AUDITING II
ISA 200 - 260
Penyusun :
1. Al Wafdah Lazuardian 13080694010
2. Firdausi Nuzula 13080694014
3. Laxmana Indra Prasetyo 13080694036
4. Mega Putri Mayang 13080694056
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI 2013
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2016
1. ISA 200
a. Topik:
Tujuan Keseluruhan dari Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
berdasarkan International Standard Auditing.
b. ISA 200 dalam pelaksanaan audit berbasis risiko:
1. Definisi ISA 200:
ISA 200 bertujuan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji
material, baik karena kecurangan atau kesalahan, sehingga
memungkinkan auditor untuk menyatakan pendapat tentang apakah
laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan untuk
melaporkan laporan keuangan, dan berkomunikasi yang diperlukan
bythe ISA, sesuai dengan temuan auditor.
2. Tiga langkah audit berbasis risiko:
a) Risk assesment: melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material
dalam laporan keuangan.
b) Risk respone: merancang dan melaksanakan prosedur audit yang
material.
c) Reporting: evaluasi bukti audit dan membuat laporan audit.
3. Persyaratan ISA 200 :
a) Kepatuhan dengan persyaratan etika yang berkaitan dengan
audit laporan keuangan.
b) Auditor harus melaksanakan penilaian profesional dalam
perencanaan dan melakukan audit laporan keuangan.
c) Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah
untuk ekspresi pendapat.
d) Auditor harus mematuhi semua ISA relevan dengan audit.
e) Auditor harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing dari ISA
kecuali, seluruh ISA tidak relevan atau persyaratan adalah
kondisional dan kondisi tidak ada.
f) Dalam kasus keberangkatan dari ISA auditor harus melaksanakan
prosedur audit alternatif untuk mencapai tujuan persyaratan
itu.
2. ISA 210
a. Topik :
Menyetujui ketentuan keterlibatan / penugasan audit.
b. ISA 210 dalam pelaksanaan audit berbasis risiko:
1. Definisi ISA 210:
Penggunaan oleh manajemen suatu kerangka pelaporan keuangan yang
dapat diterima dalam penyusunan laporan keuangan dan perjanjian
manajemen dan ia berkewajiban memastikan bahwa kesimpulan
mengenai hal ini sudah tepat.
2. Lingkup ISA 210 :
Penawaran dengan tanggung jawab auditor dalam menyetujui
ketentuan penugasan audit dengan manajemen dan jika seisi, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola.
3. Tujuan ISA 210 :
Untuk menerima dan melanjutkan suatu penugasan audit hanya jika
dasar untuk melakukan penugasan sudah disetujui dengan :
a) Memastikan bahwa prasyarat untuk suatu audit memang ada.
b) Menegaskan adanya pemahaman yang sama antara auditor dengan manajemen,
yang sesuai dengan TCGW mengenai syarat penugasan.
4. Persyaratan ISA 210 :
a) Kerangka Pelaporan keuangan akan diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan yang dapat diterima.
b) Manajemen mengakui dan memahami tanggung jawabnya untuk :
1) Menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka laporan
keuanagan yang berlaku termasuk penyajian secara wajar.
2) Pengendalian internal sebagaimana dianggap perlu oleh
manajemen untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari
salah saji material baik karena kecurangan dan kesalahan.
3) Memberikan auditor dengan akses semua informasi, informasi
tambahan dan akses tak terbatas ke perusahaan yang menurut
pendapat auditor diperlukan untuk mendapatkan bukti audit.
c) Ketentuan persetujuan audit dengan manajemen atau biaya
mereka dengan tata kelola dan surat penugasan yang meliputi :
tanggungjawab manajemen, tanggungjawab auditor, tujuan dan
ruang lingkup audit atas laporan keuangan.
3. ISA 220
a. Topik :
Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan.
b. ISA 220 dalam pelaksanaan audit berbasis risiko:
1. Tujuan ISA 220 :
Dalam ISA 220 membahas tentang pengendalian mutu audit dan
partner audit atas laporan keuangan yang di audit, mutu yang
harus dijaga oleh auditor sesuai dengan standart setiap KAP agar
KAP tersebut dipercaya oleh publik, mutu tersebut meliputi
memberikan asurans yang layak dan menerbitkan laporan audit yang
tepat sesuai dengan keadaan perusahaan saat itu, selanjutanya
membahas juga tentang penugasan tim – tim audit yang harus
selalu berkonsultasi dengan KAP, dan hal lain yaitu mereviu dan
mengevaluasi hasil setiap audit apakah ada kendala atau kritik
saran dari konsumen mengenai auditnya yang dirasa sangat
berpengaruh terhadap mutu dan kepercayaan public terhadap KAP
tersebut.
2. Lingkup ISA 220 :
a. Memberikan assurans yang layak untuk laporan hasil audit
Asuransi yang layak adalah asuransi yang tinggi, tetapi bukan
pada tingkat tinggi yang mutlak (absolute level of
assurance). Asuransi yang layak dicapai ketika auditor
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat (sufficient
appropriate audit evidence) untuk menekan resiko audit.
Resiko audit adalah resiko dimana auditor memberikan opini
yang salah ketika laporan keuangan disalahsajikan secara
material. Auditor ingin menekan resiko audit ini ke tingkat
rendah yang dapat diterima (to an acceptable low level).
b. Selalu berkonsultasi dengan tim mengenai masalah yang timbul
saat mengaudit
c. Tata cara mengaudit perusahaan yang terdaftar dalam pasar
modal
d. Mengkonsultasikan temuan- temuan yang dirasa sangat berdampak
terhadap KAP, jika temuan tersebut lebih awal yang
menyebabkan KAP meneruskan atau memberhentikan tugasnya
e. Harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan audit dan sesuai
dengan UU yang berlaku
f. Mereviu dokumentasi audit sebelum tanggal pelaporan audit
apakah sudah di capai bukti yang tepat untuk mendukung
kesimpulan auditor.
g. Evaluasi secara cerdas tanggapan manajemen mengenai risiko
bagaimana manajemen merancang/melaksakan pengendalian untuk
memitigasi risiko (salah saji material dalam laporan
keuangan) yang sudah diidentifikasi oleh manajemen (sendiri)
dan/atau auditor gunakan kearifan professional, ISA
mengharuskan penggunaan dan kemudian pendokumentasian
kearifan profesional (professional judgment) yang penting
oleh auditor selam audit.
4. ISA 230
a. Topik :
Dokumentasi Audit.
b. ISA 230 dalam pelaksanaan audit berbasis risiko:
1. Definisi ISA 230 :
ISA 230 Dokumen audit adalah salah satu standar internasional
tentang auditing. Hal Ini berfungsi untuk mengarahkaan
dokumentasi audit kertas kerja untuk memnatu perencanaan audit
dan kinerja, pengawasan dan peninjauan pekerjaan audit dan
pencatatan bukti audit yang dihasilkan dari pekerjaan audit
untuk mendukung opini auditor.
2. Lingkup ISA 230 :
Penawaran dengan tanggungjawab auditor untuk mempersiapkan
dokumentasi audit untuk audit atas laporan keuangan.
3. Tujuan ISA 230 :
Menyiapkan dokumentasi yang menyediakan ;
a) Bukti audit atas dasar kesimpulan tentang pencapaian tujuan
keseluruhan auditor
b) Bukti bahwa audit direncanakan dan dilakukan sesuai dengan
ISA dan persyaratan hokum serta peraturan yang berlaku
4. Persyaratan ISA 230 :
a) Siapkan berkas audit secara tepat waktu.
b) Dokumentasi harus sedemikian rupa sehingga cukup untuk
memungkinkan auditor yang berpengalaman yang tidak memiliki
hubungan sebelumnya dengan audit, untuk memahami sifat, waktu
dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan sesuai dengan
ISA dan ketentuan perundang-undangan terkait dan ketentuan
profesi.
c) Dokumentasikan pengujian karakteristik jenis tertentu, siapa
yang melakukan,siapa yang mengkaji, diskusi tentang hal
bagaimana inkonsisten ditangani.
5. Masalah Yang Timbul Setelah Tanggal Laporan Auditor
Jika dalam keadaan luar biasa, auditor melakukan prosedur
audit baru atau tambahan dalam menarik kesimpulan baru setelah
tanggal pelaporan auditor, Auditor harus mendokumentasikan
situasi yang dihadapi , baru atau tambahan prosedur audit dan
hasil mereka, siapa dan perubahan tanggal apa dari dokumentasi
yang dibuat.
Terakhir, berkas audit harus dibuat secara tepat waktu
(Biasanya 30 hari dari tanggal laporan audit) dan harus disimpan
untuk periode minimum (biasanya 5-10th).
5. ISA 240
a. Topik :
Tanggung Jawab auditor yang berkaitan dengan kecurangan dalam audit
laporan keuangan.
b. ISA 240 dalam pelaksanaan audit berbasis risiko:
Berikut adalah beberapa poin penting dalam ISA 240 dalam
pelaksanaan audit berbasis risiko :
1. Tujuan ISA 240 :
Seorang auditor harus mempertimbangkan risiko terjadinya fraud
dalam laporan keuangan.
2. Karakteristik Fraud :
Fraud adalah suatu tindakan penipuan yang secara sengaja
dilakukan untuk mendapatkan keuntungan secara tidak sah atau
ilegal.
3. Yang Harus Diperhatikan oleh Seorang Auditor :
a) Fraud dalam laporan keuangan yang disebabkan perlakuan
akuntansi
Meliputi:
1) Melakukan manipulasi, pemalsuan, dan perubahan pencatatan
akuntansi atau dokumen-dokumen yang digunakan sebagai
dasar pembuatan laporan keuangan
2) Secara sengaja menghilangkan (atau menyajikan dengan
salah) suatu transaksi/informasi signifikan lain dalam
laporan keuangan
3) Secara sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah
terkait dengan pencatatan jumlah, klasifikasi, dan
pelaporan suatu transaksi keuangan
b) Fraud dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh adanya
penyalahgunaan aset (asset misappropriation)
1) Melakukan rekayasa dalam laporan keuangan untuk menutup-
nutupi pencurian aset perusahaan
4. Tanggung Jawab Manajemen
Manajemen mempunyai tanggung jawab terbesar dalam mencegah dan
mendeteksi fraud. Tanggung jawab tersebut termasuk menerapkan
kontrol dalam perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan
secara benar dan fair.
5. Tanggung Jawab Auditor
Auditor yang menjalankan audit sesuai standar ISA (di UK/Inggris
dan Irlandia), harus mencapai reasonable assurance bahwa laporan
keuangan bebas dari kesalahan bersifat material, baik yang
disebabkan karena error atau fraud.
6. ISA 250
a. Topik :
Pertimbangan hukum dan peraturan dalam audit atas laporan keuangan.
b. ISA 250 dalam pelaksanaan audit berbasis risiko:
1. Tujuan ISA 250:
Dalam ISA 250 membahas tentang tujuan dan hukum auditor dalam
penugasanya, apakah ada salah saji yang material yang harus
diselesaikan atau adanya kecurangan atau pun kelalaian yang
disengaja ataupun tidak disengaja yang tidak sesuai dengan
Undang – undang yang berlaku, misal transaksi yang dibuat – buat
agar memperbesar atau memperkecil laporan keuangan sehingga
merugikan pihak lain yang bersangkutan.
2. Lingkup ISA 250 :
a) Memperoleh bukti yang cukup kuat dan tepat dalam menentukan
tingkat meterialitas
b) Melaksanakan prosedur audit untuk membantu mengidentifikasi
ketidak patuhan.
c) Menanggapi secara tepat atas hasil temuan yang telah melalui
prosedur audit
d) Membahas tentang salah saji yang telah ditemukan yang
disengaja ataupun tidak disengaja yang bertentangan dengan
hokum atau UU yang berlaku
7. ISA 260
a. Topik:
Komunikasi dengan Those Charged with Governance (Pihak yang
Bertanggungjawab atas Tata Kelola)
b. ISA 260 dalam pelaksanaan audit berbasis risiko:
1. Definisi ISA 260 :
Pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola Individu atau
organisasi (organisasi-organisasi, seperti wali amanat
korporasi) yang memiliki tanggungjawab untuk mengawasi arah
strategis entitas dan pemenuhan kewajiban yang berkaitan dengan
akuntabilitas entitas.
2. Pelaksanaan ISA 260 dalam Audit Berbasis Risiko:
a) Sebuah auditor harus menentukan orang yang tepat dalam
struktur governance dalam entitas dengan siapa
berkomunikasi.
b) Jika auditor berkomunikasi dengan subkelompok TCWG, misalnya,
komite audit, atau individu, auditor harus menentukan apakah
auditor juga perlu berkomunikasi dengan badan.
c) Auditor wajib berkomunikasi dengan TCWG mengenai tanggung
jawab auditor berkenaan dengan auditor atas laporan keuangan.
d) Auditor wajib mengkomunikasikan dengan TCWG garis besar
lingkup dan jadwal audit yang direncanakan.
3. Hal- hal yang dikomunikasikan
a) Tanggung jawab auditor dalam hubungannya dengan audit atas
laporan keuangan.
b) Lingkup audit yang direncanakan an kapan audit akan
dilaksanakan.
c) Temuan – temuan audit yang signifikan.
KASUS
1. Kasus pelanggaran/penyimpangan ISA 200 (Kasus Enron)
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth
(penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua
perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis Inti Enron bergerak
dalam bidang industri energi.
Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001. Kasus ini
berpengaruh terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan
menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan
dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
a. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan
triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron
telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode
sebelumnya.
b. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan
perusahaan ke pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu
terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di laporkan
senilai > $1 milyar.
c. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni
2002.
d. Tanggal 14 maret 2002 KAP Andersen divonis bersalah atas melakukan
penghancuran dokumen yang sedang diselidiki.
Pembahasan Masalah
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang
melakukan kecurangan, menipulasi, (prilaku tidak etis), yaitu
opportunity, pressure, rationalization,
Pelanggaran etika KAP Andersen
1. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA seksi 150
terdapat aturan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor. KAP Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan dilanggar.
2. Menurut SA 200 paragraf 14, Auditor harus mematuhi ketentuan etika
yang relevan, termasuk ketentuan independensi, yang berkaitan dengan
perikatan audit atas laporan keuangan.
3. Menurut SA 240 tentang Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan
Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan paragraf A2,
Laporan keuangan yang mengandung kecurangan mencakup kesalahan
penyajian yang disengaja termasuk penghilangan suatu jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mempengaruhi presepsi para
pengguna laporan keuangan.
Kesimpulan
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang
seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk
dilanggar. Yang menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan
Enron adalah Editor, Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi
terbesar) yang merupakan kantor akuntan Enron. Keduanya telah bekerja
sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan berbagai
pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal
yang berasal dari dalam perusahaan enron. Enron telah melanggar etika
dalam bisnis dengan tidak melakukan manipulasi-manipulasi guna menarik
investor. Sedangkan Arthur Andersen yang bertindak sebagai auditor pun
telah melanggar etika profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur Andersen
telah melakukan "kerjasama" dalam memanipulasi laporan keuangan enron.
Hal ini jelas Arthur Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang
seharusnya sebagai seorang akuntan.
2. Kasus pelanggaran/penyimpangan ISA 240 & 250 (Kasus PT. Kimia Farma Tbk)
" Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk"
Permasalahan
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah
di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut
di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian
BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan
mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober
2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated),
karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan
keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56
miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba
awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku
yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada
unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9
miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstatedpersediaan
sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena
nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia
Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga
persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar
harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan
dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31
Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan
adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan
ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh
akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.
Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit
laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang
berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP
tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan
tersebut. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang
menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi
saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi
penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada
semester I tahun 2002.
Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7
tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m –
Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar,
sebagai berikut: "Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan
perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi,
kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian. Dampak
perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali
(restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan
melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu
penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila
dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan
masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru".