.000)
19
23,46
81
100
Total
Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat digambarkan distribusi frekuensi PUS berdasarkan tingkat pendapatan keluarga di desa ............. kecamatan ............. dengan diagram pie di bawah ini
Gambar 4.3 Diagram Distribusi frekuensi PUS berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
22.22%
23.46%
Tinggi Sedang Rendah 54.32%
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa rata-rata PUS di desa ............. kecamatan ............. mempunyai pendapatan keluarga sedang antara Rp. 325.000-Rp. 699.000, sebanyak 44 responden (54,32%).
d. Sikap
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi PUS berdasarkan sikap responden terhadap KB implant. No.
Tingkat Pendapatan Keluarga
Frekuensi
Presentasi (%)
1
Positif
28
34.57
2
Negatif
53
65,43
81
100
Total
Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat digambarkan distribusi frekuensi PUS berdasarkan sikap responden terhadap KB implant di desa ............. kecamatan ............. dengan diagram pie di bawah ini.
Gambar 4.4 Diagram Distribusi frekuensi PUS berdasarkan sikap responden terhadap KB implant
34.57% Positif negatif 65.43%
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa sikap responden terhadap KB implant desa ............. kecamatan ............. mempunyai sikap positif terhadap KB implant sebanyak
28 responden (34,57%), dan yang
memiliki sikap negatif sebanyak 53 responden (65,43%).
B.
Pembahasan 1. Pendidikan
Tingkat pendidikan yaitu tingkat/jenjang pendidikan formal yang ditempuh dan mendapatkan ijazah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat pendidikan terbanyak yang dicapai oleh PUS di desa ............. kecamatan ............. kabupaten ............. adalah tingkat pendidikan SMP sebanyak 30 orang (37,04%), sedangkan SMU 25 orang (30,86%), SD 19 orang (23,46%), dan yang menempuh sampai perguruan tinggi sebanyak 7 orang (8,64%). Berdasarkan data tersebut pendidikan merupakan suatu potensi untuk memanfaatkan pengetahuan dan bahan informasi dari luar untuk mengerti dan memahami kualitas dari alat kontrasepsi menanamkan
yang
dipakai.
Pendidikan
pengetahuan/pengertian,
adalah
pendapat
suatu dan
upaya
untuk
konsep-konsep,
mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru (Sukijo Notoadmodjo, 1997).
2. Pengetahuan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk tingkat pengetahuan Pasangan Usia Subur di desa ............. kecamatan ............. kabupaten ............. terdapat 71 orang (87,65%) yang mempunyai pengetahuan baik, dan hanya 10 orang (22,35%) orang yang memiliki pengetahuan yang kurang. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (1997) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dengan bertambah banyaknya penyuluhan maka akan bertambah pula pengetahuan tentang kesehatan masyarakat sehingga tingkat kesadaran
masyarakat
tentang
betapa
pentingnya
kesehatan
dapat
meningkat. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang luas khususnya tentang kesehatan maka seseorang itu akan cenderung dan senantiasa meningkatkan kesehatan diri, keluarga serta lingkungannya. 3. Pendapatan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di desa ............. kecamatan ............. kabupaten ............. hampir keseluruhan responden mempunyai penghasilan perbulan antara Rp. 325.000 – Rp. 699.000 sebanyak 44 responden (54,32%) yang termasuk dalam tingkat ekonomi sedang. Kegiatan ekonomi merupakan suatu persoalan yang berhubungan erat dengan daya upaya manusia memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat. Pendapatan
keluarga
juga
merupakan
suatu
alasan
yang
arus
dipertimbangkan seseorang dalam memanfaatkan fasilitas dan pelayanan kesehatan.
4. Sikap
Dari hasil penelitian yang didapat mengenai sikap Pasangan Usia Subur terhadap pemakaian KB implant di desa ............. kecamatan ............. kabupaten ............. didapatkan 52 orang (65,43%) yang mempunyai sikap menolak terhadap KB implant. Hal ini menunjukan bahwa lebih dari separuh atau sebagian besar responden memberi respon yang negatif terhadap pemakaian KB implant. Menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap yang menolak terhadap pemakaian KB implant ini dikarenakan tingkat pendidikan responden yang masih rendah, hanya sampai SMP dan juga pendapatan keluarga yang rata-rata mempunyai penghasilan dalam kategori sedang. Tingkat pendidikan yang ditempuh dapat dijadikan sebagai landasan dan pandangan dalam melihat perkembangan dan wawasan berfikir. Perkembangan wawasan berfikir dapat menentukan seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku, dengan kata lain pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman lah yang membuat individu mudah mencerna setiap fenomena-fenomena sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari keseluruhan sampel sebanyak 81 PUS dan dari hasil penelitian yang didapatkan yaitu faktor pendidikan PUS yang masih rendah, tingkat pendapatan PUS yang dikategorikan sedang dan sikap menolak PUS terhadap kontrasepsi implant sehingga mempengaruhi minat ibu terhadap kontrasepsi implant di desa ............. kecamatan ............. kabupaten .............. Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant dapat disimpulkan untuk tiap variabelnya yaitu sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan PUS di desa ............. kecamatan ............. kabupaten ............. sebagian besar adalah tingkat pendidikan SMP sebanyak 30 orang (37,64%) 2. Tingkat pengetahuan PUS di desa ............. kecamatan ............. kabupaten ............. termasuk baik sebanyak 71 orang (87,65%) dari 81 responden yang ada. 3. Mayoritas untuk tingkat pendapatan keluarga PUS di desa ............. kecamatan ............. kabupaten ............. tergolong dalam tingkat ekonomi sedang sebanyak 44 responden (54,23%) 4. Untuk sikap responden ternyata lebih dari separuh yaitu 53 orang (65,43%) mempunyai sikap negatif (menolak) terhadap KB implant.
B.
Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi para peneliti Selanjutnya, yang akan melakukan penelitian khususnya mengenai KB implant, sehingga penelitianya dapat lebih berguna bagi pembaca dan dapat diterapkan pada Pasangan Usia Subur yang berminat menjadi akseptor KB implant. 2.
Bagi Institusi Pendidikan
Dari hasil penelitian yang sudah didapatkan di lapangan agar dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta menjadi pedoman dan bimbingan bagi generasi penerus. 3.
Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan untuk dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya PUS mengenai manfaat pemakaian KB implant sehingga para akseptor tidak perlu lagi
merasa
takut dan
khawatir bila ingin
menggunakan/menjadi akseptor KB implant. 4. Bagi Pasangan Usia Subur di desa ............. kecamatan ............. kabupaten .............
Untuk lebih meningkatkan pengetahuan mereka mengenai macam alat kontrasepsi khususnya implant dan diharapkan agar mereka lebih memahami akan penggunaan dan manfaat alat kontrasepsi KB implant
tersebut, sehingga para akseptor tidak perlu lagi merasa takut dan khawatir bila ingin menggunakan/menjadi akseptor KB implant. Diharapkan juga untuk para PUS untuk mengikuti berbagai macam penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan khususnya mengenai KB implant.