Analisis Akuntansi Jasa Marga
I.
Second triangle – Accounting analysis How’s the accounting reporting in JSMR ?, Is(are) there t here any possibility(es) the accounting method(s) currently used will make the accounting report bias? If any, do a recasting of the financial statement. (Use 3 years historical data) -
-
Bagaimana pelaporan laporan keuangan JSMR ? Laporan keuangan konsolidasi Jasa Marga telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia yang mencakup Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). Laporan keuangan konsolidasi jasa marga disusun berdasarkan asas akrual dengan menggunakan konsep historis kecuali untuk beberapa akun yang disajikan dengan pengukuran lain sebagaimana telah diuraikan. Laporan keuangan arus kas konsolidasi disusun dengan metode langsung dengan menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang diklasifikasikan dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Mata uang yang digunakan dalam laporan keuangan adalah mata uang rupiah yang merupakan mata uang fungsional kelompok usaha. (Ikhtisar Kebijakan Akuntansi Signifikan – hal.19) Perubahan kebijakan akuntansi jasa marga berserta dampaknya terhadap laporan keuangan : 1. Terdapat Perubahan Kebijakan Akuntansi terhadap Aset JORRS. Perusahaan telah mengubah kebijakan akuntansi untuk Aset JORRS yang dihapuskan pada bulan Mei tahun 2013 dan salah satu entitas anak juga melakukan perubahan akuntansi atas pengakuan beban dan uang muka proyek. Sesuai dengan PSAK 25 “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan”, Perusahaan telah menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Perubahan ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2014 dan tidak menyebabkan signifikan atas kebijakan akuntansi serta tidak berdampak material terhadap jumlah yang dilaporkan di laporan keuangan konsolidasi. 2. PSAK 24 revisi 2013 berlaku efektif mulai tahun 2015. Terdapat tiga perubahan pokok dalam PSAK 24 revisi 2013 yaitu cara perhitungan beban pensiun, pengakuan keuntungan dan kerugian aktuaria serta pengungkapan. Dampak Terhadap Laporan Keuangan Perseroan PSAK 24 revisi 2013, mensyaratkan beban biaya jasa lalu karyawan aktif tidak dapat lagi diamortisasi sepanjang masa kerja karyawan, tapi harus langsung dibebankan pada tahun berjalan. Penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) memiliki dampak signifikan pada l aporan keuangan konsolidasi. konsolidasi. Perseroan menggunakan kebijakan yang baru untuk mengakui keuntungan atau kerugian aktuarial, yaitu langsung seluruhnya melalui pendapatan komprehensif lainnya. Oleh karena itu, laporan keuangan konsolidasi pada tanggal31 Desember 2014 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut dan laporan posisi keuangan tanggal 1 Januari 2014/31 Desember 2013 disajikan kembali. 3. Penerapan PSAK 46(Revisi 2013), “Pajak Penghasilan”
-
Efektif tanggal 1 Januari 2015, Perseroan telah menerapkan PSAK 46 (Revisi2013), “Pajak Penghasilan”. Poin penting yang ada adalah pengaturan pajak final dan hal khusus dihilangkan, serta ditambahkan pajak tangguhan aset tidak disusutkan dan properti investasi. PSAK 46 (Revisi 2013) menggunakan konsep akrual dalam mengakui beban, aset dan kewajiban perpajakan. Sehingga berdampak dengan setiap penghasilan harus tetap diperhitungkan dampak pajak yang harus dibayarkan di masa mendatang atau telah dibayarkan pada masa sekarang. 4. Perubahan Format Laporan Laba Rugi Komprehensif. Adanya revisi PSAK I tentang penyajian laporan keuangan yang berlaku efektif tahun 2015, untuk memenuhi secara penuh standar akuntansi PSAK 1 tersebut, Perseroan perlu merekonstruksi ulang format laporan laba rugi dengan menyesuaikan format di PSAK I Standar Akuntansi Keuangan. Hal ini telah sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan VIII.G7 No. KEP-347/BL/2012 terkait pos utama dalam laporan laba rugi yang harus disajikan secara terpisah dan pos utama untuk beban operasi perusahaan harus digabung dan disajikan tersendiri. Dampak Perubahan format Laporan Laba Rugi Komprehensif berpengaruh terhadap format pelaporan keuangan, tetapi tidak berpengaruh terhadap angka yang ada dalam Laporan Keuangan. 5. Perubahan Metode Amortisasi Perseroan Menurut PSAK 19 tentang Aset Tak berwujud, metode amortisasi yang digunakan harus mencerminkan pola pemakaian Perseroan atas manfaat ekonomi masa depan atas aset yang diharapkan oleh entitas. Maka atas hal tersebut, mulai tanggal 1 Januari 2015, Perseroan mengubah metode amortisasi dari straight line ke unit of usage berdasarkan volume lalu lintas. Dengan berubahnya metode Amortisasi Aset Jalan Tol Perseroan, maka akan berdampak pada pencatatan Biaya Amortisasi Perseroan, yang tersaji dalam Laporan Keuangan Konsolidasi Perseroan Tahun 2015. Kesimpulan Hal-hal yang menyebabkan laporan keuangan bias adalah perubahan atas kebijakan akuntansi dan transaksi material yang terjadi selama periode pelaporan. Terkait perubahan atas kebijakan di atas, perusahaan telah melaporkan perubahan tersebut secara spesifik dan telah melakukan penyesuaian atas perubahan kebijakan tersebut ke dalam laporan keuangan konsolidasi perusahaan. sehingga, menurut kami perusahaan telah melaporkan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan kebijakan dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dan tidak ditemukannya bias atas perubahan tersebut di laporan keuangan konsolidasi perusahaan.