1
TEKNOLOGI SEBAGAI ELEMEN PERILAKU ORGANISASI MUH. ZAINAL ABSTRAK Teknologi adalah salah satu elemen penting dalam perilaku organisasi. Artikel menganalisis hakikat dari perilaku organsiasi dan elemen teknologi dan menganalisis hubungan antara elemen teknologi terhadap perilaku organisasi. Pengkajian dan pembahasan maklaah berusah menkomparasikan beberapa pandangan terhadap teknologi dan perilaku organisasi kemudian dengan menggunakan pendekatan penelitian literatur menghubungkan antara pengaruh teknologi terhadap perilaku organisasi baik secara individu maupun kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa Teknologi merujuk pada informasi, peralatan, teknik, dan proses yang di butuhkan untuk mengubah masukan menjadi keluaran dalam organisasi. Teknologi juga dapat diterapkan pada segala macam organisasi. Pada teknologi yang dibahas terdapat tiga tipologi Woodward, Perrow, dan Thompson. Masing-masing tipologi mempunyai kegunaan yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Teknologi berpengaruh terhadap perilaku organisasi, tetapi bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh. Pengaruh teknologi terhadap perilaku lebih terasa pada perilaku individu dan kelompok dalam organisasi dalam bentuk akomodasi terhadap perubahan, komunikasi non-fisik, mengurangi pengawasan, dan pemangkasan hirarki organisasi. Selain itu juga mempengaruhi variasi tugas dari individu, kemudahan analisis setiap persoalan yang muncul, meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja, meningkatkan kualitas pelayanan yang sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat serta memperoleh keunggulan bersaing melalui penggunaan Teknologi IT. Sementara itu juga terkait dengan sikap dan perilaku seperti persepsi, motivasi, dan sikap terhadap penggunaan teknologi. Key words: teknologi, perilaku oganisasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Faktor manusia adalah merupakan faktor utama dalam suatu organisasi. Akan tetapi di samping elemen manusia, elemen lingkungan, kepemimpinan dan teknologi juga turut mempengruhi perilaku. Hal tesebut yang menjadikan kajian perilaku organisasi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Kajian perilaku organisasi berarti menitik beratkan kajiannya pada perilaku orang-orang sebagai unsur pokok dalam suatu organisasi dan perilaku
2
tersebut membawa pengaruh terhadap organisasi. Oleh karena itu organisasi sebagai wadah di mana di dalamnya terdapat interaksi serta rangkaian aktivitas kerjasama antara dua orang atau lebih dengan fasilitas tertentu yang terpadu dalam suatu hubungan yang teratur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka perlu melakukan kajian terhadap perilaku setiap orang yang melakukan interaksi tersebut agar perilakunya merupakan perilaku positif dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Perilaku organisasi menurut Davis
dan
Newstrom
(dalam Dharma,
1997:5), adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orangorang bertindak di dalam organisasi”. Jadi perilaku organisasi sesungguhnya tergantung dari bagaimana perilaku individu dan perilaku kelompok dalam suatu organisasi.
Sehingga
untuk
melakukan
analisis
terhadap
faktor
yang
mempengaruhinya, maka kajiannya adalah pada level perilaku individu dan perilaku kelompok dalam organisasi itu. Sementara Robbins (2005:12) mengemukakan pendapatnya mengenai perilaku organisasi yaitu bidang ilmu yang menyelidiki dampak dari pengaruh individu, kelompok dan struktur dalam organisasi terhadap perilaku orang-orang yang terlibat di dalamnya yang bertujuan untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam meningkatkan efektivitas 1 organisasi. Unsur dan elemen yang dikaji menurut Lindsay & Patrick : (1996) adalah orang, struktur, teknologi dan lingkungan, dimana organisasi tersebut berkedudukan dan jangkauan operasionalnya sebagai elemen kunci dari organisasi yang juga dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Kajian perilaku organisasi pada makalah ini di arahkan pada elemen teknologi yang ditinjau dari aspek internal dan eksternalnya. Dalam konteks teknologi sebagai penerapan pengetahuan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis (Kast, 1995; 316) menjadi elemen penting yang juga turut serta mepengaruhi perilaku organisasi baik perilaku kelompok maupun perilaku individu. Teknologi dalam pembahasan sebenarnya lebih banyak mengarah kepada penggunaan alat sebagai faktor produksi padahal juga dalam aspek tertentu terkait dengan pengetahuan yang kemudian banyak mempengaruhi perilaku organisasi.
3
Selain itu Kast (1995; 310) menegaskan bahwa sebenarnya elemen teknologi itu juga terkait dengan maka variabel di mana keterlibatan manusia dalam proses pelaksanaan kegiatan organisasi menjadi kajian dalam hubungannya dengan aspek struktur organisasi, yang biasanya diwujudkan dalam suatu hubungan yang bersifat formal hirarkis, untuk memungkinkan orang-orang yang terlibat bekerja bersama secara harmonis, dinamis dan bertanggung jawab. Realitas menunjukkan bahwa sebuah organisasi dapat berlangsung secara efektif jika memperhatikan semua elemen penting yang mempengaruhinya, termasuk elemen teknologi. Apalagi jika di kaitkan dengan aspek perilaku dalam organisasi di mana elemen teknologi menjadi sangat penting untuk diperhatikan agar dapat memepengaruhi perilaku individu maupun kelompok dalam organisasi sehingga dapat mengarah kepada produktivitas dan kinerja individu dan kelompok dalam organisasi. Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas hal yang berkaitan dengan sejauh mana elemen tekhnologi berpengaruh terhadap perilaku organisasi yang lahir dari perilaku individu dan perilaku kelompok dalam suatu organisasi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas yang menguraikan secara ringkas terhadap esensi dari elemen teknologi dalam hubungannya dengan perilaku organisasi, maka rumusan masalah di uraikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hakikat perilaku Organisasi 2. Bagaimanakah hakikat Teknologi sebagai elemen penting dari organisasi? 3. Apakah elemen teknologi memiliki hubungan dengan perilaku organisasi? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui Hakikat perilaku Organisasi 2. Untuk mengetahui Hakikat Teknologi sebagai elemen penting dari organisasi
4
3. Untuk mengetahui hubungan antara elemen teknologi pembentukan perilaku organisasi
dalam
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Elemen Teknologi dalam Organiasi 1.
Teknologi Pemahaman terhadap batasan teknologi masih sangat beragam sehingga
masih sulit untuk menetapkan definisi yang tepat untuk mengklarifikasi bahasan yang di ajukan berkaitan dengan objek tertentu atau disebut sebagai sebuah pengetahuan, alat-alat, teknik dan kegiatan yang digunakan untuk mengubah input menjadi output. Generalisasi ini diperoleh dari beberapa definisi yang di ajukan oleh beberapa pakar diantranya adalah pendapat Harahap, (1982 : 1357) bahwa teknologi adalah ilmu yang menyelidiki cara-cara kerja di dalam tehnik dan ilmu pengetahuan yang digunakan dalam pabrik-pabrik dan industri- industri serta didefinisikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan industri bangunan, mesin- mesin dan sebagainya (Salim, 1985 : 2015). Definisi dan batasan teknologi ini lebih menitik beratkan pemahaman pada aspek hasil atau produk dari ilmu pengetahuan dalam bentuk mekanisasi sebagai alat atau tools untuk melakukan suatu kegiatan pada perusahaan dan industri. Definisi ini sejalan dengan pandangan Sudarsono, (1993 : 216) bahwa teknologi adalah ilmu pengetahuan mengenai pembangunan dan industri. Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaituscience dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam 5 interaksinya satu terhadap lainnya. Teknologi tidak dapat dipisahkan dari sains (Sardar, 1987, 161) yaitu sarana pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar (1987, 161) suatu peradaban tidak dapat mempertahankan struktur-struktur
6
politik dan sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan budayanya. Sebagai perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains membentuk lingkungan fisik, intelektual dan budaya serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh suatu peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar (1987, 161) adalah sarana yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya. Sedangkan rekayasa, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) menyangkut hal pengetahuan objektif (tentang ruang, materi, energi) yang diterapkan di bidang perancangan (termasuk mengenai peralatan teknisnya). Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains. Seringkali diadakan pemisahan, bahkan pertentangan antara sains dan penelitian ilmiah yang bersifat mendasar (basic science and fundamental) di satu pihak dan di pihak lain sains terapan dan penelitian terapan (applied science and applied research). Namun, satu sama lain sebenarnya harus dilihat sebagai dua jalur yang bersifat komplementer yang saling melengkapi, bahkan sebagai bejana berhubungan; dapat dibedakan, akan tetapi tidak boleh dipisahkan satu dari yang lainnya (Djoyohadikusumo 1994, 223). Teknologi, menurut Capra (2004, 106) seperti makna ‘sains’, telah mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur Yunani, yaitu technologia, yang diperoleh dari asal kata techne, bermakna wacana seni. Ketika istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di abad ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’ atau pertukangan, dan berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri. Pada abad ke-20, maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin, tetapi juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut Capra (2004, 107) menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai ‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan.
7
Akan tetapi, dijelaskan oleh Capra (107) teknologi jauh lebih tua daripada sains. Asal-usulnya pada pembuatan alat berada jauh di awal spesies manusia, yaitu ketika bahasa, kesadaran reflektif dan kemampuan membuat alat berevolusi bersamaan. Sesuai dengannya, spesies manusia pertama diberi namaHomo habilis (manusia terampil) untuk menunjukkan kemampuannya membuat alat-alat canggih. Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia. Dari pandangan semacam itu, kemudian teknologi berkembang lebih jauh dari yang dipahami sebagai susunan pengetahuan untuk mencapai tujuan praktis atau sebagai sesuatu yang dibuat atau diimplementasikan serta metode untuk membuat atau mengimplementasikannya. Dua pengertian di atas telah digantikan oleh interpretasi teknologi sebagai pengendali lingkungan seperti kekuasaan politik di mana kebangkitan teknologi Barat telah menaklukkan dunia dan sekarang telah digunakan di era dunia baru yang lebih ganas. Untuk memperjelas statement tersebut, kita coba menelaah teknologi secara lebih dalam lagi. Melihat substansi teknologi secara lebih komprehensif, yaitu konsepsi teknologi dari kerangka filsafat. Teknologi menurut Gorokhov (1998) secara konseptual memiliki tiga makna prinsip, yaitu, (1) teknologi (secara teknis) sebagai agrerat dari semua artifak-artifak manusia yang dipergunakan, mulai dari perkakas sampai dengan sistem teknologis kompleks yang berskala besar; (2) teknologi sebagai agregat dari seluruh aktivitas teknis, penemuan yang bersifat invention (penciptaan) dan discovery (penemuan), riset dan pengembangan, dan tahapan-tahapan dalam penciptaan teknologis yang berhasil, serta penyebarannya ke masyarakat secara
8
luas; dan (3) teknologi sebagai agregat dari keseluruhan pengetahuan teknis, mulai dari teknik yang sangat khusus dan praktik-praktiknya sampai pada sistem teknologis-saintifik teoretis termasuk pengetahuan mengenai perekayasaan (engineering
knowlodge)
dan know-how-nya.Dengan
demikian,
teknologi,
menurut Gorokhov (1998), didefinisikan sebagai studi mengenai hubungan antara umat manusia dan dunia yang dimanifestasikan dalam pandangan teknologis dunia, studi mengenai fenomena teknologis sebagai keseluruhan, menempatkan teknologi dalam perkembangan masyarakat sebagai keseluruhan (dan bukan hanya perkembangan teknologi yang terisolasi), dan dalam dimensi historis, antara restrospektif dan prospektif. Tujuan dari studi teknologi menurut Gorokhov (1998) terutama difokuskan pada sains teknis atau perekayasaan, produksi teknis, aktivitas, dan pengetahuan sebagai fenomena kebudayaan; dan pengembangan kesadaran teknologis, terutama pemahaman diri dari engineer dan teknisi dalam praktik perekayasaan dan pengetahuan teknis. Pandangan yang hampir mirip dengan Gorokhov (1998), digagas
oleh
Quintanilla
(1998)
berkaitan
denganTechnological
Progress hubungannya dengan Filsafat Teknologi. Quintanalla (1998) membagi pandangan dalam filsafat teknologi dalam tiga pandangan, yaitu pandangan kognitif, pandangan instrumental dan pandangan praksiologis. Masing-masing pandangan tersebut akan diikuti oleh perubahan dan kemajuan teknologi yang berbeda. Dalam pandangan kognitif, teknologi merupakan bentuk pengetahuan praktis berbasiskan sains yang mengarahkan kita untuk mendesain artifak secara efisien untuk memecahkan masalah praktis. Perubahan teknologis terutama memproduksi lebih jauh riset aplikasi saintifik dan pengembangan pengetahuan teknologis.
Sedangkan
kemajuan
teknis
konsisten
dengan
peningkatan
pengetahuan dan tergantung, pada ekstensi yang luas, dalam kemajuan (Quintanilla 1998). Dari pandangan instrumental, teknologi adalah set dari artifak-artifak yang secara intensif didesain dan diproduksi untuk melaksanakan fungsi dan pemuas kebutuhan manusia. Perubahan teknologi dalam pandangan instrumental
9
konsisisten dengan peningkatan kuantitas dan beragam artifak. Sedangkan kemajuan technological didefinisikan sebagai fungsi kuantitas dan kepentingan dari kebutuhan manusia yang dapat memuaskan mereka dalam perangkat teknologis yang dapat dipakai (Quintanilla 1998). Pandangan ketiga, yang merupakan pendekatan yang dilakukan oleh Quintanilla (1996) dalam Quintanilla (1998), yaitu dari pendekatan praksiologis, dasar dari entitas teknologis bukanlah sistem pengetahuan (pandangan kognitif) maupun set dari artifak (pandangan instrumental), tetapi lebih merupakan sistem yang kompleks yang dibentuk dari artifak-artifak ditambah dengan penggunanya atau intentional operator. Dari pandangan tersebut, Quintanilla (1998) dapat membuat karakterisasi dari sistem teknologis sebagai sistem-sistem aksi yang secara intensional diorientasikan pada transformasi objek konkret agar memperoleh, dalam tingkat efisiensi, hasil yang bernilai. Perubahan teknologis konsisten dalam mendesain dan memproduksi sistem teknik yang baru dan dalam pengembangan yang berkaitan dengan efisiensi. Sedangkan kemajuan teknologis dapat
diinterpretasikan
sebagai
kenaikan
kekuasaan
manusia
dalam
mengendalikan realitas. Sistem teknisnya yang baru dan lebih efisien diaplikasikan pada bagian yang baru dan lebih luas dari realitas yang berarti kapasitas tertinggi untuk melakukan adaptasi realitas bagi kepuasan manusia. Dari pandangannya mengenai praksiologis tersebut, Quintanilla (1998) kemudian memberikan inti dari kemajuan teknologis. Pertama, Tujuan teknologi adalah untuk meningkatkan kekuasaan manusia dalam mengendalikan dan menciptakan realitas. Kedua, Pengembangan teknologis memiliki dimensi ganda, yaitu inovasi dan efisiensi. Ketiga, dalam mengkarakterisasikan kemajuan teknis sebagai peningkatan kekuasaan manusia terhadap realitas, strategi yang perlu dilakukan secara konsisten adalah dengan mendefinisikan fungsi kemajuan teknologis yang dikombinasikan dengan inovasi dan efisiensi. Yang menjadi masalah dalam pemikiran Quintanalla (1998) adalah akhir dari artikelnya tersebut, ketika teknologi dihadapkan dengan masalah moral. Menurutnya, tidak ada kaitan antara teori kemajuan teknologis dan pertanyaan yang berkaitan dengan nilai-nilai moral, ekonomi, sosial, dan lainnya. Menurut
10
Quintanalla (1998), hal tersebut jelas dalam dua hal; pertama, penjelasan tujuan sistem teknis adalah komponen esensial dari definisi sistem teknis itu sendiri. Kedua, konsekuensi praktis berkaitan dengan teori standar kemajuan teknologis (yang telah dijelaskan di atas) tidak hanya diakibatkan dari tingkat inovasi dan efisiensi teknis saja, tetapi kondisi material kehidupan manusia. Pemikiran filosofis dari teknologi yang dilakukan Quintanalla (1998) tersebut, adalah bentuk dari tercerabutnya nilai-nilai dalam kebudayaan manusia sekaligus terpisahnya teknologi dari ibu kandungnya, yaitu sains. Bahkan ditegaskan oleh Gorokhov (1998): Jika kita berpikir tentang teknologi sebagai penciptaan lingkungan baru (“a second nature”), kemudian di sana terdapat tiga fase pengembangan teknologi modern: kaitan teknologi pada sains, kaitannya dengan ekonomi, dan kaitannya dengan lingkungan. Filsafat teknologi baru harus mulai dikembangkan sebagai pengembangan scientific-technological tersendiri dengan memasukkan filsafat lingkungan, termasuk filsafat pembangunan berkelanjutan. Kritik nilai dan moral terhadap teknologi bukannya tidak dilakukan dari kalangan Barat sendiri. Diingatkan Van Melsen (1985, 111) bahwa selama ini manusia kurang belajar bagaimana hidup dengan teknologi, sehingga mereka terkesan lebih sebagai hamba teknologi daripada sebagai tuannya. Oleh Mumford (1977) dalam Mangunwijaya (1985), dikatakan semua ini berawal dari transformasi radikal seluruh kehidupan manusia, yang sebagian besar dipengaruhi oleh pertemuan antara matematika dan fisika dengan teknologi. Yaitu pergeseran dari teknik empiris berdasar tradisi ke suatu cara eksperimental, yang berkembang menjadi bom atom, pesawat supersonik, informasi sibernetik (komputasi), komunikasi jarak jauh, yang perkembangannya ditempuh dalam waktu relatif pendek, dari perkembangan teknologi sebelumnya. Van
Melsen
(1985,
111)
mengemukakan
bahwa
terdapat
tiga
kemungkinan yang menyebabkannya. Pertama, belum sempurnanya teknologi, atau kedua, teknologi telah menimbulkan bentuk-bentuk praksis lain yang mengharuskan kita belajar dalam hubungan sosial yang baru; atau ketiga,
11
disebabkan juga karena lemahnya refleksi filosofis dan etis atas bentuk-bentuk baru di bidang ilmu pengetahuan dan praksis beserta implikasinya. Dengan demikian teknologi adalah merupakan suatu ilmu terapan yang dapat menghasilkan rancangan langkah instrumental untuk memperkecil keraguan mengenai hubungan sebab akibat dalam mencapai hasil yang diharapkan (Rogers dalam Seels, Richey, 1994 : 12). Selain itu dapat pula dipahami bahwa teknologi adalah proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk , produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem (Miarso, 2007 : 62). Karena itu dapat dikatakan bahwa teknologi meliputi seluruh proses transformasi yang terjadi dalam organisasi, menyangkut mesin-mesin yang digunakan, pendidikan dan keahlian karyawan, serta prosedur kerja yang digunakan dalam pelaksanaan seluruh kegiatan (Lubis & Husaini : 1987 : 96). Teknologi didefinisikan sebagai pengetahuan, alat-alat, teknik, dan kegiatan yang digunakan untuk mengubah input menjadi output. Karena itu dapat dikatakan bahwa teknologi meliputi seluruh proses transformasi yang terjadi dalam organisasi, yang juga menyangkut mesin-mesin yang digunakan, pendidikan dan keahlian karyawan, serta prosedur kerja yangdigunakan dalam pelaksanaan seluruh kegiatan.
12
2.
Teknologi dalam Organiasi Kast (1995; 289) mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan
teknologi organisasi adalah teknik yang dipakai dalam transformasi infut menjadi output. Olehnya itu maka pengkajian teknologi organisasi memuat dua klasifikasi umum yaitu tingkat kompleksitas teknologi yang digunakan dalam organisasi dan apakah teknologi yang digunakan itu stabil atau dinamis (Kast, 1995; 298). Hal ini dimaksudkan karena kompleksitas sebuah teknologi akan membawa pengaruh yang berbeda terhadap organisasi. Demikian pula aspek dinamis atau tidaknya suatu teknologi. Sehingga pembahasan Teknologi Organisasi dilakukan dengan membedakan organisasi menjadi dua jenis, yaitu Organisasi perusahaan manufaktur dan Organisasi perusahaan non-manufaktur. Perusahaan Manufaktur, Menurut Woodward (Lubis, 2009) ada tiga teknologi produksi yaitu (1) Pembuatan produk tunggal, (2) Produksi masal (Teknologi mass produk) dan (3) Produksi menurut proses, produk dihasilkan oleh proses yang berjalan otomatis. Perusahaan Non Manufaktur, Menurut James Thompson
(lubis 2009)
mengelompokkan teknologi menjadi, (1) Teknologi perantara, (2) Teknologi rangkaian panjang, terdiri dari tahapan-tahapan yang berurutan dan (3) Teknologi insentif, kumpulan dari berbagai jenis layanan khusus. Penelitian dari Universitas Aston di Birmingham (dalam Lubis 2009), merumuskan skala pengklasifikasian teknologi organisasi sebagai berikut, 1. Otomatisasi peralatan, persentasi kegiatan yang dilakukan oleh mesin. 2. Fleksibilitas aliran kegiatan, fleksibilitas peralatan yang digunakan dalam kegiatan. 3. Ketelitian evaluasi proses, pengukuran secara kuantitatif. Dari berbagai penelitian mengenai teknologi dapat ditarik kesimpulan hubungan teknologi dengan struktur ternyata bersifat terbatas dan bahwa pengaruh teknologi terhadap struktur terasa pada bagian dari suatu organisasi ataupun pada organisasi yang ukurannya kecil. Sementara itu struktur suatu organisasi terutama pada organisasi besar, merupaka hasil akhir dari berbagai macam pengaruh yaitu pengaruh teknologi, ukuran, dan lingkungan organisasi. Oleh karena itu, maka dalam merencanakan desain dari suatu organisasi berukuran besar, sebaiknya
13
organisasi besar itu dipandang sebagai suatu rangkaian bagian yang masing masing dipengaruhi oleh teknologi dengan cara yang berbeda beda. Teknologi dalam aplikasinya sangat beragam. Dalam bidang kajian manajemen dan administrasi pemanfaatan teknolgi juga sangat mendukung keberhasilan sebuah organisasi. Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa teknologi adalah merupakan salah satu elemen dasar dari suatu organisasi. Dalam konteks organisasi teknologi meliputi perancangan dan praktek yang dapat digunakan untuk melayani konsumen, mengobati pasien dan membuat produk berkualitas tinggi. Teknologi dari suat organisasi mempengaruhi aliran kerja, struktur, sistem dan filosofi dengan cara signifikan. (Ivancevic dkk, 2005; 7). Dalam pandangan ini teknologi lebih diterjemahkan sebagai sebuah benda atau tools yang dapatmembantu menjalankan tugas keorganisasian. Dalam konteks organisasi publik maka pemanfaatan teknologi adalah untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada publik. Hal ini juga berarti terkait dengan aliran kerja, struktur, sistem dan filosofi dari pelayanan publik oleh organisasi publik. Skema-skema pengaruh teknologi sebagai elemen penting organisasi diuraikan berdasarkan penelitian Woodward, Perrow dan Thomson (dalam Robinson, 1994). Istilah teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi mengubah input menjadi output. Setiap organisasi paling tidak memiliki satu teknologi untuk mengubah sumber daya finansial, SDM, dan sumber daya fisik menjadi produk atau jasa (Pennings, 1992) Kajian dalam penelitian mereka mengarah kepada kesimpulan bahwa teknologi dalam organisasi merujuk pada informasi, peralatan, teknik, dan proses yang di butuhkan untuk mengubah masukan menjadi keluaran dalam organisasi. Beberapa hasil penelitian yang menunjukkan tetnang pengaruh teknologi terhadap organisasi secara rinci dapat dilihat dari bebrapa konstribusi Woodward, Perrow dan Thomson (Robinson, 1994) Pendapat dari Woodward, Harvey dan Thompson memiliki denominator yang sama yakni dari segi kerutinannya. a.
Kontribusi Woodward Penelitian yang dilakukan oleh Woodward berfokus pada teknologi
produksi, dia telah memilih kurang lebih 100 perusahaan manufaktur di Inggris
14
selatan.besaran perusahaan tersebut berbeda, ada yang memiliki kurang dari dua ratus lima puluh pegawai sampai lebih dari seribu pegawai.Ia mengumpulkan data yang memungkinkannya menghitung berbagai cara mengukur struktur: jumlah tingkat hierarki dan sebagainya.ia juga mengumpulan data finansial dari setiap perusahaan (keuntungan, penjualan, pangsa pasar, dan sebagainya) yang memberi kesempatan kesempatan kepadanya untuk mengklasifikasikan perusahaanperusahaan tersebut sebagai diatas rata-rata, rata-rata, atau dibawah rata-rata dalam hubungannya dengan keberhasilan atau keefektifan organisasi.Ia ingin mencari adakah korelasi antara bentuk sruktural dengan keefektifan? Hipotesisnya diambil dari petunjuk klasik adalah terdapat bentuk optimum mengenai struktur organisasi yang menimbulkan keefektifan organisasi. Hasil penelitian Woodward (dalam Robinson, 1994) menemukan bahwa terdapat: 1. Hubungan yang jelas antara klasifikasi teknologi tersebut dan struktur selanjutnya dari perusahaan, 2. Keefektifan organisasi ada kaitannya dengan “kesesuaian” antara teknologi dan struktur. Misalnya tingkatan diferensiasi verikal meningkat dengan adanya kompleksitas teknis. Tingkat median bagi perusahaan yang berada pada kategori unit, mass, process adalah 3, 4, dan 6.Temuan Woodward didukung oleh Edward Harvey, (dalam Robinson, 1994) yang berasumsi bahwa teknologi yang lebih khusus memberikan lebih sedikit masalah yang membutuhkan pemecahan baru, atau yang inovatif dibandingkan teknologi yang tersebar atau yang kompleks. Harvey membagi organisasi industri menjadi technically diffuse (mirip produksi unit) technically intermediate (mirip mass-production) technically specific (mirip process production). b.
Kontribusi Perrow Perrow
(dalam Robinson, 1994) lebih memperhatikan teknologi
pengetahuan daripada teknologi produksi,ia mendifinisaikan teknologi sebagai “tindakan yang dilakukan seorang individu terhadap sebuah objek, dengan atau tanpa bantuan alat atau perlengakapan mekanis, untuk membuat perubahan
15
tertentu pada objek tertentu”. Perrow (dalam Robinson, 1994) memperkirakan 2 dimensi dasar dari teknologi pengetahuan yaitu: 1. task variability pengecualian tersebut sedikit jika pekerjaan itu mempunyai tingkat rutinitas yang tinggi contoh tukang cat 2. problem analyzability Menilai jenis prosedur pencarian yang diikuti untuk mendapatkan metode yang berguna agar dapat memberikan respon secara memadai terhadap pengecualian tugas berkisar antara well define (keputusan berdasarkan pertimbangan formal) dan ill define (pertimbangan yang belum pernah diambil sebelumnya). Perrow (dalam Robinson, 1994) menyatakan bahwa metode control dan koordinasi harus bervariasi sesuai dengan jenis teknologi, makin rutin teknologinya makin tinggi organisasi tersebut disruktur.S ebaliknya teknologi non-rutin membutuhkan fleksibilitas struktural yang lebih besar yang diklasifikasi teknologi yaitu: 1. routine dengan formalisasi yang tinggi, sentralisasi tinggi, rentang kendali lebar, kordinasi & kontrol dilakukan dengan perencanaan dan peraturan yang kaku 2. engineering dengan formalisasi yang rendah, sentralisasi tinggi, rentang kendali moderat, kordinasi & kontrol dengan rapat dan laporan 3. craft dengan formalisasi yang moderat, sentralisasi rendah, rentang kendali moderat-lebar, kordinasi & kontrol dengan rapat dan pelatihan 4. nonroutine denga formalisasi yang rendah, sentralisasi rendah, rentang kendali moderat-sempit, kordinasi & kontrol dengan rapat kelompok dan norma. c.
Kontribusi Thomson Thomson (dalam Robinson, 1994) ingin menunjukkan bahwa teknologi
menentukan pemilihan strategi untuk mengurangi ketidakpastian dan bahwa pengaturan
struktur
yang
spesifik
dapat
membantu
dikuranginya
ketidakpastian.Thomson (dalam Robinson, 1994) membagi teknologi menjadi 3 yaitu:
16
1. long-linked technology yang mempunyai ciri saling ketergantungan sekuensial dan kompleksitas serta formalisasi yang moderat 2. mediating technology yang mempunyai ciri saling ketergantungan antar terkelompok dan kompleksitas rendah serta formalisasi tinggi 3. intensive technology yang mempunyai ciri saling ketergantungan resiprokal dan kompleksitas tinggi serta formalisasi rendah Rogers (1995) menunjukkan bahwa proses difusi teknologi baru atau inovasi dikaitkan dengan lima atribut bahwa teknologi tertentu atau inovasi: (1) keuntungan relatif, didefinisikan sebagai "sejauh mana suatu inovasi dianggap sebagai lebih baik daripada theidea itu menggantikan" , dianggap menjadi positif terkait dengan difusi. (2) Kompatibilitas, didefinisikan sebagai "sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai theexisting, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan pengadopsi potensial", dianggap menjadi kecepatan todiffusion positif terkait (3). Kompleksitas, didefinisikan sebagai "sejauh mana suatu inovasi dianggap sebagai tounderstand relatif sulit dan penggunaan", dianggap menjadi negatif terkait dengan difusi (4) kemampuan Trial,. didefinisikan sebagai "sejauh mana inovasi dapat akan bereksperimen dengan di limitedbasis a ", dianggap secara positif berhubungan dengan difusi (5) observability., didefinisikan sebagai" sejauh mana hasil dari suatu inovasi yang terlihat oleh orang lain ", ispresumed secara positif berhubungan dengan difusi. Secara terperinci Kast (1995) mengemukakan bahwa teknologi apat membawa dampak pada teknik organisasi, struktur, sistem psikososial dan berdampak pada sistem manajerial. Dampak pada aspek teknis organisasi berkaitan langsung dengan sasaran-sasaran dan nilai-nilai organisasi. Sementara pada aspek struktur organisasi di mana teknologi menjadi faktor determinan utama dalam garis produksi, yang mana pada aspek ini juga membawa dampak terhadap sistem psikososial sebagai faktor yang menentukan tugas dan spesialisasinya termasuk besaran dan komposisi dari kelompok kerja. Pembagian spesialisa dan kelompok kerja dalam organisasi ini terkait dengan sistem sampai pada staf dan bawahan.
17
B. Perilaku Organisasi Perilaku organisasi merupakan terjemahan dari organizational Behavior. Perilaku organisasi merupakan studi menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Dia meliputi aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia atau sebaliknya. Tujuan praktis dari penelahaan studi ini adalah untuk mendeterminasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempengaruhi usaha pencapaian tujuan organisasi. Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatu organisasi serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi) Robbins & Timothy A. Judge (2010:7). Robbins (1994:7) telah mengemukakan pengertian perilaku organisasi sebabagi berikut: Organizational behavior is field of study that investigated the impact that individuals, groups, and structure have on behavior within organization for the purpose of applying such knowledge toward improving an organization’s effectiveness. Dan ditegaskan bahwa perilaku organisasi adalah bidang studi yang mempelajari dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan tujuan mengaplikasikan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki efektivitas organisasi (Robbins, 1996) Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat digaris bawahi beberapa hal berkaitan dengan perilaku organisasi yaitu: 1. Perilaku organisasi menjelaskan perilaku dari orang-orang yang beroperasi di level individu, kelompok, atau organisasi. 2. Perilaku
organisasi
merupakan
pendekatan
multidisiplin
yang
menggunakan prinsip dari berbagai ilmu. 3. Berorientasi pada manusia. Perilaku, persepsi, kemampuan, perasaan adalah penting bagi organisasi. 4. Berorientasi kinerja. Tentang bagaimana kinerja ditingkatkan. 5. Lingkungan luar organisasi berpengaruh ke dalam organisasi.
18
6. Metode ilmiah penting untuk mengenali perilaku organisasi secara sistematis. 7. Perilaku organisasi orientasi aplikasi yang berbeda. Perhatiannya adalah pada menyediakan jawaban tentang permasalahan organisasi. Kajian faktor manusia ini memang mengarah pada kajian yang memeiliki kerumitan tersendiri, terlebih-lebih jika kajian itu mengarah kepada aspek psikologi manusia yang mempengaruhi perilakunya. Sementara hal ini (perilaku) juga turut berpengaruh terhadap suatu organisasi. Akan tetapi menjadi penting untuk juga dipahami bahwa pembicaraan tentang perilaku dalam konteks psikologi organisasi memiliki kekhasan tersendiri dengan kajian psikologi individu dalam konteks perilaku. Cumming (1978; 92), dalam “Toward Organizational Behavior” menyebutkan bahwa perbedaan antara perilaku organisasi dengan psikologi organisasi di mana psikologi organisasi membatasi kontruksi penjelasannya pada multidisiplin dan tingkah laku manusia dalam lingkungan organisasi meskipun keduanya menjelaskan perilaku orang-orang dalam organisasi. Perilaku Organisasi, sesungguhnya terbentuk dari perilaku-perilaku individu yang terdapat dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu, sebagaimana telah disinggung pengkajian masalah perilaku organisasi jelas akan meliputi atau menyangkut pembahasan mengenai perilaku individu. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ruang lingkup kajian ilmu perilaku organisasi hanya terbatas pada dimensi internal dari suatu organisasi (Keith Davis & John W. Newstrom,1993). Dalam kaitan ini, aspek-aspek yang menjadi unsur-unsur, komponen atau sub sistem dari ilmu perilaku organisasi antara lain adalah: motivasi, kepemimpinan, stres dan atau konflik, pembinaan karir, masalah sistem imbalan, hubungan komunikasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, produktivitas dan atau kinerja (performance), kepuasan, pembinaan dan pengembangan organisasi (organizational development), dan sebagainya (Lawer E E and Porter L W 1968). Menurut Larry L. Cummings (Thoha, 2005), perbedaan dari perilaku organisasi dengan disiplin ilmu lain yang erat hubungannya dengan ilmu perilaku adalah sebagai berikut:
19
1. Perbedaan antara perilaku organisasi dengan psikologi organisasi, antara lain: psikologi organisasi membatasi konstruksi penjelasannya pada tingkat psikologi saja, akan tetapi perilaku organisasi konstruksi penjelasannya berasal dari multi disiplin. Kesamaan keduanya ialah kedua bidang tersebut menjelskan perilaku orang-orang di dalam suatu organisasi. 2. Perbedaan antara perilaku organisasi dengan teori organisasi didasarkan pada dua perbedaan antaranya unit analisisnya dan pusat variabel tak bebas. Perilaku organisasi dirumuskan sebagai suatu studi dari tingkah laku individu dan kelompok di dalam suatu organisasi dan penerapan dari ilmu pengetahuan tertentu. Teori organisasi adalah studi tentang susunan, proses, dan hasil-hasil dari organisasi itu sendiri. 3. Perbedaan antara perilaku organisasi dengan personnel dan human resources adalah, bahwa perilaku organisasi lebih menekankan pada orientasi konsep, sedangkan personnel dan human resources (P&HR) menekankan pada teknik dan teknologi. Variabel-variabel tak bebas, seperti misalnya tingkah laku dan reaksi-reaksi yang efektif dalam organisasi, seringkali muncul pada keduanya. P&HR nampaknya berada pada permukaan antara organisasi dan individu dengan menekankan pada pengembangan dan pelaksanaan sistem pengangkatan, pengembangan, dan motivasi dari individu-individu di dalam suatu organisasi. Menurut Davis dan Newstorm (1985), ada empat model perilaku organisasi yang menunjukkan evolusi pemikiran dan perilaku pada bagian manajemen dan manajer. Empat model atau kerangka kerja organisasi adalah: 1. Otokratis – Dasar dari model ini adalah kekuatan dengan orientasi manajerial otoritas. Para karyawan pada gilirannya berorientasi terhadap ketaatan dan ketergantungan pada bos. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah subsisten. Hasil kinerja minimal. 2. Kustodian – Dasar dari model ini adalah sumber daya ekonomi dengan orientasi manajerial uang. Para karyawan pada gilirannya berorientasi pada keamanan dan manfaat dan ketergantungan pada organisasi. Kebutuhan
20
karyawan yang terpenuhi adalah keamanan. Hasil kinerja adalah kerjasama pasif. Mendukung – Dasar dari model ini adalah kepemimpinan dengan orientasi manajerial dukungan. Para karyawan pada gilirannya berorientasi terhadap prestasi kerja dan partisipasi. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah status dan pengakuan. Hasil kinerja terbangun drive. 3. Kolegial – Dasar dari model ini adalah kemitraan dengan orientasi manajerial kerja sama tim. Para karyawan pada gilirannya berorientasi ke arah perilaku yang bertanggung jawab dan disiplin diri. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah aktualisasi diri. Hasil kinerja adalah antusiasme moderat. Indik (Soedijanto, 1980) menyatakan bahwa untuk menganalisis suatu organisasi sebagai suatu sistem sosial dapat dilakukan dengan menganalisis komponen: (1) taksonomi (sistem) organisasi; (2) struktur organisasi; (3) proses organisasi; dan (4) individu yang terlibat dalam organisasi. Menurut Ginting (Rosa, 2001), agar organisasi sebagai suatu sistem sosial dapat bergerak dinamis maka diperlukan aspek kepemimpinan yang berkaitan dengan keempat komponen lainnya. Komponen kepemimpinan memiliki peranan yang lebih spesifik dan menjadi lebih kompleks apabila organisasi menjadi lebih formal. Seluruh komponen organisasi, yaitu kepemimpinan dan empat komponen lainnya saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan organisasi dan terdiri atas beberapa variabel yang dapat mempengaruhi tingkat dinamika organisasi. 1.
Perilaku Individu Perilaku individu adalah segala hal yang dilakukan seseorang, baik yang
dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi keberadaannya (prestasi) dan lingkungannya ( rekan kerja, pimpinan, dan organisasi). Hal ini berarti bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang jelas akan memberi dampak pada lingkungan sekitarnya (Arifin, 2003). Perilaku pada dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, perilaku pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan Tujuan tertentu tidak selalu diketahui secara sadar oleh seorang individu. Perangsang-perangsang yang memotivasi pola-pola perilaku individu tertentu
21
sampai suatu tingkat tertentu adalah di bawah sadar dan karenanya tidak mudah diperiksa dan dinilai (Moekijat, 2002:14). Secara umum, Agarwala (1993:284) mengemukakan bahwa perilaku manusia meliputi tiga elemen yaitu: (1) behaviour is caused by needs; (2) needs create tension and discomfort; and (3) behaviour is goal oriented. Satuan perilaku yang pokok adalah kegiatan. Sesungguhnya semua perilaku merupakan serentetan kegiatan-kegiatan. Untuk meramalkan perilaku, manajer atau pimpinan harus mengetahui motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan orang apakah yang menyebabkan timbulnya suatu kegiatan tertentu pada suatu waktu tertentu
(Moekijat, 2002:15). Menurut teori-teori behavioristik yang
menekankan studinya tentang perilaku, setiap perilaku dirangsang oleh kebutuhan primer tertentu, dan kalau kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka tidak akan terjadi proses belajar. Dilain pihak, teori kognitif berpendapat bahwa proses belajar dapat terjadi tanpa dipenuhinya kebutuhan tertentu (Sarlito, 2002:84). Perilaku individu dapat bersifat positif (membangun) dan sebaliknya juga dapat bersifat negatif (merugikan). Jadi perilaku individu merupakan suatu perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu atau cara ia bertindak terhadap suatu kegiatan dengan menggunakan keterlampilan atau otak mereka. Adanya keterlampilan tidak terpisah dari latar belakang atau pengetahuan. Di dalam suatu organisasi perilaku individu mencerminkan setiap perilaku manajer terhadap bawahannya dimana jika ia memperlakukan bawahannya denagn baik maka suatu hubungan antara bawahan dan atasan terjalin dengan baik pula sehingga jalinan kerjasama di dalam organisasipun bisa berjalan dengan baik. Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007) Perilaku individu adalah sesuatu yang dikerjakan seseorang, seperti berbicara dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja, menyusun laporan, mengetik memo, menempatkan unit barang ke dalam gudang dan lain sebagainya. 2.
Perilaku Kelompok Meskipun organisasi terdiri atas individu-individu, mereka bekerja untuk
mencapai tujuan, namun jarang sekali mereka dapat bekerja secara individu. Untuk mencapai tujuannya, sebagian besar dari mereka membentuk sebuah
22
kelompok (group), yang merupakan bagian terkecil dari sistem sosial organisasi (Arifin, 2003). Perilaku kelompok juga menekankan bahwa perilaku dalam suatu kelompok menjelaskan
adalah cara berfikir untuk memahami persoalan-persoalan secara
nyata
hasil
penemuan,
berikut
dan
tindakan-tindakan
pemecahannya. Pada dasarnya keanggotaan kelompok dapat mengubah perilaku individu, pengaruh kelompok ini dapat membuat anggotanya melakukan hal – hal dalam organisasi yang tidak akan dilakukannya jika mereka sendiri. Keanggotaan kelompok ini dapat juga mempengaruhi perilaku anggotanya bila tidak ada anggota lain disekitarnya. Pengaruh terhadap perilaku ini besar sekali terutama dalam kelompok yang mempunyai rasa kebersamaan yang tinggi (Gibson, Ivancevich, Donnely, 1997). Arah yang ditempuhnya sebagian besar tergantung dari norma – norma yang ada dalam kelompok tersebut ( Jewell, LN; Siegall M, 1990 ). Perilaku individual, perilaku dalam kelompok disebabkan oleh faktorfaktor yang dapat diidentifikasi. Seseorang masuk dalam suatu konteks yang terstruktur dan perilakunya sebagian adalah produk dari kekuatan-kekuatan yang mengalir dari konteks ini (Melcher, 1994:15). Berdasarkan atas pengertian tersebut, maka perilaku kelompok
dapat
diartikan sebagai semua sikap atau tingkah laku yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling tergantung dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama di dalam suatu kelompok atau organisasi. Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah (1) proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif, (2) proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komunikasi), dan (3) mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, permainan peranan, identifikasi, proyeksi, agresi, dan sebagainya. Pengertian tersebut lebih jelas dapat dipahami melalui teknik Transactional Analysis (TA) dalam ilmu komunikasi. (Lewis, 1989) Kompleksitas sebuah kelompok akan meningkat dengan bertambah besarnya ukurannya, meningkatnya saling ketergantungan dalam arus kerja, menurunnya tugas-tugas yang diprogram. Faktor-faktor ini dapat mengganggu
23
perilaku individual dan hubungan-hubungan dalam kelompok dan antar kelompok. Gejala-gejala yang lazim adalah menurunnya komitmen, macetnya komunikasi, dan meningkatnya konflik. Metode-metode yang spontan dan interaksi antar pribadi yang cukup memadai untuk koordinasi dan motivasi dalam organisasi sederhana, akan macet dengan meningkatnya kompleksitas (Melcher, 1994:21). Kompleksitas sebuah kelompok akan meningkat dengan bertambah besarnya ukurannya, meningkatnya saling ketergantungan dalam arus kerja, menurunnya tugas-tugas yang diprogram. Faktor-faktor ini dapat mengganggu perilaku individual dan hubungan-hubungan dalam kelompok dan antar kelompok. Gejala-gejala yang lazim adalah menurunnya komitmen, macetnya komunikasi, dan meningkatnya konflik. Metode-metode yang spontan dan interaksi antar pribadi yang cukup memadai untuk koordinasi dan motivasi dalam organisasi sederhana, akan macet dengan meningkatnya kompleksitas (Melcher, 1994:21). Pada tingkat individu, jika anggota merasa bahwa organisasi memenuhi kebutuhan dan karakteristik individualnya, ia akan cenderung berperilaku positif. Tetapi sebaliknya, jika anggota tidak merasa diperlakukan dengan adil, maka mereka cenderung untuk tidak tertarik melakukan hal yang terbaik (Cowling dan James, 1996) Untuk itu, ketika seseorang mempunyai ketertarikan yang tinggi dengan pekerjaan, seseorang akan menunjukkan perilaku terbaiknya dalam bekerja (Edwin Locke, 2009). Selanjutnya menurut Cowling dan James (1996), tidak semua individu tertarik dengan pekerjaannya. Akibatnya beberapa target pekerjaan tidak tercapai, tujuan-tujuan organisasi tertunda dan kepuasan dan produktivitas anggota menurun. Di lain pihak, organisasi berharap dapat memenuhi standar-standar sekarang yang sudah ditetapkan serta dapat meningkat sepanjang waktu. Masalahnya adalah cara menyelaraskan sasaran-sasaran individu dan kelompok dengan sasaran organisasi; dan jika memungkinkan, sasaran organisasi menjadi sasaran individu dan kelompok (Fathoni, Abdurrahmat, 2006). Untuk itu diperlukan pemahaman bagaimana orang-orang dalam organisasi itu bekerja serta
24
kondisi-kondisi yang memungkinkan mereka dapat memberikan kontribusinya yang tinggi terhadap organisasi. Menurut Teori Pengharapan, perilaku kerja merupakan fungsi dari tiga karakteristik: (1) persepsi anggota bahwa upayanya mengarah pada suatu kinerja (2) persepsi anggota bahwa kinerjanya dihargai (misalnya dengan gaji atau pujian) (3) nilai yang diberikan anggota terhadap imbalan yang diberikan. Menurut Vroom’s expectancy theory, perilaku yang diharapkan dalam pekerjaan akan meningkat jika seseorang merasakan adanya hubungan yang positif antara usahausaha yang dilakukannya dengan kinerja (Winardi, 2003). Perilaku-perilaku tersebut selanjutnya meningkat jika ada hubungan positif antara kinerja yang baik dengan imbalan yang mereka terima, terutama imbalan yang bernilai bagi dirinya. Guna mempertahankan individu senantiasa dalam rangkaian perilaku dan kinerja, organisasi harus melakukan evaluasi yang akurat, memberi imbalan dan umpan balik yang tepat.Pengaruh Kelompok Terhadap Perilaku Individu. Salah satu arti organisasi adalah sebuah kelompok yang besar dan mempunyai norma–norma yang mempengaruhi perilaku para anggotanya. Norma tersebut merupakan budaya yang kuat dari organisasi. Namun sebagian besar organisasi terlalu besar untuk menjadi kelompok yang mempunyai rasa kebersamaan yang tinggi dan sebagian besar norma – norma yang kuat untuk karyawan sebagai individu berasal dari kelompok formal maupun informal yang lebih kecil (Schein, Edgar H. 2012). Kelompok kerja yang mempunyai rasa kebersamaan yang tinggi, standar ini mungkin sama kuatnya ( atau bahkan lebih ) dibandingkan dengan aturan organisasi mengenai masuk kerja. Penyesuaian anggota kelompok dengan norma tersebut adalah bagian dari harga yang harus dibayar sebagai hasil dari diterima menjadi anggota kelompok tersebut ( Jewell, LN; Siegall M, 1990 ). Individu memberikan beragam kontribusi (contributions)-upaya, keahlian, kemampuan, waktu, kesetiaan, dan lain-lain untuk organisasi. Sebagai imbalan dari kontribusi-kontribusi ini, organisasi memberikan insentif (inducements) kepada individu. Sejumlah insentif, seperti gaji dan peluang pengembangan karir,
25
adalah balas jasa berwujud. Sedangkan, jaminan kerja dan status adalah insentif yang tidak berwujud (Niehouse O L 1986). Jika baik individu maupun organisasi merasa kontrak psikologis di antara mereka adil dan wajar, kedua belah pihak akan puas dan besar kemungkinan akan mempertahankan hubungan mereka. Sebaliknya, jika salah satu pihak melihat ketidakseimbangan atau ketidakadilan dalam kontrak, persepsi tersebut bisa memicu perubahan (Sumadi Suryabrata, 1990). Jadi, tantangan mendasar yang dihadapi organisasi, adalah mengelola kontrak psikologis. Organisasi harus memastikan bahwa karyawan menyediakan nilai untuknya. Pada saat yang sama, organisasi juga harus memastikan bahwa karyawan mendapatkan insentif yang memadai (Spector P. E. 1997). Kecocokan orang-pekerjaan (person-job fit) adalah sejauh mana kontribusi-kontribusi yang diberikan oleh seorang individu sesuai dengan insentifinsentif yang ditawarkan oleh organisasi. Kecocokan orang-pekerjaan jarang terjadi untuk beberapa alasan. Pertama, prosedur-prosedur seleksi organisasi yang tidak sempurna. Kedua, individu maupun organisasi berubah. Dan ketiga, karena setiap individu memiliki keunikan masing-masing (Massie, L. Josseph, 1983).
C. Kerangka Pikir
Perilaku Perilaku Individu Teknologi
Perilaku Organisasi Perilaku Kelompok
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
26
Salah satu elemen penting dari perilaku organisasi adalah tekhnologi di samping lingkungan organisasi, kepemimpinan, manusia dan struktur organisasi tersebut. Perilaku sebagai bentuk tingkah laku yang merupakan hasil dari perilaku baik pada tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatu organisasi dipengaruhi
oleh
elemen
teknologi.
Teknologi
dari
suatu
organisasi
mempengaruhi aliran kerja, struktur, sistem dan filosofi dengan cara signifikan yang mengarah kepada peningkatan kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi) yang merupakan bagian integral dari perilaku organisasi itu sendiri. Dengan teknologi maka manusia dalam suatu organisasi bai sebagai individu maupun kelompok akan berperilaku berdasarkan masukan dari teknologi.
27
BAB III METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini membahas tentang Konsepsi dan pembatasan masalah yang terkait dengan perilaku organisasi dan elemen teknologi. Kedua hal tersebut dianalissi dengan menggunakan studi literatur terhadap kedua pokok pembahasan tersebut kemudian melakukan analisis untuk mengetahui pengaruh antara elemen teknologi terhadap perilaku organisasi. Dengan demikia tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif. Hal yang dideskripsikan adalah variabel perilaku organisasi dan elemen teknologi. Kemudian dilakukan analissi untuk menemukan hubungan atau pengaruh dengan memabndingkan hasil deskripsi elemen teknologi dan perubahan perilaku organisasi baik dari perilaku individu maupun perilaku kelompok dalam organisasi. Setelah itu ditarik beberapa kesimpulan dengan menggunakan metode analisis deduktif dan induktif.
34
28
BAB IV PEMBAHASAN
Elemen teknologi sebagai elemen penting dari sebuah organisasi tentu mempengaruhi perilaku organisasi. Dalam bahasan ini teknologi dipandang secara umum tidak secara spesifik pada teknologi tertentu tetapi tetap akan diambil beberapa contoh dari pengaruh unit teknologi itu terhadap beberapa perilaku organsasi. Sebagaimana diketahui bahwa teknologi yang digunakan pada suatu organisasi mempunyai hubungan yang erat terhadap berbagai karakteristik organisasi seperti kualifikasi karyawan, struktur organisasi dan pola organisasi.
A. Kapabilitas Teknologi dan Perilaku Organisasi Simon (1970) mengindetifikasi bahwa jika organisasi modern sebagai organisasi yang sangat kompleks yang menyangkut hubungan yang kompleks dalam pencapaian tujuan organisasi yang berdimensi ganda meliputi, hubungan antara manusia-manusia, manusia-mesin, manusia-organisasi, mesin-organisasi, mesin-mesin dan organisasi—organisasi. Pandangan tersebut mendasari pada perlunya sebuah organisasi yang menggunakan teknologi mesin seperti komputer. Menurut Simon (1970) dengan pemanfaatan teknologi komputer akan meningkatkan efektifitas apabila keluaran nilainya lebih kecil dibanding dengan masukkan, menyatakan indeks pasif (proses pencatatan data) dengan indeks aktif (pemilihan dan penyaringan informasi) dan mengetahui model analitik dan sistematik dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan. Pandangan ini terkait dengan kemampuan organisasi dalam menentukan teknologi yang digunakannya yang harus menetukan beberapa faktor kapabilitasnya antara lain yang dirumuskan oleh Unescap (1989), Ramanathan (1993), Veloso (2000), dan Romijn (2001). Menurut Unescap kapabilitas teknologi terdiri dari tiga kemampuan independen, yaitu: kapabilitas produksi, kapabilitas investasi dan kapabilitas inovasi. Dengan demikian diketahui bahwa teknologi akan mempengaruhi kapabilitas organisasi baik dari aspek produksi investasi dan 35 inovasi.
29
Ramanathan (1993) merumuskan kapabilitas teknologi menjadi empat variabel endogen yaitu kapabilitas operasi, suportif, akuisitif dan inovatif. Sementara rumusan dari Veloso (2000) tentang kapabilitas teknologi pada sektor otomotif terdiri dari manufaktur, pendukung dan inovasi. Sedangkan Romijn (2001) merumuskan kapabilitas teknologi sektor IKM terdiri dari kapabilitas produksi, investasi dan inovasi. Analisis dan identifikasi terhadap semua variabel manifes yang membentuk kapabilitas teknologi mencakup beberapa variabel yaitu: kualitas, pengiriman dan lead time, biaya (harga), fasilitas/akses informasi, kerjasama (proyek), dukungan finansial, investasi riset dan pengembangan (R & D), fasilitas dan personil R & D, kemampuan perbaikan, inovasi produk/proses dan jumlah paten (Veloso, 2000). Berdasarkan kapabilitas teknologi tersebut maka pada suatu organisasi yang kompleks setiap bagian organisasi mempunyai teknologi yang jenisnya berbeda-beda disebabkan kenyataan bahwa setiap bagian organisasi melakukan kegiatan mengubah input menjadi output dengan teknologi yang berlainan. Hal ini juga sudah ditunjukkan oleh Perrow (dalam Robinson, 1994) yang menunjukkan adanya dua dimensi dari kegiatan kerja yang mempunyai relevansi terhadap struktur maupun kegiatan yang terjadi dalam suatu organisasi, yaitu : 1. Variasi tugas , menunjukkan banyaknya kekecualian dalam tugas yang diukur dengan banyaknya hal yang tak terduga dan hal yang baru yang terjadi dalam proses pekerjaan. 2. Kemudahan analisis, pekerjaan yang mudah dianalisis bisa diuraikan menjadi beberapa langkah yang jelas dan juga bersifat mekanistik sehingga bisa dijalankan dengan prosedur yang bersifat objektif dan terukur secara kuantitatif. Penyelesaian masalah menjadi mudah karena setiap langkah dalam proses terukur secara jjelas dan mudah diketahui jikan ada penyimpangan. Pengaruh teknologi di era globalisasi tidak bisa dipungkiri adanya. Proses globalisasi yang berjalan begitu cepatnya adalah karena adanya revolusi informasi. Hal ini juga yang mempengaruhi cara berpikir (mindset) ataupun berperilaku (behaviour) pada dunia bisnis dan organisasi. Sangat jelas bisa dilihat
30
bahwa organisasi bisnis pun bertumbuh kembang secara pesat dikarenakan teknologi paling baru yang diadopsi oleh organisasi bisnis. Tujuannya adalah efisiensi dan efektifitas kerja bagi perusahaan ataupun pelayanan terhadap konsumen. Mengelola teknologi merupakan tugas penting manajemen apapun. Ini merupakan elemen penting dari setiap unit. Pemilihan teknologi, pengadaan, pengoperasian instalasi, dan pemeliharaan adalah penting dan tidak ada kompromi harus dilakukan dalam pengadaan teknologi terbaru atau canggih. Berbagai sistem dan sub-sistem harus mendukung teknologi yang ada dalam organisasi. Berdasarkan pada teknologi, organisasi harus merumuskan struktur pekerjaan dan resultan pengadaan sumber daya manusia sehingga mereka saling melengkapi. (Rahmati, 1991) Perhatian yang memadai juga diberikan kepada industri jasa. Sebagai contoh bor yang sesuai, prosedur dipasang di industri rumah sakit untuk memastikan bahwa catatan pasien 'dipelihara dengan baik. Pada operasi baris dari semua sistem yang berhubungan dengan catatan masuk, pengobatan masa lalu, obat, ketersediaan tempat tidur, jadwal operasi dijaga agar tingkat pasien kepuasan dinaikkan. Dalam jumlah minimum hari, jumlah maksimum pasien harus dirawat. Berbagai proses yang diperlukan untuk mengatur fungsi-fungsi membentuk penting bagian dari industri jasa (Rahmati, 1991) Pengaruh industri dan besaran teknologi dan struktur merupakan konsep multidimensi. Akibatnya ada kemungkinan bahwa teknologi berhubungan dengan struktur, meskipun tidak secara langsung dan sederhana. Sebenarnya terdapat argumentasi logis untuk mendukung pemikiran bahwa industri dimana beroperasi dan besaran organisasi membaurkan hubungan kausal antara teknologi dan struktur. Dari segi Industri, organisasi pada industri apapun mungkin harus mengadopsi teknologi inti konvensional agar dapat bersaing. Jelaslah sebuah organisasi industri tidak memaksakan teknologi tertentu. Dari segi besaran “Besaran organisasi merupakan determinan (faktor pembeda) struktur yang kritis”. Kita dapat menyimpulkan dan menggambarkan integrasi hubungan industri – besaran – teknologi – struktur. Industri menghambat pilihan teknologi,
31
tetapi organisasi harus mencapai suatu besaran tertentu sebelum kemajuan dapat diperoleh dari keuntungan yang ditawarkan oleh teknologi yang lebih kompleks.
B. Teknologi Informasi dan Perilaku Organisasi Implementasi dari teknologi informasi pada suatu organisasi bisnis mau tidak mau akan membawa dampak terhadap perilaku organisasi. Oleh karena itu perhatian terhadap pengaruh teknologi ini terhadap aktifitas dan perilaku organisasi perlu serius. Dan hal ini tentunya dimaksudkan untuk mendukung penerapan teknologi agar dapat berjalan dengan baik dan selaras dengan apa yang dibutuhkan oleh manajemen organisasi bisnis tersebut. Jika teknologi dilihat dari perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang sangat pesat dewasa ini memberikan banyak kemudahan pada berbagai aspek kegiatan organisasi (Cushing,1993;
Murdick.et.al,1997;
Mc.Leod.R.J,1997;
Grace,2000;
Nur
Indriantoro,2000; Baridwan, 2000 dalam Halim, 2000; Hall,2001). Peranan TI dalam berbagai aspek kegiatan bisnis dapat dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan sistem informasi dengan penggunaan komputer, TI dapat memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat (Wilkinson dan Cerullo,1997). Menurut Mc. Farlan (1983); Rockart (1998) dalam Nur Indriantoro (2000); dan Syam (1999), penerapan TI bagi perusahaan mempunyai peranan penting dan dapat menjadi pusat strategi bisnis untuk memperoleh keunggulan bersaing. Selanjutnya, Downing (1993);Trisnawati (1998);Syam (1999) juga menyebutkan bahwa saat ini TI sudah menjadi kebutuhan dasar bagi setiap perusahaan terutama dalam menjalankan segala aspek aktifitas organisasi. De Lone (1981); Morgan (1996) dalam Syam (1999); Martin dan Merle.P (1995), menyatakan bahwa penggunaan TI bagi suatu perusahaan ditentukan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah karakteristik pengguna TI. Perbedaan karakteristik pengguna TI dipengaruhi juga oleh banyak faktor , salah satunya adalah aspek prilaku. Prilaku ini dipengaruhi oleh persepsi pengguna terhadap TI yang secara teoritis dideskripsikan oleh para ahli
32
pengembang TI sebagai pengguna dan pengaruhnya terhadap penggunaan komputer (Davis,et.al 1989; Ferguson, 1991). Berdasarkan aspek keprilakuan pengguna (user) yang juga turut mempengaruhi persepsi dan sikap dalam menerima penggunaan TI. Hal inilah yang kemudian menjadikan analisis Perow (dalam Robinson, 1994) tentang kalsifikasi teknologi, yaitu : 1. Teknologi rutin : ditandai dengan variasi tugas yang kecil, pekerjaan yang dilakukan umumnya bisa mempunyai standar dan juga formal serat mempunyai prosedur komputasi tertentu untuk menyelesaikannya. Ini berarti bahwa jenis teknologi rutin mempunyai tingkat kemudahan analisis yang tinggi. 2. Teknologi non-rutin : ditandai dengan mempunyai variasi tugas yang dapat dikatakan tinggi dan juga proses yang tidak terlalu dimengerti sehingga tidak mudah untuk dianalisis dalam penyelesaian pekerjaan yang termasuk teknologi
non-rutin, diperlukan usaha
yang cukup besar untuk
menganalisis kegiatan maupun permasalahan yang muncul, karena itu diperlukan adanya pengalaman yang cukup tinggi serta pengetahuan teknis yang memadai. 3. Teknologi craft : cirinya adalah adanya aliran kegitan yang relatif stabil, tetapi dengan proses yang tidak terlalu dimengerti. Karena itu pekerjaan jenis ini menuntut pengalaman yang tinggi serta latihan yang cukup agar para karyawan dapat menghadapi permasalahan yang rumit dengan bijaksana berdasarrkan intuisi dan pengalamannya. 4. Teknologi engineering : pekerjaan yang cukup rumit karena variasi tugas yang cukup tinggi tetapi umumnya kegiatan ditangani dengan formula prosedur maupun teknik yang sudah baku. Permasalahan umumnya diselesaikan dengan menggunakan sejumlah pengetahuan yang sudah cukup mapan sebagai ajuan. Pengaruh prespektif modern pada Teknologi dipandang terutama dari sisi efisiensi dan efektivitas organisasi, sebagaimana umumnya garis pemikiran modernis. Akan tetapi, seorang administrator atau pengelola organisasi perlu memperluas horizon pemikirannya, khususnya dengan berkembangnya teknologi-
33
teknologi canggih dewasa ini. Pengaruhnya terhadap kehidupan oraganisasi barangkali perlu dicermati lebih dalam, karena ada aspek-aspek yang berbeda diluar prediksi para pemikir klasik maupun modern. Berikut ini kita akan menelusuri prespektif simbolis-interpretif dan post-modern, dengan tujuan melihat teknologi dalam sudut pandang yang lebih luas. Hal ini khususnya penting bagi level pengambil keputusan dalam organisasi, yang bertugas antara lain merumuskan teknologi organisasi. Pemilihan teknologi dalam prespektif modern tidak lain adalah masalah pertimbangan teknis dan rasional belaka. Suatu teknologi dipilih dan dipergunakan organisasi, semata-mata adalah karena melihat efektivitas dan efisiensi yang dihasilkan terhadap pelaksanaan tugas-tugas dalam organisasi. Pandangan ini ditolak oleh kelompok konstruksi social teknologi (social constructionof technology). Mereka adalah pemikir yang bergerak dari prespektif simbolis-interpretif.
Mereka
mengajukan
pandangan
lain,
Bahwa
pemilihan teknologi pada dasarnya tidak terlepas dari konteks sosial-budaya yang melingkupi pengambilan keputusan itu sendiri. Jadi menurut mereka, selain pertimbangan teknis dan ekonomis, terdapat pula norma-normasosial, nilai-nilai budaya, dan factor kekuasaan (dalam hal ini kekuasaan terhadap pengetahuan mengenai
desain
dan
praktik-praktik
produksi) yang
semuanya
bisa mempengaruhi pemilihan teknologi dalam organisasi.Dari sudut pandang ini kita bias melihat sisi lain teknologi. Suatu organisasi kadang-kadang tidak dapat memilih teknologi tertentu, kendati secara teknis dan ekonomis lebih menguntungkan, dikarenakan factor sosial-budaya dan kekuasaan. Kasus pembelian teknologi militer, misalnya, merupakan contoh di mana pertimbangan kekuasaan sangat berpengaruh. Pengguna internet di Negara-negara berkembang telah meningkat pesat. Akan tetapi, ada factor norma-norma social dan nialai-nilai budaya yang dianggap menganggu dari penggunaan internet. Khususnya di sini adalahkeprihatinan terhadap situs-situs pornografi yang merajalela di internet. Maka, terjadi wacana pro dan kontra mengenai pelaranggan situs-situs semacam itu untuk dia ksessecara bebas,seperti yang belum lama ini terjadi di Indonesia. Hatch (1997:
34
153) memberikan sebuah contoh, yaitu hasil penelitian Trevor Pinch dan WiebeBijker (1987) mengenai ban udara buatan pabrik Dunlop. Melalui analisis terhadap inovasi Dunlop tersebut, mereka menemukan bahwa semua ban udara dikembangkan sebagai solusi terhadap masalah getaran dan vibrasi berkendaraan sepeda. Namun teknologi ini tidak diterima karena secara penampilan fisik ban tersebut lebih jelek daripada ban karet pejal (tanpaudara) yang mendominasi industry sepeda pada waktu itu. Kemudian, Dunlop menafsirkan ulang bahwa ban udara adalah masalah kecepatan. Ban udara terbukti lebih cepat daripada ban pejal. Hal ini bias menarik konsumen, terutama ketika balap sepeda menjadi suatu tren. Dari analisis ini, Pinch dan Bijker berkesimpulan bahwa teknologi tidak murni suatu aplikasi sains, melainkan dipengaruhi oleh kombinsi antara faktor-faktor sosial, kultural, ekonomi dan teknik.
C. Dampak Teknologi pada Perilaku Organisasi Organisasi sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari elemn teknologi sangat perlu untuk menganalisis faktor yang ditimbulkannya setelah sebuah organisasi mengintegrasikan proses organisasi itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan pada bahasan terdahulu bahwa teknologi organisasi adalah meruapkan proses yang berkaitan dengan input dan output sebuah sistem yang didalamnya mengingkludkan teknologi perlu mendapat perhatian. Artinya bahwa elelemen teknologi juga dapat berdampak pada perilaku organisasi baik perilaku individu maupun perilaku kelompok. Berikut beberapa dampak teknologi informasi pada organisasi. 1.
Input Sumber daya Manusia Input sumber daya manusia dalam organisasi menjadi penting yang
berkaitan dengan perilaku organisasi. Teknologi menjadi determinan dalam menentukan input manusia yang dibutuhkan oleh organisasi yang oleh Kast (1995) dapat mempengaruhi kecenderungan (motivasi, minat, kinerja) pegawai. Dengan demikian maka teknologi yang digunakan oleh sebuah organisasi secara teknis akan mempengaruhi penentuan dan perencanaan pegawai yang sekaligus secara langsung akan mempegaruhi sikap dan perilaku individu dalam organisasi
35
tersebut. Lebih lanjut dikemukakan Kast (1995) bahwa teknologi akan mempengaruhi struktur yang secara langsung mempengaruhi perilaku pegawai atai staf secara individu berdasarkan desain organisasi yang memiliki struktur sosial dan norma-normanya. 2.
Psikososial Pegawai Teknologi mempengaruhi orang-orang dengan sangat beragam dalam
suatu organisasi. Teknologi mepengaruhi perilaku individu dan kelompok dalam bentuk keluasan mobilitas dan interaksi individu atau kelompok, jumlah jam bekerja, jumlah kebijaksanaan otonomi dan wewenang dalam organisasi. Dapat pula dengan teknologi menimbulkan ketidaknyamanan dan kecemasan terhadap skill yang dimiliki individu atau kelompok mempengaruhi produktivitas dan efisiensi pekerjadan juga terhadap kepuasan pribadi untuk para anggota organisasi (Kast, 1995; 306).
36
3.
Keterampilan Pegawai Salah satu konsekuaensi besar Teknologi terhadap perilaku organisasi
adalah meningkatknya spesialisasi pengetahuan. Dengan teknologi pada pegawai dituntut untuk memiliki keterampilan yang berfungsi sebagai katalisator dalam membantu organisasi menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi itu sendiri (Kast, 1995; 310). 4.
Pemangkasan Hirarki Hirarki organisasi menjadi lebih minim, artinya jalur komunikasi antara
manajemen tingkat atas dengan manajemen tingkat bawah akan menjadi lebih pendek. Dalam hal ini dengan mengurangi middle management. Komunikasi antara pimpinan dan bawahan akan lebih mudah sehingga kepercayaan antara pimpinan dan bawahan akan tercapai. Hal ini dapat dicapai jika penerapan teknologi informasi dapat diterapkan dalam organisasi tersebut. Sebagai contoh, misalkan seorang atasan ingin mengetahui progres yang sudah dicapai pada proyek tertentu. Maka dengan menggunakan sistem informasi yang terintegrasi, maka komunikasi akan berjalan lebih cepat melalui informasi data yang disampaikan melalui sistem informasi tanpa harus menunggu bawahan atau penanggung jawab proyek menghadap terlebih dahulu. 5.
Mengurangi Pengawasan Pemberian tugas secara langsung kepada bawahan, sehingga bawahan
dapat terlatih dengan baik dari sisi keterampilan atau mentalnya untuk dapat merumuskan masalah secara sederhana dan sistematis, serta memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dengan baik. Dengan adanya jalur komunikasi yang lebih pendek, maka setiap bawahan bisa menuangkan ide-idenya melalui email, blog, situs, jejaring social, dan lain sebagainya. Sehingga atasan dapat mengaksesnya sewaktu-waktu tanpa harus menunggu laporan dari jajaran di bawahnya. Bagi pihak bawahan juga akan semakin termotivasi dan lebih merasa percaya diri dalam menuangkan ide-ide segarnya. 6.
Komunikasi Non-Fisik Cara yang dilakukan untuk berkomunikasi pada organisasi konvensional
salah satunya adalah dengan melakukan pertemuan secara fisik. Hal ini terkadang
37
menemui kendala jika posisi atau lokasi dari masing-masing bagian dalam organisasi saling berjauhan. Sehingga untuk hal-hal yang bersifat penting dan memerlukan penanganan cepat dalam pengambilan keputusan, komunikasi yang memerlukan pertemuan secara fisik tentunya akan menjadi penghambat. Sistem informasi dan telekomunikasi yang diterapkan pada suatu organisasi bisnis mampu mengatasi kendala ini. Sehingga tanpa harus bertemu fisik, setiap personal dalam organisasi bisa berkomunikasi satu sama lain dengan tidak terikat jarak dan waktu. 7.
Akomodasi Terhadap Perubahan Dalam melakukan aktifitasnya, suatu organisasi bisnis tidak terlepas dari
adanya perubahan yang terjadi pada organisasi tersebut. Perubahan dalam organisasi bisa disebabkan oleh factor internal maupun eksternal. Dengan adanya pembatasan gerak fisik dikarenakan adanya pengaruh dari penerapan sistem informasi, maka organisasi akan lebih mudah dalam mengakomodasi setiap perubahan dalam organisasi tersebut baik secara struktural ataupun non-struktural. Mudahnya pengakomodasian perubahan ini juga akan berimbas terhadap perilaku kinerja organisasi tersebut. Di mana organisasi akan lebih reaktif dan proaktif dalam menyikapi perubahan tersebut. Jalur lalu lintas data dan informasi yang sedemikian cepat akan mempermudah terhadap pembagian informasi dan pengetahuan dalam perusahaan. Sehingga jika terjadi perubahan terhadap perusahaan, maka seluruh pihak yang terkait bisa dapat mengetahuinya dengan mudah dan lebih cepat dalam beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Terdapat korelasi yang tinggi antara teknologi-struktur pada unit kerja, disebabkan karena (1) keseragaman konsep teknologi dan (2) homogenitas yang tinggi. Sedangkan yang terjadi pada tingkat organisasi ialah sebaliknya. Teknologi rutin secara positif berhubungan dengan kompleksitas yang rendah dan formalisasi yang tinggi.teknologi rutin secara positif berhubungan dengan sentralisasi, namun hanya jika formalisasinya rendah.Tabel di bawah ini menggambarkan korelasi antara teknologi terhadap kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi.
38
Sangat sedikit organisasi masih ada yang tidak terpengaruh oleh kebutuhan untuk bersaing dengan kemajuan teknologi. Murtagh (2009) menggambarkan hal ini sebagai memiliki efek dua kali lipat: teknologi baru membuat produk lama lebih baik, menyebabkan permintaan (dan profitabilitas) dari produk lama untuk menurun, tanpa memanfaatkan kemajuan teknologi, organisasi dapat lenyap. Hal ini menciptakan pedang bermata dua bagi banyak organisasi, karena tidak hanya organisasi merasa tertekan secara keseluruhan, namun tekanan yang meluas di seluruh organisasi kepada karyawan individu. Menjaga mengikuti perubahan teknologi saat ini adalah "lakukan atau mati" untuk organisasi, dan sayangnya, hal ini membawa beban berat stres. Teknologi telah digambarkan, dalam beberapa tahun terakhir, sebagai variabel kausal penting dalam beberapa formulasi teoritis struktur organisasi dan perilaku. Studi yang dilakukan untuk menyelidiki hubungan antara teknologi dan variabel organisasi lainnya belum memberikan, sejauh ini, gambar konklusif tentang peran teknologi dalam model pelit perilaku organisasi. Banyak kesukaran dalam mempelajari teknologi dapat ditelusuri ke masalah mendapatkan definisi operasional yang memuaskan teknologi. Masalah terkait adalah bahwa pembentukan unit analisis yang sesuai di mana untuk mempelajari varian teknologi. Definisi operasional teknologi dikembangkan dan diterapkan dalam penelitian ini, membangun dari tipologi teknologi yang diusulkan oleh JD Thompson (dalam Mahoney, 1974). Analisis dilakukan pada 297 unit organisasi (departemen, devisions) dari dalam sampel beragam dari 17 perusahaan bisnis dan industri. Unit organisasi diklasifikasikan di antara tiga jenis teknologi, ditentukan selama-linked, mediasi dan teknologi intensif masing-masing (mengikuti JD Thompson tipologi). Unit organisasi juga dijelaskan dalam hal beberapa dimensi perilaku organisasi yang dikembangkan dalam penelitian sebelumnya. Hubungan langsung dan tidak langsung yang melibatkan teknologi, 14 dimensi perilaku organisasi, dan efektivitas organisasi unit, diselidiki dalam analisis beberapa. Temuan dari analisis ini mendukung hipotesis bahwa kriteria efektivitas unit organisasi bervariasi dengan sifat teknologi unit. Sifat dari intra-teknologi
39
model efektivitas organisasi umumnya mendukung variasi diharapkan dari analisis Thompson (dalam Mahoney, 1974) teoritis. Tidak ada hubungan teknologi-organisasi efektivitas langsung diamati, sebuah temuan yang sesuai dengan harapan para peneliti. Para model efektivitas organisasi diamati dalam setiap dari tiga kategori teknologi dijelaskan dan implikasi dari perbedaan mereka dan persamaan dibahas.
40
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Teknologi merujuk pada informasi, peralatan, teknik, dan proses yang di butuhkan untuk mengubah masukan menjadi keluaran dalam organisasi. Teknologi juga dapat diterapkan pada segala macam organisasi. Pada teknologi yang dibahas terdapat tiga tipologi Woodward, Perrow, dan Thompson. Masingmasing tipologi mempunyai kegunaan yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Teknologi berpengaruh terhadap perilaku organisasi, tetapi bukan satusatunya faktor yang berpengaruh. Pengaruh teknologi terhadap perilaku lebih terasa pada perilaku individu dan kelompok dalam organisasi dalam bentuk akomodasi terhadap perubahan, komunikasi non-fisik, mengurangi pengawasan, dan pemangkasan hirarki organisasi. Selain itu juga mempengaruhi variasi tugas dari individu, kemudahan analisis setiap persoalan yang muncul, meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja, meningkatkan kualitas pelayanan
yang sangat
cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat serta memperoleh keunggulan bersaing melalui penggunaan Teknologi IT. Sementara itu juga terkait dengan sikap dan perilaku seperti persepsi, motivasi, dan sikap terhadap penggunaan teknologi. B. Saran Agar perilaku organisasi dapat mendukung dan meningkatkan efektivitas dan efiesiensi organisasi maka perlu ada penyesuaian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena elemen teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku individu, kelompok dalam organisasi. DAFTAR PUSTAKA
49 Agarwala R. D., 1993, Organization and Management, McGraw-Hill Publishing, New Delhi. Anonymous. 2012. Tipologi Teknologi. (http://ml.scribd.com/doc/40517560/ Tipologi-Teknologi). Diakses tanggal 9 September 2012.
41
Arifin, Rois., Amirullah., Fauziah, Siti., 2003, Perilaku Organisasi, Bayumedia, Malang. Chapra, M. Umer. 2000. Islam dan Tantangan Ekonomi. Terjemahan. GIP-Tazkia Institute. Jakarta. Cushing E Barry.1993. Accounting Information system and organization, edisi tiga, terjemahan Ruchyat Kosasih, Penerbit Erlangga, Jakarta Davis K and Newstrom J W 1989. Human behaviour at work: Organizational behaviour (8th edition) New York, McGraw Hill. Davis, Keith., dan John W. Newstrom. (1995). Perilaku Dalam Organisasi. Edisi Ketujuh. Terjemahan. Jakarta : Erlangga. Dedi
Mulawarman. Aji. 2008. Konsepsi Teknologi. Online. http://ajidedim.wordpress.com/teknologi-islami/2-konsepsi-teknologi/. 30 Januari 2013
Dharma, Agus, 1997. Gaya Kepemimpinan yang Efektif Bagi Para Manajer, Bandung : Sinar Baru, Djojohadikusumo, S. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, LP3ES, Jakarta Downing Douglas.1993. Computer and bussines Tasks, Business volume, Baron, terjemahan PT.Elex Media Komputindo, Jakarta. Gibson, Ivancevich, Donnely, 1997. Organisasi: Prilaku, Struktur, Proses, jilid 1 dan 2, , Binarupa Aksara, Jakarta. Gorokhov, Vitali. 1998. A New Interpretation of Technological Progress. Techne: Journal of the Society for Philosophy and Technology. 4:1. Fall. pp. 26-34. Harahap, Poerbahawatja, 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung. Hatch
1997: http://fuckinggraph.blogspot.com/2011/10/resume-perananteknologi-dalam.html. Di akses pada hari selasa tanggal 02 oktober 2013 50 Indriantoro Nur. 2000. “Sistem informasi Strategik: Dampak Teknologi Informasi terhadap organisasi dan keunggulan kompetitif ”. Jurnal KOMPAK, No 9 Pebruari, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogyakarta (YO), Yogyakarta. Ivancevich, John M., 2001, Human Resource Management, McGraw-Hill, North America.
42
Kast. Fremont E. James E. Rosenzweight. 1995. Organization and Management. Diterjemahkan Hasymi Ali. Organisasi dan Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta Lewis, Philip V. 1989, Organizational Communication, The Essence of Effective Management, Grid Publishing Inc. Colombus, Ohio. Lubis, Mochtar. 1982. Dampak Teknolologi pada Kebudayaan. Bunga Rampai Teknologi dan Dampak Kebudayaannya. Editor: YB. Mangunwijaya. Yayasan Obor Indonesia. h. 1-9. Lubis, S.B. Hari dan Martani Huseini. 2009). Pengantar Teori Organisasi: Suatu Pendekatan Makro. Jakarta: Departemen Ilmu Administrasi, FISIP UI. Mahoney. Thomas A., Peter J. Frost. 1974. The role of technology in models of organizational effectiveness. Jurnal. Organizational Behavior and Human Performance., Industrial Relations Center, University of Minnesota, Minneapolis, Minnesota (1), February 1974, 122–138 1 55455 USA Melcher, J. Arlyn, Struktur dan Proses Organisasi, 1994, Rineka Cipta, Jakarta. Miarso Yusuf hadi, 2007. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Moekijat, Dasar-Dasar Motivasi, 2002, Pionor Jaya, Bandung. Murtagh, J. 2009. New technologies are critical in a recession. Hudson valley. Jurnal. Business Journal; 19(19), p. 8. Pennings, J. M 1992. Research in Organizational Behavior, vol. 14, Greenwich, CT: JAI Press, Quintanilla, Miguel A. 1998. Technical systems and technical progress: a conceptual framework. Techne: Journal of the Society for Philosophy and Technology. 4:1. Fall. pp. 26-34 Rahmati. Vajehe. Soheila Darouian, Hamed Ahmadinia. 1991. A Review on Effect of Culture, Structure, Technology and Behavior on Organizations Online. http://ssrn.com/abstract=1967407 Jurnal. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 6(3): 128-135. Ramanathan K, 1993. Industrial Technology Indicators Manual. UNDPUNESCO Project, Indonesian Institute of Science (LIPI) Retno Ardianti; 2006. Tinjauan Terhadap Dampak Teknologi Informasi dalam Organisasi Bisnis Dan Upaya untuk Merealisasikan Manfaat Positifnya; Robbins, Stephen P. 1996. Teori organisasi; Struktur. Design&aplikasi. Jakarta : ARCAN
43
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge 2010. Organizational Behavior. Prentice Hall. ISBN 978-0132163842. Robbins, Stephen, P. 1993, Organizational Behavior, 6th Edition, Prentice-Hall, Inc. New Jersey. USA Robbins, Stephen. 1994, Management, Fourth Edition, Prentice-Hall, Inc. New Jersey. USA Rogers. Everet. M. 1995. Communication Technology: The New Media in society. New York, NY. The Free Press. Sardar. Ziauddin, 1989. Sains, Teknologi dan Pembangunan di Dunia Islam, Bandung: Pustaka, Sudharsono. Saliman. 1993. Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Syam Fazli BZ.1999. “ Dampak Kompleksitas Teknologi informasi bagi strategi dan kelangsungan usaha”, Jurnal Akuntansi dan Auditing (JAAI) Vol.3 no.1, FE. UII Yogyakarta Tampubolon, Manahan P., 2004, Perilaku Keorganisasian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Thoha, Miftah. 2002. Perilaku Organisasi Konsep dasar dan Aplikasinya. Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada. Toynbee, Arnold, 2004. “Sejarah Umat Manusia; Uraian Analitis, Kronologis, Naratif, dan Komparatif”. terj. Agung Prihantoro dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trisnawati Rina.1998. “ Pertimbangan prilaku dan faktor penentu keberhasilan pengembang sistem informasi ” Jurnal kajian bisnis , edisi September , Yogyakarta Veloso, Fransisco. 2000, The Automotive Supply Chain: Global Trend and Asian Perspective, Working Paper for the project of International Competitiveness of Asian Economies : a cross – country study , MIT, Cambridge