CONTOH RPP
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas/Semester
: X/2
Mata Pelajaran
: Matematika-Wajib
Topik
: Trigonometri
Waktu
: 2 × 45 menit
A. Kompetensi Inti SMA kelas X:
HO-3.1-2
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, 2. Mengembangkan perilaku (jujur, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia Memahami, menerapka menerapkan, n, menganal menganalisis isis peng pengetah etahuan uan faktual, faktual, konse konseptua ptual,l, prosedura prosedurall 3. Memahami, berdasark berdasarkan an rasa ingintah ingintahunya unya tentang tentang ilmu pengetahua pengetahuan, n, teknolog teknologi,i, seni, seni, buda budaya, ya, dan humanior humanioraa deng dengan an wawasan kemanusiaan, kemanusiaan, keba kebangsa ngsaan, an, kenegaraan, kenegaraan, dan peradaba peradabann terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar Menunjukkan sikap senang, percaya diri, motivasi internal, sikap kritis, 2.1 bekerjasama, jujur dan percaya diri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan nyata. Memiliki sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan 2.2 kreatif 3.17Memahami dan menentukan hubungan perbandingan Trigonometri dari sudut di setiap kuadran, memilih dan menerapkan dalam penyelesaian masalah nyata dan matematika 4.7 Memanfaatkan informasi dari suatu permasalahan nyata, membuat model berupa fungsi dan persamaan Trigonometri Trigonometri serta menggunakannya menggunakannya dalam menyelesaikan masalah.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Terlibat aktif dalam pembelajaran trigonometri. 2. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok. 3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. Menjelas laskan kan kemba kembalili penge pengerti rtian an fungsi fungsi trigon trigonome ometri tri pada pada seg segiti itiga ga siku-s siku-siku iku den dengan gan 4. Menje menggunakan istilah absis, ordinat, dan jari-jari pada sumbu koordinat.
5. Menyatakan kembali hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV dengan perbandingan trigonometri di kuadran I.
6. Terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran.
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok dalam pembelajaran trigonometri inii diharapkan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat Menjelas laskan kan kemba kembalili penge pengerti rtian an fungsi fungsi trigon trigonome ometri tri pada pada seg segiti itiga ga siku-s siku-siku iku den dengan gan 1. Menje menggunakan istilah absis, ordinat, dan jari-jari pada sumbu koordinat kartesius secara tepat, sistematis, dan menggunakan simbol yang benar .
2. Menyatakan kembali hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV dengan perbandingan trigonometri di kuadran I secara tepat dan kreatif .
E. Materi Matematika 1. Mengingat kembali mengenai perbandingan trigonometri, fungsi trigonometri, besar sudut (tumpul dan refleks), dan koordinat kartesian. Dengan domain { trigonometri, sbb. sin
cos tan
: 0o
= (panjang sisi di depan sudut = (panjang sisi di depan sudut
= 1/cos
csc
= 1/sin
= 1/tan
) / panjang hipotenusa
= (panjang sisi di samping sudut
sec cot
90o}, fungsi trigonometri didefinisikan lewat perbandingan
) / panjang hipotenusa
) / (panjang sisi di samping sudut
)
Sudut telah didefinisikan sebagai bangun geometri yang dibentuk oleh dua sinar bertitik pangkal sama. Dengan definisi tsb, dikenal beberapa macam sudut berdasarkan besarnya, sbb. = 0o
sudut nol
:
sudut lancip
:
0o
sudut siku-siku :
:
sudut tumpul
:
90 o
sudut lurus
:
sudut refleks
:
180 o
90o
= 90o
180o
= 180o
360o
Bidang datar berdasarkan sistem koordinat kartesian terbagi ke dalam 4 region/daerah: kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV.
I II IV III
Kuadran I
:
absis dan ordinat positif
Kuadran II
:
absis negatif, ordinat positif
Kuadran III
:
absis dan ordinat negatif
Kuadran IV
:
absis positif, ordinat negatif
2. Perluasan definisi fungsi trigonometri dari perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku menjadi perbandingan perbandingan absis, ordinat dan jari-jari. Beberapa pertanyaan penggugah: •
•
•
Apakah Apakah perbandi perbandingan ngan trigonome trigonometri tri pada segitiga segitiga siku-siku, siku-siku, dapa dapatt mendefin mendefinisika isikann o fungsi trigonometri untuk sudut 90 ? Apakah perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, juga dapat mendefinisikan fungsi trigonometri untuk sudut di atas 90 o, misalnya kosinus dari 120 o? Dapatkah kita memperluas definisi fungsi trigonometri menggunakan cara lain (yang tidak bertentangan dengan definisi perbandingan trigonomeri pada segitiga siku-siku)?
Jika titik sudut ditempatkan pada titik pusat sumbu koordinat kartesian dan salah satu kaki sudut berimpit dengan sumbu x positif, serta daerah interior sudut terletak pada kuadran I maka posisi yang demikian disebut posisi standar (baku) sudut tsb. Pada posisi standar maka perbandingan sisi-sisi pada segitiga siku-siku dapat diganti menjadi perbandingan absis, ordinat dan jari-jari. panjang sisi di di depan sudut sudut diganti menjadi menjadi ordinat panjang sisi di di samping sudut diganti menjadi menjadi absis hipotenusa segitiga siku-siku diganti menjadi jari-jari Jadi, sin
cos tan
= ordinat / jari-jari = absis / jari-jari = ordinat / absis
O P ( x,y x,y) r
b c
a
sin
cos
tan
y
c
r
=
b
sin
=
a
x
c
r
=
=
cos
=
b
y
a
x
tan
=
3. Hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV dengan nilai fungsi trigonometri di kuadran I. Jika pada posisi standar, salah satu kaki sudut berada di kuadran II maka sudut tsb kita namakan sudut di kuadran II. Pengertian yang sama untuk konsep sudut di kuadran II, dan sudut di kuadran IV.
Berdasarkan definisi fungsi trigonometri berdasarkan absis, ordinat dan jari-jari maka nilai fungsi trigonometri untuk sudut-sudut di kuadran II, II, dan IV sebagai berikut. Misalkan 0o Kuadran II
90o maka
o (sudut (180
o sin (180
o cos (180 o tan (180
) = sin
Kuadran III (sudut (180 o + sin (180 o +
cos (180o + tan (180 o +
o cos (360 o tan (360
) di kuadran II) sin (90 o +
atau
cos (90o +
atau
tan (90 o +
) = cos
) = sin
) = cot
) = cos
) = sin
) = cot
) di kuadran III)
atau
o sin (270
atau
o cos (270
atau
o tan (270
) di kuadran IV)
) = cos ) = tan
atau
o ) atau (270
) = tan
) = sin
) = cos
o Kuadran IV (sudut (360 o sin (360
) = sin
) atau (90 o +
) = cos ) = tan
atau
sin (270 o +
atau
cos (270 o +
atau
tan (270 o +
) = cos
) = sin
) = cot
Tampak bahwa •
•
•
Pada kuadran II hanya nilai sinus yang positif, pada kuadran III hanya nilai tangen yang positif, dan pada kuadran IV hanya nilai kosinus yang positif. Untuk relasi sudut yang jumlah atau selisihnya merupakan kelipatan 180 o maka jenis fungsi trigonometrinya tidak berubah. Untuk relasi sudut yang jumlah atau selisihnya merupakan kelipatan 90 o maka jenis fungsi trigonometrinya berbeda saling komplementer. (sinus dengan kosinus, tangen dengan kotangen).
F. Model/Metode Pembelajaran Pendekatan pembelajaran adalah pendekatan saintifik ( scientific). Pembelajaran koperatif (cooperative learning ) menggunakan kelompok diskusi yang berbasis masalah ( problem-based learning ).
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Pendahuluan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
1. Guru memberikan gambaran tentang pentingnya 10 menit memahami Trigonometri dan memberikan gambaran tentang aplikasi Trigonometri dalam kehidupan seharihari.
2. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan berpikir kritis , siswa diajak memecahkan masalah
mengenai bagaimana mendapatkan nilai sinus sudut 90 o dan nilai sinus sudut di atas 90 o, misalnya 120 o. (tidak terpecahkan bila menggunakan definisi menggunakan sisi-sisi pada segitiga siku-siku).
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu memperluas definisi fungsi trigonometri agar nilai fungsi trigonometri dapat diperoleh untuk besar sudut 0 o, 90o, sudut tumpul dan sudut refleks. Inti
1. Guru bertanya tentang bagaimana mengaitkan sisisisi pada segitiga siku-siku dengan koordinat pada sumbu koordinat kartesius.
2. Bila siswa belum mampu menjawabnya, guru memberi scaffolding dengan mengingatkan siswa dengan sudut sebagai besar putaran.
3. Dengan tanya jawab, disimpulkan bahwa pada kuadran I, istilah panjang sisi di depan sudut dapat diganti ordinat, panjang sisi di samping sudut diganti absis, dan hipotenusa diganti jari-jari.
4. Dengan tanya jawab, siswa diyakinkan bahwa definisi menggunakan absis, ordinat, dan jari-jari ini lebih luas dari pada definisi menggunakan sisi-sisi segitiga siku-siku.
5. Selanjutnya, guru membuka cakrawala penerapan definisi fungsi yang diperluas itu untuk sudut yang sama atau lebih besar dari 90 o, yaitu bila salah satu kaki sudut di kuadran II, III, atau IV. Dengan bantuan presentasi komputer, guru mengingatkan pengertian sudut di kuadran II, sudut di kuadran II, dan sudut di kuadran IV.
6. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan tiap kelompok terdiri atas 4 siswa.
7. Tiap
kelompok mendapat tugas untuk mendefinisikan fungsi-fungsi trigonometri untuk sudut di kuadran II atau III atau IV atau sudut negatif, serta menentukan hubungannya dengan fungsi trigonometri sudut di kuadran I. Tugas diselesaikan berdasarkan
70 menit
worksheet atau lembar kerja yang dibagikan.
8. Selama siswa bekerja di dalam kelompok, guru memperhatikan dan mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi, dan mengarahkan bila ada kelompok yang melenceng jauh pekerjaannya.
9. Salah satu kelompok diskusi ( tidak harus yang terbaik )
diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Sementara kelompok lain, menanggapi dan menyempurnakan apa yang dipresentasikan.
10. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap kelompok
11. Dengan tanya jawab, guru mengarahkan semua siswa pada kesimpulan mengenai fungsi trigonometri di berbagai kuadran dan hubungannya dengan fungsi trigonometri di kuadran I, berdasarkan hasil reviu terhadap presentasi salah satu kelompok.
12. Guru memberikan dua (2) soal yang terkait dengan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, atau IV. Dengan tanya jawab, siswa dan guru menyelesaikan kedua soal yang telah diberikan dengan menggunakan strategi yang tepat.
13. Guru memberikan lima (5) soal untuk dikerjakan tiap siswa, dan dikumpulkan. Penutup
1. Siswa diminta menyimpulkan tentang bagaimana 10 menit menentukan nilai fungsi trigonometri sudut di berbagai kuadran.
2. Dengan bantuan presentasi komputer, guru menayangkan apa yang telah dipelajari dan disimpulkan mengenai nilai fungsi trigonometri untuk sudut di berbagai kuadran.
3. Guru memberikan tugas PR beberapa soal mengenai penerapan nilai fungsi di berbagai kuadran.
4. Guru
mengakhiri kegiatan belajar memberikan pesan untuk tetap belajar.
H. Alat/Media/Sumber Pembelajaran 1. Penggaris, busur, jangka Worksheet atau lembar kerja (siswa) 2. Bahan tayang 3. Lembar penilaian
dengan
4. Video tentang lebah I. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian: pengamatan, tes tertulis 2. Prosedur Penilaian: No
1.
Aspek yang dinilai
Sikap
Teknik Penilaian
Pengamatan
a. Terlibat aktif dalam
Waktu Penilaian
Selama pembelajaran dan saat diskusi
pembelajaran trigonometri.
b. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
c. Toleran terhadap
2.
proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. Pengetahuan Pengamatan dan tes a. Menjelaskan kembali pengertian fungsi trigonometri pada segitiga siku-siku dengan menggunakan istilah absis, ordinat, dan jari-jari pada sumbu koordinat kartesius
Penyelesaian tugas individu dan kelompok
secara tepat, sistematis, dan menggunakan simbol yang benar .
b. Menyatakan kembali hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV dengan perbandingan trigonometri di kuadran I secara tepat dan kreatif . 3.
Keterampilan a. Terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran.
Pengamatan
Penyelesaian tugas (baik individu maupun kelompok) dan saat diskusi
J. Instrumen Penilaian Hasil belajar Tes tertulis
1. Gambarlah pada sebuah sumbu koordinat kartesian sebuah sudut pada kuadran III, lalu nyatakan pengertian fungsi secan untuk sudut tersebut!
2. Tentukanlah nilai dari sin 150 o secara eksak ( tidak menggunakan desimal ) menggunakan sifat relasi sudut pada fungsi trigonometri!
3. Dengan menuliskan langkah-langkah yang jelas, hitunglah nilai dari [sin 321 o + cos 0,13 (rad)]. tan 150 grad dengan menggunakan kalkulator saintifik.
4. Setelah melalui studi yang mendalam, gelombang suara dari seekor ikan Paus akhirnya dapat digambarkan dengan suatu pendekatan menggunakan fungsi trigonometri sebagai berikut I( t ) = 2,7.tan (2 t ) + cos t dengan t dalam derajat. Berapa tinggi gelombang suara Paus tsb untuk t = 120o?
5. Pada sebuah permainan, Ari ditempatkan tepat di tengah-tengah sebuah gang yang bertembok tepat di tepi kiri dan kanannya. Mula-mula Ari menghadap searah dengan arah jalan, kemudian Ari diputar oleh temannya searah dengan arah perputaran jarum jam sebesar 660o. Jika lebar gang adalah 4 meter, berapa jarak yang ditempuh Ari jika kemudian ia berjalan lurus hingga menyentuh tembok gang? Catatan: Penyekoran bersifat holistik dan komprehensif, tidak saja memberi skor untuk jawaban akhir, tetapi juga proses pemecahan yang terutama meliputi pemahaman, komunikasi matematis (ketepatan penggunaan simbol dan istilah), penalaran (logis), serta ketepatan strategi memecahkan masalah.
WORKSHEET
(untuk tugas kelompok)
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : X/2 Tahun Pelajaran: 2013/2014 Waktu Pengamatan : Indikator sikap aktif dalam pembelajaran trigonometri 1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam pembelajaran 2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam pembelajaran tetapi belum ajeg/konsisten 3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten Indikator sikap bekerjasama dalam kegiatan kelompok. 1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok. 2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi masih belum ajeg/konsisten. 3. Sangat baik jika menunjukkan adanya usaha bekerjasama dalam kegiatan kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten. Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. 1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. 2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten. 3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus menerus dan ajeg/konsisten. Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan. No
Nama Siswa
Sikap Aktif KB
1
Dhianika Rahma Nur Fadillah
2
Galuh Lalita Mahaghora
3
Muhammad Rasyid Alfaruqi
4
Nur Endah Filaili
5
Zerarita Amalia Ramadhani
6
Febrian Anggoro Widiyanto
7
Rizky Rachmadewi
8
Elvan Saffria Charta
9
R. Aj. Shikarini Amirul P
10
Arinta Destri Larasati
11
Khanza Adzkia Vujira
B
Bekerjasama SB
KB
B
SB
Toleran KB
B
SB
12
Joean Akbar Saputra
13
Khansa Sitostra Tufana Arsy A.
14
Bagaskara Adi Pamungkas
15
Bram Yudhistira
16
Hasna Amalia Faza
17
Daniawan Dwi Nurrohman
18
Devi Ristiyanti
19
Nitya Sekar Tresnaningtyas
20
Rafi Ibnu Ramadhan
21
Ivan Akhir Julian
22
Gasik Prawestri
23
Intan Aringtyas Junaidi
24
Muhammad Rafi Nurdiansyah
25
Elvana Novita Candra
26
Danuja Widigdaya
27
Isnaeni Putri Nur Afifah
28
Intan Putri Ristyaningrum
29
Lisa Dewi Afrilita
30
Gea Hanin Nisacita
31
Rizki Kartika Angkasa Yudha
32
Putri Adipertiwi A-Bach
Keterangan: KB
: Kurang baik
B
: Baik
SB
: Sangat baik LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : X/2 Tahun Pelajaran: 2013/2014 Waktu Pengamatan : Indikator terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran.
1. Kurang terampil jika sama sekali tidak dapat menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran 2. Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran tetapi belum tepat. 3. Sangat terampill, jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran dan sudah tepat. Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan. No
Nama Siswa
Keterampilan Menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah KT
1
Dhianika Rahma Nur Fadillah
2
Galuh Lalita Mahaghora
3
Muhammad Rasyid Alfaruqi
4
Nur Endah Filaili
5
Zerarita Amalia Ramadhani
6
Febrian Anggoro Widiyanto
7
Rizky Rachmadewi
8
Elvan Saffria Charta
9
R. Aj. Shikarini Amirul P
10
Arinta Destri Larasati
11
Khanza Adzkia Vujira
12
Joean Akbar Saputra
13
Khansa Sitostra Tufana Arsy A.
14
Bagaskara Adi Pamungkas
15
Bram Yudhistira
16
Hasna Amalia Faza
17
Daniawan Dwi Nurrohman
18
Devi Ristiyanti
19
Nitya Sekar Tresnaningtyas
20
Rafi Ibnu Ramadhan
21
Ivan Akhir Julian
22
Gasik Prawestri
T
ST
23
Intan Aringtyas Junaidi
24
Muhammad Rafi Nurdiansyah
25
Elvana Novita Candra
26
Danuja Widigdaya
27
Isnaeni Putri Nur Afifah
28
Intan Putri Ristyaningrum
29
Lisa Dewi Afrilita
30
Gea Hanin Nisacita
31
Rizki Kartika Angkasa Yudha
32
Putri Adipertiwi A-Bach
Keterangan: KT
: Kurang terampil
T
: Terampil
ST
: Sangat terampil
MATERI PELATIHAN 3 : MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN 3.1.
Penyusunan RPP
3.2.
Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
Sub materi Pelatihan 3: Model Rancangan Pembelajaran
A. KOMPETENSI Peserta pelatihan dapat: 1. menyusun RPP yang menerapkan pendekatan scientific sesuai model belajar yang relevan dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, maupun intelektual; dan 2. merancang penilaian autentik pada proses dan hasil belajar. B. LINGKUP MATERI 1. Penyusunan RPP. 2. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar. C. INDIKATOR 1. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan kreatif dalam menyusun RPP. 2. Mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan RPP. 3. Menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI dan KD; Standar Proses; dan pendekatan scientific. 4. Menelaah RPP. 5. Menunjukkan sikap tanggung dan kreatif dalam menyusun rancangan penilaian autentik. 6. Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar. 7. Menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaran. 8. Menelaah rancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar yang ada dalam RPP. 9. Merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun. D. PERANGKAT PELATIHAN 1. Bahan Tayang a. Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan scientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut. b. Panduan tugas telaah RPP. c. Panduan tugas menelaah rancangan penilaian pada RPP. 2. Lembar KerjaTelaah RPP 3. ATK
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kode RPP HO-3.1
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas/Semester : X / I Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Topik : Kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Pertemuan ke- : 2 A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 1.1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya 1.2 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan seharihari 2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam 2.3 Berlaku jujur dan bertanggung-jawab dalam mengerjakan tugastugas dari pembelajaran sejarah
3.7 Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini 4.4 Menyajikan hasil analisis dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan HinduBudda dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 2. Menunjukkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama dengan saling menghargai peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 3. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia 4. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia 5. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah 6. Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugastugas dari pembelajaran sejarah 7. Menjelaskan konsep akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 8. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa bahasa 9. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa religi/kepercayaan 10. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan 11. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan 12. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa peralatan hidup/teknologi 13. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian 14. Melaporkan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat: 1. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia
2. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia 3. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah 4. Menunjukan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugastugas dari pembelajaran sejarah 5. Mendeskripsikan wujud akulturasi budaya di Indonesia 6. Melaporkan bentuk kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia E. Materi Ajar 1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 2. Sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya HinduBuddha di Indonesia 3. Sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia 4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah 5. Sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah 6. Konsep akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 7. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa bahasa 8. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa religi/kepercayaan 9. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan 10. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan 11. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa peralatan hidup/teknologi 12. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian F. Alokasi Waktu 2 x 45 menit G. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendekatan: Saintifik Strategi : Cooperative Jigsaw Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan H. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahulua
Deskripsi •
Memberikan salam
Alokas i waktu 10
Kegiatan
Alokas Deskripsi i waktu Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk menit
n
•
Inti
belajar Menanyakan kehadiran siswa Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa Tanya jawab materi sebelumnya mengenai Teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power point Menayangkan gambar Candi Borobudur dan Candi 60 Prambanan melalui power point serta melakukan tanya jawab menit singkat Siswa mendapatkan penjelasan tentang proses pelaksanaan teknik Jigsaw Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang beranggotakan 5-6 orang (kelompok awal) Setiap kelompok mendapatkan tugas: • • •
• •
•
•
•
1. Wujud akulturasi budaya masa HinduBuddha di Indonesia berupa bahasa dan religi/kepercayaan 2. Wujud akulturasi budaya masa HinduBuddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan 3. Wujud akulturasi budaya masa HinduBuddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan dan peralatan hidup 4. Wujud akulturasi budaya masa HinduBuddha di Indonesia berupa kesenian 5. Gambar peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia yang tidak terpelihara •
•
•
Masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama berkumpul dalam satu kelompok (Kelompok ahli) Setiap siswa mencatat hasil diskusi dan kembali ke kelompok awal Dalam kelompok awal dilaporkan hasil diskusi kelompok ahli dan semua anggota kelompok mencatat hasil kelompok ahli Laporan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk secara acak untuk melaporkan hasil diskusi kelompok, sampai semua masalah selesai dibahas Siswa yang lain menanggapi Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru 20 menyimpulkan materi kehidupan masyarakat, pemerintahan menit dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan HinduBuddha di Indonesia •
•
Penutup
•
Kegiatan
Deskripsi • •
•
•
I.
Alokas i waktu
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran Siswa membuat tugas kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan HinduBuddha di Indonesia dalam bentuk makalah (tugas kelompok dikumpulkan 2 minggu yang akan datang) Mengucapkan salam
Penilaian Hasil Belajar a. Tes 1. Uraian (terlampir) 2. Pilihan Ganda (terlampir) b. Non Tes 1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir) 2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir) 3. Membuat makalah tentang kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia (kriteria penilaian terlampir) Format penulisan makalah: BAB I Pendahuluan BAB II Isi BAB III Penutup a. Kesimpulan b. Saran
Daftar Rujukan Catatan: Makalah diketik dengan menggunakan huruf Arial, 12, spasi 1,5, print -out kertas A4, maksimal 15 lembar. J.
Sumber Belajar : Buku sumber Sejarah SMA X - Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka. - Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara. - Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius. - Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta: Djambatan. White board/papan flanel Power point LCD •
• • •
• • •
Internet Kartu pembelajaran Peta Sejarah
Mengetahui, Kepala Sekolah,
( NIP.
, 2013 Guru Mapel,
)
( NIP.
)
Lampiran
Ringkasan Materi Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Hal ini berarti kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu- Buddha.
Gambar 1: Prasasti Yupa masa Kerajaan Kutai
Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini: •
Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Gambar 2: Prasasti Tugu masa Kerajaan Tarumanegara Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Buddha pada Prasasti Yupa dan Tugu abad 5 – 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai dan prasasti men unakan Huruf Pallawa dan peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno. Gambar 3. Perkembangan huruf di •
Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu – Buddha ke Indonesia, Masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami sperpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Buddha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi
Indonesia
harmanza.wordpress.com
Gambar 4. Upacara Nyepi di Bali sebagai salah satu wujud akulturasi budaya berupa Religi/kepercayaan umat Hindu di Indonesia
yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. •
Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan pada masa Majapahit, R. Wijaya diwujudkan Gambar 5. Pembagian Kasta sebagai sebagai Ha rahari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu). Pemerintahan raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan wujud akulturasi budaya Hindu di Indonesia dalam bidang sosial turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan kemasyarakatan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi selain dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. •
Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit . •
Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-
candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika Grha yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orangorang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa. Candi Jago (gambar 6) merupakan tempat pendharmaan Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 – 1268. Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja Gambar 7. Candi Borobudur, Jawa Tengah Wisnuwardhana). Sumber: id.wiki edia.or Candi yang bercorak Buddha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa. Candi Borobudur (gambar 7) adalah candi Buddha yang terbesar di Indonesia merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Buddha. Patung patung Dyani Buddha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Buddha. Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa. Untuk candi Buddha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Buddha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia. •
Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Gambar 8. Relief Candi Borobudur Indonesia. Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia. Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, kedalam bahasa Jawa kuno. Dan, tokohtokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala. Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut. Evaluasi Hasil Soal Uraian
1. Mengapa terjadi akulturasi bahasa pada saat perkembangan masa Hindu-Buddha di Indoneia? 2. Mengapa terjadi akulturasi religi/kepercayaan pada saat perkembangan agama Hindu-Buddha di Indonesia? 3. Apa wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan! 4. Apa wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan! 5. Bagaimana proses akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia
berupa peralatan hidup/teknologi! 6. Bagaimana proses akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian! 7. Bagaimana sikap anda sebagai seorang pelajar apabila ada peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia yang tidak terpelihara? Kunci Jawaban 1. Perkembangan tingkat berfikir manusia merupakan hasil proses adaptasi dengan lingkungan alam, sosial dan budaya. Unsur-unsur kebudayaan yang datangnya dari luar ikut berperanan dalam proses perkembangan tradisi kebudayaan. Unsur kebudayaan India yang membawa perubahan terhadap kehidupan bangsa Indonesia adalah bahasa dan tulisan. Dimana ketika bangsa Indonesia mulai mengenal tulisan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, maka sejak saat itulah sudah mulai memasuki jaman sejarah. Dari bahasa dan tulisan bangsa Indonesia sudah dapat meninggalkan tradisitradisinya secara tertulis. Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bentuk bahasa dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sanksekerta banyak berkembang di wilayah India bagian selatan. Penggunaan bahasa Sansekerta di Indonesia pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Buddha pada abad 5 – 7 M. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. 2. Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu – Buddha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Buddha yang dianut oleh masyarakat India. 3. Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam: a.
Organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia
adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun (konsep dewaraja). Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. b. Sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benarbenar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. 4. Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa. 5. Kemajuan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Sebelum pengaruh Hindu masuk ke Nusantara bangsa Indonesia sudah memiliki teknologi yang tinggi khususnya dalam pembuatan alat kehidupan baik yang terbuat dari batu atau logam. Setelah adanya pengaruh Hindu, teknologi semakin maju, misalnya pembuatan candi. Jika dibandingkan dengan candi-candi di India maka candi di Indonesia jauh lebih megah dan kokoh seperti candi Borobudur, candi Prambanan. Dengan demikian, bangsa Indonesia memiliki pengetahuan teknologi yang sudah tinggi. Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candicandi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat
berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orangorang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi, candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa. 6. Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. 7. Cara menghargai peninggalan sejarah: a. Turut menjaga agar benda-benda peninggalan sejarah tidak dirusak. Benda-benda peninggalan sejarah harus diamankan dari tangan-tangan jahil. b. Mengunjungi museum, candi, makam pahlawan, istana dan lain-lain termasuk salah satu cara menghargai peninggalan sejarah. c. Benda-benda peninggalan sejarah adalah kekayaan negara. Kita harus menggunakan secara benar. Bendabenda itu boleh digunakan untuk keperluan penelitian. Bendabenda peninggalan sejarah juga boleh dikunjungi. Benda-benda peninggalan sejarah bukan milik pribadi. Kita tidak memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya, kita
tidak boleh sejarah.
memperjualbelikan
benda-benda
peninggalan
Soal Pilihan Ganda
1. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang bahasa adalah ... . A. Nisan Malik as Saleh B. Negara Krtagama C. Inkripsi Yupa D. Pararaton E. Kronik 2. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang religi/kepercayaan adalah ... . A. Upacara Ngaben B. Upacara Nyepi C. Prasasti Tugu D. Prasasti Yupa E. Candi 3. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan adalah ... . A. Upacara Nyepi B. Upacara Ngaben C. Konsep Dewaraja D. Konsep Kepala Suku E. Raja sebagai kepala pemerintahan
4. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang sistem pengetahuan adalah sistem kalender ... . A. Candrasengkala B. Masehi C. Islam D. Cina E. Saka 5. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang peralatan hidup/teknologi adalah ... . A. Candi B. Relief C. Kalender Saka D. Konsep Dewaraja E. Konsep Macapat 6. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha
di Indonesia dalam bidang kesenian ... . A. Konsep Dewaraja B. Kalender Saka C. Gamelan D. Candi E. Relief 7. Sejak masa kerajaan Hindu-Buddha sampai sekarang yang dikenal menerapkan konsep negara kesatuan adalah ... . A. Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya B. Sriwijaya, Majapahit, Republik Indonesia C. Singosari, Majapahit, Republik Indonesia D. Mataram Kuno, Majapahit, Republik Indonesia E. Mataram Kuno, Mataram Islam, Republik Indonesia 8. Pengaruh kehidupan masa Hindu-Buddha di Indonesia dihubungkan dengan kehidupan masyarakat pada masa sekarang yang dapat diterapkan adalah ... . A. Toleransi B. Peperangan C. Chauvinisme D. Separatisme E. Diskriminasi 9. Kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia. I. Mengunjugi museum II. Menjual kepada kolektor benda purbakala III. Menjadikan situs sebagai obyek penelitian IV. Melaporkan ke polisi apabila mengetahui pencurian arca V. Menyimpan dirumah Berdasarkan data diatas, yang termasuk peran siswa dalam menjaga peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia ditunjukkan pada nomer ... . A. I, II dan III B. I, II dan IV C. I, III dan IV D. II, III dan IV E. II, IV dan V 10. Apabila kamu melihat seseorang dengan sengaja mencoret-coret dinding candi Prambanan yang bermaksud meninggalkan kenangan, maka yang kamu lakukan adalah ... . A. Menegur B. Menasehati C. Membiarkan D. Ikut mencoret E. Melaporkan kepada petugas Kunci Jawaban
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Evaluasi Pembelajaran (Proses)
C B C E A E B A C E
Lembar Pengamatan Rubrik kegiatan Diskusi
A s pe k P e n g a m a t a n No.
Kerja sama
Nama Siswa
Mengkomunika sikan pendapat
Tolera Keakti nsi fan
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang Nilai
=
Kriteria Nilai
A B C D
= = = =
∑ Skor perolehan X 100 Skor Maksimal (20)
80 – 100 70 – 79 60 – 69 ‹ 60
:Baik Sekali : Baik : Cukup : Kurang
Mengharga i pendapat teman
Jumlah Skor
Nilai
Ket.
Rubrik Penilaian Presentasi Jumlah Skor
A s p e k P e n i l a ia n No.
Nama Siswa
Komuni kasi
Sistemati ka penyam Paian
Wawa san
Kebera nian
Antusias
Nilai
Gesture dan
penampilan
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang Nilai
=
Kriteria Nilai
A B C D
= = = =
∑ Skor perolehan X 100 Skor Maksimal (20)
80 – 100 70 – 79 60 – 69 ‹ 60
:Baik Sekali : Baik : Cukup : Kurang
Format Penilaian Makalah Struktur Makalah
Indikator
Pendahuluan • • •
Isi
• • •
•
•
Menunjukkan dengan tepat isi : Latar belakang Rumusan masalah Tujuan penulisan. Ketepatan pemilihan gambar Orisinalitas makalah Mendeskripsikan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Struktur/logika penulisan disusun dengan jelas sesuai metode yang dipakai Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
Nilai
Ket.
Struktur Makalah
Indikator •
•
Penutup
•
•
Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan (Ilmiah) Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara ilmiah Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk peningkatan kepedulian terhadap hasil peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Indonesia
Jumlah
Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:
Sangat sesuai Sesuai Cukup Kurang
Nilai
=
4 3 2 1
∑ Skor perolehan X 100 Skor Maksimal (48)
Nilai
Kartu Pembelajaran KARTU PEMBELAJARAN I
Petunjuk Mengerjakan
1. Amati gambar disamping 2. Baca artikel dibawah 3. Jawab permasalahannya Akulturasi
Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Hal ini berarti kebudayaan HinduBuddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu- Buddha. Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini: Bahasa
Gambar 1: Prasasti Yupa Kerajaan Kutai
Prasasti Tugu masa Kerajaan
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya Tarumanegara Prasasti Yupa dan Tugu penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. menggunakan Huruf Pallawa dan Bahasa Sanksekerta Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Buddha pada abad 5 – 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai dan prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu – Buddha ke Indonesia, Masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan Upacara Nyepi di Bali sebagai dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain salah satu wujud akulturasi mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, budaya berupa Religi/kepercayaan umat Hindu yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. di Indonesia Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Buddha yang dianut oleh masyarakat India. www.mediaindonesia.com Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. Permasalahan Pembelajaran I
Berikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang bahasa dan religi/kepercayaan, serta berikan contohnya pada peninggalan-peninggalan masa HinduBuddha di Indonesia. KARTU PEMBELAJARAN II
Petunjuk Mengerjakan
1. Amati gambar disamping 2. Baca artikel dibawah 3. Jawab permasalahannya Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan Pembagian Kasta sebagai wujud akulturasi budaya Hindu di Indonesia dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja raja tersebut, hal ini dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan pada masa Sumber: Majapahit, R. Wijaya diwujudkan sebagai Ha rahari (dewa Syiwa fannyndep.blogspot.com dan Wisnu jadi satu). Pemerintahan raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. Permasalahan Pembelajaran II
Berikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang sosial kemasyarakatan dan contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia. KARTU PERMASALAHAN III
Petunjuk Mengerjakan
1. Amati gambar disamping 2. Baca artikel dibawah 3. Jawab permasalahannya Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit . Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi Candi Jago, Malang, Jawa Timur sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu Sumber; koleksi Labdik Sejarah sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. PPPPTK PKn dan IPS Perkataan candi berasal dari kata Candika Grha yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa. Candi Jago merupakan salah satu peninggalan kerajaan Singosari yang merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 – 1268. Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja Wisnuwardhana). Candi yang bercorak Buddha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa.
Candi Borobudur adalah candi Buddha yang terbesar di Indonesia merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Buddha. Patung-patung Dyani Buddha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Buddha. Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa. Untuk Candi Buddha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Buddha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia. Permasalahan III
Berikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang sistem pengetahuan dan peralatan hidup serta contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia (contoh minimal 5).
KARTU PEMBELAJARAN IV
Petunjuk Mengerjakan
1. Amati gambar disamping 2. Baca artikel dibawah 3. Jawab permasalahannya Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana Gambar 8. Relief Candi Borobudur kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. Dengan Sumber: demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia. Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga pujangga Indonesia, kedalam bahasa Jawa kuno. Tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan
perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala. Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut. Permasalahan IV
Berikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang kesenian dan contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia (contoh minimal 5). KARTU PEMBELAJARAN V
Petunjuk Mengerjakan
1. Perhatikan gambar 2. Baca artikel dibawah 3. Jawab permasalahannya
Gambar 9. lingga yoni pada Candi Badut, Kota Malang. Sumber: Koleksi pribadi Labdik Sejarah PPPPTK PKn dan IPS Permasalahan V
Perhatikan kondisi Lingga Yoni pada bangunan induk Candi Badut diatas!. Pada lingga tersebut nampak kondisi lingga yang sudah rusak yaitu adanya tambahan tulisan oknum yang tidak bertanggungjawab. Sebagai seorang siswa, apa yang kamu lakukan apabila mengetahui perusakan peninggalan budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia? KUNCI JAWABAN KARTU PERMASALAHAN
1. Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam
bentuk bahasa dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sanksekerta banyak berkembang di wilayah India bagian selatan. Penggunaan bahasa Sansekerta di Indonesia pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Buddha pada abad 5 – 7 M. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis.
yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu – Buddha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Sistem kepercayaan
Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Buddha yang dianut oleh masyarakat India. 2. Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam: a. Organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun (konsep dewaraja). Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. b. Sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan
rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kastakasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. 3. Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa. Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candicandi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orangorang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi, candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang
terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa. 4. Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. 5. Pemahaman sejarah memiliki arti lebih penting dari sekadar membentuk kesadaran untuk merawat benda cagar budaya, yakni membentuk karakter, jati diri, dan eksistensi kebangsaan, Cara menghargai peninggalan sejarah antara lain: a. Turut menjaga agar benda-benda peninggalan sejarah tidak dirusak. Benda-benda peninggalan sejarah harus diamankan dari tangan-tangan jahil. b. Mengunjungi museum, candi, makam pahlawan, istana dan lainlain termasuk salah satu cara menghargai peninggalan sejarah. c. Benda-benda peninggalan sejarah adalah kekayaan negara. Kita harus menggunakan secara benar. Benda-benda itu boleh digunakan untuk keperluan penelitian. Benda-benda peninggalan sejarah juga boleh dikunjungi. Benda-benda peninggalan sejarah bukan milik pribadi. Kita tidak memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya, kita tidak boleh memperjualbelikan benda-benda peninggalan sejarah. d. Siswa dituntut tidak hanya sekedar paham akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari bangku sekolah/formal saja melainkan juga peduli akan lingkungan alam (natural environment ).
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN MATERI PELATIHAN:
2. ANALISIS MATERI AJAR
ALOKASI WAKTU:12 JP (@ 45 MENIT) JENJANG:
SMA/MA, SMK/MAK
MATA PELAJARAN:
TAHAPAN KEGIATAN PERSIAPAN
SEJARAH INDONESIA
DESKRIPSI KEGIATAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector , Laptop, File, Active Speaker , dan Laser
WAKTU
Pointer , atau media pembelajaran lainnya. KEGIATAN PENDAHUL UAN
Pengkondisian Peserta
15 Menit
Perkenalan Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Analisis Materi Ajar . Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
2.1 Konsep Pendekatan Scientific
90 Menit
pembelajaran Sejarah Indonesia dengan 20 Menit menggunakan V-2.1/4.1. Penayangan Video
Diskusi kelompok untuk
mengkaji pendekatan scientific yang 40 Menit mengacu pada tayangan video, dilanjutkan dengan paparan materi oleh fasilitator tentang konsep pendekatan scientific dengan menggunakan PPT-2.2-1 dan contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Sejarah Indonesia dengan menggunakan PPT-2.2.2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut. tentang konsep pendekatan scientific 30 Menit dengan menggunakan HO-2.1-1 dan contoh-contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Sejarah Indonesia dengan mengacu pada hand out HO-2.1-2. Diskusi kelompok
2.3 Model-model Pembelajaran
90 Menit
Mengamati tayangan tiga jenis model pembelajaran ( Project Based Learning , Problem Based Learning , dan Discovery Learning ). Menerapkan Focus Group Discussion untuk
mengidentifikasi karakteristik tiga model pembelajaran. Kerja kelompok untuk mengidentifikasi penerapan Pendekatan Scientific pada tiga model pembelajaran. 2.3 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran
20 menit
30 menit 40 menit 90 Menit
Kegiatan interaktif untuk
menyamakan persepsi tentang jenis 15 Menit dan bentuk penilaian autentik. Diskusi tentang konsep penilaian
autentik pada proses dan hasil 30 Menit
belajar. Presentasi hasil diskusi kelompok
25 Menit
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan 15 Menit Hasil Belajar dengan menggunakan bahan tayang PPT-2..2 dan Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran Sejarah Indonesia menggunakan bahan tayang PPT-2.2/3.2. Paparan materi
ICE BREAKER
5 Menit
2.4 Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian,
240 Menit
Kecukupan, dan Kedalaman Materi)
dilakukan oleh peserta dengan bimbingan 20 Menit fasilitator dilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan, dan kedalaman materi. Menilai buku
hasil penilaian buku dilanjutkan dengan 30 Menit tentang Analisis Buku Guru dan Buku Siswa dengan menggunakan PPT-2.3 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut. Diskusi kelompok pemaparan materi
Menyimpulkan hasil diskusi
lembar kerja yang telah disiapkan.
dan menyampaikan format 15 Menit
Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian buku guru dan
60 Menit
ICE BREAKER
5 Menit
Diskusi kelompok untuk menganalisis kesesuaian proses, pendekatan scientific, serta strategi evaluasi yang diintegrasikan
30 Menit
buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD dengan menggunakan LK-2.3-1 dan LK -2.3-2.
dalam buku.
untuk membuat contoh-contoh penerapan 30 Menit materi pelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari. Kerja kelompok
KEGIATAN PENUTUP
Presentasi hasil kerja kelompok.
30 Menit
Menyimpulkan materi analisis buku oleh fasilitator.
20 Menit
Membuat rangkuman
materi pelatihan Analisis materi Ajar .
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang
15 Menit
relevan. Fasilitator menutup pembelajaran
Submateri Pelatihan 3.1: Penyusunan RPP Langkah Kegiatan Inti
Tugas Individu: Saling Menilai RPP
Menyimpulkan Hasil Penilaian RPP
Diskusi
15 Menit
10 Menit
40 Menit
Kerja Kelompok
Diskusi
Kerja Kelompok
35 Menit
20 Menit
80 Menit
Aktivitas 1: Menilai RPP
Menilai RPP Peserta Lain a. Setiap peserta diwajibkan membawa dua set RPP yang telah digunakan dalam proses pembelajaran sesuai mata pelajaran yang diampu. b. RPP tersebut dikumpulkan kepada panitia untuk kemudian dibagikan kembali ke peserta untuk dinilai oleh peserta lainnya dengan menggunakan acuan pengetahuan masing-masing peserta. c. Hasil penilaian dituliskan langsung pada halaman depan RPP. Hasil penilaian dipresentasikan oleh peserta yang ditunjuk instruktur. Peserta lainnya menyampaikan hasil penilaian yang tidak sama dengan peserta lainnya. Instruktur mencatat hasil penilaian yang dilaporkan peserta. Peserta menyimpulkan hasil penilaian RPP dengan dipandu oleh Instruktur. Diskusirambu-rambu penyusunan RPPyang mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan Scientific. Paparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPP mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan scientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.
Aktivitas 2: Kerja Kelompok
Kerja kelompokuntuk menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI, dan KD; Standar Proses; dan pendekatan scientific (terutama KD di awal semester 1). Diskusi format telaah
RPPdengan mengacu pada bahan tayangPPT-3.1.
Aktivitas 3: Kerja Kelompok
Kerja Kelompokuntuk menelaah RPP yang disusun kelompok lain dengan menggunakan LK-3.1/3.2.
3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar KELAS
: X KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KOMPETENSI DASAR
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya. 1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2. Menghayati dan mengamalkan 2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli perilaku jujur, disiplin, tanggung terhadap berbagai hasil budaya pada zaman jawab, peduli (gotong royong, praaksara, Hindu-Buddha dan Islam. kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif 2.2. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, dan menunjukkan sikap sebagai responsif dan pro aktif yang ditunjukkan oleh bagian dari solusi atas berbagai tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial permasalahan dalam berinteraksi dan lingkungannya. secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam 2.3. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam menempatkan diri sebagai mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran cerminan bangsa dalam pergaulan sejarah. dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
3.1. Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu dalam sejarah. 3.2. Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara. 3.3. Menganalisis asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutero Melayu dan Melanesoid). 3.4. Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di lingkungan terdekat. 3.5. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. 3.6. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. 3.7. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. 3.8. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
4.1. Menyajikan informasi mengenai keterkaitan antara konsep berpikir kronologis (diakronik ) , sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah . 4.2. Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara dalam bentuk tulisan. 4.3. Menyajikan kesimpulan-kesimpulan dari informasi mengenai asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutero Melayu dan Melanesoid) dalam bentuk tulisan. 4.4. Menalar informasi mengenai hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di lingkungan terdekat dan menyajikannya dalam bentuk tertulis. 4.5. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu-Buddha dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
4.6. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan HinduBuddha dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini. 4.7. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Islam dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 4.8. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
LEMBAR KERJA PENELAAHAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
LK -
Identitas RPP yang ditelaah: ………………………………… Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom tersebut! Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda!
No.
A
1.
B.
Komponen
Identitas Mata Pelajaran
Perumusan Indikator
Kesesuaian dengan SKL,KI dan KD.
2.
Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur.
3.
Kesesuaian dengan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Perumusan Tujuan Pembelajaran
1.
Kesesuaian dengan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai.
2.
Kesesuaian dengan kompetensi dasar.
D.
Pemilihan Materi Ajar
1.
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
2.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
3.
Kesesuaian dengan alokasi waktu.
E.
Catatan 1
2
3
Tidak Ada
Kurang Lengkap
Sudah
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Lengkap
Satuan pendidikan,kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
1.
C.
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pemilihan Sumber Belajar
1.
Kesesuaian dengan KI dan KD.
2.
Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan pendekatan scientific.
3.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
No.
F.
Komponen
Pemilihan Media Belajar
1.
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2.
Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan pendekatan scientific.
3.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
G.
Model Pembelajaran
1.
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2.
Kesesuaian dengan pendekatan Scientific.
H.
1. 2.
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Skenario Pembelajaran
Catatan 1
2
3
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas. Kesesuaian kegiatan dengan pendekatan scientific.
3.
Kesesuaian penyajian dengan sistematika materi.
4.
Kesesuaian alokasi waktu dengan cakupan materi.
I.
Penilaian
1.
Kesesuaian dengan teknik dan bentuk penilaian autentik.
2.
Kesesuaian dengan dengan indikator pencapaian kompetensi.
3.
Kesesuaian kunci jawaban dengan soal.
4.
Kesesuaian pedoman penskoran dengan soal. Jumlah
Komentar terhadap RPP secara umum. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ........................................................................
RUBRIK PENILAIAN TELAAH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
R-
Rubrik penilaian RPP digunakan fasilitator untuk menilai RPP peserta yang digunakan peerteaching . Selanjutnya nilai RPP dimasukkan ke dalam nilai
portofolio peserta.
Langkah-langkah penilaian RPP sebagai berikut. 1. Cermati format penilaian RPP dan RPP yang akan dinilai! 2. Berikan nilai setiap komponen RPP dengan cara membubuhkan tanda cek (√) pada kolom pilihan skor (1 ), (2) dan (3) sesuai dengan penilaian Anda terhadap RPP tersebut! 3. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan
setiap komponen RPP jika
diperlukan! 4. Setelah selesai penilaian, jumlahkan skor seluruh komponen! 5. Tentukan nilai RPP menggunakan rumus sbb:
Nilai
=
Skor yang diperoleh x 100 75
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik ( A)
90 ≤ A ≤100
Baik (B)
75 ≤ B < 90
Cukup (C)
60 ≤ C < 75
Kurang (K)
K < 60
Submateri Pelatihan : 3.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar Langkah Kegiatan Inti
Diskusi dan Tanya jawab
Kerja Kelompok
Kerja Kelompok
Presentasi
Merangku m dan Refleksi
40 Menit
30 Menit
25 Menit
20 Menit
20 Menit
tentang penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes termasuk portofolio, dilanjutkan dengan Pemaparan materi oleh fasilitator tentang Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut. Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaranyang terdapat dalam HO-2.3/3.2. Kerja kelompok untuk merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun. Diskusi dan tanya jawab
Presentasi hasil kerja kelompok. Membuat rangkuman materi pelatihan Model Rancangan Pembelajaran. Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan. Fasilitator menutup pembelajaran. Bahan Tayang
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT2.3/3.2 dan Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2-2.
MATERI MATERI PELATIHAN PELATIHAN 4 : PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING (24 JP) 4.1 Simulasi Pembelajaran 4.2 Peer Teaching Teaching
Sub Materi Pelatihan 4 Praktik Pembelajaran Terbimbing Terbimbing
A. KOMPETENSI Peserta pelatihan dapat: 1. mengk mengkaji aji pela pelaks ksan anaan aan pemb pembel elaja ajaran ranya yang ng mene menerap rapka kann pend pendek ekata atann scientific (mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, maupun, intelektual; dan 2. melaksa melaksanak nakan an pembela pembelajara jaranya nyang ng menerap menerapkan kan pende pendekata katann scientific (mengamati, mena menany nya, a, menco mencoba ba,, meng mengol olah ah,, meny menyaji aji,, menal menalar ar,, menc mencip ipta ta)) deng dengan an tetap tetap memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, maupun, intelektual. B. LINGKUP MATERI 1. Simulasi Pembelajaran 2. Peer Teaching C. KOMPETENSI PESERTA PESERTA PELATIHAN 1. Ketelitian Ketelitian dan keseriusan keseriusan dalam menganalisi menganalisiss simulas simulasii pembel pembelajaran. ajaran. 2. Menganalisis Menganalisis simulasi simulasi pembelajaran pembelajaran melalui tayangan tayangan video pembelajaran pembelajaran.. 3. Menyim Menyimpul pulkan kan alur alur pembelaj pembelajaran aran yang yang berorie berorienta ntasi si pada pende pendekat katan an scientific dan penilaian autentik. 4. Merev Merevis isii RPP RPP sehin sehingg ggaa mene menera rapk pkan an pende pendeka kata tann scientific dan penilaian autentik untuk kegiatan peer teaching. 5. Kreatif Kreatif dan komuni komunikat katif if dalam dalam melaku melakukan kan peer teaching. 6. Melaksanakan peer teaching pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific dan penilaian autentik. 7. Men Menilai ilai pelak elakssanaa anaann peer teaching peserta lain. D. PERANGKAT PELATIHAN 1. Bahan Tayang a. Strate Strategi gi Peng Pengamat amatan an tayang tayangan an vide video. o. b. Panduan tugas praktik pelaksanaan pembelajaran. c. Garis besar instrumen instrumen penilaian penilaian pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran. pembelajaran. 2. Lembar Ke Kerja a. Analis Analisis is pembe pembelaja lajaran ran pada pada tayan tayangan gan vide video. o.
b. Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran (Alat Penilaian Kinerja Guru). 3. ATK
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN MATERI PELATIHAN:
4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
ALOKASI WAKTU: 22 JP (@ 45 MENIT) JENJANG:
SMA/MA, SMK/MAK
MATA PELAJARAN:SEJARAH INDONESIA
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
KEGIATAN PERSIAPAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector , Laptop, File, Active Speaker , dan Laser Pointer , atau media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN PENDAHUL UAN
Pengkondisian Peserta
15 Menit
Perkenalan Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Praktik Pembelajaran Terbimbing . Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar saling mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
4.1 Simulasi Pembelajaran
380 Menit
Pemaparan Strategi Pengamatan Video Pembelajaran dengan
20 Menit
Penayangan video pembelajaran Sejarah Indonesia dengan
20 Menit
Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video
60 Menit
Mengkonfirmasi penerapan pendekatan scientific dan penilaian
30 Menit
Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil
135 Menit
Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer teaching .
90 Menit
ICE BREAKER
5 Menit
menggunakan bahan tayang PPT-4.1- oleh fasilitator. menggunakan V-2.1/4.1.
pembelajaran dengan fokus pada penerapan pendekatan scientific dan penilaian autentik dengan menggunakan LK 4.1. autentik mengacu pada tayangan video pembelajaran analisis tayangan video pembelajaran.
4.2 Peer Teaching
600 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang
Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer teaching dengan menggunakan PPT- 4.2-1.
20 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian
20 Menit
Persiapan peer teaching .
20 Menit
Praktik peer teaching pembelajaran Sejarah Indonesia secara
510 Menit
Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan PPT-4.2-2.
individual, untuk setiap peserta 30 menit dipandu fasilitator. Menilai kegiatan peer teaching menggunakan instrumen
penilaian pelaksanaan pembelajaran LK -4.2.
Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching . KEGIATAN PENUTUP
Membuat rangkuman Terbimbing.
materi pelatihan Praktik Pembelajaran
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan. Fasilitator menutup pembelajaran.
Submateri Pelatihan : 4.1 Simulasi Pembelajaran
Langkah Kegiatan Inti
30 Menit 15 Menit
Paparan
Tayangan Video
Kerja Kelompok
20 Menit
20 Menit
60 Menit
Presentasi
Kerja Kelompok
Menyimpulka n
90 Menit
135 Menit
30 Menit
Strategi Pengamatan Video Pembelajaran dengan menggunakan bahan tayang PPT-4.1 oleh fasilitator. Penayangan video pembelajaran dengan menggunakan V-2.1/4.1. Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video pembelajaran dengan fokus pada penerapan pendekatan scientific dan penilaian autentik dengan menggunakan LK 4.1. Menyimpulkan alur pembelajaranyang berorientasi pada pendekatan scientific dan penilaian autentik. Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil analisis tayangan video pembelajaran. Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer teaching . Pemaparan
LEMBAR KERJA
LK - 4.1
ANALISIS PEMBELAJARAN DALAM TAYANGAN VIDEO PEMBELAJARAN 1. Nama Peserta : .............................................. 2. Asal Sekolah
: ..............................................
3. Mata Pelajaran : .............................................. 3. Tema
: ..............................................
Aspek yang Diamati Kegiatan Pendahuluan Melakukan apersepsi dan motivasi.
a
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran. b Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik dalam perjalanan menuju sekolah atau dengan tema sebelumnya. c Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitan dengan tema yang akan dibelajarkan. d Mengajak peserta didik berdinamika/melakukan sesuatu kegiatan yang terkait dengan materi. Kegiatan Inti Guru menguasai materi yang diajarkan.
a. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran. b Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain . yang diintegrasikan secara relevandengan perkembangan Iptek dankehidupan nyata . c. Menyajikan materi dalam tema secara sistematis dan gradual (dari yang mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak) Guru menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik.
a.
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. b Melaksanakan pembelajaran secara runtut. . c. Menguasai kelas dengan baik. d Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. . e. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif ( nurturant effect ).
Ya
Tida k
Catatan
Aspek yang Diamati
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Guru menerapkan pendekatan scientific.
a Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. b Memancing peserta didik untuk peserta didik bertanya. c Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan mengamati. d Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan menganalisis. f Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan mengkomunikasikan. Guru melaksanakan penilaian autentik.
a
Mengamati sikap dan perilaku peserta didik dalam mengikuti pelajaran. b Melakukan penilaian keterampilan peserta didik dalam melakukan aktifitas individu/kelompok. c Mendokumentasikan hasil pengamatan skap, perilaku dan keterampilan peserta didik. Guru memanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran.
a. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran. b Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media . pembelajaran. c. Menghasilkan pesan yang menarik. d Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber . belajar pembelajaran. e. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran. Guru memicu dan/atau memelihara keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
a.
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar. b Merespon positif partisipasi peserta didik, . c. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik, d Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. . e. Menumbuhkan keceriaan dan antusisme peserta didik dalam belajar. Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran
a. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
Ya
Tida k
Catatan
Aspek yang Diamati
b Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. . c. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. Penutup Pembelajaran Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif
a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik. b Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, . atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Ya
Tida k
Catatan
RUBRIK
R - 4.1
PENILAIAN HASIL ANALISIS PEMBELAJARAN PADA TAYANGAN VIDEO
NAMA PESERTA DIKLAT : ………………………………………………………….. KELAS/ : ………………………………………………………….. TANGGAL PENILAIAN : ………………………………………………………….. Aspek
Kriteria
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal, Pengamatan kegiataninti, Video dankegiatanpenutupdenganlengkapdanterinci yang (15-30) disertaicontohkongkrithasilpengamatan. Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal, kegiataninti, dankegiatanpenutupdenganlengkapnamunkurangteri nci.. Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal, kegiataninti, dankegiatanpenutupnamuntidaklengkap. Mendeskripsikansetiap item padalembarkerjaanalisis Lembarkerjaana proses lisispembelajara belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar yang ndalam Video disajikandalamtayangan video denganjelas, (15-30) lengkapdanbenar. Mendeskripsikansetiap item padalembarkerjaanalisis proses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar yang disajikandalamtayangan video denganjelas. Hanyamenandaisetiap item padalembarkerjaanalisis proses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar yang disajikandalamtayangan video. Sikapselamamen Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhgamati sungguhdenganpenuh rasa ingintahu yang (5-15) disertaidenganpolaberpikiranalitikdalammengamatid anberdiskusi. Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh rasa ingintahu danaktifdalamberdiskusi.
Rentangan Nilai Nilai Peserta
25 - 30
21 - 24
15 - 20
25 - 30
21 - 24
15 - 20
12 - 15 8 - 11
Aspek
Rentangan Nilai Nilai Peserta
Kriteria
Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh rasa ingintahu saja. Komentardan Memberikankomentar yang Simpulan faktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaan (10-25) skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM video pembelajaranyang terdiridaripengalaman yang dapatdiambildaritayangan video dankesimpulan. Memberikankomentar yang faktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaan skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM video pembelajaranyang terdiridaripengalaman yang dapatdiambildaritayangan video. Memberikankomentarsesuaidengan keterlaksanaan skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM video pembelajaran. JUMLAH
5-7
21 - 25
16 -20
10 -15 100
………………, ……….……………. 2013 Fasilitator,
(.................................................)
Submateri Pelatihan : 4.2 Peer Teaching Langkah Kegiatan Inti
Paparan Panduan
Paparan Instrumen Penilaian
15 Menit
15 Menit
Refleksi
40 Menit
Persiapan Peer Teaching
10 Menit
Praktik Peer Teaching
560 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer teaching dengan menggunakan PPT- 4.2-1.
oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan PPT-4.2-2. Persiapan peer teaching . Praktik peer teaching pembelajaran secara individual, untuk setiap peserta 30menit dipandu fasilitator. Menilai kegiatan peer teaching oleh fasilitator dengan menggunakan instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran LK-4.2. Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching . Paparan
LEMBAR KERJA
LK - 4.2
INSTRUMEN PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Nama Peserta 2. Asal Sekolah 3. Topik
: :
.................................................
................................................. :
.................................................
Aspek yang Diamati Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi
1 2 3 4
Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya. Mengajukan pertanyaan menantang. Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran.
Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan
1 2
Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik. Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi.
Kegiatan Inti Penguasaan Materi Pelajaran
1 2 3 4
Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata. Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)
Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik
1 2 3
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
Ya
Tida k
Catatan
Aspek yang Diamati
4 5 6 7
Menguasai kelas. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif ( nurturant effect ). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
Penerapan Pendekatan scientific
1 2 3 4 5 6 7
Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. Memancing peserta didik untuk bertanya. Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis. Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses berfikir yang logis dan sistematis). Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran
1 2 3 4 5
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran. Menghasilkan pesan yang menarik. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.
Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran
1 2 3 4 5
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar. Merespon positif partisipasi peserta didik. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. Menumbuhkan keceriaan atau antuisme peserta didik dalam belajar.
Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran
Ya
Tida k
Catatan
Aspek yang Diamati
1 2
Ya
Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
Kegiatan Penutup Penutup pembelajaran
1 2 3 4
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik. Memberihan tes lisan atau tulisan . Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan. Jumlah
Tida k
Catatan
RUBRIK
R - 4.2
PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ini digunakan fasilitator untuk menilai kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran pada saat Peer Teaching. Selanjutnya nilai PeerTeaching dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta. Langkah Kegiatan
1. Berikan tanda cek (√) pada kolom pilihan YA atau TIDAK sesuai dengan penilaian Anda terhadap penyajian guru pada saat pelaksanaan pembelajaran! 2. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan pelaksanaan pembelajaran! 3. Hitung jumlah nilai YA dan TIDAK ! 4. Tentukan Nilai menggunakan rumus berikut ini!
Mata Pelajaran
Nilai
Jumlah YA
=
40
IPA
x 100
Nilai
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik ( A)
90 ≤ A ≤100
Baik (B)
75 ≤ B < 90
Cukup (C)
60 ≤ C < 75
Kurang (K)
K < 60
Jumlah YA
=
44
x 100
MATERI PELATIHAN 3 : MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN 3.3.
Penyusunan RPP
3.4.
Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
Sub materi Pelatihan 3: Model Rancangan Pembelajaran
E. KOMPETENSI Peserta pelatihan dapat: 3. menyusun RPP yang menerapkan pendekatan scientific sesuai model belajar yang relevan dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, maupun intelektual; dan 4. merancang penilaian autentik pada proses dan hasil belajar. F. LINGKUP MATERI 3. Penyusunan RPP. 4. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar. G. INDIKATOR 10. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan kreatif dalam menyusun RPP. 11. Mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan RPP. 12. Menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI dan KD; Standar Proses; dan pendekatan scientific. 13. Menelaah RPP. 14. Menunjukkan sikap tanggung dan kreatif dalam menyusun rancangan penilaian autentik. 15. Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar. 16. Menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaran. 17. Menelaah rancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar yang ada dalam RPP. 18. Merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun. H. PERANGKAT PELATIHAN 4. Bahan Tayang a. Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan scientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut. b. Panduan tugas telaah RPP. c. Panduan tugas menelaah rancangan penilaian pada RPP. 5. Lembar KerjaTelaah RPP 6. ATK
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kode RPP HO-3.1
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas/Semester : X / I Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Topik : Kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Pertemuan ke- : 2 K. Kompetensi Inti 5. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 6. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 7. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 8. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. L. Kompetensi Dasar 1.3 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya 1.4 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan seharihari 2.2 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam 2.4 Berlaku jujur dan bertanggung-jawab dalam mengerjakan tugastugas dari pembelajaran sejarah
3.8 Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini 4.5 Menyajikan hasil analisis dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan HinduBudda dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini M. Indikator Pencapaian Kompetensi 15. Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 16. Menunjukkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama dengan saling menghargai peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 17. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia 18. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia 19. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah 20. Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugastugas dari pembelajaran sejarah 21. Menjelaskan konsep akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 22. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa bahasa 23. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa religi/kepercayaan 24. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan 25. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan 26. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa peralatan hidup/teknologi 27. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian 28. Melaporkan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia N. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat: 7. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 8. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia 9. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah 10. Menunjukan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugastugas dari pembelajaran sejarah 11. Mendeskripsikan wujud akulturasi budaya di Indonesia 12. Melaporkan bentuk kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia O. Materi Ajar 13. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 14. Sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya HinduBuddha di Indonesia 15. Sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia 16. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah 17. Sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah 18. Konsep akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia 19. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa bahasa 20. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa religi/kepercayaan 21. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan 22. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan 23. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa peralatan hidup/teknologi 24. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian P. Alokasi Waktu 2 x 45 menit Q. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendekatan: Saintifik Strategi : Cooperative Jigsaw Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan R. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahulua n
• •
•
Alokas Deskripsi i waktu 10 Memberikan salam Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk menit
belajar Menanyakan kehadiran siswa
Kegiatan
Deskripsi
Alokas i waktu
Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa Tanya jawab materi sebelumnya mengenai Teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power point Menayangkan gambar Candi Borobudur dan Candi 60 Prambanan melalui power point serta melakukan tanya jawab menit singkat Siswa mendapatkan penjelasan tentang proses pelaksanaan teknik Jigsaw Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang beranggotakan 5-6 orang (kelompok awal) Setiap kelompok mendapatkan tugas: • •
•
Inti
•
•
•
•
6. Wujud akulturasi budaya masa HinduBuddha di Indonesia berupa bahasa dan religi/kepercayaan 7. Wujud akulturasi budaya masa HinduBuddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan 8. Wujud akulturasi budaya masa HinduBuddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan dan peralatan hidup 9. Wujud akulturasi budaya masa HinduBuddha di Indonesia berupa kesenian 10. Gambar peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia yang tidak terpelihara •
•
•
Masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama berkumpul dalam satu kelompok (Kelompok ahli) Setiap siswa mencatat hasil diskusi dan kembali ke kelompok awal Dalam kelompok awal dilaporkan hasil diskusi kelompok ahli dan semua anggota kelompok mencatat hasil kelompok ahli Laporan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk secara acak untuk melaporkan hasil diskusi kelompok, sampai semua masalah selesai dibahas Siswa yang lain menanggapi Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru 20 menyimpulkan materi kehidupan masyarakat, pemerintahan menit dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan HinduBuddha di Indonesia Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran •
•
Penutup
•
• •
Kegiatan
Deskripsi •
•
Alokas i waktu
Siswa membuat tugas kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan HinduBuddha di Indonesia dalam bentuk makalah (tugas kelompok dikumpulkan 2 minggu yang akan datang) Mengucapkan salam
S. Penilaian Hasil Belajar c. Tes 1. Uraian (terlampir) 2. Pilihan Ganda (terlampir) d. Non Tes 1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir) 2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir) 3. Membuat makalah tentang kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia (kriteria penilaian terlampir) Format penulisan makalah: BAB I Pendahuluan BAB II Isi BAB III Penutup c. Kesimpulan d. Saran
Daftar Rujukan Catatan: Makalah diketik dengan menggunakan huruf Arial, 12, spasi 1,5, print -out kertas A4, maksimal 15 lembar. T. Sumber Belajar : Buku sumber Sejarah SMA X - Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka. - Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara. - Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius. - Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta: Djambatan. White board/papan flanel Power point LCD Internet Kartu pembelajaran Peta Sejarah •
• • • • • •
Mengetahui, Kepala Sekolah,
( NIP.
, 2013 Guru Mapel,
)
( NIP.
)
Lampiran
Ringkasan Materi Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Hal ini berarti kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu- Buddha.
Gambar 1: Prasasti Yupa masa Kerajaan Kutai
Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini: •
Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Gambar 2: Prasasti Tugu masa Kerajaan Tarumanegara Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Buddha pada Prasasti Yupa dan Tugu abad 5 – 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai dan prasasti men unakan Huruf Pallawa dan peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno. Gambar 3. Perkembangan huruf di •
Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu – Buddha ke Indonesia, Masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami sperpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Buddha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi
Indonesia
harmanza.wordpress.com
Gambar 4. Upacara Nyepi di Bali sebagai salah satu wujud akulturasi budaya berupa Religi/kepercayaan umat Hindu di Indonesia
yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. •
Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan pada masa Majapahit, R. Wijaya diwujudkan Gambar 5. Pembagian Kasta sebagai sebagai Ha rahari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu). Pemerintahan raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan wujud akulturasi budaya Hindu di Indonesia dalam bidang sosial turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan kemasyarakatan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi selain dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. •
Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit . •
Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-
candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika Grha yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orangorang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa. Candi Jago (gambar 6) merupakan tempat pendharmaan Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 – 1268. Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja Gambar 7. Candi Borobudur, Jawa Tengah Wisnuwardhana). Sumber: id.wiki edia.or Candi yang bercorak Buddha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa. Candi Borobudur (gambar 7) adalah candi Buddha yang terbesar di Indonesia merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Buddha. Patung patung Dyani Buddha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Buddha. Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa. Untuk candi Buddha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Buddha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia. •
Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Gambar 8. Relief Candi Borobudur Indonesia. Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia. Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, kedalam bahasa Jawa kuno. Dan, tokohtokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala. Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut. Evaluasi Hasil Soal Uraian
8. Mengapa terjadi akulturasi bahasa pada saat perkembangan masa Hindu-Buddha di Indoneia? 9. Mengapa terjadi akulturasi religi/kepercayaan pada saat perkembangan agama Hindu-Buddha di Indonesia? 10. Apa wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan! 11. Apa wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan! 12. Bagaimana proses akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia
berupa peralatan hidup/teknologi! 13. Bagaimana proses akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian! 14. Bagaimana sikap anda sebagai seorang pelajar apabila ada peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia yang tidak terpelihara? Kunci Jawaban 8. Perkembangan tingkat berfikir manusia merupakan hasil proses adaptasi dengan lingkungan alam, sosial dan budaya. Unsur-unsur kebudayaan yang datangnya dari luar ikut berperanan dalam proses perkembangan tradisi kebudayaan. Unsur kebudayaan India yang membawa perubahan terhadap kehidupan bangsa Indonesia adalah bahasa dan tulisan. Dimana ketika bangsa Indonesia mulai mengenal tulisan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, maka sejak saat itulah sudah mulai memasuki jaman sejarah. Dari bahasa dan tulisan bangsa Indonesia sudah dapat meninggalkan tradisitradisinya secara tertulis. Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bentuk bahasa dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sanksekerta banyak berkembang di wilayah India bagian selatan. Penggunaan bahasa Sansekerta di Indonesia pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Buddha pada abad 5 – 7 M. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. 9. Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu – Buddha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Buddha yang dianut oleh masyarakat India. 10. Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam: a.
Organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia
adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun (konsep dewaraja). Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. b. Sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benarbenar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. 11. Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa. 12. Kemajuan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Sebelum pengaruh Hindu masuk ke Nusantara bangsa Indonesia sudah memiliki teknologi yang tinggi khususnya dalam pembuatan alat kehidupan baik yang terbuat dari batu atau logam. Setelah adanya pengaruh Hindu, teknologi semakin maju, misalnya pembuatan candi. Jika dibandingkan dengan candi-candi di India maka candi di Indonesia jauh lebih megah dan kokoh seperti candi Borobudur, candi Prambanan. Dengan demikian, bangsa Indonesia memiliki pengetahuan teknologi yang sudah tinggi. Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candicandi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat
berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orangorang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi, candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa. 13. Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. 14. Cara menghargai peninggalan sejarah: a. Turut menjaga agar benda-benda peninggalan sejarah tidak dirusak. Benda-benda peninggalan sejarah harus diamankan dari tangan-tangan jahil. b. Mengunjungi museum, candi, makam pahlawan, istana dan lain-lain termasuk salah satu cara menghargai peninggalan sejarah. c. Benda-benda peninggalan sejarah adalah kekayaan negara. Kita harus menggunakan secara benar. Bendabenda itu boleh digunakan untuk keperluan penelitian. Bendabenda peninggalan sejarah juga boleh dikunjungi. Benda-benda peninggalan sejarah bukan milik pribadi. Kita tidak memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya, kita
tidak boleh sejarah.
memperjualbelikan
benda-benda
peninggalan
Soal Pilihan Ganda
11. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang bahasa adalah ... . A. Nisan Malik as Saleh B. Negara Krtagama C. Inkripsi Yupa D. Pararaton E. Kronik 12. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang religi/kepercayaan adalah ... . F. Upacara Ngaben G. Upacara Nyepi H. Prasasti Tugu I. Prasasti Yupa J. Candi 13. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan adalah ... . F. Upacara Nyepi G. Upacara Ngaben H. Konsep Dewaraja I. Konsep Kepala Suku J. Raja sebagai kepala pemerintahan
14. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang sistem pengetahuan adalah sistem kalender ... . F. Candrasengkala G. Masehi H. Islam I. Cina J. Saka 15. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang peralatan hidup/teknologi adalah ... . F. Candi G. Relief H. Kalender Saka I. Konsep Dewaraja J. Konsep Macapat 16. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha
di Indonesia dalam bidang kesenian ... . F. Konsep Dewaraja G. Kalender Saka H. Gamelan I. Candi J. Relief 17. Sejak masa kerajaan Hindu-Buddha sampai sekarang yang dikenal menerapkan konsep negara kesatuan adalah ... . F. Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya G. Sriwijaya, Majapahit, Republik Indonesia H. Singosari, Majapahit, Republik Indonesia I. Mataram Kuno, Majapahit, Republik Indonesia J. Mataram Kuno, Mataram Islam, Republik Indonesia 18. Pengaruh kehidupan masa Hindu-Buddha di Indonesia dihubungkan dengan kehidupan masyarakat pada masa sekarang yang dapat diterapkan adalah ... . F. Toleransi G. Peperangan H. Chauvinisme I. Separatisme J. Diskriminasi 19. Kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia. VI. Mengunjugi museum VII. Menjual kepada kolektor benda purbakala VIII. Menjadikan situs sebagai obyek penelitian IX. Melaporkan ke polisi apabila mengetahui pencurian arca X. Menyimpan dirumah Berdasarkan data diatas, yang termasuk peran siswa dalam menjaga peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia ditunjukkan pada nomer ... . F. I, II dan III G. I, II dan IV H. I, III dan IV I. II, III dan IV J. II, IV dan V 20. Apabila kamu melihat seseorang dengan sengaja mencoret-coret dinding candi Prambanan yang bermaksud meninggalkan kenangan, maka yang kamu lakukan adalah ... . F. Menegur G. Menasehati H. Membiarkan I. Ikut mencoret J. Melaporkan kepada petugas Kunci Jawaban
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Evaluasi Pembelajaran (Proses)
C B C E A E B A C E
Lembar Pengamatan Rubrik kegiatan Diskusi
Aspek Pengamatan No.
Kerja sama
Nama Siswa
Mengkomunika sikan pendapat
Tolera nsi
Keakti fan
Mengharga i pendapat teman
Jumlah Skor
Nilai
Ket.
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang Nilai
=
Kriteria Nilai
A B C D
= = = =
∑ Skor perolehan X 100 Skor Maksimal (20)
80 – 100 70 – 79 60 – 69 ‹ 60
:Baik Sekali : Baik : Cukup : Kurang
Sejarah Indonesia | 108
Rubrik Penilaian Presentasi Jumlah Skor
Aspek Penilaian No.
Nama Siswa
Komuni kasi
Sistemati ka penyam Paian
Wawa san
Kebera nian
Antusias
Nilai
Gesture dan
penampilan
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang Nilai
=
Kriteria Nilai
A B C D
= = = =
∑ Skor perolehan X 100 Skor Maksimal (20)
80 – 100 70 – 79 60 – 69 ‹ 60
:Baik Sekali : Baik : Cukup : Kurang
Format Penilaian Makalah Struktur Makalah
Indikator
Pendahuluan • • •
Isi
• • •
•
Nilai
Menunjukkan dengan tepat isi : Latar belakang Rumusan masalah Tujuan penulisan. Ketepatan pemilihan gambar Orisinalitas makalah Mendeskripsikan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Struktur/logika penulisan disusun dengan jelas sesuai metode yang dipakai Sejarah Indonesia | 109
Ket.
Struktur Makalah
Indikator •
•
•
Penutup
•
•
Nilai
Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan (Ilmiah) Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara ilmiah Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk peningkatan kepedulian terhadap hasil peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Indonesia
Jumlah
Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:
Sangat sesuai Sesuai Cukup Kurang
Nilai
=
4 3 2 1
∑ Skor perolehan X 100 Skor Maksimal (48)
Sejarah Indonesia | 110
Kartu Pembelajaran KARTU PEMBELAJARAN I
Petunjuk Mengerjakan
4. Amati gambar disamping 5. Baca artikel dibawah 6. Jawab permasalahannya Akulturasi
Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Hal ini berarti kebudayaan HinduBuddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu- Buddha. Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini: Bahasa
Gambar 1: Prasasti Yupa Kerajaan Kutai
Prasasti Tugu masa Kerajaan
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya Tarumanegara Prasasti Yupa dan Tugu penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. menggunakan Huruf Pallawa Bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. dan Bahasa Sanksekerta Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Buddha pada abad 5 – 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai dan prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu – Buddha ke Indonesia, Masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain Upacara Nyepi di Bali sebagai mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, salah satu wujud akulturasi yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. budaya berupa Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda Religi/kepercayaan umat Hindu di Indonesia dengan agama Hindu – Buddha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang www.mediaindonesia.com diadakan oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. Sejarah Indonesia | 111
Permasalahan Pembelajaran I
Berikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang bahasa dan religi/kepercayaan, serta berikan contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia. KARTU PEMBELAJARAN II
Petunjuk Mengerjakan
4. Amati gambar disamping 5. Baca artikel dibawah 6. Jawab permasalahannya Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan Pembagian Kasta sebagai wujud akulturasi budaya Hindu di Indonesia dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja raja tersebut, hal ini dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan pada masa Sumber: Majapahit, R. Wijaya diwujudkan sebagai Ha rahari (dewa Syiwa fannyndep.blogspot.com dan Wisnu jadi satu). Pemerintahan raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. Permasalahan Pembelajaran II
Berikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang sosial kemasyarakatan dan contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia. KARTU PERMASALAHAN III
Petunjuk Mengerjakan
4. Amati gambar disamping 5. Baca artikel dibawah 6. Jawab permasalahannya Sejarah Indonesia | 112
Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit . Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi Candi Jago, Malang, Jawa Timur sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu Sumber; koleksi Labdik Sejarah sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. PPPPTK PKn dan IPS Perkataan candi berasal dari kata Candika Grha yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa. Candi Jago merupakan salah satu peninggalan kerajaan Singosari yang merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 – 1268. Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja Wisnuwardhana).
Sejarah Indonesia | 113
Candi yang bercorak Buddha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa. Candi Borobudur adalah candi Buddha yang terbesar di Indonesia merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Buddha. Patung-patung Dyani Buddha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Buddha. Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa. Untuk Candi Buddha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Candi Borobudur, Jawa Tengah Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Buddha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia. Permasalahan III
Berikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang sistem pengetahuan dan peralatan hidup serta contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia (contoh minimal 5).
KARTU PEMBELAJARAN IV
Petunjuk Mengerjakan
4. Amati gambar disamping 5. Baca artikel dibawah 6. Jawab permasalahannya Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana Gambar 8. Relief Candi Borobudur kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. Dengan Sumber: demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia. Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki Sejarah Indonesia | 114
dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, kedalam bahasa Jawa kuno. Tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala. Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut. Permasalahan IV
Berikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang kesenian dan contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia (contoh minimal 5). KARTU PEMBELAJARAN V
Petunjuk Mengerjakan
4. Perhatikan gambar 5. Baca artikel dibawah 6. Jawab permasalahannya
Gambar 9. lingga yoni pada Candi Badut, Kota Malang. Sumber: Koleksi pribadi Labdik Sejarah PPPPTK PKn dan IPS Permasalahan V
Sejarah Indonesia | 115
Perhatikan kondisi Lingga Yoni pada bangunan induk Candi Badut diatas!. Pada lingga tersebut nampak kondisi lingga yang sudah rusak yaitu adanya tambahan tulisan oknum yang tidak bertanggungjawab. Sebagai seorang siswa, apa yang kamu lakukan apabila mengetahui perusakan peninggalan budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia? KUNCI JAWABAN KARTU PERMASALAHAN
6. Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bentuk bahasa dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sanksekerta banyak berkembang di wilayah India bagian selatan. Penggunaan bahasa Sansekerta di Indonesia pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Buddha pada abad 5 – 7 M. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis.
yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu – Buddha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang Sistem kepercayaan
berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Buddha yang dianut oleh masyarakat India. 7.
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam: a. Organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun (konsep dewaraja). Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Sejarah Indonesia | 116
b.
Sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. 8. Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa. Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi, candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap Sejarah Indonesia | 117
dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa. 9. Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari reliefrelief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. 10. Pemahaman sejarah memiliki arti lebih penting dari sekadar membentuk kesadaran untuk merawat benda cagar budaya, yakni membentuk karakter, jati diri, dan eksistensi kebangsaan, Cara menghargai peninggalan sejarah antara lain: a. Turut menjaga agar benda-benda peninggalan sejarah tidak dirusak. Benda-benda peninggalan sejarah harus diamankan dari tangantangan jahil. b. Mengunjungi museum, candi, makam pahlawan, istana dan lain-lain termasuk salah satu cara menghargai peninggalan sejarah. c. Benda-benda peninggalan sejarah adalah kekayaan negara. Kita harus menggunakan secara benar. Benda-benda itu boleh digunakan untuk keperluan penelitian. Benda-benda peninggalan sejarah juga boleh dikunjungi. Benda-benda peninggalan sejarah bukan milik pribadi. Kita tidak memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya, kita tidak boleh memperjualbelikan benda-benda peninggalan sejarah. d. Siswa dituntut tidak hanya sekedar paham akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari bangku sekolah/formal saja melainkan juga peduli akan lingkungan alam (natural environment ).
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN MATERI PELATIHAN:
2. ANALISIS MATERI AJAR
ALOKASI WAKTU:12 JP (@ 45 MENIT) JENJANG:
SMA/MA, SMK/MAK
MATA PELAJARAN:
TAHAPAN KEGIATAN PERSIAPAN
SEJARAH INDONESIA
DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector , Laptop, File, Active Speaker , dan Laser Pointer , atau media pembelajaran lainnya. Sejarah Indonesia | 118
KEGIATAN PENDAHUL UAN
Pengkondisian Peserta
15 Menit
Perkenalan Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Analisis Materi Ajar . Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
2.1 Konsep Pendekatan Scientific
90 Menit
pembelajaran Sejarah Indonesia dengan 20 Menit menggunakan V-2.1/4.1. Penayangan Video
Diskusi kelompok untuk
mengkaji pendekatan scientific yang 40 Menit mengacu pada tayangan video, dilanjutkan dengan paparan materi oleh fasilitator tentang konsep pendekatan scientific dengan menggunakan PPT-2.2-1 dan contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Sejarah Indonesia dengan menggunakan PPT-2.2.2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut. tentang konsep pendekatan scientific 30 Menit dengan menggunakan HO-2.1-1 dan contoh-contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Sejarah Indonesia dengan mengacu pada hand out HO-2.1-2. Diskusi kelompok
2.3 Model-model Pembelajaran
90 Menit
Mengamati tayangan tiga jenis model pembelajaran ( Project Based Learning , Problem Based Learning , dan Discovery Learning ). Menerapkan Focus Group Discussion untuk
30 menit
mengidentifikasi karakteristik tiga model pembelajaran. Kerja kelompok untuk mengidentifikasi penerapan Pendekatan Scientific pada tiga model pembelajaran.
40 menit
2.3 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang
dan bentuk penilaian autentik. Diskusi
20 menit
90 Menit
jenis 15 Menit
tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasil 30 Menit Sejarah Indonesia | 119
belajar. Presentasi hasil diskusi kelompok
25 Menit
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan 15 Menit Hasil Belajar dengan menggunakan bahan tayang PPT-2..2 dan Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran Sejarah Indonesia menggunakan bahan tayang PPT-2.2/3.2. Paparan materi
ICE BREAKER
5 Menit
2.4 Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian,
240 Menit
Kecukupan, dan Kedalaman Materi)
dilakukan oleh peserta dengan bimbingan 20 Menit fasilitator dilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan, dan kedalaman materi. Menilai buku
hasil penilaian buku dilanjutkan dengan 30 Menit tentang Analisis Buku Guru dan Buku Siswa dengan menggunakan PPT-2.3 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut. Diskusi kelompok pemaparan materi
Menyimpulkan hasil diskusi
lembar kerja yang telah disiapkan.
dan menyampaikan format 15 Menit
Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian buku guru dan
60 Menit
ICE BREAKER
5 Menit
Diskusi kelompok untuk menganalisis kesesuaian proses, pendekatan scientific, serta strategi evaluasi yang diintegrasikan
30 Menit
buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD dengan menggunakan LK-2.3-1 dan LK -2.3-2.
dalam buku.
untuk membuat contoh-contoh penerapan 30 Menit materi pelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari. Kerja kelompok
30 Menit
Presentasi hasil kerja kelompok.
KEGIATAN PENUTUP
Menyimpulkan materi
analisis buku oleh fasilitator.
20 Menit
Membuat rangkuman
materi pelatihan Analisis materi Ajar .
15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Sejarah Indonesia | 120
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan. Fasilitator menutup pembelajaran
Sejarah Indonesia | 121
Submateri Pelatihan 3.1: Penyusunan RPP Langkah Kegiatan Inti
Tugas Individu: Saling Menilai RPP
Menyimpulkan Hasil Penilaian RPP
Diskusi
15 Menit
10 Menit
40 Menit
Kerja Kelompok
Diskusi
Kerja Kelompok
35 Menit
20 Menit
80 Menit
Aktivitas 1: Menilai RPP
Menilai RPP Peserta Lain d. Setiap peserta diwajibkan membawa dua set RPP yang telah digunakan dalam proses pembelajaran sesuai mata pelajaran yang diampu. e. RPP tersebut dikumpulkan kepada panitia untuk kemudian dibagikan kembali ke peserta untuk dinilai oleh peserta lainnya dengan menggunakan acuan pengetahuan masing-masing peserta. f.
Hasil penilaian dituliskan langsung pada halaman depan RPP.
Hasil penilaian dipresentasikan oleh peserta yang ditunjuk instruktur. Peserta lainnya menyampaikan hasil penilaian yang tidak sama dengan peserta lainnya. Instruktur mencatat hasil penilaian yang dilaporkan peserta. Peserta menyimpulkan hasil penilaian RPP dengan dipandu oleh Instruktur. Diskusirambu-rambu penyusunan RPPyang mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan Scientific. Paparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPP mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan scientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut. Sejarah Indonesia | 122
Aktivitas 2: Kerja Kelompok
Kerja kelompokuntuk menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI, dan KD; Standar Proses; dan pendekatan scientific (terutama KD di awal semester 1). Diskusi
format telaah RPPdengan mengacu pada bahan tayangPPT-3.1.
Aktivitas 3: Kerja Kelompok
Kerja Kelompokuntuk menelaah RPP yang disusun kelompok lain dengan menggunakan LK-3.1/3.2.
Sejarah Indonesia | 123
Sejarah Indonesia | 124
Sejarah Indonesia | 125
LEMBAR KERJA PENELAAHAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
LK -
Identitas RPP yang ditelaah: ………………………………… Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom tersebut! Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda!
No.
A
1.
B.
Komponen
Identitas Mata Pelajaran
Perumusan In Indikator
Kesesu sesuaaian deng dengaan SK SKL,KI L,KI dan KD.
2.
Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur.
3.
Kesesuaian Kesesuaian dengan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Peru Perumu musa san n Tujua ujuan n Pemb Pembel elaj ajar aran an
1.
Kesesuaian dengan gan proses dan hasil belajar yang diharapkan diharapkan dicapai.
2.
Keses esesua uaia iann de dengan ngan kom kompete petens nsii da dasar sar.
D.
Catatan 1
2
3
Tidak Ada
Kurang Lengkap
Sudah
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Lengkap
Satu Satuan an pend pendid idik ikan an,k ,keelas las, semester, progra program/p m/prog rogram ram keahli keahlian, an, mata mata pela pelajaran jaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
1.
C.
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pemilihan Ma Materi Aj Ajar
1.
Keses esesua uaia iann de dengan ngan tuju tujuaan pem pembe bela laja jarran
2.
Keses esesua uaia iann deng dengan an ka karakt rakter eriisti stik pes pesert erta didik. Sejarah Indonesia | 126
No.
3. E.
Komponen
Pem emiilih lihan Sum Sumber Belaj elajar ar
Kesesuaian de dengan KI dan KD.
2.
Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan dan pendekatan pende katan scientific.
3.
Keses esesua uaia iann deng dengan an ka karakt rakter eriisti stik pes pesert erta didik. Pem emiilih lihan Media Bel Belajar ajar
1.
Keses esesua uaia iann deng dengan an tuju tujuaan pem pembe bela laja jarran. an.
2.
Kesesu sesuai aian an deng dengaan mate materri pemb pembeelaja lajara rann dan pendekatan scientific.
3.
Keses esesua uaia iann deng dengan an ka karakt rakter eriisti stik pes pesert erta didik.
G.
Model Pembelajaran
1.
Keses esesua uaia iann deng dengan an tuju tujuaan pem pembe bela laja jarran. an.
2.
Kesesuaian dengan pendekat katan Scientific.
H.
Skenari nario o Pem emb belaja lajarran
1.
Mena Menamp mpiilka lkan kegi kegiat atan an pend pendaahul huluan, uan, inti, dan penutup dengan jelas.
2.
Keses esesua uaia iann kegi kegiat atan an de dengan ngan pe pende ndekata katann scientific.
3.
Kesesuaian pe penyajian de dengan sistematika materi.
4.
Kesesuaian alokasi waktu dengan cakupan materi.
I.
Catatan 1
2
3
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Se Sesuai
Kesesuaian dengan gan alokasi waktu.
1.
F.
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Penilaian
Sejarah Indonesia | 127
No.
Komponen
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
1.
Keses esesua uaia iann deng dengan an te teknik knik dan dan bent bentuuk penilaian autentik. autentik.
2.
Keses esesua uaia iann de denga ngan de denga ngan ind indikat kator pencapaian kompetensi. kompetensi.
3.
Keses esesua uaia iann kunc kuncii jawab awabaan deng dengan an soal. oal.
4.
Keses esesua uaia iann pedo pedom man pens pensko korran deng dengaan soal.
Catatan 1
2
3
Sesuai
Sebagian
Seluruhnya
Jumlah
Komentar terhadap RPP secara umum. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ........................................................................
Sejarah Indonesia | 128
R-
RUBRIK PENILAIAN TELAAH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Rubrik penilaian RPP digunakan fasilitator untuk menilai RPP peserta yang digunakan peerteaching . Selanjutnya nilai RPP dimasukkan ke dalam
nilai portofolio peserta.
Langkah-langkah penilaian RPP sebagai berikut. 6. Cermati format penilaian RPP dan RPP yang akan dinilai! 7. Berikan nilai setiap komponen RPP dengan cara membubuhkan tanda cek (√) pada kolom pilihan skor (1 ), (2) dan (3) sesuai dengan penilaian Anda terhadap RPP tersebut! 8. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan setiap komponen RPP jika diperlukan! 9. Setelah selesai penilaian, jumlahkan skor seluruh komponen! 10. Tentukan nilai RPP menggunakan rumus sbb:
Nilai
=
Skor yang diperoleh 75
x 100
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik ( A)
90 ≤ A ≤100
Baik (B)
75 ≤ B < 90
Cukup (C)
60 ≤ C < 75
Kurang (K)
K < 60
Sejarah Indonesia | 129
Submateri Pelatihan : 3.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar Langkah Kegiatan Inti
Diskusi dan Tanya jawab
Kerja Kelompok
Kerja Kelompok
Presentasi
Merangku m dan Refleksi
40 Menit
30 Menit
25 Menit
20 Menit
20 Menit
tentang penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes termasuk portofolio, dilanjutkan dengan Pemaparan materi oleh fasilitator tentang Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut. Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaranyang terdapat dalam HO-2.3/3.2. Kerja kelompok untuk merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun. Diskusi dan tanya jawab
Presentasi hasil kerja kelompok. Membuat rangkuman materi pelatihan Model Rancangan Pembelajaran. Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan. Fasilitator menutup pembelajaran. Bahan Tayang
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2-2.
Sejarah Indonesia | 130
Sejarah Indonesia | 131
Sejarah Indonesia | 132
MATERI PELATIHAN 4 : PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING (24 JP) 4.3 Simulasi Pembelajaran 4.4 Peer Teaching
Sejarah Indonesia | 133
Sejarah Indonesia | 134
Sub Materi Pelatihan 4 Praktik Pembelajaran Terbimbing
E. KOMPETENSI Peserta pelatihan dapat: 3. mengkaji pelaksanaan pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific (mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, maupun, intelektual; dan 4. melaksanakan pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific (mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, maupun, intelektual. F. LINGKUP MATERI 3. Simulasi Pembelajaran 4. Peer Teaching G. KOMPETENSI PESERTA PELATIHAN 8. Ketelitian dan keseriusan dalam menganalisis simulasi pembelajaran. 9. Menganalisis simulasi pembelajaran melalui tayangan video pembelajaran. 10. Menyimpulkan alur pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan scientific dan penilaian autentik. 11. Merevisi RPP sehingga menerapkan pendekatan scientific dan penilaian autentik untuk kegiatan peer teaching. 12. Kreatif dan komunikatif dalam melakukan peer teaching. 13. Melaksanakan peer teaching pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific dan penilaian autentik. 14. Menilai pelaksanaan peer teaching peserta lain. H. PERANGKAT PELATIHAN 4. Bahan Tayang a. Strategi Pengamatan tayangan video. b. Panduan tugas praktik pelaksanaan pembelajaran. c. Garis besar instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran. 5. Lembar Kerja a. Analisis pembelajaran pada tayangan video. Sejarah Indonesia | 135
b. Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran (Alat Penilaian Kinerja Guru). 6. ATK
Sejarah Indonesia | 136
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN MATERI PELATIHAN:
4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
ALOKASI WAKTU: 22 JP (@ 45 MENIT) JENJANG:
SMA/MA, SMK/MAK
MATA PELAJARAN:SEJARAH INDONESIA
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
KEGIATAN PERSIAPAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector , Laptop, File, Active Speaker , dan Laser Pointer , atau media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN PENDAHUL UAN
Pengkondisian Peserta
15 Menit
Perkenalan Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Praktik Pembelajaran Terbimbing . Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar saling mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
4.1 Simulasi Pembelajaran
380 Menit
Pemaparan Strategi Pengamatan Video Pembelajaran dengan
20 Menit
Penayangan video pembelajaran Sejarah Indonesia dengan
20 Menit
Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video
60 Menit
Mengkonfirmasi penerapan pendekatan scientific dan penilaian
30 Menit
Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil
135 Menit
menggunakan bahan tayang PPT-4.1- oleh fasilitator. menggunakan V-2.1/4.1.
pembelajaran dengan fokus pada penerapan pendekatan scientific dan penilaian autentik dengan menggunakan LK 4.1. autentik mengacu pada tayangan video pembelajaran analisis tayangan video pembelajaran.
Sejarah Indonesia | 137
Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer teaching .
90 Menit
ICE BREAKER
5 Menit
4.2 Peer Teaching
600 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer teaching dengan
20 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian
20 Menit
Persiapan peer teaching .
20 Menit
Praktik peer teaching pembelajaran Sejarah Indonesia secara
510 Menit
menggunakan PPT- 4.2-1.
Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan PPT-4.2-2.
individual, untuk setiap peserta 30 menit dipandu fasilitator. Menilai kegiatan peer teaching menggunakan
penilaian pelaksanaan pembelajaran LK -4.2. Refleksi terhadap KEGIATAN PENUTUP
instrumen
pelaksanaan peer teaching .
Membuat rangkuman Terbimbing.
30 Menit
materi pelatihan Praktik Pembelajaran
15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan. Fasilitator menutup pembelajaran.
Submateri Pelatihan : 4.1 Simulasi Pembelajaran
Langkah Kegiatan Inti
Sejarah Indonesia | 138
Paparan
Tayangan Video
Kerja Kelompok
20 Menit
20 Menit
60 Menit
Presentasi
Kerja Kelompok
Menyimpulka n
90 Menit
135 Menit
30 Menit
Pemaparan Strategi
4.1 oleh fasilitator.
Pengamatan Video Pembelajaran dengan menggunakan bahan tayang PPT-
Penayangan video pembelajaran dengan menggunakan V-2.1/4.1.
untuk menganalisis tayangan video pembelajaran dengan fokus pada penerapan pendekatan scientific dan penilaian autentik dengan menggunakan LK 4.1. Menyimpulkan alur pembelajaranyang berorientasi pada pendekatan scientific dan penilaian autentik. Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil analisis tayangan video pembelajaran. Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer teaching . Kerja kelompok
Sejarah Indonesia | 139
Sejarah Indonesia | 140
Sejarah Indonesia | 141
Sejarah Indonesia | 142
Sejarah Indonesia | 143
LEMBAR KERJA
LK - 4.1
ANALISIS PEMBELAJARAN DALAM TAYANGAN VIDEO PEMBELAJARAN 1. Nama Peserta : .............................................. 2. Asal Sekolah
: ..............................................
3. Mata Pelajaran : .............................................. 3. Tema
: ..............................................
Aspek yang Diamati
Ya
Tida k
Catatan
Kegiatan Pendahuluan Melakukan apersepsi dan motivasi.
a
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran. b Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik dalam perjalanan menuju sekolah atau dengan tema sebelumnya. c Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitan dengan tema yang akan dibelajarkan. d Mengajak peserta didik berdinamika/melakukan sesuatu kegiatan yang terkait dengan materi. Kegiatan Inti Guru menguasai materi yang diajarkan.
a. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran. b Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain . yang diintegrasikan secara relevandengan perkembangan Iptek dankehidupan nyata . c. Menyajikan materi dalam tema secara sistematis dan gradual (dari yang mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak) Guru menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik.
a.
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. b Melaksanakan pembelajaran secara runtut. . c. Menguasai kelas dengan baik. d Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. .
Sejarah Indonesia | 144
Aspek yang Diamati
Ya
Tida k
Catatan
e. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect ). f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Guru menerapkan pendekatan scientific.
a Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. b Memancing peserta didik untuk peserta didik bertanya. c Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan mengamati. d Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan menganalisis. f Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan mengkomunikasikan. Guru melaksanakan penilaian autentik.
a
Mengamati sikap dan perilaku peserta didik dalam mengikuti pelajaran. b Melakukan penilaian keterampilan peserta didik dalam melakukan aktifitas individu/kelompok. c Mendokumentasikan hasil pengamatan skap, perilaku dan keterampilan peserta didik. Guru memanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran.
a. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran. b Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media . pembelajaran. c. Menghasilkan pesan yang menarik. d Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber . belajar pembelajaran. e. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran. Guru memicu dan/atau memelihara keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
a.
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar. b Merespon positif partisipasi peserta didik, . c. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik, d Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. . e. Menumbuhkan keceriaan dan antusisme peserta didik dalam belajar. Sejarah Indonesia | 145
Aspek yang Diamati
Ya
Tida k
Catatan
Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran
a. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. b Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. . c. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. Penutup Pembelajaran Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif
a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik. b Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, . atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Sejarah Indonesia | 146
RUBRIK
R - 4.1
PENILAIAN HASIL ANALISIS PEMBELAJARAN PADA TAYANGAN VIDEO
NAMA PESERTA DIKLAT :………………………………………………………….. KELAS/ :………………………………………………………….. TANGGAL PENILAIAN :………………………………………………………….. Aspek
Kriteria
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal, Pengamatan kegiataninti, dankegiatanpenutupdenganlengkapdanterinci yang Video (15-30) disertaicontohkongkrithasilpengamatan. Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal, kegiataninti, dankegiatanpenutupdenganlengkapnamunkurangteri nci.. Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal, kegiataninti, dankegiatanpenutupnamuntidaklengkap. Mendeskripsikansetiap item padalembarkerjaanalisis Lembarkerjaana proses lisispembelajara belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar yang ndalam Video disajikandalamtayangan video denganjelas, (15-30) lengkapdanbenar. Mendeskripsikansetiap item padalembarkerjaanalisis proses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar yang disajikandalamtayangan video denganjelas. Hanyamenandaisetiap item padalembarkerjaanalisis proses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar yang disajikandalamtayangan video. Sikapselamamen Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh rasa ingintahu yang gamati (5-15) disertaidenganpolaberpikiranalitikdalammengamatid anberdiskusi. Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh rasa ingintahu danaktifdalamberdiskusi. Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh rasa ingintahu saja.
Rentangan Nilai Nilai Peserta
25 - 30
21 - 24
15 - 20
25 - 30
21 - 24
15 - 20
12 - 15
8 - 11 5-7 Sejarah Indonesia | 147
Rentangan Nilai Nilai Peserta
Aspek
Kriteria
Komentardan Simpulan
Memberikankomentar yang faktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaan skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM video pembelajaranyang terdiridaripengalaman yang dapatdiambildaritayangan video dankesimpulan. Memberikankomentar yang faktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaan skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM video pembelajaranyang terdiridaripengalaman yang dapatdiambildaritayangan video. Memberikankomentarsesuaidengan keterlaksanaan skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM video pembelajaran.
(10-25)
JUMLAH
21 - 25
16 -20
10 -15 100
………………, ……….……………. 2013 Fasilitator,
(.................................................)
Sejarah Indonesia | 148
Submateri Pelatihan : 4.2 Peer Teaching Langkah Kegiatan Inti
Paparan Panduan
Paparan Instrumen Penilaian
15 Menit
15 Menit
Refleksi
40 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas teaching dengan menggunakan PPT- 4.2-1.
Persiapan Peer Teaching
10 Menit
Praktik Peer Teaching
560 Menit
Praktik Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer
oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan PPT-4.2-2. Persiapan peer teaching . pembelajaran secara individual, untuk setiap peserta 30menit dipandu Praktik peer teaching fasilitator. Menilai kegiatan peer teaching oleh fasilitator dengan menggunakan instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran LK-4.2. Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching . Paparan
Sejarah Indonesia | 149
Sejarah Indonesia | 150
Sejarah Indonesia | 151
Sejarah Indonesia | 152
Sejarah Indonesia | 153
Sejarah Indonesia | 154
LEMBAR KERJA
LK - 4.2
INSTRUMEN PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
4. Nama Peserta 5. Asal Sekolah 6. Topik
: :
.................................................
................................................. :
.................................................
Aspek yang Diamati
Ya
Tida k
Catatan
Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi
1 2 3 4
Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya. Mengajukan pertanyaan menantang. Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran.
Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan
1 2
Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik. Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi.
Kegiatan Inti Penguasaan Materi Pelajaran
1 2 3 4
Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata. Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)
Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik
1 2
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Sejarah Indonesia | 155
Aspek yang Diamati
3 4 5 6 7
Ya
Tida k
Catatan
Melaksanakan pembelajaran secara runtut. Menguasai kelas. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect ). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
Penerapan Pendekatan scientific
1 2 3 4 5 6 7
Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. Memancing peserta didik untuk bertanya. Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis. Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses berfikir yang logis dan sistematis). Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran
1 2 3 4 5
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran. Menghasilkan pesan yang menarik. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.
Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran
1 2 3 4 5
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar. Merespon positif partisipasi peserta didik. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. Menumbuhkan keceriaan atau antuisme peserta didik Sejarah Indonesia | 156
Aspek yang Diamati
Ya
Tida k
Catatan
dalam belajar. Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran
1 2
Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
Kegiatan Penutup Penutup pembelajaran
1 2 3 4
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik. Memberihan tes lisan atau tulisan . Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan. Jumlah
Sejarah Indonesia | 157
RUBRIK
R - 4.2
PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ini digunakan fasilitator untuk menilai kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran pada saat Peer Teaching. Selanjutnya nilai PeerTeaching dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta. Langkah Kegiatan
5. Berikan tanda cek (√) pada kolom pilihan YA atau TIDAK sesuai dengan penilaian Anda terhadap penyajian guru pada saat pelaksanaan pembelajaran! 6. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan pelaksanaan pembelajaran! 7. Hitung jumlah nilai YA dan TIDAK ! 8. Tentukan Nilai menggunakan rumus berikut ini!
Mata Pelajaran
Nilai
IPA
Jumlah YA x 100
=
Nilai
40
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik ( A)
90 ≤ A ≤100
Baik (B)
75 ≤ B < 90
Cukup (C)
60 ≤ C < 75
Kurang (K)
K < 60
Jumlah YA x 100
=
44
Sejarah Indonesia | 158
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Topik Jumlah Pertemuan
: SMA : X/1 : Bahasa Indonesia : Komunikasi dalam Kehidupan : 3 Pertemuan
A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan, kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan mintanya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan B. Kompetensi Dasar 1. Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan 1 menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa 2. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam 1 menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik 3. Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi, 1 prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan 4. Memproduksi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan 2 negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa. Sejarah Indonesia | 159
2. 3. 4. 5. 6.
Memiliki sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot. Mengetahui struktur teks anekdot Mengetahui kaidah teks anekdot. Memproduksi teks anekdot secara tulisan Memproduksi teks anekdot secara lisan
D. Tujuan Pembelajaran Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki dan menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik. Setelah membaca contoh teks anekdot dan mendiskusikannya, siswa dapat memahami struktur dan kaidah teks anekdot, baik melalui lisan maupun tulisan. Setelah berdiskusi dan berlatih, siswa dapat memproduksi teks anekdot dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan. •
•
•
•
E. Materi Pembelajaran a. b. c. d.
Kaidah Bahasa Indonesia Contoh Teks Anekdot Struktur Teks Anekdot Kaidah Teks Anekdot
F. Alokasi waktu 6 x 45 Menit G. Metode Pembelajaran Metode diskusi kelompok dan Penugasan H. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama
a.
Kegiatan Pendahuluan
1) Siswa menrespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 2) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3) Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
b.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Sejarah Indonesia | 160
1) Kedalaman pengetahuan dan kemampuan siswa tentang anekdot dipancing oleh guru dengan memperlihatkan contoh atau model teks anekdot. 2) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang berhubungan dengan anekdot termasuk hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan kaidah bahasa Indonesia pada teks tersebut Elaborasi
3) Siswa mengambil lotre yang berisi istilah kebahasaan. Lalu, masing-masing siswa menyebutkan kata yang sama, bersatu membentuk kelompok kecil. 4) Siswa mendapatkan fotokopi surat kabar tentang beberapa anekdot 5) Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa secara berkelompok membaca dan berdiskusi menentukan perbedaan, struktur, dan kaidah anekdot serta penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang tidak sesuai dalam tulisan tersebut 6) Wakil dari masing-masing kelompok secara bergiliran melaporkan hasil diskusinya. 7) Kelompok lain merespon atau menanggapi dengan responsif dan santun
Konfirmasi
8) penguatan dari guru
c.
Siswa mendengarkan umpan balik dan Kegiatan Penutup
1) 2) 3) 4)
Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
Pertemuan Kedua Kegiatan Pendahuluan
1) Siswa menrespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 2) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3) Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
b.
Kegiatan Inti Eksplorasi
1) Kedalaman pengetahuan dan kemampuan siswa tentang anekdot dipancing oleh guru dengan memperlihatkan contoh atau model teks anekdot. Sejarah Indonesia | 161
2) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang struktur dan kaidah teks anekdot dengan mengacu pada contoh teks anekdot. Elaborasi
3) Siswa duduk kembali bersatu dengan kelompoknya masing-masing dengan posisi tempat duduk yang diatur ulang. 4) Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa secara berkelompok mendiskusikan tema yang akan diangkat untuk menulis anekdot. Tema tersebut di anataranya permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik. 5) Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa secara berkelompok siswa memproduksi teks anekdot, sesuai dengan struktur dan kaidah teks anekdot serta tetap mengindahkan kaidah penggunaan bahasa Indonesia. 6) Siswa saling mengoreksi teks anekdot yang sudah ditulisnya dan memberikan saran perbaikan untuk penyempurnaan dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun 7) Siswa memperbaiki teks anekdot berdasarkan saran dari kelompok lain
Konfirmasi
8) Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat menulis teks anekdot 9) Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam menulis teks anekdot dan hasil observasinya pada saat siswa berdiskusi dan menulis. 10) Siswa menyempurnakan kembali teks anekdotnya berdasarkan umpan balik dari guru 11) Kelompok yang menulis teks anekdot terbaik mendapatkan penghargaan. b. Kegiatan Penutup Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran Pertemuan Ketiga Kegiatan Pendahuluan
1) Siswa menrespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 2) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3) Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanaka Kegiatan Inti Eksplorasi
Sejarah Indonesia | 162
4) Siswa Kedalaman pengetahuan dan kemampuan siswa tentang penyampaian anekdot secara lisan dipancing oleh guru dengan memperlihatkan contoh atau model. 5) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyampaian anekdot secara lisan berdasarkan model tersebut Elaborasi
6) Siswa berdiskusi menyimpulkan hal-hal yang harus diperhatikan saat menyampaikan anekdot secara lisan dan menyepakatinya sebagai rubrik penilaian. 7) Siswa duduk kembali bersatu dengan kelompoknya masing-masing dengan posisi tempat duduk yang diatur ulang. 8) Di dalam kelompoknya siswa berlatih menyampaikan anekdot yang sudah ditulisnya secara lisan dengan menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah dan konteks 9) Siswa di kelompoknya berhitung. Lalu masing-masing siswa yang menyebutkan angka yang sama bersatu membentuk kelompok baru. 10) Di dalam kelompok baru, secara bergantian masing-masing siswa menyampaikan anekdotnya secara lisan dengan menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah dan konteks 11) Siswa yang lain mengapresiasi sesuai dengan rubrik yang sudah disepakati. 12) Masing-masing kelompok menentukan dua anggota terbaiknya 13) Perwakilan kelompok yang terbaik menyampaikan anekdotnya secara lisan di depan kelas dengan menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah dan konteks 14) Semua siswa mengapresiasi temannya dan menentukan tiga siswa terbaik Konfirmasi
15) Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru 16) Tiga siswa terbaik dalam penyampaian anekdot secara lisan mendapatkan penghargaan c. Kegiatan Penutup Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
I. Penilaian 1. Penilaian proses No
Aspek yang dinilai
1.
Religius
Teknik Penilaian Pengamatan
Waktu Instrumen Penilaian Penilaian Proses Lembar
Keterangan Hasil
Sejarah Indonesia | 163
No
Aspek yang dinilai
2. 3. 4. 5.
Tanggung jawab Peduli Responsif Santun
Teknik Penilaian
Waktu Penilaian
Instrumen Penilaian Pengamatan
Keterangan penilaian nomor 1 dan 2 untuk masukan pembinaan dan informasi bagi Guru Agama dan Guru PKn
2. Penilaian Hasil
Indikator Pencapaian Kompetensi Mengetahui struktur teks anekdot Mengetahui kaidah teks anekdot Memproduksi teks anekdot secara tulisan
Memproduksi teks anekdot secara lisan
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen
Tes tertulis
Isian
1. Jelaskan struktur teks anekdot!
Tes tertulis Unjuk kerja
Isian
Unjuk kerja
Keterampila n tertulis
2. Sebutkan kaidah teks anekdot! 2. Pilihlah salah satu tema berikut ini (permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik). Kemudian, tulislah teks anekdot berdasarkan tema yang Anda pilih! 3. Sampaikanlah anekdot yang telah Anda tulis secara lisan dengan mengunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah dan konteks!
Keterampila n tertulis
Kunci Jawaban 1. Struktur teks anekdot a. abstract, berupa isyarat akan apa yang diceritakan berupa kejadian yangtidak lumrah, tidak biasa, aneh, atau berupa rangkuman atas apa yang akan diceritakan ataudipaparkan teks;sifatnya opsional. b. orientation, pendahuluan atau pembuka berupa pengelanalan tokoh, waktu,dan tempat. c. events, rangkaian kejadian/peristiwa. Sejarah Indonesia | 164
d. krisis, pemunculan masalah. e. reaction, tindakan atau langkah yang diambil untuk merespon masalah. f. coda, perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita; sifatnya opsional. g. reorientation, penutup—ungkapan-ungkapan yang menunjukkan ceritasudah berakhir. 2. Kaidah teks anekdot a. Menggunakan w aktu lampau, seperti: saya menemukannya semalam. b. Menggunakan pertanyaan retorika, seperti: Apakah kamu tahu? c. Menggunakan kata sambung (konjungsi) waktu, seperti: kemudian, setelah itu, dll.
d. Menggunakan kata kerja, seperti: pergi, tulis, dll. e. Menggunakan kalimat perintah f. Menggunakan kalimat seru Pedoman Penskoran 1. Soal nomor 1 Aspek Siswa menjawab benar semua Siswa menjawab benar 6 Siswa menjawab benar 5 Siswa menjawab benar 4 Siswa menjawab benar 3 Siswa menjawab benar 2 SKOR MAKSIMAL
Skor 6 5 4 3 2 1 6
2. Soal nomor 2 Aspek Siswa menjawab benar semua Siswa menjawab benar 5 Siswa menjawab benar 4 Siswa menjawab benar 3 Siswa menjawab benar 2 SKOR MAKSIMAL
3. Soal nomor 3 N Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai N o . 1 Isi 1 Amat memahami; amat luas dan lengkap; amat . terjabar; amat sesuai dengan kutipan. Memahami; luas dan lengkap; terjabar; sesuai •
Skor 5 4 3 2 1 5
Tingkat
Skor
Amat baik
27 – 30
•
Sejarah Indonesia | 165
N N o .
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai
•
•
dengan kutipan, meskipun kurang terinci. Memahami secara terbatas; kurang lengkap; kurang terjabar; kurang terinci. Tidak memahami isi; tidak mengena.
2 Organisasi . Amat teratur dan rapi; amat jelas; kaya akan gagasan; urutan amat logis; kohesi amat tinggi. Teratur dan rapi; jelas; banyak gagasan; urutan logis; kohesi tinggi. Kurang teratur dan rapi; kurang jelas; kurang gagasan; urutan kurang logis; kohesi kurang tinggi. Tidak teratur; tidak jelas; miskin gagasan; urutan tidak logis; tidak ada kohesi. •
Tingkat
Skor
Baik
22 – 26
Sedang
17 – 21
Kurang
13 – 16
Amat baik
18 –20
Baik
14 – 17
Sedang
10 – 13
Kurang
7-9
Amat baik
18 –20
Baik
14 – 17
Sedang
10 – 13
Kurang
7-9
•
•
•
3 Kosakata dan Diksi . Amat luas; penggunaan amat efektif; amat amat menguasai pembentukan kata; pemilihan kata amat tepat. Luas; penggunaan efektif; menguasai pembentukan kata; pemilihan kata yang tepat. Terbatas; kurang efektif; kurang menguasai pembentukan kata; pemilihan kata kurang tepat. Seperti terjemahan; tidak memahami pembentukan kata; tidak menguasai kata-kata. •
•
•
•
i. 4.
Bahasa (Tata (Tata Bahasa dan Struktur) Amat menguasai tata bahasa; amat sedikit kesalahan penggunaan dan penyusunan kalimat dan kata-kata. Penggunaan dan penyusunan kalimat sederhana; sedikit kesalahan tata bahasa tanpa mengaburkan makna. Kesulitan dalam penggunaan dan penyusunan kalimat sederhana; kesalahan tata bahasa yang •
•
Amat baik
22 – 25
Baik
18 – 21
•
Sejarah Indonesia | 166
N N o .
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai
•
5.
mengaburkan makna. Tidak menguasai penggunaan dan penyusunan kalimat ; tidak komunikatif.
Penulisan (Ejaan dan Tanda Tanda Baca) Amat menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan. Menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, dengan sedikit kesalahan. Kurang menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, dengan banyak kesalahan. Tidak menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, tulisan sulit dibaca. •
•
•
Tingkat
Skor
Sedang
11 – 17
Kurang
5 – 10
Amat baik Baik
5 4
Sedang
3
Kurang
2
Amat baik Baik Sedang kurang
5 4 3 2
•
6.
Kerapian Terbaca, bersih dan rapi. Terbaca, bersih, tapi tidak rapi. Terbaca, tidak bersih ber sih dan tidak rapi. Tidak terbaca, tidak bersih, dan tidak rapi. ra pi. • • • •
4. Soal nomor 4 HAL-HAL YANG DIAMATI
Kesesuaian 5… Sesuai dengan kaidah dan struktur 3… Sebagian sesuai dengan kaidah dan struktur Sejarah Indonesia | 167
HAL-HAL YANG DIAMATI
1… Tidak sesuai dengan kaidah dan struktur Kelengkapan (ada bagian awal-tengah-akhir) 5… ada bagian awal-tengah- akhir 3 … Ada bagian awal-tengah atau tengah-akhir Kelogisan 5……alasan mendukung pernyataan 3……alasan kurang mendukung pernyataan 1……alasan tidak mendukung pernyataan Kelancaran dan Keruntutan 5… Tidak Tidak tersendat-sendat sehingga mudah diikuti 3… Beberapa kali tersendat-sendat/ berhenti untuk berpikir 1… Selalu berhenti untuk mengingat-ingat Penggunaan Bahasa 5… Bahasa komunikatif dan sederhana, tidak menghafal 3… Struktur kalimat terlalu panjang sehingga sukar dipahami 1… Kalimat rumit dan tidak logis Pelafalan dan Intonasi 5… Pelafalan jelas dan tepat, intonasi bervariasi 3… Pelafalan jelas dan tepat tetapi intonasi monoton 1… Pelafalan tidak jelas dan tepat, intonasi monoton Penampilan 3… Gerakan tubuh bermakna dan mendukung isi 2… Beberapa gerakan kurang sesuai dengan isi 1… Banyak gerakan yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan isi artikel
J. Sumber Belajar •
Waluyo aluyo,, Herm Herman an J. 2001. 2001. Apresiasi Puisi dan Pengajarannya . Jakar Jakarta ta:: Gramedia
•
Contoh teks puisi
•
Panduan Lengkap Menulis Kreatif, penulis Didik Komaidi Jakarta, Juni 2013 Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Endang Kurniawan, M. Pd. Sejarah Indonesia | 168
Lampiran 1 Lembar Pengamatan LEMBAR PENGAMATAN SIKAP Mata Pelajaran
:..................................................................................................
Kelas/Semester
:....................................................................................................
Tahun Ajaran
:....................................................................................................
Waktu Pengamatan : ............................................................................................ Indikator perkembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun
4. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
5. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
6. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
7. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No. Nama Siswa
Religius BT
MT
MB
Peduli
Tanggug jawab MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
Responsif MK
BT
MT
MB
Santun
MK
BT
MT
MB
MK
1. 2. 3. 4. 5. ... Keterangan 1 = kurang 2 = sedang Sejarah Indonesia | 169
3 4
= baik = sangat baik
Sejarah Indonesia | 170
Contoh penerapan penilaian
Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Topik
: SMA
HO 2.3/ 3.2
: X/1 : Bahasa Indonsia : Anekdot
A. Kompetensi Inti 1.
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.
Menghayati dan mengamalkan prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan Sejarah Indonesia | 171
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3.
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan, kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan mintanya untuk memecahkan masalah.
4.
Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 1. 1
Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa
2. 1
Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik
3. 1
Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan
4. 2
Memproduksi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.
Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa. 2.
Memiliki sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot.
3.
Mengetahui struktur teks anekdot
4.
Mengetahui kaidah teks anekdot.
5.
Memproduksi teks anekdot secara tulisan Sejarah Indonesia | 172
6.
Memproduksi teks anekdot secara lisan
D. Instrumen Penilaian 1. Penilaian proses
No 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek yang dinilai Religius Tanggung jawab Peduli Responsif Santun
Teknik Penilaian Pengamatan
Waktu Penilaian Proses
Instrumen
Keterangan
Penilaian Lembar
Hasil
Pengamatan
penilaian nomor 1 dan 2 untuk masukan pembinaan dan informasi bagi Guru Agama dan Guru PKn
Sejarah Indonesia | 173
2. Penilaian Hasil
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen
Mengetahui struktur Tes tertulis Isian teks anekdot
4. Jelaskan struktur teks anekdot!
Mengetahui kaidah teks anekdot
Tes tertulis Isian
5.
Memproduksi teks anekdot secara tulisan
Unjuk kerja
Keterampilan 6. tertulis
Memproduksi teks anekdot secara lisan
Unjuk kerja
Keterampilan 7. tertulis
Sebutkan kaidah teks anekdot!
Kunci Jawaban 1. Struktur teks anekdot a. abstract, berupa isyarat akan apa yang diceritakan berupa kejadian yangtidak lumrah, tidak biasa, aneh, atau berupa rangkuman atas apa yang akan diceritakan ataudipaparkan teks;sifatnya opsional. b. orientation, pendahuluan atau pembuka berupa pengelanalan tokoh, waktu,dan tempat. c. events, rangkaian kejadian/peristiwa. d. krisis, pemunculan masalah. e. reaction, tindakan atau langkah yang diambil untuk merespon masalah. f. coda, perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita; sifatnya opsional. g. reorientation, penutup—ungkapan-ungkapan yang menunjukkan ceritasudah berakhir. 2. Kaidah teks anekdot a. Menggunakan waktu lampau, seperti: saya menemukannya semalam. b. Menggunakan pertanyaan retorika, seperti: Apakah kamu tahu? c. Menggunakan kata sambung (konjungsi) waktu, seperti: kemudian, setelah itu, dll. d. Menggunakan kata kerja, seperti: pergi, tulis, dll. e. Menggunakan kalimat perintah f. Menggunakan kalimat seru
Sejarah Indonesia | 174
Pedoman Penskoran 5. Soal nomor 1 Aspek Siswa menjawab benar semua Siswa menjawab benar 6 Siswa menjawab benar 5 Siswa menjawab benar 4 Siswa menjawab benar 3 Siswa menjawab benar 2 SKOR MAKSIMAL
Skor
Skor
6 5 4 3 2 1 6
6. Soal nomor 2 Aspek Siswa menjawab benar semua Siswa menjawab benar 5 Siswa menjawab benar 4 Siswa menjawab benar 3 Siswa menjawab benar 2 SKOR MAKSIMAL
5 4 3 2 1 5
7. Soal nomor 3 No. 1. Isi
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai
Tingkat
Skor
•
Amat memahami; amat luas dan lengkap; amat terjabar; amat sesuai dengan kutipan. Memahami; luas dan lengkap; terjabar; sesuai dengan kutipan, meskipun kurang terinci. Memahami secara terbatas; kurang lengkap; kurang terjabar; kurang terinci. Tidak memahami isi; tidak mengena. Organisasi Amat teratur dan rapi; amat jelas; kaya akan gagasan; urutan amat logis; kohesi amat tinggi. Teratur dan rapi; jelas; banyak gagasan; urutan logis; kohesi tinggi. Kurang teratur dan rapi; kurang jelas; kurang gagasan; urutan kurang logis; kohesi kurang tinggi. Tidak teratur; tidak jelas; miskin gagasan; urutan tidak logis; tidak ada kohesi. Kosakata dan Diksi
Amat baik
27 – 30
•
Baik
22 – 26
Sedang
17 – 21
Kurang
13 – 16
•
Amat baik
18 –20
•
Baik
14 – 17
Sedang
10 – 13
Kurang
7-9
•
•
2.
•
•
3.
Sejarah Indonesia | 175
No.
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai Amat luas; penggunaan amat efektif; amat menguasai pembentukan kata; pemilihan kata amat tepat. Luas; penggunaan efektif; menguasai pembentukan kata; pemilihan kata yang tepat. Terbatas; kurang efektif; kurang menguasai pembentukan kata; pemilihan kata kurang tepat. Seperti terjemahan; tidak memahami pembentukan kata; tidak menguasai kata-kata. Bahasa (Tata Bahasa dan Struktur) Amat menguasai tata bahasa; amat sedikit kesalahan penggunaan dan penyusunan kalimat dan kata-kata. Penggunaan dan penyusunan kalimat sederhana; sedikit kesalahan tata bahasa tanpa mengaburkan makna. Kesulitan dalam penggunaan dan penyusunan kalimat sederhana; kesalahan tata bahasa yang mengaburkan makna. Tidak menguasai penggunaan dan penyusunan kalimat ; tidak komunikatif.
•
Tingkat Amat baik
Skor 18 –20
•
Baik
14 – 17
Sedang
10 – 13
Kurang
7-9
•
•
4.
•
Amat baik
22 – 25
•
Baik
18 – 21
Sedang
11 – 17
Kurang
5 – 10
Amat baik Baik
5 4
Sedang
3
Kurang
2
Amat baik Baik Sedang kurang
5 4 3 2
•
•
5.
Penulisan (Ejaan dan Tanda Baca) Amat menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan. Menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, dengan sedikit kesalahan. Kurang menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, dengan banyak kesalahan. Tidak menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, tulisan sulit dibaca. Kerapian Terbaca, bersih dan rapi. Terbaca, bersih, tapi tidak rapi. Terbaca, tidak bersih dan tidak rapi. Tidak terbaca, tidak bersih, dan tidak rapi.
• •
•
•
6.
ii.
• • • •
Sejarah Indonesia | 176
8. Soal nomor 4 HAL-HAL YANG DIAMATI
Kesesuaian 5… Sesuai dengan kaidah dan struktur 3… Sebagian sesuai dengan kaidah dan struktur 1… Tidak sesuai dengan kaidah dan struktur Kelengkapan (ada bagian awal-tengah-akhir) 5… ada bagian awal-tengah- akhir 3 … Ada bagian awal-tengah atau tengah-akhir Kelogisan 5……alasan mendukung pernyataan 3……alasan kurang mendukung pernyataan 1……alasan tidak mendukung pernyataan Kelancaran dan Keruntutan 5… Tidak tersendat-sendat sehingga mudah diikuti 3… Beberapa kali tersendat-sendat/ berhenti untuk berpikir 1… Selalu berhenti untuk mengingat-ingat Penggunaan Bahasa 5… Bahasa komunikatif dan sederhana, tidak menghafal 3… Struktur kalimat terlalu panjang sehingga sukar dipahami 1… Kalimat rumit dan tidak logis Pelafalan dan Intonasi 5… Pelafalan jelas dan tepat, intonasi bervariasi 3… Pelafalan jelas dan tepat tetapi intonasi monoton 1… Pelafalan tidak jelas dan tepat, intonasi monoton Penampilan 3… Gerakan tubuh bermakna dan mendukung isi 2… Beberapa gerakan kurang sesuai dengan isi 1… Banyak gerakan yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan isi artikel Lampiran LEMBAR PENGAMATAN PERKEMBANGAN AKHLAK DAN KEPRIBADIAN Mata Pelajaran :.................................................................................................. Kelas/Semester:.................................................................................................... Tahun Ajaran :.................................................................................................... Waktu Pengamatan: ............................................................................................ Indikator perkembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun
Sejarah Indonesia | 177
8. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas 9. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten 10. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten 11. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan. No. Nama Siswa
Religius BT
MT
MB
Peduli
Tanggug jawab MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
Responsif MK
BT
M
M
T
B
Santun MK
BT
MT
M B
MK
1. 2. 3. 4. 5. ...
Sejarah Indonesia | 178
LEMBAR KERJA PENELAAHAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
LK -
Identitas RPP yang ditelaah: ………………………………… Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom tersebut! Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda!
No.
A
1.
B.
Komponen
Identitas Mata Pelajaran
Perumusan Indikator
Kesesuaian dengan SKL,KI dan KD.
2.
Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur.
3.
Kesesuaian dengan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Perumusan Tujuan Pembelajaran
1.
Kesesuaian dengan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai.
2.
Kesesuaian dengan kompetensi dasar.
D.
1.
Catatan 1
2
3
Tidak Ada
Kurang Lengkap
Sudah
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Lengkap
Satuan pendidikan,kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
1.
C.
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pemilihan Materi Ajar
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran Sejarah Indonesia | 179
No.
Komponen
2.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
3.
Kesesuaian dengan alokasi waktu.
E.
Pemilihan Sumber Belajar
1.
Kesesuaian dengan KI dan KD.
2.
Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan pendekatansaintifik .
3.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
F.
Pemilihan Media Belajar
1.
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2.
Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan pendekatansaintifik .
3.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
G.
Model Pembelajaran
1.
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2.
Kesesuaian dengan pendekatan Saintifik .
H.
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Skenario Pembelajaran
1.
Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas.
2.
Kesesuaian kegiatan dengan pendekatan saintifik.
3.
Kesesuaian penyajian dengan sistematika materi.
4.
Kesesuaian alokasi waktu dengan
Catatan 1
2
3
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Sejarah Indonesia | 180
No.
Komponen
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Catatan 1
2
3
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
cakupan materi. I.
Penilaian
1.
Kesesuaian dengan teknik dan bentuk penilaian autentik.
2.
Kesesuaian dengan dengan indikator pencapaian kompetensi.
3.
Kesesuaian kunci jawaban dengan soal.
4.
Kesesuaian pedoman penskoran dengan soal. Jumlah
Komentar terhadap RPP secara umum. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ........................................................................
Sejarah Indonesia | 181