BAB II ISI
2.1. Forensik 2.1.1. Definisi Forensik
Forens Forensik ik biasan biasanya ya selalu selalu dikait dikaitkan kan dengan dengan tindak tindak pidana pidana (tindak (tindak melawa melawan n hukum). Dalam buku-buku ilmu forensik pada umumnya ilmu forensik diartikan sebagai penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan. keadilan. Dalam penyidikan penyidikan suatu kasus kejahatan, kejahatan, observasi terhadap bukti fisik dan interpretasi dari hasil analisis (pengujian) barang bukti merupakan alat utama dalam penyidikan tersebut. Ilmu Forensik dikatagorikan ke dalam ilmu pengetahuan alam dan dibangun berdasarkan metode ilmu alam. Dalam pandangan ilmu alam sesuatu dianggap ilmiah dan hanya didasarkan pada fakta atau pengalaman (empirisme), kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan oleh setiap orang melalui indrany indranyaa (positive (positivesme) sme),, analisis analisis dan hasilny hasilnyaa mampu mampu dituangk dituangkan an seara seara masuk masuk akal, baik deduktif deduktif maupun induktif induktif dalam struktur struktur bahasa bahasa tertentu tertentu yang mempunyai mempunyai makna (logika) dan hasilnya dapat dikomunikasikan ke masyarakat luas dengan tidak mudah atau tanpa tergoyahkan (kritik ilmu) (!urwadianto "###).
Dewasa ini dalam penyidikan suatu tindak kriminal merupakan suatu keharusan menerapkan pembuktian dan pemeriksaan bukti fisik seara ilmiah. $ehingga diharapkan tujuan tujuan dari dari hukum hukum aara aara pidana pidana,, yang yang menjad menjadii landas landasan an proses proses peradi peradilan lan !engant !engantar ar %enuju Ilmu Forensik " pidana, dapat terapai yaitu menari kebenaran materiil. &ujuan ini tertuang dalam 'eputusan %enteri 'ehakiman o.%.#.!*.#+.# tahun yaitu/ untuk menari dan mendapatkan mendapatkan atau setidak-ti setidak-tidakny daknyaa mendekati mendekati kebanaran kebanaran materiil, materiil, iala ialah h kebe kebena nara ran n yang yang sele selengk ngkap ap-l -len engk gkapn apnya ya dari dari suta sutau u perk perkar araa pidan pidanaa deng dengan an menerapkan ketentuan hukum aara pidana seara jujur dan tepat dengan tujuan untuk menari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah apakah terbuk terbukti ti bahwa bahwa suatu suatu tindak tindak pidana pidana telah telah dilaku dilakukan kan dan apakah apakah orang orang yang yang didakwa itu dapat dipersalahkan. 0danya pembuktian ilmiah diharapkan polisi, jaksa, dan
hakim hakim tida tidakl klah ah menga mengand ndal alkan kan penga pengaku kuan an dari dari ters tersan angka gka atau atau saks saksii hidu hidup p dala dalam m penyidikan dan menyelesaikan suatu perkara. 'arena saksi hidup dapat berbohong atau disuruh berbohong, maka dengan hanya berdasarkan keterangan saksi dimaksud, tidak dapat dapat dijami dijamin n terapa terapainy inyaa tujuan tujuan penegak penegakan an kebenar kebenaran an dalam dalam proses proses perkar perkaraa pidana pidana dimaksud. Dalam pembuktian dan pemeriksaan seara ilmiah, kita mengenal istilah ilmu forensik dan kriminologi. $eara umum ilmu forensik dapat diartikan sebagai aplikasi atau pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan.
2.1.2. Ruang Lingkup Forensik
Ilmu-ilmu yang menunjang ilmu forensik adalah ilmu kedokteran, farmasi, kimia, biologi, fisika, dan psikologi. $edangkan kriminalistik merupakan abang dari ilmu forensik. 1abang-abang ilmu forensik lainnya adalah/ kedokteran forensik, toksikologi forens forensik, ik, odonto odontolog logii forens forensik, ik, psikia psikiatri tri forens forensik, ik, entomo entomolog logii forens forensik, ik, antrof antrofolo ologi gi forensik, balistik forensik, fotografi forensik, dan serologi 2 biologi molekuler forensik. 3iologi molekuler forensik lebih dikenal dengan 4D0-forensi4. Krimi Kr iminal nalist istik ik merupak merupakan an penera penerapan pan atau atau pemanf pemanfaat aatan an ilmu-i ilmu-ilmu lmu alam alam pada pada pengenalan, pengumpulan 2 pengambilan, identifikasi, individualisasi, dan evaluasi dari bukti fisik, dengan menggunakan metode 2 teknik ilmu alam di dalam atau untuk kepentingan hukum atau peradilan ($ampurna "###). !akar kriminalistik adalah seorang ilmuwan forensik yang bertanggung jawab terhadap pengujian (analisis) berbagai jenis bukti fisik, dia melakukan indentifikasi kuantifikasi dan dokumentasi dari bukti-bukti fisik. fisik. Dari Dari hasil hasil analis analisisn isnya ya kemudi kemudian an dieval dievaluas uasi, i, diinte diinterpr rpreta etasi si dan dibuat dibuat sebagai sebagai laporan (keterangan ahli) dalam atau untuk kepentingan hukum atau peradilan (5kert #). $ebelum melakukan tugasnya, seorang kriminalistik harus mendapatkan pelatihan atau atau pendid pendidika ikan n dalam dalam penyidi penyidikan kan tempat tempat kejadi kejadian an perkar perkaraa yang yang dibeka dibekali li dengan dengan kemampuan dalam pengenalan dan pengumpulan bukti-bukti fisik seara epat. Di dalam perkara pidana, kriminalistik sebagaimana dengan ilmu forensik lainnya, juga berkontribusi dalam upaya pembuktian melalui prinsip dan ara ilmiah. 'riminalistik memiliki berbagai spesilisasi, seperti analisis (pengujian) senjata api dan bahan peledak, pengujian perkakas (4toolmark e6amination4), pemeriksaan dokumen, pemeriksaan
biologis (termasuk analisis serologi atau D0), analisis fisika, analisis kimia, analisis tanah, pemeriksaan sidik jari laten, analisis suara, analisis bukti impresi dan identifikasi. 1abang-abang ilmu Forensik, antara lain/ a. Kedokteran Forensik adalah penerapan atau pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum dan pengadilan. 'edokteran forensik mempelajari hal ikhwal manusia atau organ manusia dengan kaitannya peristiwa kejahatan. Di Inggris kedokteran forensik pertama kali dikenal dengan 41oroner4. $eorang oroner adalah seorang dokter yang bertugas melalukan pemeriksaan jenasah, melakukan otopsi mediko legal apabila diperlukan, melakukan penyidikan dan penelitian semua !engantar %enuju Ilmu Forensik kematian yang terjadi karena kekerasan, kemudian melalukan penyidikan untuk menentukan sifat kematian tersebut. Di 0merika $erikan juga dikenal dengan 4medial e6aminar4. $istem ini tidak berbeda jauh dengan sistem oroner di Inggris. Dalam perkembangannya bidang kedokteran forensik tidak hanya berhadapan dengan mayat (atau bedah mayat), tetapi juga berhubungan dengan orang hidup. Dalam hal ini peran kedokteran forensik meliputi/ - %elakukan otopsi medikolegal dalam pemeriksaan menyenai sebabsebab kematian, apakah mati wajar atau tidak wajar, penyidikan ini juga -
bertujuan untuk menari peristiwa apa sebenarnya yang telah terjadi, Identifikasi mayat, %eneliti waktu kapan kematian itu berlansung 4time of death4, !enyidikan pada tidak kekerasan seperti kekerasan seksual, kekerasan
-
terhadap anak dibawah umur, kekerasan dalam rumah tangga, !elayanan penelusuran keturunan, Di negara maju kedokteran forensik juga menspesialisasikan dirinya pada bidang keelakaan lalu lintas akibat pengaruh obat-obatan 4driving under drugs
influene4.
3idang
ini
di
7erman
dikenal
dengan
48erkehrsmedi9in4 Dalam prakteknya kedokteran forensik tidak dapat dipisahkan dengan bidang ilmu yang lainnya seperti toksikologi forensik, serologi 2 biologi molekuler forensik, odontologi forensik dan juga b.
dengan bidang ilmu lainnya. Toksikologi Forensik , toksikologi adalah ilmu yang menelaah tentang kerja dan efek berbahaya 9at kimia (raun) terhadap mekanisme biologi. :aun
adalah senyawa yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap organisme. $ifat raun dari suatu senyawa ditentukan oleh/ dosis, konsentrasi raun di reseptor, sifat 9at tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. ;ebih khusus, toksikologi mempelajari sifat fisiko kimia dari raun, efek psikologi yang ditimbulkannya pada organisme, metode analisis raun baik kualitativ maupun kuantitativ dari materi biologik atau non biologik, serta mempelajari tindakan-tidankan penegahan bahaya keraunan. ;<<%I$ (+) berdasarkan aplikasinya toksikologi dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yakni/ toksikologi lingkungan, toksikologi ekonomi dan toksikologi forensik. &osikologi forensik menekunkan diri pada aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi untuk kepentingan peradilan. 'erja utama dari toksikologi forensik adalah analisis raun baik kualitatif maupun kuantitatif sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. &oksikologi forensik menangkup terapan ilmu alam dalam analisis raun sebagi bukti dalam tindak kriminal. &oksikologi forensik merupakan gabungan antara kimia analisis dan prinsip dasar toksikologi. 3idang kerja toksikologi forensik meliputi/ 0nalisis dan mengevaluasi raun penyebab kematian, 0nalisis ada2tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam airan tubuh atau napas, yang dapat mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya kemampuan mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya, tindak -
kekerasan dan kejahatan, penggunaan dooping), 0nalisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang lainnya.
.
!dontologi Forensik igi, ;ogis = Ilmu pengetahuan, dan Forensik = berhubungan
dengan pengadilan. Forensik odontologi adalah suatu abang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari ara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta ara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan. !engertian ilmu kedokteran gigi forensik menurut beberapa ahli adalah/
•
0rthur D. >olman, ilmu kedokteran gigi forensi adalah suatu ilmu yang
•
berkaitan dengan hukum alam penyelidikan melalui gigi geligi. Dr. :obert 3j. Dorion, ilu kedokteran gigi forensik adalah suatu aplikasi suatu ilmu pengantar tentang gigi yang terkait dalam memeahkan hukum
•
pidana dan perdata. Djohansyah ;ukman bahwa ilmu kedokteran gigi forensi adalah suatu terapan dari semua disiplin ilmu kedokteran gigi yang berkaitan erat dalam penyalidikan demi terapan hukum dan proses peradilan. 'edokteran gigi forensik terdiri dari empat fase. Fase-fase tersebut adalah
tuntutan ganti rugi untuk kedokteran gigi, malapraktek kedokteran gigi, penipuan dalam kedokteran gigi dan identifikasi dengan menggunakan gigi geligi (;unt9 and ;unt9, +). &erdapat beberapa kasus yang mengaplikasikan ilmu kedokteran gigi forensik, yaitu ( 5kert ??) / ) 'asus riminal a. 3ekas gigitan pada benda mati b. 3ekas gigitan pada kulit . ;uka gigitan d. >olongan darah dari gigi e. 'asus paternitas f. %asalah identifikasi !embunuhan massal 3enana angina kenang dan letusan gunung berapi &ubuh terbakar dan tenggelam ") 'asus keelakaan a. Identifikasi potongan tubuh b. Identifikasi tubuh yang telah terbakar dan terdekomposisi. ) 'ematian alam a. &eknik !erbandingan rekam medik gigi $idik bibir :estorasi wajah Fotografi montage Fotografi superimposisi b. %asalah khusus !erbedaan umur
@)
A) ?) 7)
d.
!erbedaan jenis kelamin !erbedaan ras !erbedaan pekerjaan !erbedaan manusia dan hewan *aktu kematian 0spek hereditas 0spek golongan darah Dental 7urispudene a. %alpraktek b. %ediation errors . ;atrogeni d. !erkosaan dan kasus seksual oleh dokter gigi e. 'etidaklayakan peralatan ;uka pada gigi >igi tiruan !eninggalan purbakala dan masalah antropologi
"sikiatri forensik , seorang spikiater berperan sangat besar dalam bebagai
pemeahan masalah tindak kriminal. !sikogram dapat digunakan untuk mendiagnose prilaku, kepribadian, dan masalah psikis sehingga dapat memberi gambaran sikap (profile) dari pelaku dan dapat menjadi petunjuk bagi penyidik. !ada kasus pembunuhan mungkin juga diperlukan otopsi spikologi yang dilakukan oleh spikiater, spikolog, dan patholog forensik, dengan tujuan penelaahan ulang tingkah laku, kejadian seseorang sebelum melakukan tindak kriminal atau sebelum melakukan bunuh diri. %asalah spikologi (jiwa) dapat memberi berpengaruh atau dorongan bagi seseorang untuk melakukan tindak kejahatan, atau perbuatan bunuh diri. e.
#ntomologi forensik , entomologi adalah ilmu tentang serangga. Ilmu ini
memperlajari jenis-jenis serangga yang hidup dalam fase waktu tertentu pada suatu jenasah di tempat terbuka. 3erdasarkan jenis-jenis serangga yang ada sekitar mayat tersebut, seorang entomolog forensik dapat menduga sejak kapan mayat tersebut telah berada di tempat kejadian perkara (&'!). 0ntrofologi forensik, adalah ahli dalam meng-identifikasi sisa-sisa tulang, tengkorak, dan mumi. Dari penyidikannya dapat memberikan informasi tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur, dan waktu kematian.
f.
Antrofologi forensik mungkin juga dapat mendukung dalam penyidikan kasus
orang hidup, seperti indentifiksi bentuk tengkorak bayi pada kasus tertukarnya anak di rumah bersalin. g.
Balistik forensik , bidang ilmu ini sangat berperan dalam melakukan
penyidikan kasus tindak kriminal dengan senjata api dan bahan peledak. $eorang balistik forensik meneliti senjata apa yang telah digunakan dalam kejahatan tersebut, berapa jarak dan dari arah mana penembakan tersebut dilakukan, meneliti apakah senjata yang telah digunakan dalam tindak kejahatan masih dapat beroperasi dengan baik, dan meneliti senjata mana yang telah digunakan dalam tindak kriminal tersebut. !engujian anak peluru yang ditemukan di &'! dapat digunakan untuk merunut lebih spesifik jenis senjata api yang telah digunakan dalam kejahatan tersebut. !ada bidang ini memerlukan peralatan khusus termasuk miskroskop yang digunakan untuk membandingkan dua anak peluru dari tubuh korban dan dari senjata api yang diduga digunakan dalam kejahatan tersebut, untuk mengidentifikasi apakah memang senjata tersebut memang benar telah digunakan dalam kejahatan tersebut. Dalam hal ini diperlukan juga mengidentifikasi jenis selongsong peluru yang tertinggal. Dalam penyidikan ini analisis kimia dan fisika diperlukan untuk menyidikan dari senjata api tersebut, barang bukti yang tertinggal. %isal analisis ditribusi logam-logam seperti 0ntimon ($b) atau timbal (!b) pada tangan pelaku atau terduga, untuk menari pelaku dari tindak kriminal tersebut. 0tau analisis ditribusi asap (jelaga) pada pakaian, untuk mengidentifikasi jarak tembak. 'erjasama bidang ini dengan kedokteran forensik sangat sering dilakukan, guna menganalisis efek luka yang ditimbulkan pada korban dalam merekonstruksi suatu tindak kriminal dengan senjata api. $.
Serologi
dan
Biologi molekuler forensik ,
$eiring
dengan pesatnya
perkembangan bidang ilmu biologi molekuler (imunologi dan genetik) belakangan ini, pemanfaatan bidang ilmu ini dalam proses peradilan meningkat dengan sangat pesat. 3aik darah maupun airan tubuh lainnya paling sering
digunakan 2 diterima sebagai bukti fisik dalam tindak kejahatan. $eperti pada kasus keraunan, dalam pembuktian !engantar %enuju Ilmu Forensik A dugaan tersebut, seorang dokter kehakiman bekerjasama dengan toksikolog forensik untuk melakukan penyidikan. Dalam hal ini barang bukti yang paling sahih adalah darah dan2atau airan tubuh lainnya. &oksikolog forensik akan melakukan analisis toksikologi terhadap sampel biologi tersebut, menari senyawa raun yang diduga terlibat. 3erdasarkan temuan dari dokter kehakiman selama otopsi jenasah dan hasil analisisnya, toksikolog forensik akan
menginterpretasikan
hasil
temuannya
dan
membuat
kesimpulan
keterlibatan raun dalam tindak kejahatan yang dituduhkan. $ejak awal perkembanganya pemanfaatan serologi 2 biologi molekuler dalam bidang forensik lebih banyak untuk keperluan identifikasi personal (perunutan identitas individu) baik pelaku atau korban. $istem penggolongan darah (sistem 03<) pertama kali dikembangkan untuk keperluan penyidikan (merunut asal dan sumber berak darah pada tempat kejadian). 3elakangan dengan
pesatnya
perkembangan
ilmu
genetika
(analisi
D0)
telah
membuktikan, bahwa setiap individu memiliki kekhasan sidik D0, sehingga kedepan sidik D0 dapat digunakan untuk menggantikan peran sidik jari, pada kasus dimana sidik jari sudah tidak mungkin bisa diperoleh. Dilain hal, analisa D0 sangat diperlukan pada penyidikan kasus pembunuhan mutilasi (mayat terpotongpotong),
penelusuran
paternitas
(bapak
biologis).
0nalisa
serologi2biologi molekuler dalam bidang forensik bertujuan untuk/ % Bji darah untuk menentukan sumbernya (darah manusia atau hewan, atau warna dari getah tumbuhan, darah pelaku atau korban, atau orang yang
i.
%
tidak terlibat dalam tindak kejahatan tersebut) Bji airan tubuh lainnya (seperti/ air liur, semen vagina atau sperma,
%
rambut, potongan kulit) untuk menentukan sumbernya (Corigin4). Bji imonologi atau D0 individu untuk menari identitas seseorang.
Farmasi Forensik , 3idang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan
yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Farmasi adalah seni dan ilmu meraik dan menyediaan obat-obatan, serta penyedian informasi yang berhubungan dengan obat kepada masyarakat.
$eperti
disebutkan
sebelumnya,
forensik
dapat
dimengerti
dengan
penerapan2aplikasi itu pada issu-issu legal, (berkaitan dengan hukum). !enggabungan kedua pengertian tersebut, maka Forensik Farmasi dapat diartikan sebagai penerapan ilmu farmasi pada issu-issu legal (hukum) (0nderson, "###). Farmasis forensik adalah seorang farmasis yang profesinya berhubungan dengan proses peradilan, proses regulasi, atau pada lembaga penegakan hukum (riminal justie system) (0nderson, "###). Domain dari forensik farmasi adalah meliputi, farmasi klinik, aspek asministrativ dari farmasi, dan ilmu farmaseutika dasar. $eorang forensik farmasis adalah
mereka yang memiliki spesialisasi berkaitan dengan
pengetahuian praktek kefarmasian. 'eahlian praktis yang dimaksud adalah farmakologi klinik, menegemen pengobatan, reaksi efek samping (reaksi berbahaya) dari obat, review2evaluasi (assessment) terhadap pasien, patient ounseling, patient monitoring, sistem distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan lain-lainnya. $eorang forensik farmasis harus sangat terlatih dan berpengalaman dalam mereview dan menganalisa bukti-bukti dokumen kesehatan
(seperti
rekaman2atatan medis) kasus-kasus tersebut, serta
menuangkan hasil analisanya sebagai suatu penjelasan terhadap efek samping pengobatan,
kesalahan
pengobatan
atau
kasus
lain
yang
dikeluhkan
(diperkarakan) oleh pasien, atau pihak lainya. 3idang ilmu Forensik lainnya, selain bidang-bidang di atas masih banyak lagi bidang ilmu forensik !ada prinsipnya setiap bidang ranah keilmuan mempunyai aplikasi pada bidang dirensik, seperti bidang yang sangat trend sekarang ini yaitu kejahatan web, !engantar %enuju Ilmu Forensik ? yang dikenal syber rime, merupakan kajian bidang kumperter sain, jaringan, I&, dan bidang lainnya seperti akuntan forensik.
2.2. Identifikasi 2.2.1. Definisi Identifikasi
ang dimaksud dengan identifkasi ilmu kedokteran gigi forensik adalah semua aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran gigi yang terkait dalam suatu penyidikan dalam memperoleh data-data post mortem, berguna untuk menentukan otentitas dan identitas korban maupun pelaku demi kepentingan hukum dalam suatu proses peradilan dan menegakkan kebenaran. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatumasalah dalam kasus pidana maupun perdata. %enentukan identitas personal dengan tepatamat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. 'orban benana berskala besar diidentifikasi berdasarkan penilaian dari beberapafaktor. &ingkat kerusakan tubuh, waktu dimana tubuh telah dibiarkan di lokasi benana dan perubahan terkait dengan kondisi tubuh mempengaruhi sifat dan kualitas data post mortemdan penerapan metode khusus identifikasi.
2.2.2. &etode Identifikasi
%etode identifikasi yang digunakan dalam kasus-kasus benana harus bersifat ilmiah, dapat diandalkan, dapat diterapkan pada kondisi lapangan dan mampu diimplementasikan dalam jangka waktu yang sesuai. $emua metode yang memungkinkan di lapangan seharusnya diterapkan. Identifikasi yang hanya berdasarkan foto sangat tidak dapat diandalkan dan harus dihindari. Identifikasi visual oleh saksi mungkin memberikan indikasi identitas tetapi tidak ukup untuk identifikasi positif dari korban benana berskala besar. Dalam hal ini korban sering mengalami trauma yang mendalam sehingga perbandingan visual adalah hal yang mustahil dan karena relatif dari korban sering tidak mampu mengatasi tekanan psikologis yang terlibat dalam konfrontasi dengan para korban meninggal. $emua data post mortem yang diperoleh dari visum tubuh korban dievaluasi dengan mengau pada informasi orang hilang yang diperoleh. 'arena tidak mungkin
untuk mengetahui terlebih dahulu data apa yang dapat diperoleh dari tubuh korban dan informasi siapa yang dapat diperoleh untuk tujuan perbandingan di lokasi benana. $emua informasi yang tersedia (baik ante mortem dan post mortem) harus dikumpulkan dan didokumentasikan. 0da beberapa jenis identifikasi melalui gigi-geligi dan rongga mulut yang dapatdilakukan dalam terapan semua disiplin ilmu kedokteran gigi yang terkait pada penyidikandemi kepentingan umum dan peradilan serta dalam membuat surat keterangan ahli. Identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik terdapat beberapa maam antara lain/ . Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi geligi dan antropologi ragawi. ". Identifikasi se6 atau jenis kelamin korban melalui gigi-geligi dan tulang rahang sertaantrolopogi ragawi. . Identifikasi umur korban (janin) melalui benih gigi. @. Identifikasi umur korban melalui gigi sementara. A. Identifikasi umur korban melalui gigi ampuran. ?. Identifikasi umur korban melalui gigi tetap. +. Identifikasi korban melaluikebiasaan menggunakan gigi . Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi. . Identifikasi golongan darah korban melalui pulpa gigi. #. Identifikasi golongan darah korban melalui air liur. . Identifikasi D0 korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel dalam rongga mulut. ". Identifikasi korban melalui gigi palsu yang dipakainya. . Identifikasi wajah korban dari rekontruksi tulang rahang dan tulang faial. @. Identifikasi wajah korban. A. Identifikasi korban melalui pola gigitan pelaku. ?. Identifikasi korban melalui eksklusi pada korban massal. +. :adiologi ilmu kedokteran gigi forensi. . Fotografi ilmu kedokteran gigi forensi . 8itim Identifiation Form.
2.2.'. Sarana Identifikasi
Dalam pelayanan identifikasi forensik berbagai maam pemeriksaan dapat digunakansebagai
sarana
identifikasi.
3erdasarkan
penyelenggaraan
pemeriksaannya, maka sarana-sarana identifikasi dapat dikelompokkan/
penanganan
. $arana identifikasi konvensional, yaitu berbagai maam pemeriksaan identifikasi yang biasanya sudah dapat diselenggarakan penanganannya oleh pihak polisi penyidik antaralain/ a. !emeriksaan seara visual dan fotografi mengenali iri-iri muka atauelementubuh lainnya. b. !emeriksaan benda-benda milik pribadi seperti/ pakaian, perhiasan, sepatu dansebagainya. . !emeriksaan kartu-kartu pengenal seperti '&!,$I%, 'arpeg, kartu mahasiswa dansebagainya, surat-surat seperti surat tugas2 jalan atau dokumen-dokumen dsb. d. !emeriksaan sidik jari dan lain-lain. ". $arana
identifikasi
medis,
yaitu
berbagai
maam
pemeriksaan
identifikasi
yangdiselenggarakan penanganannya oleh pihak medis, yaitu apabila pihak polisi penyidik tidak dapat menggunakan sarana identifikasi konvensional atau kurang memperoleh hasilidentifikasi yang meyakinkan, antara lain/ a. !emeriksaan iri-iri tubuh yang spesifik maupun yang non-spesifik seara medismelalui pemeriksaan luar dan dalam pada waktu otopsi. 3eberapa iri yang spesifik,misalnya aat bibir sumbing atau elah palatum, bekas luka atau operasi luar (sikatrik atau keloid), hiperpigmentasi daerah kulit tertentu (toh), tahi lalat, tato, bekasfraktur atau adanya pin pada bekas operasi tulang atau juga hilangnya bagian tubuhtertentu dan lain-lain. 3eberapa ontoh iri non-spesifik antara lain misalnya tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit, warna serta bentuk rambut dan mata, bentuk-bentuk hidung, bibir dan sebagainya. b. !emeriksaan iri-iri gigi melalui pemeriksaan odontologis. . !emeriksaan iri-iri badan atau rangka melalui
pemeriksaan
antropologis,antroposkopi dan antropometri. d. !emeriksaan golongan darah berbagai sistem/ 03<, :hesus, %, 'eel, Duffy, E;0dan sebagainya. e. !emeriksaan iri-iri biologi molekuler sidik D0 dan lain-lain.
2.'. Identifikasi "emeriksaan Sekunder dan "rimer
7enis metode identifikasi primer dan yang paling dapat diandalkan, yaitu identifikasisidik jari, analisis komparatif gigi dan analisis D0. 7enis metode identifikasi sekunder meliputi deskripsi personal, temuan medis serta bukti dan pakaian yang ditemukan padatubuh. 7enis
identifikasi ini berfungsi untuk mendukung identifikasi dengan ara lain dan biasanya tidak ukup sebagai satu-satunya alat identifikasi. Identifikasi "rimer
. >igi ( Dental :eord ) ". $idik jari . D0 / $ebagai pemeriksaan katagori primer yang dikerjakan sebagai alternatif akhir bila pemeriksaan sekunder di lakukan.
. ". 3.
@. A.
Identifikasi Sekunder !emeriksaan 8isual Fotografi !roperti, seperti pakaian, perhiasan, ktp atau ID ard %edis ( %edial) !emeriksaan $idik 3ibir $idik bibir dapat digunakan sebagai salah satu metode penujang dalam proses
identifikasi karena memilik pola tekstur mukosa yang stabil dan tidak berubah meskipun usia bertambah. %etode pengambilan dan perdokumentasian sidik bibir harus di periksa dan di analisis sidik bibirnya seara langsung. a. %etode lipstik, terdapat dua metode yaitu metode single motion dengan menggunakan alat dan bahan lipstik berwarna merah, solatif #, m, gunting, kertas putih polos, kaa pembesar dan kertas tissue. Metode prabu dibutuhkan alat dan bahan antara lain kertas putih, lipstik, glass plate, dan kaa pembesar.
!erbedaan metode single
motion dan metode prabu terletak pad aara penempelan selotif ke bibir subjek, jika pada metode single motion selotif ditempelkan searah dari arah kanan ke kiri atau sebaliknya kemudian selotif dilepas searah, akan tetapi metode prabu, selotif di tempelkan pada bibir bagian tengah kemudian baru selotif ditekan pada bibir bagian kanan dan kiri b. %etode menggunakan bahan etak gigi, menggunakan bahan etak kedokteran gigi seperti alginet dan elastomer (polyvinyl silo6ane). %etode ini membutuhkan alat dan bahan antara lain magkuk karet, spatula, alginet, dan sendok etak perseorangan. . %etode menggunakan fotogafi, sidik bibir dapat di dokumetasikan seara langsung dengan menggunakan foto konvensional maupun foto digital. d. %etode menggunakan bahan bubuk sidik jari, divisualisasikan dengan menggunakan bantuan bahan bubuk sidik jari serta bahan pewarna seperti lysorome dye. $ubjek diinstruksikan untuk menempelkan bibir ke sebuah kertas, kemudian kertas yang
telah terdapat sidik bibir laten, di taburkan bubuk sidik jari lalu diratakan dengan menggunakan kuas sampai terlihat sidik biir yang tertempel pada kertas. Bntuk mengidentifikasi dapat melalui data kombinasi primer dan sekunder, ontohnya seperi / Identifikasi data primer gigi (dental reord) dan data sekunder medis ( medial ) • •
dan fotografi (photography) Identifikasi data primer gigi (dental reord) dengan gigi tiruannya dan data
•
sekunder medis (medial) dan property Identifikasi data primer D0 dan data sekunder medis dan property $emakin lama kondisi jena9ah maka proses pembusukan akan akan berlangsung
dengan epat sehingga terbatasnya upaya pemeriksaan primer. !emeriksaan identifikasi harus dilakukan kombinasi pemeriksaan primer dan sekunder seara ermat dan akurat. $ulit untuk melakukan indetifikasi dari pemeriksaan postmortem murni berdasarkan
pemeriksaan
primer
(primary
identifiers)
saja.
7adi
untuk
mengidenifikasi jena9ah dapat menggunakan metode visual digabung dengan pemeriksaan primer-sekunder
2.(. Fungsi Identifikasi
%enentukan identitas personal dengan
tepat amat penting dalam penyidikan
karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. !eran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jena9ah tidak dikenal, jena9ah yang rusak,membusuk, hangus terbakar dan keelakaan masal, benana alam, huruhar yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. $elain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penulikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orang tuanya. Identitas seseorang yang dapat dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan) (>ani "##").
Dalam perkembangannya bidang kedokteran forensik tidak hanya berhadapan dengan mayat (atau bedah mayat), tetapi juga berhubungan dengan orang hidup.Dalam hal ini peran kedokteran forensik meliputi/ -
%elakukan otopsi medikolegal dalam pemeriksaan mengenai sebab-sebab kematian, apakah mati wajar atau tidak wajar, penyidikan ini juga bertujuan untuk menari
-
peristiwa apas ebenarnya yang telah terjadi, Identifikasi mayat, %eneliti waktu kapan kematian itu berlansung 4time of death4 !enyidikan pada tindak kekerasan seperti kekerasan seksual, kekerasan terhadap 0nak dibawah umur, kekerasan dalam rumah tangga, !elayanan penelusuran keturunan
2.). Identifikasi Kasus
'edua kasus keelakaan yang dilaporkan disebabkan karena kelalaian manusia disertai dengan kondisi alam yang tidak bersahabat dengan jumlah korban yang ukup banyak. !erbedaan terletak pada lokasi tempat terjadinya musibah benana massal, yakni di laut dan di darat denganara yang berbeda pula yaitu tenggelam dan terbakar. Dari tempat dan ara kejadian yangberbeda ternyata memberikan keberhasilan identifikasi yang berbeda. Eal ini selain dipengaruhioleh media, juga dipengaruhi oleh kondisi kekuatan jaringan ikat yang masih intak terhadap proses pembusukan, serta lamanya jena9ah terpapar dengan media pembusukan (&abel ).
2.).1. Kasus 1 * Identifikasi +ena,a$ pada Tenggelamn-a K&. Senopati usantara /
0khir tahun "##? terjadi tragedi tenggelamnya kapal penumpang '% $enopati usantara di perairan :embang, 7awa &engah yang menewaskan ratusan korban jiwa.&idak semua korban dapat dievakuasi dan tidak semua proses identifikasi dapat dilakukan sesuai dengan harapan. Dari jena9ah korban meninggal, ? diantaranya dikirimkan ke Instalasi Ilmu 'edokteran Forensik - %edikolegal :$B Dr. $oetomo $urabaya oleh &im $0: bersama dengan 0ngkatan ;aut :epublik Indonesia dengan keadaan mayoritas telah mengalami pembusukan lanjut pada saat ditemukan di tengah laut. Dari ke ? jena9ah tersebut hanya jena9ah (?) saja yang dapat teridentifikasi dan diserahkan kepada keluarga yang berhak. 7ena9ah tersebut merupakan jena9ah tenggelam di air laut dengan rentang waktu bervariasi mulai dari hanya " hari ditemukan setelah kejadian hingga minggu setelah kejadian. Eal tersebut sangat mempengaruhi keutuhan dan dapat menghilangkan tanda khas seorang individu sebagai bahan pemeriksaan identifikasi forensik. 'esulitan pemeriksaan identifikasi juga dipengaruhi kejadian benana yang bersifat Open Disaster . 3enana tersebut merupakan kejadian benana dengan jumlah korban meninggal tidak dapat diketahui seara pasti dan jelas sehingga tidak dapat ditentukan apakah memiliki kesamaan jumlah dengan nama pada daftar manifest penumpang yang dinyatakan dalam keadaan meninggal. Dari ? jena9ah yang dapat dievakuasi dari ? jena9ah tersebut dapat dilakukan identifikasi dan sesuai berdasarkan kombinasi pemeriksaan primer ( primary identifiers) dan sekunder ( seondary identifiers). $atu dari jena9ah (+.+) yang teridentifikasi memiliki kondisi fisik membusuk awal sehingga dapat dilakukan pula teknik identifikasi sederhana seara visual (photography ) yang dikonfirmasi dengan data pemeriksaan primer gigi dan sekunder medis dan properti. %ayoritas, terdapat # dari jena9ah (++) teridentifikasi melalui kombinasi data-data pemeriksaan sekunder (seondary identifiers) melalui pemeriksaan data medis (medial ) dan properti (property ). &erdapat dari jena9ah (") yang berhasil diidentifikasi melalui data kombinasi pemeriksaan primer dan sekunder, yaitu/ jena9ah diidentifikasi dengan kombinasi data pemeriksaan primer gigi (dental reords) dan data sekunder medis ( medial) dan fotografi (photography), jena9ah melalui kombinasi data pemeriksaan
primer gigi beserta gigi tiruan lepasan yang ditemukan didalamnya (dental reords) dan data sekunder medis ( medial) dan properti ( property) dan jena9ah diidentifikasi melalui kombinasi data pemeriksaan primer D0 dan data pemeriksaan sekunder medis dan property (>ambar ). &idak ada identifikasi dari jena9ah tersebut yang dapat dilakukan dari pemeriksaan postmortem murni berdasarkan pemeriksaan primer (primary identifiers) saja.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa jena9ah dengan keadaan membusuk awal yaitu ditemukan " hari setelah kejadian, memiliki kemudahan dalam proses identifikasi antara lain karena masih dapat dilakukan teknik sederhana melalui visual yaitu foto keluarga yang ditunjukkan. Data tersebut tetap dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan sekunder yang lain, yaitu ditemukannya sikatrik pada kaki korban, kumis dan tahi lalat (>ambar " a,b dan ). 'ondisi pembusukan awal juga masih memungkinkan diidentifikasi melalui proses pemeriksaan primer yang bersifat ekonomis dan efisien yaitu pemeriksaan gigi, meskipun keluarga tidak dapat merini kondisi gigi korban dengan tepat.
$emakin lama terpapar dalam air maka proses pembusukan juga akan berlangsung dengan epat sehingga akan menyebabkan terbatasnya upaya pemeriksaan primer. !roses identifikasi pada konsisi harus dilakukan kombinasi pemeriksaan primer dengan sekunder seara ermat dan akurat. !ada kasus ini korban berikutnya ditemukan setelah -" hari setelah kejadian sehingga tidak ada satu pun yang berhasil diidentifikasi berdasarkan pemeriksaan primer yang terjangkau yaitu sidik jari maupun gigi karena terjadi pembusukan lanjut (>ambar ). Eampir keseluruhan mengandalkan pemeriksaan sekunder dengan hasil dapat disebut teridentifikasi bila memenuhi " kriteria pemeriksaan sekunder, seperti pemeriksaan medis, property maupun fotografi (>ambar @ a,b dan ). &erdapat satu jena9ah yang harus menggunakan pemeriksaan D0 sebagai pemeriksaan kategori primer yang dikerjakan sebagai alternatif akhir bila pemeriksaan sekunder meragukan (>ambar A).
Kesimpulan 0
!ada jena9ah korban tenggelamnya '%. $enopati tampak bahwa sebagian besar (+,) jena9ahtelah mengalami pembusukan lanjut. Eal ini dikarenakan karena jena9ah tersebut sebagianbesar dalam selang waktu minimal -@ hari dan maksimal "-# hari setelah kejadian. Dalam jangka waktu minimal tersebut, didukung dengan keadaan lingkungan sekitar tempat jena9ah tersebut ditemukan, yaitu mengambang di air di lautan bebas, keepatan proses pembusukan menjadi lebih epat. !ada kasus ini proses pembusukan pada daerah mandibula dan maksila pada jena9ah korban tenggelamnya '% $enopati terutama terletak pada adanya jaringan penyangga antara tulang rahang dan tulang gigi yakni adanya peridontal ligament atau periodontal membran. Eal inilah yang akan mempengaruhi ketidakberhasilan penentuan identifikasi forensik melalui pemeriksaan primer dengan bahan gigi, karena akan menyebabkan hilangnya gigi dari tempat menanapnya baik pada mandibula maupun maksila. &idak ada jena9ah korban '% $enopati yang teridentifikasi berdasarkan pemeriksaan primer (primary identifiers) saja, pada kasus tersebut tidak dapat menggunakan sidik jari sebagai bahan identifikasi. !ada jena9ah yang meninggal dalam air pada saat proses pembusukan berlangsung disertai dengan proses pembusukan pada maksila dan mandibula yang akan diikuti dengan terlepasnya gigi dari tulang akibat lisis jaringan penyangga. >igi yang terlepas akan sulit dilakukan pemeriksaan karena sebagian besar akan jatuh dalam air. Eal ini pula yang mempengaruhi keberhasilan identifikasi primer melalui pemeriksaan gigi geligi pada korban tenggelam. !ada korban kapal yang tenggelam terdapat ketidakutuhan jaringan penyangga, semakin lama terpapar media pembusukan pada udara dan air mempengaruhi kerusakan jaringan tubuh termasuk jaringan penyangga pada gigi. Eal tersebut menyebabkan rekam gigi tidak dapat dijadikan prioritas utama proses identifikasi (memiliki prioritas G) karena mutlak harus dilakukan pemeriksaan sekunder sebagai bahan identifikasi dengan prioritas yang sama, pemeriksaan primer tidak dapat diprioritaskan. 0pabila pemeriksaan
sekunder yang seharusnya dapat dijadikan bahan untuk mengidentifikasi individu dianggap meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan D0 sebagai prioritas berikutnya. 2.).2. Kasus 2 Terbakarn-a "esaat aruda A 233 "K%45 Boeing 6'6%(33.
!ada keelakaan pesawat >aruda >0 "## !'->H1 3oeing ++-@## jurusan 7akarta ogyakarta, saat melakukan pendaratan. !esawat yang membawa penumpang dan + awak pesawat ini terbakar dan menewaskan " penumpangnya ("# penumpang, kru pesawat). Dua puluh dari " jena9ah yang ditemukan (A) mengalami kondisi menjadi separuh arang dan hanya jena9ah yang relatif tidak menjadi arang. 7ena9ah dengan kondisi terbakar akan relatif lebih tahan lama terpapar pembusukan, dan pada kasus ini pemeriksaan identifikasi forensik segera dilaksanakan satu hari setelah kejadian. 'elebihan keberhasilan identifikasi pada kasus ini antara lain adalah karena sifat benana yang terjadi adalah benana dengan tipe Close Disaster . &ipe kejadian benana ini memiliki jumlah korban meninggal dapat diketahui seara pasti dan jelas dan dinyatakan sama dengan jumlah nama pada daftar manifest penumpang yang dinyatakan tidak ada atau dinyatakan meninggal. Dari " jena9ah satu jena9ah (A) memiliki kondisi fisik masih baik seara visual sehingga dapat dilakukan teknik identifikasi sederhana seara visual ( photography) yang dikonfirmasi dengan data pemeriksaan sekunder (secondary identifiers) dari medis (medical ) dan properti ( property). %ayoritas jena9ah, sebanyak empatbelas jena9ah (??.+) yang menjadi separuh arang dapat diidentifikasi murni dari pemeriksaan primer ( primary identifiers) berdasarkan data gigi (dental records). $isanya, sebanyak enam jena9ah (.) yang telah menjadi separuh arang teridentifikasi melalui kombinasi pemeriksaan primer dan sekunder, yaitu/ @ jena9ah (??.+) diidentifikasi dengan kombinasi data pemeriksaan primer gigi (dental records) dan data sekunder properti ( property), dua jena9ah (.) diidentifikasi dengan kombinasi data pemeriksaan primer gigi (dental records) dan data sekunder medis (medical ).
ambar 7. Keber$asilan Identifikasi +ena,a$ KorbanTerbakar "esaat aruda Indonesia.
Dari data tersebut tampak bahwa pada kasus pemeriksaan jena9ah yang mengalami terbakar akibat hangusnya pesawat >aruda masih dapat dilakukan upaya pemeriksaan primer seara optimal. Eal ini disebabkan karena proses terbakar menyebabkan keutuhan jaringan penyangga, sehingga meskipun sidik jari tidak dapat digunakan untuk proses identifikasi primer namun masih terdapat gigi yang melekat utuh(>ambar +a dan +b).
ambar 6. "roses "emeriksaan +ena,a$ Terbakar. Keterangan 0 +a. 'ondisi jena9ah terbakar hangus, sidik jari tidak dapat dievaluasi, +b. !emeriksaan gigi yang tetap utuh dan merupakan iri khas masing-masing.
'emudahan identifikasi didukung sifat benana close disaster . $elain itu mayoritas korban berada pada status sosial ekonomi menengah keatas dengan kesadaran pemeriksaan gigi sehingga dapat dilakukan proses identifikasi tepat berdasarkan gigi geligi. %eskipun demikian tetap harus dilakukan pemeriksaan sekunder lain, seperti pemeriksaan fotografi dan property(>ambar a dan b).
ambar 8. "emeriksaan igi. Keterangan 0 a. !emeriksaan sekunder fotografi,gigi dapatdijadikan bahan identifikasi superimposed, b. !emeriksaan primer gigi disertai dengan gigi palsu.
!emeriksaan sekunder medis justru mengalami keterbatasan evaluasi akibat pada jena9ah yang terbakar maka akan terjadi perubahan fisik seara nyata baik tinggi badan dan iri khas lain, keuali jenis kelamin yang dapat dilakukan dengan membedah jena9ah. !ada kasus ini dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan primer (primary identifiers) mempunyai nilai yang sangat tinggi (A) bila dibandingkan dengan pemeriksaan sekunder ( secondary identifiers) yaitu melalui pemeriksaan primer gigi (dental records).
DISK9SI
Data pemeriksaan jena9ah dari dua kejadian benana massal yang berbeda memiliki karakter yang berbeda pula terutama dari keadaan kondisi jena9ah, proses pemeriksaan jena9ah dan keberhasilan identifikasi jena9ah. Eal tersebut terutama disebabkan karena kondisi utama jena9ah yang semakin tidak utuh maka akan semakin mempersulit proses identifikasi jena9ah, sehingga akan mempengaruhi keberhasilan penentuan identitas individu.
2.).'. "erbedaan Keadaan +ena,a$ Korban Tragedi Tenggelamn-a K&. Senopati dan Terbakarn-a "esaat aruda
'% $enopati usantara adalah kapal feri yang diperkirakan tenggelam "@ mil laut dari !ulau %andalika, perairan 'epulauan 'arimunjawa, 7epara, 7awa &engah. '% $enopati usantara ini berangkat dari &eluk 'umai, 'alimantan &engah, " Desember "##? "#.## *I3 menuju $emarang, 7awa &engah. %enurut renana, kapal tersebut seharusnya tiba di !elabuhan &anjung %as $emarang keesokan harinya juga pukul ".## *I3. 'ontak terakhir kapal pada pukul ".A *I3 " Desember "##?. 'apal ini dinyatakan hilang sekitar pukul #.##, # Desember "##?. !ihak ''& menduga kapal ini tenggelam karena uaa buruk. 'apal ini mengangkut total ?" orang yang terdiri dari A@" penumpang, A+ anak buah kapal, dan " orang supir truk dan kendaraan.
>ambar . 'apal '% $enopati
!ada jena9ah korban tenggelamnya '%. $enopati tampak bahwa sebagian besar (+,) jena9ah telah mengalami pembusukan lanjut. Eal ini dikarenakan karena jena9ah tersebut sebagian besar dalam selang waktu minimal -@ hari dan maksimal "-# hari setelah kejadian. Dalam jangka waktu minimal tersebut, didukung dengan keadaan lingkungan sekitar tempat jena9ah tersebut ditemukan, yaitu mengambang di air di lautan bebas, keepatan proses pembusukan menjadi lebih epat. !ada proses pembusukan lanjut akan terbentuk atau menuju pada arah proses skeletonisasi, yang diawali dengan adanya proses autolisis jaringan dan pembusukan.
$keletonisasi merupakan proses hilangnya atau lepasnya jaringan lunak dari tulang. !roses ini dapat terjadi seara lengkap pada seluruh atau sebagian jaringan lunak terutama pada tulang yang terekspos saja. !roses awal terjadinya pembusukan adalah adanya kerusakan sel melalui proses autolisis. !roses ini memiliki dua tahap yakni dan 'eadaan lanjut dari proses tahap " (late irreversible) adalah terbentuknya mekanisme autolisis umum pada seluruh jaringan lunak tubuh yang telah mengalami pembusukan yang berhubungan dengan proses sintesa 0&!. 7aringan dengan biosintesa dan membran transport tingkat tinggi akan mengalami kerusakan terlebih d ahulu. !embusukan diawali dengan organ/ traktus digestivus, jantung, darah dan sistem sirkulasi, otot jantung kemudian traktus respiratorius dan paru selanjutnya ginjal dan kandung empedu lalu otak dan jaringan saraf, otot rangka dan terakhir jaringan konektif dan integumen jaringan lunak dengan kadar kolagen tinggi akan memiliki tingkat lisis yang lebih besar, sehingga baru akan tampak pada proses pembusukan tingkat lanjut. !ada kasus ini proses pembusukan pada daerah mandibula dan maksila pada jena9ah korban tenggelamnya '% $enopati terutama terletak pada adanya jaringan penyangga antara tulang rahang dan tulang gigi yakni adanya peridontal ligament atau periodontal membran. Eal inilah yang akan mempengaruhi ketidakberhasilan penentuan identifikasi forensik melalui pemeriksaan primer dengan bahan gigi, karena akan menyebabkan hilangnya gigi dari tempat menanapnya baik pada mandibula maupun maksila. &ahap final proses pembusukan yang ditandai dengan terbentuknya skeletonisasi, dilaporkan akan terjadi paling epat tiga hari setelah kematian pada daerah dengan kelembaban tinggi, panas yang disertai dengan tingkat aktivitas larva lalat yang tinggi. !ada keadaan normal adanya kandungan kelembaban sebesar # dengan temperatur +# F, tujuh tahapan proses pembusukan akan mulai nampak selama "@ jam post mortem. !ada jena9ah korban terbakarnya !esawat >aruda sebanyak "# dari " jena9ah yang ditemukan (A) mengalami kondisi rusak menjadi separuh arang (Severely Burned Deceased ) dan hanya jena9ah yang relatif tidak menjadi arang. " jena9ah tersebut dapat dilakukan identifikasi seara tepat. !ada kasus ini pemeriksaan primer dari data gigi masih dapat dilakukan dibandingkan pemeriksaan primer yang lain yang bersifat murah, mudah dan akurat yaitu pemeriksaan sidik jari. Identifikasi dengan sidik jari,
mata, kulit tidak dapat dilakukan karena semuanya telah menjadi kerangka dan sisa kulit yang terbakar telah terpapar panas sehingga sulit diidentifikasi. !emeriksaan sekunder pada kasus terbakar akan mengalami banyak permasalahan karena antara lain pakaian maupun segala perhiasan justru akan berfungsi sebagai konduktor, penghantar panas, sehingga akan menjadi lebih epat terbakar dan hangus. $ebagian tulang tidak ditemukan, kemungkinan telah hanur menjadi abu. Eal ini dimungkinan karena pada saat terbakar korban mengenakan pakaian. 'orban yang berpakaian lebih epat hanur dan kerusakan lebih komplit bila terbakar dibandingkan dengan yang tidak memakai pakaian. Eal ini dikarenakan pakaian merupakan media yang baik untuk kejadian kebakaran. &erbakar pada tempat terbuka biasanya tidak terjadi luka bakar komplit, keuali bila menggunakan bahan bakar untuk meningkatkan fungsi api sebagai pembakar, sehingga tubuh sampai menjadi arang. 7uga mungkin suhu panas yang tinggi.
>ambar ". &erbakarnya kapal >aruda >0 "## !'->H1 3oeing ++-@##
Bohnert () dalam penelitiannya tentang tingkat kerusakan tubuh manusia dalam kaitannya dengan paparan panas api menyebutkanproses kerusakan tubuh sangat parah pada suhu ?+ -# 1. $enada dengan temuan tersebut penelitian Buikstra et.al (@) menyatakan bahwa tulang mampu menahan panas sampai ?##. !ada kasus !esawat >aruda telah terjadi luka bakar tingkat empat yaitu pada kulit, dan jaringan
dibawahnya telah terjadi kehanuran komplit dan terbentuk arang. !ada kebakaran tingkat @ maka kulit akan mengkerut (mengetat dan kontraksi), hal ini terjadi karena pada terbakar terjadi penyusutan berat tubuh ?# dan akibat pemanasan maka terjadi koagulasi protein yang menyebabkan otot mengeil diikuti mengkerutnya kulit. Dikatakan bahwa telinga yang terbakar dapat menjadi mengkerut sampai "2 bagiannya. Bntuk tulang yang tidak terproteksi, saat terpapar panas maka akan mengalami proses/ rapuh (charring ), retak (cracking ), patah ( splinterring ) dan menjadi abu (calcining ). $edangkan gigi, selain dikatakan sebagaimana fingerprint, merupakan medium yang tidak mudah rusak seperti%enurut $haefer ("##) gigi memiliki daya tahan terhadap dekomposisi dan panas hingga suhu ### F, karena gigi dikelilingi oleh suatu matrik yang terdiri dari garam anorganik yang tersusun atas alsium dan fosfor, sehingga dapat bertahan lebih lama(). 'edua kasus menunjukkan tempat kejadian yang berbeda akan mempengaruhi keepatan proses pembusukan. 7ena9ah yang berada di udara terbuka akan membusuk dua kali lebih epat dibandingkan dengan jena9ah yang ada di air. amun pada kasus ini memiliki perbedaan pola karena proses ara kematian yang berbeda. !ada jena9ah yang meninggal di udara terbuka namun dalam kondisi terbakar maka akan mempengaruhi tidak hanya proses pembusukannya, namun juga akan mempengaruhi proses keberhasilan pemeriksaan identitas jena9ah karena efek api terhadap tubuh jena9ah yang bersangkutan. $ebagai bahan pemeriksaan identifikasi primer, baik sidik jari pada kasus tenggelam dan terbakar memiliki kesamaan tingkat kesulitan pemeriksaan. Eal ini disebabkan pada jena9ah yang tenggelam telah terjadi pengelupasan kulit ari dan pada jena9ah yang terbakar maka akan terjadi kerusakan struktur kulit. !ada kedua kasus tersebut tidak dapat menggunakan sidik jari sebagai bahan identifikasi. !enentuan identifikasi forensik berdasarkan pemeriksaan primer masih dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi geligi yaitu pada jena9ah terbakar karena gigi merupakan medium yang tidak mudah rusak seperti fingerprint tissue dan memiliki daya tahan terhadap dekomposisi dan panas. $elain itu akibat pemanasan terjadi koagulasi protein yang menyebabkan otot mengeil diikuti mengkerutnya kulit, termasuk pengerutan peridontal ligament atau periodontal membran sebagai jaringan penyangga tulang dan gigi.
Eal ini akan sulit dilakukan pada jena9ah yang meninggal dengan ara tenggelam. !ada jena9ah yang meninggal dalam air pada saat proses pembusukan berlangsung disertai dengan proses pembusukan pada maksila dan mandibula yang akan diikuti dengan terlepasnya gigi dari tulang akibat lisis jaringan penyangga. >igi yang terlepas akan sulit dilakukan pemeriksaan karena sebagian besar akan jatuh dalam air. Eal ini pula yang mempengaruhi keberhasilan identifikasi primer melalui pemeriksaan gigi geligi pada korban tenggelam.
2.).(. Kasus I: ;
Daftar Pustaka:
. !rawestiningtyas, eriko, dkk, "##. Identifikasi Forensik 3erdasarkan !emeriksaan !rimer dan $ekunder sebagai !enentu Identitas korban pada Dua 'asus 3enana %asal. 7urnal 'edokteran 3rawijaya. 8ol."@. +-"
".
http/22www.sribd.om2mobile2do2""+A2Definisi-Dan-!engertian-'edokteran->igi-
Forensik. Diakses ov "#A . http/22www.sribd.om2mobile2do2"#+"@+@2Definisi-Dan-$ejarah-Forensik'edokteran->igi. Diakses ov "#A @. http/22naikson.om2!engantar-%enuju-Ilmu-Forensik.pdf. Diakses ov "#A A. 0tmaji %, uni %indya, dkk, "#. %etode !enggambilan $idik 3ibir Bntuk 'epentinganIdentifikasi Individu. 7urnal !D>I. 8ol.?"/ ?@-+# ?. Identifikasi forensik. http/22thesis.umy.a.id2datapublik2t"?#A.pdf (0kses november "#A) +. *irasuta, I.%.0gus. !engantar %enuju Forensik. . http/22naikson.om2!engantar-%enuju-Ilmu-Forensik.pdf (di akses november "#A) . 'apal $enopati &enggelam di !ulau %andalika 7epara. "##. &ersedia di /https/22id.wikipedia.org2wiki2%usibahJ'%J$enopatiJusantara #. 'isah &enggelamnya '% $enopati usantara. "#.
&ersedia
di
/
http/22news.liputan?.om2read2++@2kisah-tenggelamnya-km-senopati-nusantara-@+hilang-di-laut-jawa . !rawestiningtyas 5riko, 0lgo9i 0 %. Identifikasi Forensik 3erdasarkan !emeriksaan !rimer dan $ekunder $ebagai !enentu Identitas 'orban pada Dua 'asus 3enana %assal. 7urnal 'edokteran 3rwaijayaK "A(")/ -"
". Eagwund *, $org %. Forensi 0phonomy, the post mortem fate of human remains. 1:1 !ress. B$K ? . 1hill &. Disaster management and identifiation/a brief overview, dalam D8I *orkshop. 3andung, "A-"+ ovember "##? @. Direktorat 7enderal !elayanan %edik. $tandar nasional rekam medi kedokteran gigi/ odontogram. Departemen 'esehatan :I 7akartaK "##@ A. !esawat garuda >0-"## &erbakar. "#A.
&ersedia
di
/
http/22news.metrotvnews.om2read2"#A2#2#+2?++"2"##+-pesawat-garuda-ga-"##terbakar-"-orang-tewas ?. Indriati 5. 0ntropologi forensik, identifikasi rangka manusia, aplikasi antropologis biologis dalam konteks hokum. ogyakartaK >adjah %ada Bniversity !ressK "##@