56
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia dengan jumlah pulau 17.508 dan panjang pantai 81.000 km, memiliki potensi ikan yang diperkirakan terdapat sebanyak 6.26 juta ton pertahun. Potensi yang dapat dikelola secara lestari dengan rincian sebanyak 4,4 juta ton dapat ditangkap di perairan Indonesia dan 1,86 juta ton dapat di peroleh dari perairan ZEEI. Pemanfaatan potensi perikana laut Indonesia ini walaupun telah mengalami berbagai peningkatan pada beberapa aspek, namun secara signifikan belum dapat memberi kekuatan dan peningkatan pendapatan nelayan (DKP, 2006).
Provinsi Kepulauan Riau dianugerahi kekayaan laut yang cukup besar dan beraneka ragam. Kekayaan lautnya tidak hanya berupa kekayaan hayati dan nabati yang ada dalam massa air laut, seperti ikan dan tumbuh-tumbuhan laut, tetapi juga bahan tambang mineral yang terkandung dalam air laut dan lapisan di dasar laut. Selain itu, Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi perikanan yang sangat besar karena berdasarkan karakteristik wilayah terdiri atas 96% lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan mulai usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan. Selama ini pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan didominasi oleh perikanan tangkap dilaut. Pada tahun 2004, produksi perikanan tercatat sebesar 178.802,7 ton. Sejumlah 177.967,8 ton (99,5%) berasal dari perikanan tangkap di laut. Diikuti oleh produksi perikanan budidaya laut sebesar 827,2 ton (0,4%) dan produksi budidaya air payau (tambak) sebesar 7,7 ton (0,1%). Daerah potensial untuk perikanan tangkap dan budidaya adalah pulau Karimun, Natuna dan Batam. Di Kabupaten Karimun terdapat budidaya ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar. (Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau, 2003).
Desa Limas merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Desa ini termasuk wilayah pesisir yang berpotensi untuk aktifitas perikanan, baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Kegiatan sumberdaya ikan di Desa Limas Kecamatan Senayang banyak dilakukan oleh para nelayan. Hasil penangkapan tidak semuanya dijual oleh sebagian para nelayan, seperti ikan yang masih kecil jika tertangkap oleh para nelayan maka akan dipelihara dan jika ikan sudah mencapai berat yang maksimal akan dijual. Kegiatan ini merupakan salah satu pemanfaatan yang dilakukan untuk sumberdaya ikan. Namun, saat ini belum diperoleh informasi tentang potensi pemanfaatan sumberdaya perikanan di daerah tersebut, sehingga sering menjadi kendala dalam pengambilan kebijakan Pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanannya.
Tujuan
Tujuan dari Praktik Lapang ini adalah untuk mengetahui kondisi umum perikanan yang meliputi kualitas air laut, kegiatan penangkapan dan sosial ekonomi masyarakat di Desa Limas Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau.
Manfaat
Praktik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai rujukan terhadap pengembangan usaha dan upaya pelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan, khususnya bagi pemerintah daerah setempat dan Dinas Perikanan dan Kelautan di Desa Limas serta dapat bermanfaat bagi mahasiswa guna menambah wawasan pengetahuan tentang potensi perikanan dan kelautan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Perikanan
Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi dan berbagai avertebrata penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya. Di Indonesia kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan dapat dianggap merupakan usaha agribisnis.
Menurut Dahuri (2001), proses pemanfaatan sumber daya perikanan ke depan harus ada kesamaan visi pembangunan perikanan. Visi pembangunan perikanan yaitu suatu pembangunan perikanan yang dapat memanfaatkan sumberdaya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia, terutama petani ikan dan nelayan secara berkelanjutan.
2.2 Aktivitas Perikanan
2.2.1 Perikanaan Tangkap
Penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkannya. Usaha perikanan yang bekerja di bidang penangkapan tercakup dalam kegiatan perikanan tangkap (capture fishery).
2.2.2 Budidaya Perikanan
Budidaya perikanan adalah suatu teknik yang sejak ratusan tahun dipraktekkan orang di dunia termasuk di Indonesia untuk memproduksi organisme perairan dengan jalan memelihara atau mengembangbiakkan organisme air yang diinginkan, seperti: ikan, udang, kepiting, siput, kerang dan rumput laut dalam kondisi yang terkontrol. Kondisi yang terkontrol dapat berupa kolam, rakit, keramba ataupun jaring apung yang luasnya terbatas sebagai tempat pemeliharaan ikan, sehingga sebagian besar faktor produksi dapat diawasi, baik mengenai biologi ataupun perkembangbiakan organisme yang dibudidayakan, tempat dan lingkungannya termasuk hama, parasit maupun penyakitnya (Feliatra et al., 2005).
Keberhasilan dalam pembudidayaan ikan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu persyaratan lokasi yang baik dan menguntungkan, ketersedian benih, ketersedian pakan, pengelolaan kualitas air dan penanganan parasit dan penyakit yang menyerang ikan budidaya.
Permasalahan yang sering mengganggu produksi budidaya ikan adalah hama dan penyakit. Hama merupakan organisme yang dapat berupa hewan atau ikan buas yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan yang dimangsa. Agar parasit dan penyakit ikan tidak timbul pada usaha budidaya maka perlu diketahui daur hidup setiap jenis parasit dan penyakit tersebut serta penyebabnya sehingga dapat dilakukan teknologi penanggulangannya yang meliputi teknik diagnosa, teknik pencegahan penyakit dan cara pengobatannya, dengan demikian usaha budidaya dapat berlangsung secara berkesinambungan (Aryani et al., 2004).
2.2.3 Pengelolaan hasil perikanan
pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumberdaya, formulasi dan implementasi, disertai dengan pengamanan seperlunya terhadap peraturan yang berlaku demi menjaga kelangsungan produksi dan pencapaian tujuan pengelolaan lainnya. Pengelolaan perikanan tersebut secara internasional harus mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab (The Code of Conduct Responsible Fisheries/CCRF) (Riniwati, 2009).
Juga disampaikan bahwa, beberapa aspek pengelolaan yang perlu diperhatikan dilihat dari beberapa aspek adalah biologi dan lingkungan (keterbatasan sumberdaya, faktor lingkungan dan pertimbangan keragaman hayati, serta aspek ekologi lainnya), teknologi (alat penangkapan dan alat bantu penangkapan, kapal, pasca panen), sosio-ekonomi, aspek kelembagaan, hukum, jangka waktu, dan pendekatan kehati-hatian. Komponen pokok dalam pengelolaan terdiri dari data dan informasi (data yang benar dan tepat waktu), kerangka kelembagaan dan hukum meliputi otoritas pengelolaan (termasuk MCS/Monitoring, Controlling and Surveillance), hukum yang mendukungnya dan pihak yang berkepentingan (stakeholders).
2.2.4 Pemasaran
Pemasaran sangat penting dalam semua kegiatan yang menghasilkan barang ataupun jasa. Hasil perikanan dapat dikelompokkan ke dalam bahan mentah dan barang konsumsi. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup dan menciptakan hubungan pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang menguntungkan. Oleh karena itu, pemasaran (marketing) sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
Ompumardi, (2009) menyatakan bahwa Manajemen pemasaran produk perikanan tangkap relatif sederhana. Harga dipengaruhi oleh volume produksi tangkap, jumlah pedagang, jenis alat angkut serta jarak yang dilalui, belum ada upaya promosi dan klasifikasi produk perikanan. Rata-rata pedagang berpatokan pada tingkat keuntungan yang memenuhi kebutuhan primer. (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/strategi-pemasaran-produk perikanan – dan-kelautan/ Juni 2012).
2.2.5 Manajemen Sumberdaya Perikanan
Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang memiliki batas, sama halnya dengan sumberdaya ikan pelagis, oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang tepat guna untuk dapat memanfaatkan sumberdaya ikan untuk kurun waktu yang sangat lama. Sumberdaya perikanan bedasarkan sifatnya termasuk salah satu sumberdaya alam yang pengembaliannya tidak diwarisi atau dibatasi yang berarti setiap orang secara bebas dapat mengambil sumberdaya tersebut maka sumberdaya perikanan seringkali disebut sumberdaya milik besama. (http://perikananagrobisnis.com/2012/01/konsep - manajemen - dalam – usaha perikanan.html, Juni 2012).
Kualitas Lingkungan Perairan
Parameter Fisika Perairan
2.3.1.1 Suhu
Suhu erat kaitannya dengan cahaya. Pemanasan yang terjadi di permukaan laut yang terjadi pada siang hari tidak seluruhnya dapat diabsorbsi oleh air laut karena adanya awan dan posisi lintang. Energi akan cukup banyak diserap ketika matahari berada di atas ketinggian di langit dan berkurang ketika dekat dengan horizon. Posisi matahari di daerah tropic dan subtropik yang selalu berada di atas horizon sepanjang musim menjadikan daerah ini lebih hangat dibandingkan umumnya di daerah kutub (Widodo dan Suadi dalam Armita, 2011).
Suhu di laut adalah factor yang amat penting bagi kehidupan orgaisme (Nybakken dalam Armita, 2011). Selanjutnya ditambahkan Romimohtarto (2001) dalam Armita (2011) bahwa suhu merupakan factor fisik yang sangat penting di laut, perubahan suhu dapat member pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut.
Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis seperti CO2 dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu tinggi akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang diterima permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan perairan bervariasi berdasarkan waktu. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan atau dalam jangka waktu panjang (Romimohtarto dalam Armita, 2011).
2.3.1.2 Salinitas
Air laut dapat dikatakan merupakan larutan garam. Kadar garam air biasanya didefenisikan sebagai jumlah (dalam garam) dari total garam terlarut yang ada dalam 1 kilogram air laut dan biasanya diukur dengan kondiktivitas. Semakin tinggi konduktivitas semakin tinggi kadar garamnya. Komposisi kadar garam tersebut selalu dalam keadaan yang konstan dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini disebabkan karena adanya kontrol dari berbagai proses kimia dan biologi di dalam perairan laut. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar organisme yang hidup di perairan laut merupakan organism yang memiliki toleransi (sensitivitas) terhadap perubahan salinitas yang sangat kecil atau organisme yang diklasifikasikan sebagai organisme stenohalin (Widodo dan Suadi dalam Armita, 2011).
Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam tiap kilogram air laut, dinyatakan dalam gram per-kilogram atau perseribu (Sutika dalam Armita, 2011). Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup organisme, hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah yang mempunyai perubahan salinitas yang kecil (Hutabarat dan Evans dalam Armita, 2011). Menurut Sutika (1989) dalam Armita (2011) bahwa salinitas air laut pada umumnya berkisar 33 o/oo sampai 37 o/oo dan berubah-ubah berdasarkan waktu dan ruang. Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar ke air laut, curah hujan, musim, topografi, pasang surut dan evaporasi (Nybakken dalam Armita, 2011). Ditambahkan pula oleh Nontji (1987) dalam Armita (2011) bahwa sebaran salinitas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai.
2.3.1.3 Kecerahan
kecerahan merupakan ukuran transparasi perairan, nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai kecerahan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan penelitian. Sedangkan kekeruhan menggambarkan sifat optic air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (Effendi, 2003).
2.3.1.4 Kekeruhan
Kekeruhan merupakan gambaran sifat optic air oleh adanya bahan padatan terutama tersuspensi (partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organism perairan) dan sedikit dipengaruhi oleh warna periran (Sutika dalam Armita, 1989). Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya penetrasi cahaya ke dalam air (Effendi dalam Armita, 2003).
Sutika (1989) dalam Armita (2011), mengatakan bahwa kekeruhan dapat mempengaruhi (a) terjadinya gangguan respirasi, (b) dapat menurunkan kadar oksigen dalam air dan (c) terjadinya gangguan terhadap habitat. Selanjutnya Walhi (2006) dalam Armita (2011), menyatakan bahwa kekeruhan standar untuk lingkungan rumput laut sebesar 20 mg/l.
2.3.1.5 Kecepatan arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan
oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut atau disebabkan oleh
gerakan gelombang (Nontji dalam Wijayanti, 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa pada dasar perairan dangkal, dimana terdapat arus yang tinggi, hewan yang mampu hidup adalah organisme periphitik atau benthos.
Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki pengaruh yang penting terhadap benthos; mempengaruhi lingkungan sekitar seperti ukuran sedimen, kekeruhan dan banyaknya fraksi debu juga stress fisik yang dialami organisme-organisme dasar. Pada daerah sangat tertutup dimana kecepatan arusnya sangat lemah, yaitu kurang dari 10 cm/dtk, organisme benthos dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu sedangkan pada perairan terbuka dengan kecepatan arus sedang yaitu 10-100 cm/dtk menguntungkan bagi organisme dasar; terjadi pembaruan antara bahan organik
dan anorganik dan tidak terjadi akumulasi (Wood dalam Wijayanti, 2007).
2.3.2 Parameter Kimia
2.3.2.1 Derajat Keasaman (pH)
Sutika (1989) dalam Armita (2011) mengatakan bahwa derajat keasaman atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di suatu lingkungan perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor yaitu : kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organic di dasar perairan.
Derajat keasaman merupakan faktor lingkungan kimia air yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Menurut pendapat Soesono (1988) dalam Armita (2011) bahwa pengaruh bagi organisme sangat besar dan penting, kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju pertumbuhan bahkan tingkat keasamannya dapat mematikan dan tidak ada laju reproduksi sedangkan pH 6,5 – 9 merupakan kisaran optimal dalam suatu perairan.
2.3.2.2 Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen telarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air (Odum dalam Wijaya, 2009). Pada umumnya oksigen terlarut berasal dari difusi oksigen dari udara ke dalam air dan proses fotosintesis dari tumbuhan hijau. Pengurangan oksigen terlarut disebabkan oleh proses respirasi dan penguraian bahan-bahan organik. Berkurangnya oksigen terlarut berkaitan dengan banyaknya bahan-bahan organik dari limbah industri yang mengandung bahan-bahan yang tereduksi dan lainnya (Welch dalam Wijaya, 2009).
Effendi (2003) dalam Armita (2011), menjelaskan bahwa hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dengan suhu yaitu semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas, sehingga kadar oksigen terlarut di laut cenderung lebih rendah dari pada kadar oksigen di perairan tawar.
Distribusi oksigen secara vertical dipengaruhi oleh gerakan air, proses kehidupan di laut dan proses kimia (Achmad dalam Armita, 2011). Menurut Sutika (1989) dalam Armita (2011) pada dasarnya proses penurunan oksigen dalam air disebabkan oleh proses kimia, fisika dan biologi yaitu proses respirasi baik oleh hewan maupun tanaman, proses penguraian (dekomposisi) bahan organic dan proses penguapan. Kelarutan oksigen ke dalam air terutama dipengaruhi oleh faktor suhu, oleh sebab itu kelarutan gas oksigen pada suhu rendah relative lebih tinggi jika dibandingkan pada suhu tinggi.
METODE PRAKTIK
Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktik Lapang ini akan dilaksanakan pada bulan juli sampai dengan bulan agustus 2012, berlokasi di Desa Limas Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek lapang ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan
No.
Parameter Uji
Alat
1.
Fisika Air :
Suhu
Termometer
Salinitas
Refraktometer
Kecerahan
Secchi disc
Kekeruhan
Turbidymeter
Kecepatan Arus
Pelampung bertali, stopwatch
2.
Kimia Air :
pH air
Kertas ph indikator
Oksigen Terlarut
DO meter
Tabel 2. Data Sosial
No.
Jenis
Bahan
Keterangan
1.
Data Perikanan
Kuisioner
Wawancara
2.
Monografi Data
Monografi desa
Tinjauan
Metode Praktik
Metode yang digunakan dalam Praktik Lapang ini adalah metode survey yaitu pengamatan langsung ke lapangan terhadap kondisi dan kegiatan usaha perikanan dan wawancara kepada masyarakat Desa Limas Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga Kepulauan Riau.
Data-data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah wawancara mengenai monografi (profil Desa), suhu, salinitas perairan, kecerahan, kekeruhan, kecepatan arus, pH, dan oksigen terlarut, persiapan lapangan serta aktifitas perikanan di Desa Limas. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, serta penelusuran melalui internet, kumpulan jurnal, serta berkoordinasi dengan dinas terkait seperti Kantor Kepala Desa, Kantor Camat, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau.
Prosedur Praktik Lapang
3.4.1 Penentuan Responden
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini subjeknya adalah seluruh nelayan yang ada di Desa Limas. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Gay dan Diehl (1992) menyatakan bahwa target populasi mengacu pada kelompok spesifik yang ingin diteliti, dimana perbandingan (ratio) yang diperuntukkan penelitian deskriptif adalah minimal 10% atau 20% sampel dari populasi. Penentuan sampel yang mewakili populasi dihitung berdasarkan ratio yang digunakan oleh peneliti sebesar 20%. Adapun rumus perhitungannya adalah:
N=nini x 100x R
Keterangan :
N = jumlah sampel tiap startum
Ni = jumlah populasi tiap stratum
R = persentase ratio
Berdasarkan populasi nelayan perikanan tangkap di Desa Limas yang sebesar 130 orang, maka banyaknya sampel nelayan diambil adalah sebanyak 13 orang.
N=130195 x 100x 20%
N = 13,33 (dibulatkan ke bawah)
Sedangkan banyaknya populasi nelayan yang melakukan perikanan tangkap dan budidaya adalah 65 orang, maka banyaknya sampel nelayan yang diambil adalah sebanayak 7 orang.
N=65195 x 100x 20%
N = 6,7 (dibulatkan ke atas)
Responden yang dipilih adalah mereka yang menjadi tujuan/sasaran dari praktik lapang ini. Penentuan jumlah responden didasarkan pada pertimbangan tertentu yakni mereka yang diperkirakan menjadi sasaran utama dari kegiatan praktik lapang. Jumlah populasi nelayan dan jumlah sampel dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Populasi Nelayan dan Jumlah Sampel
No.
Kategori
Jumlah
Persentase Rasio (%)
Sampel
1.
Nelayan Tangkap
130
20%
13
2.
Nelayan Tangkap dan Nelayan Budidaya
65
20%
7
Total
195
3.4.2 Pengukuran Kualitas Peraiaran
Stasiun pengukuran kualitas perairan penelitian ini ditentukan berdasarkan keterwakilan lokasi dan pengambilan sampel awal sebelum penelitian sehingga ditentukan 2 lokasi sesuai dengan aktivitas perikanan. Ada dua lokasi yang ditetapkan untuk pengambilan sampel antara lain :
Stasiun I terletak disekitar lokasi yang terdapat Budidaya Perikanan.
Stasiun II terletak dilokasi yang terdapat aktivitas Perikanan Tangkap.
3.4.2.1 Parameter Fisika Perairan
3.4.2.1.1 Suhu
Pengukuran suhu dilakukan pada permukaan perairan. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer. Sebelum melakukan pengukuran, thermometer dikalibrasi dulu dengan cara dikibas-kibaskan thermometer sampai menunjukakn angka 0o C. Kemudian dicelupkan thermometer ke dalam perairan selama beberapa menit lalu dilihat nilai suhu pada thermometer tersebut.
3.4.2.1.2 Salintas
Salinitas perairan laut dapat diukur dengan menggunakan refraktometer. Sebelum pengukuran dilakukan refraktometer di tetesi dengan aquades yang bertujuan untuk mengkalibrasi alat, setelah itu dibersihkan dengan kertas tisu sisa aquades yang tertinggal. Kemudian diteteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya, dilihat ditempat yang bercahaya dan dicatat hasilnya yang ditunjukkan oleh skala. Setelah selesai pengukuran bilas kaca prisma dengan aquades, dan dikeringkan dengan tisu.
3.4.2.1.3 Kecerahan
Pengukuran kecerahan perairan diukur dengan menggunakan secchidisc. Secchidisc diturukan ke dalam perairan secara perlahan sampai tidak kelihatan, setelah itu diukur panjang tali secchi disc dari permukaan perairan kedalaman secchi disc tidak terlihat (jarak hilang). Kemudian secchidisc diturunkan sampai kedasar perairan dan ditarik perlahan-lahan ke atas sampai secchi disc kelihatan, kemudian diukur panjang tali secchidisc dari permukaan hingga kedalamam secchidisc kelihatan (jarak tampak). Selanjutnya rata-ratakan jarak hilang dan jarak tampak tersebut dengan menggunakan rumus :
Kedalaman Secchi cm= ( jarak hilang (cm) + jarak tampak (cm) / 2
3.4.3.1.5 Kecepatan arus
Untuk menentukan arah dan kecepatan arus digunakan pelampung yang diikatkan dengan tali dan dilemparkan ke permukaan perairan pada titik yang telah ditentukan dan biarkan tali pelampung menegang. Kemudian dilihat arah pergerakan pelampung sampai mencapai jarak tertentu dengan menggunakan stopwatch. Panjang tali yang digunakan ialah 10 meter, lalu lihat waktu yang ditempuh oleh pelampung dari titik yang telah ditentukan hingga tali menegang. Kecepatan arus dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
V = s/t
Dimana :
V = Kecepatan Arus (m/detik)
s = Jarak atau Panjang Tali (m)
t = Waktu (detik)
Parameter Kimia Perairan
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan gambaran kosentrasi ion hidrogen. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator (lakmus) yang dicelupkan +1 detik kedalam perairan, didiamkan sampai kering kemudian dicocokan dengan warna standarnya pada skala pH indikator.
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter, adapun cara penggunaannya yakni DO meter sebelum digunakan sebaiknya dikalibarasi terlebih dahulu, kemudian probe pada DO meter dicelupkan ke dalam perairan dan setelah itu dibaca hasilnya pada display atau tampilan layar.
Analisis Data
Semua data hasil wawancara dan hasil pengukuran kualitas air ditabulasikan dan dibuatkan dalam grafik untuk kemudian dibahas secara deskriptif. Dari hasil praktek lapang ini data potensi perikanan yang dibahas adalah jumlah dan jenis alat tangkap, hasil perikanan tangkap, jenis ikan dan wadah budidaya, jenis produksi pengolahan hasil perikanan, harga pemasaran dan skema pendistribusian ikan, potensi sumberdaya perairan lainnya dan kualitas perairan. Selanjutnya data permasalahan aktifitas perikanan akan dibahas sebagai isu permasalahan sumberdaya perikanan. Semua data-data tersebut dibahas secara deskriptif sesuai dengan tujuan untuk mendapatkan kesimpulan serta memberikan rekomendasi dan saran.
IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTIK LAPANG
4.1 Keadaan Alam
Desa limas adalah sebuah desa nelayan di daerah pesisir wilayah Kecematan Senayang, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, dan berada pada ketinggian ± 2 meter diatas permukaan laut. Desa Limas merupakan daerah pesisir yang sangat dipengaruhi oleh pasang-surut. Batas-batas wilayah Desa Limas adalah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan
Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Sebangke
Sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Tajur Biru
Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kentar
Sebagian besar wilayah di Desa Limas masih merupakan hutan semak-semak. Keadaan pantainya pada umumnya landai dengan dasar perairannya yang terdiri dari pasir bercampur lumpur. Di sepanjang pantainya ditumbuhi oleh hutan bakau (Rhizopora sp.).
4.2 Pemerintahan
Pengertian desa ditinjau dari segi hukum tata negara adalah suatu unit pemerintahan terendah yang secara hierarkis berada langsung di bawah kecamatan (Surat keputusan Mendagri No. Sd 18/4/24 tanggal 12 agustus 1969). Bentuk pemerintahannya secara administratif berada di bawah kekuasaan kepala desa. Akan tetapi masyarakat mempunyai hak ulayat atas tanah mereka dan berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Tabel 4. Jumlah perangkat desa
No.
Perangkat / Aparat
Jumlah
1.
Kepala Dusun
1 Orang
2.
Sekretaris Dusun
1 Orang
3.
Ka. Urusan
2 Orang
4.
Ketua RW
2 Orang
5.
Ketua RT
4 Orang
Jumlah
10 Orang
Sumber : Arsip Desa Limas (2011)
Keadaan kesehatan masyarakat telah banyak mengalami kemajuan terutama setelah adanya puskesmas. Kemajuan ini berkat kerjasama dari dinas kesehatan dengan pemerintah Desa Limas dan meningkatnya kesadaran masyarakat.
Tabel 5. Sarana Kesehatan
No.
Sarana kesehatan
Jumlah
1.
Rumah sakit umum
-
2.
Puskesmas
1
3.
Posyandu
1
Jumlah
2
Sumber : Arsip Desa Limas (2011)
4.3 Penduduk dan Mata Pencahariannya
4.3.1 Penduduk
Penduduk di Desa Limas Kecamatan Senayang Kabupaten Linggga terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Berdasarkan data yang didapat dari Kantor Kepala Desa Limas, jumlah penduduk tahun 2011 adalah sebanyak 670 orang dari 94 KK. Jumlah penduduk laki-laki lebih mendominasi yaitu sebesar 370 (55.22 %) orang dan penduduk perempuan dengan jumlah 300 (44.78 %) orang. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk
No.
Jenis Kelamin
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
Laki-laki
370
55.22
2.
Perempuan
300
44.78
Jumlah
670
100
Sumber : Arsip Desa Limas (2011)
4.3.2 Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Limas adalah sebagai nelayan, mencari hasil hutan, pegawai negeri, dan lain-lainnya. Profesi sebagai nelayan dipilih oleh kebanyakan masyarakat Desa Limas ini dikarenakan lokasi Desa Limas yang berada di pesisir pantai. Dengan mengharapkan hasil sumber daya kelautan dan perikanan banyak penduduknya menggantungkan hidup dari hasil laut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian
No.
Jenis pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
1.
Pegawai negeri
13
5.34
2.
Wiraswasta
8
3.29
3.
Nelayan
195
80.25
4.
Buruh
-
-
5.
Tukang kayu
27
11.11
Jumlah
243
100
Sumber : Arsip Desa Limas (2011)
Kaum ibu ada juga yang turut bekerja membantu suaminya menjirat jaring yang masih baru ataupun yang rusak karena dipakai dalam opersi penangkapan ikan. Mereka juga rajin menganyam tikar dari pandan untuk dijual atau dipakai sendiri atau membuat kerupuk ikan.
4.4 Pendidikan
Walaupun penduduk di Desa Limas telah mengalami kemajuan dalam usaha kenelayanan, tetapi bila ditinjau dari segi pendidikannya masih tergolong rendah karena sebagian besar nelayan itu hanya merasakan pendidikan di tingkat sekolah dasar, bahkan masih banyak yang belum pernah bersekolah sehingga masih ada nelayan yang buta huruf. Waktu mereka banyak tersita untuk bekerja di laut mencari nafkah sehingga pendidikan kurang mendapat perhatian.
Sejak dahulu hingga dilakukan praktek lapang ini, perhatian penduduk terhadap pendidikan masih kurang, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (1). kebutuhan hidup, (2). usaha/mata pencaharian dan (3). faktor lingkungan. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel 8.
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Limas
No.
Tingkatan Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1.
Tidak tamat SD/Sederajat
320
91.16
2.
Tamat SD/Sederajat
14
3.95
3.
Tamat SMP/Sederajat
11
3.14
4.
Tamat SMA/Sederajat
6
1.71
5.
Tamat D-1/D-2
-
-
6.
Tamat D-3
-
-
7.
Tamat S-1
-
-
8.
Tamat S-2
-
-
Jumlah
351
100
Sumber : Arsip Desa Limas (2011)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Masyarakat Nelayan
Nelayan perikanan tangkap pada umunnya adalah nelayan bebas. Nelayan bebas adalah nelayan yang bekerja dan berusaha dengan modal sendiri dan akan turun langsung dalam melakukan operasi penangkapan sendiri ataupun dibantu dengan dengan keluarganya. Umumnya nelayan bebas hanya memiliki modal kecil dan alat-alat tangkap yang digunakan biasanya alat-alat yang sederhana saja.
Nelayan di Desa Limas dapat dibagi menjadi dua yaitu nelayan tangkap dan nelayan budidaya. Namun adapula nelayan yang melakukan keduanya baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Untuk lebih jelas lihat pada tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Nelayan Menurut Kategori
No.
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
1.
Nelayan Tangkap
130
66.67
2.
Nelayan Budidaya
7
3.59
3.
Nelayan Tangkap danNelayan Budidaya
58
29.74
Total
195
100
Sumber : Arsip Desa Limas(2011)
5.2 Perikanan Tangkap
Kegiatan perikanan dimulai sejak waktu yang lama sekali yaitu sejak adanya orang pertama kali menempati daerah ini. Penggunaan alat-alat perikanan cenderung berkembang terus sesuai dengan kemjuan zaman. Hingga saat ini ditemukan beberapa jenis alat penangkapan yang digunakan oleh nelayan untuk mengelola sumber fauna perairan. Cara-cara penggunaan alat tersebut pada umumnya masih berdasarkan pengalaman yang diwarisi secara turun temurun dari orang-orang terdahulu. Namun dengan adanya kemajuan, terutama modernisasi alat dan cara penggunaanya maka cara-cara lama walaupun masih tetap dipertahankan cenderung mengarah pada pembaharuan. Dengan kata lain masyarakat dapat menerima dan merasakan manfaat dari modernisasi alat-alat tersebut. Jumlah dan jenis alat penangkapan yang digunakan nelayan di Desa Limas dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Dari Sampel Yang Diambil
No.
Jenis Alat Penangkapan
Jumlah
Persentase (%)
1.
Bubu
6
40
2.
Jaring Angkat
3
20
3.
Jaring Insang
4
26.67
4.
Pancing
2
13.33
Total
15
100
Sumber : Arsip Desa Limas(2011)
* Nelayan memiliki lebih dari satu jenis alat penangkapan
Dalam kegiatan perikanan tangkap sejak dahulu hingga sekarang ini masih banyak digunakan perahu, baik perahu dayung maupun perahu bermesin. Tetapi dengan berkembangnya teknologi sebagian nelayan telah memiliki perahu bermesin walaupun dengan kekuatan dan daya tempuh yang rendah, namun telah mampu membantu para nelayan. Dengan demikian, gerak nelayan lebih leluasa dan kegiatannya dapat diarahkan sesuai dengan tempat atau lokasi dimana akan melakukan operasi penangkapan.
Tiga puluh koma tujuh puluh enam persen masyarakat nelayan Desa Limas menggunakan perahu jukung, 46,15 % menggunakan perahu dayung, dan 23,1 % menggunakan perahu bermesin dalam melakukan operasi penangkapan. Jumlah, jenis dan ukuran perahu yang digunakan nelayan dalam kegitan perikanan di Desa Limas dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Jumlah, Jenis dan Ukuran Perahu Yang Digunakan Dari Sampel Yang Diambil
No.
Jenis
Ukuran (GT)
Jumlah
Persentase (%)
0-5
05-10
10-20
1.
Jukung
4
-
-
4
30.76
2.
Perahu Dayung
6
-
-
6
46.15
3.
Perahu Bermesin
3
-
-
3
23.1
Total
13
100
Sumber : Arsip Desa Limas(2011)
5.2.2 Musim Penangkapan
Musim sangat mempengaruhi keberhasilan nelayan di Desa Limas dalam melaksanakan aktifitas penangkapan. Walaupun dalam usahanya nelayan telah mempunyai sarana yang sudah memadai seperti jaring, pancing, perahu dan alat penangkapan lainya untuk melakukan penangkapan ikan, tetapi ikan-ikan itu sendiri ternyata dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Pada keadaaan tertentu ikan sukar ditemukan dalam jumlah banyak walaupun lokasi penangkapan telah ditelusuri sampai berpuluh-puluh kilometer. Musim ikan erat hubungannya dengan arah angin. Ternyata musim dan keadaan lingkungan mempengaruhi ikan dalam hal melakukan ruaya atau perpindahan tempat dari suatu area perairan ke area perairan lainnya. Oleh sebab itu dalam melakukan aktifitas penangkapan, biasanya nelayan berpedoman pada musim, yaitu pada saat musim banyak ikan dan saat musim kurang ikan. Dalam satu tahun masyarakat nelayan di Desa Limas mengenal 4 musim yaitu :
Musim Tenggara dari bulan April sampai Juni
Musim Selatan dari bulan Juli sampai September
Musim Barat dari bulan Oktober sampai Desember
Musim Utara dari bulan Januari sampai Maret
Musim Tenggara (April – Juni) dan musim Selatan (Juli – September) merupakan musim nelayan untuk melakukan aktifitas penangkapan. Hal ini dikarenakan kedua musim ini merupakan musim banyak ikan. Selain itu kedua musim ini cukup baik dimana angin ribut jarang terjadi, gelombang tidak terlalu besar dan jarang turun hujan sehingga nelayan dapat bekerja dengan tenang, sehingga produksi pada kedua musim ini cukup tinggi. Pada musim barat (Oktober – Desember), angin bertiup kencang dan sering terjadi angin ribut, gelombang kuat, arus berputar daan sering menimbulkan bahaya, hujan selalu turun sehingga aktifitas penangkapan tidak aman atau berbahaya. Kalaupun penangkapan masih dapat dilakukan, hasil tangkapan selalu jauh dari yang diharapkan.
Menurut keterangan nelayan, pada musim Barat daerah penangkapan ikan akan berpindah ke arah selatan, tetapi jumlahnya tidak banyak. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan nelayan tersebut. Umumnya, bila terjadi musim barat sebagian besar nelayan di Desa Limas tidak melakuan kegiatan penangkapan. Mereka akan beristirahat atau memperbaki perahu ataupun alat tangkap yang rusak.
5.2.3 Jenis-jenis Ikan Tangkapan
Semakin beragamnya alat penangkapan maka semakin beragam pula hasil tangkapan, namun sebagai nelayan bebas yang memiliki modal yang kecil tentu saja memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan penangkapan seperti jauhnya jarak penangkapan, alat tangkap yang dimiliki, serta perahu yang digunakan, sehingga hasil tangkapan terkadang masih berukuran kecil.
Adapun jenis-jenis ikan tangkapan antara lain: Ikan Tamban, Tenggiri, Kembung, Kerapu sunu, Tongkol. Hasil tangkapan lainnya adalah Kepiting Rajungan, Cumi-cumi (sotong) dan Udang (tabel 12).
Tabel 12. Jenis Ikan Tangkapan
No.
Nama Ikan
Nama Latin
Kelompok
1.
Kembung
Rastrelliger Spp
Pelagis
2.
Kerapu Sunu
Plectropomus Leopardus
Pelagis
3.
Tamban
Sardinella Gibbosa
Pelagis
4.
Tenggiri
Acanthocybium Solandri
Pelagis
5.
Tongkol
Euthynnus Affinis
Pelagis
5.3 Perikanan Budidaya
Selain aktifitas penangkapan di Desa Limas juga dilakukan kegiatan budidaya ikan. Salah satu keunggulan laut Desa Limas yang mendominasi adalah padang lamun, terumbu karang serta kedalaman perairan yang relatif dangkal, menjadikan Desa Limas sebagai lokasi yang cocok untuk kegiatan budidaya laut. Lokasi kegiatan untuk budidaya laut umumnya memiliki kriteria mudah dicapai, terlindung dari badai, topan dan ombak besar yang merusak, memiliki subtrat dasar laut berupa karang, pasir atau batu, air relatif jernih (kecerahan lebih dari 3 meter), kedalaman perairan 2-2,5 meter, dan tidak tercemar. Kegiatan budidaya laut di Desa Limas dimulai di tahun 2000, kondisi yang menyebabkan para nelayan menjadi pembudidaya adalah hasil tangkapan yang masih kecil dan tidak layak di jual, sehingga ikan hasil tangkapan tersebut dipelihara dengan membuat tambak. Jenis biota laut yang dibudidayakan ialah ikan kerapu sunu.
Namun kegiatan budidaya tesebut hanya budidaya jaring tancap, tidak terdapat jenis budidaya yang lainnya dari dulu sampai kegiatan praktik lapang ini di laksanakan. Jumlah keramba yang ada di Desa Limas dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Jenis Keramba Yang Digunakan Dari Sampel Yang Diambil
No.
Jenis Keramba
Jumlah
Persentase (%)
1.
Jaring Tancap
7
100
2.
Jaring Apung
-
3.
Kandang
-
4.
Tambak
-
Total
7
100
Sumber : Arsip Desa Limas(2011)
Secara keseluruhan masyarakat nelayan di Desa Limas menggunakan budidaya jaring tancap sebagai wadah budidaya. Hal ini dikarenakan pembutan jaring tancap ini lebih mudah, biaya yang dikeluarkan juga lebih murah di banding jaring apung dan kandang.
5.4 Produksi dan Pemasaran
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa nelayan tangkap diperoleh hasil, bahwa area tangkapan mereka kebanyakan di daerah dekat dengan padang lamun ± 400-600 m dari bibir pantai, dengan alat tangkap yang digunakan bermacam-macam ada yang menggunakan jaring angkat, pancing dan bubu. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk sekali melaut berkisar Rp 100.000,- sampai Rp 500.000,- modal yang digunakan adalah modal sendiri.
Kondisi jumlah hasil tangkapan untuk tahun ini mengalami penurunan, penurunan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca, sehingga aktivitas nelayan nelayan terganggu, dari 7 kali melaut menjadi 5 kali melaut dalam sebulan sehingga jumlah penangkapannya menurun dari jumlah maksimal. Hasil tangkapan untuk sekali melaut biasanya < 50 kilogram ikan, dengan jenis ikan yang ditangkap adalah Ikan Tamban, Tenggiri, Kembung, Kerapu sunu, Tongkol, Kepiting Rajungan, Cumi-cumi (sotong) dan Udang. Untuk ukuran tangkapan ikan yang di tangkap mulai dari 5 cm sampai dengan 50 cm, berat ikan yang di tangkap 200-500 gram/ekor. Hasil tangkapan ikan dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Ukuran dan Harga Ikan
No.
Nama Ikan
Nama Latin
Kelompok
Ukuran (cm)
Harga
1.
Kembung
Rastrelliger Spp
Pelagis
10-20
Rp.30.000/kg
2.
Kerapu Sunu
Plectropomus Leopardus
Pelagis
5-25
Rp.35.000/kg
3.
Tamban
Sardinella Gibbosa
Pelagis
5-16
Rp. 8.000/kg
4.
Tenggiri
Acanthocybium Solandri
Pelagis
20-50
Rp.40.000/kg
5.
Tongkol
Euthynnus Affinis
Pelagis
30-50
Rp.25.000/Kg
Sedangkan nelayan budidaya rata-rata memiliki 1-2 tambak, setiap tambak biasanya berisi ikan sebanyak ± 100 ekor/tambak. Dengan modal pembuatan tambak dari modal sendiri sebesar Rp 1 juta - Rp 5 juta. Dengan masa panen yang cukup lama ± 1 tahun sekali, dikarenakan nelayan tidak memberikan pakan buatan atau pelet. Pemberian pakan yang diberikan berupa ikan hasil tangkapan melaut yang dicincang-cincang halus. Jumlah ikan sekali panen bisa mencapai 50–100 ekor/wadah, berat ikannya 1–1,5 kg/ekor.
Pemasaran adalah suatu usaha yang ditujukan terhadap pemindahan barang-barang dari produsen sampai kepada konsumen. Pemasaran hasil tangkapan ikan biasanya dipasarkan didaerah konsumen setempat, selain itu juga dijual kepada pedangang perantara atau pengepul selanjutnya dijual ke toke. Namun produsen juga biasanya lansung menjualnya ke toke, tanpa melalui pedagang peranta atau pengepul. Namun jika hasil tangkapan sedikit biasanya lansung dijual ke konsumen. Para nelayan tidak menjual hasil tangkapannya ke TPI (Tempat Pelalangan Ikan) karena di daerah tersebut tidak ada TPI dan jika mau menjual ke TPI para nelayan harus mengeluarkan banyak biaya karena TPI jauh dari daerah ini. Rata-rata penghasilan nelayan satu kali melaut sebesar Rp 300 – Rp 500 ribu dan rata-rata dalam sebulan penghasilan nelayan tersebut adalah ± Rp 2 juta.
B Begitupun dengan pemasaran hasil ikan budidaya, sama dengan pemasaran hasil ikan tangkapan. Hal ini bisa dilihat dari skema pemasaran ikan hasil tangkapan berikut.
B
AD
A
D
C
C
Gambar 1. Skema Pemasaran Ikan Segar di Desa Limas.
Keterangan :
A = Produsen
B = Toke
C = Pedagang Perantara atau Pengepul
D = Konsumen
5.5 Kondisi Lingkuan Perairan
5.5.1 Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan dilakukan diperairan perikanan tangkap dan perairan budidaya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 15 dan 16.
Tabel 15. Pengukuran Parameter Fisika Perairan
Perairan
Tgl
Waktu Pengamatan
Salinitas (ppm)
Kecepatan Arus (cm/dtk)
Suhu (c)
Kecerahan (cm)
Perikanan Tangkap
30/08/
2012
Pagi
27.7
94
Siang
29
162
Sore
30.4
-
Pasang
32
12.5
Surut
30
16.6
31/08/
2012
Pagi
27
80
Siang
28
150
Sore
31
-
Pasang
31
7.6
Surut
29
14.2
Rata-rata
30.5
12.73
28.7
121.5
Budidaya
30/08/
2012
Pagi
27
80
Siang
28
140
Sore
30
-
Pasang
30
1.17
Surut
28
4.44
31/08/
2012
Pagi
28
73
Siang
29
90
Sore
31
-
Pasang
30
1.6
Surut
29
4.16
Rata-rata
29.25
2.84
28.9
95.7
Tabel 16. Pengukuran Parameter Kimia Perairan
Perairan
Tgl
Waktu Pengamatan
DO (mg/l)
pH
Perikanan Tangkap
30/08/
Pasang
-
6
2012
Surut
-
6
31/08/
Pasang
-
6
2012
Surut
-
6
Rata-rata
6
Budidaya
30/08/
Pasang
-
6
2012
Surut
-
6
31/08/
Pasang
-
6
2012
Surut
-
6
Rata-rata
6
Hasil pengukuran yang dilakukan diperairan perikanan tangkap dan perairan budidaya memperlihatkan perbedaan kisaran salinitas, kecepatan arus, antara saat pasang dan saat surut. Sedangkan perbedaan kisaran hasil pengukuran suhu dan kecerahan yang dilakukan pada pagi, siang dan sore hari memperlihatkan hasil yang signifikan.
Salinitas perairan tangkap saat pasang mencapai 32 ppt dan menurun saat surut menjadi 30 ppt. Sedangkan di perairan budidaya pada saat pasang mencapai 31 ppt dan pada saat surut 29 ppt pada hari pertama. Pada hari berikutnya terjadi penurunan baik pada daerah perairan tangkap maupun perairan budidaya. Kenaikan salinitas pada saat pasang dipengaruhi oleh air laut yang masuk ke perairan lebih banyak dibanding air tawar dari daratan. Dari kisaran salinitas perairan, maka perairan di Desa Limas mempunyai daya dukung terhadap aktivitas penangkapan dan budidaya. Salinitas perairan masih berada di ambang baku mutu karena ambang baku salinitas perairan laut menurut Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 adalah 33-34 ppt.
Kecepatan arus hari kedua lambat hanya 7,6 cm/dtk pada saat pasang dan 14,2 cm/dtk ketika surut. Jika dibandingkan dengan hari pertama kecepatan arusnya mencapai 12,5 cm/dtk saat pasang dan naik menjadi 16,6 cm/dtk ketika surut. Kecepatan arus permukaan yang sebagian besar dipengaruhi oleh angin merupakan penyebab penting abrasi dan suspensi sedimen.
Hasil pengukuran suhu yang dilakukan, memperlihatkan adanya perbedaan signifikan. Suhu perairan hari pertama pengukuran ketika pagi hanya mencapai 27,7 oC dan naik menjadi 29 oC ketika siang hari. Suhu maksimumnya terjadi pada sore mencapai 30,4 oC untuk perairan tangkap. Untuk perairan budidaya ketika pagi hanya mencapai 27 oC dan naik menjadi 28 oC ketika siang hari dan suhu maksimumnya mencapai 30 oC pada sore hari. Suhu perairan masih berada di ambang baku karena ambang baku perairan laut menurut Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 adalah 280-320 C.
Tingkat kecerahan perairan pada saat pagi cukup baik, pada pagi hari mencapai 94 cm dan saat siang meningkat hingga 162 cm untuk daerah perikanan tangkap. Sedangkan untuk daerah budidaya pada pagi hari mencapai 80 cm dan saat siang hari 140 cm. Menurut Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota, kecerahan yang diinginkan adalah lebih besar dari 5 m. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecerahan pada suatu perairan, seperti intensitas cahaya matahari, kecepatan arus dan sedimentasi.
Namun di sini yang paling mencolok adalah intensitas matahari pada perairan lebih mempengaruhi tingkat kecerahan, karena hal ini berhubungan dengan daya tembus matahari pada perairan tersebut. Di saat matahari sedang dalam penyinaran yang maksimal tingkat kecerahan akan lebih maksimal.
Pengukuran parameter kimia perairan dilakukan didua perairan yaitu perairan tangkap dan perairan budidaya, dengan waktu pengamatan yaitu pada saat pasang dan pada saat surut. Oksigen terlarut merupakan parameter yang dapat menentukan tingkat kesuburan suatu perairan, umumnya mempunyai kadar yang bervariasi di setiap daerah. Namun dalam pengukuran DO di Perairan Desa Limas tidak diperoleh hasil karena pada saat dilakukan titrasi amilum yang digunakan sudah terkontaminasi.
Derajat keasaman (pH) merupakan gambaran kosentrasi ion hidrogen dan salah satu parameter perairan yang sangat penting. Pengukuran pH dilakukan di dua perairan yaitu perairan tangkap dan perairan budidaya, untuk perairan tangkap pada saat pasang pH mencapai 6 dan pada waktu surut mencapai pH = 6. Untuk perairan budidaya pada saat pasang mencapai pH = 6 dan pada saat surut mencapai pH = 6. Kedua perairan tidak merngalami perbedaan yang signifikan, baik di perairan tangkap maupun di periaran budidaya. Dari hasil tersebut terlihat nilai pH rata-rata adalah 6. Menurut Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota laut yang diinginkan berkisar antara 7-8,5. Suatu perairan dengan pH 5,5-6,5 termasuk perairan yang tidak produktif, perairan dengan pH 6,5-7,5 termasuk perairan yang produktif, perairan dengan pH 7-8,5 adalah perairan yang memiliki produktivitas yang sangat tinggi, dan perairan dengan pH yang lebih besar dari 8,5 dikategorikan sebagai perairan yang tidak produktif lagi, dari hasil pengukuran pH perairan Desa Limas menunjukkan perairan yang tidak produktif. Baku mutu perairan lihat pada tabel 17.
Tabel 17. Baku Mutu Perairan KLH No. 51 Tahun 2004
No.
Parameter Perairan
Satuan
Baku Mutu
1.
Suhu
0C
28-32
2.
Salinitas
Ppt
33-34
3.
Kecerahan
M
> 5
4.
Do
mg/l
>5
5.
pH
7-8,5
Sumber : KLH No. 50 tahun 2004
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Desa limas adalah sebuah desa nelayan di daerah pesisir wilayah Kecematan Senayang, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, mayoritas penduduknya adalah nelayan. sebagian besar nelayan di Desa Limas hanya merasakan pendidikan ditingkat sekolah dasar, bahkan masih banyak yang belum pernah bersekolah sehingga masih ada nelayan yang buta huruf. Kegiatan perikanan di Desa Limas dimulai sejak waktu yang lama sekali yaitu sejak adanya orang pertama kali menempati daerah ini, dan nelayan telah mempunyai sarana yang sudah memadai seperti ; jaring, pancing, perahu dan alat penangkapan lainya untuk melakukan penangkapan ikan.
Salah satu keunggulan laut Desa Limas yang mendominasi adalah padang lamun, terumbu karang serta kedalaman perairan yang relatif dangkal, menjadikan Desa Limas sebagai lokasi yang cocok untuk kegiatan budidaya laut. Kegiatan budidaya laut di Desa Limas dimulai di tahun 2000, kondisi yang menyebabkan para nelayan menjadi pembudidaya adalah hasil tangkapan yang masih kecil dan tidak layak di jual, sehingga ikan hasil tangkapan tersebut di pelihara dengan membuat tambak. Jenis biota laut yang di budidayakan ialah ikan kerapu sunu.
Kondisi perairan Desa Limas masih mendukung untuk kehidupan biota. Dari hasil pengukuran parameter fisika dan kima kondisi perairan masih sesuia dengan baku mutu perairan menurut Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004. Sehingga kondisi perairan masih mendukung untuk kehidupan biota.
6.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kajian stok ikan didaerah ini, serta pememberikan infomasi yang lebih baik kepada nelayan tentang budidaya perikanan, sehingga budidaya bisa lebih berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Armita, Dewi. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air di Daerah Budidaya Rumput Laut dengan Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut di Dusun Malelaya Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanuddin
Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius
Feliatra, 2005.Pengantar Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau Press. Pekanbaru.
Gay, L.R. and Diehl, 1992.Research Methods for Business and management. Macmillan Publishing Co.
http://perikananagrobisnis.com/2012/01/konsep - manajemen - dalam – usaha - perikanan.htm/, diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:10 WIB).
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/strategi-pemasaran-produk-perikanan-dan-kelautan/, (diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:00 WIB)
http://www.scribd.com/doc/60391053/Potensi - Sumber - Daya – Alam - Kepulauan-Riau. (diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:20 WIB).
http://panduanskripsi.com/metode - pengumpulan - data – dengan – kuesioner –pada – penelitian - kuantitatif/, (diakses sabtu,30 juni 2012, 20:05 WIB).
Hulu Sungai Cisadane. Skripsi. Jawa Barat: Institut Pertanian Bogor
Kepmen Lingkungan Hidup No. 51. 2004. Tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota . Nonjti A, 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Riniwati, 2009. Strategi Pemasaran Produk Perikanan dan kelautan.http://birulaut.com/strategi – pemasaran – produk – perikanan –dan - kelautan. Diakses pada 31 Maret 2012 pukul 09.30 WIB.
Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Surat Keputusan Mendagri No. Sd 18/4/24 tanggal 12 agustus 1969.
Tang, M. 2003. Budidaya Air Tawar. Pekanbaru: UNRI Press
Wijaya, Habib Krisna. 2009. Komunitas Perifiton dan Fitoplankton Serta Parameter Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air Dibagian
Wijaya, Habib Krisna. 2009. Komunitas Perifiton dan Fitoplankton Serta Parameter Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air Dibagian Hulu Sungai Cisadane. Skripsi. Jawa Barat: Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuisioner Untuk Nelayan Perikanan Tangkap
Kabupaten : ............................................
Kecamatan : ............................................
Identitas Responden
Nama :...................................................................................
Alamat : ..................................................................................
Kelurahan/Desa :..............................................RT.........../ RW............
Kecamatan : ........................Kabupaten.............../ Kota...............
Umur : ..................tahun
Jenis Kelamin : a) Laki-laki b) Perempuan
Pendidikan : a) Tidak sekolah d) Tidak tamat
b) SD sederajat e) SLTP sederajat
c) Akademi/Diplomat f) Perguruan Tinggi
Asal daerah : a) Penduduk asli
b) Pendatang (sudah berapa lama menjadi pendatang, sebutkan)......................................
Kondisi Nelayan Secara Umum
Sudah berapa lama saudara bekerja sebagai nelayan?
a. < 5 tahun b. 5-10 tahun c. 10 tahun
Berapa lama waktu yang saudara butuhkan untuk melaut?
a. < 1 hari b. 1 hari – 1 minggu
c. 1 minggu – 2 minngu d. 2 minngu
Berapa kali dalam sebulan saudara melaut?
a. 5 kali b. 5-10 kali c. 10-15 kali d. 15 kali
Jenis perahu apa yang saudara gunakan untuk melaut menangkap ikan?
a. Perahu tanpa motor:
1. Jukung 2. Perahu papan kecil
3. Perahu papan sedang 4. Perahu papan besar
b. Perahu motor tempel
c. Kapal motor, ± 2-5 GT
5. Jenis alat tangkap apa yang saudara gunakan waktu melaut?
a. Pukat Udang b. Pukat Kantong c. Pukat Cincin
d. Jaring insang e. Jaring angkat f. Pancing
g. Perangkap h. Lainnya, sebutkan.........
6. Dimana lokasi area tangkapan saudara?
a. Sekitar hutan Bakau (mangrove)
b. Sekitar terumbu karang
c. Sekitar padang lamun
7. Berapa jauh area tangkapan saudara dari bibir pantai?
a. 0 – 200 meter d. 600 – 800 meter
b. 200 – 400 meter e. 800 – 1000 meter
c. 400 – 600 meter f. 1000 meter
8. Jenis ikan apa yang saudara tangkap?
a. Tongkol
b. Pari
c. Cakalang
d. Lainnya, sebutkan..................................................
9. Berapa rata-rata ukuran (panjang) ikan yang saudara tangkap?
a. 1 – 20 cm b. 21 – 40 cm c. 41 – 60 cm d. 60 cm
10. Berapa berat rata-rata ikan yang saudara tangkap?
a. < 500 gr/ekor
b. 500 – 1 kg/ekor
c. 1 kg – 1,5 kg/ekor
d. 1,5 kg/ekor
11. Bagaimana kondisi jumlah ikan hasil tangkap saudara akhir-akhir ini?
a. Mengalami peningkatan
b. Tidak berubah
c. Mengalami penurunan
12. Menurut saudara, apa yang menyebabkan hal itu terjadi? (boleh lebih dari 1)
a. Faktor cuaca
b. Kurang modal
c. Lainnya, sebutkan...........................................................................
13. Berapa lama dalam setahun anda mengalami paceklik atau keadaan tidak melaut( off-fishing)?
a. < 1 minggu b. 1 bulan- 3 bulan c. 3 bulan
14. Apa yang menyebabkan anda tidak melaut?
a. Cuaca tidak memungkinkan
b. tidak memiliki modal
c. Perahu atau alat tangkap rusak
d. lainnya, sebutkan................
15. Apa yang saudara lakukan ketika sedang tidak melaut?
a.Melaksanakan pekerjaan lain sebutkan...........................................
b.Memperbaiki perahu atau alat tangkap...........................................
c. Lainnya, sebutkan...........................................................................
16. Bagaimana status kepemilikan perahu dan alat tangkap yang saudara gunakan untuk melaut?
a. Milik pribadi
b. Milik Juragan
c. Pinjaman
d. Lainnya.....
17. Apabila terjadi kerusakan pada perahu atau alat tangkap siapa yang mengeluarkan biaya perbaikan?
a. Seluruhkan tanggungan Juragan
b. Seluhnya tanggungan awak kapal
c. 50% tanggungan Juragan, 50% di tanggung awak kapal
d. Lainnya, sebutkan,.........................................................................
18. Jika jawaban saudara untuk pertanyaan 16 di atas adalah lainnya milik siapakan perahu alat tangkap tersebut?
a. Milik kerabat atau keluarga
b. Menyewa dari nelayan lain
c. Lainnya, sebutkan...........................................................................
19. Berapa jumlah modal yang saudara butuhkan untuk sekali melaut?
a. < Rp 100 ` b. Rp 100- Rp 500
c. Rp 500- Rp 1 juta d. Rp 1 juta
20. Berasal dari manakan modal yang saudara butuhkan untuk melaut?
a. Modal sendiri b.Modal Juragan c. Modal pinjaman
21. Jika jawaban saudara untuk pertanyaan 20 di atas adalah pinjaman, dari siapakan saudara memperoleh pinjaman tersebut?
a. Milik kerabat atau keluarga
b. Lembaga keuangan perbangkan
c. Koperasi
d. Lembaga keuangan bukan Bank
e. Lainnya, sebutkan...........................................................................
22. Dalam melaut menangkap ikan apakah saudara mengajak serta rekan lainnya?
a. ya b. Tidak
23. Berapa jumlah rekan nelayan yang ikut serta menangkap ikan?
a. < 2 orang b. 2orang - 5 orang
c. 5 orang - 10 orang d. 10 orang
24. Bagaimana sistem bagi hasil saudara dengan rekan nelayan? (jika jawaban saudara" YA" pada no 14)
a. Dibagi secara rata
b. Dibagi berdasarkan kesepakatan yang sudah di tentukan
sebelumnya, Sebutkan....................................................................
c. Pemimpin rombongan memperoleh lebih banyak, sebutkan,.........
25. Berapa rata-rata jumlah ( volume) hasil tangkapan yang saudara peroleh sekali melaut?
a. < 50 kilo b. 50 kilo – 100 kilo
c. 100 kilo - 150 kilo d. 150 kilo
26. Berapa rata-rata penghasilan saudara sekali melaut?
a. < Rp 500 ribu b.Rp 500 ribu – Rp 1 juta
c. Rp 1 juta – Rp 1,5 juta d. Rp 1,5 juta
27. Berapa rata- rata penghasilan saudara dalam sebulan?
a. < Rp 2,5 juta b. Rp 2,5 juta – Rp 5 juta
c. Rp 5 juta – Rp 10 juta d. 10 juta
28. Apakah saudara selalu melakukan pemeriksaan berkala terhadap perahu dan alat tangkap yang saudara gunakan untuk menangkap ikan?
a. Ya
b. Tidak, alasannya.............................................................
29. Jika jawaban saudara "Ya" berapa kali saudara melakukan pemeriksaan tersebut?
a. 1 kali b. 2 kali c.3 kali d. 4 kali
30. Pernahkah saudara menjual ikan di olah terlebih dahulu?
a. Ya
b. Tidak
31. Jika jawaban anda di no 25 adalah "Ya" maka dalam bentk olahan apa?
a. Direbus b. Diasap
c. Diasinkan d. Lainnya, sebutkan..........................
32. Bagaimana saudara menjual ikan hasil tangkapan?
a. Langsung dengan konsumen
b. Melalui pedagang perantara
c. Lainnya, sebutkan...........................................
33. Bagaimana cara penetapan harga atas penjualan hasil tangkapan ikan saudara?
a. Kesepakan langsung dengan konsumen
b. Di tetapkan oleh orang lain (pedagang perantara)
c. Sesuai harga pasar saat terjadi transaksi (harga TPI)
d. Lainnya, sebutkan,.........................................................................
34. Apakah saudara puas atas penetapan yang terjadi?
a. Ya, alasannya........................
b. Tidak, alasannya...................
35. Apakah anda pernah menjual hasil tangkapan ikan ketempat pelelangan ikan (TPI)?
a. Pernah b. Tidak pernah
36. Menurut saudara apakah menjual melalui TPI lebih menguntungkan dibandingkan yang lain?
a.Ya, alasannya.............................
b. Tidak, alasannya.........................
37. Seberapa luas cakupan pasar yang dapat saudara penuhi hingga sekarang?
a. Pasar lokal
b. Pasar antar provinsi
c. Pasar antar daerah
d. Pasar Ekspor
Desa Limas, Juli 2012
Surveyor Responden
(.....................................) (.....................................)
Lempiran 2: Kuisioner Perikanan Budidaya
Kabupaten : ............................................
Kecamatan : ............................................
Identitas Responden
Nama :...................................................................................
Alamat : ..................................................................................
Kelurahan/Desa :..............................................RT.........../ RW............
Kecamatan : ........................Kabupaten.............../ Kota...............
Umur : ..................tahun
Jenis Kelamin : a) Laki-laki b) Perempuan
Pendidikan : a) Tidak sekolah d) Tidak tamat
b) SD sederajat e) SLTP sederajat
c) Akademi/Diplomat f) Perguruan Tinggi
Asal daerah : a) Penduduk asli
b) Pendatang (sudah berapa lama menjadi pendatang, sebutkan)......................................
2. Kondisi Nelayan Budidaya Secara Umum
Sudah berapa lama saudara bekerja sebagai Nelayan Budidaya?
< 5 tahun b. 5-10 tahun c. 10 tahun
Berapa lama waktu yang saudara butuhkan untuk masa satu kali panen ikan dari Budidaya?
< 1 bulan b. 1 bulan – 1,5 bulan
c. 1,5 bulan – 2 bulan d. 2 bulan
3. Jenis Budidaya apa yang anda miliki?
a. Budidaya air asin b. Budidaya air tawar
4. Jenis wadah apa yang saudara miliki?
a. Keramba b. Kolam c. Lainnya, sebutkan...............
5. Jenis ikan apa yang saudara budidayakan?
Sebutkan : a................................
b................................
c................................
d................................
e................................
6. Apakah saudara mempekerjakan orang lain dalam uasaha Budidaya?
a. Ya b. Tidak
7. Berapa jumlah orang yang ikut serta dalam budidaya, jika saudara menjawab "ya" dalam pertanyaan no 6?
a. < 2 orang b. 2orang - 5 orang
c. 5 orangb - 10 orang d. 10 orang
8. Berapa jumlah modal yang saudara butuhkan untuk Budidaya?
a. < Rp 1 juta ` b. Rp 1 juta- Rp 5 juta
c. Rp 5 juta - Rp 10 juta d. Rp 10 juta
9. Berasal dari manakah modal yang saudara butuhkan untuk usaha Budidaya?
a. Modal sendiri
b. Modal pinjaman
c.Lainnya,sebutkan.................
10. Berapa jumlah wadah Budidaya yang saudara miliki?
a. < 2 wadah
b. 2- 4 wadah
c. 4 wadah
11. Berapa jumlah ikan dalam setiap wadah Budidaya?
a. < 100 ekor b. 100 – 500 ekor
c. 500 – 1000 ekor d. 1000 ekor
12. Berapa berat ikan saat dipanen?
a. < 500 gr/ekor
b. 500 gr – 1 kg/ekor
c. 1 kg/ekor – 1,5 kg/ekor
d. > 1,5 kg/ekor
13. Bagaimana saudara menjual ikan hasil Budidaya?
a. Langsung dengan konsumen
b. Melalui pedagang perantara
c. Lainnya, sebutkan.....................
14. Bagaimana cara penetapan harga atas penjualan hasil Budidaya ikan saudara?
a. Kesepakan langsung dengan konsumen
b. Di tetapkan oleh orang lain (pedagang perantara)
c. Sesuai harga pasar saat terjadi transaksi (harga TPI)
d. Lainnya, sebutkan,.................................
15. Apakah saudara puas atas penetapan yang terjadi?
a. Ya, alasannya........................
b. Tidak, alasannya...................
16. Apakah anda pernah menjual hasil Budidaya ikan ketempat pelelangan ikan (TPI)?
a. Pernah b. Tidak pernah
17. Menurut saudara apakah menjual melalui TPI lebih menguntungkan dibandingkan yang lain?
a.Ya, alasannya.............................
b. Tidak, alasannya.........................
18. Seberapa luas cakupan pasar yang dapat saudara penuhi hingga sekarang?
a. Pasar lokal
b. Pasar antar provinsi
c. pasar antar daerah
d. Pasar Ekspor.
Desa Limas, Juli 2012
Surveyor Responden
(.....................................) (.....................................)
Lampiran 3 : Peta lokasi Paraktek Lapang
Sumber : Http://linggakab.go.id/home/sources@uploads/2012/02/PETA- LINGGA.jpg
Lampiran 4 : Dokumentasi Kegiatan Praktik Lapang
Gambar 2. Wawancara Dengan Nelayan
Gambar 3. Wawancara Dirumah Nelayan
Gambar 4. Jaring Tancap
Gambar 5. Jaring Tancap
Gambar 6. Bubu untuk menangkap kepiting
Gambar 7. Bubu ikan yang terbuat dari kawat
Gambar 8. Jaring Angkat
Gambar 9. Jaring Insang
Gambar 10. Kegiatan Nelayan Ketika Tidak Melaut