SYOK HIPOVOLEMIK
Kebutuhan Cairan rumatan : 1. Dewasa
= 1,5-2 ml/kgBB/jam
2. Anak-anak = Rumus Darrow : 100 ml/kgBB/hr ml/ kgBB/hr utk 10 kg pertama 50 ml/kgBB/hr utk 10 kg kedua 20 ml/kgBB/hr utk selanjutnya
# Syok Hipovolemik Karena Perdarahan Prinsip pengelolaan : menghentikan perdarahan dan mengganti kehilangan volume darah 1. Tentukan blood lose berdasarkan status trauma 2. Atasi syok ▪
Cairan infus 1000-2000 ml dalam 0,5-1 jam dengan cairan RL atau NaCl 0,9%, pada anak-anak berikan 20 ml/kgBB dalam 1 jam.
▪
Bila gagal langsung PRC dan FFP, dengan perbandingan 1-2 : 1 Rumus : ∂ Hb x BB x 80/22, 80/22, max. 20 ml/kgBB Pada anak, maksimal: - 1-5 thn : 6 ml/kgBB/hari - 5-8 thn : 8 ml/kgBB/hari - 8-10 thn : 10 ml/kgBB/hari
3. Lihat respon terhadap resusitasi yg diberikan Evaluasi : hemodinamik (perfusi, nadi, TD) dan produksi urin (dewasa 0,5 ml/kgBB/jam; anak 1 ml/kgBB/jam; bayi 2 ml/kgBB/jam).
1|Cakil Internsip
Status Trauma (Dewasa BB=70 kg) Kriteria Kehilangan darah Denyut nadi TD Tekanan nadi
Kelas I s.d. 750 cc (15% EBV) < 100 Normal Normal atau Naik 14-20 x/menit
Kelas II 750-1500 cc (15-30% EBV) > 100 Normal Menurun
Kelas III 1500-2000 cc (30-40% EBV) > 120 Menurun Menurun
Kelas IV > 2000cc (> 40% EBV) > 140 Menurun Menurun
20-30 x/menit
30-40 x/menit
> 35 x/menit
Produksi urin (ml/jam) Kesadaran
> 30 ml
20-30 ml
5-15 ml
Tidak berarti
Sedikit cemas
Cemas
Penggantian cairan
Kristaloid
Kristaloid
Cemas bingung Kristaloid darah
Frekuensi nafas
s.d Bingung, lesu (letargis) + Kristaloid + darah
EBV ( Estimated Estimated Blood Volume Volume)) : Laki-laki
: 75 cc/kgBB
Perempuan
: 65 cc/kgBB
Pediatrik
: 75-90 cc/kgBB
Infant
: 85 cc/kgBB
Keterangan: Pedoman tabel di atas berdasarkan hukum “3-untuk“3-untuk-1” 1” artinya penderita syok hemoragik memerlukan sebanyak 300 ml larutaan elektrolit untuk setiap 100 ml darah yang hilang. Contoh makna klinis klasifikasi di atas: Seorang pasien perempuan dengan perdarahan kelas III, BB 50 kg, maka EBV nya adalah 50 x 75 = 3750; dan perkiraan kehilangan cairannya adalah : 30% x 3750 = 1125 . Maka pasien tsb membutuhkan cairan kristaloid sebanyak 1125 ml x 3 = 3375 mL.
2|Cakil Internsip
Algoritma Replacement Algoritma Replacement Therapy Therapy Pada Pada Perdarahan Penderita datang dengan perdarahan
Pasang infus jarum besar (min. 16 Gauge, ambi ambill sam sam el dara darah h
Catat TD, denyut nadi, produksi urin Siapkan darah 500-1000 ml
Cairan RL atau NaCl 0,9% cepat, Anak: 20 ml/kgBB, ulangi 2-4 x lose volume(EBV) Dewasa: Dewasa: 1000-2000 1000-2000 ml ml dalam 30-60 30-60 menit Hemodinamik Hemodinamik Baik : TD> 100, nadi <100, akral hangat dan kering, urin > 0,5 ml/kgBB/jam (dewasa), 1 ml/kgBB/jam (anak), 2 ml/k bb/ am ba i
Teruskan cairan 2-4 x
Hemodinamik Baik
Infus terus (cairan rumatan)
Hemodinamik Buruk
Infus terus (cairan rumatan), transfusi dilakukan bila Hb < 8 Nice to know : -
Kecepatan tetesan
Tetes/menit (makro) =
Jumlah cairan (ml)
Lama infus (jam) x faktor tetesan
Tetes/menit (mikro) =
Jumlah cairan (ml) Lama infus (jam)
-
Faktor tetesan = 60/w, dimana w = jml tetesan setiap 1 cc (lihat di brosur infus, biasanya 1cc = 20 tetes, 1 cc = 15 tetes (tranfusi set))
3|Cakil Internsip
Segera
#KANDUNGAN CAIRAN INFUS Jenis infus Na mEq/L (elektrolit) g/L
Cl
K
Ca
Asetat
Laktat Dekstrosa Dekstran
Protein
RL
130
109
4
3
-
28
-
-
-
Asering
130
109
4
3
28
-
-
-
-
NS
154
154
-
-
-
-
-
-
-
RD5%
147
155,5
4
4,5
-
-
50
-
-
KAEN 1B
38,5
38,5
-
-
-
-
37,5
-
-
KAEN 3A
60
50
10
-
-
20
27
-
-
KAEN 3B
50
50
20
-
-
20
27
-
-
KAEN 4A
30
20
-
-
-
10
40
-
-
KAEN 4B
30
28
8
-
-
10
37,5
-
-
KAEN MG3
50
50
20
-
-
20
100
Otsuran-L
130
4
3
109
-
28
-
100
-
Amiparen
2
-
-
-
120
-
-
-
100
Aminovel600
35
38
25
-
35
-
-
-
50
D1/2S
77
77
-
-
-
-
50
-
-
D1/4S
38,5
38,5
-
-
-
-
50
-
-
Indikasi Transfusi: 1. Meningkatkan oksigenasi jaringan 2. Memperbaiki
fungsi
trombositopenia 3. Koreksi hipovolemik
4|Cakil Internsip
hemostatis:
mis.
pemberian
trombosit
pada
# KOMPONEN DARAH Jenis
Definisi
Indikasi
Kontraindikasi
Dosis dan cara
Komponen
pemberian
Darah A. Seluler 1. Darah utuh
Darah
lengkap Meningkatkan
(Whole blood )
berisi:
eritrosit, jumlah eritrosit dan yg
Anemia kronik Dewasa: 1 unit dpt meningkatkan Hb 1
lekosit, trombosit volume plasma dlm normovolemik dan plasma. 1
kantong
=
waktu
bersamaan, atau
mis.
Perdarahan meningkatkan
250ml
akut
darah+37ml
30%),
transfusi
antikoagulan atau tukar,
bedah
350ml
hebat
(25-
g/dl, Hct 3-4%.
ingin Anak:
eritrosit
8
ml/kg
meningkatkan Hb 1 g/dl. 1
unit
sebaiknya
habis dlm 4 jam.
jantung
1 cc transfusi set =
darah+49ml
15 tetes.
antikoagulan
Rumus: 6 x ∂ Hb x BB
2. Sel Darah Merah ( Packed Packed Cell )
Berisi
eritrosit, Meningkatkan jml
Dpt
Dewasa: 1 unit PRC
Pekat trombosit, lekosit eritrosit pd pasien menyebabkan Red dan
sedikit dg gejala anemia hipervolemia
plasma. Volume yg 150-300 ml dg
hanya jika
eritrosit eritrosit
100-200
ml.
1
Hct 3-4%.
diberikan Anak:
memerlukan massa dlm jml banyak
massa
Hb 1 g/dl atau
pembawa dlm
waktu
dosis
10ml/kgBB, neonatus
10-
oksigen saja, mis. singkat
15ml/kgBB.
unit (500 ml)
gagal
Lama
volumenya 200-
anemia
250 ml dg Hct
keganasan
ginjal
atau
karena
pemberian:
minimum 2 jam dan maksimum 4 jam.
70-80%, volume
Rumus:
plasma 15-25 ml,
3 x ∂ Hb x BB
dan
volume
5|Cakil Internsip
5-
antikoagulan 1015 ml. 3. Sel darah
1
merah
mengandung
pekat
dengan sedikit
unit Meningkatkan jml 1-
3x109 lekosit.
-
Sama dengan PRC
reaksi -
Sama dangan PRC
eritrosit pd pasien yg
srg
leukosit ( PRC
mndapat/tergantung
Leucocytes
transfusi.
Reduced )
Pasien
dg
reaksi
transfusi panas dan reaksi
alergi
yg
disebabkan
oleh
protein plasma atau antibodi lekosit 4. Sel darah
Eritrosit
merah
pekat
normal salin dg
cuci
( PRC Hct
Washed )
dicuci Mencegah
alergi yang berat
70-80% atau
dasna
alergi
volume berulang,
180 ml
yang dapat
digunakan
pd
transfuse
neonatal
atau
transfuse
intrauteri 5.
Berisi trombosit, Perdarahan karena Penderita
Thrombocyte
beberapa lekosit, trombositopenia
TTP dan DIC
concentrate
eritrosit
serta perdarahan menaikkan jml AT
(TC)
plasma.
atau trombositopati intravascular
5.000-10.000/ul.
1 kantong 450 ml
congenital/didapat
Lama
WB
=
dan (AT < 50.000/ul)
menyeluruh
6x1010 atau selama operasi (PIM)
trombosit
dg atau
prosedur
ITP,
Perdarahan: unit/10
kgBB
transfuse
1
1
unit TC 5-15 menit, max.
pemberian
volume 30-50 ml
invasif dg AT <
tidak boleh lbh dr 4
(1
50.000/ul.
jam.
unit
TC).
6|Cakil Internsip
Hasil
Anak:
tromboferesis
BB s,d 15 kg (1
berisi 3x1011
unit); 15-30 kg (2 unit); > 30 kg (4 unit)
B. Nonseluler 6. Plasma
Berisi
segar beku
factor
pembekuan
bila
pengganti
( Fresh Frozen
pembekuan stabil
tdk tersedia factor
koagulasi
Plasma, FFP)
dan
pembekuan pekat
10-20 ml/kgBB (4-6
atau kriopresipitat
unit) menaikkan
plasma, -Gangguan
labil,
komplemen dan protein plasma.
proses
-
-Pengobatan
Dewasa: plasma sbg factor =
dosis
factor koagulasi 20-
kekurangan factor
30%+
factor
pembekuan ganda
2% (1 unit/kgBB).
mis. Peny. Hati,
Anak:
vit. K defisiensi,
Dosis permulaan 15
DIC
ml/kgBB
-Hemofilia B
kantong
-Hipoproteninemia
kgBB.
pd luka bakar
Rumus:
atau
VIII
1
FFP/15
10 x ∂ Hb x BB
7.
Konsentrat
Cryoprecipitate plasma
- Hemofilia A
protein -
Kekurangan
Tidak diberikan
F pada pasien dg dewasa 10 kantong
Anti
tertentu,
Hemophilic
faktor VIII 80-
dan pasien penyakit
(Cryo AHF)
120
Von Willebrand
unit,
berisi XIII,
150-
250
Hipofibrinogenemia:
fibrinogen defisiensi faktor dg BB 70kg, anak 1 tsb.
kantong/10kg
menaikkan
mg
fibrinogen
fibrinogen, faktor
100mg/dl.
Von Willebrand
Hemofilia A:
40-70%,
1 kantong = 100 unit
faktor
7|Cakil Internsip
60-
XIII 20-30%.
F
VIII,
1
1 kantong cryo
kantong/6kg
(15-30ml) berisi
menaikkan F VIII
80 IU faktor VIII
35%.
dan
Anak:
fibrinogen
100-350mg.
Dosis 1-2 ml/kgBB atau
1
kgBB.
kantong/6 Dosis
tambahan
dpt
diberikan dg interval 8-12 jam kemudian. Rumus: 0,5 x ∂ Hb x BB
Referensi: 1. American College of Surgeons Committee on Trauma. 2004. ATLS: Advanced Trauma Life Support Untuk Dokter . Student Course Manual 7 th edition.
Diterjemahkan oleh Komisi Trauma IKABI. Jakarta: Komisi Trauma IKABI.
2. Haroen H. 2006. Darah dan Komponen: Komposisi, Indikasi dan Cara Pemberian. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi IV. Aru WS., dkk. (ed.). Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. h.675680.
8|Cakil Internsip
TATALAKSANA SYOK HIPOVOLEMIK PADA DSS
9|Cakil Internsip
# Resusitasi Cairan Pada Luka Bakar Berat
-
Pasien dengan luka bakar > 20% TBSA ( Total Body Surface Area) harus segera mendapat resusitasi cairan
-
Tentukan luas luka bakar dengan Wallace Rules of Nines atau Lund and Browden Chart (TBSA%)
-
Memberikan akses resusitasi yang baik dengan kateter IV berukuran besar, 2 line.
-
Pemberian cairan resusitasi dilakukan dengan Formula Baxter, yaitu o
Total cairan = 4cc x berat badan x % luas luka bakar
o
Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, dan sisanya dalam 16 jam berikutnya
-
Penghitungan Luas Luka Bakar (TBSA- total body surface area) Daerah yang hanya mengalami eritema (kemerahan) tanpa adanya gelembung cairan (blister) tidak termasuk dalam penghitungan.
10 | C a k i l I n t e r n s i p
Gambar Luas luka bakar
11 | C a k i l I n t e r n s i p
DEHIDRASI
A. DEHIDRASI PADA DEWASA
-
Manifestasi Klinis 1. Dehidrasi ringan (defisit kurang dari 5% BB) Keadaan umum sadar baik, rasa haus (+), sirkulasi darah/nadi normal, pernapasan biasa, mata agak cekung, tonus/turgor biasa, kencing biasa 2. Dehidrasi sedang (defisit 5-10% BB) Keadaan umum gelisah, rasa haus (++), sirkulasi darah/nadi cepat (120-140), pernapasan agak cepat, mata cekung, turgor/tonus agak berkurang, kencing sedikit 3. Dehidrasi berat (lebih dari 10% BB) Keadaan umum apatis/koma, rasa haus (-), sirkulasi darah/nadi cepat sekali (lebih dari 140), pernapasan Kusmaul (cepat dan dalam), mata cekung sekali, turgor/tonus kurang sekali, kencing tidak ada
-
Penatalaksanaan Menurut Daldiyono : Pemeriksaan
Skor
1
Muntah
1
2
Voxs choleric (suara serak)
2
3
Apatis
1
4
Somnolen
2
5
TD < 90 mmHg
1
6
TD < 60 mmHg
2
7
Nadi > 120 x/menit
1
8
Nafas > 30x/menit (kusmaul)
1
9
Turgor turun
1
10 Facies cholerica
2
11 Ekstremitas dingin
1
12 | C a k i l I n t e r n s i p
12 Washer
Woman
Hand
1
(keriput) 13 Sianosis
2
14 Usia 50-60 tahun
-1
15 Usia > 60 tahun
-2
Semua skor ditulis lalu dijumlah. Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat dihitung : Skor/15 x 10% x BB x 1 liter Terehidrasi jika diuresis penderita > 1000 ml/24 jam
Komplikasi Dehidrasi berat ARF ATN Prinsipnya : kembalikan dahulu ke volume normal, tunggu 3 - 4 jam, bila belum diuresis beri furosemid Manajemen : Furosemid 2 ampul observasi 6 jam produksi urin < 360 cc
Furosemid 4 ampul observasi 6 jam
Dst sampai produksi urin > 360 cc
Referensi : Prof. Guntur. Bedside Teaching. FK-UNS
13 | C a k i l I n t e r n s i p
B. DEHIDRASI PADA ANAK
-
Manifestasi Klinis
Penilaian Dehidrasi
Tanpa
Dehidrasi ringan-
dehidrasi
sedang
- Rasa haus
(+)
(++)
(-)
- Air kemih
N
Sedikit gelap
Tak ada dlm 6 jam
Sehat, aktif
Rewel, gelisah
Tak sadar, lemah
(++)
(+)
(-)
N
Cekung
Sangat cekung
Basah
Kering
Sangat kering
N
Agak cepat
Cepat & dalam
- Turgor kulit
Normal
Lambat
Sangat lambat
- Denyut nadi
N
Agak cepat
Sangat cepat,
Yang dinilai
Dehidrasi berat
Riwayat
Periksa:
- Keadaaan umum - Air mata - Mata - Lidah/mulut - Nafas Raba :
lemah N
- Ubun-ubun Kehilangan BB
-
<40 gr/kgBB
Cekung 40-100 gr/kgBB
Sangat cekung >100 gr/kgBB
Penatalaksanaan
1. Tanpa Dehidrasi Rehidrasi oral dengan oralit : •
Setiap kali muntah 5 ml/kgBB dan tiap diare 10 ml/kgBB, atau
•
Usia < 1 th : 50 – 100 mL; 1-5 th : 100 – 200 mL; > 5 th : semaunya
2. Dehidrasi ringan - sedang •
Jumlah oralit yang diberikan 75 ml/kgBB dalam 3 jam dan setiap kali muntah 5 ml/kgBB dan tiap diare 10 ml/kgBB,
14 | C a k i l I n t e r n s i p
•
Atau parenteral : o
BB 3 – 10 kg
: 200 mL/kgBB/hr
o
BB 10 – 15 kg
: 175 mL/kgBB/hr
o
BB > 15 kg
: 135 mL/kgBB/hr
3. Dehidrasi Berat Diberikan cairan per iv : RL 100 ml/kgBB Umur
Pemberian awal
Pemberian selanjutnya
< 12 bulan
30 ml/kgBB dalam 1 jam
70 ml/kgBB dalam 5 jam
> 12 bulan
30 ml/kgBB dalam 0,5
70 ml/kgBB dalam 2,5
jam
jam
Referensi: Panduan Pelayanan Medis Jilid I IDAI
15 | C a k i l I n t e r n s i p
SYOK ANAFILAKTIK Gejala dan Tanda Anafilaksis Berdasarkan Organ Sasaran Sistem Umum Prodromal Pernapasan Hidung Laring Lidah Bronkus Kardiovaskular
Gastrointestinal Kulit Mata Susunan saraf pusat
Gejala dan Tanda Lesu, lemah, rasa tak enak yang sukar dilukiskan, rasa tak enak di dada dan perut, rasa gatal di hidung dan palatum Hidung gatal, bersin dan tersumbat Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor, edema, spasme Edema Batuk, sesak, mengi, spasme Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardi, hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG: gelombang T datar, terbalik, atau tanda-tanda infark miokard Disfagia, mual, muntah, kolik, diare yang kadangkadang disertai darah, peristaltik usus meningkat Urtika,angioedema di bibir, muka atau ekstremitas Gatal, lakrimasi Gelisah, kejang
Tatalaksana ➢ Untuk renjatan
1. Adrenalin larutan 1:1000, Dosis 0,01 ml/kgBB sampai maksimal 0,3-0,5 ml SK/IM pada lengan atas paha. IM lebih efektif dibandingkan SK. Bisa diulang setelah 5-10 menit sampai 3-4 kali apabila tidak menunjukkan respon. Bila karena sengatan serangga berikan adrenalin kedua 1: 1000 sebanyak 0,10,3 ml infiltrasi di tempat sengatan kecuali bila sengatan di kepala, leher, tangan dan kaki. Dapat dilanjutkan dengan infus adrenalin 1 ml (1mg) dalam D5% 250cc dimulai dengan kecepatan 1 pg/menit dapat ditingkatkan sampai 4 ug/menit sesuai keadaan TD. Hati-hati pada orang tua denga kelainan jantung atau gangguan kardiovaskular lainnya.
16 | C a k i l I n t e r n s i p
2. Pasang tourniquet proksimal dari suntikan atau sengatan serangga, dilonggarkan 1-2 menit setiap 10 menit. Selanjutnya dua hal penting yang harus diperhatikan yaitu sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.
3. Sistem Pernapasan - Jaga jalan napas dan pernapasan yang memadai - Berikan oksigen 4-6 liter/menit apabila ada gangguan pernapasan maupun kardiovaskular - Bronkodilator bila terjadi obstruksi saluran napas bagian bawah dengan larutan salbutamol atau agonis beta-2 lainnya 0,25-0,5 cc dalam 2-4 ml NaCl 0,9% melalui nebulisasi atau aminofilin 5-6 mg/kgBB dilarutkan dalam 20 cc D5% atau NaCl 0,9% dan diberikan perlahan-lahan sekitar 15 menit, bila perlu dilanjutkan dengan infus aminofilin 0,2-1,2 mg/kgBB/jam.
4. Sistem Kardiovaskular - Bila pemberian adrenalin gejala hipotensi atau syok tidak membaik menunjukkan
telah terjadi kekurangan cairan intravaskular resusitasi
cairan (kristaloid atau koloid) dianjurkan koloid 0,5-1 liter dan sisanya diberikan dalam cairan kristaloid. - Bila TD belum teratasi dengan pemberian cairan, berikan vasopresor melalui cairan infus intravena dengan cara melarutkan 1 ml adrenalin 1:1000 dalam 250 ml dekstrosa (konsentrasi 4mg/ml) diberikan dengan infus 1-4 mg/menit atau 15-60 mikrodrip/menit (dengan infus mikrodrip), bila diperlukan dosis bisa diaikkan menjadi maksimum 10 mg/ml.
5.Antihistamin kombinasi AH1 dan AH2 secara oral atau parenteral. Reaksi berat berikan IV simetidin (300 mg) atau ranitidin (150 mg) harus diencerkan dengan 20 ml NaCl 0,9% diberikan dalam waktu 5 menit.
6. Kortikosteroid harus rutin diberikan baik pasien yang mengalami gangguan napas maupun kardiovaskular. Jika pasien sadar bisa diberikan tablet
17 | C a k i l I n t e r n s i p
prednison tetapi lebih disukai memberikan intravena dengan dosis 5 mg/kgBB hidrokortison atau ekuivalennya. Dapat berikan setiap 4-6 jam.
Secara ringkas terapi reaksi anafilaksis dan anafilaktoid sebagai berikut:
Garis Besar Terapi Anafilaksis Reaksi
Terapi segera
Konjungtivitis Rinitis Urtikaria Pruritus Eritema
Adrenalin HCl 0,3 ml 1:1000 SC, IM Difenhidramin HCl 50 mg per oral
Sembab laring
Adrenalin HCl 0,3 ml 1:1000 IM Difenhidramin HCl 50 mg IV
18 | C a k i l I n t e r n s i p
Terapi supportif Ringan Difenhidramin tiap 6 jam
Berat HCl
Difenhidramin HCl 50 mg tiap 6 jam Efedrin sulfat 25 mg tiap 6 jam
Oksigen Pantau gas darah Trakeostomi Difenhidramin HCl, 50 mg tiap 6 jam Efedrin Sulfat 25 mg tiap
6 jam Hidrokortison Bronkospasme
Adrenalin HCl 0,3 ml 1:1000 IM Difenhidramin HCl 50 mg IV
Hipotensi
Adrenalin HCl 0,3 ml 1:1000 IM Difenhidramin HCl 50 mg IV
Aritmia
Adrenalin HCl 0,3 ml 1:1000 IM Aminofilin 250 mg IV selama 10 menit
Oksigen Pantau gas darah Aminofilin 500 mg IV tiap 6 jam Cairan IV Hidrokortison Awasi terhadap gagal napas Metaraminol bitartrat Oksigen 100 mg dalam 1000 Metaraminol bitartrat atau ml 5% dekstrosa noradrenalin IV dalam air Pantau EKG Pantau volume darah Cairan IV Isoproterenol HCL dalam hipotensi normovolemik dengan curah jantung rendah Terapi manifestasi primer dengan O2, vasopresor. Terapi aritmia dengan obat antiaritmik
Referensi: Rengganis I., Heru S., Nanag S., dan Dina M. 2006. Renjatan Anafilaktik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV. Aru WS., dkk. (ed.). Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. h.190-193.
A.Guntur H. 2012. Rapid Diagnosis and Treatment for Anaphylactic Shock . Disampaikan pada Simposium Sumpah Dokter 181 “APNEA” FK UNS Surakarta.
Purwoko. 2012. Penatalaksanaan Syok Anafilaktik . Disampaikan pada kuliah penunjang blok FK UNS Surakarta.
19 | C a k i l I n t e r n s i p
SYOK KARDIOGENIK Diagnosis Tekanan darah sistolik < 90 mmHg selama > 1 jam dimana: •
Tidak responsif dengan pemberian cairan saja
•
Sekunder terhadap disfungsi jantung
•
Berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks kardiak < 2,2 l / menit per m2 dan tekanan baji kapiler paru > 18 mmHg
Pemeriksaan fisik •
TD sistolik menurun sampai < 90 mmHg
•
Denyut jantung cenderung meningkat e.c stimulasi simpatis
•
Frekuensi napas meningkat e.c kongesti paru
•
Ronki
•
Pulsasi arteri perifer menurun intensitasnya
•
Ekstremitas dingin, oligouria
•
Agitasi, Konfusi
•
Tanda2 dari penyakit jantung yang mendasari. It might help Pulmonary congestion Periferal perfusion Warm Cold
20 | C a k i l I n t e r n s i p
Dry
Wet
Normal
Acute lung edema
Hipovolemic shock
Cardiogenic shock
Tatalaksana
Tanda klinis
Edema paru akut
Syok kardiogenik
Pemberian: Morfin IV 2-4 mg O2 Nitrogliserin SL, kemudian 10-20 mcg/menit bila TDS 70-100 mmHg Diuretik: Furosemid IV 0,5-1 mg/kg Inotropik guidline sebelah
Periksa tekanan darah
TDS >100 mmHg dan tidak kurang dari 30 mmHg di bawah TDS sebelumnya
Periksa tekanan darah
ACEI short acting : misal : captopril 6,25 mg
TDS > 100 mmHg
Nitrogliserin 10-20 mcg/menit IV
TDS 70-100 mmHg dengan tanda/gx syok (-)
Dobutamin 2-20 mcg/kg/menit IV
21 | C a k i l I n t e r n s i p
TDS 70-100 mmHg dengan tanda/gx syok (+)
Dopamin 5-15 mcg/kg/menit IV
TDS < 70 mmHg dengan tanda/gx syok (+)
Norepinefrin 0,530 mcg/menit IV
Cara perhitungan dosis inotropik Prinsip : Kecepatan = dosis / pengenceran Misal ingin menggunakan dobutamin dosis 5 mcg/kgbb/menit dengan syring pump 50 cc pada pasien dengan BB 50 kg. Dosis : 5 x 50 = 250 mcg/menit 250 x 60 = 15000 mcg/jam (karena kecepatan syringe pump adl ml/jam). Pengenceran : 1 amp dobutamin = 250 mg/5 cc, sehingga dengan spuit 50 cc menjadi 250 mg/50 cc = 5 mg/cc = 5000mcg/cc So, kecepatan syringe pump = 15000 / 5000 = 3 cc / jam Dan resumenya : 1. Dobutamin, sediaan : Dobutrex 250 mg / 20 cc; Dobuject 250 mg / 5 cc Dosis/BB 40 kg
45 kg
50 kg
55 kg
60 kg
65 kg
70 kg
75 kg
80 kg
1
0,48
0,54
0,6
0,66
0,72
0,78
0,84
0,9
0,96
2
0,96
1,08
1,2
1,32
1,44
1,56
1,68
1,8
1,92
3
1,44
1,62
1,8
1,98
2,16
2,34
2,52
2,7
2,88
4
1,92
2,16
3,4
2,64
2,88
3,12
3,36
3,6
3,84
5
2,4
2,7
3
3,3
3,6
3,9
4,2
4,5
4,8
6
2,88
3,24
3,6
3,996
4,32
4,68
5,04
5,4
5,76
7
3,36
3,78
4,2
4,62
5,04
5,46
5,88
6,3
6,72
8
3,84
4,32
4,8
5,28
5,76
6,24
6,72
7,2
7,68
9
4,32
4,86
5,4
5,94
6,48
7,02
7,56
8,1
8,64
10
4,5
5,4
6
6,6
7,2
7,8
8,4
9
9,6
11
5,28
5,94
6,6
7,26
7,92
8,58
9,24
9,9
10,56
12
5,76
6,48
7,2
7,92
8,64
9,36
10,08
10,8
11,52
13
6,24
7,02
7,8
8,58
9,36
10,14
10,92
11,7
12,48
14
6,72
7,56
8,4
9,24
10,08
10,92
11,76
12,6
13,44
15
6,72
7,56
8,4
9,24
10,08
10,92
11,76
12,6
13,44
16
7,68
8,64
9,6
10,56
11,52
12,48
13,44
14,4
15,36
17
8,16
9,18
10,2
11,22
12,24
13,26
14,28
15,3
16,32
22 | C a k i l I n t e r n s i p
18
8,64
9,99
10,8
11,88
12,96
14,04
15,12
16,2
17,28
19
9,12
10,26
11,4
12,54
13,68
14,82
15,96
17,1
18,24
20
9,6
10,8
12
13,2
14,4
15,6
16,8
18
19,2
2. Dopamin, sediaan : 1 amp = 200 mg Dosis/BB 40 kg
45 kg
50 kg
55 kg
60 kg
65 kg
70 kg
75 kg
80 kg
1
0,6
0,675
0,75
0,825
0,9
0,975
1,85
1,125
1,2
2
1,2
1,35
1,5
1,65
1,8
1,95
2,1
2,25
2,4
3
1,8
2,03
2,25
2,48
2,7
2,93
3,15
3,38
3,6
4
2,4
2,7
3
3,3
3,6
3,9
4,2
4,5
4,8
5
3
3,38
3,75
4,83
4,5
4,88
5,25
5,65
6
6
3,6
4,05
4,5
4,95
5,4
5,85
6,3
6,75
7,2
7
4,2
4,75
5,25
5,78
6,3
6,83
7,57
7,88
8,4
8
4,8
5,4
6
6,6
7,2
7,8
8,4
9
9,6
9
5,4
6,07
6,75
7,43
8,1
8,78
9,45
10,13
10,8
10
6
6,75
7,5
8,25
9
9,75
10,5
11,25
12
11
6,6
7,43
8,25
9
9,9
10,73
11,55
12,38
13,2
12
7,2
8,1
9
9,9
10,8
11,7
12,6
13,5
14,4
13
7,8
8,78
9,75
10,73
11,7
12,68
13,65
14,63
15,6
14
8,4
9,45
10,05
11,56
12,6
13,65
14,7
15,75
16,8
15
9
10,13
11,25
12,38
13,5
14,63
15,75
16,88
18
16
9,6
10,8
12
13,2
14,4
15,6
16,8
18
19,2
17
10,2
11,48
12,75
14,85
15,3
16,58
17,85
19,13
20,4
18
10,8
12,15
13,5
14,85
16,2
17,55
18,9
20,25
21,6
19
11,4
12,85
14,25
15,68
17,1
18,53
19,95
21,38
22,8
20
12
13,5
15
16,5
18
19,5
21
22,5
24
23 | C a k i l I n t e r n s i p
3. Norepinephrin/Levoped/Vascon; sediaan : 1 amp = 4 cc = 4 mg; dosis : 0,05 – 0,15 mcg/kg/menit Dosis/BB 40 kg
45 kg
50 kg
55 kg
60 kg
65 kg
70 kg
75 kg
80 kg
0,01
0,3
0,34
0,37
0,41
0,45
0,48
0,52
0,56
0,6
0,02
0,6
0,68
0,75
0,82
0,9
0,97
1,05
1,12
1,2
0,03
0,9
1,01
1,12
1,23
1,35
1,46
1,57
1,68
1,8
0,04
1,2
1,35
1,5
1,69
1,8
1,95
2,1
2,25
2,4
0,05
1,5
1,69
1,87
2,06
2,25
2,44
2,62
2,81
3
0,06
1,8
2,02
2,25
2,47
2,7
2,92
3,15
3,37
3,6
0,07
2,1
2,36
2,62
2,89
3,15
3,41
3,67
3,93
4,2
0,08
2,4
2,7
3
3,3
3,6
3,9
4,2
4,5
4,8
0,09
2,7
3,03
3,37
3,71
4,05
4,39
4,72
5,06
5,4
0,1
3
3,38
3,75
4,12
4,5
4,87
5,25
5,62
6
0,15
4,5
5,06
5,62
6,18
6,75
7,31
7,87
8,43
9
Referensi : o
Alwi I dan Nasution SA. 2007. Dalam : AW Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
o
Handbook of ICU
24 | C a k i l I n t e r n s i p
25 | C a k i l I n t e r n s i p
26 | C a k i l I n t e r n s i p
27 | C a k i l I n t e r n s i p
28 | C a k i l I n t e r n s i p
29 | C a k i l I n t e r n s i p
30 | C a k i l I n t e r n s i p
SEPSIS
SIRS, ditandai ≥ 2 gejala sbb : a. Hipertermi / hipotermi (> 38,3˚C / < 35,6 ˚C) b. Takipneu (RR > 20 x /menit) c. Takikardi (HR > 100 x / menit) d. Leukositosis > 12.000 sel/mm atau leukopeni < 4.000 sel/mm e. 10% sel imatur Sepsis : SIRS yang disertai infeksi Sepsis berat : Sepsis disertai MODS/MOF, hipotensi, oligouria sampai anuria Sepsis dengan hipotensi : sepsis dengan TDS < 90 mmHg atau penurunan tekanan sistolik > 40 mmHg dari tekanan sistolik sebelumnya Syok septik : hipotensi yang diinduksi sepsis dan menetap kendati tel ah mendapat resusitasi cairan, dan disertai hipoperfusi jaringan
Tatalaksana - Bed rest total - O2 3-4 lpm - Pasang DC - Pasang NGT jika pasien tidak sadar dan intake tidak adekuat atau perdarahan GIT massif - Resusitasi cairan : ✓ Pada sepsis berat : infus kristaloid : koloid = infus NaCl 0,9% : HAES
steril = 3 : 1, tetesan infus 20 tpm ✓ Pada sepsis dengan hipotensi, tidak ada gangguan fungsi ginjal dan
edema pulmo, dapat diberikan kristaloid 1000 – 2000 cc dengan 300 – 500 cc koloid habis dalam 1 jam. Evaluasi TTV dan tanda overhidrasi cairan ✓ Pada sepsis dengan hipotensi dengan gangguan fungsi ginjal dan edema
pulmo diberikan water challenge test 100 cc kristaloid.
31 | C a k i l I n t e r n s i p
✓ Jika semua itu tidak berespon, pasien masuk dalam syok septik
- Terapi penyakit dasar dan eliminasi sumber infeksi: antibiotik IV sedini mungkin : 1 atau 2 jenis AB yang sesuai dengan pola kuman RS 1. Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam 2. Inj. Metronidazol 500 mg/8 jam 3. Inj. Gentamisin 80 mg/12 jam jika tidak ada gangguan fungsi ginjal - Kortikosteroid : gunakan dosis rendah : Methyl prednisolon 20 mg/8 jam atau 1-1,2 mg/kgBB/hari atau dexametason 1 ampul / 8 jam - Profilaksis stress ulcer : Injeksi ranitidin 150 mg / 12 jam, omeprazole 2 x 20 mg - Pengendalian gula darah : target 80 – 110 mg/dl Gunakan insulin iv dengan bolus insulin 0,15 IU/kgBB dan gunakan 50 IU insulin dalam 50 cc NS kecepatan 0,1 IU/jam atau gunakan sliding scale gula darah jika GDS < 200 0 – 110
:0
201 – 250
: 2 cc/jam
110 – 150
: 0,5 cc/jam
251 – 300
: 3 cc/jam
151 – 200
: 1 cc/jam
Dst
- Imunonutrisi : omega 3, L arginin, nukleutida, asam folat, B12, dan vit E - Jika terjadi syok septik, pilihan utama vasopresor adalah norepinefrin
Referensi : Protap Penatalaksanaan Kegawatan HCU – Interna FK Moewardi Surakarta
32 | C a k i l I n t e r n s i p
UNS / RSUD Dr.
GAGAL NAPAS AKUT
Kriteria gagal napas akut (bila ada 2 dari 4): 1. Terdapat dispneu/sesak akut 2. PaO2 < 50 mmHg 3. PaCO2 > 50 mmHg 4. pH darah arteri sesuai dengan asidosis respiratorik (pH ≤ 7,2) Kriteria tambahan 5. Terdapat perubahan status mental ditambah 1 atau lebih kriteria di atas Kategori gagal napas: 1. Tipe I, gagal napas hipoksemik PaO2 ↓, PaCO2 normal atau turun 2. Tipe II, gagal napas hipoksemik-hiperkapnik (gagal ventilasi) PaO2 ↓, PaCO2 ↑
Diagnosis Gagal Napas Dispnea merupakan gejala tersering saat pasien sadar. •
Keadaaan umum a. Tanda-tanda
peningkatan
usaha
napas spt
retraksi
musculus
intercostales, napas cuping hidung, dan bunyi napas yang dapat didengar. Pernapasan agonal merupakan pernapasan yang lambat, dangkal yang menandakan akan terjadinya henti napas b. Perubahan status mental spt kebingungan, somnolen dan agitasi dapat terjadi akibat hipoksia atau hiperkarbia •
Tanda vital a. Frekuensi pernapasan, dapat meningkat atau menurun. Takipnea biasa terjadi pada pasien hipoksia atau hiperkarbia. Hipopnea terjadi akibat penggunaan obat, stroke, kejang, hipotiroid dan penyebab lain gangguan fungsi batang otak. b. Takikardia biasa terjadi pada pasien gagal napas karena hipoksia atau respon adrenergik
33 | C a k i l I n t e r n s i p
c. Pengukuran saturasi O2 <90%
dapat dianggap pasien mengalami
hipoksia berat d. Pemeriksaan paru, stridor karena obstruksi saluran pernapasan atas, mengi karena obstruksi saluran napas bawah, ronkhi, ronkhi basah, hingga penurunan atau menghilangnya bunyi napas. •
Pengukuran saturasi oksigen <90% sama dengan PaO2 sekitar 60mmHg.
•
Gas darah arteri (AGD) dapat menilai derajat hipoksia dan hiperkapnea tapi bukan pemeriksaan yang wajib dilakukan.
•
Pemeriksaan rontgen dada dilakukan untuk mencari penyakit penyebab dan dapat mempengaruhi penanganan selanjutnya.
•
Pemeriksaan lab seperti darah lengkap, elektrolit, blood urea nitrogen/BUN, kreatinin, glukosa dan EKG.
•
Manifestasi klinis hipoksemia dan hiperkapnea Hiperkapnea
Hipoksemia
Somnolen
Ansietas
Letargi
Takikardi
Koma
Takipnea
Asterisk
Diaphoresis
Tidak dapat tenang
Aritmia
Tremor
Perubahan status mental
Bicara kacau
Bingung
Sakit kepala
Sianosis
Edema papil
Hipertensi Hipotensi Kejang Asidosis laktat
34 | C a k i l I n t e r n s i p
Penatalaksanaan •
Pemberian oksigen tambahan meningkatkan FiO2 dengan setiap liter oksigen akan meningkatkan FiO2 sekitar 4%, dapat diberikan dengan sungkup dan kanul nasal. Kanul nasal menghantar hingga 44% FiO2, oksigen diberikan 1-6 Lpm untuk
pasien hipoksia ringan. Non rebreathing mask (NRM) menghantarkan 98% FiO2 oksigen biasanya
diberikan 15Lpm pada pasien dengan hipoksia sedang hingga berat. Jika tidak ada, pengukuran saturasi oksigen dengan pulse oxymetri mungkin bisa membantu :
•
>95%
: kanul nasal
80 – 95%
: masker
<80%
: ventilasi mekanik
Ventilasi Tekanan Positif Non Invasif Dapat memberikan tekanan positif pada saluran napas dnegan menggunakan suatu sungkup muka atau sungkup hidung. Ini dapat menghindari intubasi endotrakeal.
•
Intubasi Endotrakeal merupakan baku emas bantuan pernapasan dan penanganan saluran napas Indikasi untuk intubasi: a. Hipoksemia berat dan progresif b. Hiperkapnea akut berat atau progresif c. Usaha napas yang berat dan progresif d. Perlindungan saluran napas e. Sumbatan saluran napas akut dan mengancam f. Bantuan pernapasan pada pasien yang cidera atau sakit kriti s g. Diperlukan untuk pengkajian diagnostik dan terapi untuk menyelamatkan pasien yang tidak kooperatif. Penanganan dengan ventilator bergantung pada mekanisme penyebabnya spt: defek pada oksigenasi dan defek pada ventilasi
35 | C a k i l I n t e r n s i p
•
Penatalaksanaan Spesifik, ketika status respiratorik pasien sudah stabil, terapi terarah dapat dimulai. Hal ini dapat mencakup terapi medis, intervensi bedah dan perencanaan ventilator spesifik.
36 | C a k i l I n t e r n s i p
SERANGAN ASMA AKUT
Klasifikasi berat serangan asma Gejala dan tanda
Beratnya serangan Ringan
Sedang
Mengancam jiwa
Sesak napas
Berjalan
Posisi
Dapat tidur Duduk terlentang 1 kalimat Beberapa kata Mungkin Gelisah gelisah
Duduk membungkuk Kata demi kata Gelisah
< 20 menit
20-30/menit
>30/menit
100-120 +
>120 +
Akhir ekspirasi
Inspirasi dan Silent chest ekspirasi
60-80% 91-95%
<60% <90%
Cara berbicara Kesadaran
Frekuensi napas
Nadi <100 Otot bantu napas dan retraksi suprasternal Mengi Akhir ekspirasi paksa APE >80% SaO2 >95%
37 | C a k i l I n t e r n s i p
Berbicara
Berat Istirahat
Mengantuk, gelisah, kesadaran turun
Bradikardi Kelelahan otot, torakoabdominal paradoksal
Tatalaksana Penilaian awal, riwayat dan pemeriksaan fisik ( penggunaan alat bantu napas, denyut jantung, frekuensi napas) dan bila mungkin faal paru (APE atau VEP1, saturasi O2). AGDA dan pemeriksaan lain atas indikasi
Serangan Asma Ringan
• •
•
Serangan Asma Sedang /Berat
Serangan Asma MengancamJiwa
Oksigenasi dengan kanul nasal Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat (nebulisasi), setiap 20 menit dalam satu jam) atau agonis beta-2 injeksi (Terbutalin 0,5 ml subkutan atau Adrenalin 1/1000 0,3 ml subkutan) Kortikosteroid sistemik : - serangan asma berat - tidak ada respons segera dengan pengobatan bronkodilator - dalam kortikosteroid oral
Penilaian Ulang setelah 1 jam pemeriksaan fisis, saturasi O2 dan
Respons baik · Respons baik dan stabildalam 60 menit · Pem.fisis normal · APE>70% prediksi/ nilai terbaik · Saturasi O2>90% (95% pada anak)
Respon tidak sempurna · Risiko tinggi distres · Pem.fisis: gejala ringansedang · APE>50% tetapi < 70% · Saturasi O2 tidak perbaikan
Respon buruk dalam 1 jam · Risiko tinggi distres · Pem.fisis: berat, gelisah dan kesadaran menurun · APE < 30% · PaCO2 >45mmHg PaO2 <60 mmHg
Dirawat di RS - Inhalasi agonis beta 2 dan anti kolinergik - Kortikosteroid sistemik - Aminofilin drip - Terapi oksigen, pertimbangkan kanul nasal atau masker venturi - Pantau APE, sat O2, nadi, kadar teofilin
Pulang · Pengobatan dilanjutkandengan inhalasi agonis beta-2 · Membutuhkan kortikosteroid oral · Edukasi penderita -memakai obat yang benar -Ikuti rencana pengobatan selanjutnya
perbaikan
Pulang bila APE >60% prediksi/terbaik. Tetap berikan obat
38 | C a k i l I n t e r n s i p
Dirawat di ICU - Inhalasi agonis beta 2 dan anti kolinergik - Kortikosteroid IV - Pertimbangkan agonis beta 2 injeksi SC/IM/IV - Terapi oksigen dengan masker venturi - Aminofilin drip - Mungkin perlu intubasi dan ventilasi mekanik
Tidak perbaikan
Rawat di ICU bila tidak ada perbaikan 6-12 jam
HIPOGLIKEMIA
Definisi : •
Kadar glukosa darah < 60 mg/dL, atau
•
Kadar glukosa darah < 80 mg/dL dengan gejala klinis
Tanda-tanda Klinis Hipoglikemia •
Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun
•
Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan menghitung sementara
•
Stadium simpatik : keringat dingin pada muka, bibir atau tangan gemetar
•
Stadium gangguan otak berat : tidak sadar dengan atau tanpa kejang
Pengelolaan Hipoglikemia 1. Stadium permulaan (sadar) : ▪ Beri larutan gula murni 20-30 gram (2 sendok makan) dan makanan yang
mengandung karbohidrat kompleks (pisang, roti, madu) ▪ Stop obat hipoglikemik oral (OAD) sementara ▪ Pantau GDS 1-2 jam ▪ Pertahankan GDS 200 mg/dL (apabila sebelumnya tak sadar) ▪ Cari penyebab
2. Stadium lanjut (koma hipoglikemia) ▪ Penanganan harus cepat ▪ Berikan larutan dextrose 40 % sebanyak 2 flash melalui vena setiap 10-20
menit, (atau glukagon 0,5-1 mg iv/im, bila penyebabnya insulin) dan pantau GDS tiap 30 menit. ▪ Bila pasien belum sadar, GDS < 100 mg/dL ulangi suntik Dextrose 40 %
tiap ½ jam (sampai sadar) dan dapat diulang sampai enam kali . gunakan rumus 1.2.3 : Rumus 1 : Diberikan 1 flash bila kadar gula darah 60-90 mg/dl
39 | C a k i l I n t e r n s i p
Rumus 2 : Diberikan 2 flash bila kadar gula darah 30-60 mg/ dl Rumus 3 : Diberikan 3 flash bila kadar gula darah < 30 mg / dl (1 flash dapat menaikkan glukosa darah 25 -50 mg/dl). ▪ Bila belum sadar, tetapi GDS 200 mg/dL; suntik hidrokortison 100 mg per
4 jam selama 12 jam atau metilprednisolon 62,5-125 mg
iv atau
deksametason 10 mg iv bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam, dan Manitol iv 1,5-2 gram/kgBB setiap 6-8 jam, sambil dicari penyebab lain kesadaran menurun. ▪ Bila hipoglikemia belum teratasi, berikan antagonis insulin seperti adrenalin,
kortison dosis tinggi atau efedrin (bila tidak ada kontraindikasi jantung, dll) 25-50 mg atau glukagon 1 mg iv/im. ▪ Berikan cairan
infuse dekstrose 10 % atau
martos /6 jam untuk
mempertahankan glukosa darah dalam nilai normal atau di atas normal disertai pemantauan gula darah secara intensif.
40 | C a k i l I n t e r n s i p
HIPERGLIKEMIA
Umur
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) < 40 th
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (HHNK) > 40 th
Gula darah
< 600 mg/dl
> 600 mg/dl
Na serum
< 140 mEq
> 140 mEq
K serum
↑/N
sering ↑
sangat ↓< 15 meq/L
N / sedikit ↑ > 15 mEq/L
↑ tapi < 60 mg/dl
> 60 mg/dl
Osmolaritas
↑ tapi < 360 mOsm/kg
> 360 mOsm/kg
Sensitivitas Insulin
bisa resisten (jarang)
sangat sensitif
pH < 7,3
pH > 7,3
Pernafasan Kussmaul
ada
tidak ada
Bau aseton
ada
tidak ada
Perbedaan
Bikarbonat Ureum
pH darah Gejala Klinis :
Penatalaksanaan Hiperglikemia 1. Memperbaiki volume sirkulasi dan perfusi jaringan. 2. Menurunkan kadar glukosa darah. 3. Memperbaiki asam keto di serum dan urin ke keadaan normal (KAD) 4. Mengoreksi gangguan elektrolit. A. Tindakan Umum •
Penderita dikelola dengan tirah baring dan dipuasakan.
•
Untuk membantu pernapasan dipasang oksigen nasal (bila PO 2 < 80 mgHg).
•
Pemasangan
NGT diperlukan untuk mengosongkan lambung, supaya
aspirasi isi lambung dapat dicegah bila pasien munta h. •
Kateter urin diperlukan untuk balance cairan, tanpa mengabaikan resiko infeksi.
41 | C a k i l I n t e r n s i p
•
Untuk keperluan rehidrasi, drip insulin, dan koreksi kalium dipasang infus 3 jalur.
•
Pada keadaan tertentu diperlukan pemasangan CVP yaitu bila ada kecurigaan penyakit jantung atau pada pasien usia lanjut.
•
EKG perlu direkam secepatnya, antara lain untuk pemantauan kadar K plasma.
•
Heparin diberikan bila ada DIC atau bila hiperosmolar berat (>380 mOsm/L).
•
Antibiotik diberikan sesuai hasil kultur dengan hasil pembiakan kuman dari urin, usap tenggorok, atau dari bahan lain.
B. Rehidrasi Cairan Dehidrasi dan hiperosmolaritas (bila ada) perlu diobati secepatnya dengan cairan. Pilihan antara NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% tergantung dari ada tidaknya hipotensi dan tinggi rendahnya kadar natrium. Pada umumnya dibutuhkan 1-2 liter dalam jam pertama. Rehidrasi tahap selanjutnya sesuai dengan kebutuhan, sehingga jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sekitar 5 liter. Pedoman untuk menilai hidrasi adalah turgor jaringan, tekanan darah, keluaran urin dan pemantauan keseimbangan cairan.
C. Pemberian Insulin Insulin baru diberikan pada jam kedua. 180 mU/kgBB diberikan sebagai bolus intravena, disusul dengan drip insulin 90 mU/jam/kgBB dalam NaCl 0,9%. Bila kadar glukosa darah turun hingga kurang dari 200 mg% kecepatan drip insulin dikurangi himgga 45 mU/jam/kgBB. Bila glukosa darah stabil sekitar 200-300 mg% selama 12 jam dilakukan drip insulin 1-2 U per jam di samping dilakukan sliding scale setiap 6 jam. Setelah sliding scale tiap 6 jam dapat diperhitungkan kebutuhan insulin sehari bila penderita sudah makan, yaitu 3 kali sehari sebelum makan secara subkutan.
42 | C a k i l I n t e r n s i p
Jenis
Preparat
Insulin kerja pendek
Insulin kerja menengah
Actrapid Human 40/Humulin Actrapid Human 100 Monotard Human 100 Insulatard NPH
Insulin kerja panjang Insulin campuran
PZI
Mixtard
Awitan Kerja (Jam)
Puncak Kerja (Jam)
Lama Kerja (Jam)
0,5 – 1
2 – 4
5 – 8
1 – 2
4 – 12
8 – 24
2
6 – 20
18 – 36
0,5 - 1
2 – 4 dan 6 - 12
8 - 24
Cara pemakaian insulin : ▪ Insulin kerja cepat/pendek
: diberikan 15-30 menit sebelum makan
▪ Insulin analog
: diberikan sesaat sebelum makan
▪ Insulin kerja menengah
: 1-2 kali sehari, 15-30 menit sebelum makan.
D. Koreksi Elektrolit
Hal-hal yang harus dipantau selama pengobatan adalah : 1. Kadar glukosa darah tiap jam dengan alat glukometer. 2. Kadar elektrolit setiap 6 jam selama 24 jam, selanjutnya tergantung keadaan. 3. Analisa gas darah; bila pH < 7 waktu masuk, periksa setiap 6 jam sampai pH > 7,1, selanjutnya setiap hari sampai stabil. 4. Pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan temperatur setiap jam. 5. Keadaan hidrasi, balans cairan. 6. Waspada terhadap kemungkinan DIC.
43 | C a k i l I n t e r n s i p
Skema Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetikum
Jam ke- :
Infus I (NaCl 0,9%)
Infus II (Insulin)
Koreksi K +
Koreksi HCO3-
Bila pH
0 1
2 kolf, ½ jam
<7
1 kolf, ½
7,1
7-7,1
jam 100
2 2 kolf
3
Pada jam ke-2 :
50 mEq / 6 jam
0
Bolus 180 mU/kgBB,
(dalam infus)
mEq
dilanjutkan dengan 1 kolf
mEq HCO3-
drip insulin 90 mU/jam/kgBB dalam
4
HCO3-
50
+
+
26
13
NaCl 0,9% 2 kolf
5 ½ kolf
Bila gula darah < 200
mEq K + mEq K +
mg% kecepatan
(*)
dikurangi 45 mU/jam/kgBB
½ kolf
44 | C a k i l I n t e r n s i p
Bila gula darah stabil
dan seterusnya
sekitar 200-300 mg%
bergantung pada
selama 12 jam
Bila kadar K+ :
kebutuhan
dilakukan drip insulin
<3
1-2 unit/jam disamping
6
dilakukan sliding scale
↓ ↓ ↓
3-4,5
4,5-
>6
Jumlah cairan yg
setiap 6 jam.
diberikan dlm 15
Insulin diberikan
75
50
jam
sesuai dengan kadar
25
0
sekitar 5 liter.
glukosa sebagai
mEq/ mEq/ mEq/
Bila Na+ > 155
berikut :
6 jam 6jam 6 jam
mEq/l ganti NaCl ½ n
GD
Insulin
sc
<200mg/dl
-
200-250
4-6 U
250-300
8-10 U
300-350
12-14 U
>350
16-20 U
Bila stabil dilanjutkan dengan sliding scale tiap 6 jam
Bila gula darah <
Setelah sliding scale
Bila sudah sadar
*Bila pH↑ →K +
200
tiap 6 jam dapat
beri K + oral
akan ↓
mg% ganti dextrose
diperhitungkan
selama
oleh karena itu
5%
kebutuhan insulin sehari
seminggu
pemberian HCO3disertai dengan
→ 3x sehari sebelum makan (bila Kontrol CVP
os sudah makan
45 | C a k i l I n t e r n s i p
pemberian K+
Referensi:
Bakta IM, Suastika IK. Gawat Darurat Di Bidang Penyakit Dalam, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 1999.
Mansjoer A, Setiowulan W, Wardhani W I, Savitri R, Triyanti K, Suprohaita. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke III, Jilid I, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2000.
PERKENI. Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta. 2002
Simandibrata M, Setiati S, Alwi A, Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A. Pedoman Diagnosis dan Terapi Di Bidang Penyakit Dalam, Pusat Informasi Dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta. 2004
Sjaifoellah, Noer., Waspadji S, Rahman AM. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, edisi III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2006
46 | C a k i l I n t e r n s i p
KEJANG
Diazepam 1 ampul = 5 mg
47 | C a k i l I n t e r n s i p
GANGGUAN ASAM BASA DAN ELEKTROLIT
Hiponatremi N : 135 – 145 mEq/L Otak sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi natrium darah. Karena itu gejala awal dari hiponatremia adalah letargi (keadaan kesadaran yang menurun seperti tidur lelap, dapat dibangunkan sebentar, tetapi segera tertidur kembali). Sejalan dengan makin memburuknya hiponatremia, otot-otot menjadi kaku dan bisa terjadi kejang. Pada kasus yang sangat berat, akan diikuti dengan stupor (penurunan kesadaran sebagian) dan koma. Perlu dikenali penyakit lain yang menyertai hipomatremi : deplesi volume, dehidrasi, gagal jantung, gagal ginjal. Koreksi Hiponatremi : •
Bila Na> 125 mEq/L : Koreksi dgn NS 500 cc / 8 jam
•
Bila Na< 125 mEq/L : Rumus: 0,6 x BB x (140-Na plasma) ✓
Pada hiponatremi akut (berlangsung cepat, < 48 jam dan gejala berat) naikkan kadar Na 5mEq/L dalam 1 jam, selanjutnya 1 mEq/L tiap
jam ✓
Pada hiponatermi kronik naikkan 0,5 mEq/L tiap 1 jam, maksimal 10 mEq/L dalam 24 jam.
Hipernatremi Gejala terjadi karena terjadi pengecilan volum otak sehingga vena robek dan terjadi perdarahan subarachnoid. Gejala dimulai dengan letargi, lemas, twithing, kejang, dan akhirnya koma. Koreksi : Cari penyebab : peyebab paling sering adalah deficit cairan tanpa elektrolit akibat koreksi air yang tidak cukup lakukan koreksi cairan.
48 | C a k i l I n t e r n s i p
Hipokalemi Kadar K < 3,5 mEq/L Manifestasi klinis : Kelemahan otot dna kelelahan, pliuri dan polidipsi, berdebar-debar, hipotensi postural, ileus, aritmia jantung, perubahan EKG : ST depresi, gelombang U > 1mm atau lebih tinggi dari T, QRS melebar Koreksi : K : 2,6 – 3,5 aspar K atau KSR 1 tab/6 jam K : ≤ 2,5 KCL injeksi : (4,5 – X) x 0,4 x BB = ….mEq/L Kecepatan koreksi : 10 mEq/jam ½ dari kebutuhan diberikan dalam 12 jam pertama, sisanya dalam 24 jam berikutnya. Sediaan KCL : K & Cl masing2 25mEq/25 mL. Misal : K = 2,5, maka kebutuhan K = 40 mEq/L 25 mEq/1flash diencerkan dalam NaCl 500 cc hbs dalam 12 jam 13 tpm, atau syringe pump 50 cc kec 4,1 ml/jam.
Hiperkalemi K > 5,5 mEq/L Tanda dan gejala : Kelemahan otot, kolaps, paralisis, aritmia, ileus, EKG : hilangnya gelmb P, PR memanjang, QT memendek, T tinggi langsing (> 5mm di sadapan ekstremitas dan > 10 di sadapan prekordial) Koreksi : K < 6 mEq/L : diet rendah kalium, furosemid 40-80 mg IV, kayexalate 20-40 g dlm 100 mL larutan (oral) K ≥ 6 mEq/L : Inj. Ca Glukonas 10 ml IV dalam 2-3 menit, bila dalam 5 menit tidak ada perbaikan EKG, dapat diulang 10 menit lagi. ✓ D40% 2 flash + 10 unit insulin IV bolus pelan 10 menit atau syringe pump
5 cc/menit selama 10 menit. Atau D5% + 12,5 unit insulin (pokoknya perbandingan glukosa : insulin = 2 : 1).
49 | C a k i l I n t e r n s i p
✓ Sodium bikarbonat/Bicnat/Meylon 50 mEq IV selama 10 menit ✓ Furosemid ≥ 40 mg IV
Note : makanan kaya kalium : pisang, jeruk, air kelapa, coklat, kopi instan, kacang-kacangan.
50 | C a k i l I n t e r n s i p