Satu Tahun Yang Berharga Saya, Melliza Xaviera Putri Yulian, seorang mahasiswi yang bertempat tinggal di daerah Jakarta Timur dan berasal dari Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 21 Jakarta Timur lulusan tahun 2016. Mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter memang sudah menjadi impian saya dari kecil. Sebuah citacita yang terbilang sederhana dan mainstream. Entah kenapa kenapa dari kecil hingga sekarang saya tidak pernah pernah mempunyai keraguan terhadap cita-cita saya sa ya ini. Ketika orang-orang mulai berpindah dan memiliki beberapa cita-cita. Saya tetap teguh terhadap pendirian saya ini. Mungkin ketika kecil saya belum mengerti apa yang harus dilakukan untuk dapat menjadi seorang dokter. Namun, ketika keti ka mulai menduduki bangku SMA saya baru mengerti susahnya untuk menjadi seorang dokter. Dimulai dari penjurusan di SMA yang mengharuskan saya memasuki jurusan IPA. Di saat jurusan IPA ini banyak sekali peminatnya. Tapi Alhamdulillah Allah SWT masih memberikan kemudahan bagi saya untuk mengerjakam tes penempatan jurusan ini. Dan alhasil saya dapat memasuki kelas IPA yang sangat berperan besar dalam pelajaran pelajaran di kedokteran. Setelah mendapatkan penempatan di kelas IPA, bukan merupakan suatu penentu bahwa kehidupan saya di SMA akan berakhir baik dalam mencapai cita-cita saya untuk menjadi dokter. Di sana, sa ya tetap harus meraih nilai dengan maksimal sekaligus mempertahankannya atau kalau bisa, saya harus dapat meningkatkannya. Sehingga saya dapat memasuki universitas dan jurusan yang saya inginkan yaitu FKUI tanpa harus mengikuti ujian lainnya. Cara ini terbilang susah susah gampang karena hanya tinggal memasukkan nilai dan menunggu pengumuman. Ini adalah melalui SNMPTN atau yang biasa disebut jalur undangan. Tapi kendalanya adalah, ada banyak sekali beribu orang yang ingin memasuki FKUI. Di pikiran saya, FKUI adalah tempat yang sangat hebat tetapi j uga susah untuk didapatkan. Hal itu dikarenakan oleh peringkat FKUI yang berada di puncak. puncak. Dan saya termotivasi untuk memasuki FKUI karena apabila orang bertanya dimana saya berkuliah dan ketika saya menjawab FKUI pasti orang itu langsung langsung mengapresiasi dan itu menjadi kebanggaan tersendiri untuk diri saya. Maka dari itu, setiap orang yang bercita-cita menjadi dokter akan memikirkan FKUI FKUI untuk menjadi tempat yang mereka tuju setelah masa SMA berakhir. Tentunya mereka juga melakukan persiapan nilai untuk itu. Tidak mungkin tidak ada orang yang mempunyai nilai yang lebih tinggi dari saya. Bahkan di dalam satu se kolah pun ada banyak orang yang menginginkannya. Maka dari itu, tidak jarang terjadi permasalahan anta r siswa hanya karena pilihannya di SNMPTN. Sehingga, di jalur ini saya dapat dikatakan pesimis dan sudah berfikir bahwa tidak mungkin saya mendapatkannya. Ketika hari pengumuman tiba, saya tidak ragu untuk membukanya. Karena, saya sudah pasrah dengan hasil apapun itu yang tertera. Dan ternyata benar, saya tidak diterima di FKUI. Di hari itu, memang pecah tangis saya. Entah kenapa hati sa ya yang tadinya ikhlas menjadi sangat kecewa. Namun, untungnya saya langsung cepat sadar bahwa tidak ada gunanya saya bersedih hati lagi. Memangnya dengan bersedih hasilnya akan berubah? Maka dari itu, saya langsung berfikir tentang cara apalagi yang dapat dapat saya tempuh untuk dapat masuk ke FKUI. Saat itu, hal yang pertama kali terbesit te rbesit di pikiran saya tentunya adalah SBMPTN. Melalui jalur tertulis ini, mungkin saya dapat meraih cita-cita saya. Namun, menjawab soal-soal ini tidaklah seperti menjawab soal ujian nasional yang sudah terbilang sulit. Di SBMPTN ini s oal-soal yang di tampilkan sangatlah sulit. Sehingga, biasanya siswa siswi la innya akan mengikuti bimbingan belajar khusus untuk mempersiapkan SBMPTN. Waktu demi waktu, hari demi hari, saya lalui. Hingga tidak terasa hari pelaksanaan SBMPTN itu pun datang. Memang benar soal-soalnya sangatlah sulit. Hingga soal TPA-nya pun tidak dapat saya isi seluruhnya. Karena itu, saya yakin tidak akan akan diterima melalui jalur itu. Dan ternyata benar, saya tidak diterima lagi untuk kedua kalinya. Di saat teman saya dari satu SMA ada yang diterima di FKUI. Namun, guru-guru di bimbingan belajar saya selalu memotivasi saya untuk tetap belajar demi jalur masuk terakhir yang bisa saya sa ya tempuh yaitu SIMAK UI. Tetapi, soal yang diujikan, terkenal lebih sulit lima kali lipat dari soal SBMPTN yang sudah saya anggap saya sulit. Sebesar apapun semangat saya untuk SIMAK, tetaplah tidak dapat memasukkan saya ke FKUI. Jadi, pupus sudah semua harapan sa ya untuk masuk ke dalam FKUI. Namun, kala itu saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta 2016. Sehingga satu tahun saya habiskan untuk menimba ilmu di sana. Tekad sa ya masih tetap bulat untuk dapat menjadi bagian dari FKUI. Sehingga, saya mencoba untuk mengikuti SBMPTN 2017. Tetapi, belajar untuk dua hal yang berbeda sangatlah sulit. Disamping saya harus tetap mempertahankan nilai semester saya di UPN, saya juga harus terus menambah ilmu saya untuk SBMPTN. Di saat kawan saya yang ingin mengikuti SBMPTN lagi bergabung dengan bimbingan belajar khusus SBMPTN lagi. Saya memutuskan untuk fokus di pelajaran universitas saya. Alhasil, untuk SBMPTN 2017 ini saya hanya
mempersiapkannya dari 5 hari sebelum SBMPTN diselenggarakan. Untungnya, soal kali ini dapat terbilang lebih mudah dari tahun lalu. Namun, dikarenakan persiapan saya kurang, saya tetap tidak dapat menyelesaikannya dengan maksimal. Untuk kali ini, saya tetap saja merasa pesimis. Tetapi, Allah SWT memanglah baik. Saya diterima di FKUI melalui jalur SBMPTN 2017. Satu keluarga langsung bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga, dengan tidak ada keraguan saya memutuskan untuk meninggalkan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta dan memulai kehidupan perkuliahan saya di Universitas Indonesia. Memang sedikit sulit untuk meninggalkan FKUPN. Karena di sana saya tentun ya sudah mendapatkan kawan yang terbilang sangat dekat dengan saya. Ketika saya pertama kali tahu bahwa saya diterima, hal pertama yang saya pikirkan adalah bagaimana cara saya untuk dapat memberi tahu sahabat sahabat saya ini. Namun, tetap saja cepat atau lambat mereka pun akhirnya mengetahui. Dan tangisan pun pecah diantara kami. Entah apa yang saya pikirkan kala it u. Mungkin saya memikirkan berbagai kenangan indah yang sudah didapatkan selama satu tahun di FKUPN. Tetapi, hidup harus tetap berjalan. Semua kenangan itu biarlah menjadi sebuah kenangan indah dan saya harus tetap melanjutkan kehidupan saya yang baru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Karena ba gaimanapun itu adalah cita cita saya dan keluarga saya. Namun, perjuangan saya belum selesai sampai di sini. Saya masih harus menyelesaikan studi saya di FKUI selama kurang lebih enam setengah tahun sampai saya benar-benar menjadi seorang dokter. Maka dari itu, saya harus sudah memiliki rencana tentang apa yang akan saya lakukan beberapa tahun mendatang. Dimulai dari setahun mendatang, seperti mahasiswa normal lainnya, saya akan mulai memupuk ilmu dengan maksimal sebagai bekal untuk mendapatkan IPK yang tinggi. Lalu, tiga tahun mendatang pasti sa ya sudah mulai disibukkan dengan pembuatan skripsi dan lain-lain untuk dapat melaksanakan wisuda. Dilanjutkan oleh menjadi coass di rumah sakit yang sudah bermitra dengan FKUI dua tahun setelah itu. Dan tentunya tujuh tahun lagi saya akan sudah mendapatkan gelar dokter apabila ti dak ada masalah. Untuk itu, saya harus dapat menjalankan pendidikan dokter saya semaksimal mungkin dan mematuhi segala peraturan yang ada agar target waktu kelulusan yang sudah saya idam idamkan dapat terwujud. Tidak lupa, setelah saya sudah sah menjadi seorang dokter, saya sudah memiliki rencana untuk selanjutnya menikah. Walaupun jodoh itu di tangan Tuhan, tidak ada yang tahu siapa dan kapan kita akan dipersatukan dengan jodoh kita. Tapi tidak apa kan bila saya ingin memiliki target untuk diri saya sendiri. Dan setelah itu saya akan langsung mendaftarkan diri saya ke program spesialis tepatnya sepuluh tahun mendatang. Program spesialis yang sudah ada di dalam pikiran saya yang nantinya akan saya pilih adalah spesialis bedah, lebih tepatnya bedah tumor. Memang banyak orang yang mengatakan bahwa spesialis tersebut dapat dibilang langka untuk didambakan para perempuan. Biasanya perempuan lebih memilih untuk menjadi dokter kecantikan atau dokter anak. Namun, menurut saya kedua spesialis tersebut bukan merupakan keahlian saya. Orang tua saya pun sebenarnya heran mengapa anaknya ini memilih untuk menjadi dokter spesialis bedah tumor. Namun, kakak saya yang sudah lebih dulu menjadi mahasiswa kedokteran mengatakan bahwa nantinya, ketika sa ya sudah mulai memasuki masa coass, ia yakin bahwa cita cita saya tersebut pasti akan mulai tergoyahkan. Karena di saat itu, saya akan mulai mengerti mengenai pengelompokkan dan gambaran akan pekerjaan apa saja yang harus dilakukan oleh masing masing dokter spesialis. Setelah saya menjadi mahasiswa FKUI, banyak sekali pertanyaan yang ditujukan kepada saya dari adik adik kelas saya. Mereka bertan ya mengenai kiat kiat apa saja yang saya terapkan dalam perjuangan saya untuk dapat masuk ke dalam keluarga besar FKUI. Ketika ditanya seperti itu, saya juga tidak dapat memastikan apa hal yang memiliki peranan terbesar dalam keberhasilan saya ini. Yang saya ingin sampaikan hanyalah, perjuangan menuju FKUI tidaklah mudah. Termasuk saya haying harus menunggu kurang lebih satu tahun untuk dapat memasukinya. Namun, apabila kita selalu berdoa meminta kepada Tuhan serta dibarengi oleh usaha yang maksimal, kemungkinan besar FKUI akan dapat ditaklukkan. Dan satu lagi selama kalian memiliki waktu untuk mengerjakan suatu hal, kerjakan saat itu juga. Jangan ada kata “nanti”. Karena sesungguhnya menunda adalah suatu hal yang merupakan awal dari sebuah kegagalan.