bronkus, bronkiolus, alveoli yang akan
PENDAHULUAN
menghasilkan Hidrogen Peroksida (H2O2).
Latar Belakang
Akibat Pneumonia
sebenarnya
bukanlah
terbentuknya
H2O2
pada
metabolismenya, menyebabkan kerusakan
sebuah penyakit baru. American Lung
pada
Association Misalnya, menyebutkan bahwa
deskuarnasi dan ulserasi lapisan mukosa,
hingga tahun 1936 pneumonia menjadi
edema pada dinding bronkus dan timbulnya
penyebab kematian nomor satu di amerika.
sekret yang memnuhi saluran nafas dan
Di
alveoli (Lubis, 2005).
Indonesia,
pneumonia
penyebab
kematian ketiga setelah kardiovaskuler dan tuberculosis
(Misnadiarly,
2008).
saluran
nafas,
Sebagian
misalnya,
besar
terjadi
Pneumonia
timbul melalui aspirasi kuman atau
Berdasarkan laporan kabupaten/kota tahun
penyebaran
langsung
2011 di Jawa Timur terdapat 75.699 kasus
saluran
pneumonia dan dengan jumlah kematian 6
sebagian
orang (Dinkes Jatim, 2012).
sekunder dari viremia/bacteremia atau
respiratorik kecil
kuman atas.
merupakan
dari Hanya akibat
penyebaran dari infeksi intra abdomen. Pneumonia adalah peradangan
Dalam
keadaan
normal
saluran
yang mengenai parenkim paru, distal dari
respiratorik bawah mulai dari sublaring
bronkiolus
mencakup
hingga unit terminal adalah steril. Paru
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
terlindung dari infeksi melalui beberapa
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
mekanisme termasuk barrier anatomi
gangguan pertukaran gas setempat ( Dahlan,
dan barrier mekanik, juga system
2006 ). Di Negara berkembang termasuk
pertahanan
Indonesia penyebab pneumonia yang paling
sistemik. Pneumonia terjadi bila satu
sering ditemukan adalah disebabkan oleh
atau lebih mekanisme diatas mengalami
bakteri,
maju
gangguan sehingga kuman pathogen
disebabkan oleh Mycoplasma Pneumonia.
dapat mencapai saluran nafas bagian
Mycoplasma ini mempunyai afinitas selektif
bawah (Setyoningrum, 2006).
terminalis
sedangkan
yang
di
Negara
tubuh
local
maupun
untuk sel epitel saluran napas misalnya Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected]
Page 3
Banyaknya jumlah kasus infeksi Pneumonia
di
Indonesia,
yang
Tujuan Khusus
mana
disebabkan oleh bakteri dan berpotensi
1.
sangat menular ini, mempunyai andil besar dalam angka mortalitas di Indonesia. Maka
Pneumonia. 2.
dari itu perlu dilakukan suatu penelitian Studi Kasus mengenai Gejala Klinis dan
2.1.
2.2.
dapat
diberikan
Untuk mempelajari pemeriksaan penunjang penyakit pneumonia.
2.3.
sehingga dapat dengan cepat ditegakkan sehingga
Untuk mempelajari pemeriksaan fisik penyakit pneumonia.
gejala klinis penyakit pneumonia, maka diagnosisnya dapat dengan cepat ditegakkan
Untuk mempelajari penanganan penyakit Pneumonia.
Penanganan Pneumonia pada Pasien X di Rumah Sakit X. Sebab, dengan memahami
Untuk mempelajari gejala klinis penyakit
Untuk mempelajari pengobatan penyakit Pneumonia.
pengobatan
maupun terapi yang sesuai yang pada
METODE PENELITIAN
akhirnya dapat menekan jumlah kasus Rancangan Penelitian
Pneumonia yang terjadi di Indonesia.
Jenis Rumusan Masalah
penelitian
rancangan observasional
penelitian yaitu
ini
adalah
melakukan
pengamatan terhadap subjek dari suatu waktu ke Dari Latar belakang diatas, maka
waktu dengan pendekatan cross sectional.
dapat ditarik suatu permasalahan yaitu bagaimanakah gejala klinis dan penanganan
Sampel/Subyek Penelitian Identifikasi dan batasan sampel penelitian
penyakit Pneumonia tersebut?
Batasan sampel dalam penelitian ini meliputi: Tujuan Penelitian - Pasien yang diteliti adalah satu orang pasien
Tujuan Umum Untuk
mengetahui
gejala
klinis penyakit Pneumonia pada
dewasa yang Telah positif di diagnosa sebagai pasien penderita pneumonia.
pasien dan penanganannya. Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected]
Page 4
Kriteria Inklusi
sampling, yaitu tekhnik penentuan
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini
sampel
antara lain:
tertentu (sugiyono, 1999). Adapun
-
Pasien
dewasa
yang
positif
dengan
pertimbangan
pertimbangan
tertentu
yang
didiagnosa sebagai pasien penderita
dihadapi adalah masalah perijinan
pneumonia yang diambil dari poli
pengambilan data ke rumah sakit
pada suatu rumah sakit.
yaitu pada poli paru dan dokter
- Pasien pneumonia ditangani spesialis
yang diambil
langsung paru.
oleh
Dokter
spesialis paru.
dokter spesialis
4.2.Variabel Penelitian
adalah dokter yang memiliki gelar
Variabel dalam penelitian ini
dalam bidang tertentu yang dihadapi
meliputi:
adalah
perijinan
1. Gejala klinis
pengambilan data ke rumah sakit
2. Penanganan
yaitu pada poli paru dan dokter
2.1.Pemeriksaan Fisik
spesialis paru.
2.2.Pemeriksaan Penunjang
masalah
2.3.Pengobatan 4.1.1. Prosedur dan Tekhnik Pengambilan Sampel
4.3.Lokasi dan Waktu Penelitian
Pasien yang dipilih dalam penilitian
Penelitian ini dilakukan di sebuah
ini diambil secara nonprobability
rumah sakit di kota Surabaya. Waktu
sampling dengan tekhnikpurposive
penelitiannya yaitu:
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected]
Page 5
1. Pembuatan Proposal : Juli 2012September 2012 2. Pengumpulan Data : Oktober 2012-September 2013 3. Analis Data
Bidang Akademis
: Oktober 20121.
Desember 2013
Memberi
pengalaman
pada
mahasiswa dalam membuat karya tulis ilmiah.
Instrumen Penelitian
2.
Alat
mahasiswa tentang gejala klinis dan
Meningkatkan
pengetahuan
penanganan penyakit Pneumonia Alat yang digunakan untuk penelitian retrospektif ini adalah table isian untuk mengolah data, yaitu berisikan anamnesa, pemeriksaan
fisik,
dan
Bidang Penelitian Memberi tambahan informasi
pemeriksaan
untuk penelitian berikutnya tentang
penunjang.
penyakit Pneumonia. Bahan Bidang Pelayanan Kesehatan Bahan yang digunakan adalah rekam medis yang merupakan sumber sekunder. Rekam medis pasien didapat di rumah sakit
Memberi informasi kepada masyarakat tentang gejala klinis dan penanganan penyakit Pneumonia.
maupun informasi dari dokter spesialis sehingga
didapat
suatu
gambaran
dan
penatalaksanaan penyakit dari pasien yang diteliti.
HASIL Kasus Seorang pasien Ny. U. berusia 70 tahun, alamat Wisma Tropodo Anjasmoro,
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected]
Page 6
Surabaya,
pekerjaan Ibu Rumah Tangga.
Keluhan
yang
membawa
Penderita datang ke poli paru RSI Jemursari
pasien datang menemui dokter
pada hari selasa tanggal 7 Januari 2014
adalah sesak napas, batuk sejak 3
pukul 02.45, dengan keluhan sesak napas,
hari setelah pulang dari umroh.
batuk sejak 3 hari setelah pulang dari umroh.
Riwayat Penyakit Sekarang
Identitas Pasien
Setelah dibawa ke UGD RSI
Pengkajian dilakukan pada tanggal 7
Jemursari,
Keluhan
yang
Januari 2014, pada kasus ini data diperoleh
dirasakan pasien saat ini antara
dengan cara auto dan allo anamnesa,
lain
pengamatan
langsung,
disertai dahak darah. Demam,
pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis,
mual, muntah tidak dirasakan
dan catatan keperawatan. Data pengkajian
pasien. Pasien merasakan sesak
didapatkan bahwa pasien bernama Ny.U,
nafas. Akral pasien dingin dan
alamat
pada daerah Thorax ditemukan
dan
observasi
Wisma
Tropodo
Anjasmoro
Surabaya, usia 70 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga, agama islam. Pasien dibawa ke RSI Jemursari oleh keluarganya pada pukul 02.45 WIB dengan keluhan sesak napas, batuk sejak 3 hari setelah
pulang
dari
didiagnosa menderita
umroh.
Pasien
Bronkopneumonia,
kemudian dirawat di ruang zahira C kelas VIP. Hasil Anamnesa Pasien
masih
batuk-batuk
tanpa
suara wheezing. Riwayat Penyakit Dahulu Penderita tidak mempunya riwayat
penyakit
sebelumnya.
seperti
Riwayat
ini
asma,
kencing manis, penyakit jantung, penyakit hati dan penyakit ginjal juga disangkal. Tetapi pasien mengeluh
mempunyai
alergi
terhadap dingin. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan Utama
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected]
Page 7
Sebelumnya tidak pernah ada
Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
keluarga yang menderita penyakit
ikterus, mukosa tidak sianotik, tidak
Bronkopneumonia.
tampak pernafasan cuping hidung, tekanan
Anamnesa Psikososial
tangga,Tetapi
sehari-harinya
jugularis
tidak
meningkat, tidak didapatkan kaku
Pasien adalah seorang Ibu rumah
vena
di
dalam
lingkungan
kuduk, tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening dileher, tidak ada deviasi trakea.
keluarganya ada yang menjadi
Mata
perokok berat, sehingga secara
batas normal, oedem palpebra (-)/(-)
tidak
Hidung
langsung
pasien
sering
: kesan visus dalam
:
kesan
daya
batas
normal,
menghirup aap rokok dari anggota
penciuman
keluarganya.
deviasi septum nasi (-)
dalam
Mulut
:
tidak
didapatkan
caries dentis. Telinga
: kesan pendengaran
dalam batas normal, sekret (-)/(-)
Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan dada. Pemeriksaan fisik pasien pada saat masuk rumah sakit hari selasa tanggal 7 januari 2014 didapatkan keadaan sebagai berikut. a. Keadaan
umum
:
kesadaran
kompos mentis, GCS: 4-5-6, tekanan darah 150/80, frekuensi nafas 25 kali/menit, reguler, frekuensi nadi 99 kali/menit, reguler, pengisian cukup, temperatur aksiler: 38oC. b. Pemeriksaan kepala dan leher.
bentuk normal, pergerakan simetris jantung
: Iktus kordis tidak tampak, pulsasi
jantung tidak teraba, tidak ada thrill. Batas kanan midsternal line ICS II kanan, batas kiri linea medioklavikularis sinistra ICS VI. Suara jantung 1 dan 2 tunggal, reguler tidak didapatkan adanya bissing murmur maupun gallop. Paru Depan : Inspeksi :
bentuk
dan
pergerakan
simetris kanan-kiri.
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected]
Page 8
dada
Palpasi : pergerakan dada simetris kanan-kiri, tidak ada nyeri spontan maupun tekan, fremitus raba sama kanan-kiri. Perkusi : Redup pada seluruh lapangan paru kanan-kiri, tidak didapatkan nyeri ketok, kronig istmus kanan-kiri masih dalam batas normal. Auskultasi :didapatkan suara wheezing dan terkadang ditemukan suara ronkhi.
d. Pemeriksaan perut. Perut tampak datar, tidak tampak kolateral, tidak ada nyeri tekan,
Dari
hasil
pemeriksaan
hepar dan lien tidak teraba, bising
darah lengkap ditemukan bahwa
usus dalam batas normal, tidak
kadar White Blood Cell (WBC)
ditemukan
dan Neutrofil pasien meningkat.
meteorismus
maupun
asites. e. Pemeriksaan anggota gerak. Akral dari pasien dingin.
Sedangkan
kadar
dibawah
Lymfosit mengalami
penurunan. Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukocytosis) ini
A. Darah Lengkap
menandakan
ada
proses
infeksi di dalam tubuh. Nilai
Berikut akan dijabarkan hasil lab
normal leukosit adalah kurang
darah lengkap Ny.U (07 januari
dari
2014).
mm.
10.000/cu Leukositosis
dapat
disebabkan oleh infeksi, radang (inflamasi),
reaksi
alergi,
keganasan, dan lain-lain. Nilai Neutrofil diatas normal juga menandakan
adanya
infeksi
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected]
Page 9
yang kemungkinan ada di paru.
D. Analisa Serum Elektrolit
Lymfosit yang dibawah normal juga
menunjukkan
adanya
infeksi.
Berikut akan dijabarkan hasil lab analisa serum elektrolit Ny.U (07 januari 2014).
B. Fungsi Hati Berikut akan dijabarkan hasil lab fungsi hati Ny.U (07 januari 2014).
Dari hasil pemeriksaan lab Dari hasil diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa
tidak
diatas
didapatkan
bahwa
kadar
berada
dibawah
nilai
ada
Kalium
masalah pada fungsi hati Ny.U.
normal.
Semua pemeriksaan berada dalam
rendahnya kadar kalium didalam
batas normal.
darah kita. Kalium kita ketahui juga
C. Faal Hemostasis
sebagai elektrolit yang berperan
Hipokalemia
adalah
Berikut akan dijabarkan hasil lab
penting pada fungsi syaraf dan sel
faal hemostasis Ny.U (07 januari
otot,
2014).
jantung. Hipokalemia (kadar kalium yang
terutama
rendah
fungsi
dalam
sel
otot
darah)
merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.7 mEq/L darah. Pada kasus ini terapi yang diberikan Dari hasil diatas dapat ditarik
untuk menangani hipokalemi pasien
ada
adalah berupa pemberian infus NaCl
masalah pada fungsi faal hemostasis
3% selama 3 hari berturut-turut.
Ny.U. Semua pemeriksaan berada
Diharapkan pada hari ketiga setelah
dalam batas normal.
pemberian infus NaCl 3% ini kadar
kesimpulan
bahwa
tidak
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 10
kalium dalam tubuh pasien sudah
Berikut akan dijabarkan hasil lab
kembali ke semula.
mikrobiologi
Ny.U
(07
januari
2014).
E. Imunoserologi Berikut akan dijabarkan hasil lab Imunoserologi Ny.U (07 januari 2014).
Dari didapatkan Pada hasil pemeriksaan imunoserologi didapatkan bahwa Hbs Ag Rapid memberikan hasil negatif.
Uji
Immunochromatography
test
pemeriksaan pada
Gram
lab Stain
didapatkan kuman coccus Gram positif. G. Foto Thorax PA
(ICT) HBsAg merupakan uji Imunokromatografi yang dapat mendeteksi
Antigen
yang
terdapat pada Serum atau Plasma. Prinsip dasarnya adalah adanya pengikatan
antara
Antigen
(HBsAG) dengan Antibody (anti-
Gambar 6.1. Foto Thorax PA Ny.U yang
HBs) pada daerah Test line,
diambil
selanjutnya
jemursari Surabaya pada
Antibody
akan
berikatan dengan Colloidal GoldLabeled
Conjugate.
di
lab
RSI
tanggal 7 januari 2014.
Komplek
Pulmo: Gambaran honeycomb pada basis
yang terbentuk akan bergerak
paru kanan dan kiri, sisi kanan
pada membran Nitroselulosa.
Nampak lebih berat. Gambaran
F. Mikrobiologi
vascular paru normal pattern dan
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 11
distribusinya
Cor:
kedua
sinus
Gambar 6.2 CT Scan Thorax Ny.U yang
costophenicus tajam.
diambil di lab RSI jemursari Surabaya
Besar dan Contour normal.
pada tanggal 8 januari 2014.
Tulang-tulang costae dan soft tissue normal H. CT scan Thorax
Tampak gambaran fibrosis dengan dilatasi bronchi pada segmen lateral (superior
lingual)
dan
medical
(Inferior Lingula) lobus medius paru kanan dan segmen lateral basalposterior basal lobus inferior paru kiri
Main bronchus kanan kiri patent
Tak tampak pembesaran kelenjar di paratracheal, subcarina
Jantung dan pembuluh darah tampak normal
Tak
tampak
encasement
pada
pembuluh darah besar
Tampak kalsifikasi di aorta
Tak tampak densitas cairan di cavum pleura kanan dan kiri
Hepar: Ukuran normal, sudut tajam, tepi
rata,
densitas
parenchyma
homogeny, dan tak tampak nodul.
I. Kultur Sputum Pada hasil kultur sputum didapatkan bakteri
Enterococcus
Faecalis.
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 12
Enterococcus faecalis merupakan
cairan
bakteri yang resisten terhadap bahan
Pemberian Ringer Laktat juga
antimikrobial
umum
dicabangkan dengan pemberian
digunakan dan sering diisolasi dari
NaCl/KCl 3% dengan tujuan
perawatan saluran akar yang gagal.
untuk mengkoreksi hasil lab
Ekstrak
lerak
yang
di
tubuh
diharapkan
dapat
pasien
menjadi
bahan
adanya hipokalemi. Diharapkan
irigasi saluran akar yang dapat
dengan pemberian ini kadar
membunuh mikroba dan bersifat
kalium pasien akan kembali
biokompatibel terhadap jaringan.
normal.
dikembangkan
keseluruhan,
ditemukan
3. Methilprednisolon
Pembahasan Terapi Secara
dimana
pasien.
terapi
yang
diterima pasien dari hari pertama masuk rumah sakit hingga pasien keluar rumah sakit tidak tampak adanya perbedaan yang signifikan, terapi terapi tersebut antara lain :
Methylprednisolone adalah suatu glukokortikoid alamiah memiliki sifat
menahan
garam
(salt
retaining properties), digunakan sebagai terapi pengganti pada defisiensi adrenokortikal. Analog sintetisnya terutama digunakan
1. Bebaskan jalan nafas
sebagai
anti-inflamasi
pada
Hal yang pertama dan terpenting
sistem organ yang mengalami
adalah
gangguan.
bebaskan
jalan
nafas
Glukokortikoid
pasien, hal ini bertujuan agar
menimbulkan efek metabolisme
tidak ada sumbatan berupa dahak
yang
atau darah yang mengganggu
Glukokortikoid merubah respon
sistem pernafasan pasien.
kekebalan
2. Infus Ringer Laktat 1500cc / 24 jam cabang NaCl/KCl 3%
besar
dan
tubuh
bervariasi.
terhadap
berbagai rangsangan. 4. Ceftriaxon
Pemberian infuse Ringer Laktat
Ceftriaxone merupakan golongan
bertujuan untuk memaintenance
sefalosporin
yang mempunyai
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 13
spektrum luas dengan waktu
1H-Pyrido[4,3-b]indole, 2,3,4,5-
paruh eliminasi 8 jam. Efektif
tetrahydro-2-methyl-5-
terhadap mikroorganisme gram
(phenylmethyl), dan dengan berat
positif
molekul 276.
dan
gram
negatif.
Ceftriaxone juga sangat stabil
7. Salbutamol
terhadap enzim beta laktamase
(Salbutamol) merupakan suatu
yang dihasilkan oleh bakteri.
obat agonis beta-2 adrenergik
5. Fluimucil
yang selektif. Pada bronkus akan
Fluimucil diindikasikan kepada
menimbulkan relaksasi otot polos
pasien dengan Infeksi saluran
bronkus secara langsung.
nafas
Maka salbutamol efektif untuk
dengan
berlebih
sekresi
termasuk
emfisema
dan
mukus
bronkitis,
bronkiektasis,
mengatasi
gejala-gejala
sesak
napas pada penderita-penderita
profilaksis dan terapi komplikasi
yang
bronkopulmonal
dengan
bronkokonstriksi seperti : asma
mukostasis,
catarrh.
bronkial, bronkitis asmatis dan
Juga anti radikal bebas dan
emfisema pulmonum, baik untuk
antioksidan.
penggunaan akut maupun kronik.
bronkial
6. Interhistin
mengalami
salbutamol
menghambat
Interhistin merupakan golongan
pelepasan
obat antialergi dan antihistamin
”pulmonary
(H₁-receptor antagonist). Obat ini
mencegah kebocoran kapiler dan
merupakan
obat
udema bronkus serta merangsang
antihistamin untuk penggunaan
pembersihan mukosiliar. Sebagai
sistemik. Obat ini mengandung
agonis
mebhydrolin napadisylate, dan
pengaruhnya
merupakan obat paten dengan
adrenoseptor beta-1 pada sistem
nama
kardiovaskuler adalah minimal.
generik
jenis
Mebhydrolin.
Nama kimia dari obat ini adalah
Ratio
mediator
dari
mast
cell”,
beta-2
stimulasi
salbutamol terhadap
beta-2/beta-1
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 14
salbutamol lebih besar dari obat-
Captopril merupakan obat umum
obat
yang
simpatomimetik
lainnya.
digunakan
untuk
Salbutamol dapat digunakan oleh
menurunkan tekanan darah. Obat
anak-anak maupun dewasa.
ini merupakan obat golongan
8. Levofloxacin
ACE (Angiotensin Converting
Levofloksasin yang pertama kali
Enzyme)
diluncurkan pada 1993, hingga
dapat
kini telah dipakai oleh lebih dari
dengan
647 juta pasien di seluruh dunia.
golongan lain untuk mencapai
Obat ini diindikasikan untuk
tekanan darah yang diharapkan.
berbagai
yaitu
Jadi dari namanya pun sudah
pneumonika komunitas ataupun
dapat dimengerti bahwa captopril
nosokomial,
menghambat kerja enzim
keadaan,
eksaser-basi maksilaris pielonefritis,
bronkitis akut, akut, infeksi
kronik sinusitis
inhibitor. digunakan obat
bersamaan
anti
mengubah
hipertensi
yang
angiotensin.
prostatitis,
Angiotensin II merupakan suatu
jaringan
zat aktif yang mengakibatkan
lunak dan kulit, serta infeksi
vasokonstriksi
saluran
pembuluh darah).
kemih.
Captopril
Dosis
yang
(mengecilnya
direkomendasikan untuk terapi
10. Esilgan
pneumonia komunitas, bronkitis
Pada
kronis eksaserbasi akut, sinusitis
digunakan khusus untuk pasien
maksilaris akut, dan infeksi kulit
yang mengalami susah tidur.
adalah 500 mg sekali sehari.
Obat ini mempunyai efek sedasi
Pasien dengan infeksi kulit dan
yang tinggi, sehingga obat ini
jaringan sekitarnya, dosis yang
digolongkan dalam obat hipnotik
dianjurkan pada fungsi ginjal
sedative.
normal adalah 750 mg satu kali per hari. 9. Captopril
umumnya
Esilgan
11. Amlodipin Amlodipine antagonis
merupakan kalsium
golongan
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 15
dihidropiridin kalsium)
(antagonis
yang
ion
menghambat
trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing (Weinberger,2005).
influks (masuknya) ion kalsium
batuk bisa terjadi secara volunter tetapi
melalui membran ke dalam otot
selalunya
polos vaskular dan otot jantung
involunter akibat dari iritasi terhadap
sehingga
infeksi
mempengaruhi
terjadi
seperti
akibat
respons
infeksi
saluran
kontraksi otot polos vaskular dan
pernafasan atas maupun bawah, asap
otot
Amlodipine
rokok, abu dan bulu hewan terutama
menghambat influks ion kalsium
kucing. Antara lain penyebab akibat
secara selektif, di mana sebagian
penyakit respiratori adalah seperti asma,
besar mempunyai efek pada sel
pneumonia, postnasal drip, penyakit
otot polos vaskular dibandingkan
pulmonal
obstruktif
sel otot jantung. Amlodipine
bronkiektasis,
trakeitis,
digunakan
fibrosis interstisial. Batuk juga bisa
jantung.
untuk
pengobatan
refluks
dan
terjadi
angina
esofagus atau terapi inhibitor ACE
(angina
dari
croup,
hipertensi, angina stabil kronik, vasospastik
akibat
kronis,
gastro-
prinzmetal atau variant angina).
(angiotensin-converting
Amlodipine
diberikan
Selain itu, paralisis pita suara juga bisa
sebagai terapi tunggal ataupun
mengakibatkan batuk akibat daripada
dikombinasikan
kompresi nervus laryngeus misalnya
antihipertensi
dapat
dengan dan
obat
antiangina
lain. Managemen Keluhan Pasien
enzyme).
akibat tumor (McGowan,2006). Untuk
farmakoterapi,
mendapatkan
satu
obat
pasien untuk
menangani batuk. Obat yang dimaksud adalah Fluimucil. Management Batuk
Management Sesak nafas
batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang
Dispnea
atau
sesak
napas
adalah
perasaan sulit bernapas ditandai dengan
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 16
napas yang pendek danpenggunaan otot
Untuk
bantu
mendapatkan
pernapasan.
ditemukan
Dispnea
pada
dapat penyakit
kardiovaskular, emboliparu, penyakit
farmakoterapi,
pasien
obat-obatan
untuk
menangani sesak nafas. Obat-obatan yang dimaksud antara lain :
paru interstisial atau alveolar, gangguan
Interhistin 2x1
dinding dada, penyakit obstruktif paru
Salbutamol 4mg 3x1
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan
Injeksi Levofloxacin
(Price dan Wilson, 2006). Penyebab
Setelah
kegawat daruratan karena sesak napas
tersebut beserta kombinasi obat lainnya,
dapat berupa :
kondisi pasien jauh lebih baik dan
Infeksi
paru
(pneumonia)
:
batuk, panas, sesak napas
Asma : batuk, mengi
Alergi
menggunakan
obat-obatan
keluhan sesak nafas nya pun sudah hilang. Kondisi Akhir Pasien
(pembengkakan
pada
Setelah 4 hari rawat inap di RSI
tenggorok yang menyebabkan
jemursari Surabaya, pasien memutuskan
terjadinya sumbatan) :riwayat
untuk
makan
yang
melanjutkan rawat jalan. Selama proses
menyebabkan alergi (seafood,
rawat jalan pasien tetap diwajibkan kontrol
kacang, telur, dll)
untuk mengetahui perkembangan terakhir
Sakit jantung (disertai nyeri
pasien.
dada)
pasien saat masuk rumah sakit sebagian
Trauma dada (kecelakaan yang
teratasi. Keluhan batuk, sesak nafas, dan
mengenai
dada)
:
riwayat
demam
benturan
keras
di
daerah
management yang baik di RSI Jemursari.
dada,sesak napas, nyeri dada,
Setelah merasa kondisinya cukup baik
ada kerusakan pada dada (patah
pasien memilih rawat jalan dan dokter
tulang), perdarahan
spesialis mengizinkan kehendak pasien.
makanan
menghentikan
rawat
Masalah-masalah
bisa
inap
yang
diselesaikan
dan
dialami
dengan
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 17
adalah
KESIMPULAN
untuk
Pneumonia
nya.
Pasien
medapatkan terapi berupa cairan ringer laktat Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim
bronkiolus
paru,
terminalis
distal
yang
dari
gangguan gas setempat. Pneumonia adalah menyebabkan
paru-paru
meradang. Kantung-kantung kemampuan menyerap
oksigen
menjadi
kurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran
infeksi
ke
seluruh
tubuh,
Subjek dalam penelitian ini adalah alamat wisma
tropodo anjasmoro, Surabaya, pekerjaan ibu rumah tangga. Penderita datang ke poli paru RSI Jemursari pada hari selasa tanggal 07 januari 2014 pukul 02.45, dengan keluhan batuk dan sesak nafas sejak pulang dari menjalankan umroh. Hasil laboratorium darah lengkap dan mikrobiologis pasien menunjukkan
bahwa
pasien
untuk
diberikan obat sesak nafas. Setelah menjalani rawat inap di RSI Jemursari, masalah pasien bisa teratasi sebagian. Pasien sudah tidak mengeluhkan sesak nafas semenjak tanggal 10 januari 2014. Batuk juga sudah mulai berkurang dan begitupun juga dengan demam nya. Merasa kondisinya sudah baikan pasien memilih untuk rawat jalan dan keluar rumah sakit tanggal 11 januari 2014.
penderita pneumonia bisa meninggal
Ny. U. berusia 70 tahun,
antibiotic
mencakup
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
yang
beberapa
menghilangkan bakteri dan juga pasien
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
infeksi
dan
menderita
Berdasarkan
pengalaman
peneliti
yang terjun langsung dalam penelitian, penatalaksanaan yang dilakukan oleh pihak RSI
Jemursari
prosedur.
Tidak
sudah
sesuai
ada
perbedaan
dengan yang
signifikan antara penatalaksanaan pihak RSI Jemursari dibandingkan dengan teori yang peneliti jabarkan pada BAB II. Bahkan peneliti mendapat lebih banyak ilmu tidak hanya penatalaksanaan Pneumonia, tetapi juga managemen terhadap batuk, sesak, dan demam. Selama penelitian tentu penulis
pneumonia.
mengalami beberapa kesulitan, diantaranya Penatalaksanaan
yang
diterima
harus menyesuaikan waktu visite dengan
pasien saat pertama kali masuk rumah sakit
dokter spesialis agar bisa melakukan visite
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 18
bersamaan.
Semoga
bermanfaat
bagi
membutuhkan
tulisan
teman
ini
bisa
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
sejawat
yang
2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
informasi
mengenai
pneumonia.
2008.
Jakarta.
Available
from
http://www.depkes.go.id/downloads/publika si/ProfilKesehatanIndonesia2008.pdf
DAFTAR PUSTAKA
(Accessed 14th February 2010)
Arif Mansjoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani,
Wiwiek
Setiowulan.2000
:
Pneumonia. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Media Aesculapius FKUI.
1999. Buku Bagan: Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Jakarta. Asih, Retno, Landia, dan Makmuri. 2006. Pneumonia.
Divisi
Respirologi
Ilmu
Kesehatan Anak FK Unair. Available from http://www.pediatrik.com/pkb/06102202313 2-f6vo140.pdf (Accessed at 20th November
Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat. 2008. Profil Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007. Available from http://www.depkes.go.id/downloads/profil/p ropinsintb.pdf. (Accessed 14th February 2010
2010) Asih,
Departemen Kesehatan Repulik Indonesia.
Niluh
Gede
Y
&
Christantie.
2004. Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan
Gangguan
Sistem
Pernapasan.
Marsha
Pathophysiology,
Provinsi
Jawa
Timur
Tahun
2010,
Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Kesehatan, Surabaya.
Jakarta : EGC Conroy,
Dinkes Jatim. 2011. Profil Kesehatan
L.
2010.
Atlas
3rd
of
Edition.
USA. Lippincott Williams & Wilkins.
Graneto,
J.W.,
2010.
Pediatric
Fever.
Chicago College of Osteopathic Medicine of Midwestern University. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/8015
Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
98- overview. [Updated 20 May 2010].
Dalam, jilid 2. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 19
Greenberg,
Hendrickson,
Campbell.2005.
Teks
Atlas
Silverberg,
Dalam: Medika 2009, no.08 Tahun ke
Kedokteran
XXXV. Jakarta. halaman 516-519
Kedaruratan, jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Misnadiarly. 2008. Pneumonia, Penyakit
Hassan, Rusepno dan Husein Alatas (editor).
Infeksi Saluran Napas,Edisi 1. Pustaka Obor
2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,
Populer. Jakarta.
jilid 3. Infomedika Jakarta. Jakarta. Nindya, Triska Susila dan Lilis Sulistyorini. Hazinski, Thomas A. 2003. Typical and
2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan
Atypical Pneumonias. In: Rudolph et al
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(editor). Rudolph’s Pediatrics, 21st edition.
pada
McGraw-Hill. New York. chapter 23.11
Lingkungan, vol.2, no.1. Available from
Mandal,
Wilkins,
Lecture
Notes
Mayon-White.
Penyakit
2009.
Infeksi,
edisi
keenam. Erlangga Medical Series. Jakarta. McIntosh,
Kenneth.
2002.
Current
Anak
Balita.
Jurnal
Kesehatan
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KE SLING-2-1-05.pdf
(Accessed
at
14th
February 20) Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit,
Concepts: Community-Acquired Pneumonia
edisi 2. EGC. Jakarta
in
from
Price, Sylvia, Lorraine M. Wilson. 2006.
11th
Pola Obstruktif pada Penyakit Pernapasan.
Children.
http://www.nejm.org
Available (Accessed
September 2012).
Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses
McGowan, P., Jeffries, A., Turley, A., 2006.
Penyakit, Vol. 2, Ed. 6, pp. 783-792:
Crash Course: Respiratory System. 2nd
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
ed. United Kingdom: Mosby. Said, Mardjanis. 2008. Pneumonia. Dalam: Misba, Buraerah, H. Abd. Hakim, dan Rasdi
Rahajoe, N.N., Supriyatno, B., dan Setyanto,
Nawi.
Kejadian
D.B. (editor). Buku Ajar Respirologi Anak,
Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja
edisi I. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Puskesmas Mattirobulu, Kabupaten Pinrang.
Indonesia. Jakarta.
2009.
Faktor
Risiko
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 20
Sectish, Theodore C. and Charles G. Prober.
http://whqlibdoc.who.int/publications/2007/
2007. Pneumonia. In: Behrman R.E., et.al
9789241595728_eng.pdf (Accessed at 11th
(editor). Nelson’s Textbook of Pediatrics,
September
2012)
18th edition. WB Saunders. New York. page 1795-1799
.
Setyoningrum, Retno. 2006. Pneumonia, Divisi Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK
Unair
RSU
Dr.
Soetomo,
Surabaya. The
United
Nations
(UNICEF)/World
Children’s
Health
Fund
Organization
(WHO). 2006. Pneumonia: The Forgotten Killer
of
Children.
Available
from
http://whqlibdoc.who.int/publications/2006/ 9280640489_eng.pdf.
(Accessed
14th
February 2010) Weinberger, S. E., 2005. Cough and Hemoptysis. In: Kasper, D. L., Braunwald, E., Fauci, A. S., Hauser, S. L., Longo, D. L., Jameson, J. L., Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA: McGraw Hill, 205-206.
World Health Organitation. 2006. Indoor Air Polution and Lower Respiratory Tract Infection
in
Children. Available
from
Bayu Wiratama, I Made. Program Studi Pendidikan Dokter FK-UWKS, Surabaya -2013. Email:
[email protected] Page 21