EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR FISIKA CRITICAL BOOK REPORT (CBR)
RIRIN ASTARI SIHOMBING NIM. 4143321035 PENDIDIKAN FISIKA EKSTENSI 2014
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016
IDENTITAS BUKU Judul Buku Utama : Dasar-Dasar Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Penulis :Prof. Dr. Suharsimi Arikunto Penerbit :PT Bumi Aksara Kota Terbit :Jakarta Tahun Terbit :2012 Edisi :Kedua Jumlah halaman :344
IDENTITAS BUKU Judul Buku Utama : Dasar-Dasar Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Penulis :Prof. Dr. Suharsimi Arikunto Penerbit :PT Bumi Aksara Kota Terbit :Jakarta Tahun Terbit :2012 Edisi :Kedua Jumlah halaman :344
I.
Pengantar Evaluasi berarti pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa. Evaluasi Pendidikan adalah kegitan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Bertujuan melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan informasi akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar-mengajar, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda meskipun saling berhubungan. mengukur adalah membandingkan sesuatu dan satu ukuran (kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian evaluasi meliputi keduanya. Meskipun sekarang memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. seperti definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950) beliau mengatakan, bahwa evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum ada dan apa sebabnya. Untuk definisi yang lebih luasdikemukakan oleh dua orang ahli lain yaitu Cronbach dan Stufflebeam, definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.Yang dibahas dalam buku ini terutama adalah evaluasi pendidikan dalam institusi pendidikan, tetapi mengkhususkan evaluasi hasil belajar.
II.
RINGKASAN ISI BUKU BAB 1 PENDAHULUAN
1.
Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya dasar-dasar evaluasi pendidikan, yang menyatakan : kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif. Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai
Jadi evaluasi adalah kegiatan kegiatan untuk mengumpulkan informasi informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, yang dimaksudkan untuk membantu para guru dalam pengambil keputusan dalam usaha menjawab pertanyaan atau permasalahan yang ada. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. 2.
Penilaian Pendidikan
Dalam pendidikan, ada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Definisi ini diperluaskan oleh dua ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, digunakan untuk membuat keputusan. 3.
Makna Menilai
Menurut suharsimi arikunto ada beberapa makna dari proses penilaian antara lain sebagai berikut: A. Makna Bagi siswa
1. Memuaskan. Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan siswa akan memiliki motvasi yang cukup besar agar dapat belajar lebih giat. 2. Tidak Memuaskan. Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperolehnya, maka ia akan beruaha agar lain kali tidak seperti itu lagi. B. Makna bagi guru 1. Dengan hasil penilaian guru dapat mengetahui siswa mana saja yang berhak melanjutkan pelajaran. 2. Guru dapat mengetahui apakah pelajaran yang ia sampaikan tepat sasaran kepada siswa. 3. Guru akan mengetahui apakah metode yang ia gunakan sudah dapat maksimal atau belum C. Makna Bagi Sekolah 1. Apabila guru-guru mangadakan penilaian akan diketahui hasil si swa, maka dapat diketahui pula apakah kondisi belajar disekolah sudah sesuai harapan atau belum. 2. Akan ada informasi tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah. 3. Akan ada informasi hasil penilaian dari tahun ke tahun yang bias digunakan sebagai pedoman dari tahun ke tahun. t ahun. 4.
Tujuan atau Fungsi Penilaian
a.
Penilaian berfungsi selektif.
b.
Penilaian berfungsi diagnostik
c.
Penilaian berfungsi sebagai penempatan
d.
Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
5.
Ciri-Ciri Penilaian dalam Pendidikan
Ciri-ciri penilaian antara lain sebagai berikut: a. Ciri pertama yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak la ngsung. b. Ciri kedua yaitu pengunaan ukuran kuantitatif. c. Ciri ketiga yaitu bahwa penilaian pendidikan mengunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang tetap
d. Ciri keempat yaitu bersifat relatif artinya tidak selalu tetap dari waktu ke waktu yang di sebabkan banyak faktor. e. Ciri kelima bahwa dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahankesalahan. BAB 2 SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI 1. Subjek Evaluasi
Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku. 2. Sasaran Evaluasi
Adapun sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian untuk unsur-unsurnya, meliputi : Input, Transformasi dan Out put. a.
b.
c.
In Put : Berkenaan dengan hal ini ada beberapa aspek yang harus di perhatikan untuk mencapai hasil yang di inginkan, yaitu : kemampuan, kepribadian sikap dan intelgensi Transformasi: Di sini ada beberapa unsur yang dapat menjadi sasaran atau objek pendidikan demi di perolehnya hasil pendidikan yang di harapkan, yaitu : Kurikulum/materi, Metode dan cara penilaian, Media, Sistem administrasi dan Pendidik dan anggotanya. Out Put : Penilaian atas lulusan suatu sekolah di lakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkah pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program tersebut dengan menggunakan tes pencapaian. BAB 3 PRINSIP DAN ALAT EVALUASI
1.
Prinsip Evaluasi
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:
a.
Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM. b.
Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan. c.
Hubungan antara KBM dengan evaluasi
Seperti yang sudah disebutkan dalam poin (a), KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula dalam poin (b) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. 2.
Alat Evaluasi
Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci macam-macam tes dan non tes. a. Teknik Non Tes Ada beberapa teknik non-tes yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Skala Bertingkat Kuesioner Daftar cocok (check list). Wawancara. Pengamatan. Riwayat hidup.
b. Teknik Tes
Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya tiga macam tes, yaitu: a. Tes diagnostic. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. b. Tes Formatif. Dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. c. Tes Sumatif Evaluasi sumatif atau tes sumatif merupakan tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Manfaat tes sumatif, ialah:
Untuk menentukan nilai. Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi orang tua siswa, pihak bimbingan dan penyuluhan disekolah, serta pihak pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja
3. Perbandingan antara Tes Diagnostik, Formatif, dan Sumatif
Dalam membandingkan, akan ditinjau dari 9 aspek, yaitu : a. b. c. d. e. f. g.
Ditinjau dari fungsinya Ditinjau dari waktu Ditinjau dari titik berat penilaian Ditinjau dari alat evaluasi Ditinjau dari cara tujuan yang dievaluasi Ditinjau dari tingkat kesulitas tes Ditinjau dari scoring (cara menyekor)
h. i.
Ditinjau dari tingkat pencapaian Ditinjau dari cara pencatatan hasil BAB 4 MASALAH TES
1.
Pengertian
Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan sebagai ujian atau percobaan. 2.
Ciri-Ciri Tes yang Baik
Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima syarat yaitu: a)
Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur dikatakan valid jika tes itu tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang valid pula.
b)
Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak terpengaruh oleh apapun.
c)
Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya, tidak ada unsur subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.
d)
Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak mengecoh. Mudah pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan petunjuk sehingga dapat diberikan kepada orang lain.
e)
Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal dan tidak membuang waktu. BAB 5 VALIDITAS
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto 2006).
1.
Macam -Macam Validitas
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris. Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas isi, validitas konstrak, validitas “ada sekarang” dan validitas predictive. a.
Validitas isi (content validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Pengertian “mencakup keseluruhan kawasan isi” tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. b.
Validitas Konstruksi (Contruct validity)
Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Hasil estimasi validitas konstrak tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas. c.
Pengujian Validitas Tes secara Empiris
Istilah “Validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman” sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Sedangkan menurut Ebel bahwa Empirical Validityadalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran. d. Validitas Ramalan (Predictive Validity) Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi masa yang akan datang. e. Validitas Bandingan (concurrent validity) Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah antara tes pertama dengan tes berikutnya.
BAB 6 REALIBILITAS Cara-Cara Mencari Besarnya Realibilitas.
a. Metode bentuk Paralel (equivalen) Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa inggris disebut alternate-forms method (parallel forms). b. Metode tes ulang (test-retest method) Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua tes tersebut dihitung korelasinya. c. Metode belah dua atau split-half method Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-test-single-trial method. BAB 7 TAKSONOMI Taksonomi Bloom
Menurut taksonomi Bloom ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan), dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkhinya. Domain-domain tersebut antara lain: a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dalam ranah ini hirarkinya adalah pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Ranah ini tersusun atas keterampilan (skill) dan kemampuan ( abilities) d. Garlach dan Sullivan mencoba mengganti gambaran tentang proses dalam rumusan yang umum menjadi tingkah laku siswa yang dapat diamati. e. De Block mengemukakan model yang didasarkan pada tujuan-tujuan mengajar. Dia mejukan 3 arah dalam kegiatan mengajar:
From partial to more integral learning
From limited to fundamental learning
From special to eneral learning. BAB 8 TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Bermacam-Macam Tujuan Pendidikan.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 2. Tujuan Instruksional(Intructional Objectives)
Suharsimi Arikunto menyatakan dalam tujuan instruksional umum menggunakan kata kerja yang masih umum dan tidak dapat diukur, maka dibutuhkan tujuan instruksional khusus. Jadi ada 2 macam tujuan instruksional:
tujuan instruksional umum ( TIU)
tujuan instruksional khusus (TIK)
Adapun manfaat tujuan instruksional adalah: a. Pendidik mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur (metode) mangajar, b. Peserta didik mengetahui arah belajarnya, c. Setiap pendidik mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antar pendidik, d. Pendidik mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar peserta didik, e. Pendidik sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran. 3. Langkah-LangkahyangDilakukan Intruksioanal Khusus.
dalam
Merumuskan
Tujuan
a. Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975 maupun 1984 masih terjadi di dalam diri manusia. b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku. 5. Tingkah Laku Akhir
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta didik mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri dalam suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measurable). 6. Kata-Kata operasioanal a. Kognitif
Pengetahuan (knowledge).
Aplikasi.
Analisis.
Sintesis..
Evaluasi.
b.
Afektif
Reesiving
Responding
Valuing
Organization.
Characterization by value or value complex.
c.
Psikomotorik
Musclar or motor skills.
Manipulation of materials or objects.
7.
Neuromusclar coordination.. Kondisi Demonstrasi
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan kepadapeserta didik pada saat pendidik mendemonstrasikan tingkah laku akhir. Standar keberhasilan adalah kelompok TIK yang menunjukkan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang di tuntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir. Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan yang menjelaskan: a)
Materi yang dipelajari.
b)
Perilaku mengutarakan hasil.
c)
Proses pencapaiannya. BAB 9 TES STANDAR DAN TES BUATAN GURU
1. Pengertian Tes Standar
Tes adalah salah satu bentuk instrumen evaluasi untuk mengukur seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai pokok-pokok materi yang sudah diajarkan. Tes ada yang dibuat oleh seorang guru yang kemudian
disebut tes buatan guru dan ada tes yang sudah memenuhi standar suatu satuan pendidikan maupun lembaga pendidikan yang kemudian disebut tes terstandar. Tes kemampuan pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu : a.
Aptitude test
b.
Achievement tes
Perbedaan antara dua tes ini sebenearnya tidak tegas, soal – soal mengenai kedua tes tersebut sering kali saling melingkupi ( overlap ). Untuk kedua macam tes ini biasanya menggunakan hitung – hitungan dan perbendaharaan kata – kata dan sekelompok tes dari kedua macam tes ini biasanya juga menguji tentang keterampilan membaca. Kesamaan yang lain adalah bahwa keduanya telah digunakan untuk meramalkan hasil untuk yang masa akan dating, walaupun pada umumnya jika kita menggunakan tes prestasi penilai melihat apa yang telah diperoleh setelah siswa ( tercoba ) itu diberi suatu pelajaran. 2.
Tes Prestasi Standar
Prosedur yang digunakan untuk menyusun tes standar untuk tes prestasi melalui cara langsung yang ditumbuhkan dari tes yang digunakan di kelas. Sedangkan spesifikasi yang digunakan untuk menentukan isi dalam tes bakat biasanya didasarkan atas analisis job (jabatan) atau analisis tugas yang merupakan tuntutan calon pekerjaannya. Disamping itu juga mempertimbangkan sifat-sifat yang ada pada manusia. Analisis jabatan analisis tugas yang dilakukan biasanya tidak tidak didasarkan atas satu kurikulum, tetapi diambil dari mas yarakat. Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu standar penampilan (performance) dan penampilan kelompok lain dapat dibandingkan dengan penampilan kelompok standar tersebut. 3.
Perbandingan Antara Tes Standar dengan Tes Buatan Guru
Tes standar disusun dalam tipe-tipe soal yang sama yang meliputi bahan atau pengetahuan yang sama banyak dengan bahan atau pengetahuan yang dicakup oleh tes buatan guru. Lalu apakah perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru, atau apakah keburukan dan keuntungan tes standar? 1. Kegunaan Tes Standar
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes standar adalah: Jika ingin membuat perbandingan,
Jika banyak orang yang akan memasuki suatu sekolah tetapi tidak tersedia data tentang calon ini.
5.
Kegunaaan Tes Buatan
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes buatan guru adalah:
6.
Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu.
Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
Untuk memperoleh suatu nilai. Kelengkapan Tes Standar
Sebuah tes yang sudah distandardisasikan dan sudah dapat disebut sebagai tes standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat keterangan-keterangan atau petunjuk-petunjuk yang perlu terutama yang menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor, dan mengadakan interpretasi.Secara garis besar manual tes standar ini memuat: a. Ciri-ciri mengenai tes, misalnya menyebutkan tingkat validitas, tingkat reliabilitas dan sebagainya. b. Tujuan serta keuntungan-keuntungan dari tes. Misalnya yang disebutkan untuk siapa tes tersebut diberikan dan untuk tujuan apa. c. Proses standardisasi tes. Misalnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sampel. d. Petunjuk-petunjuk tentang cara melaksanakan tes e. Petunjuk-petunjuk bagaimana cara menskor f. Petunjuk-petunjuk untuk menginterpretasikan hasil g. Saran-saran lain
BAB 10 PENYUSUSNAN TES 1.
Fungsi Tes
Fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal : a.
fungsi untuk kelas
b.
fungsi untuk bimbingan.
c.
fungsi untuk administrasi
a. Fungsi untuk Kelas, tes dapat berfungsi untuk : 1)
mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa
2)
mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian
3)
menaikkan tingkat prestasi
4)
mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok
5) merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara perseorangan. 6)
menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus
7)
menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
b.
Fungsi untuk Bimbingan, tes dapat berfungsi untuk :
1)
menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka.
2)
membantu siswa dalam menentukan pilihan.
3)
membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
4) memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami kesulitan anak. c.
Fungsi untuk Administrasi
1)
memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa.
2)
penempatan siswa baru
3)
membantu siswa memilih kelompok
4)
menilai kurikulum
5)
memperluas hubungan masyarakat
6)
menyediakan informasi untuk badan-badan lain di luar sekolah.
2.
Langkah-Langkah dalam Penyusunan Tes
a.
Menentukan tujuan mengadakan tes
b.
Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c.
Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dari tiap bagian bahan.
d. Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku dalam terkandung TIK itu, tabel digunakan untuk identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati. e. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. (Uraian penjelasan tentang tabel spesifikasi i akan kami jelaskan di sub bab berikutnya) f. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup 3.
Komponen-Komponen Tes
Komponen Test terdiri dari: Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang a. mesti dikerjakan oleh siswa
b. Lembar jawaban tes , yaitu lembaran yang disediakan oleh penilain bagi testee untuk mengerjakan tes, untuk bentuk pilihan ganda dibuat lembaran nomor dan huruf A, B, C, D, E menurut banyaknya alternative yang disediakan Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci c. jawaban ini dapat berupa huruf atau kalimat. Untuk test bentuk uraian yang
dituliskan adalah kata-kata kunci atau kalimat seingkat untuk memberikan ancarancar jawaban. d. Pedoman penilaian, pedoman penilaian atau pedoman skoring, berisi tentang pedoman perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan. BAB 11 TES TERTULIS UNTUK PRESTASI BELAJAR 1.
Bentuk-Bentuk Tes
a. Tes subyektif .
Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Jumlah soal-soal bentuk subyektif biasanya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kurang lebih 90-120 menit. Soal-soal bentuk ini menuntut kemampuan peserta didik untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, dan menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. b.
Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995 : 165). Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes untuk memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik, sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau salah. 2.
Macam-Macam Tes Objektif
a.
Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test)
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Kelebihan Tes Benar Salah:
Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak
Mudah dalam penyusunannya
Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
Dapat digunakan berkali-kali
Objektif
Praktis
Kelemahan Tes Benar Salah:
Mudah ditebak Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan benar atau salah
Reliabilitasnya rendah.
Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali
Petunjuk Penyusunan:
b.
Hindari kalimat negatif, yakni kalimat yang mengandung kata “ tidak ” atau “ bukan”. Pernyataan harus disusun sedemikian rupa sehingga siswa yang memiliki pengertian samar-samar dapat terkecoh dalam menjawabnya. Dalam menyusun keseluruhan tes, diharapkan item yang mengandung “salah sedikit” cukup banyak. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan. c.
Menjodohkan (Matching Test)
Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar. Kelebihan:
Dipergunakan untuk menilai bermacam-macam hal, misalnya: problem dan penyelesaiannya, sebab akibat, istilah dan definisinya, dsb. Relatif mudah disusun.
Jika disusun dengan baik, maka faktor menerka-nerka dapat dihilangkan.
Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif. Kelemahan:
Sukar menyusun test jenis ini yang benar-benar baik.
Untuk menilai ingatan saja.
Pengarahan jawaban sering terjadi
Memakan banyak waktu dan tenaga untuk menyusunnya. Saran Penulisan:
Banyaknya jawaban di sebelah kanan lebih dari jawaban di sebelah kiri
Lebihnya jawaban hendaknya menunjukkan jawaban yang salah
Materinya setiap sisi baiknya mengenai satu pokok bahasan saja
d.
Pisahkan menjadi dua kolom, kolom pertama memuat jawaban, nomor soal dan pertanyaan. Sedangkan kolom kedua memuat kode dan pilihan jawaban. Tes Isian (Complementary Test)
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar. 3.
Pengukuran Ranah Afektif
Pengukuran ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah : a. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya. b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik. c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik. d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
Jenis-jenis skala sikap
a.
Skala Likert Skala Likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan resepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian, fenomena social ini telah di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya di sebut sebagai variable penelitian
b.
Skala pilihan ganda Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternative pendapat.
c.
Skala Thurstone Skala Thurstone merupakan skala sikap yang pertama dikembangkan dalam pengukuran sikap. Skala ini mempunyai tiga teknik penskalaan sikap, yaitu :
metode perbandingan pasangan
metode interval pemunculan sama, dan
metode interval berurutan.
Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur dugaan yang menganggap kepositifan relatif pernyataan sikap terhadap suatu obyek. d.
Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negative dan lain – lain. Data yang di peroleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju atau tidak setuju”. Penelitian menggunakan sakal Guttman di lakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang di tanyakan e.
Semantic Deferensial.
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial di kembangkan oleh Osgood. Skala ini juga di gunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang di
peroleh adalah daya interval, dan biasanya skala ini di gunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang di punyai oleh seseorang. 4.
Pengukuran Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerjaan otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Secara mendasar perlu dibedakan antara 2 hal yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities).Kebanyakkan para guru tidak menuntut pencapaian 100 dari tujuan yang dirumuskan kecuali hanya berharap bahwa keterampilan yang dicapai oleh siswa-siswanya akan sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau gerakan-gerakan yang lebih kompleks sifatnya. BAB 12 TABEL SPESIFIKASI 1.
Fungsi Tabel Spesifikasi
Fungsi dari tabel spesifikasi ialah untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup dalam tes. 2.
Langkah-Langkah Pembuatan
a. Untuk materi yang seragam Yang dimaksud “seragam” disini adalah bahwa antara pokok materi yang satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek tingkah laku. Misalnya 50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20% untuk aplikasi. Selanjutnya banyaknya butir soal untuk setiap sel (kotak kecil) diperoleh dengan cara menghitung persentase dari banyaknya soal bagi tiap pokok materi yang sudah tertulis di kolom paling kanan. b.
Untuk materi yang tidak seragam
Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala kolom. Pemberian imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkan atas banyaknya soal untuk pokok materi itu dan imbangan yang dikehendaki oleh penilaian menurut sifat pokok materi yang bersangkutan. 4) Tidak Lanjut Sesudah Penyususnan Tabel Spesifikasi
Terdapat dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah penyususnan tabel spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal tes yaitu: a. Menentukan bentuk soal. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal yaitu waktu yang tersedia dan sifat materi yang diteskan. b. Menuliskan soal-soal. Langkah terakhir dalam penyusunan tes adalah penulisan soal-soal tes (item writing). Langkah ini merupakan langkah penting karena kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menuliskan soal-soal tes yaitu:
Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami. Suatu soal tidak ganda/membingungkan
boleh
mengandung
penafsiran
Cara mengenal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah. Petunjuk mengerjakan. Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dri yang dikehendaki guru.
Untuk memperoleh sebuah tes yang standar, harus dilakukan uji coba (try out) berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji coba terhadap soal-soal tes yang sudah disusun, maka akan memperoleh manfaat yaitu: pengalaman menggunakan tes tersebut, mengetahui kesukaran bahasa, mengetahui variasi jawaban siswa, mengetahui waktu yang dibutuhkan, dan lainlain. BAB 13 MENGANALISIS HASIL TES
1. Menilai Tes yang Dibuat Sendiri Guru yang sudah banyak berpengalaman, mengajar dan menyusun soal-soal tes, juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu cara yang paling baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa. Ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu: a.
Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.
b.
2.
Mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu prosedur Yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun. Analisis Butir Soal(Item Analysis)
Analisis butir soal yang dalam bahasa inggris disebut item analiysis dilakukan terhadap empirik.Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila suatu tes telah dilaksanakan dan hasil jawaban terhadap butir-butir soal telah kita peroleh. Untuk mengetahui kapan soal dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek sangat berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal. a. Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal yang indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. b. Daya Pembeda. Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, indeks diskriminasi ini sama dengan indeks kesukaran yaitu berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Jika seluruh kelompok atas (pandai) dapat menjawab soal dengan benar, sedang seluruh kelompok bawah (bodoh) menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai diskriminasi paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab betul, maka nilai diskriminasinya adalah -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai nilai diskriminasi 0,00 karena tidak mempunyai daya pembeda sama sekali. Rumus mencari nilai Diskriminasi adalah : D = BA/JA – BB/JB = PA – PB Dimana : J = jumlah peserta tes JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB BA/JA = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. PA = BB/JB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( P sebagai indeks kesukaran). PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar c. Pola Jawaban Soal Pola jawaban yang dimaksud adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berf ungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, sebaliknya sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut – pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. BAB 14 MODEL PENELITIAN KELAS 1. Pengertian Umum Penilaian Kelas
Tujuan penilaian dalam pelaksanaan KTSP bukan hanya untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran, tetapi: a. b. c. d.
Melacak kemajuan siswa atau peserta didik Mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik Mendeteksi kesalahan ketika siswa belajar Menyimpulkan beberapa hal yang terkait dengan pembelajaran
Maka penilaian kelas diartikan penilaian yang terarah pada semua kejadian yang terdapat pada diri siswa dan lingkungannya secara riil. Oleh karena itu yang diraih adalah hasil seutuhnya yang ada pada peserta didik , baik kognitif, afektif , dan psikomotorik. 2. Jenis Penilaian
Jenis-jenis penilaian yaitu: a. Kuis, isian, atau jawaban singkat.
b. c. d. e. f. g. h. i.
Pertanyaan lisan Ulangan harian Ulangan tengah semester dan akhir semester Tugas individu Tugas kelompok Respons atau ujian praktik Laporan kerja praktik Penilaian portofolio
3. Bentuk-Bentuk Penilaian
Ditinjau dari bentuknya , penilaian kelas meliputi 7 bentuk yaitu: a. b. c. d. e. f. g.
Penilaian melalui tes tertulis Penilaian melalui tes lisan Penilaian unjuk kerja Penilaian produk Pennilaian proyek Penilaian portofolio dan penilaian diri BAB15 MENSKOR DAN MENILAI
1.
Menskor
Nama lain menskor adalah memberi angka. Dalam hal pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat bantu yaitu: a. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban. b. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci scoring. c. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian. Keterangan dan pengunaannya dalam berbagai bentuk tes. 1. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah. 2. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda (multiple choice) 3. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat (sort answer test) 4. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching)
5. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay test) 6. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas 2.
Perbedaan Antara Skor dan Nilai
Apa yang terjadi selama ini, banyak di antara para guru sendiri yang masih mencampuradukkan antara dua pengertian yaitu skor dan nilai.Skor : adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa.Nilai : adalah angka ubahan dari skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal atau acuan standar.Secara rinci skor dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu skor yang diperoleh (obtained score), skor sebenarnya (true score), dan skor kesalahan (error score). Score yang diperoleh adalah sejumlah biji yang dimiliki oleh testee sebagai hasil mengerjakan tes. Kelemaham-kelemahan butir tes, situasi yang tidak mendukung, kecemasan dan lain-lain factor dapat berakibat terhadap skor yang diperoleh ini. Apabila factor yang berpengaruh ini muncul, baik sebagian atauppun menyeluruh, penilai tidak dapat mengira-ngira seberapa cermat skor yang diperoleh siswa ini mampu mencerminkan pengetahuan dan keterampilan siswa yang sesungguhnya. Skor sebenarnya (true score) sering kali juga disebut dengan istilah skor univers = skor alam (universe score), adalah nilai hipotesis yang sangat tergantung dari perbedaan individu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki secara tetap. Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor yang sebenarnya, disebut dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan skor, atau dibalik skor kesalahan. Hubungan antara ketiga macam skor tersebut adalah sebagai berikut: Skor yang diperoleh = skor sebenarnya = skor kesalahan 3. Norm ReferenceddanCriterion Referenced
Dalam penggunaan Norm – Referenced, prestasi belajar seorang siswa dibandingkan dengan siswalain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Dasar pikiran dari penggunaan standar ini adalah adanya asumsi bahwa disetiap populasi yang heterogen tentu terdapat kelomouk baik, kelompok sedang, dan kelompok kurang. Apabila standar mutlak dan standar relatif ini dihubungkan dengan pengubahab skor menjadi nilai, maka akan terlihat demikian.
a. Dengan standar mutlak 1. Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan. 2. Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal (skor mentah). b. Dengan standar relatif 1. pemberian skor terhadap siswa juga didasakan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan 2. nilai diperoleh dengan 2 cara :
mengubah skor dari tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya
menjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai BAB 16 MENGOLAH NILAI
1. Beberapa Skala Penilaian
a. Skala Bebas Skala bebas yaitu skala yang tidak tetap, ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali lagi 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi, angka tertinggi dari skala yang di gunakan tidak selalu sama. b.Skala 1-10 Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka 5,5 tersebut di bulatkan menjadi 6. Dengan menggunakan skala 1-10 maka bilangan bulat yang ada masih menunjukan penilaian yang agak kasar. c.Skala 1-100 Penilaian dengan menggunakan skala 1-100, di mungkinkan melakukan penilaian yang lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat. Nilai 5,5 dalam skala 1-10 yang biasanya di bulatkan menjadi 6, dalam skala 1-100 ini boleh di tuliskan dengan 55.
d.Skala huruf Selain menggunakan angka, pemberian nilai dapat di lakukan dengan huruf A,B,C,D,dan E. Huruf tidak menunjukan kuantitas, tetapi dapat di gunakan sebagai symbol untuk menggambarkan kualitas. 2.
Distribusi Nilai
a. Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan. Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal (mentah). b.Distribusi nilai berdasarkan standar relativePemberian skor terhadap siswa juga didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan.Nilai diperoleh dengan 2 cara:
3.
Mengubah skor dari tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya.
Menjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai. Standar Nilai
a.Nilai standar berskala Sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9 b.Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/ stanel= eleven points scale), yaitu skala nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai dengan nilai 10. c.Standar sepuluh. Didalam Buku Pedoman Penilaian (Buku III B Seri Kurikulum SMA Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes, digunakan standar relative, dengan nilai berskala 1 – 10. Untuk mengubah skor menjadi nilai, diperlukan dahulu: BAB 17 KEDUDUKAN SISWA DALAM KELOMPOK 1.
Pengertian
Pengertian yang dimaksud kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak seorang siswa di dalam urutan tingkatan, dalam istilah disebut rangking. Untuk dapat diketahui rangking dari siswa di suatu kelas maka harus diadakan
pengurutan nilai siswa tersebut dari yang paling atas sampai ke nilai yang paling bawah. 2. Cara-cara menentukan kedudukan siswa:
a.Dengan rangking sederhana( simple rank) adalah urutan yang menunjukkan letak atau kedudukan seseorang dalam kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor atau angka biasa. b.Dengan rangking presentase (percentile rank) adalah kedudukan seseorang dalam kelompok, yang menunjukkan banyaknya persentase yang berada di bawahnya c.Standar Deviasi adalah penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas kelompok-kelompok. Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar deviasi tertentu. d.Standard score atau z-score adalah angka yang menunjukkan perbandingan perbedaan score seseorang dari mean dengan standar deviasinya untuk menentukan z-score, harus diketahui:
Rata-rata skor dari kelompok.
Standar deviasi dari skor-skor tersebut
Pengetrapan dari z-score ini banyak digunakan di dalam menentukan kejuaraan seseorang apabila kebetuan jumlah nilainya sama BAB 18 MENCARI NILAI AKHIR 1.
Fungsi Nilai Akhir
a.Fungsi intruksional bertujuan untuk memberikan suatu balikan yang mencerminkan seberapa jauh seorang siswa telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pengajaran atau system intruksional. b.Fungsi informatif bertujuan untuk memberikan nilai siswa kepada orang tuanya mempunyai arti bahwa orang tua siswa tersebut menjadi tahu akan kemajuan dan prestasi putranya di sekolah. c.Fungsi bimbingan bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian mana dari usaha siswa di sekolah yang masih memerlukan bantuan. d.Fungsi administratif:
Menentukan kenaikan dan kelulusan siswa
Memindahkan atau menempatkan siswa
Memberikan beasiswa
Memberikan rekomendasi untuk melanjutkan belajar
Memberi gambaran tentang prestasi siswa atau lulusan kepada calon pemakai tenaga kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian:
a. Prestasi/ pencapaian (achievement) b. Usaha (effort) c. Aspek pribadi dan social (personal and social characteristics) d. Kebiasaan bekerja (working habits). Cara menentukan nilai akhir:
a. Untuk memperoleh nilai akhir, perlu diperhitungkan nilai tes formatif dan tes sumatif. b. Nilai akhir diperoleh dari nilai tugas, nilai ulangan harian, dan nilai ulangan umum dengan bobot 2,3,dan 5. c. Nilai akhir untuk STTB diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian (diberi bobot satu) dan nilai EBTA (diberi bobot dua), kemudian dibagi 3. BAB 19 MEMBUAT LAPORAN 1. Pentingnya Laporan
Laporan biasanya dibuat oleh seorang guru dibuat pada akhir semester, dibuatnya laporan ini diperlukan untuk mengetahui hasil akhir dari apa yang dilakukan oleh siswa-siswi serta diperlukan agar guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar sudah berhasil atau belum jika belum maka guru akan meninjau kembali metodenya dalam mengajar.Secara sistematis dapat dikemukakan disini bahwa laporan tentang siswa bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu sebagai berikut: a. b. c. d. e. f.
Siswa sendiri Guru yang mengajar akan mengetahui catatan laporan kemajuan siswa. Guru lain Petugas lain disekolah. Orang tua akan mengetahui kemajuan anak dari hari ke hari. Pemakai lulusan
2. Macam dan Cara Membuat Laporan
a. b. c. d.
Catatan lengkap. Catatan tidak lengkap. Lulus-belum lulus. Nilai siswa. BAB 20 EVALUASI PROGRAM PENGAJARAN
1. Evaluasi Program
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan apakah target progam yang disusun sudah tercapai dengan begitu maka akan diketahui bagaimana kualitas mengajar seorang guru apakah sudah efektif atau belum berdasarkan tingkat pencapaian yang sudah dicapai. Pentingnya evaluasi progam yaitu agar guru mengetahui betul apa yang terjadi di dalam proses belajarmengajar, guru berkepentingan atas kualitas pengajaran. Untuk memperbaiki proses pengajaran yang akan dilaksanakan lain waktu, guru perlu mengetahui seberapa tinggi tingkat pencapaian dari tugas yang telah dikerjakan selama kurun waktu tertentu. 2. Objek atau sasaran evaluasi progam.
a. b. c. d. e. f. g.
Input(masukan) Materi atau kurikulum Guru Metode atau pendekatan dalam mengajar. Sarana: alat pelajaran atau media pendidikan Lingkungan manusia Lingkungan bukan manusia.
3. Cara melaksanakan evaluasi progam.
Apabila guru ingin melakukan evaluasi progam dengan lebih seksama, terlebih dahulu harus menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument pengumpulan data. Mengenai bagaimana menyiapkan instrumen untuk angket, pedoman wawancar, pedoman pengamatan dapat dipelajari dari buku-buku penelitian. Sebagai cara yang paling sederhana adalah mengadakan pencatatan terhadap peristiwa yang dialami dari kegiatan sehari-hari di kelas.
IDENTITAS BUKU Judul Buku Pembanding : Penilaian Autentik Penulis :Abdul Majid M.Pd Penerbit :PT Remaja Rosdakarya Kota Terbit :Bandung Tahun Terbit :2015 Edisi :Kedua Jumlah halaman :274
BAB I PENDAHULUAN A. Tuntunan Kompetensi Guru dalam Melakukan Penilaian
Dalam kompetensi guru ada empat yaitu : 1)Aspek Pedagogik, yaitu kompetensimenguasai karakteristik siswa, menguasi teori belajar, pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran, pengembangan potensi siswa, komunikasi denga siswa, penilaian dan evaluasi. 2)Aspek kepribadian, yaitu kompetensi bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan, menunjukkakan pribadi yang teladan, dan tanggung jawab yang tinggi. 3)Aspek sosial, yaitu kompetensi bersikap inklusif, bertindak objektif, serta diskriminatif, komunikasi dengan sesama guru, orang tua, siswa, dan masyarakat. 4)Aspek Profesiaonal, yaitu kompetensi penguasaan mngembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.
materi,
dan
B. Teori yang Melandasi penilaian dan Evaluasi
1. Taksanomi Bloom ranah Kognitif Taksanomii bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori, dari yang sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks (mengevaluasi), yaitu : a. Pengetahuan (Knowlege) / C – 1, pengetahuan dalam pengertian ini mengingat proses mengingat kembali hal-hal yang spesifik dan universal b. Pemahaman (Comprehension) / C – 2, pemahaman ersangkutan dengan inti dari sesuatu. c. Penerapan (Application) / C – 3, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, metode, rumus, teori, prinsip di dalam berbagai situasi. d. Analisis (Analysis) / C – 4, pemecahan atau pemisahan suatu komunikasi menjadi unsur-unsur penyusunya. e. Sintesis (Synthesis) / C – 5, memadukan elemen-elemen dan bagian bagian untuk membentuk suuatu kesatuan f. Evaluasi (Evaluation) C – 6, menentukan nilai dan metode untuk tujuan tertentu. 2. Taksonomi Bloom Revisi Taksanomi Bloom ranah kogitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001 : 66-68) dibagi menjadi 6, yakni :
a. Mengingat, merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau. b. Memahami(mengerti), berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. c. Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur unyuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan masalah,. d. Menganalisis, merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut daapaay menimbulkan masalah. e. Mengevluasi, brkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yangg sudah ada. f. Menciptakan, mengarah pada proses kognitif meletaakan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren. 3. Taksonomi Gagne Gagne mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau kapabilitas. Gagne mengemukakan 5 macam hasil beljar atau kapabilitas 3 bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu bersifat psikomotor. Gage membagi membagi hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas sebagai berikut : a. b. c. d. e.
Informasi verbal Keterampilan intelektual Strategi kognitif Sikap Keterampilan motorik
4. Taksanomi Merrill Taksanomi Merril. M. D. Merril sendiri menanamkan taksanomi buatannya itu sebagai Componen Display Theory (CDT). Taksanomi Merril membagi tujuan pendidikan jadi dua kategori : isi dan kinerja (teori Gagne). Kategori isi berisikan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Sedangkan kategori kinerja terdiri dari mengingat, menggunakan dan menemukan. 5. Ranah Pengetahuan Cangelosi Menurut Cangelosi,pengukuran merupakan proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Mengategorikan ranah kognitif atas tiga tingakat pengetahuan dan tingkat intelektual. Tingkat pengetahuan dibedakan atas pengetahuan sederhana dan pengetahuan tentang proses. Sasaran kognitif tingkat
intelektual dafat diklasifikasikan sebagai konseptualisasi, aplikasi dan melebihi aplikasi.
pemahaman
komunikasi,
C. Proses dan hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian
Proses pembelajaran sebagai objek penilaian salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Komponenkomponen penilaian proses pembelajaran yaitu : komponen tujuan pembelajaran, komponen bahan pengajaran, komponen siswa, komponen guru, komponen alat dan sumber belajar, dan komponen penilaian. Penilaian proses belajar mengajar memiliki kriteria, yaitu : konsistensi kegiatan belajar mengajaar kurikulum, keterlaksanaannya oleh guru, keterlaksanaannya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar, interaksi guru siswa, kemampuan dan keterampilan guru mengajar, dan kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa.
BAB II KONSEP DASAR PENILLAIAN A. Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes
Evaluasi dimaknai sebagi penilaian sistematik tentang manfaat atau kegiatan suatu objek.Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, didasarkan pada tujuan pembelajaran secara utuh, untuk memperoleh hasil penilaian yang maksimal terkait dengan evaluasi. Pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris, terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu, dari objek yang hendak diukur. Pengukuran yang bersifat kuantitatif dibedakan menjadi 3 yaitu : pengukuran yang dapat dilakukan bukan untuk menguji sessuatu, pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, dan pengukuran yang digunakan untuk meniilai. Tes adalah seperangkat alat yang berisi tugas yang harus dilakukan atau sejumlah pertanyaan yang harus di jawab peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. B. Hubungan Evaluasi, Penilaian, Pegukuran, dan Tes
Dalam melaksanakan proses penilaian pembelajaran, guru selalu berhadapan dengan konsep-konsep eevaluasi, pengukuran, dan tes yang dalam penerapannya sering dilakukan secara simultan. Sebab itu, dalam praktik ketiganya sering tidak disarankan pemisahannya karena melakukan penilaian berarti telah pula melakukan ketiganya. Waktu melaksanakan penilaian guru pasti telah menciptakan alat ukur, berupa tes maupun nontes seprti soal-soal ujian, observasi
proses pembelajaran dan sebagainya. Hubungan antara keempat peengertian tersebut dalam kegiatan penilaian pembelajaran, meskipun sering dilakukan oleh guru secara simultan. C. Perbedaan antara Evaluasi dan Penilaian
No
Dimensi Perbedaan
1
Fokus
2
Pihak yang memerlukan Konten dan tujuan pokok
3
Kepada luaran yang diinginkan oleh guru dan pada kualitas Diperlukan, diminta oleh evalator Summatif, diminta oleh evalator
Memiliki standar kualitas yang dikembangkan oeleh para siswa dengan bekerja sama dengan penilaian Orientasi, fokus Berorientasi pada proses dari pengukuran bagaimana pembelajaran berlangsung Temuan dan Diagnostik, penggunaaya mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaikan Hubungan Kooperatif antara objek denagan penilaian/evalua si
Memiliki standar kualitas yang di kembangkan oleh evaluator
Konsekuensi
5
Perbandingan terhadap kualitas
6
Pengembangan standar kualitas
8
9
Evaluasi
Kepada luaran yang diinginkan oleh siswa dan pada pertumbuhan Diperlukan, diminta oleh siswa Firmatif, berlangsung terus untuk memperbaiki pembelajaran Tidak memiliki konsekuensi Tidak pernah membandingkan kualitas
4
7
Penilaian
Sering mengandung konsekuensi Sering membandingkan kualitas
Berorientasi produk, apa saja yang telah dipelajari Pertimbangan sampai pada seluruh nilai/angka Kompetitif
D. Dasar Penilaian
Dasar atau alasan fungsi penilain dalam proses pendidikan dikelompokan tiga bagian yaitu dasar psikologis, didaktis, dan administratif. Masalah kebutuhan psikologis akan pengetahuannya mengenai hasil usaha yang telah dilakukan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi anak didik dan pendidik.
E. Tujuan Prinsip, dan Fungsi Penilaian
Tujuan penilaian secara terperinci ialah dengan melakukan penilaian berbasis kelas, memberikan umpan balik kepada peserta didik, melakukan pemantuan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik, mempeerbaiki metode dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa, landasan untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian, dan hasil dari penilaianini dapat pula memberikan informasi kepada orang tua. Prinsip-prinsip penilaian, yakni : valiiditas, reliabilitas, menyeluruh, berkesinambungan, objektif, dan mendidik. Fungsi penilaian kelas, yakni sebagai tujuan pembelajaran adalah pencapaian kompetensi inti maupun kompetensi dasar, penilaian berbasis kelas dapat berfungsi sebagai landasan pelaksanaan hasil belajar, sejalan dengan tujuan penilaian untuk menemukan kesulitan belajar, menemukan kelemahan dalam proses pembelajaran, dan semuanya dappat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagi pendidik.
F. Ruang Lingkup Aspek Penilaian
Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan tujuan yang ingin di capai dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran pengklasifikasikan hasil belajar yang di lakuakn oleh bloom pada 1956, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. kognitif adalah ranah menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual, asperk kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. afektif adalah ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan sikap nilai dan emosi, ada lima karekteristik afektif yag penting yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatankegiatan atau keterampilan motorik, hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu : imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturaalisasi. BAB III PENILAIAN AUTENTIK A. Defenisi dan Makna Penilaian Autentik
Penilaian autentik (authentic assessment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas public (Pusat Kurikulum, 2009). Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson (2002) , yang mengatakan bahwa penilaian autentik memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari dan apa yang telah dikuasai selama proses pembelajaran. Lebih lanjut Johnson (2009) mengatakan bahwa penilaian autentik berfokus pada
tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Melalui tugas-tugas yang diberikan , para siswa akan menunjukkan penguasaannya terhadap tujuan dan kedalaman pemahamannya, serta pada saat yang bersamaan diharapkan akan dapat meningkatkan pemahaman dan perbaikan diri. B. Padanan Nama Penilaian Autentik
Penilaian autentik atau authentic assessment jarang digunakan dalam proses penilaian. Penilaian autentik lebih sering dinyatakan sebagai penilaian berbasis kinerja (performance based assessment). Sementara itu dalam buku-buku lain (Kecuali Wiggins) penilaian autentik disamakan saja dengan nama penilaian alternative (alternative assessment) atau penilaian kinerja (performance assessment). Selain itu Muller (2006) memperkenalkan istilah lain sebagai padanan nama penilaian autentik, yaitu penilaian langsung (direct assessment). C. Perlunya Penilaian Auntentik
Penilaian autentik merupakan penilaian, langsung (Mueller, 2006: 1). Ketika melalaukan penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih jelas apabila dinilai langsung, umpamanya kemampuan argumentasi atau berdebat, keterampilan menggunakan kommputer dan keterampilan melaksanakan percobaan. Begit u pula menilai sikap atau perilaku siswa terhadap sesuatu atau pada saat melakukan sesuatu. D. Perbandingan Penilaian Autentik dengan Penilaian Biasa
Dalam penilaian autentik, penilaian menggiring kurikulum , yang berarti bahwa guru mestinya pertama-tama menetapkan sejumlah tugas yang harus ditampilkan oleh para siswa tentang hal-hal yang telah dikuasainya. Selanjutnya dikembangkan sebuah kurikulum yang memungkinkan siswa menampilkan kinerjanya dengan baik, yang dengan sendirinya melibatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang esensial. Hal ini berarti merancang dengan langkah mundur. Penilaian autentik merupakan pelengkap penilaian tradisional. Dengan demikian mestinya perlu ditetapkan atribut-atribut yang cocok untuk kefua bentuk penilaian yang saling melengkapi tersebut. Untuk lebih jelasnya kaitan perbedaan di antara keduanya dapat dilihat pada tabel berikut : Tes Standar
Mereduksi kehidupan siswa yang kompleks dan kaya menjadi kumpulan skor, presentasi atau nilai. Menciptakan tekanan yang memberikan pengaruh negative bagi
Penilaian Autentik
Membuat guru ikut merasakan pengalaman siswa yang unik. Menawarkan pengalaman menarik, aktif, hidup,
yang dan
kinerja siswa
menyenangkan.
Menciptakan standar atau norma mistis yang menggambarkan sekian persen siswa mengalami kegagalan. Menekan para guru untuk mempersempit kurikulum dengan hanya fokus pada materi yang diujikan/tes. Menekankan ujian langsung yang menilai pengetahuan
Cenderung memfokuskan perhatian pada kesalahan,kekeliruan, skor rendah, dan hal-hal lain yang tidak dapat dilakukan oleh siswa. Terlalu berfokus pada pentingnya data tunggal (misalnya : skor tes) dalam menentukan keputusankeputusan kependidikan. Memperlakukan seragam.
siswa
secara
Mendiskriminasikan siswa-siswa tertentu karena berlatar belakang kultur dan gaya belajar. Menghakimi siswa tanpa memberikan saran untuk perbaikan. Menganggap tes dan pengajaran sebagai entitas yang terpisah. Jawaban-jawaban merupakan harga mati; siswa jarang mendapat kesempatan untuk memperbaiki, merenungkan atau mengerjakan kembali suatu ujian. Memberikan hasil – hasil yang hanya dapat dipahami sepenuhnya oleh
Membangun lingkungan memberikan kesempatan sama bagi setiap siswa berhasil.
yang yang untuk
Memungkinkan guru mengembangkan kurikulum yang bermakna dan melakukan penilaian di dalam konteks program tersebut. Menilai berdasarkan proses yang berkesinambungan sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang lebih akurat tentang prestasi siswa. Memberikan penekanan pada kekuatan siswa; menyediakan informasi apa yang dapat mereka lakukan dan coba lakukan. Menyediakan banyak sumber penilaian yang memberikan pandangan lebih akurat tentang kemajuan siswa. Memperlakukan siswa sebuah pribadi yang unik.
sebagai
Memberikan kinerja siswa yang merata secara cultural; memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk berhasil. Menyediakan informasi yang bermanfaat untuk proses belajar selanjutnya. Menganggap penilaian dan pengajaran layaknya dua buah sisi sebuah koin. Memberikan kepada siswa pengalaman tentang suatu proses yang terus-menerus menyangkut perenungan diri, pembelajaran yang terbimbing, dan perbaikan. Menggambarkan kinerja siswa dalam istilah-istilah awam yang
professional terlatih.
dapat dipahami dengan mudah oleh orangtua, anak dan pihak lain di luar kalangan pendidik.
Memberikan materi-materi penilaian yang tak pernah diperlihatkan kembali pada siswa. Mementingkan “benar”
jawaban
yang
Menempatkan siswa di lingkungan belajar buatan, yang berarti mengganggu prinsip lingkungan alami pembelajaran. Pada umumnya mementingkan keterampilan belajar tingkat rendah. Mendorong pembelajaran ekstrinsik (belajar untuk lulus ujian atau mendapat nilai tinggi). Memberikan batas waktu yang membatasi proses berpikir siswa.
Secara umu dibatasi pada membaca, mendengar, dan member penilaian pada secarik kertas.
Umumnya kurang mendorong siswa berinteraksi. Memicu perbandingan antarsiswa yang sangat tidak bermanfaat.
Menghasilkan produk-produk yang bermakna bagi siswa dan pihak lain. Mementingkan hasil akhir.
proses
sekaligus
Menguji siswa dengan cara-cara yang tidak menghambat dalam konteks lingkungan pembelajaran. Mencakup keterampilan berpikir tingkat tinggi dan bidang-bidang subjektif yang penting. Memotivasi pembelajaran sebagai sesuatu yang memang penting. Memberikan waktu sebanyak banyaknya yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan persoalan, tugas atau sebuah proses. Mencakup penciptaan,tanya jawab dan diskusi, peragaan, penyelesaian masalah, perenungan , sketsa dan berbagai tugas serta aktivitas pembelajaran yang lain. Mendorong proses pembelajaran melaui kerja sama kelompok. Membandingkan siswa hanya dengan pencapaian mereka sendiri pada masa sebelumnya.
E. Jenis-Jenis Penilaian Autentik
Garis besar bentuk penilaian autentik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Penilaian Proyek Proyek merupakan salah satu bentuk penilaian autentik yang berupa pemberian tugas kepada siswa secara berkelompok. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi berbagai perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Penilaian proyek
merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau tema pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigaso yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan , pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, pengapplikasian, penyelidikan dan lain-lain. 2. Penilaian Kinerja Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkkan unsure-unsur proyek/ tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik, baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas.Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja, yakni : daftar cek, catatan anekdot/ narasi, skala penilaian, dan memori atau ingatan. 3. Penilaian Portofolio Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa (tugas-tugas) dalam periode waktu tertentu yang dapat memberikan informasi penilaian. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perseorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. 4. Jurnal Jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa untuk menunjukkan segala sesuatu yang telah dipelajari atau diperoleh dalam proses pembelajaaran. Jurnal dapat digunakan untuk mencatat atau merangkum topic-topik pokok yang telah dipelajari , perasaan siswa dalam belajar mata pelajaran tertentu, kesulitankesulitan atau keberahasilan-keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah atau topic pembelajaran, dan catatan atau komentar siswa tentang harapan-harapannya dalam proses aturan yang digunakan untuk menilai kinerja siswa. 5. Penilaian Tertulis Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab peserta didik tidak selalau merespons dalam bentuk jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainy. Ada dua bentuk soal tertulis, yaitu : soal dengan memilih jawaban dengan pilihan
berganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan, soal dengan menyuplai-jawaban dengan isian atau melengkap, jawaban singkat, dan soal uraian.
BAB IV PENILAIAN AUTENTIK DAN TUNTUNAN KURIKULUM
A.Penilaian Autentik dan belajar autentik
Penilaian autentik meniscayakan proses belajar yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik mencermikan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar siswa dapat mencapai hasil akhir meski dengan satuan waktu yang berbeda. Data penilaian autentik digunakan untuuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dalam pembelajaran di kelas tertentu. B. Penilaian Autentik dan Tuntunan Kurikulum 2013
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntunan kurikulum 2013. Karena penilaian s emacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, mmembangun jenjaring dan lain-lain. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belaja, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. C. Standar Proses Penilaian
Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup : penilaian autentik, penilain diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, ujian sekolah/madrasah. Penialain hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip, yakni : objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel, dan edukatif.
D. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Di samping kurikulum, terdapat sejumlah faktr di antaranya : lama siswa bersekolah, lama siswa tinggal disekolah, pembelajaran iswa aktif berbasis kompetensi, buku pegangan atau buku babon, dan peranan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan. Elemen perubahan kurikulum di lakuakan pada 4 kompenen, yaitu : standar kompetensi kelulusan, standar isi, satandar proses, dan standar penilaian. Standar kompetensi lulusan (SKL) terbagi menjadi 3, yaitu : tujuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah, cakupan kompetensi lulusan, dan kompetensi-kompetensi lulusan satuan pendidikan yang mencakup : standar kompetensi lulusan SD/MI/SDLB/Paket A, standar kompetensi lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B, standar kompetensi lulusan SMA/MA/SMK/MAK/Paket C, kompetensi inti, dan kompetensi dasar. BAB V TUGAS AUTENTIK DAN RUBRIK PENILAIAN A. Tugas (Tasks) Autentik
Tugas autentik atau authentic task : is an assignment given to students designed to assess their ability to apply sarandard-driven knowledge and skills to real-world challenges. Dengan kata lain, suatu tugas yang meminta siswa melakukan atau menampilkannya dianggap autentik apabila : siswa diminta untuk mengonstruk respon mereka sendiri, tugas merupakan tantangan yang mirip yang dihadapkan dalam kenyataan sesungguhnya. Ada dua hal perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam penilaian autentik, yaitu keterampilan dan kemampuan. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan lima dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat menyiapkan task yang autentik pada pembelajaran sains. Pertama, lama waktu pengajaran tugas. Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui siswa. Kitiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya. Keempat, fokus evaluasi pada produk atau pada proses. Kelima, keragaman cara-cara komunikatif yang dapat digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya. B. Langkah-Langkah Penilaian Autentik
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyiapkan rancangan penilaian autentik adalah sebagai berikut : 1. Langkah 1 : mengidentifikasi standar, standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat dilakukan siswa, tetapi ruang lingkungnya lebih sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum.
2. Langkah 2 : memilih suatu tugas autentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita buat dan mengkaji kenyataan sesungguhnya. 3. Langakah 3 : mengidentifikasi kriteria untuk tugas (task), kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada seuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakaah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerluakan urutan) atau tidak. 4. Langkah 4 : menciptakan standar kriteria atau rubrik, menyiapkan suaatu rubrik analitis dan menyiapkan suatu rubrik yang holistik. C. Mengembangakan Rubrik Penilaian
Rubrik adalah perangkat pemberian skor yang secara eksplisit menyatakan kinerja yang di harapkan bagi tugas-tuga yang diberikan terhadap suatu hasil karya siswa. Rubrik seacara umum ialah patokan penskoran yang digunakan dalam asesmen subjektif. Keuntungan yang diperoleh bila guru menggunakan rubrik, di antaranya guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memberikan penekanan dan perhatian pada perincian tertentu sebagai model untuk siswa Rubrik penskoran ialah skema penilaian deskriptif, yang digunakan sebagaai patokan dalam menganalisis produk maupun proses usaha dan keberhasilan mahasiswa. Jenis rubrik terdapat 2 jenis, yaitu : rubrik holistik ialah penskoran dilakukan terhadap proses keseluruhan atau kesatuan produk tanpa menilai bagian komponen secara terpisah, dan rubrik analitik ialah penskoran mula-mula dilakukan atas bagian-bagian individual produk atau penampilan secara terpisah, kemudian dijumlahkan skor individual iti untuk memperolah skor total. BAB VI LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN PENILAIAN SERTA PENERAPAN KRITERIA KETENTUAN MINIMAL A. Pemetaan SKL, KI,KD Rencana peenilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran merupakan rencana penilaian yang akan dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secaraberkesinambungan.
Penilaian belajar dan pembelajaran perlu direncanakan dengan baik agar hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk: 1. Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung; 2. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahuikekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi;
3. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial; 4. Memberikan umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan dan sumber yang digunakan; 5. Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru; 6. Memberikan informasi kepada orangtua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan. B. Penetapan Indikator Pencapaian Hasil Belajar Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktikkan, mendemonstrasikan dan mendiskripsikan. C. Penjabaran Indikator ke dalam Instumen Penilaian Harsono, 2014:272 mengatakan bahwa penilaian harus terkait dan saling memengaruhi dengan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus teridentifikasi dalam penilaian (biasanya dalam RPP disebut indikator pembelajaran). D. Penyusunan Kriteria Ketuntasan Minimal dan Konversi Skor Nilai KKM adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) dengan pencapaian nilai minimal tertentu yang ditentukan oleh satuan pendidikan melalui guru mata pelajaran, tuntas tidak tuntasnya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh standar ukuran pencapaian nilai minimal yang harus dicapai oleh seorang s iswa. KKM merupakan bagian dari data evaluasi, sebab KKm merupakan alat ukur evaluasi untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas lembaga yang bersangkutan. Pendekatan perumusan KKm, dengan mempergunakan # pendekatan, yakni: dengan pendekatan kompleksitas, daya dukung dan intake si swa. E. Kriteria Ketuntasan Minimal 1. KKM ditentukan oleh Satuan pendidikan 2. KKM dicantumkan dalam buku penilaian guru 3. Pesserta didik yang belum mencapai KKM, diberi program pengayaan. BAB VII TEKNIK-TEKNIK PENILAIAN A. Teknik Penilaian Proses dalam Pembelajaran 1. Penilaian Proses dengan Observasi 2. Penilaian Proses dengan Cara BIAS, Flander dan VIC B. TEKNIK Penilaian Kompetensi Sikap 1. Pengertian: sikap adalah afeksi positif atau negatif yang berhubungan dengan beberapa objek psikologis.
2. Komponen dan Objek Sikap 3. Perumusan Indikator Domain Sikap 4. Teknik Penilaian Sikap a. Observasi b. Penilaian Diri c. Penilaian Antarteman d. Jurnal e. Sikap Spiritual f. Sikap Sosial C. Penilaian Pengetahuan 1. Pengertian: dalam UU Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian pendidikan dijelaskan bahwa penilaian pendidikan merupakan proses pengumpula dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik yang mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis fortopolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi sikap, pengathuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat diguanakan untuk menentukan posisi relatif setiappeserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. 2. Cakupan Penilaian Pengetahuan 3. Pengembangan dan Perumusan Indikator Penilaian 4. Teknik Penilaian Pengetahuan 5. Format Rekap Penilaian Akhir Siswa D. Penilaian Keterampilan 1. 2. 3. 4.
Performance/Kinerja Penilaian Produk Penilaian Proyek Portofolio
BAB VIII PROGRAM TIDAK LANJUT PROSES dan HASIL BELAJAR A. Pembelajaran Tuntas 1. Konsep Belajar Tuntas 2. Prinsip Belajar Tuntas 3. Prosedur Belajar Tuntas 4. Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas dan Pembelajaran Konvensional 5. Indikator Guru melaksanakan Pembelajaran a. Metode pembelajaran b. Peran Guru c. Peran Siswa d. Penilaian B. Program Remedial
1. Pengertian: Remedial berasal dari kata remedy yang berarti memperbaiki, obat, atau menolong. Karena itu remedial brarti hal-hal/tindakantindakan/usaha-usaha yang berhubungan dengan perbaikan. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Remedial a. Pendekatan yang Bersifat Kuratif b. Pendekatan yang Bersifat Preventif c. Pendekatan yang Bersifat Pengembangan 4. Pelaksanaan Program Remedial a. Metode Pembelajaran Remedial b. Materi dan Waktu Pelaksaan Program Remedial c. Pelaksaan Program Remedial C. Program Pengayaan 1. Pengertian: Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya. 2. Tujuan Program Pengayaan 3. Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Program Pengayaan 4. Pelaksaan Progam Pengayaan D. Program Akselerasi/Percepatan 1. Pengertian: percepatan belajar (akselerasi) adalah proses layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyelesaian waktu belajar yang lebih cepat/lebih awal dari waktu yang telah ditentukan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. 2. Tujuan 3. Model Pengembangan Program Akselerasi 4. Keleihan dan Kekurangan Program Akselerasi BAB IX PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN A. Pengolahan Nilai Kelas 1. Capaian Kompetensi Pengetahuan 2. Capaian Kompetensi keterampilan 3. Capaian Kompetensi Sikap B. Penglahan Nilai Rapor 1. Penilaian Pengetahuan 2. Penilaian Keterampilan 3. Penilaian Sikap C. Pemanfataan Hasil Penilaian 1. Bagi Peserta Didik yang Memerlukan Remedial 2. Bagi Peserta Didik yang Memerlukan Pengayaan
3. Bagi Guru 4. Bagi Kepala Sekolah D. Pelaporan Hasil Penilaian 1) Laporan sabagai akuntabilitas Publik 2) Bentuk Laporan 3) Isi Laporan 4) Jenis Administrasi dan pelaporan a. Leger b. Buku Laporan (Rapor) c. Transkrip d. Paspor Keterampilan (Skill Passport) e. Ijazah f. Sertifikat Kompetensi untuk SMK 5) Penentuan Kenaikan Kelas
III.
KEUNGGULAN BUKU 1. Buku Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan a. Keterkaitan antar bab Pada buku tersebut, antara setiap bab mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dimana bab yang selanjutnya merupakan kelanjutan dari bab yang sebelumnya. Dengan pembahasan yang lebih luas lagi. Sehingga ketika kita membaca buku tersebut, kita mendapatkan alur dari yang dimaksudkan oleh penulis b. Kemuktahiran isi buku Pada buku ini, isi nya mempunyai banyak referensi yang digunakan, misalanya pada pengertian-pengertian, tujuan, sistematika penulisan, penggunaan dan perbedaan, sehingga kemuktahiran isi bukunya semakin unggul. Selain itu penulis juga menjabarkan kembali referensi yang telah dikutip oleh penuilis, sehingga pembaca semakin mengerti apa yang disampaikan oleh penulis sumber referensi tersebut, dan tahun pengutipannya tidak terlalu jauh. c. Penjelasan disertai contoh d. Terdapat petunjuk untuk membuat tes yang baik serta menskor dan menilai e. Bahasa yang digunakan mudah dipahami f. Terdapat tabel analisis untuk membuat butir soal. 2. Buku Penilaian Autentik a. Keterkaitan antar bab Pada buku tersebut, antara setiap bab mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dimana bab yang selanjutnya merupakan kelanjutan dari bab yang sebelumnya. Pembahasan dimulai dari tingkat yang sederhana sampai ke tingkat yang lebih kompleks. b. Kemutakhiran isi buku Buku ini membahas secara lengkap penilaian autentik. Pembahasan dijelaskan secara detail sehingga mudah dipahami. Isi pembahasan juga sangat runtut dan teratur mulai dari tingkat hal yang sederhana sampai ketingkat yang lebih kompleks. c. Bahasa yang diigunakan mudah dipahami.
IV.
a.
b. c. d. a.
b.
KELEMAHAN BUKU 1. Buku Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan Kemuktahiran isi buku Pada buku ini terlalu banyak kutipan. Sehingga pembaca susah memilih pendapat mana yang harus diikuti. Tidak diiringi ilustrasi, sehingga kurang menarik minat baca. Penjelasan terlalu rinci sehingga membuat bingung. Terlalu tebal sehingga menimbulkan kebosanan. 2. Buku penilaian Autentik Kemuktahiran isi buku Pada buku penilaian autentik , terdapat pengulangan bahasa yang sering terjadi dalam isi setiap bab dan bahasa yang digunakan banyak menggunakan istilah yang sulit dipahami. Masih banyak kesalahan penulisan dalam buku.
V.Implikasi
a. Terhadap Teori
Teori yang digunakan pada evaluasi hasil belajar dan penilaian autentik ini sangat bagus dalam membantu pengejar untuk melakukan penelitian karena didalamnya menggunakan teori yang sesuai dengan teori buku evaluasi hasil belajar lain sehingga teruji keabsahannya. Didalam buku ini, lengkap dipaparkan apa saja yang berhubungan dengan bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar. Buku ini sangat cocok untuk tenaga pengajar pemula karena didalam nya lengkap dasar-dasar mengevaluasi hasil belajar dan juga lengkap bagaimana cara memberikan penilaian yang sebenarnya. b. Terhadap Pembangunan di Indonesia
Buku ini sesuai untuk memajukan program pembangunan di Indonesia dalam segi peningkatan pengajar. Jika kualitas pengajar meningkat maka hasil belajar siswa pun otomatis akan meningkat. Buku ini sangat baik digunakan oleh tenaga pengajar agar dalam melaksanakan penilaian kepada para anak didiknya dapat dilakukan nya dengan tepat supaya kegiatan belajar-mengajarnya dapat berlangsung dengan baik. c. Pembahasan dan Analisis
Buku yang berjudul Penilaian Autentik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dapat dilihat pada keterkaitan antar bab yang dipaparkan pada buku sesuai dengan judul buku tersebut. Pemilihan bahasa yang tepat dan mencantumkan tabel. Selain itu, materi dalam buku ini pun sudah lengkap. Jadi pembaca pun mudah untuk memahami apa yang di maksud dengan penelitian itu. Adapun kelemahan yang terdapat pada buku ini yaitu , pada bab penulisan laporan kurang dipaparkan contoh, dan tidak ada dipaparkan cara penulisan dan contoh catatan kaki, cover buku juga kurang menarik pembaca. Buku ini juga membutuhkan revisi untuk memperbaharui isi buku dan memperbaiki kesalahan penulisan kata.
VI.KESIMPULAN
a) Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. b) Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif. c) Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai d) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, yang dimaksudkan untuk membantu para guru dalam pengambil keputusan dalam usaha menjawab pertanyaan atau permasalahan yang ada. e) Waktu melaksanakan penilaian guru pasti telah menciptakan alat ukur, berupa tes maupun nontes seprti soal-soal ujian, observasi proses pembelajaran dan sebagainya. Hubungan antara keempat peengertian tersebut dalam kegiatan penilaian pembelajaran, meskipun sering dilakukan oleh guru secara simultan.