BAB III UJI KUANTITATIF KADAR ALKOHOL PADA KORBAN KECELAKAAN DAN ASPEK MEDIKOLEGAL
3.1. Defenisi
Uji kuantitatif kadar alcohol dilakukan dengan menguji kadar alcohol dalam tubuh seseorang untuk mengetahui kejadian toksisitas atau keracunan alcohol terutama dalam kasus pidana, termasuk kasus kecelakaan lalu lintas. Uji kadar alcohol dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pada lima sampel tubuh yang berbeda, yaitu urin, air liur, folikel rambut, darah, dan napas. Saat ini, pemeriksaan analisa napas dan skrining darah merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pengukuran kadar alcohol yang dilaksanakan oleh lembaga penegak hukum untuk mengumpulkan bukti-bukti dalam persidangan, termasuk dalam kasus kecelakaan lalu lintas akibat keracunan alkohol.
1,2
Blood alcohol concentration (BAC), disebut juga konsentrasi alkohol dalam darah, kadar kadar etanol dalam darah, atau tingkat tingkat alkohol dalam dalam darah, yang paling sering digunakan sebagai standar pemeriksaan akibat keracunan alkohol untuk 3
keperluan hukum atau medis. BAC biasanya dinyatakan sebagai persentase alkohol (umumnya merujuk pada etanol) di dalam darah. Misalnya, suatu BAC dari 0,10 berarti 0,10% (sepersepuluh dari satu persen) dari darah seseorang, dengan volume (biasanya dengan volume, namun di beberapa negara dengan massa), adalah 4
alkohol.
Pengujian kadar alcohol di dalam darah (BAC) merupakan salah satu metode yang paling akurat untuk mengukur nilai BAC seseorang. Pemeriksaan kadar alcohol di dalam darah dilakukan dengan metode kromatografi gas. Pada pemeriksaan ini memungkinkan ahli toksikologi forensik untuk menentukan jumlah 1
alkohol yang ada di dalam darah pada saat sampel darah diambil. Bagaimanapun, tes kadar alcohol di dalam darah dengan menggunakan metode kromatografi gas merupakan salah satu metode pemeriksaan yang paling rumit, pemeriksaan ini terutama digunakan ketika tersangka telah menolak untuk dilakukan tes kadar alcohol di dalam napas atau tersangka yang mengalami kecelakaan kecelakaan serius.
3
Sebagaimana efek alkohol pada tubuh secara umum, tingkat BAC dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang mencakup pola minum.
4,5
Berapa banyak alkohol yang
telah dikonsumsi seseorang dan berapa periode waktu yang dapat menentukan tingkat BAC sebagai fungsi dari tingkat penyerapan dan metabolisme. Berat badan, jenis kelamin, tingkat kesehatan, dan asupan makanan mempengaruhi kadar alkohol darah dalam tubuh seseorang. Secara umum, peningkatan BAC kurang cepat pada seseorang dengan berat badan lebih besar dan asupan makanan yang cukup adekuat , serta pada pria dibandingkan pada wanita.
7
3.2. Satuan Pengukuran
Ada beberapa satuan berbeda yang digunakan di seluruh dunia untuk menentukan konsentrasi alkohol dalam darah. Setiap satuan didefinisikan sebagai massa alkohol per volume darah atau massa alkohol per massa darah (pernah volume per volume). 1 mililiter darah kurang lebih setara dengan 1,06 gram darah. Karena itu, satuan dengan volume serupa tetapi tidak identik dengan satuan massa. Di AS sedang digunakan satuan konsentrasi 1% b / v (persen berat / volume, setara dengan 10g / l atau 1 g per 100 ml). Jumlah alkohol yang diukur pada nafas umumnya sebanding dengan jumlah alcohol yang terdapat dalam darah pada tingkat 1:2100. Oleh karena itu, pengukuran breathalyzer dari 0,10 mg / L alkohol napas dikonversi menjadi 0,021 g/210L alkohol napas, atau 0,021 g / dL alkohol darah (satuan BAC di Amerika Serikat). Sementara berbagai satuan (atau kadang-kadang ketiadaan) digunakan di seluruh dunia, banyak negara menggunakan satuan g / L, yang tidak menimbulkan kebingungan seperti penggunaan persentase. Satuan yang lazim digunakan diperlihatkan pada table berikut ini.
8
3.3. Perbedaan Batas BAC pada Berbagai Negara
Sebagian besar negara di seluruh dunia telah mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan potensi bahaya yang ditimbulkan akibat gangguan mengemudi
dengan menetapkan batas nilai BAC maksimum yang diperbolehkan secara hukum 9
bagi pengemudi. Nilai batas ini umumnya ditentukan oleh pemerintah, berdasarkan bukti terbaik yang tersedia tentang risiko dan efek alkohol pada kemampuan dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Faktor-faktor lain juga berperan, termasuk kenyamanan masyarakat, penerimaan budaya minum, dan kemampuan tindakan undang-undang.
9
Secara umum ambang batas maksimum dari nilai BAC yang dilegalkan secara hukum berkisar antar 0,0 mg/ml yang dikenal sebagai tingkat "toleransi nol" sampai 0,8 mg / ml. Hanya segelintir negara yang tidak menetapkan batas maksimum BAC secara hukum. Dari semua negara yang dilakukan penelitian oleh WHO yang diterbitkan pada tahun 2004, sebanyak 28% negar menetapkan batas BAC mereka pada tingkat "rendah" (0,0-0,3 mg / ml), sebanyak 39% pada tingkat "menengah" (0,4-0,6 mg / ml), dan sebanyak 26% telah mengadopsi batas yang "lebih tinggi" (0,6 mg / ml atau lebih). Hanya 7% dari negara-negara yang tidak mengatur suatu batas maksimum nilai BAC yang diizinkan secara hukum (WHO, 2004). Tabel 1 memperlihatkan contoh tingkat BAC yang berlaku di sejumlah negara di seluruh dunia.
10,11
Tabel 1. Standar batas BAC
Penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas dan cedera lebih tinggi pada orang muda dibandingkan pada orang tua
dengan
tingkat
BAC
yang
sama.
8
Akibatnya, beberapa negara
memberlakukan batas BAC khusus untuk pembalap muda atau yang kurang 11
berpengalaman.
Dalam sebuah laporan Organisasi Kesehatan Dunia tahun
2009, sebanyak 19 dari 139 negara yang berpartisipasi menetapkan batas BAC yang lebih rendah untuk pembalap muda dibandingkan populasi umum.
11
Tidak ada penetapan batas BAC secara khusus untuk pengemudi mobil. Di beberapa negara, pengendara berbagai bentuk kendaraan rekreasi (misalnya, sepeda, snowmobiles, dan pesawat pribadi) juga diharuskan untuk menyesuaikan diri dengan peraturan BAC.
11
Dalam banyak kasus, undang-
undang khusus membahas batas BAC untuk pengemudi kendaraan komersial, pilot pesawat, driver bus, truk, dan taksi, kapten kapal, dan lain-lain yang bertanggung jawab atas keselamatan para penumpang yang mereka pegang. Batas BAC untuk individu-individu dapat ditetapkan pada tingkat nasional, tetapi juga ditentukan standar di tingkat internasional oleh otoritas khusus, seperti otoritas yang mengawasi penerbangan atau truk. Selain itu, maskapai penerbangan milik swasta atau perusahaan transportasi mungkin memiliki batas mereka sendiri untuk tingkat BAC bagi pilot dan pengemudi, biasanya mereka menetapkan batas BAC pada tingkat "toleransi nol".
11
3.4. Metode Pemeriksaan
Kromatografi gas digunakan untuk mengidentifikasi kuantitas kadar alkohol yang terdapat di dalam darah atau urine dari seorang pengemudi yang disangka mengalami keracunan alkohol. Karena memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi, hasilnya dapat digunakan sebagai bukti di pengadilan hukum. Pemeriksaan ini tidak hanya terbatas pada pengukuran BAC, namun juga cocok untuk mendeteksi kadar obat dan zat lain di dalam darah dan urin. Teknik ini bekerja dengan memisahkan gas dan cairan ke dalam komponen unsur mereka. Prosesnya relatif cepat, tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan BAC, metode ini masih merupakan pekerjaan yang rutin dan membosankan.
12
Prinsip dasar kromatografi adalah pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam.
1
Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. Kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu kromatografi cair (Liquid Chromatography), Reverse phase chromatography, High performance liquid chromatography, Size exclusion chromatography.
1,13
Komponen dasar instrumen kromatografi gas di deskripsikan sebagai 14
berikut.
1. Carrier gas supply (penyedia gas pembawa) Gas pembawa haruslah gas yang inert secara kimia seperti He, N 2, H 2, Ar. Gas yang dipilih biasanya menunjukkan tipe detektor yang digunakan. Laju aliran gas ini ditentukan atau diatur oleh regulator tekanan dua sisi pada tabung gas, dengan tekanan sekitar 10-50 psi dan aliran diatur 1-1000 liter gas per menit. Katup pengatur aliran diatur oleh pengatup berbentuk jarum terletak pada bagian bawah penunjuk aliran.
2. Sample Injection System Penginjeksian sampel adalah hal yang penting dalam kromatografi gas, terutama untuk mencegah resolusi yang buruk serta penyebaran sampel yang tidak sesuai. Alat yang biasa digunakan untuk menginjeksikan sampel adalah mycrosyringe (penyemprot mikro). Sampel gas atau cair diinjeksikan melalui diafragma silikon-karet/sekat ( septum) menuju penguap cahaya pada kolom o
utama (port sampel biasanya sekitar 50 C di atas titik didih komponen sampel yang paling menguap). Biasanya ukuran sampel bervariasi dari 0.1 µL hingga 20 µL. Kolum kapiler membutuhkan sampel yang lebih kecil ( ~ -3
10 µL).
3. Kolom Kolom merupakan “jantung” kromatografi gas, dimana terjadi pemisahan kompone-komponen cuplikan. Pada kromatografi gas terdapat dua jenis kolom yang biasa dipakai, antara lain kolom tertutup dan kolom kapiler. Panjang kolom kromatografi antara 2-50 meter atau bahkan lebih. Biasanya terbuat dari stainless steel, gelas, silica gabungan, atau teflon. Agar cocok pada saat termostating, biasanya dibentuk spiral dengan diameter 1030 cm. Temperatur kolom yang optimal tergantung pada titik didih dari sampel serta derajat pemisahan yang dibutuhkan. Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas, packed column dan open tubular column . Secara umum yang paling sering
dipakai adalah packed column.
Gambar. Sistem Peralatan Kromatografi Gas
4. Variabel yang mempengaruhi Variabel yang mempengaruhi efisiensi Variabel
Simbol
Satuan
Kecepatan linear fasa mobile
u
Cms
Koefisien difusi fasa mobile
DM
Cm s
Koefisien difusi fasa
DS
Cm s
Capacity factor
K’
-
diameter
dp
cm
Ketebalan liquid
df
cm
-
stationary
5. Detektor Fungsi detektor adalah untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom dan merespon perubahan komposisi yang terelusi. Karakteristik dari sebuah detektor yang ideal adalah -8
-5
a. Sensitifitas yang cukup (10 -10 g/s) b. Stabilitas serta reproduksibilitas yang baik c. Respon linier terhadap larutan yang memiliki beberapa tingkat magnitudo d. Beda temperatur dengan temperatur ruang sedikitnya 400 ºC e. Respon cepat terhadap waktu dan laju alir
f. Realibilitas yang tinggi serta mudah digunakan g. Selektif dalam merespon kelas-kelas larutan yang berbeda h. Tidak merusak sample
Detektor yang digunakan dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya: a. Detektor Konduktivitas Termal b. Detektor Flame-Ionization
6. Recorder Fungsi recorder adalah sebagai alat untuk mencetak hasil percobaan pada sebuah kertas yang hasilnya disebut kromatogram (kumpulan puncak grafik). Akurasi suatu kromatogram pada suatu daerah pembacaan ditentukan oleh pemilihan pencatat sinyalnya. Respon melewati skala penuh haruslah 1 detik. Kepekaan perekam adalah 10mV dan berjangkauan dari 1-10 mV. Output dari detektor akan dikirim ke perekam. Sebuah kromatogram khas ditunjukkan pada detektor tegangan (y-axis) diplot sebagai fungsi dari waktu (x-axis). Identitas masing-masing puncak dapat ditentukan dengan menyuntikkan sampel murni dari masing-masing komponen campuran dan mencatat waktu retensi mereka.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan metode kromatografi gas ini sampel darah diambil dari subjek sesegera mungkin oleh petugas yang berwenang. Alkohol ataupun desinkfektan organik volatil lainnya tidak boleh digunakan untuk membersihkan kulit dimana spesimen darah akan diambil. Larutan benzalkonium klorida ataupun larutan desinfektan lainnya dapat digunakan. Pengambilan sampel darah menggunakan jarum kering dan steril atau menggunakan wadah yang kedap udara dengan jarum steril. Alkohol ataupun pelarut organik volatil lainnya tidak boleh digunakan untuk membersihkan wadah. Sampel darah harus ditambahkan antikoagulan dan 15
pengawet.
Pada metode ini, sampel disuntikkan ke dalam ruang reaksi yang dipanaskan sehingga akan muncul penguapan (jika belum berwujud gas). Kemudian sampel tersebut akan dipindahkan oleh gas pembawa inert melalui kolom fase stasioner yang merupakan tabung panjang yang terbuat dari
stainless steel atau kaca yang telah terikat erat ke dalam kumparan. Kolom ini mungkin memiliki panjang sampai mencapai enam meter (19.7ft) dan diameter hanya mencapai 3mm (0,12 in). Unsur-unsur dalam sampel akan terpisah selama menjalani perjalanan di dalam tabung dan pada akhir kolom, akan
melewati
perangkat
deteksi.
Masing-masing
komponen
akan
menghasilkan impuls listrik tersendiri yang dicatat sebagai respon kromatogram (sumbu vertikal) terhadap waktu (sumbu horizontal). Jadi sebuah kromatogram biasanya memiliki wujud sebagai sejumlah puncak yang tidak rata yang dapat diidentifikasi dengan membandingkan bentuk dan waktu mereka muncul dengan kromatogram referensi atau sampel kontrol.
3,13
Komputer yang terintegrasi akan memberikan data dan hasil. Seseorang dikatakan bebas-alkohol bila dengan menggunakan analisis ini didapat hasil lebih kecil dari 0,01 gram alkohol per 100 ml darah. Dan untuk 1
sampel darah yang diambil post-mortem dikatakan negatif (bebas alkohol) bila hasilnya lebih kecil dari 0,02 gram alkohol per 100 ml darah.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. California Code of Regulations Title 17. Public Health Division 1. State Department
of Health Services Chapter 2. Laboratories Subchapter 1. Service Laboratories Group 8. Forensic Alcohol Analysis and Breath Alcohol Analysis, http://www.californiaduilawyers.org/showthearticle.asp?idArticle=26 2. Assum, T. (2002). Reduced BAC limit: Less drinking and driving? Nordic Road & Transport Research , 1, 530.
3. Blomberg, R. D., Peck, R. C., Moskowitz, H., Burns, M., & Fiorentino, D. (2009). The Long Beach/Fort Lauderdale relative risk study. Journal of Safety Research , 40(4), 285-292.
1
post mortem : sesudah kematian
4. British Medical Association. (1996). Driving impairment through alcohol and other drugs. London: Author.
5. Currier, G. W., Trenton, A. J., & Walsh, P. G. (2006). Innovations: Emergency psychiatry. Relative accuracy of breath and serum alcohol readings in the psychiatric emergency service. Psychiatric Service , 57 (1), 34-36. 6. Gentry, R. T. (2000a). Determinants and analysis of blood alcohol concentrations after social drinking. Alcoholism, Clinical and Experimental Research , 24, 399. 7. Gentry, R. T. (2000b). Effect of food on the pharmacokinetics of alcohol absorption. Alcoholism, Clinical and Experimental Research , 24, 403 – 404.
8. Grant, S. A., Millar, K., & Kenny, G. N. (2000). Blood alcohol concentration and psychomotor effects. British Journal of Anaesthesia, 85, 401 – 406. 9. Hingson, R., Heeren, T., & Winter, M. (1998). Effects of Maine's 0.05% legal blood alcohol level for drivers with DWI convictions. Public Health Reports , 113, 440 – 446. 10. Kalant, H. (2000). Effects of food and body composition on blood alcohol curves. Alcoholism, Clinical and Experimental Research , 24, 413 – 414.
11. Li, T. K., Beard, J. D., Orr, W. E., Kwo, P. Y., Ramchandani, V. A., & Thomasson, H. R. (2000). Variation in ethanol pharmacokinetics and perceived gender and ethnic differences in alcohol elimination. Alcoholism, Clinical and Experimental Research , 24, 415 – 416.
12. Simpson, H. M., Beirness, D. J., Robertson, R. D., Mayhew, D. R., & Hedlund, J. H. (2004). Hard core drinking drivers. Traffic Injury and Prevention, 5 , 261 – 269. 13. Stimson, G. V., Grant, M., Choquet, M., & Garrison, P. (Eds.). (2007). Drinking in context: Patterns, interventions, and partnerships . New York: Routledge.
14. Day, R.A. dan Underwood,A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif (terjemahan) . Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. 15. Hendayana, Sumar.1995. Kimia Analitik Instrumen . Semarang: IKIP Semarang Press. 16. Skoog, D.A., et.al., Fundamentals of Analytical Chemistry Sixth Edition . Saunders College Publishing:London.