ANALISIS METODA PENGUKURAN PENYIMPANGAN GEOMETRIK SPIRIT IT LEVE LEVEL L PADA MENGGUNAKAN UNIVERSAL BRIDGE , CARRIAGE DAN DAN SPIR BEDW BEDWAYS MESIN BUBUT Mohamad Fauzia, Meerza Maulana Akhmad b
Program Studi Teknik dan Sistem Produksi Politeknik Manufaktur Negeri Negeri Bandung a Email :
[email protected] :
[email protected] ;
[email protected] b Email :
[email protected] ABSTRAK Merupakan hal yang penting pada suatu mesin memiliki elemen mesin dengan karakteristik geometrik yang ideal. guideways/ guideways/ slideways/ slideways/bedways bedways adalah salah satu contoh elemen mesin yang penting pada mesin bubut. Fungsi utama dari bedways adalah bedways adalah untuk memastikan bahwa alat potong atau alat mesin dari elemen operasi bergerak sepanjang jalur yang telah ditentukan. Namun dari hasil pengujian kualitas fungsional yang selama ini ada pada umumnya mengabaikan sampai seberapa jauh penyimpangan geometrik sebuah mesin dapat diperbolehkan. Sedangkan status mesin-mesin yang berada di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung banyak yang telah melampaui umur teknis mesin. Oleh karena itu timbul pemikiran untuk memperbaiki kinerja mesin agar lebih maksimal yaitu dengan cara memperbaiki geometrik bedways bedways mesin tersebut dengan metoda perbaikan yang tepat. Pengujian ini dilakukan pada bedways bedways mesin bubut Weiler Praktikant 800R (BU 09, BU 10, BU 11 dan BU 12) di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dengan menggunakan metoda universal bridge. bridge. Berdasarkan hasil pengambilan data, ditentukan langkah rekomendasi perbaikan mesin tersebut adalah dengan menentukan teknik perbaikannya, seperti besar pemakanan, acuan proses permesinan dll. Dengan adanya rekomendasi perbaikan ini diharapkan proses perbaikan mesin mesin menjadi lebih terencana. Kata-kata kunci : Bedways, Bedways, Penyimpangan geometrik, Universal bridge, bridge, Metoda perbaikan. 1.
PENDAHULUAN
Mesin bubut adalah mesin akurat dan presisi serta harus diperlakukan dengan hati-hati. Membersihkan dan memelihara dengan rutin akan membantu untuk memastikan bahwa mesin bubut akan bertahan umur penggunaan dan akurasinya selama bertahun-tahun. Namun sering kali terjadi kesalahan operasional, baik kesalahan pada setting , kesalahan proses pembubutan, serta kesalahan pemeliharaan atau perawatan. Hal tersebut dapat memberikan dampak buruk pada penurunan performa mesin. Resiko kerja juga akan semakin bertambah disebabkan mesin-mesin tersebut telah melewati umur teknis mesin. Hal ini dapat dimaklumi mengingat status mesin-mesin yang dimiliki Polman Bandung tidak seluruhnya adalah mesin baru. Guideways/ Guideways/ slideways/ slideways/bedways bedways adalah salah satu contoh elemen mesin yang penting mesin bubut. Fungsi utama dari bedways bedways adalah untuk memastikan bahwa alat potong atau alat mesin dari elemen operasi bergerak sepanjang jalur yang telah ditentukan serta membawa benda kerja bersama dengannya. Dan semua bagian yang bergerak seperti bedways akan bedways akan mengalami keausan yang dapat menurunkan ketepatan, kecepatan dan efisiensi kerja, bahkan pergerakannya tidak lancar. Oleh karena itu, pada kegiatan tugas akhir ini akan dilakukan analisa penyimpangan geometrik bedways akibat keausan pada mesin bubut Weiler Praktikant 800R (BU 09, BU 10, BU 11 dan BU 12) di Polman Bandung menggunakan metoda universal bridge. bridge. Sehingga dapat diketahui metoda perbaikan yang tepat dari penyimpangan geometrik bedways bedways tersebut agar dapat dijamin keakuratan dan kepresisiannya.
2.
METODOLOGI
2.1 Identifikasi Mesin Kegiatan identifikasi fungsi mesin dilakukan dengan tujuan mengetahui dan memahami fungsi serta hubungan konstruksi dari setiap bagian-bagian mesin. Berikut ini adalah gambar dari mesin bubut Weiler Praktikant 800R:
Gambar 1 Mesin bubut Weiler Praktikan 800R
Keterangan gambar : 1. Headstock . 2. Switch ON /OFF . 3. Feed gear box. box . 4. Pengatur kecepatan putar. 5. Spindle. Spindle.
6. 6. Bedways mesin. Bedways mesin. 7. Eretan atas 8. Eretan melintang. 9. Eretan memanjang. 10. Tailstok .
2.2 Prosedur Pengujian Adapun prosedur yang dilakukan dalam melakukan pengujian penyimpangan geometrik bedways bedways mesin adalah persiapan alat-alat yang akan
digunakan untuk melakukan pengukuran seperti dial indicator , spirit level dan universal bridge untuk pengujian kerataan dan kesejajaran bedways serta levelling mesin. Beberapa alat bantu lain seperti kunci pas untuk mengatur kerataan mesin dan universal bridge, penggaris untuk membantu membagi-bagi titik pengukuran, spidol untuk menandai titik-titik yang telah di bagi untuk tempat uji. Dan juga kain untuk membersihkan bedways yang akan dilakukan pengujian. 2.3 Penyelarasan (Levelling ) Sebelum berbagai tes pada setiap elemen mesin dilakukan, sangat penting bahwa mesin harus dipasang benar-benar pada bidang horisontal dan vertikal. Dalam bidang horisontal, kedua arah memanjang dan melintang sama-sama penting. Jika setiap bed bubut tidak terpasang benar-benar horisontal, bed akan mengalami defleksi, sehingga menghasilkan sebuah bengkokan sederhana dan tekanan yang tidak diinginkan akan terjadi. Jika bed tidak terpasang benar benar horisontal dalam arah melintang, puntiran akan terjadi. Dengan demikian pergerakan saddle tidak bisa dalam garis lurus dan silinder geometris yang benar tidak dapat dihasilkan.
Kerataan dari bed mesin pada arah memanjang dan melintang umumnya diuji oleh spirit level yang sensitif. Saddle ditempatkan kira-kira di tengah dari kaki-kaki penopang bed . Spirit level ini kemudian ditempatkan pada posisi a atau b (tabel 1), yang menjamin kerataan dalam arah memanjang. Hal ini telah mewakili sepanjang bed . Untuk tes pada arah melintang perata ditempatkan pada bagian jembatan (posisi b) untuk menjangkau guideways depan dan belakang. Levelling lebih baik diambil pada arah memanjang dan melintang secara bersamaan sehingga efek dari penyesuaian dalam satu arah juga dapat diamati satu sama lain. Pembacaan pada arah melintang berfungsi untuk melihatkan suatu puntiran pada bed . Dapat dicatat bahwa dua guideways dapat sempurna sama rata pada arah memanjang, tapi mungkin tidak sejajar satu sama lain. Hal ini terlihat oleh tes pada arah melintang. Kelurusan dari bed pada arah memanjang juga dapat ditentukan dengan metode lain, misalnya, menggunakan straight edge, autocollimators atau dengan metode kawat kencang. Tapi tes pada arah melintang dapat dilakukan hanya dengan spirit level . Penyelarasan melintang mungkin dapat diletakkan pada arah mana saja, tapi tidak ada puntiran yang dapat ditoleransi.
Tabel 1 Form levelling mesin bubut
2.4 Pengambilan Data Tujuan dari pengujian bedways mesin ini adalah untuk mengukur kerataan dan kesejajaran bedways tersebut. Dalam proses pengujian yang dilakukan untuk mengukur nilai keausan bedways pada Tugas Akhir ini menggunakan beberapa metoda. Adapun metodametoda yang dilakukan adalah metoda pengukuran keausan bedways dengan universal bridge, metoda pengukuran keausan bedways dengan carriage, metoda pengukuran kemiringan slideway flat carriage.dengan spirit level . 3.1.1 Metoda pengukuran keausan bedways menggunakan uni versal bridge Pada metoda ini proses pengukuran dilakukan dengan menggunakan spirit level dan dial gauge. Kedua alat tersebut dipasang pada alat bantu yaitu universal bridge yang akan diletakkan pada bidang luncur tailstock /carriage mesin, dimana kaki-kaki dari alat tersebut bisa menyesuaikan dengan profil permukaan yang akan diperiksa.
Sebelum dilakukan proses pengambilan data, universal bridge harus di levelling pada posisi/titik awal dimulainya pergerakan pengukuran, sehingga bedways pada posisi tersebut di asumsikan sama rata. Dimana seperti yang dapat terlihat di gambar 2, posisi a untuk mengetahui kerataan pada arah memanjang dan posisi b untuk mengetahui kerataan pada arah melintang. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui arah dan besar puntiran yang terjadi pada bedways tersebut ketika universal bridge digeser.
Gambar 2 Levelling pada universal bridge
Hal utama yang perlu diperhatikan pada penggunaan alat ini adalah penempatan alat yang sesuai dengan bedways mesin. Pada saat peletakan universal bridge sesuaikan posisi kaki-kaki dengan dimensi dan bentuk landasan. Pada proses pengambilan data dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali agar didapatkan nilai rata – ratanya, sehingga data yang diambil terjamin keakuratannya. Berikut ini adalah standar langkah-langkah pengujian: 1. Bed dilakukan levelling terhadap pondasinya. Spirit level ditempatkan di atas slideways tailstock untuk memeriksa permukaan arah memanjang. Carriage diposisikan di tengah mesin antara headstock dan tailstock , kemudian spirit level ditempatkan di atas eretan melintang untuk memeriksa permukaan arah melintang. 2. Tailstock dilepas dari bedways mesin. Kemudian carriage diposisikan paling ujung sebelah kanan. 3. Kaki-kaki dari universal bridge disama ratakan terlebih dahulu di atas meja kerataan. 4. Universal bridge diletakan di atas slideways carriage dan diposisikan pada titik awal dimulainya pengukuran, yaitu di ujung sebelah kanan bersebelahan dengan carriage. Universal bridge dilakukan levelling di atas slideways menggunakan spirit level yang ditempatkan di atas universal bridge pada arah memanjang dan melintang. 5. Slideways carriage diperiksa kesejajarannya dengan memasang dial indicator pada universal bridge. Dial indicator disentuhkan pada permukaan slideway flat dari tailstock terlebih dahulu, kemudian permukaan slideway “V” dari tailstock . Universal bridge digeser sepanjang 660 mm dengan jarak yang sama tiap segmennya sebesar 30 mm kemudian data diambil. Kesejajaran dari slideway carriage harus relatif terhadap slideway tailstock . Kesejajarannya harus berada dalam nilai 0,02/1000 mm. 6. Slideways carriage diperiksa puntirannya dengan menggunakan spirit level yang dipasang di atas universal bridge. Universal bridge digeser sepanjang 660 mm dengan jarak yang sama tiap segmennya sebesar 30 mm kemudian data diambil. Puntirannya harus berada dalam nilai 0,02/1000 mm.
Gambar 2 Posisi pengukuran pada bedways 3.1.2 Metoda pengukuran keausan bedways menggunakan carriage Metoda pengukuran keausan bedways menggunakan carriage adalah metoda pemeriksaan
standar pada kondisi bedways yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat mesin tersebut. Di dalam salah satu kegiatan kalibrasi pada kegiatan preventive maintenance yang dilakukan di Polman Bandung, pemeriksaan kondisi bedways dari mesin bubut menggunakan metoda carriage. Nilai dari hasil pengukuran menggunakan metoda carriage ini yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai dari hasil pengukuran menggunakan universal bridge.
Gambar 4 Pengukuran keausan bedways menggunakan carriage
Sebelum dilakukan proses pengambilan data dengan metoda ini, tailstock dilepas dari mesin dan carriage digeser ke ujung paling kanan dari mesin. Pada metoda ini proses pengukuran dilakukan dengan menggunakan dial gauge.yang diletakkan diatas carriage. Selanjutnya beri tanda pada bidang slideways yang akan diuji. Pengukuran dilakukan sepanjang 660 mm disetiap 30 mm dan dimulai dari sebelah kanan mesin (gambar 2). Pada proses pengambilan data dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali agar didapatkan nilai rata – ratanya, sehingga data yang diambil terjamin keakuratannya. Pengambilan data dilakukan pada bidang slideway flat dan slideway “V”. Dan penyimpangan geometrik bedways yang diizinkan adalah sebesar 0,02 mm dalam jarak pengukuran sepanjang 1000 mm. Tabel 2 Form pemeriksaan bidang luncur mesin bubut
3.1.3 Metoda pengukuran kemiringan sli deway fl at menggunakan spir i t level carriage Pada metoda ini data yang diambil adalah data nilai kemiringan slideway flat dari carriage. Sebelum melakukan pengambilan data, mesin bubut sebaiknya dilakukan levelling kembali setelah pengujian pengujian yang dilakukan sebelumnya. Kemudian carriage digeser ke ujung paling kiri dari mesin tersebut. Pada metoda ini proses pengukuran dilakukan dengan menggunakan spirit level .yang diletakkan diatas parallel pad presisi. Pengukuran dilakukan sepanjang 1125 mm dengan tiap segmennya 125 mm dan dimulai dari sebelah kanan mesin (gambar 5).
Selanjutnya beri tanda pada bidang slideway yang akan diuji. Pada aktualnya, pergeseran spirit level akan terhalang oleh carriage, sehingga spirit level harus diangkat terlebih dahulu dan carriage digeser ke sebelah kanan kemudian pengambilan data dapat kembali dilanjutkan. Pada proses pengambilan data dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali agar didapatkan nilai rata – ratanya, sehingga data yang diambil terjamin keakuratannya.
Gambar 6 Grafik penyimpangan geometrik bedways BU 09 menggunakan universal bridge
Gambar 5 Posisi pengukuran pada slideway flat carriage menggunakan spirit level 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengujian Penyimpangan Geometrik Bedways Menggunakan Uni versal Bri dge Dari pengujian penyimpangan geometrik bedways dengan menggunakan universal bridge didapatkan nilai total kerataan antara penyimpangan slideway bidang flat dan “V” dari carriage secara horisontal. Hasil pengukuran dan rata-rata nilai penyimpangan geometrik bedways dapat dilihat pada tabel 3, 4, 5 dan 6 untuk masing-masing mesin BU 09, BU 10, BU 11 dan BU 12.
Tabel 4 Data nilai hasil pengukuran kerataan bedways BU 10 menggunakan universal bridge
Tabel 3 Data nilai hasil pengukuran kerataan bedways BU 09 menggunakan universal bridge
Gambar 7 Grafik penyimpangan geometrik bedways BU 10 menggunakan universal bridge
Tabel 5 Data nilai hasil pengukuran kerataan bedways BU 11 menggunakan universal bridge
Gambar 9 Grafik penyimpangan geometrik bedways BU 12 menggunakan universal bridge 3.2 Pengujian Penyimpangan Geometrik Bedways Menggunakan Carriage Dari pengujian penyimpangan geometrik bedways dengan menggunakan carriage didapatkan nilai total kerataan antara penyimpangan slideway bidang flat dan “V” dari carriage secara horisontal. Hasil pengukuran dan rata-rata nilai penyimpangan geometrik bedways dapat dilihat pada tabel 8, 9, 10 dan 11 untuk masingmasing mesin BU 09, BU 10, BU 11 dan BU 12. Tabel 7 Form pemeriksaan bidang luncur mesin bubut
Gambar 8 Grafik penyimpangan geometrik bedways BU 11 menggunakan universal bridge Tabel 6 Data nilai hasil pengukuran kerataan bedways BU 12 menggunakan universal bridge
Tabel 8 Data nilai hasil pengukuran kerataan bedways BU 09 menggunakan carriage
Tabel 10 Data nilai hasil pengukuran kerataan bedways BU 11 menggunakan carriage
Gambar 10 Grafik penyimpangan geometrik bedways BU 09 menggunakan carriage Tabel 9 Data nilai hasil pengukuran kerataan bedways BU 10 menggunakan carriage
Gambar 12 Grafik penyimpangan geometrik bedways BU 11 menggunakan carriage Tabel 11 Data nilai hasil pengukuran kerataan bedways BU 12 menggunakan carriage
Gambar 11 Grafik penyimpangan geometrik bedways BU 10 menggunakan carriage
Jawab : 1000 mm = 0,16 mm/m 125 mm = x x = 0,02 mm/m Hasil perhitungan dan pembentukan gambar diatas kemudian diolah untuk mendapatkan hasil akhir nilai yang diingkinkan yaitu nilai keasusan terbesar pada lembah yang terlihat di grafik gambar 14. Adapun hasil pengolahan data sebagai berikut. pengolahan data pengukuran Tabel 13 Hasil kemiringan slideway flat carriage BU 09
Gambar 13 Grafik penyimpangan geometrik bedways BU 12 menggunakan carriage 3.3 Pengujian Penyimpangan Geometrik Slideway Menggunakan Spir it L evel Fl at Carri age Pengujian ini dilakukan untuk meyakinkan nilai dari hasil pengujian penyimpangan geometrik bedways dengan menggunakan universal bridge. Adapun salah satu data hasil pengujian sebagai berikut. Tabel 12 Data pengukuran kemiringan slideway flat carriage BU 09
Nilai diatas didapatkan dari hasil perhitungan dibawah ini. • • • •
Nilai data diatas adalah nilai aktual kemiringan dari toleransi panjang 1000 mm. Namun nilai-nilai tersebut harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai keausan dari slideway flat carriage mesin bubut. Sehingga dilakukan perhitungan perbandingan segitiga. Adapun salah satu perhitungan perbandingan segitiga dari hasil pengukuran kemiringan diatas adalah sebagai berikut.
Dari data diatas dapat dibuatkan grafik nilai keausan. Berikut ini adalah grafik yang didapatkan.
Gambar 14 Grafik hasil pengolahan data pengukuran kemiringan slideway flat carriage BU 09
•
Perhitungan Tinggi Penyimpangan Dalam 125 mm Dik : Toleransi panjang = 1000 mm Tinggi penyimpangan = 0,16 mm/m Panjang jarak pengukuran = 125 mm Dit :x
Pengolahan data yang sama dilakukan pada hasil data pengukuran penyimpangan geometrik slideway flat carriage pada BU 10, BU 11 dan BU 12. Berikut adalah grafik hasil pengolahan data nilai keasusan yang didapatkan.
Gambar 15 Grafik hasil pengolahan data pengukuran kemiringan slideway flat carriage BU 10
Gambar 16 Grafik hasil pengolahan data pengukuran kemiringan slideway flat carriage BU 11
Gambar 17 Grafik hasil pengolahan data pengukuran kemiringan slideway flat carriage BU 12
Pada grafik dari hasil 4 pengukuran bedways mesin bubut Weiler Praktikant 800R (BU 09, BU 10, BU 11 dan BU 12) dengan menggunakan carriage, nilai keausan yang dihasilkan rata-rata lebih kecil dan lebih merata dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan menggunakan universal bridge. Hal ini mungkin dapat diakibatkan oleh kedua permukaan yang bergesekan antara slideways dan saddle. Bidang yang terlalu panjang dan bergelombang dapat mempengaruhi besarnya nilai keausan yang dihasilkan dari pengukuran tersebut. Sehingga tidak akan terlihat jelas kedalaman keausan yang sebenarnya dari slideways tersebut. Pada grafik hasil pengolahan data pengukuran kemiringan slideway flat carriage menggunakan spirit level yang terlihat pada gambar 14, 15, 16 dan 17, dapat memberikan kepastian nilai keausan terbesar yang diperoleh terhadap hasil dari pengujian universal bridge. Hal tersebut menyatakan bahwa pengujian yang dilakukan dengan menggunakan universal bridge masih belum akurat. Asumsi yang diperoleh adalah ketika terjadi penurunan bidang slideway flat yang menjadi tumpuan dari salah satu sisi kaki universal bridge, salah satu sisi kaki yang menumpu di slideway “V” akan ikut turun dari titik sentuh awalnya untuk mengkompensasi jarak antar kaki-kaki yang tetap. Hal ini dapat dilihat pada gambar 18. Sehingga dial gauge akan lebih tertekan dan menghasilkan nilai yang lebih besar. Namun penggukuran kemiringan dengan menggunakan spirit level ini tidak bisa dilakukan pada bidang slideway “V”.
Tabel 14 Nilai keausan terbesar penyimpangan geometrik slideway flat carriage
Mesin bubut 09 0,0362 mm Mesin bubut 10 0,0163 mm Mesin bubut 11 0,0145 mm Mesin bubut 12 0,040 mm 3.4 Analisa Hasil Pengujian Bedways Jika dilihat pada masing-masing grafik dari hasil 4 penggukuran bedways mesin bubut Weiler Praktikant 800R (BU 09, BU 10, BU 11 dan BU 12) dengan menggunakan universal bridge, jarak penyimpangan geometrik permukaan bedways BU 09 lebih pendek dibandigkan dengan BU 10, BU 11 dan BU 12. Selain itu BU 10, BU 11 dan BU 12 menghasilkan kedalaman keausan yang lebih dalam dibandingkan BU 09. Hal ini mengingat bahwa mesin bubut Weiler Praktikant 800R BU 09 digunakan pada pembuatan salah satu komponen produksi ragum. Sehingga benda yang diproses pada mesin ini adalah tetap dari segi material, dimensi maupun prosesnya. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa perawatan dan pelumasan dari BU 09 lebih terjaga didalam ruang produksi ragum. Sedangkan BU 10, BU 11 dan BU 12 digunakan untuk progam pratik mahasiswa. Dengan demikian benda yang diproses pada tiap-tiap mesin ini berbeda-beda.
Gambar 18 Ilustrasi dari kompensasi kaki-kaki universal bridge terhadap keausan bedways 3.5 Metoda Perbaikan Bedways Mesin Berdasarkan data hasil pengukuran dapat ditentukan metoda dan langkah-langkah perbaikannya yang harus dilakukan guna memperbaiki penyimpangan geometrik yang terjadi pada bedways. Nilai keausan terbesar pada permukaan bedways mesin bubut BU 09, BU 10, BU 11 dan BU 12 tidak lebih dari 0,2 mm. Sehingga perbaikan yang akan dilakukan adalah dengan cara scraping . Namun sebelum melakukan perbaikan pada bedways mesin bubut, sangatlah penting untuk menentukan slideways yang akan dijadikan acuan sebagai pengendalian dan awal perbaikan pada permukaan bedways. Slideways dari tail-stock (3, 4 & 6) biasa diambil sebagai landasan acuan. Berikut ini adalah metoda dan langkah-langkah perbaikan dengan metoda scraping : Namun sebelum melakukan perbaikan pada bedways mesin bubut, sangatlah penting untuk menentukan slideways yang akan dijadikan acuan sebagai pengendalian dan awal perbaikan pada permukaan bedways. Slideways dari tailstock (3, 4 & 6)
biasa diambil sebagai landasan acuan. Berikut ini adalah metoda dan langkah-langkah perbaikan dengan metoda scraping: 1. Levelling Bed : Bed dilakukan levelling terhadap pondasinya sepanjang slideways tailstock . Spirit level ditempatkan pada slideways tailstock dan spirit level memeriksa pada arah permukaan memanjang dan juga pada arah permukaan melintang. 2. Mempersiapkan landasan acuan: Slideways tailstock (3, 4 & 6) diambil sebagai landasan. Disarankan untuk memeriksa landasan slideway ini dan di scrap bila perlu, terhadap rack guide permukaan 11 & 12. Landasan untuk dial indicator ditempatkan pada slideways tailstock (atau pada universal bridge yang dipasang pada slideways tailstock ) dan dial disentuhkan pada permukaan 11 terlebih dahulu, kemudian permukaan 12. Universal bridge digeser sepanjang slideways dan data diambil, yang mana harus berada dalam 0.03 mm dari keseluruhan panjang bed . Puntiran dari slideways tailstock juga harus diperiksa dengan spirit level yang ditempatkan pada universal bridge dan harus berada dalam nilai 0,02/1000 mm. 3. Slideway flat (utama) (2) di scrap terhadap straight edge dari akurasi kelas II dengan nillai keakurasian 10-12 titik/inci2 kemudian kesejajarannya terhadap slideways 3, 4, & 6 diperiksa dengan dial indicator yang dipasang di universal bridge dan ditempatkan pada slideways tailstock . Kesejajarannya harus berada dalam nilai 0,02/1000 mm. 4. Slideway “V”/prisma (utama) (7 & 8) juga di scrap kemudian kesejajaran dan puntirannya dari slideway 2, 7 & 8 diperiksa dengan spirit level yang dipasang di universal bridge dan ditempatkan pada slideway 2, 7 & 8. Kesejajaran dan puntiran harus berada dalam nilai 0,02/1000 mm. 5. Kesejajaran dari slideway 7 & 8 harus relatif terhadap slideway 3, 4 & 6, yang mana diperiksa dengan menempatkan dial indicator di universal bridge dan diletakan pada slideway 2,7 & 8. Dial indicator disentuhkan pada slideway 3, 4 & 6, dan universal bridge digeser sepanjang bedways. Kesejajarannya harus berada dalam nilai 0,02/1000 mm. 6. Sebagai wadah oli dibuat sepanjang bedways dengan cara di scrap agar memperlambat kecepatan aus sehingga menambah umur kerja dari bedways tersebut.
Gambar 19 Potongan melitang bedways mesin bubut
Ket.:
4.
2, 7 & 8 - slideways flat & “V” untuk carriage, 6, 3 & 4 - slideways flat & “V” untuk tailstock , 1 & 10 – Clamping plate guides, 11& 12 – Rack fixing guides, 5 & 6 – Control guides.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengukuran kerataan bedways dengan menggunakan universal bridge di bidang slideway flat dihasilkan: a.) Nilai keausan tertinggi pada BU 09 sebesar 0,007 mm di titik 600 mm. Dan di bidang slideway “V” dihasilkan nilai keausan tertinggi sebesar 0,05 mm di titik 630 mm. b.) Nilai keausan tertinggi pada BU 10 sebesar 0,170 mm di titik 600 mm. Dan di bidang slideway “V” dihasilkan nilai keausan tertinggi sebesar 0,116 mm di titik 630 mm. c.) Nilai keausan tertinggi pada BU 11 sebesar 0,137 mm di titik 600 mm. Dan di bidang slideway “V” dihasilkan nilai keausan tertinggi sebesar 0,092 mm di titik 630 mm. d.) Nilai keausan tertinggi pada BU 12 sebesar 0,107 mm di titik 570 mm. Dan di bidang slideway “V” dihasilkan nilai keausan tertinggi sebesar 0,07 mm di titik 630 mm. 2. Pada hasil pemeriksaan kesejajaran, keausan pada bedways dari BU 10, BU 11 & BU 12 di bidang front slideways (dekat dengan operator) terjadi lebih besar dibanding dengan rear slideway (berseberangan dengan operator) yang menyebabkan terjadinya puntiran kearah depan. Dan pada bedways dari BU 09 di bidang rear slideway terjadi lebih besar dibanding dengan front slideways yang menyebabkan terjadinya puntiran kearah belakang. 3. Nilai keausan terbesar pada permukaan bedways mesin bubut BU 09, BU 10, BU 11 dan BU 12 tidak lebih dari 0,2 mm. Sehingga perbaikan yang akan dilakukan adalah dengan cara scraping . 4. Nilai rata-rata keausan yang dihasilkan dari pengukuran dengan menggunakan carriage terlihat lebih kecil dan merata dibandingkan dengan menggunakan universal bridge. 5. Nilai keausan terbesar yang diperoleh dari hasil pengolahan data pengujian kemiringan slideway flat carriage menggunkan spirit level adalah 0,04 mm pada BU 12. 6. Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan universal bridge masih belum akurat. Hal ini disebabkan oleh kompensasi dari jarak kaki-kaki universal bridge ketika terjadi penurunan bidang bedways. 7. Langkah-langkah perbaikan bedways dengan metoda scraping guna memperbaiki penyimpangan geometrik yang terjadi pada mesin bubut Weiler Praktikant 800R (BU 09, BU 10, BU 11 dan BU 12) adalah sebagai berikut:
1.) Menentukan slideway acuan sebagai pengendalian dan awal perbaikan pada bedways. Slideway yang dipilih sebagai bidang acuan adalah slideways dari tailstock . 2.) Levelling pada bed pada arah permukaan memanjang dan juga pada arah permukaan melintang dengan menggunakan spirit level . 3.) Slideways tailstock diperiksa kesejajaran dan puntirannya terhadap rack guide dengan menggunakan dial indicator dan spirit level yang ditempatkan di universal bridge. 4.) Slideway flat (utama) di scrap terhadap straight edge dari akurasi kelas II dengan nillai keakurasian 10-12 titik/inci2 kemudian kesejajarannya terhadap slideways tailstock diperiksa dengan dial indicator yang dipasang di universal bridge dan ditempatkan pada slideways tailstock . 5.) Slideway “V”/prisma (utama) juga di scrap kemudian kesejajaran dan puntirannya dari slideways carriage diperiksa dengan spirit level yang dipasang di universal bridge dan ditempatkan pada slideway tailstock . 6.) Kesejajaran slideway “V” dari carriage harus relatif terhadap slideway tailstock , yang mana diperiksa dengan menempatkan dial indicator di universal bridge dan diletakan pada slideway carriage . Dial indikator disentuhkan padasalah satu permukaan slideway tailstock , dan universal bridge digeser sepanjang bedways. 7.) Sebagai wadah oli dibuat sepanjang bedways dengan cara di scrap agar memperlambat kecepatan aus sehingga menambah umur kerja dari bedways. 5.
SARAN
Dalam pengerjaan tugas akhir ini tentu masih terdapat beberapa kekurangan. Berikut ini adalah saran guna mengembangkan tugas akhir ini: 1. Perlu dilakukan proses perbaikan bedways guna memperbaiki penyimpangan geometrik yang terjadi pada mesin sehingga kinerja mesin dapat lebih maksimal lagi.
2.
Perlu dilakukan pengujian penyimpangan geometrik pada slider yang lain, seperti slideways pada hubungan antara bedways dengan sadle, dovetail pada hubungan antara sadle dengan eretan melintang, dan dovetail pada hubungan antara eretan melintang dengan eretan atas. Hal ini untuk mengetahui penyimpangan geometrik secara menyeluruh sehingga dapat diketahui pengaruh terhadap produk yang diproses pada mesin-mesin tersebut.
6.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wirjomartono, Sri Hardjoko – Martawirya, Yatna Yuwana. 1985. Mesin Perkakas. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 2. Rochim, Taufiq. 2001. Spesifikasi, Metrologi & Kontrol Kualitas Geometrik Jilid 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 3. Rochim, Taufiq. 2006. Spesifikasi, Metrologi & Kontrol Kualitas Geometrik Jilid 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 4. Darto, 2002. Kumpulan bahan kuliah pengetesan mesin perkakas. ITB: Bandung. 5. Nasril, 2004. Pengetesan kondisi dan ketelitian mesin perkakas. ITB: Bandung. 6. H. P. Garg. 1976. Industrial Maintenance. New Delhi: S. Chand & Company Ltd. 7. Schlesinger, Georg. 1978. Testing Machine Tools 8th editions. Oxford: Pergamo Press Ltd. 8. ASM Handbook Vol 01. 1990. Properties and Selection: Irons, Steels, and High-Performance Alloys. ASM International. 9. ASM Handbook Volume 4. 1991. Heat Treating . ASM International. 10. Hazma, Sri Nur Y. 2006. Bahasa Indonesia Ilmiah dan Tata Tulis Laporan. Bandung: Politeknik Manufaktur Bandung. 11. Colioni, Pablo. 2010. Alignment Tests on Lathe (Metrology). http://what-whenhow.com/metrology/alignment-tests-on-lathemetrology/. 20 Juni 2015. 12. Government of Tamilnadu. 2011. General Machinist Theory. Chennai: Free Textbook Programme.