TUGAS KOMUNITAS II ASPEK SPIRITUAL PADA LANJUT USIA
DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 : 1. Minarti Panjukang 2. Mita Puspitaningrum 3. Muhammad Alfauzi P 4. Nanda Yusril Rizal M 5. Niluh Putu Erikawati 6. Novita Juniati 7. Okta Fiyanti 8. Puput Istu Widodo 9. Putri Tiara Elsaby 10. Retno Wulandari 11. Rizka Ardania S
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2018
(S16166) (S16167) (S16168) (S16169) (S16170) (S16172) (S16173) (S16174) (S16175) (S16176) (S16178)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb. Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt. yang telahmelimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Aspek “ Aspek Spiritual Pada Lanjut Usia”. Usia ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II. Selama proses penyusunan makalah ini penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril, spiritual maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang ditemukan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Ns. Maula Mar’atus Solikhah, M.Kep M.Kep yang telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan makalah ini sekaligus sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II. Semoga Allah swt. membalas baik budi dari semua pihak yang telah berpartisipasi membantu penyusun dalam membuat makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya. Penyusun berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin… Wassalamu’alaikum wr.wb. Surakarta, 29 November 2018 Penyusun,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian spiritualitas Spiritual merupakan aspek yang di dalamnya mencakup aspek-aspek yang lain, yaitu fisik, psikologi dan sosial. Spiritualitas merupakan hubungan yang memiliki dua dimensi, yaitu antara dirinya, orang lain dan lingkungannya, serta dirinya dengan Tuhannya (Hamid, 2009). Spiritualitas merupakan hubungan yang memiliki dimensi-dimensi yang berupaya menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan dunia luar, menghadapi stres emosional, penyakit fisik dan kematian (Hamid, 2009). Spiritualitas lansia yang sehat dapat membantu lansia dalam menjalani kehidupan dan mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kematian. B. Karakteristik Spiritual Adapun karakteristik spiritualitas menurut Hamid (2009) meliputi : 1. Hubungan dengan diri sendiri (kekuatan dalam atau self-reliance) meliputi: pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya) dan sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri. 2. Hubungan dengan alam (harmoni) meliputi: mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabadikan dan melindungi melindungi alam. 3. Hubungan dengan orang lain (harmonis atau suportif) meliputi: berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, orang tua dan orang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat dll), dikatakan tidak harmonis apabila: konflik dengan orang lain, resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi. 4. Hubungan dengan ketuhanan (agamais atau tidak agamais) meliputi: sembahyang atau berdoa atau meditasi, perlengkapan keagamaan dan bersatu dengan alam (Hamid, 2009) C. Faktor yang memepengaruhi spiritualitas Menurut Taylor dan Craven & Hirnle dalam Hamid, faktor penting yang dapat mempengaruhi Spiritual seseorang adalah: 1. Tahap perkembangan
Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, ses eorang harus memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa Spiritual tidak memiliki makna bagi seseorang. 2. Peranan keluarga penting dalam perkembangan Spiritual individu. Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama, tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana individu mempunyai pandangan, pengalaman tehadap dunia yang diwarnai diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya. 3. Latar belakang etnik dan budaya Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. 4. Pengalaman hidup sebelumnya Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi Spiritual sesorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut. Peristiwa dalam kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia menguji imannya. 5. Krisis dan perubahan Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalam spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan bahkan kematian, khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fiskal dan emosional. 6. Terpisah dari ikatan spiritual Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan. 7. Isu moral terkait dengan terapi Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan.
D. Peran dan Proses Keperawatan dalam Spiritualitas Menurut Undang-undang Kesehatan No.23 tahun 1992 bahwa Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat, 2008): 1. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
2. Peran Sebagai Advokat Klien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan
yang
diberikan
kepada
klien,
juga
dapat
berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian. 3. Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah mendapatkan pendidikan kesehatan.
4. Peran Koordinator Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Peran Kolaborator Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi, atau bertukar pendapat dalam bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran Konsultan Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran Pembaharu Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai s esuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Untuk itu diperlukan sebuah metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan, yang dilakukan secara sitematis yaitu dengan pendekatan proses keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Berikut ini akan diuraikan mengenai proses keperawatan pada aspek spiritual (Hamid, 2008): a. Pengkajian Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek spiritual memerlukan hubungan interpersonal yang baik dengan pasien. Oleh karena itu pengkajian sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan orang terdekat dengan pasien, atau perawat telah merasa nyaman untuk membicarakannya. Pengkajian yang perlu dilakukan meliputi: 1) Pengkajian data subjektif Pedoman pengkajian yang disusun oleh Stoll (dalam Kozier, 2005) mencakup a) konsep tentang ketuhanan, b) sumber kekuatan dan harapan, c) praktik agama dan ritual, dan d) hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
2) Pengkajian data objektif Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi, Pengkajian tersebut meliputi: a) Afek dan sikap Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis atau preokupasi? b) Perilaku Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau buku keagamaan? dan apakah pasien seringkali mengeluh, tidak dapat tidur, bermimpi buruk dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama?
c) Verbalisasi Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau topik keagamaan lainnya?, apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama? dan apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian? d) Hubungan interpersonal Siapa pengunjung pasien? bagaimana pasien berespon terhadap pengunjung? apakah pemuka agama datang mengunjungi pasien? Dan bagaimana pasien berhubungan dengan pasien yang lain dan juga dengan perawat? e) Lingkungan Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya? apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan apakah pasien memakai tanda keagamaan (misalnya memakai jilbab?).
b. Diagnosa Keperawatan Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dalam melaksanakan alternatif ibadah sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan klien merasa lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah sholat. Tujuan : Kebutuhan spiritual dapat terpenuhi yaitu dapat melakukan sholat dalam keadaan sakit c. Perencanaan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai ibadah sholat sholat 2. Ajarkan pada klien cara sholat dalam keadaan berbaring 3. Ajarkan tata cara tayamum 4. Ajarkan kepada klien untuk berzikir 5. Datangkan seorang ahli agama
d. Implementasi
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut : 1.
Mengkaji tingkat pengetahuan klien mengenai ibadah sholat sholat
2. Mengajarkan pada klien cara sholat dalam keadaan berbaring 3. Mengajarkan tata cara tayamum 4. Mengajarkan kepada klien untuk berzikir 5. Mendatangkan seorang ahli agama
e. Evaluasi Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan tercapai apabila secara umum pasien : 1) mampu beristirahat dengan tenang, 2) mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan, 3) menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama, 4) mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya, dan 5) menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan kecemasan. E. Koping 1. Loss/Kehilangan Kehilangan pribadi
adalah
segala
kehilangan
signifikan
yang
membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi ditemui, diraba, didengar, diketahui atau dialami. Tipe dari kehilangan mempengaruhi tingkat distress. Reaksi kehilangan, ditandai dada merasa tertekan, bernafas pendek dan rasa tercekik. 2. Berduka/Grieving Duka cita bermakna kesedihan yang mendalam disebabkan karena kehilangan seseorang yang dicintainya (misal kematian). Menurut Cowles dan Rodgers (2008), duka cita dapat digambarkan sebagai
berikut : Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubah-ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu: a. Menolak (denial) b. Marah (anger) c. Tawar-menawar (bargaining) d. Depresi (depression) e. Menerima (acceptance) Respon dukacita dibagi menjadi dua, yaitu: a. Dukacita Adaptif Duka cita adaptif termasuk proses berkabung, koping, interaksi, perencanaan, dan pengenalan psikososial. b. Duka cita Terselubung Duka cita terselubung terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan yang tidak atau tidak dapat dikenali, rasa berkabung yang luas,atau didukung secara sosial. 3. Menjelang ajal/dying Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju akhir. Lahir, menjelang ajal dan kematian bersifat universal. Adapun lingkungan menjelang ajal seseorang adalah : a. Rumah sakit perawatan akut b. Perawatan jangka panjang c.
Hospice
d.
Perawatan di rumah
4. Kematian/death Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir akhir dari kehidupan.
Kematian adalah adalah realitas yang sering
terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita.
BAB III A. Kesimpulan Spiritualitas sering digunakan secara sinonim dengan agama atau religiositas tetapi secara aktual dapat dibedakan dari hal tersebut. Spiritualitas berhubungan dengan keyakinan internal seseorang dan pengalaman pribadi dengan tuhan, sedangkan sedangkan agama hanya satu cara untuk mengepresikan aspek dari dalam keyakinan pribadi seseorang. Agama atau religiositas lebih berhubungan dengan ibadah, praktik komunitas, dan perilaku eksternal. Kebutuhan spiritual dapat dipenuhi dengan tindakantindakan keagamaan seperti berdoa atau pengakuan dosa, tetapi banyak dari kebutuhan-kebutuhan tersebut yang dipenuhi hanya dengan hubungan antar-manusia. B. Saran Percaya pada kehiupan atau masa depan ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri. Kekuatan yang timbul dari diri seseorang mebantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai sebagai pengalaman yang
positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas.
DAFTAR PUSTAKA Hamid, Achir Yani. 2008. 2008. Buku Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Keperawatan . Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Stanley, Mickey dan patricia gauntlet beare. 2008. Buku ajar keperwatan gerontik. edisi II. Jakarta: EGC. Young & Koopsen. 2009. Spritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan. Medan: Bina Media Perintis.