Mata Kuliah : Kepemimpinan
KEPEMIMPINAN ETIS, MELAYANI, SPIRITUAL DAN OTENTIK
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 MUH. IKRI ANSURI !A"###"$#%& ME'I SIL(I LONTAAN !A"###"$"$& MUH. )ULI*AR MAHMUD MAHM UD !A"###""%"& !A"###""%"& REYNALDI ARISTA YUDHA !A"###""+&
HAEDAR DP !A"###"#$-& ST. NURMULTA)AMI NURMULTA)AMI !A"###"$##& IDA NURAIDAH !A"###"$#5&
AKULTAS EKONOMI UNHAS "$#- !'ANIL&
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
Pemimpin Pemimpin dengan kepemimpinannya kepemimpinannya memegang peran yang strategis dan menentuk menentukan an dalam dalam menjalank menjalankan an roda roda organis organisasi, asi, menentuk menentukan an kinerja kinerja suatu suatu lembaga dan bahkan menentukan mati hidup atau pasang surutnya kehidupan suatu suatu bangsa bangsa dan negar negara. a. Ia merup merupak akan an suatu suatu kebutuh ebutuhan an yang yang tidak tidak dapat dapat dibuang atau diabaikan (sine qua non) dalam kehidupan suatu organisasi atau suatu bangsa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Baik atau buruknya kondisi suatu organisasi, bangsa dan negara, banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya dan kepemimpinan yang dijalankannya. Para Para pemimpin di daerah diberi wewenang untuk untuk mengelola sumber daya daya lokal lokal yang yang dimilik dimilikii untuk untuk membu membuat at masya masyara raka katny tnya a menja menjadi di lebih lebih sejah sejahter tera. a. Mere Mereka ka dipilih dipilih dan dan diber diberii keperc epercay ayaa aan n untuk untuk memimp memimpin in rak rakyat yat agar agar lebih lebih sejahtera dan membangun daerah menjadi lebih maju. i tangan para pemimpin itulah ditentukan bagaimana masa depan rakyat, dan di pundak para pemimpin itu digantungkan harapan!harapan rakyat yang dipimpin. "amun, "amun, akhir!akh akhir!akhir ir ini ada kecend kecenderun erungan gan menurunny menurunnya a kepercaya epercayaan an masy masyar arak akat at kepad epada a para para pemi pemimp mpin in.. Menu Menuru runn nnya ya keper eperca caya yaan an ini ini dapa dapatt menjurus pada krisis kepercayaan kepada para pemimpin dan mempengaruhi gerak pembangunan. Beberapa indikator menurunnya kepercayaan masyarakat kepada kepada pemimpin pemimpin antara antara lain berupa berupa kondisi kondisi keseja kesejahter hteraan aan masyara masyarakat kat yang masih masih mempr mempriha ihatin tinka kan, n, pelay pelayana anan n publik publik yang yang belum belum meme memenuh nuhii harapa harapan, n, kasus!kasus penyalahgunaan kekuasaan oleh sebagian pemimpin sampai tindak pidana pidana korupsi korupsi,, kasus!k kasus!kasus asus pelangga pelanggaran ran #tiga ta$ (skanda (skandall harta, harta, tahta tahta dan wanit wanita) a) yang yang melib melibatk atkan an sebagi sebagian an pemimp pemimpin, in, serta serta kema kemampu mpuan an sebagi sebagian an pemimpin yang kurang memadai dihadapkan pada situsasi krisis multidimensi yang melanda masyarakat bangsa dewasa ini. Padahal, proses demokratisasi di %ra &e'orm e'ormas asii telah telah berke berkemba mbang ng lebih lebih maju maju diband dibanding ingka kan n denga dengan n era!er era!era a sebelumnya. Pemilihan umum telah dilakukan secara langsung, baik pemilihan calon legislati' (caleg), pemilihan presiden (pilpres) maupun pemilihan kepala daerah (pilkada). ntuk ntuk itu itu perlu erlu dica icari suatu uatu solus lusi baga bagaim ima ana mengat gatasi krisis isis kepemim epemimpin pinan an dan suatu suatu tipe tipe kepemim epemimpin pinan an yang yang cocok cocok untuk untuk diter diterapk apkan an sesu sesuai ai situ situas asii dan dan kondi ondisi si sete setemp mpat at.. idak idak dapa dapatt disa disang ngka kall bahw bahwa a pera peran n pemimp pemimpin in dan kepemim epemimpina pinanny nnya a mampu mampu membe memberi ri pengar pengaruh uh (posit (positi' i' atau atau negati negati') ') pada pada kondi kondisi si gatra! gatra!gat gatra ra ideolo ideologi, gi, polit politik, ik, ekon ekonom omi, i, sosia sosiall budaya budaya,, pert pertah ahan ana an dan dan keama eamana nan n (pol (pole eksos ksosbu budh dha ankam nkam)) yang yang pada pada akhi akhirrnya nya berpengaruh pada kondisi ketahanan nasional dan ketahanan daerah.
Rumusan Masalah
*. +pa pengertian dari kepemimpinan etis -. Bagaimana pandangan para pakar tentang kepemimpinan etis . Bagaimana hubungan antara kepemimpinan etis untuk pendidikan karakter /. +pa pengertian dari kepemimpinan yang melayani 0. +pa karakteristik pemimin yang melayani 1. +pa pengertian kepemimpinan spiritual 2. +pa saja karakteristik!karakteristik dari kepemimpinan spiritual 3. +pa pengertian dari kepemimpinan otentik 4. +pa saja komponen!komponen dari kepemimpinan otentik
Tujuan Penulisan
*. ntuk mengetahui apa pengertian dari kepemimpinan etis -. ntuk mengetahui bagaimana pandangan para pakar tentang kepemimpinan etis . ntuk mengetahui bagaimana hubungan antara kepemimpinan etis untuk pendidikan karakter /. ntuk mengetahui apa pengertian dari kepemimpinan yang melayani 0. ntuk mengetahui apa karakteristik pemimin yang melayani 1. ntuk mengetahui apa pengertian kepemimpinan spiritual 2. ntuk mengetahui apa saja karakteristik!karakteristik dari kepemimpinan spiritual 3. ntuk mengetahui apa pengertian dari kepemimpinan otentik 4. ntuk mengetahui apa saja komponen!komponen dari kepemimpinan otentik
BAB II PEMBAHASAN
A. Keemiminan Etis K!nsesi Umum "ari #Keemiminan Etis$
#5epemimpinan %tis$ terdiri dari dua kata, yakni #kepemimpinan$ dan #%tis$. 6ecara umum #kepemimpinan$ dipahami sebagai #kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi dan menuntun seorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.$ 6edangkan kata #%tis$ merupakan bentuk kata si'at dari #%tika$. 7ebster8s 6tudent ictionary merumuskan pengertian #%tika$ sebagai #he study and philosophy o' human conduct, with emphasis on the determination o' right and wrong. he basic principles o' right action. + work or treatise on morals$ (%tika adalah studi dan 9lsa'at tentang tingkah laku manusia, dengan penekanan pada determinasi benar dan salah. Prinsip dasar dari tindakan yang benar. 6uatu tindakan atau risalah moral). :adi, kepemimpinan etis dapat berarti #kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi dan menuntun seorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama dengan menekankan pentingnya nilai!nilai moral$. 5epemimpinan etis merupakan jenis perilaku kepemimpinan. 6ementara pemimpin yang etis menunjuk pada kualitas pribadi pemimpin itu sendiri. 5eduanya saling terintegrasi. 5epemimpinan etis menunjukkan pemimpin yang etis. 6ebaliknya pemimpin yang etis menunjukkan model kepemimpinan etis. 6tandar pengukuran atau e;aluasi kepemimpinan etis terdapat dalam diri pemimpin itu sendiri.
Pandangan para pakar tentang kepemimpin etis datang dari Burns, =ei'ets, >reenlea' dan Bush. Intisari pandangan mereka adalah sebagai berikut? @ Burns Burns tidak memberikan de9nisi eksplisit tentang kepemimpinan etis. etapi ia meunjukkan pentingnya suatu 'ungsi kepemimpinan dalam meningkatkan kesadaran mengenai masalah etis dan membantu orang
menyelesaikan nilai!nilai yang berkonAik. Menurutnya kepemimpinan adalah suatu saling meninggikan tingkat moralitas dan moti;asi di antara para pemimpin dan pengikutnya. i pihak pemimpin, idealisme dan nilai moral seperti kebebasan, keadilan, kesetaraan, kedamaian, humanitarisme, harus terus! menerus ditingkatkan sehingga ketakutan, kerakusan, kecemburuan atau kebencian perlahan!lahan dapat disingkirkan. 6ementara di pihak para pengikut, mereka dikembangkan dari keadaan dirinya sehari!hari menjadi diri mereka yang lebih baik. @ =ei'et =ei'et menekankan peran utama pemimpin. Menurutnya pemimpin berperan untuk membantu orang!orang yang dipimpinnya untuk mampu menghadapi konAik dan menemukan cara!cara yang produkti' untuk menghadapinya. 6eorang pemimpin harus mampu melibatkan pengikutnya dalam menghadapi tantangan, perspekti' yang berubah, dan belajar mengenai cara!cara baru untuk bekerja bersama secara e'ekti'. @ >reenlea' >reenlea' menambahkan unsur baru dalam pengertian tentang kepemimpinan etis. Menurutnya salah satu esensi dari kepemimpinan etis adalah #pelayanan$. Pendapatnya ini dilatarbelakangi oleh konsep #kepemimpinan pelayan$ yang diusulkannya. Pemimpin pada intinya adalah pelayan yang bertanggungjawab memberikan pelayanan kepada para pengikutnya. Pemimpin membantu para pengikutnya agar menjadi lebih sehat, bijaksana dan lebih bersedia untuk menerima tanggungjawab.
@ Bush 5onsep senada tentang kepemimpinan etis dikemukakan pula oleh Bush. Ia menggunakan istilah #kepemimpinan moral$. Bush berpendapat bahwa kepemimpinan moral adalah suatu model kepemimpinan yang ber'okus pada nilai!nilai, kepercayaan!kepercayaan dan etika. 5epemimpinan moral berdasarkan rasional normati', yakni berdasarkan pertimbangan benar atau salah atas suatu tindakan yang akan atau telah diambil. ari pandangan tentang kepemimpinan etis dari para pakar di atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip kepemimpinan etis sebagai berikut? pertama, 'ungsi kepemimpinan etis adalah meninggikan tingkat moralitas dan moti;asi di antara para pemimpin dan pengikutnya. 5edua, kepemimpinan etis berperan membantu orang untuk mampu menghadapi konAik dan menemukan cara!cara yang produkti' untuk menghadapinya. 5etiga, esensi dari kepemimpinan etis adalah pelayanan. ankeempat, kepemimpinan etis ber'okus pada nilai!nilai, kepercayaan!kepercayaan dan etika. Integritas Pri%a"i "an #Keemiminan Etis$
6alah satu atribut yang dapat membantu menjelaskan e'ekti;itas kepemimpinan adalah #integritas pribadi$ yang secara hara9ah berarti keutuhan, kejujuran atau ketulusan hati. Pemimpin yang memiliki integritas pribadi adalah pemimpin yang perilakunya konsisten dengan sekumpulan prinsip moral yang
dapat dibenarkan. Indikatornya antara lain #mengikuti peraturan dan standar yang sama yang berlaku bagi orang lain, jujur dan terus terang saat memberikan in'ormasi atau menjawab pertanyaan, menepati janji dan komitmen, dan mengakui tanggungjawab untuk kesalahan sambil berusaha memperbaiki$. Mengukur integritas pribadi seorang pemimpin tidaklah gampang. 6ebab, kepribadian merupakan #karakteristik psikologis dan perilaku dari indi;idu yang si'atnya relati' permanen karena telah terbentuk sejak lahir yang membedakannya dengan indi;idu yang lain$. 6ementara perilaku merupakan #perwujudan tingkah laku dari indi;idu yang ditentukan oleh kepribadiannya masing!masing$. ntuk itu seorang pemimpin dengan integritas pribadi perlu dipersiapkan, dibina dan dibentuk secara matang. 5esadaran tentang pentingnya integritas pribadi inilah yang barangkali mendorong para pemimpin bangsa kita untuk menonjolkan pendidikan nilai dan karakter. 5ualitas seseorang tidak hanya dinilai dari aspek intelektualnya, tetapi juga dari karakter yang dimilikinya. alam konteks ini kepemimpinan etis dan pendidikan karakter saling mempengaruhi.
Pemahaman Umum tentang Istilah Karakter
alam percakapan sehari!hari istilah #karakter$ sering diasosiasikan sebagi #temperamen$ atau #watak$ dan #tabiat$. ari sudut pandang beha;ioral atau perilaku, #karakter$ dihubungkan dengan #pengaruh unsur psikis dalam 9sik manusia yang diwarisinya sejak lahir$. alam arti ini #karakter$ sering dianggap sebagai #kepribadian$, yakni #ciri atau karakteristik seseorang, yang diterima, baik sebagai 'aktor genetikal atau bawaan sejak lahir atau sebagai hasil dari proses interaksi dengan lingkungan sekitar. Etim!l!gi "an Interretasi atas Karakter
6ecara etimologis istilah #karakter$ berasal dari bahasa
berbasis nilai religious yang merupakan kebenaran wahyu uhan. 5edua, pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh!tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa. 5etiga, pendidikan karakter berbasis lingkungan dan keempat, pendidikan berbasis kompetensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan meningkatkan kualitas pendidikan. Pen"aat ara Ahli tentang Pen"i"ikan Karakter
@
D.7. Doerster
D.7. Doerster adalah seorang pedagog :erman. Ia dikenal sebagai pencetus pertama konsep pendidikan karakter. Menurut Doerster pendidikan karakter menekankan dimensi etis!spiritual dalam proses pembentukan pribadi. ujuan pendidikan karakter terwujud dalam kesatuan hakiki antara indi;idu dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. alam artian ini karakter merupakan kauli9kasi seorang pribadi yang memberikan integritas dan otonomi atas keputusan!keputusan yang diambilnya dalam keseluruhan pengalaman hidup. 5arakter adalah identitas yang dapat diukur dari empat komponen, yaitu? pertama, keteraturan interior, yang diukur berdasarkan hierarki nilai. 5edua, koherensi, memiliki prinsip yang teguh, tidak mudah terombang!ambing pada situasi baru atau takut resiko. 5etiga, otonomi, kemampuan seseorang untuk menginternalisasikan aturan dari luar sehingga menjadi nilai!nilai bagi pribadi. 5eempat, keteguhan dan kesetiaan, yakni daya tahan seseorang untuk mengingini apa yang dipandang baik dan penghormatan atas komitmen yang dipilih. @
5i =ajar ewantara
5i =adjar ewantara sosok yang dikenal sebagai #Bapak Pendidikan Indonesia$ telah berpikir tentang masalah pendidikan karakter pada jamannya. Menurutnya, kecerdasan budi itu perlu diasah dengan baik, karena dapat membangun budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga dapat mewujudkan kepribadian dan karakter. :ika ini terjadi, maka na'su dan tabiat!tabiat asli seperti bengis, murka, pemarah, kikir dan lain!lain dapat dikalahkan. Melalui pendidikan karakter terjadi trans'ormasi nilai!nilai. engan demikian dalam pendidikan terjadi dua hal sekaligus, trans'ormasi ilmu dan trans'ormasi nilai.
@
ndang!ndang 6istem Pendidikan "asional "o. -E ahun -EE
Pendidikan pada hakikatnya adalah #usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akti' mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara$ (Bab * Pasal *). 6elanjutnya pada pasal dirumuskan 'ungsi dan tujuan pendidikan untuk #mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada uhan
ari kutipan undang!undang di atas, jelaslah bahwa pendidikan karakter merupakan dasar dan tujuan dari sistem pendidikan nasional. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreati', mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatCkomunikati', cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab.
Rele&ansi #Keemiminan Etis$ Untuk Pen"i"ikan Karakter
ari uraian di atas dapat dikatakan bahwa inti dari kepemimpinan etis adalah perwujudan nilai!nilai, kepercayaan!kepercayaan dan moral oleh pemimpin itu sendiri. 6ementara inti dari pendidikan karakter adalah Fketeladanan8. +pa yang diteladankan entu yang diteladankan adalah sikap, perilaku, gaya hidup yang sesuai dengan kaidah!kaidah moral yang berlaku atau sesuai dengan pertimbangan!pertimbangan baik!buruk, benar!salah, atau boleh! tidaknya suatu sikap atau tindakan yang diambil. ntuk itu rele;ansi kepemimpinan etis untuk pendidikan karakter menantang para pemimpin dan calon pemimpin agar dalam menjalankan tugas kepemimpinannya dapat berorientasi pada penghayatan dan perwujudan nilai!nilai moral.
@
Penyadaran nilai
paya penyadaran nilai ternyata mulai dipandang penting oleh pemimpin bangsa kita. Belakangan ini marak digalakkan pendidikan karakter, yakni dengan mengintegrasikannya ke dalam setiap mata pelajaran. "amun, usaha penyadaran ini tidak semudah yang dibayangkan. Penyadaran nilai perlu dilakukan terlebih dahulu dari dalam diri sendiri dengan tahu dan mau, agar tidak menjadi Fbatu sandungan8 bagi orang lain atau Ftong kosong berbunyi nyaring8. +rtinya adalah penyadaran nilai tidak sekedar di bibir saja, tetapi meresap sampai ke lubuk hati yang paling dalam dan mendasari setiap tindakan yang hendak dilaksanakan. 5epemimpinan etis adalah kepemimpinan menuntun, mengarahkan dan mengamalkan nilai!nilai moral bersama orang!orang yang dipimpin.
@
Membangun konsistensi penghayatan nilai
Penyadaran dan internalisasi nilai!nilai moral, seperti kejujuran, disiplin, bersih, sopan, dll sudah semestinya dibangun secara konsisten, tidak berubah! ubah seperti Bunglon. 5alaupun berubah, maka yang berubah adalah tingkatan! tingkatan, seperti dari yang jujur (sedang) menjadi jujur (luar biasa). 5onsistensi penghayatan nilai ini dipandang penting, sebab banyak penyimpangan moral terjadi, karena adanya inkonsistensi penghayatan nilai akibat pengaruh subyekti;itas atas relasi tertentu.
@
5onsekuen terhadap perwujudan nilai
5onsekuen berarti bersedia menerima atau menanggung resiko dari suatu pilihan yang sudah diambil. 6ering terjadi persoalan etis di mana pemimpin memilih diam, tidak mengklari9kasi sesuatu hal yang ditanyakan untuk menghindari hal!hal yang tidak diinginkan. 6ebagai contoh ketika seorang pemimpin bersaksi di persidangan. emi menjaga nama baik, maka keterangan! keterangan yang diberikan Fmengambang8, tidak jelas dan berbelit!belit. @
Pemimpin %tis sebagai teladan
6addler mengidenti9kasikan beberapa atribut atau si'at yang dimiliki oleh pemimpin yang berkualitas. 6alah satu di antaranya adalah #karakter$. +rtinya pemimpin yang berkualitas adalah pemimpin yang berkarakter. 6eperti yang telah dikatakan sebelumnya, inti dari pendidikan karakter adalah keteladanan, jadi pemimpin yang etis merupakan teladan untuk masyarakat yang dipimpinnya. Pendidikan karakter tidak sekedar teori yang didengungkan di mana!mana, tetapi mengambil bentuk #kesaksian hidup$, sehingga orang bisa dengan mudahnya menginternalisasi dan mengadopsi nilai!nilai menjadi miliknya atau terintegrasi dengan kepribadiannya. 5etika seseorang bertanya apa itu pendidikan karakter, jawaban yang muncul bukan lagi konsep pendidikan karakter dari berbagai pihak, tetapi langsung bisa menunjuk 9gur pemimpin berkarakter.
B. Keemiminan 'ang Mela(ani Mengingat pentingnya peranan pemimpin dalam suatu organisasi atau kelompok, maka menjadi sebuah hal yang sangat diidam!idamkan oleh banyak pihak terutama anggota organisasi terhadap munculnya sosok pemimpin yang ideal dalam organisasi atau kelompok tempat dia berada sekarang. +da banyak sekali kriteria pemimpin yang ideal. 6alah satu contoh pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang melayani. +danya harapan yang besar di masyarakat akan munculnya sosok pemimpin yang melayani ini menyebabkan kepemimpinan yang melayani (ser;ant leadership) berkembang menjadi salah satu gaya kepemimpinan di masyarakat. 6eorang pemimpin yang melayani merasa wajib melayani anggotanya dahulu lalu muncul dorongan kepadanya untuk memimpin. +kan tetapi, kondisi
saat ini menunjukkan bahwa sebagian besar pemimpin yang ada belum memenuhi harapan akan pemimpin yang melayani. Masih sangat sulit untuk mendapatkan sosok pemimpin yang melayani. =ampir semua pemimpin yang ada saat ini menganggap dirinyalah yang semestinya dilayani oleh anggota kelompok atau organisasi yang dipimpinnya karena merasa dirinya sebagai seseorang yang sangat istimewa dan tinggi kedudukannya dalam sebuah organisasi. Pengertian Pemimin (ang Mela(ani
eori tentang pemimpin yang melayani dimulai sejak tahun *42E, ketika &.5. >reenlea' (*4E/!*44E) menulis sebuah essay yang berjudul #he 6er;ant as Geader$. %ssay tersebut dikembangkan oleh >reenlea' menjadi sebuah buku yang diterbitkan tahun *422 berjudul #6er;ant Geadership? + :ourney into the "ature o' Gegitimate Power and >reatness$. Ide mengenai pemimpin yang melayani ini diperoleh >reenlea' tahun *41E!an ketika membaca no;el karya =erman =essee, #:ourney to the %ast$. 6etelah membaca cerita ini, >reenlea' (-EE-) menyimpulkan bahwa pemimpin yang hebat diawali dengan bertindak sebagai pelayan bagi orang lain. 5epemimpinan yang sesungguhnya timbul dari moti;asi utama untuk membantu orang lain. 5edua kata #melayani$ dan #pemimpin$ biasanya dianggap sebagai hal yang berlawanan. 5etika kedua hal yang bertolak belakang disatukan dengan cara yang kreati' dan berarti, sebuah paradoks muncul. :adi, kedua hal tersebut telah disatukan untuk menciptakan ide paradoksial tentang kepemimpinan yang melayani. >reenlea' (-EE-) menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan alami untuk melayani terlebih dahulu. 6etelah itu, dengan kesadaran, seseorang ingin memimpin. >reenlea' (-EE-) mende9nisikan pemimpin yang melayani adalah seorang pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya dan komunitasnya dan karenanya ia mendahulukan hal!hal tersebut dibandingkan dengan pencapaian ambisi pribadi atau pola dan kesukaannya saja. Impiannya ialah agar orang yang dilayani tadi akan menjadi pemimpin yang melayani juga. >reenlea' (-EE-) menekankan, bila seseorang ingin menjadi pemimpin yang e'ekti' dan berhasil, ia harus lebih dulu memiliki moti;asi dan hasrat yang besar untuk memenuhi kebutuhan orang lain. alam hal ini, pemimpin harus mampu mendorong pengikutnya untuk mencapai potensi optimalnya. Belakangan ini, agar bisa berorientasi pada pelanggan, organisasi membutuhkan pemimpin yang bersedia melayani. Para pemimpin harus memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan internal (para karyawan) sehingga akan berdampak pada pelayanan prima yang didemonstrasikan oleh para pelanggan internal kepada para pelanggan eksternal (jiharjadi et al., -EE2). 6ayangnya, gaya kepemimpinan yang melayani kurang diminati oleh kebanyakan praktisi bisnis. >aya kepemimpinan yang melayani lebih banyak digunakan di organisasi sektor publik dan pemerintah. Karakteristik Pemimin (ang Mela(ani
Menurut Garry H. 6pears (*440), mengacu pada pemikiran >reenlea', karakteristik!karakteristik berikut bagi pemimpin yang melayani adalah? *.
5esediaan untuk menyimak (listening)
Biasanya, seorang pemimpin dinilai berdasarkan kemampuannya dalam berkomunikasi dan mengambil keputusan. 5emampuan ini juga penting bagi pemimpin yang melayani, pemimpin ini perlu dikuatkan dengan komitmen yang kuat untuk mendengarkan orang lain dengan sungguh!sungguh. Pemimpin yang melayani mencoba untuk mengidenti9kasikan keinginan dari sebuah kelompok dan membantu mengklari9kasikan keinginan tersebut, dengan cara menyimak. -.
5uat dalam empati (empathy)
Pemimpin yang melayani berusaha untuk mengerti dan berempati dengan orang lain. Manusia perlu untuk merasa diterima dan diakui atas semangat mereka yang khusus dan unik. .
Melakukan pemulihan!pemulihan (healing)
6alah satu kekuatan terbesar seorang pemimpin yang melayani adalah kemampuannya untuk melakukan pemulihan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. /.
PenyadaranCpeningkatan kesadaran (awareness)
5esadaran umum, dan terutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin yang melayani. 5esadaran juga membantu seseorang dalam memahami persoalan yang berhubungan dengan etika dan nilai. 0.
Memiliki si'at persuasi' (persuasion)
5arakteristik lain dari pemimpin yang melayani adalah mengandalkan persuasi dalam pengambilan keputusan, bukan posisi sebagai otoritas. Pemimpin yang melayani mencoba untuk meyakinkan orang lain, bukan memaksa orang lain untuk patuh. 1.
Mampu membuat konsep (conceptualiation)
Pemimpin yang melayani mengembangkan kemampuannya untuk #memimpikan hal!hal besar.$ 5emampuan untuk melihat permasalahan (atau sebuah organisasi) dari perspekti' konseptualisasi berarti bahwa seseorang harus berpikir melebihi realitas sehari!hari. Pemimpin yang melayani menyeimbangkan antara pemikiran konseptual dengan pendekatan dengan 'okus harian.
2.
Mampu membuat perkiraan yang tepat ('oresight)
Doresight adalah sebuah karakteristik yang memungkinkan pemimpin yang melayani untuk memahami pelajaran dari masa lalu, realitas saat ini dan kemungkinan konsekuensi dari sebuah keputusan untuk masa depan. =al ini juga berakar di dalam pikiran intuiti'. 3.
Penatalayanannya baik (stewardship)
Peter Block (dalam 6pears -EE/) telah mende9nisikan stewardship sebagai #memegang sesuatu yang dipercayakan kepadanya oleh orang lain$. Pemimpin yang melayani, seperti stewardship, mengasumsikan komitmen utama untuk melayani kebutuhan orang lain. =al ini juga menekankan pada penggunaan keterbukaan dan persuasi dibandingkan dengan pengendalian. 4. Memiliki komitmen untuk menghasilkan proses pembelajaran (commitment to the growth o' people) Pemimpin yang melayani percaya bahwa orang lain mempunyai nilai intrinsik melebihi kontribusi nyata mereka sebagai karyawan atau pekerja. 6ebagai hasilnya, pemimpin yang melayani berkomitmen secara mendalam pada pengembangan dari masing!masing dan setiap indi;idu dalam institusi. Pemimpin yang melayani menyadari tanggung jawab yang luar biasa untuk melakukan semua hal yang memungkinkan untuk membantu pembelajaran sumber daya manusia. *E. 6erius dalam upaya pembentukan dan pengembangan komunitas (building community) Pemimpin yang melayani merasakan bahwa banyak hal yang telah hilang dalam sejarah manusia belakangan ini sebagai hasil dari pergeseran dari komunitas lokal menjadi institusi besar sebagai pembentuk utama dalam hidup manusia. =al ini menyebabkan pemimpin yang melayani untuk mencoba mengidenti9kasikan beberapa sarana untuk membangun komunitas di antara mereka yang bekerja di institusi tersebut. =al yang perlu dicatat di sini adalah dalam pekerjaannya sehari!hari, seorang pemimpin yang melayani mendahulukan orang lain. Ia juga membuat orang menjadi terinspirasi, terdorong, belajar, dan mengambil alih keteladanannya. Pendekatannya bukanlah pendekatan kekuasaan, akan tetapi pendekatan hubungan atau relasional.
). Keemiminan Siritual Berbicara kepemimpinan spiritual saat ini sepertinya tidak dapat dilepaskan dengan konsep %6 (Emotional Spiritual Quotient ). 5onsep %6 ini di Indonesia setidaknya ada dua orang yang berjasa besar dalam mengembangkan dan mempopulerkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yaitu 5.=. +bdullah >ymnastiar atau dikenal ++ >ym, da8i kondang dari Pesantren aarut auhiid J Bandung dengan Manajemen albu!nya dan +ry >inanjar, pengusaha muda yang banyak bergerak dalam bidang pengembangan 6umber aya Manusia dengan %motional 6pritual uotient (%6)!nya. ari pemikiran +ry >inanjar +gustian melahirkan satu model pelatihan %6 yang telah memiliki hak patent tersendiri. 5onsep pelatihan %6 ala +ry >inanjar +gustian menekankan tentang? a. Zero Mind Process, yakni suatu usaha untuk menjernihkan kembali pemikiran menuju God Spot (ftrah), kembali kepada hati dan 9kiran yang bersi'at merdeka dan bebas dari belengguK b. Mental Building, yaitu usaha untuk menciptakan 'ormat ber9kir dan emosi berdasarkan kesadaran diri (sel awareness), serta sesuai dengan hati nurani dengan merujuk pada &ukun ImanK c. Mission Statement, Character Building, dan Sel Controlling, yaitu usaha untuk menghasilkan ketangguhan pribadi (personal strength) dengan merujuk pada &ukun IslamK d. Strategic Collaboration, usaha untuk melakukan aliansi atau sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya untuk mewujudkan tanggung jawab sosial indi;iduK dan e. otal !ction, yaitu suatu usaha untuk membangun ketangguhan sosial (+ri >inanjar, -EE*). 5epemimpinan spiritual adalah kepemimpinan yang membawa dimensi keduniawian kepada dimensi spiritual (keilahian). uhan adalah pemimpin sejati yang mengilhami, mempengaruhi, melayani dan menggerakkan hati nurani hamba!"ya dengan cara yang sangat bijaksana melalui pendekatan etis dan keteladanan. 5arena itu kepemimpinan spiritual disebut juga sebagai kepemimpinan yang berdasarkan etika religius. 5epemimpinan yang mampu mengilhami, membangkitkan, mempengaruhi dan menggerakkan melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang dan implementasi nilai dan si'at!si'at ketuhanan lainnya dalam tujuan, proses, budaya dan perilaku kepemimpinan. alam perspekti' sejarah, kepemimpinan spiritual telah dicontohkan dengan sangat sempurna oleh Muhammad 6+7. engan integritasnya yang luar biasa dan mendapatkan gelar sebagai al"amin (terpercaya), Muhammad 6+7 mampu mengembangkan kepemimpinan yang paling ideal dan paling sukses dalam sejarah peradaban umat manusia. 6i'at!si'atnya yang utama yaitu siddi#
(integrit$ ), amanah (trust ), athanah (smart ) dan tabligh (openl$ ) mampu mempengaruhi orang lain dengan cara mengilhami tanpa mengindoktrinasi, menyadarkan tanpa menyakiti, membangkitkan tanpa memaksa dan mengajak tanpa memerintah. raian di atas menggambarkan bahwa persoalan spiritualitas semakin diterima dalam abad -* yang oleh para 'uturolog seperti +burdene dan Dukuyama dikatakan sebagai abad nilai (the new age). alam perspekti' sejarah Islam, spiritualitas telah terbukti menjadi kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan indi;idu!indi;idu yang suci, memiliki integritas dan a%hla%ul %arimah yang keberadaannya berman'aat (membawa kegembiraan) kepada yang lain. 6ecara sosial, spiritualitas mampu membangun masyarakat Islam mencapai puncak peradaban, mampu mencapai predikat %haira ummat dan keberadaannya membawa kebahagiaan untuk semua ( rahmatan lil&'lamin). 6ebagai kepemimpinan yang berbasis pada etika religius, kepemimpinan spiritual memiliki pokok!pokok karakteristik sebagai berikut? a. 5ejujuran sejati. &ahasia sukses para pemimpin besar dalam mengemban misinya adalah memegang teguh kejujuran.
ugas yang
berat tidak mungkin diserahkan dan diemban oleh orang yang tidak jujur, tidak amanah.
5epemimpinan tidak akan berjalan baik atau bahkan
hancur jika dilandasi dengan kebohongan dan kepura!puraan. b. 5eadilan. Bagi pemimpin spiritual bukan sekedar kewajiban moral religius dan tujuan akhir dari sebuah tatanan sosial yang adil, melainkan juga merupakan proses dan prosedurnya atau strategi keberhasilan kepemimpinannya. 6eorang pemimpin yang ketahuan bahwa dia tidak berlaku adil terhadap orang lain terutama yang dipimpinnya, maka akan sia!sialah perkataan, peraturan dan kebijakan!kebijakan yang telah dibuatnya? tidak akan ditaati dan dihormati secara tulusCsukarela. Percy dalam hal ini mengatakan #tanpa kepemimpinan tidak akan ada pengikut dan tiada pengikut (ollower ) tanpa kejujuran dan inspirasi$ (no leadership without ollower and no ollower without honest and inspiration. c. 6emangat +mal 6holeh. Pemimpin 6piritual bekerja untuk memberikan konstribusi, dhrama atau amal saleh bagi lembaga dan orang!orang yang dipimpinnya. 6eorang spiritualis rela bersusah payah, bekerja tak kenal waktu dan lelah untuk bisa memberikan kontribusi terbaiknya, mumpung masih punya kesempatan dan kemampuan untuk berdedikasi kepada uhan dan sesama.
Lrientasi hidup seorang spiritualis bukan untuk
#memiliki$ sesuatu (to ha(e) apakah berupa kekayaan, jabatan, dan simbol!simbol kebanggaan duniawi lainnya, melainkan untuk #menjadi$ sesuatu (to be). d. Membenci 'ormalitas dan organie religion.
Bagi pemimpin spiritual
'ormalitas tanpa isi itu ibarat pepesan kosong. Pemimpin spiritual lebih
mengedepankan tindakan yang genuine dan substanti' (esoteric). 5epuasan dan kemenangan bukan ketika mendapatkan pujian, piala dan sejenisnya,
melainkan
ketika
memberdayakan
memampukan (enable) mencerahkan (enlighten)
(empowerment ), dan membebaskan
(liberation) orang dan lembaga yang dipimpinnya. Ia puas ketika dapat memberikan sesuatu dan bukan ketika menerima sesuatu. Pujian dan sanjungan manusia
apabila tidak disikapi secara ari' justru dapat
membahayakan dan mengancam kemurnian dan kualitas karya dan kepribadiannya. 5arena itu pujian yang ia harapkan adalah pujian dan keridloan uhan semata. e. 6edikit bicara banyak kerja dan santai. Banyak bicara banyak salahnya, banyak musuhnya, banyak dosanya serta sedikit kontemplasinya dan sedikit karyanya. 6eorang pemimpin spiritual adalah pemimpin yang sedikit bicara banyak kerja.
7alaupun seorang pemimpin spiritual
sangat e'ekti' dan e9sien dalam bekerja dan pekerjaan yang diselesaikan sambung!menyambung seakan tidak ada habisnya, namun dia tidak merasa sibuk, tidak merasa menjadi orang penting, tidak menjadi pelit untuk melayani orang lain. 6ebaliknya ia tetap santai, ramah dan biasa! '.
biasa saja. Membangkitkan yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain. Pemimpin spiritual berupaya mengenali jati dirinya dengan sebaik!baiknya. engan mengenali jati diri ia dapat membangkitkan segala potensinya dan dapat bersikap secara ari' dan bijaksana dalam berbagai situasi. engan mengenali jati diri ia dapat membangkitkan dengan cara yang memikat, #memukul$ tanpa menyakiti, menge;aluasi tanpa menyinggung harga diri. engan mengenali jati diri ia dapat berperilaku, menghormati dan memperlakukan diri sendiri dan orang lain #apa adanya$. 5etika menghadapi orang!orang yang menyulitkan, seorang trouble ma%er , dan menjadi source o problem sekalipun ia tetap dengan cara yang ari' dan
bijaksana dan tetap menghargai jati dirinya. g. 5eterbukaan menerima perubahan. Pemimpin spiritual berbeda dengan pemimpin pada umumnya. Ia tidak alergi dengan perubahan dan juga bukan penikmat kemapanan. Pemimpin spiritual memiliki rasa hormat bahkan rasa senang dengan perubahan yang menyentuh diri mereka yang paling dalam sekalipun. Ia sadar bahwa kehadirannya sebagai pemimpin memang untuk membawa perubahan. Ia sadar bahwa perubahan adalah hukum alam (sunnatullah).
Pemimpin spiritual
berkeyakinan bahwa lembaga yang ia pimpin bukan untuk diirinya, bukan simbol prestasi dan prestise dirinya dan juga bukan untuk keluarga dan kroni!kroninya, melainkan sebaliknya dirinya adalah untuk lembaga bahkan kalau perlu rela hancur asalkan lembaga yang dipimpinnya berjaya. h. Pemimpin yang dicintai. Bagi pemimpin spiritual, kasih sayang sesama justru merupakan ruh (lan ;ital, spirit) sebuah organisasi. Hinta kasih kata Percy tidak sama dengan belas kasihan ketika melihat ke bawah yang miskin!papa, jiwa!jiwa terlantar dibanding kita. Hinta kasih adalah sikap menginginkan yang lebih untuk orang!orang lain dibandingkan untuk dirinya sendiri. engan cinta kasih ini interaksi sosial tidak diliputi dengan suasana ketegangan dan serba 'ormal, melainkan hubungan yang cair dan bahkan suasana canda. =endricks dan Gudeman bahkan mengatakan? #satu!satunya cara terbaik untuk menilai kesehatan sebuah tim atau sebuah perusahaan adalah dengan mengetahui seberapa sering i.
mereka bercanda$. hin% Globall$ and !ct )ocall$ .
6tatemen ini merupakan ;isi seorang
pemimpin spiritual. Memiliki ;isi jauh ke depan dengan 'okus perhatian kekinian dan kedisinian. alam hal yang paling abstrak ( spirit, soul, ruh) saja ia dapat meyakini, memahami dan menghayati, maka dalam kehidupan nyata ia tentu lebih dapat memahami dan menjelaskan lagi j.
walaupun kenyataan itu merupakan cita!cita masa depan. isiplin tetapi Aeksibel dan tetap cerdas dan penuh gairah. 5edisiplinan pemimpin spiritual tidak didasarkan pada sistem kerja otoritarian yang menimbulkan kekakuan dan ketakutan, melainkan didasarkan pada komitmen dan kesadaran yaitu kesadaran spiritual yang oleh Percy dianggap sebagai bentuk komitmen yang paling tinggi setelah komitmen politik, komitmen intelektual dan komitmen emosional.
5ebiasaan
mendisiplinkan diri ini menjadikan pemimpin spiritual sebagai orang yang teguh memegang prinsip, memiliki disiplin yang tinggi tetapi tetap Aeksibel, cerdas, bergairah dan mampu melahirkan energi yang seakan tiada habisnya. k. 5erendahan hati.
6eorang pemimpin spiritual menyadari sepenuhnya
bahwa semua kedudukan, prestasi, sanjungan dan kehormatan itu bukan karena dia dan bukan untuk dia, melainkan karena dan untuk at
bahwa kerendahan hati adalah #memperhatikan kedudukan orang lain dan menghindari perilaku arogan terhadap mereka$. Pemimpin spiritual menyadari bahwa pemujaan terhadap diri sendiri sangat melelahkan jiwa, sikap bodoh dan awal dari kebangkrutan. irinya hanyalah sekedar saluran,
media.
+llahlah
sesungguhnya
yang
memberi
kekuatan,
petunjuk, pertolongan. 5arakteristik!karakteristik tersebut merupakan rangkuman dari tipe ideal dari sejumlah pemimpin spiritual berdasarkan hasil penelitian. Memang tidak semua pemimpin spiritual yang memiliki setiap karakter tersebut dengan sempurna. Bagaimanapun pemimpin tersebut adalah manusia dan manusia itu tempatnya salah dan lupa (al"ins'nu mahallu %hata& wa al"ni$'n)
D.Keemiminan *tentik 5epemimpinan otentik terdapat dalam tulisan Bruce :. +;olio and Dred Guthans. +;olioand Guthans mende9nisikan kepemimpinan otentik sebagai #proses kepemimpinan yang dihasilkan dari perpaduan antara kapasitas psikologis indi;idu dengan konteks organisasi yang terbangun baik, sehingga mampu menghasilkan perilaku yang tinggi kadar kewaspadaan dan kemampuannya dalam mengendalikan diri, sekaligus mendorong pengembangan diri secara positi'.$ 5epemimpinan otentik memiliki empat komponen, yaitu? (*) 5ewaspadaan iriK (-) Perspekti' Moral yang erinternalisasiK () Pengelolaan BerimbangK dan
(/) ransparansi =ubungan. Ke+asa"aan Diri
Meningkatnya kewaspadaan diri adalah 'aktor perkembangan penting bagi pemimpin otentik. Gewat reAeksi, pemimpin otentik dapat mencapai derajat yang jelas seputar nilai!nilai inti yang mereka anut, identitas, emosi, dan moti;asi atau tujuannya. engan mengenali diri sendiri, pemimpin otentik memiliki pemahaman yang kuat seputar kediriannya sehingga menjadi pedoman mereka baik dalam setiap proses pengambilan keputusan maupun dalam perilaku kesehariannya. 5ewaspadaan diri digambarkan pula sebagai memiliki kewaspadaan atas, dan keyakinan dalam, moti', perasaan, hasrat, dan pengetahuan diri rele;an lainnya. 5ewaspadaan diri juga melibatkan kesadaran akan kekuatan diri, kelemahan diri, sebagai unsur!unsur yang saling bertolak belakang yang ada pada setiap manusia. 5ewaspadaan diri adalah proses yang berlangsung selama reAeksi seorang pemimpin atas nilai, identitas, emosi, dan moti;asi serta tujuannya yang unik. a. "ilai Pemimpin otentik akan melawan setiap tuntutan situasional serta sosial yang dianggap mencoba melemahkan nilai!nilai yang mereka miliki. "ilai!nilai ini bisa dide9nisikan sebagai #konsepsi yang diinginkan seorang aktor sosial J pemimpin organisasi, pembuat kebijakan, indi;idu J yang membimbing cara mereka dalam memilih tindakan, menilai orang dan peristiwa, serta menjelaskan tindakan dan e;aluasinya tersebut. "ilai juga menyediakan dasar bagi tindakan pemimpin dalam upaya penyesuai mereka atas kebutuhan komunitas yang mereka pimpin ataupun unit organisasi mereka secara khusus. "ilai dipelajari lewat proses sosialisasi. 6ejak terinternalisasi, nilai tersebut menjadi bagian integral dari sistem kedirian seseorang. 6ehubungan dengan pemberian pengaruh pemimpin pada pengikut, nilai tersebut tidak bisa dikompromikan dan akan mereka trans'er. b. Identitas Identitas adalah teori yang mencoba untuk menggambarkan, menghubungkan, dan menjelaskan si'at, karakter, dan pengalaman indi;idu. ua tipe identitas yang didiskusikan dalam konteks kepempinan otentik adalah ? (*) identitas personal, dan (-) identitas sosial. •
•
Identitas personal adalah kategorisasi diri yang didasarkan pada karakteristik unik seseorang J termasuk si'at dan atributnya J yang membedakan satu indi;idu dengan indi;idu lainnya. Identitas sosial adalah identitas yang didasarkan atas sejauh mana indi;idu mengklasi9kasikan dirinya selaku anggota dari suatu kelompok sosial tertentu, termasuk kekuatan emosi dan nilai yang terbentuk terkait dengan keanggotaan tersebut.
Identitas personal dan sosial saling berhubungan satu sama lain sebagai hasil reAeksi seseorang atas dirinya sendiri serta interaksinya dengan orang
lain. Pemimpin otentikmemahami identitas personal dan sosial ini secara jelas dan selalu mewaspadainya. c. %mosi Pemimpin otentik juga memiliki kewaspadaan diri yang bersi'at emosional. 6emakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, semakin waspada mereka atas emosi tersebut sehingga dapat memahami pengaruhnya atas proses kogniti' dan kemampuan pembuatan keputusannya. 5esadaran diri seputar dimensi emosi seseorang merupakan prediktor kunci untuk membangun kepemimpinaan yang e'ekti'. d. Moti;asiCujuan Pemimpin otentik berorientasi pada masa depan. Mereka secara terus! menerus berupaya mengembangkan baik dirinya maupun para pengikutnya. indakan pemimpin otentik diarahkan oleh moti'!moti' untuk menyempurnakan dirinya. Mereka cenderung akti' mencari 'eedback yang akurat dari para stakeholder (pengikut, teman, mentor, pelanggan) tidak hanya untuk mengkon9rmasi pandangan pribadi mereka sendiri, tetapi juga guna mengenali diskrepansinya (kesenjangannya) antara kondisi nyata dengan pandangan pribadinya. Persekti, M!ral (ang Terinternalisasi
Perspekti' moral yang terinternalisasi menggambarkan proses pengaturan diri sendiri di mana pemimpin cenderung meresapkan nilai!nilai mereka kepada maksud juga tindakan mereka. Pemimpin otentik akan melawan setiap tekanan eksternal yang berlawanan dengan standar moral yang mereka pegang melalui proses regulasi internal di dalam diri mereka, yang memastikan bahwa nilai!nilai mereka tetap selaras dengan tindakan yang mereka ambil. engan meresapkan nilai ke dalam tindakan serta bertindak menurut kesejatian diri sendiri, pemimpin otentikmenunjukkan konsistensi antara apa yang mereka katakan dengan apa yang mereka lakukan. Pengel!laan Berim%ang
Pengelolaan berimbang juga kerap dirujuk sebagai pengelolaan yang tidak memihak. erhadap in'ormasi negati' dan positi', pemimpin otentik mampu mendengar, mena'sir, dan memprosesnya dengan cara yang obyekti'. Proses ini mereka lakukan sebelum mengambil keputusan dan tindakan. Proses ini meliputi penge;aluasian kata!kata dan tindakan mereka sendiri secara obyekti' tanpa mengabaikan atau menyimpangkan sesuatu yang ada, termasuk interpretasi seputar gaya kepemimpinannya sendiri. Pengelolaan berimbang juga berhubungan dengan karakter dan integritas seorang pemimpin. Transaransi Hu%ungan
Pemimpin otentik tidak cukup hanya memiliki kewaspadaan diri, selaras antara tindakan dengan nilai, dan obyekti' dalam mena'sir, tetapi seorangpemimpin otentik juga harus mampu mengkomunikasikan in'ormasi dengan cara terbuka dan jujur dengan orang lain lewat pengungkapan diri sendiri yang cenderung bisa dipercaya.
6ulit untuk waspada dan tidak memihak apabila sudah diperhadapkan dengan kelemahan diri sendiri. "amun, adalah lebih sulit lagi untuk mengekspos kelemahan tersebut pada orang lain di dalam organisasi. 5endati begitu, menjadi terbuka dengan perasaan, moti', dan kecenderungan orang lain akan membangun kepercayaan dan perasaan stabil, menguatkan kerjasama dan semangat kerja di dalam tim yang mereka pimpin. Pemimpin yang menunjukkan transparansi hubungan akan dianggap sebagai pemimpin yang lebih sejati dan lebih otentik.
BAB III PENUTUP Kesimulan
5epemimpinan etis adalah kepemimpinan yang menekankan pada penghayatan nilai!nilai moral. 5epemimpinan etis adalah perwujudan nilai!nilai, kepercayaan!kepercayaan dan moral oleh pemimpin itu sendiri. 5epemimpinan etis menuntun, mengarahkan dan mengamalkan nilai!nilai moral bersama orang! orang yang dipimpin. ntuk itu dibutuhkan integritas pribadi yang kokoh dan karakter yang kuat dari seorang pemimpin, agar dapat menjadi teladan, sehingga darinya orang dipengaruhi dan didorong untuk menginternalisasi dan mewujudkan karakter pribadi yang tidak mudah diombang!ambingkan oleh situasi dan mampu untuk mengambil keputusan sendiri atas hidup yang dijalaninya. 6er;ant leadership (kepemimpinan yang melayani) merupakan sebuah teori atau pandangan baru mengenai kepemimpinan yang dicetuskan oleh &obert 5.>reenlea'. eori kepemimpinan yang melayani merupakan sebuah teori yang menekankan pada peningkatan pelayanan kepada orang lain. 6ebuah pendekatan =olistik untuk bekerja , mempromosikan rasa kebersamaan dan berbagi kekuasaan dalam pengambilan keputusan. 5epemimpinan yang melayani mempunyai sebuah moti;asi kepemimpin yang unik dan dipandang sebagai sesuatu perbedaan yang penting terhadap teori kepemimpinan yang melayani atau manajemen lainnya 5epemimpinan spiritual adalah kepemimpinan yang berdasarkan pada taqwa kepada uhan
DA-TAR PUSTAKA
http?CCattano;i20-E**.blogspot.comC-E*-C*-Ckepemimpinan!etis!dan! rele;ansinya!bagi.html http?CCsetabasriE*.blogspot.comC-E**CE*Ckepemimpinan!dalam!organisasi.html http?CCtau9ktanjung.blogspot.comC-E*ECE/Cpemimpin!yang!melayani.html http?CCcintaimabar.blogspot.comCpCkepemimpinan!yang!melayani!ser;ant.html https?CCwww.scribd.comCdocC40EE10CMakalah!6piritual!Geadership http?CCoursol;ing.blogspot.comC-E**CE4C-/!kepemimpinan!otentik.html