MINI PROJECT INTERNSHIP INTERNSHIP GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MENGENAI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH PUSKESMAS BANGUNTAPAN I TAHUN 2016
Disusun oleh: dr. Rakhian Listyawan dr. M. Dzulfikar Lingga Qamal Mozhaf
PUSKESMAS BANGUNTAPAN I Banguntapan, Bantul – Daerah Istimewa Yogyakarta Periode Maret-Juni 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apa pun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat di seluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD. (WHO,2009) Di Kabupaten Bantul, Angka kesakitan DBD dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif. Angka kesakitan DBD pada tahun 2014 sebesar 64,21 per 100.000 penduduk (622 kasus), menurun tajam bila dibandingkan pada tahun 2013 sebesar 128,19 per 100.000 penduduk (1.203 kasus). Pada tahun 2014, terdapat satu kematian DBD (Angka kematian DBD 0,16%), menurun bila dibandingkan dengan angka kematian DBD pada tahun 2013 sebesar 0,67 %. Di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan 1 untuk tahun 2015, dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya,
kasus
DBD
mengalami
peningkatan cukup tinggi. Ditemukan 67 kasus DBD, atau 155 per mil penduduk, yang berarti lebih tinggi dibandingkan standar Kabupaten Bantul maupun Propinsi DIY yaitu 50 per mil penduduk. Berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD yang telah dilakukan meliputi: Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) yang melibatkan seluruh jajaran pemerintah berupa bapak/ibu asuh
penanggulangan
DBD
dari
SKPD,
fogging
focus,
larvasidasi,
penyuluhan kesehatan masyarakat, dan pelatihan kader DBD desa serta kemitraan swasta (perguruan tinggi dan rumah sakit). (DHA Kabupaten Bantul,2014) Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang berbahaya, dapat menimbulkan kematian dlam waktu yang singkat dan
sering menimbulkan wabah (Depkes RI, 1995). Indonesia menurut kriteria WHO termasuk ke dalam negara endemik DBD bersama-sama Thailand, Sri langka dan Timor-Leste dalam peta ASEAN. Epidemiologi dari dengue itu bergantung dari multifaktorial seperti perilaku manusia, iklim, penyebaran virus dan arus perpindahan manusia. Dikarenakan belum ditemukannya vaksin untuk DBD maka pencegahan yang dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan tempat tinggal terkait pengkontrolan vektor virus Dengue dan perilaku proteksi pada manusia (WHO, 2008) Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan
Pembangunan
Kesehatan
(Depkes
RI,
2003).
Perilaku
mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan dari individu itu sendiri (Notoatmodjo,2003). Dari data diatas, dengan cukup tingginya angka kejadian DBD di kabupaten Bantul dan pentingnya peran perilaku, sikap dan pengetahuan masyarakat dalam mengurangi kejadian DBD maka perlu dilakukan penelitian di Kabupaten Bantul, khususnya di daerah Banguntapan. 1.2 Rumusan Masalah Dari
uraian
permasalahan
latar
pada
belakang penelitian
tersebut, ini
maka
adalah:
dapat
dirumuskan
Bagaimana
gambaran
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat wilayah kerja Puskesmas Banguntapan 1 terhadap pencegahan dan tatalaksana awal DBD? 1.3 Tujuan Mini Project Mini project ini bertujuan untuk menegetahui data dasar gambaran tingkat
pengetahuan,
sikap
dan
perilaku
masyarakat
wilayah
kerja
Puskesmas Banguntapan Banguntapan 1 terhadap pencegahan pencegahan dan tatalaksana awal DBD
1.4 Manfaat Penelitian a) Bagi Pengetahuan Informasi dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi data gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap penyakit DBD b) Bagi Puskesmas Bangunta Banguntapan pan 1 Bantul Mini project ini diharapkan dapat memberikan data yang bisa dijadikan landasan untuk langkah strategis di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul dalam pencegahan, edukasi dan penanganan kasus DBD. c) Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil mini project ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bahan
referensi
untuk
penelitian
selanjutnya
gambaran
tingkat
pengetahuan,, sikap dan pengetahuan d an perilaku masyarakat terhadap penyakit DBD. d) Bagi penulis Mini project ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi penulis mengenai penelitia deskriptif di masyarakat mengenaii tingkat pengetahuan,, sikap dan perilaku. pengetahuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue 2.1.1
Virus Dengue Demam
berdarah
dengue
(DBD)
adalah
penyakit
yang
disebabkan oleh virus dengue kelompok B arthropod borne virus ( arbovirus) arbovirus) dan dikenal dengan genus flavivirus family flaviridae
dan
mempunyai 4 jenis serotype yaitu DEN-1, DEN-2,DEN-3 dan DEN-4. Serotype DEN-3 adalah serotip virus yang bisa menimbulkan gejala yang berat. (Depkes, 2007) 2.1.2
Cara Penularan Penularan Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini ada tiga yaitu
manusia, virus dan vector perantara yaitu nyamuk aedes aegypti. aegypti. Pada pasien yang sedang sedang mengalami viremia dan tergigit oleh nyamuk nyamuk tersebut maka virus tersebut akan berkembang biak di kelenjar liur nyamuk selama 8-10 hari sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia saat gigitan berikutnya. Virus yang sudah berkembang biak dalam nyamuk, maka nyamuk tersebut dapat menularkan virus tersebut selama hidupnya. Virus memiliki masa inkubasi dalam tubuh manusia selama 46 hari sebelum menimbulkan penyakit. Penularan virus dari manusia kepada nyamuk hanya pada saat viremia yaitu saat 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam muncul. (Depkes 2007) 2.1.3
Epidemiologi Di Indonesia, virus dengue sudah ada sejak abad ke-18, pada
masa itu infeksi dengue hanya penyakit ringan yang tidak menimbulkan kematian tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus ini dapat menimbulkan gejala yang berat dan pada tahun 1958 penyakit DBD dilaporkan di
Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang tinggi. (depkes, 2007) Meningkatnya jumlah kasus DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terkendali, tidak adanya kontrol penyebaran nyamuk yang efektif di daerah endemis dan peningkatan sarana transportasi. (Sutaryo, 2004) Faktor yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yaitu status imunitas pejamu, kepadatan vector nyamuk, keganasan virus dengue dan kondisi geografis setempat. Sampai saati ini penyakit DBD sudah ditemukan di seluruh wilayah Indonesia dan menjadi kejadian luar biasa di 200 kota. Pada daerah dengan suhu yang panas (28-32 o C) dengan kelembaban tinggi, nyamuk aedes dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. (suhendro, 2006) 2.1.4
Patogenesis Virus hanya dapat hidup di dalam sel hidup sehingga demi
kelangsungan hidupnya virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai penjamu untuk mencukupi kebutuhan protein sehingga virulensi tergantung dengan daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan membentuk antibody. (Soegeng, 2006) Patogenesis DBD masih kontroversial, terdapat dua teori tentang patogenesisnya, yaitu DBD adalah infeksi sekunder yang menyatakan bahwa secara tidak langsung pasien yang terkena DBD yang kedua kalunya dengan serotype virus yang heterolog memiliki gejala yang lebih berat karena antibody heterolog yang telah ada akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan membentuk kompleks antigen antibode yang berikatan dengan fc reseptor membrane sel leukosit terutama makrofag, oleh karena itu antibody tidak menetralisasi virus dan bisa replikasi dengan bebas dalam makrofag. Syok dan hipovolemia terjadi karena antibody dependent enhancement (ADE) meningkatkan infeksi dan
replikasi virus dalam sel mononuclear sebagai respon dari infeksi sehingga
terjadi
sekresi
mediator
vasoaktif
yang
meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah. 2.1.5
Gejala Klinis (Mubin, 2001) a. Demam akut 2-7 hari b. Manifestasi perdarahan i.
Uji tourniquet positif
ii.
Ptekieekimosis, purpura
iii.
Perdarahan mukosa, saluran cerna dan tempat bekas suntikan
iv.
Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.000/lp d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan i.
Penigkatan nilai hematocrit ≥ 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin
ii.
Penurunan
nilai
hematocrit
≥
20%
setelah
pemberian cairan yang adekuat, nilat hematorkit normal diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan iii.
Efusi pleura, asites, hipoproteinemi
e. Gejala dengue syok sindrom ditandai dengan gangguan sirkulasi yaitu: i.
Nadi cepat, lemah, terkanan nadi < 20 mmhg, perfusi perifer menurun
ii.
Hipotensi, kulit dingin-lembab dan tamoak gelisah
Pada bagan dibawah ini bisa dibedakan gejala DD atau DBD
2.1.6
Derajat DBD menurut WHO (1999) a. DBD derajat I : demam dengan gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet positif b. DBD derajat II
: Seprti derajat I, disertai perdarahan
spontan di kulit atau perdarahan lain c. DBD derajat III : Terdapat kegagalan sirkulasi d. DBD derajat IV : Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur 2.1.7. Epidemiologi penyakit DBD Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga epidemiologik,
yaitu
adanya
agen
(agent ), host dan
lingkungan
(environment ) 1. Agent (virus dengue) Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus ( Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4.
Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tesebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD. 2. Host Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah : a.
Umur Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan
terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epidemi dengue di Gorontalo kebanyakan anak-anak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun. b.
Jenis kelamin Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap
serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin ( gender ). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara laki-laki dan perempuan, Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan. c.
Nutrisi Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada
hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi
peningkatan
antibodi
apabila
gizi
yang
buruk
mempengaruhi penurunan antibodi dan karena ada reaksi antigen pada tubuh maka terjadi infeksi virus dengue yang berat. d.
Populasi Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya
infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. e.
Mobilitas penduduk Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi
penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer an angkatan udara, karena jalur
transportasi
yang
dilewati
merupakan
jalur
penyebaran
virus dengue(Sutaryo, 2005). 3. Lingkungan (environment ) Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah: a.
Letak geografis Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di
berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30° Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi, 2006). Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti
yang
dilaporkan
oleh
David
Bylon
seorang
dokter
berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari ( viffdaagsekoorts) kadang-kadang disebut demam sendi ( knokkel
koorts). Disebut
demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari,
disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain (Hadinegoro dan Sutari, 2002). b.
Musim Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim
panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim ujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi. 2.1.8. Penatalaksanaan Penatalaksanaan penderita dengan DBD adalah sebagai berikut : a)
Tirah baring atau istirahat baring.
b)
Diet makan lunak.
c)
Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DBD.
d)
Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.
e)
Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f)
Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g)
Pemberian
obat
antipiretik
sebaiknya
dari
golongan
asetaminopen. h)
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i)
Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
j)
Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k)
Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif
dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DBD yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok. Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan
melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila : a)
Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
b)
Hematokrit yang cenderung mengikat.
2.1.9. Pencegahan Prinsip yang tepat dalam pencegahan DBD ialah sebagai berikut : a)
Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh
alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DBD. b)
Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan
vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan. c)
Mengusahakan
pemberantasan
vektor
di
pusat
daerah
penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya. d)
Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi. Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain : 1.
Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang
nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air. 2.
Tanpa insektisida Caranya adalah : a) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari). b) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. c) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
2.2 Pengetahuan Pengetahuan
(Knowledge)
juga
diartikan
sebagai
hasil
penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo. 2003.) Menurut Roger (1974, dalam Notoatmodjo,2003) mengatakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut
terjadi
proses
yang
berurutan,
yakni
:
1). Awareness
(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2).Interest , yakni orang yang mulai tertarik pada stimulus. 3).Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4). Trial ,orang yang telah mencoba perilaku baru. 5). Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2.3 Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan). Sedangkan dari segi kepentingan kerangka analisis, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. 2.4 Sikap Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Beberapa batasan tentang sikap yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) antara lain, menurut Campbell (1950) mengemukakan batasan tentang sikap yaitu tingkah laku sosial seseorang merupakan sebuah sindrom atau gejala dari konsistensi reseptor dengan nilai objek sosialnya. Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi dari sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan suatu predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yakni mencari dan mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan 1 3.2.2 Waktu Penelitian Penulisan proposal dan penelitian ini dilakukan sejak April – Juli 2016 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Seluruh penduduk berusia 20 – 60 tahun yang tinggal di Kecamatan Banguntapan, wilayah kerja puskesmas Banguntapan 1. Didapatkan jumlah populasi sebesar 32.627 jiwa 3.3.2 Teknik Pengambilan Sampling Purposive sampling, non-probailty sampling, adalah teknik yang kami gunakan dalam pengambilan sampel. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Pada mini project kali ini yang terpilih adalah Desa Jambidan. 3.3.3 Sampel Kami mengambil sampel dari seluruh penduduk usia 20-60 dari Desa Jambidan dengan total penduduk berjumlah 82 warga.
3.4 Prosedur Pengumpulan Data Penarikan sampling dilakukan dengan angket atau kuesioner berbentuk pilihan yang dibagikan secara acak kepada masyarakat.Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulirformulir yang berisi pertanyaanpertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66). Pengambilan data bekerja sama dengan pihak Universitas Ahmad Dahlan (UAD) 3.5 Metode Analisa Data Analisa data peneliti bekerja sama dengan pihak Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Langkah pengolahan data yang akan dilakukan : a. Editing Memeriksa data yang telah dikumpulkan dan mengoreksi data. b. Memberi kode (Coding) Memberi kode pada masing-masing variabel yang diteliti. c. Menyusun Data (Entry) Data yang telah dikoreksi dan diberi kode selanjutnya akan dimasukkan ke data base komputer. d. Analisa Data yang sudah terkumpul akan dilakukan analisis deskriptif analitik
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk menguji apakah alat ukur (kuesioner) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik, sehingga menghasilkan data yang sesuai dengan apa yang diukur, sebelum dilakukan analisis data berdasarkan hasil data yang terkumpul terlebih dahulu dilakukan pengujian data melalui uji validitas dan reliabilitas data. A. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Kuesioner mini project variabel pengetahuan, sikap dan perilaku memiliki total 60 pertanyaan yang terdiri dari 40 pertanyaan Pengetahuan (K) 12 pertanyaan Sikap (S) dan 8 pertanyaan Perilaku (P). Dalam hal ini dimana kuesioner diberikan kepada sampel 30 responden, kemudian skor-skor yang diperoleh dari kuesioner tersebut dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dari rank spearman. Hasil perhitungan korelasi untuk skor setiap butir pertanyaan dapat dilihat dalam tabel berikut.
Item Pertanyaan
Nilai Korelasi
Nilai Batas
Kesimpulan
K1
0,3071
0,3610
Tidak Valid
K2
0,6191
0,3610
Valid
K3
0,6943
0,3610
Valid
K4
-
0,3610
Tidak Valid
K5
-
0,3610
Tidak Valid
K6
0,3946
0,3610
Valid
K7
0,7259
0,3610
Valid
K8
0,7259
0,3610
Valid
K9
0,7101
0,3610
Valid
K10
0,7259
0,3610
Valid
K11
0,7259
0,3610
Valid
K12
0,6943
0,3610
Valid
K13
0,6191
0,3610
Valid
K14
0,6191
0,3610
Valid
K15
0,6191
0,3610
Valid
K16
0,6191
0,3610
Valid
K17
0,7101
0,3610
Valid
K18
0,3071
0,3610
Tidak Valid
K19
0,6472
0,3610
Valid
K20
-
0,3610
Tidak Valid
K21
0,5074
0,3610
Valid
K22
-
0,3610
Tidak Valid
K23
0,7259
0,3610
Valid
K24
0,7259
0,3610
Valid
K25
0,3416
0,3610
Tidak Valid
K26
0,3416
0,3610
Tidak Valid
K27
0,3519
0,3610
Tidak Valid
K28
0,5249
0,3610
Valid
K29
0,5249
0,3610
Valid
K30
0,6472
0,3610
Valid
K31
0,4608
0,3610
Valid
K32
0,3519
0,3610
Tidak Valid
K33
0,3492
0,3610
Tidak Valid
K34
0,3519
0,3610
Tidak Valid
K35
0,3519
0,3610
Tidak Valid
K36
0,6472
0,3610
Valid
K37
0,6472
0,3610
Valid
K38
0,6472
0,3610
Valid
K39
0,3519
0,3610
Valid
K40
0,6472
0,3610
Valid
S1
0,7063
0,3610
Valid
S2
0,6288
0,3610
Valid
S3
0,7140
0,3610
Valid
S4
0,7145
0,3610
Valid
S5
0,6899
0,3610
Valid
S6
0,4856
0,3610
Valid
S7
0,4039
0,3610
Valid
S8
0,2082
0,3610
Tidak valid
S9
0,4550
0,3610
Valid
S10
0,6288
0,3610
Valid
S11
0,5284
0,3610
Valid
S12
0,6664
0,3610
Valid
P1
0,2503
0,3610
Tidak valid
P2
0,2478
0,3610
Tidak valid
P3
0,4099
0,3610
Valid
P4
0,6982
0,3610
Valid
P5
0,5211
0,3610
Valid
P6
0,5960
0,3610
Valid
P7
0,0330
0,3610
Tidak valid
P8
0,3692
0,3610
Valid
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa apabila nilai korelasi lebih besar dari nilai batas dengan tingkat kepecaryaan 95% dari tabel uji r maka pertanyaan tersebut valid dalam hal ini nilai batas dengan N=30 dan α =0,05 adalah 0,3610. Dari hasil uji validitas dapat diambil kesimpulan dari 60 pertanyaan yang telah dibuat untuk sikap dan perilaku, 43 soal valid dan 17 soal tidak valid. Untuk item pertanyaan yang tidak valid adalah K1, K4, K5, K18,K20, K22, K25, K26, K27, K32, K33, K34, K35, S8, P1, P2, P 7.
B. Pembahasan Validitas Variabel Sikap dan Perilaku Hasil uji validitas kuesioner sikap dan perilaku menunjukkan sebagian besar pertanyaan menunjukkan hasil yang valid. Hanya ada 17 item yang menunjukkan tidak valid yaitu 13 pertanyaan pengetahuan (K1, K4, K5, K18, K20, K22, K25, K26, K27, K32, K34, K35), satu pertanyaan sikap (S8) dan tiga pertanyaan perilaku (P1, P2, P7). Pertanyaan yang tidak memenuhi uji validitas adalah
Apakah penyakit demam berdarah itu? (K1) a. Tidak tahu b. Penyakit yang ditandai dengan demam c. Penyakit yang ditandai dengan penurunan angka trombosit d. Penyakit yang ditandai dengan pengentalan darah
e. Semua jawaban diatas benar
Demam berdarah dengue disebarkan melalui (K4) a. Tidak tahu b. Melalui gigitan nyamuk yang membawa virus c. Melalui debu/ angin d. Melalui batuk/ dahak e. Melalui sentuhan dengan orang yang sakit demam berdarah
Nyamuk apa yang menyebarkan penyakti demam berdarah? (K5) a. Tidak tahu b. Nyamuk Aedes aegypti c. Nyamuk Anopheles d. Nyamuk Aedes Albopictus e. Nyamuk culex
Nyamuk penyebar demam berdarah dapat bersarang di kaleng atau ban bekas yang terisi air. B/S (K18)
Menguras bak mandi secara teratur minimal 1 minggu sekali B/S. (K20)
Mengubur / membersihkan barang bekas yang dapat menampung air (kaleng bekas, botol bekas, wadah plastik bekas, ban bekas, dan lain lain). B/S (K22)
Menaburkam bubuk ABATE di tempat penampungan air setiap 3 bulan sekali B/S (K25)
Fogging (pengasapan) dapat memberantas penyakit demam berdarah B/S (K26)
Fogging sebaiknya di laksanakan secara rutin sehingga nyamuk penyebar demam berdarah tidak dapat berkembang biak B/S (K27)
Penganan pertama pada penderita demam berdarah dengue yang utama adalah pemberian minuman yang lebih banyak dan obat penurun panas B/S (K32)
Semua penderita demam berdarah dengue harus dirawat inap di rumah sakit B/S (K34)
Nyeri perut hebat merupakan salah satu tanda bahaya pada orang yang sakit demam berdarah B/S (K35)
Apakah Anda setuju jika bubuk ABATE dapa tmembunuh larva nyamuk di dalam air? (S8)
Dalam waktu satu bulan terakhir apakah anda menguras bak mandi ≥4x? (P1)
Dalam waktu satu bulan terakhir apakah anda mengganti air di vas bunga ≥ 4x? (P2)
Apakah Anda menggunakan obat nyamuk saat siang hari? (P7)
Berikut adalah hal-hal yang memungkinkan menjadi penyebab item tersebut tidak valid
Seluruh responder menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sama sehingga variasinya menjadi kecil, seperti pada pertanyaan K4, K5, K20, dan K22
Jumlah sampel yang masih kurang untuk uji validitas
Pertanyaan belum dipahami oleh responden
Responden tidak serius dalam mengerjakan kuesioner
C. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kekonsistenan tanggapan responden terhadap item pertanyaan. Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan bantuan program SPSS.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
,936
N of Items
,937
36
Tabel - hasil reliabilitas kuisioner pengetahuan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
,749
,701
N of Items 20
Tabel - hasil reliabilitas kuisioner sikap dan perilaku
D. Pembahasan Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Dari tabel perhitungan reliabilitas dengan menggunakan bantuan SPSS dapat diketahui bahwa nilai reliabilitas pengetahuan 0,937 dan nilai reliabilitas sikap dan perilaku adalah 0,749. Untuk melihat apakah instrumen tersebut reliabel atau tidak, digunakan nilai r tabel dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai r tabel dari N=30 pada α=0,05 adalah 0,3610. Maka dengan demukian didapatkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel atau 0,937>0,3610 dan 0,749>0,3610, sehingga kuesioner pengetahuan, sikap dan perilaku dinyatakan reliabel.
4.2 Hasil dan Deskripsi Data Kuesioner Sikap dan Perilaku
Kuesioner diberikan dan dijawab oleh 882 responden dari desa Jambidan, Banguntapan, Bantul. Kuesioner sikap dan perilaku memiliki bentuk yang berbeda. Kuesioner sikap berbentuk skala likert dengan nilai 1-4 setiap itemnya. Sedangkan kuesioner perilaku berbentuk pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak” dengan nilai 0 -1 per itemnya.
A. Hasil Kuisioner Pengetahuan Berikut ini adalah gambaran hasil skor dari pertanyaan variabel pengetahuan.
Descriptive Statistics Std. N
Minimum Maximum
SKOR
882
Valid N
882
0
38
Mean
Deviation
25.21
5.010
(listwise)
Dari tabel diatas, menunjukkan skor tertinggi yang dapat dijawab oleh warga Desa Jambidan berjumlah 38 sedangkan skor terendah bernilai 0. Skor kategori Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
kurang baik
443
50.2
50.2
50.2
baik
439
49.8
49.8
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari kuisioner tersebut sebanyak 50,2 persen warga Desa Jambidan memiliki pengetahuan kurang baik, dan hanya sebanya 49,8% warga yang memiliki pengetahuan yang baik. Berikut ini adalah data dari masing masing pertanyaan Pengetahuan. 1. Pengertian DBD PENGERTIAN DBD Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
681
77.2
77.2
77.2
1
201
22.8
22.8
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 77,2 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang pengertian DBD, sedangkan 22,8 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang pengertian DBD.
2. Tentang DBD TENTANG DBD Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
132
15.0
15.0
15.0
1
750
85.0
85.0
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 15% persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang DBD, sedangkan 85% persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang DBD 3. Penyebab DBD PENYEBAB DBD Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
793
89.9
89.9
89.9
1
89
10.1
10.1
100.0
882
100.0
100.0
Total
Dari data didapatkan 89,9 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang penyebab DBD, sedangkan 10,1 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang penyebab DBD. 4. Penyebaran DBD PENYEBARAN DBD Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
82
9.3
9.3
9.3
1
800
90.7
90.7
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 9,3 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang penyebaran DBD, sedangkan 90,7 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang penyebaran DBD.
5. Nyamuk DBD NYAMUK DBD Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
148
16.8
16.8
16.8
1
734
83.2
83.2
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 16,8 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang nyamuk DBD, sedangkan 83,2 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang nyamuk DBD.
6. Masa Kritis MASA KRITIS Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
610
69.2
69.2
69.2
1
272
30.8
30.8
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 69,2 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang masa kritis DBD, sedangkan 30,8 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang masa kritis DBD.
7. Ciri fisik CIRI FISIK Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
163
18.5
18.5
18.5
1
719
81.5
81.5
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 18,5 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang ciri fisik nyamuk penyebar DBD, sedangkan 81,5 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang ciri f isik nyamuk penyebar DBD.
8. Penyebaran nyamuk PENYEBARAN NYAMUK Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
183
20.7
20.7
20.7
1
699
79.3
79.3
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 20,7 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang penyebaran nyamuk DBD, sedangkan 79,3 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang penyebaran nyamuk DBD.
9. Ruangan yang gelap RUANGAN YANG GELAP Frequen cy
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Valid 0
230
26.1
26.1
26.1
1
652
73.9
73.9
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 26,1 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang ruangan sarang nyamuk DBD, sedangkan 73,9 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang ruangan sarang nyamuk DBD.
10. Benda berwarna gelap BENDA BERWARNA GELAP Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
314
35.6
35.6
35.6
1
568
64.4
64.4
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 35,6 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang benda berwarna gelap sarang nyamuk DBD, sedangkan 64,4 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang benda berwarna gelap sarang nyamuk DBD.
11. Lingkungan Rumah LINGKUNGAN RUMAH Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
162
18.4
18.4
18.4
1
720
81.6
81.6
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 18,4 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang lingkungan rumah sarang nyamuk DBD, sedangkan 81,6 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang lingkugan rumah sarang nyamuk DBD.
12. Jarak terbang nyamuk JARAK TERBANG NYAMUK Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
428
48.5
48.5
48.5
1
454
51.5
51.5
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 48,5 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang jarak terbang nyamuk DBD, sedangkan 51,5% persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang jarak terbang nyamuk DBD
13. Bertelur di genangan air BERTELUR DI GENANGAN AIR Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
179
20.3
20.3
20.3
1
703
79.7
79.7
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 20,3 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang karakteristik nyamuk DBD, sedangkan 79,7 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang karakteristik nyamuk DBD bertelur.
14. Telur Nyamuk TELUR NYAMUK Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
240
27.2
27.2
27.2
1
642
72.8
72.8
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 27,2 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang telur nyamuk DBD, sedangkan 72,8 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang telur nyamuk DBD
15. Penampungan air PENAMPUNGAN AIR Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
76
8.6
8.6
8.6
1
806
91.4
91.4
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 8,6 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang penampungan air yang baik, sedangkan 91,4 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang penampungan air yang baik
16. Bak mandi BAK MANDI Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
88
10.0
10.0
10.0
1
794
90.0
90.0
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 10 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang bak mandi yang baik, sedangkan 90 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang bak mandi yang baik.
17. Tempat Minum TEMPAT MINUM Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
175
19.8
19.8
19.8
1
707
80.2
80.2
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 19,8 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang tempat minum yang tidak menjadi sarang nyamuk DBD, sedangkan 80,2 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang tempat minum yang tiak menjadi sarang nyamuk DBD
18. Kaleng KALENG Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
50
5.7
5.7
5.7
1
832
94.3
94.3
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 5,7 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang kaleng bekas sebagai sarang nyamuk DBD, sedangkan 94,3 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang penatalaksanaan kaleng bekas sebagai sarang nyamuk DBD
19. Air Kotor AIR KOTOR Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
562
63.7
63.7
63.7
1
320
36.3
36.3
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 63,7 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang air yang kotor sebagai sarang nyamuk DBD, sedangkan 64,4 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang air yang kotor sebagai sarang nyamuk DBD.
20. Menguras MENGURAS Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
81
9.2
9.2
9.2
1
801
90.8
90.8
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 9,2 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang 3M DBD, sedangkan 90,8 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang 3M DBD
21. Berkembang biak BERKEMBANG BIAK Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
80
9.1
9.1
9.1
1
802
90.9
90.9
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 9,1 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang cara berkembang biak nyamuk DBD, sedangkan 90,9 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang benda berwarna gelap sarang nyamuk DBD
22. Mengubur MENGUBUR Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
34
3.9
3.9
3.9
1
848
96.1
96.1
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 3,9 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang mengubur barang bekas, sedangkan 96,1 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang mengubur barang bekas.
23. Insektisida INSEKTISIDA Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
205
23.2
23.2
23.2
1
677
76.8
76.8
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 23,2 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang penggunaan insektisida nyamuk DBD, sedangkan 76,8 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang penggunaan insketisida nyamuk DBD.
24. Ikan IKAN Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
141
16.0
16.0
16.0
1
741
84.0
84.0
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 16 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang ikan sebagai upaya pencegahan nyamuk DBD, sedangkan 84 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang benda ikan sebagai upaya pencegahan nyamuk DBD 25. Abate
ABATE Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
258
29.3
29.3
29.3
1
624
70.7
70.7
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 29,3 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang penggunaan abate, sedangkan 70,7 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang penggunaan abate.
26. Fogging
FOGGING Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
619
70.2
70.2
70.2
1
262
29.7
29.7
99.9
1
.1
.1
100.0
882
100.0
100.0
1` Total
Dari data didapatkan 70,2 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang penggunaan fogging dalam pembasmian nyamuk DBD, sedangkan 29,7 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang penggunaan fogging dalam pembasmian nyamuk DBD.
27. Demam Berdarah
DEMAM BERDARAH Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
627
71.1
71.1
71.1
1
255
28.9
28.9
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 71,1 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang penanganan DBD, sedangkan 28,9 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang penanganan DBD
28. Fogging dan penyakit DBD
SAKIT Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
653
74.0
74.0
74.0
1
229
26.0
26.0
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 74 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang fogging penyakit DBD, sedangkan 26 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang keluhan penyakit DBD.
29. Fogging membunuh nyamuk
MEMBUNUH Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
555
62.9
62.9
62.9
1
327
37.1
37.1
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 62,9 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang fogging membunuh nyamuk DBD, sedangkan 37,1 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang fogging membunuh nyamuk DBD.
30. Fogging pilihan terbaik
MENANGANI Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
507
57.5
57.5
57.5
1
375
42.5
42.5
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 57,5 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang fogging dalam membasmi nyamuk DBD, sedangkan 42,5 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang fogging dalam membasmi nyamuk DBD
31. Antibiotik
ANTIBIOTIK Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
525
59.5
59.5
59.5
1
357
40.5
40.5
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 59,5% persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang perlunya penggunaan antibiotik terhadap penyakit DBD, sedangkan 40,5% persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang perlunya ant DBDbiotik pada penyakit DBD.
32. Obat pneurun panas OBAT PENURUN PANAS Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
98
11.1
11.1
11.1
1
784
88.9
88.9
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 11,1 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang penanganan demam pada pasien DBD, sedangkan 88,9 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang penanganan demam pada penyakit DBD.
33. Obat paracetamol
PARASETAMOL Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
133
15.1
15.1
15.1
1
749
84.9
84.9
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 15,1 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang penggunaan paracetamol untuk sebagai obat pilihan penyakit DBD, sedangkan 64,4 persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang obat pilihan penyakit DBD.
34. Rawat inap
RAWAT INAP Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
679
77.0
77.0
77.0
1
203
23.0
23.0
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 77% persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang perlunya rawat inap pada pasien DBD, sedangkan 23% persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang perlunya rawat inap pada pasien DBD
35. Bahaya
BAHAYA Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
419
47.5
47.5
47.5
1
463
52.5
52.5
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 47,5% persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang nyeri perut sebagai tanda bahaya DBD, sedangkan 52,5% persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang nyeri perut sebagai tanda bahaya DBD
36. Muntah
MUNTAH Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
275
31.2
31.2
31.2
1
607
68.8
68.8
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 31,2% persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang muntah sebagai tanda bahaya DBD, sedangkan 68,8% persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang muntah sebagai tanda bahaya DBD
37. Mukosa
MUKOSA Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
400
45.4
45.4
45.4
1
482
54.6
54.6
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 45,4% persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan perdarahan mukosa sebagai tanda bahaya DBD, sedangkan 54,6% persen warga memiliki pengetahuan yang baik perdar sebagai han mukosa sebagai tanda bahaya DBD
38. Lemas dan loyo LEMAH DAN LOYO Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
589
66.8
66.8
66.8
1
293
33.2
33.2
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 66,8 persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang lemas dan loyo sebagai tanda bahaya DBD, sedangkan 33,2% persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang lemas dan loyo sebagai tanda bahaya DBD
39. Perlu transfusi DITRANSFUSI Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
461
52.3
52.3
52.3
1
421
47.7
47.7
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 52,3% persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang perlunya tranfusi pada pasien DBD, sedangkan 47,7% persen warga memiliki pengetahuan yang baik perlunya t ranfusi pada pasien DBD
40. Dokter Spesialis DOKTER SPESIALIS Cumulative Frequency Percent Valid Percent Valid
Percent
0
418
47.4
47.4
47.4
1
464
52.6
52.6
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 47,4% persen warga Desa Jambidan masih kurang pengetahuan tentang perlunya ke pasien dokter spesialis pada pasien
DBD,
sedangkan 52,6% persen warga memiliki pengetahuan yang baik tentang perlunya ke pasien dokter spesialis pada pasien DBD
B. Hasil Kuesioner Sikap Berikut ini adalah tabel deskripsi data kuesioner sikap Descriptives Std. Statistic Error TOTAL
Mean
38.02
SKOR
95% Confidence
Lower
Interval for Mean
Bound Upper
.172
37.69
38.36
Bound 5% Trimmed Mean
37.82
Median
36.00
Variance Std. Deviation Dari
26.128 5.112
Minimum
23
Maximum
86
Range
63
Interquartile Range Skewness Kurtosis
tabel
6 2.204
.082
16.491
.164
didapatkan rata-rata (mean) skor untuk kuesioner sikap adalah 38,02. Maka dapat kita kelompokkan bahwa responden yang memiliki nilai dibawah 38,02 dikategorikan sebagai “kurang baik” dan yang nilainya di atas dikategorikan sebagai “baik”. Jika sudah dikategorikan maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut
Sikap Kategori Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid kurang baik
551
62.5
62.5
62.5
baik
331
37.5
37.5
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dapat kita lihat bahwa 62,5% responden desa Jambidan menyikapi kejadian DB dengan kurang baik dan hanya 37,5% responden yang menyikapi DB denganbaik. C. Hasil Kuesioner Perilaku Kuesioner perilaku terdiri dari 8 pe rtanyaan dengan masing-masing item mewakilkan perilaku sehari-hari yang sudah dilakukan warga terkait pencegahan kejadian DBD. 1. Menguras Bak Mandi MENGURAS BAK MANDI Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 0
95
10.8
10.8
10.8
1
787
89.2
89.2
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan bahwa 89,2% responden menguras bak mandi minimal 4x sebulan dan 10,8% sisanya tidak melakukan. 2. Kepemilikan Vas Bunga KEPEMILIKAN VAS BUNGA Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 0
234
26.5
26.5
26.5
1
412
46.7
46.7
73.2
x
236
26.8
26.8
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 46,7 % responden mengganti air di vas bunga, 26,5% tidak rutin mengganti air dan 26,8% responden tidak memiliki vas bunga yang berisi air 3. Barang Bekas Penampung Air BARANG BEKAS PENAMPUNG AIR Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 0
218
24.7
24.7
24.7
1
664
75.3
75.3
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 24,7 % responden memiliki barang bekas penampung air di halaman rumahnya, sedangkan 75,3% sisanya tidak memiliki barang bekas penampung air di rumahnya 4. Sampah Plastik Berserakan SAMPAH PLASTIK BERSERAKAN Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 0
239
27.1
27.1
27.1
1
643
72.9
72.9
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 27,1% terdapat sampah plastik berserakan di halaman rumahnya, dan 72,9% sisanya tidak terdapat sampah plastik yang berserakan 5. Baju yang Digantung BAJU YANG DI GANTUNG Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 0
520
59.0
59.0
59.0
1
362
41.0
41.0
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 59% responden memiliki baju yang tergantung di rumah, 41% sisanya tidak 6. Ruangan Lembab/Gelap
RUANGAN LEMBAB/GELAP Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 0
353
40.0
40.0
40.0
1
529
60.0
60.0
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 40% responden memiliki ruang yang lembab dan gelap di rumahnya, sedangkan 60% sisanya tidak 7. Penggunaan Obat Nyamuk PENGGUNAAN OBAT NYAMUK Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 0
731
82.9
82.9
82.9
1
151
17.1
17.1
100.0
Total
882
100.0
100.0
Dari data didapatkan 82,9% responden tidak menggunakan obat nyamuk di rumahnya, sedangkan 17,1 % sisanya sudah menggunakan
8. Penaburan Abate
PENABURAN ABATE
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid
0
462
52.4
52.4
52.4
1
419
47.5
47.6
100.0
Total
881
99.9
100.0
1
.1
882
100.0
Missing System Total
Dari data didapatkan bahwa 52,4 % responden tidak menggunakan bubuk abate sedangkan 47,6% sisanya sudah menggunakan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk.
D. Pembahasan Setelah melihat hasil data yang disajikan, kita dapat mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat desa Jambidan dalam mencegah kejadian DBD. Dari data tersebut terlihat masih banyak warga dengan pengetahuan tentang DBD yang kurang baik dan sikap dalam upaya pencegahan
kejadian
DBD
ternyata
sebagian
besar
responden
masih
menyikapinya dengan kurang baik. Setengah lebih warga jambidan (50,2%) memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang DBD. Beberapa aspek pengetahuan yang kurang baik, meliputi pengertian penyakit DBD, penyebab penyakit DBD, masa kritis DBD, sarang nyamuk penyebar DBD, pengetahuan fogging, perlunya rawat inap, perlunya tranfusi pada pasien DBD dan tanda bahaya dari DBD. Masih banyak warga yang tidak mengetahui tentang penyakit DBD yang merupakan penyakit yang ditandai dengan trombosit yang turun, dan diakibatkan oleh virus yang disebarkan oleh nyamuk. Banyak warga juga banyak yang mengaggap bahwa fogging menjadi upaya terbaik dalam menanggulangi DBD. Warga banyak yang tidak mengetahui bahwa fogging hanya dapat membasmi nyamuk namun tidak bisa membunuh jentik jentik nyamuk yang terdapat di penampungan air dan barang barang bekas yang menjadi tempat penampungan air yang digunakan sebagai sarang nyamuk demam berdarah. Pengetahuan yang kurang ditunjang dengan sikap warga yang kurang. Hal ini bisa merupakan 2 hal yang saling terkait antara satu dan yang lain. Pengetahuan warga yang kurang menimbulkan adanya sikap yang kurang dalam pencegahan penyakit DBD. Kesadaran warga dalam upaya pencegahan DBD menjadi berkurang yang turut berkontribusi dalam peningkatan kejadian DBD. Terkait
perilaku
sehari-hari
masyarakat
yang
berperan
dalam
meningkatnya kejadian DBD, masih ada beberapa perilaku yang perlu diubah untuk mengurangi kemungkinan meningkatnya penyakit DBD. Perilaku yang masih menjadi celah meningkatnya kejadian DBD adalah baju yang digantung
(59%), belum menggunakan obat nyamuk (82,9%), serta penggunaan bubuk abate yang belum efektif (52,4%). Menggantung baju dapat termasuk perilaku berisiko terkait penyebaran penyakit DBD. Hasil penelitian Thomas Suroso, Ali Imran Umar yang menyebutkan bahwa tempat istirahat yang disukai oleh nyamuk Aedes agypti yaitu: benda-benda yang tergantung yang ada di dalam rumah, seperti gorden, kelambu dan baju/pakaian di kamar yang gelap dan lembab. Menurut penelitian Widyana kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah mempunyai risiko terkena penyakit DBD 4,8 kali daripada yang tidak menggantung pakaian. Penggunaan obat nyamuk juga dapat mengurangi penyebaran penyakit DBD. Obat nyamuk dapat digunakan sebagai metode perlindungan diri mereka sendiri dari gigitan nyamuk, sehingga penularan dapat dicegah. Hasil penelitian Andriani,
menemukan
bahwa
adanya
resiko
kebiasaan tidak
menggunakan obat anti nyamuk dengan terjadinya infeksi virus dengue di Semarang sebanyak 5,6 kali lebih besar Cara
memberantas
jentik
Aedes
aegypti
secara
kimiawi
dengan
menggunakan insektisida pembasmi jentik, salah satunya berupa butiran pasir temefos 1% yang sering dikenal dengan nama bubuk abate (WHO, 2005).
Selama ini
masyarakat Kelurahan Pacarkeling memperoleh abate
secara gratis dari Puskesmas melalui kader PKK yang ada di wilayahnya masing-masing, dan karena terbatasnya jumlah maka
tidak
semua
abate
yang
dibagikan
masyarakat menerima abate dari Puskesmas. Tetapi
ada juga masyarakat yang memperoleh abate dengan membeli sendiri di apotek
maupun pedagang keliling. Dengan demikian perlu adanya faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain berupa fasilitas (Notoatmodjo, 2003), sehingga masyarakat mau melakukan abatisasi. Selain itu sebagian masyarakat masih merasa tidak aman untuk melakukan abatisasi karena air dalam TPA-nya akan menjadi kotor, serta takut jika bubuk
abate
akan
memberikan
dampak
negatif
diperlukan upaya untuk memberikan informasi yang
bagi kesehatan. Maka benar mengenai bubuk
abate dan cara penggunaannya Pengetahuan, sikap dan perilaku warga Desa Jambidan yang masih kurang, bisa menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian DBD. Hal ini terbukti bahwa desa jambidan merupakan desa dengan angka kejadian
DBD kedua setelah Desa baturetno. Perlu adanya upaya peningkatan aspek pengetahuan, sikap dan perilaku warga Desa Jambidan dengan harapan dapat mengurangi angka kejadian DBD pada desa tersebut dan wilayah Puskesmas Banguntapan 1. Hal inilah yang bisa menjadi target upaya promosi dan preventif di daerah Jambidan ke depannya.
BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), sikap dan perilaku warga terhadap penyakit DBD masih kurang. Hal tersebut bisa menjadi faktor yang menyebabkan tingginya angka DBD pada desa tersebut.
5.2 Saran a. Saran untuk Puskesmas Banguntapan 1 Oleh
karena
masih
kurangnya
pengetahuan,
sikap
dan
perilaku
masyarakat terhadap penyakit DBD, maka perlu adanya upaya dari puskesmas sebagai
pendorong
masyarakat
untuk
membantu
meningkatkan
aspek
pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap penyakit DBD, melalui upaya penyuluhan, pelatihan, diskusi kelompok masyarakat. Hal tersebut diharapkan dapat membuat semakin baiknya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dan turunnya angka kejadian dari DBD.
b. Saran untuk penelitian selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitianpenelitian selanjutnya. Perlu adanya penelitian penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih luas dan pengambilan sampel yang lebih baik.