Imobilisasi Pada Usia Lanjut
Definisi
Imobilisasi didefinisikan sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih, dengan gerak anatomic tubuh menghilang akibat perubahan fungsi fisiologik. Didalam praktik praktik medic, istilah imobilisasi imobilisasi digunakan untuk untuk menggambarkan sebuah sindrom degernerasi fisiologis yang merupakan akibat menurunnya aktiitas atau deconditioning.
!pidemiologi
Imobilisasi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup besar di bidang geriatric yang timbul sebagai akibat penyakit atau masalah psikososial yang diderita. Di ruang ra"at inap geriatric #$UP% Dr. &ipto 'angunkusumo (akarta tahun )** didapatkan prealensi imobilisasi sebesar 33,+ dan pada tahun )**- sebesar 3-,.
ejala dan Penyebab
-. #asa Lema Lemah, h, sering seringkal kalii disebab disebabkan kan oleh oleh00 'alnutrisi, gangguan elektrolit, tidak digunakannya otot, anemia, gangguan neurologis, atau miopati. ). #asa #asa 1ak 1aku u diseb disebab abka kan n oleh oleh 0 2steoarthritis, penyakit Parkinson, artritis reumathoid, gout, dan obat obatan anti psikotik. 3. #asa #asa %yeri %yeri dise diseba babk bkan an ole oleh h0 1elainan tulang 2steoporosis, osteomalacia, Paget4s disease, • metastase kanker tulang, trauma5 1elainan sendi 2steoartritis , 6rthritis rheumatoid, gout5 • 1elainan 2tot Polimialgia, pseudoclaudication5 • 7. 1etidak 1etidakseim seimban bangan gan diseba disebabka bkan n oleh0 oleh0 1elemahan, • faktor neurologis $troke, kehilangan reflek tubuh, neuropati karena • D', malnutrisi, gangguan estibular5 8ipotensi orthostatic • 2bat obatan Diuretik, 6nti hipertensi, %euroleptik, ant idepresan5 • . ang anggu guan an fung fungsi si kogn kognit itif if
1omplikasi Imobilisasi
-. 9rombosis0 salah satu gangguan askular perifer yang penyebabnya bersifat multifactorial. 1ondisi imobilisasi akan menyebabkan terjadinya akumulasi leukosit teraktiasi dan akumulasi 9rombosit yang teraktiasi. 1ondisi tersebut menyebabkan gangguan pada sel:sel endotel dan juga memudahkan terjadinya trombosis.
). 1elemahan otot0 imobilisasi lama akan mengakibatkan atrofi otot dengan penurunan ukuran dan kekuatan otot. Penurunan kekuatan otot diperkirakan -:) persen sehari. 1elemahan otot pada pasien dengan imobilisasi seringkali terjadi dan berkaitan dengan penurunan fungsional, kelemahan, dan jatuh.
3. 1ontraktur otot dan sendi0 pasien yang mengalami tirah baring lama beresiko mengalami kontraktur karena sendi:sendi tidak digerakkan. 6kibatnya timbul rasa nyeri yang menyebabkan seseorang semakin tidak mau menggerakkan sendi yang kontraktur tersebut.
7. 2steoporosis0 timbul sebagai akibat tidak keseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang.
. Ulkus dekubitus0 pasien imobilisasi tidak bergerak pada malam hari karena tidak adanya gerakan pasif maupun aktif. ;aktor resiko timbulnya ulkus dekubitus ialah semua jenis penyakit dan kodisi yang menyebabkan seseorang terbatas aktiitasnya.
+. Infeksi saluran kemih0 aliran urin juga terganggu akibat tirah baring yang kemudian menyebabkan infeksi saluran kemih lebih mudah terjadi. Inkontinensia urin juga sering terjadi pada usia lanjut yang mengalami imobilisasi.
<. angguan nutrisi0 imobilisasi akan mempengaruhi sistem metabolic dan endokrin yang akibatnya akan terjadi perubahan terhadap metabilosme =at gi=i.
>. 1onstipasi dan skibala merupakan masalah utama pada usia lanjut dengan imobilisasi, karena akan menurunkan "aktu tinggal feses di kolon.
Upaya pencegahan komplikasi
Pencegahan timbulnya komplikasi dapat dilakukan dengan memberikan penatalaksanaan yang tepat terhadap imobilisasi. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan meliputi penatalaksanaan farmakologik dan %on farmakologik
-. %on ;armakologis Penatalaksanaan non farmakologis memegang peran penting dalam mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilisasi. ?erbagai upaya yang dapat dilakukan adalah dengan beberapa terapi fisik dan latihan jasmani secara teratur. Pada pasien yang mengalami tirah baring total, perubahan posisi secara teratur dan latihan di tempat tidur dapat mencegah terjadinya kelemahan dan kontraktur otot serta kontraktur sendi. $elain itu mobilisasi dini berupa turun dari tempat tidur, berpindah dari tempat tidur ke kursi dan latian fungsional dapat dilakukan secara bertahap. Latihan isometric secara teratur -*:)* dari tekanan maksimal selama beberapa kali dalam sehari dapat dilakukan untuk mempertahankan kekuatan isometric. Untuk mencegah terjadinya kontraktur otot dapat dilakukan latihan gerakan pasif sebanyak satu atau dua kali sehari selama )* menit. Untuk mencegah terjadinya decubitus, hala yang harus dilakukan adalah menghilangkan penyebab terjadinya ulkus yaitu bekas tekanan pada kulit. Untuk itu dapat dilakukan perubahan posisi lateral 3* derajat, penggunaan kasur anti decubitus atau menggunakan bantal berongga. Pada pasien dengan kursi roda dapat dilakuakan reposisi setiap jam atau diistirahatkan dari duduk. 'elatih pergerakan dengan memiringkan pasien ke kiri dan ke kanan serta mencegah terjadinya gesekan juga mencegah decubitus. Pemberian minyk setelah mandi atau mengompol dapt dilakukan untuk mencegah maserasi. Program latihan jasmani yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi pasien, berdasarkan ada tidaknya penyakit, status iobilisasinya, tingkat aktiitas, dan latihannya. Pasien yang baru sembuh dari penyakit akut tetapi masih belum banyak bergerak harus menghindari latihan jasmani yang berat secara tiba tiba.
1ontrol tekanan darah secara teratur dan pengguanan obat obatan yang menyebabkan penurunan tekanan darah serta mobilisasi dini perlu dilakukan untuk mencegah hipotensi. Latihan kekuatan otot serta kontraksi abdomen dan otot pada kaki menyebabkan aliran darah balik ena lebih efisien. 1husus untuk mencegah terjadinya thrombosis, dapat dilakukan kompresi intermitten pada tungkai ba"ah 9eknik tersebut meingkatkan aliran darah dari ena kaki dan menstimulasi aktiitas fibrinolitik. 1ompresi intermitten bebas dari efek samping tapi merupakan kontra indikasi pada pasien dengan ascular perifer. 'onitor asupan cairan dan makanan yang mengandung serat, perlu untuk mencegah terjadinya konstipasi dan malnutrisi pada pasien imobilisasi. Pemberian itamin dan mineral penting untuk pasien yang mengalami hipokinesis.
). ;armakologis Penatalaksanaan farmakologis yang diberikan sebagai salah satu upaya pencegahan komplikasi akibat imobilisasi, terutama pencegahan terhadap terjadinya thrombosis. Pemberian antikoagulan dapat diberi pada pasien geriatric dengan imobilisasi. Lo" dose heparin merupakan profilaksis yang aman untuk pasien geriatric dengan imobilisasi dan resiko thrombosis non pembedahan terutama stroke. %amun pemberian antikoagulan pada pasien geriatric perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan. Penurunan faal organ ginjaldan hati serta adanya interaksi obat terutama antara "arfarin dengan beberapa obat analgetik atau %$6ID merupakan hal yang harus amat diperhatikan.