Contoh Jurnal Penelitian Eksperimen Peru Peruba baha han n Kons Konsep ep dala dalam m Tekn Teknol olog ogii Pembelajaran Teknologi adalah pengetahuan ilmiah atau pengetahuan tero erorgan ganisas isasik ikan an untu untuk k menc encapai apai tuju tujuan an-t -tuj ujua uan n prakt aktis (Galbraith, 1972). 1972). Hasil teknologi teknologi bisa berbentuk berbentuk teknologi teknologi keras (sepe (seperti rti:: kamer kamera a atau atau pesawa pesawatt terban terbang) g) dan bis bisa a juga juga dalam dalam bentuk bentuk teknol teknologi ogi lunak lunak (seper (seperti: ti: prosed prosedur ur kerja kerja atau atau softwa software re komputer). Teknologi dibedakan dengan ilmu pengetahuan. Ilmu penget pengetahu ahuan an lebih lebih bersif bersifat at teoret teoretik, ik, karena karena tujuan tujuan utama utamanya nya buka bukan n memec emecah ahka kan n masa masala lahh-m masal asalah ah kehi kehidu dupa pan n prak prakti tis, s, melainkan membangun prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teoriteori untuk memahami lebih baik atau menjelaskan phenomenaphenomena phenomena dalam dalam kehidupan. kehidupan. Dari satu satu sisi ilmu pengetahu pengetahuan an merupakan induk teknologi teknologi karena teknologi teknologi hanya hanya merupakan merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan. Teknologi pendidikan secara secara umum dapat diartikan diartikan sebagai alat alat atau atau pirant pirantii yang yang dapat dapat diperg diperguna unakan kan untuk untuk memban membantu tu orang belajar sehingga mereka mereka dapat belajar lebih mudah, mudah, lebih cepat, lebih pasti dan/atau lebih murah ( AECT Definition, 2004, hlm. 2 ). Meskipun konsep teknologi pendidikan seperti dikemukak dikemukakan an di atas mudah dipahami, dipahami, mendefin mendefinisikan isikan konsep tersebut secara komprehesif bukan merupakan pekerjaan yang mudah. mudah. Konsep Konsep teknologi teknologi pendidik pendidikan an selalu selalu berkemban berkembang g dan berubah seirama dengan perubahan konsepsi pendidikan yang menja menjadi di indukny induknya. a. Karena Karena itu perlu perlu disadar disadarii bahwa bahwa definis definisii teknologi pendidikan harus selalu dilihat sebagai sesuatu yang bersifat tentatif. Kons Konsep epsi si tekn teknol olog ogii pend pendid idik ikan an,, term termas asuk uk dida didala lamn mnya ya tekn teknol olog ogii pemb pembel elaj ajar aran an,, tela telah h berk berkem emba bang ng dan dan akan akan teru terus s berkem berkemban bang g sejala sejalan n dengan dengan perkem perkemban bangan gan dis disipl iplin in teknol teknologi ogi pend pendid idik ikan an.. Sala Salah h satu satu cont contoh oh peru peruba baha han n ters terseb ebut ut adal adalah ah bergesernya konsepsi pembelajaran yang dikendalikan oleh guru kearah kearah konsep konsepsi si pembel pembelaja ajaran ran yang yang dikend dikendali alikan kan oleh oleh sis siswa, wa, sehingga guru berubah fungsinya dari sebagai pengajar menjadi
sebagai fasilitator. Sebagai akibatnya, definisi teknologi pendidikan juga berkembang sejalan dengan arah perkembangan tersebut. Perubahan pandangan tentang belajar (learning) dan pembelajaran (instruction) telah mengakibatkan terjadinya perubahan yang dramatik terhadap perubahan asumsi-asumsi mengenai hubungan antara pengajaran dan belajar. Definisi teknologi pendidikan sebelumnya secara jelas lebih menekankan adanya hubungan sebab-akibat langsung antara intervensi pembelajaran dan belajar. Sebagai suatu contoh, pada tahun 1963, AECT mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai desain dan penggunaan pesan-pesan yang mengontrol proses belajar (Ely, 1963). Definisi yang dirumuskan belakangan (1994), meskipun agak kurang eksplisit, masih tetap mempertahankan asumsi mengenai hubungan langsung antara pembelajaran dan belajar. Perubahan lain yang terjadi adalah perubahan dalam tujuan pembelajaran. Konsep teknologi pembelajaran yang terbaru menekankan pencapaian tujuan pendidikan yang dalam (deep learning) ketimbang tujuan pendidikan yang dangkal (shallow learning) dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang otentik serta memiliki peluang penyerapan yang lebih besar. Lingkungan belajar seperti itu memberikan ruang permasalahan (problem space) dan piranti untuk diselidiki dengan tujuan untuk mendukung belajar. Karena itu pada tahun 2004 AECT mengangap perlu untuk mendefinisikan kembali konsep teknologi pendidikan. Definisi tersebut berbunyi: “Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek yang dilandasi etika dalam memfasilitasi belajar dan memperbaiki unjuk kerja dengan cara menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang sesuai” (AECT Definition.. 2004, hlm. 3) Ada 13 konsep pokok yang tercakup dalam definisi ini, yaitu: (1) studi, (2) praktek berlandaskan etika, (3) memfasilitasi, (4) belajar, (5) memperbaiki, (6)unjuk kerja, (7) menciptakan, (8) menggunakan, (9) mengelola, (10) sesuai (appropriate), (11) teknologi, (12) proses, dan (13) sumber. Penjelasan mengenai setiap konsep ini dapat dibaca dalam dokumen AECT 2004. Prof. Dr. I Wayan Ardhana, MA - Guru Besar Teknologi Pendidikan UM
Peran Penelitian Kuantitatif Dalam Teknologi Pembelajaran Dibandingkan dengan penelitian dan jenis disciplined inquiry lainnya (penelitian kualitatif dan pengembangan), penelitian kuantitatif lebih banyak dipergunakan dalam menulis tesis dan disertasi di PPS Universitas Negeri Malang. Di sini yang dimaksudkan dengan penelitian kuantitatif adalah berbagai bentuk penelitian eksperimen, penelitian ex post fakto, studi korelasi, termasuk penelitian survei yang bersifat deskriptif. Meskipun belum pernah dilakukan survei terhadap metode penelitian yang dipergunakan oleh mahasiswa Program Studi Teknologi Pembelajaran dalam menulis tesis atau disertasinya, menurut perkiraan saya, sekitar 50% dari tesis mahasiswa merupakan pengembangan, 30% berbentuk penelitian kuantitatif, dan sisanya 20% berbentuk penelitian tindakan kelas dan/atau penelitian kualitatif. Pada jenjang S3, sekitar 70% disertasi mahasiswa ditulis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan 30% lainnya menggunakan pendekatan kualitatif atau merupakan pengembangan. Dari gambaran di atas, penelitian kuantitatif terkesan lebih populer dan lebih banyak dipergunakan dalam meneliti persoalan-persoalan dalam teknologi pembelajaran. Survei yang dilakukan terhadap 303 artikel penelitian yang dimuat dalam jurnal penelitian AECT yang terbit sejak tahun 1953 (pada saat itu bernama AV Communication Review) sampai dengan tahun 1996 ( yang sudah berubah namanya menjadi Education Technology Research and Development, ETR&D)
memperlihatkan 266 (88%) di antaranya menggunakan pendekatan kuantitatif, berupa eksperimen murni, eksperimen kuasi, dan studi seri waktu. Sisanya 37 artikel (12%) menggunakan sudi deskriptif ( Ross & Morrison, 1996, hlm. 1159). Pertanyaannya adalah, apakah besarnya jumlah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dapat dipergunakan sebagai indikator untuk menunjukkan bahwa pendekatan ini telah membantu memecahkan persoalanpersoalan dalam teknologi pembelajaran? Keprihatinan para pengajar dan mahasiswa yang mendorong diselenggarakannya seminar ini tampaknya cenderung mengarah pada jawaban yang negatif. Untuk menjawab pertanyaan tersebut secara lebih dalam, kita tampaknya perlu mempelajari lebih dahulu hakikat teknologi pembelajaran serta apa yang menjadi bidang garapannya. Begitu juga apa peran penelitian dan discipline inquiry lainnya dalam mebantu pengembangan bidang studi teknologi pembelajaran. Prof Dr I Wayan Ardhana, Guru Besar Teknologi Pembelajaran UM