ANALISIS DAN EVALUASI KURIKULUM PROGRAM S1 – UIA Oleh : Iffah Budiningsih*) Khasanah*) ABSTRACT The purpose of analysis and evaluation of curriculum S1 UIA is to look at the curriculum S1 currently used are still relevant to needs of student of UIA as the curriculum in order to improve the quality of kearning proces in the UIA. Teh number of samples used evaluation as many as 127 students of teh seventh of teh academic year 2015/2016. Curriculum evaluation instrument involves seven indicators that were previously tasted the validity and reliability of the instrument. The validity of test results using r product moment is valid all with values between 0,608 – 0,691. The results of reliability test using Alpha Cronbach shos coeffcient was 0,8084. Thus the curriculum instruments used as valid and reliabel measurement tools. The finding are as follow : curriculum S1 UIA program that is currently used as teh structure of curriculum, the composition of the subject and the number of credit (SKS) betwen core curriculum and institutional curriculum is still relevant use, both in term of standard of Higher Education as well as the needs of students.
Keywords : Evaluation, Curriculum
I.
PENDAHULUAN
Perubahan kehidupan manusia di abad ke-21 sebagai akibat perubahan kondisi global, menuntut dilakukannya perubahan-perubahan termasuk di level pendidikan tinggi yang bersifat sangat mendasar. Perubahan kehidupan yang dimaksud antara lain : 1. Perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat dunia (global), yang berdampak pada persaingan global (ASEAN Community Th 2015, Perdagangan Bebas Dunia AFTA Th 2010); 2. Perubahan dari Kohesi (kepaduan) sosial menjadi partisipasi demokratis; 3. Perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan (HAM); 4. Perubahan kebutuhan dunia usaha dan industri (DUDI), yaitu keseimbangan antara soft skill dan hard skill. Perubahan-perubahan tersebut mendorong DIKTI mengeluarkan beberapa kebijakan baru untuk menjadi acuan landasan hukum bagi semua perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta terkait dengan bagaimana merespon perubahan kondisi global tersebut, terkait dalam pengelolaan Perguruan Tinggi, khususnya dalam pengembangan/ penyempurnaan kurikulumnya. Landasan hukum yang terbaru yang menjadi acuan perubahan kondisi global di lingkungan Perguruan Tingi dimaksud, _____________________________________ *) Dosen Tetap Magister Teknologi Pendidikan (MTP) - UIA
1
antara lain : Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 49 Tahun 2014, tentang : Standar Nasional Pendidikan Tinggi; Surat Edaran Dirjen Dikti No. 526/E.E.3/MI/2014 tentang Penjelasan Standar Nasional Dikti Program Pascasarjana; Keputusan Mendiknas No : 232/U/2000 dan No 045/U/2002, tentang : Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK); Peraturan Presiden RI, No : 8 Tahun 2012, tentang : Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Hal-hal tersebut yang mendorong pimpinan Universitas Islam As Syafi‟iyah (UIA) Jakarta untuk segera melakukan kebijakan evaluasi dan penyempurnaan kurikulum Pendidikan Tinggi baik program S1, S2 maupun S3. Konsep penyempurnaan kurikulum yang tercantum dalam Kepmendiknas nomor 045/U/2002 yang saat ini dijadikan acuan di Perguruan Tinggi lebih banyak di dorong oleh masalah-masalah global atau eksternal, terutama yang telah diuraikan dalam laporan UNESCO di atas. Hal-hal tersebut menimbulkan keadaan seperti : (a) persaingan di dunia global, yang berakibat juga terhadap persaingan perguruan tinggi di dalam negeri maupun di luar negeri, sehingga perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam dunia global; (b) adanya perubahan orientasi pendidikan tinggi yang tidak lagi hanya menghasilkan manusia cerdas berilmu tetapi juga yang mampu menerapkan keilmuannya dalam kehidupan di masyarakatnya (kompeten dan relevan), yang lebih berbudaya; dan (c) juga adanya perubahan kebutuhan di dunia kerja yang terwujud dalam perubahan persyaratan dalam menerima tenaga kerja, yaitu adanya persyaratan soft-skills yang dominan di samping hardskillsnya. Sehingga konsep penyempurnaan kurikulum tersebut lebih didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus dicapai/ dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat pemangku kepentingan/ stakeholders (competence based curriculum). Di samping hal-hal tersebut di atas yang menjadikan alasan perlunya pernyesuaian/penyempurnaan kurikulum, juga didorong adanya perubahan otonomi perguruan tinggi yang dijamin dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu memberikan kelonggaran terhadap perguruan tinggi untuk menentukan dan mengembangkan kurikulumnya sendiri. Peran DIKTI berubah hanya bersifat memfasilitasi, memberdayakan, dan mendorong perguruan tinggi untuk mencapai tujuannya; sehingga sangat dimungkinkan perubahan/penyesuaian/penyempurnaan kurikulum disebabkan oleh adanya perubahan rencana strategis perguruan tinggi yang termuat dalam visi dan misinya. Upaya penyempurnaan kurikulum Univesitas Islam As Syafi‟iyah (UIA) Jakarta, perlu dilakukan secara periodik dan berkesinambungan, karena itu perannnya sangat strategis, yaitu dalam rangka menyiapkan generasi muda (mahasiswa) yang responsif terhadap perubahan di era globalisasi. Dalam kurikulum mencakup substansi pembekalan kepada mahasiswa kader penerus bangsa yang harus mampu menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi, yang secara umum kurikulum berisi : a) rincian mata kuliah, b) silabus (rincian umum masing-masing mata kuliah); c) rancanagan SAP/satuan acara pembelajaran; dan d) sistem evaluasi pembelajarannya. Isi dari kurikulum tersebut harus mencerminkan karakteristik Universitas Islam As Syafi‟iyah (UIA) yang diharapkan mampu mencetak lulusan yang mempunyai kompetensi moral, intelektual dan professional ( IMTAQ dan IPTEKS) yang merupakan produk berpadunya ilmu dan agama, yaitu generasi muda yang mempuntai IMTAQ dan menguasai IPTEKS yang saat ini sangat dibutuhkan bangsa Indonesia; untuk itu 2
peranan kurikulum UIA mempunyai peran yang strategis, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sebagai suatu kebijakan manajemen Perguruan Tinggi Islam (PTI) yang menentukan arah pendidikannya; Memberikan filosufi yang akan mewarnai terbentuknya masyarakat dan iklim akademik yang Islami; Sebagai acuan pola pembalajaran yang berorientasi berpadunya ilmu dan agama; Sebagai pembentuk iklim akademik melalui interaksi manajerial Perguruaan tingi Sebagai rujukan kualitas proses penjaminan mutu pembelajaran; Sebagai ukuran keberhasilan UIA dalam menghasilkan lulusan yang menguasai IMTAQ dan IPTEKS yang dapat bermanfaat bagi umat atau masyarakat luas 1.
Ke lima peran kurikulum tersebut di atas akan memberikan efek positif terhadap optimalisasi pembekalan mahasiswa UIA bila didukung oleh persyaratan- persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Struktur kurikulumnya mencermin keseimbangan berpadunya „fikir dan dzikir‟ yang merupakan implementasi dari misi UIA yaitu berpadunya ilmu dan agama; Ketersediaan dosen yang kompeten dalam bidangnya; Penggunaan multi-variasi metode & media pembelajaran; Dukungan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai; Lingkungan balajar yang kondusif baik di internal UIA maupun di internal keluarga; Dukungan manajemen Perguruan Tinggi yang professional.
Ke-enam persyaratan tersebut di atas tentunya juga menjadi bagian yang harus disempurnakan guna mendukung optimalisasi peran strategis kurikulum UIA sebagai instrumen pembentukan karakter dan pembekalan kapasitas mahasiswa UIA untuk siap bersaing di pasaran kerja baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional. Penyempurnaan kurikulum UIA terakhir dilaksanakan pada Tahun 2011, dan kiranya waktu 5 (lima) tahun cukup untuk dilakukan penyempurnaan lagi, mengingat dalam kurun waktu 5 (lima) tahun telah banyak perubahan berkaitan dengan kehidupan manusia yang disebabkan kemajuan IPTEKS khususnya teknologi informasi. Peradaban dalam kehidupan manusia berubah drastis karena adanya teknologi informasi, sehingga saat ini sepertinya dunia menjadi tidak ada batasnya, informasi apapun akan segera menyebar ke seluruh dunia dalam waktu bersamaan.
________________ 1
Anonymous, Buku Pedoman Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum (Jakarta : Direktorat Akademik - Dirjen Pendidikan Tinggi, 2008), p.5-6.
Atas dasar alasan tersebut di atas, maka UIA perlu dan segera melakukan evaluasi guna penyempurnaan kurikulum, khususnya berkaitan dengan sinkronisasi antara pencapaian kompetensi orientasi ke pasar kerja (kebutuhan dunia industri dan usaha) yang mengacu pada Peraturan Presidan No : 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). 3
II.
ANALISIS KURIKULUM PROGRAM S1 – UIA
Secara garis besar obyek sasaran analisis dan evaluasi kurikulum pada suatu satuan pendidikan mencakup : a) rincian mata kuliah; b) silabus; c) rancangan pembelajaran (SAP) dan d) sistem evaluasi. Terkait adanya peraturan Menteri Kemendikbud No 49 Tahun 2014, maka di samping ke empat komponen tersebut menjadi sasaran analisis & evaluasi tetapi juga sinkronisasi dengan ketentuan dalam Peraturan menteri No 49 Th 2014, yaitu : Standar Nasional Perguruan Tinggi. Dari ke 4 (empat) komponen obyek analisis dan evaluasi kurikulum dalam rangka penyempurnaannya, komponen ‘rincian mata kuliah’ menjadi sentral analisis dan evaluasi, sedangkan komponen lainnya yaitu silabus, SAP maupun sistem evaluasinya perubahannya mengikuti rincian mata kuliahnya/struktur kurikulum. Untuk itu pembahasan analisis dan evaluasi dalam hal ini hanya dibatasi pada „rincian mata kuliah‟ dan „struktur kurikulum UIA‟ terkait dengan apakah „rincian dan struktur kurikulum‟ memberikan pembekalan kompetensi sesuai dengan kebutuhan pengguna maupun permintaan dunia kerja. A.
ANALISIS RINCIAN MATA KULIAH
Secara umum dan teknis, kurikulum UIA yang saat ini digunakan merupakan“kurikulum berbasis kompetensi yang berorientasi ke pasar kerja” yang mencakup muatan mata kuliah untuk mengembangkan kompetensi lulusan yang struktur kurikulumnya meliputi : kurikulum Inti dan kurikulum Institusional. Kurikulum inti menurut Kepmendiknas No. 045/U/2002, merupakan penciri dari kompetensi utama, bersifat dasar untuk mencapai kompetensi lulusan, merupakan acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi, dan ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi (program studi sejenis) bersama masyarakat profesi dan pengguna lulusan, dan DIKTI memberikan acuan beban SKS kurikulum Inti dari keseluruhan beban studi sebesar 60% – 80 % 2. Sementara kurikulum institusional merupakan bagian dari kurikulum pendidikan tinggi komplementer dengan Kurikulum Inti, di dalamnya terumuskan kompetensi kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya, yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi inti program studi yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan, yang ditetapkan oleh institusi penyelenggara Pendidikan Tinggi. Beban SKS kompetensi Institusional menurut DIKTI dapat bergerak antara 20 % - 40 % dari keseluruhan SKS beban studi. Berikut ini analisis terkait dengan struktur kurikulum Inti dan Institusional yang diterapkan di UIA yang diberlakukan kepada semua prodi yang ada di UIA khususnya program S1. ______________________ 2
Anonymous, Buku Pedoman Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum (Jakarta : Direktorat Akademik - Dirjen Pendidikan Tinggi, 2008), p.12.
1.
Kurikulum Inti (Prodi) di UIA : memberikan bekal kemampuan seseorang untuk menampilkan kinerja yang memadai pada suatu kondisi pekerjaan yang memuaskan, di UIA jumlah SKS untuk program S1 mencapai 68 % dari Total SKS keseluruhan. Secara rinci penjabaran mata kuliah (MK) Inti untuk masing-masing prodi berbeda sesuai dengan karakteristik pekerjaan yang akan manjadi bidang garapan lulusan prodi. 4
2. Kompetensi Institusional di UIA : memberikan bekal kemampuan seseorang yang dapat mendukung kompetensi inti yang berorientasi pembekalan nilai-nilai, sikap mental, etika, nasionalisme, pengetahuan dan keterampilan dasar. di UIA khususnya program S1. Alokasi beban SKS untuk kurikulum Institusional UIA (sebelumnya dikenal MKU/Mata Kuliah Umum) mencapai : 17 Mata Kuliah dengan jumlah total SKS = 34 SKS atau sekitar 22 % - 23 % dari total beban SKS secara keseluruhan program S1 di UIA sekitar 147 – 150 SKS, ke 17 (tujuh belas) Mata Kuliah tersebut yaitu : 1) Pendidikan Agama Islam 2) Studi Islam I 3) Studi Islam II 4) Pengantar Studi Al Qur‟an 5) Ke As Syafi‟iyahan 6) Qur‟an dan Sains 7) Bahasa Arab 8) Pengantar Studi Dakwah 9) Pengantar Studi Hadits 10) Bahasa Indonesia 11) Bahasa Inggris 12) Metodologi Penelitian 13) Pengantar Statistik 14) Filsafat Ilmu 15) Kewirausahaan 16) Sosiologi 17) Pancasila
= 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS = 2 SKS ____________________ JML =34 SKS
Tabel 2.1. Perbandingan Alokasi Jumlah SKS antara Kompetensi Inti Dan Institusional Program S1 - UIA Dengan Standar Minimum SNPT 49/2014 No
Nama Kompetensi
Standar DIKTI 86 – 116 SKS (60 % -80 %)
Realiasisai di Ket UIA 113 – 116 SKS Dalam rentang (78 % - 77 %) standar
1
Kompetensi Inti
2
Kompetensi Institusional
28 – 58 SKS (20 % - 40 %)
34 SKS (22 % - 23 % )
Dalam rentang standar
Total SKS Program S1 UIA
144 - 160 SKS (100 %)
147-150 SKS (100 %)
Dalam rentang standar
Berdasarkan Tabel 2.1, maka dapat dilihat ternyata realisasi jumlah SKS maupun total SKS untuk Program S1 baik kurikulum Inti dan Institusional yang diterapkan di UIA masuk dalam rentang standar DIKTI (SNPT 49/2014); secara total jumlah SKS untuk program S1 di UIA yaitu 147 – 150 SKS melebihi standar minimal DIKTI (144 SKS), yaitu kelebihannya sekitar 3 - 6 SKS dari standar minimal DIKTI. Kelebihan jumlah SKS antara 3 – 6 SKS dari standar minimal DIKTI untuk program S1 baik prodi 5
sosial maupun prodi eksakta di UIA dinilai masih wajar karena memang di UIA memberikan pembekalan mata kuliah agama Islam lebih banyak dibandingkan dengan perguruan tinggi pada umum lainnya. Kelebihan SKS dalam kurikulum Institusional di UIA khususnya dalam mata kuliah Agama Islam kiranya dapat menjadi ciri keunggulannya UIA, yaitu keunggulan dalam muatan pembekalan „keislaman’ (IMTAQ). B.
ANALISIS STRUKTUR PENYEMPURNAAN KURIKULUM
Struktur komponen kurikulum berdasarkan Kepmendiknas No. 232/U/2000 Kurikulum terdiri atas kelompok-kelompok : 1) Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), 2) Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), 3) Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), 4) Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), serta 5) Mata Kuliah Berkehidupan Bersama (MBB); namun, berdasarkan Kepmendiknas No.045/U/2002, pengelompokkan mata kuliah tersebut diluruskan maknanya agar lebih luas dan tepat melalui pengelompokkan berdasarkan elemen kompetensinya, yaitu 1) landasan kepribadian; 2) penguasaan ilmu dan keterampilan; 3) kemampuan berkarya; 4) sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai; 5) pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Dilihat dari maknanya 2 (dua) konsep komponen kurikulum secara umum mempunyai makna yang sama, namum ditingkat implementasi hampir semua Perguruan Tinggi pada umumnya lebih menggunakan konsep pengelompokan mata kuliah yang pertama, yaitu MPK, MKK, MKB, MPB dan MBB. Secara umum alokasi jenis-jenis mata kuliah masuk dalam kelompok MPK, MKK, MKB, MPB maupun MBB tidak ditentukan, namum lazimnya bobot atau prosentase yang paling tinggi untuk kelompok mata kuliah ‘MKB’ (Mata Kuliah Keahlian Berkarya), bisa mencapai sekitar 60 – 80 % dari total mata kuliah program studi yang harus diampu oleh mahasiswa untuk menyelesaikan program S1. Kelompok mata kuliah dalam kurikulum yang diterapkan pada semua prodi di UIA kiranya perlu panataan ulang sehingga komposisinya minimal sesuai dengan standar DIMKTI dan secara garis besar penyempurnaan kurikulumnya adalah sbb : 1.
LUARAN/LULUSAN : Kompetensi untuk dapat mengerjakan seperangkat tugas, karena itu kelompok mata kuliah yang bobotnya/prosentasenya lebih besar adalah Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB);
2.
PENILAIAN : yang melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran maupun output/kompetensni luarannnya adalah di samping PerguruanTinggi dan juga dilakukan oleh Masyarakat Pemangku Kepentingan (Asosiasi), Dunia Usaha dan Industri (DUDI); KURIKULUM : terdiri dari kurikulum inti dan kurikulum institusional, penyusunan struktur kurikulkum inti ditetapkan oleh Perguruan Tinggi bersama-sama dengan Pemangku kepentingan (Dunia Usaha Dunia Industri/DUDI, ASOSIASI); sedangkan untuk kurikulum institusional disusun oleh masing-masing institusi Perguruan Tinggi disesuaikan dengan misi masingmsaing perguruan tinggi.
3.
6
4.
PROSES PEMBELAJARAN : sebagai konsekuensi logis dari pencapian kompetensi „Keahlian Berkarya‟ yaitu penekanan pada pengembangan „kreativitas mahasiswa‟, maka metode pembekalannya lebih kepada penerapan model pembelajaran inquiry (penyelidkan untuk penemuan);
5
PENGELOMPOKAN Mata Kuliah : pengemlompokan mata kulaih dalam kurikulum mencakaup : a) Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK); b) Mata kuliah Keilmuan & keterampilan (MKK); c) Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB); d) Mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB); e) Mata kuliah Berkehidupan Bersama (MBB).
Arah penyempurnaan kurukulum Universitas Islam As Syai‟iyah (UIA) di samping tetap berbasis kompetensi, juga berorientasi pada pasar kerja yang mengacu pada SKKNI (Peraturan Presiden No 8 /2008) yang secara umum dapat digambarkan sebagaimana Tabel 2.2 berikut ini :
Tabel 2.2 Arah Penyempurnaan Kurikulum Perguruan Tinggi TINJAUAN Latar belakang Penyempurnaan : Luaran PT : Penilai kualitas lulusan :
Cara menyusun : Penekanan : Pembelajaran :
ARAH PENYEMPUNAAN KURIKULUM UIA Masalah Global Berbasis kompetensi, berorientasi pasar kerja mengacu pada SKKNI Perguruan Tinggi dan pengguna lulusan (Dunia Usaha & Industri) , baik Tingkat Regional, Nasional maupun Global/Internasional Kompetensi yang dibutuhkan masyarakat Berdasarkan profil lulusan, pencapaian kompetensi yang Islami SCL (Student Center Learning)
Pencapaian kompetensi luaran atau lulusan program S1 yang mengacu pada Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) secara umum setara dengan kompetensi jenjang kualifikasi ke 7 (tujuh) pada KKNI, yaitu mencakup : 1.
Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi , dan/atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi; 2. Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan monodisipliner; 3. Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya3 Selanjutnya dalam rangka menghadapi era globalisasi sebagai latar belakang penyempurnaan kurikulum UIA sehingga lulusan UIA diharapkan dapat bersaing di pasaran kerja global , maka dalam upaya penyempurnaan kurikulum 7
tersebut diperlukan adanya “menyepadankan” antara “ arah konsep kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pasar kerja (Regional, Nasional dan Internasional) yang mengacu pada KKNI dengan Konsep Pendidikan Tinggi UNESCO abad 21 yaitu : 4 (empat) pilar belajar dan belajar sepanjang hayat 4; hasil penyepadanan beberapa konsep tersebut menjadikan penyempurnaan kurikulum UIA lebih komprensif bersifat Islami sesuai dengan visi dan misi UIA yang berorientasi pada : 1) berpadunya ilmu dan agama; 2) lulusan yang profesional dan mandiri dan 3) berpihak pada kaum dhuafa . Gambaran penyepadanan konsep kurikulum antara dunia kerja (dunia usaha dan dunia industri/DUDI) , UNESCO dan kurikulum Inti/institusional UIA dapat dilihat sebagaimana Tabel 2.3 berikut ini : Tabel 2.3. Konsep Penyepadanan Antara Dunia Kerja (Dudi), UNESCO & Kurikulum Inti/Institusional PERSYARATAN KERJA Penguasaan pengetahuan & keterampilan : Analisis & sintesis, Menguasai IT, Managed ambiguity, Communication, Menguasai 2 bahasa Attitude : Kepemimpinan, Team working, Can work cross culturally Dunia nyata/pekerjaan : Terlatih etika kerja, Memahami Globalisasi, Fleksibel thd pekerjaan
UNESCO
KURIKULUM INTI/INSTITUSIONAL
-LEARNING TO KNOW
MK Keilmuan & Keterampilan
-LEARNING TO DO
MK Keahlian Berkarya
LEARNING TO BE
MK Parilaku Berkarya
LEARNING TO LIVE TOGETHER
MK Berkehidupan Bersama MK Pengembangan Kepribadian
Berdasarkan Tabel 2.3 terasebut di atas , masing-masing Prodi Program S1 UIA dapat melakukan penyempurnaan atau penataan ulang struktur kurikulumnya khususnya terkait dengan „pengelompokkan jenis mata kuliah‟, dan penyetaraan deskripsi lulusan yang mengacu pada KKNI, dimana dalam pelaksanaan penyempurnaan kurikulum dimaksud kiranya dapat dilakukan secara bersama-sama dengan asosiasi profesi maupun dengan dunia usaha dan industri. ____________________ 3
4
Anonymous, Peraturan Presiden RI Nomor : 8 Tahun 2012, Tentang Kerangka Kualifikasi nasional Indinesia (KKNI), (Jakarta : Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 24. Hegher Education in the Twenty-first Century : Vision and Action . Word Conference on Higher Education UNESCO, Paris 5-9 October 1998
II.
EVALUASI KURIKULUM PROGRAM S1 - UIA
A.
TUJUAN EVALUASI
Kurikulum yang saat ini diterapkan di UIA merupakan kurikulum yang dirahkan untuk dapat mencapai misi UIA, yaitu berpadunya Ilmu dan Agama; yang telah berjalan 8
selama 5 (lima) tahun. Tujuan uum dilakukan evaluasi tentang sejauhmana penerapan mata kuliah kompetensi agama (institusional) dan kompetensi prodi di kalangan mahasiswa sebagai sasaran didik, pengguna/pemanfaat kurikulum dalam rangka untuk meningkatkan mutu/kualitas pembelajaran untuk di samping menghasilkan lulusan yang kompeten di bidangnya (sesuai prodi) juga mampu dalam memadukan IMTAQ dan IPTEKS dalam penerapannya di pasaran kerja. Secara spsifik tujuan dilakukaan evaluasi tentang penerapaan mata kuliah kompetensi agama (institusional) dan mata kuliah kompetensi prodi antara lain : 1. 2. 3. 4.
B.
Untuk mengetahui sejauh mana pendapat mahasiswa tentang tingkat pencapaian tujuan pembelajaran mata kuliah agama/institusional maupun mata kuliah prodi; Untuk mengetahui sejauh mana pendapat mahasiswa tentang komposisi mata kuliah agama/institusional dan prodi yang saat ini diterapkan; Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan dan aplikasi kompetensi mata kuliah agama/institusional dan mata kuliah kompetensi prodi; Untuk mengetahui sejauh mana pendapat mahasiswa tentang perbandingan teori dan praktek baik pada mata kuliah kompetensi agama/institusional maupun kompetensi prodi.
METODE EVALUASI
Metode yang digunakan dalam evaluasi (survei) ini adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa semester 7 (tujuh) Tahun Akademik 2014/2015. Sampel diambil secara “purporsive simple random sampling“ (acak sederhana dengan tujuan tertentu) terhadap mahasiswa semester 7 program S1 di UIA TA 2014/2015. Pertimbangan menggunakan mahasiswa semester 7 (tujuh) Tahun Akademik (TA) 2014/2015 adalah karena mereka (mahasiswa) sudah cukup lama, yaitu selama 3,5 tahun telah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan kurikulum yang saat ini akan dievaluasi. Jumlah sampel hasil teknik „purposive simple random sampling’ sebanyak 127 orang mencakup 5 (lima) fakultas, yaitu : 1) FAI = 13 responden; 2) FH = 18 responden; 3) FE = 62 responden; 4) FST = 20 responden; 5) FIKES = 14 responden, sehingga jumlah responden (sampel) = 127 responden. Instrumen kuesioner yang digunakan untuk evaluasi tentang penerapan mata kuliah agama dan prodi berjumlah 7 (tujuh) butir pernyataan, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kurikulum Pembelajaran Mata Kulaih Agama (KPMKA); Kurikulum Pembelajaran Mata Kuliah Prodi (KPMKP); Perbandingan Komposisi Mata Kuliah Agama dan Prodi (PKMKAP); Penguasaan Kompetensi Mata Kuliah Agama (PKMKA); Penguasaan Kompetensi Mata Kuliah Prodi (PKMKP); Perbandingan Teori dan Praktek Mata Kuliah Agama (PTPMKA); Perbandingan Teori dan Praktek Mata Kuliah Prodi (PTPMKP);
Jawaban untuk ke 7 (tujuh) butir pernyataan tersebut di atas digunakan skor kontimun dengan 5 (lima) pilihan, yaitu : sangat sesuai dengan kebutuhan (skor 5), sesuai dengan kebutuhan (skor 4), cukup sesuai dengan kebutuhan (skor 3), kurang sesuai dengan kebutuhan (skor 2) dan sangat kurang sesuai dengan kebutuhan (skor 1). Selanjutnya ke tujuh butir pernyataan dalam kuesioner tersebut sebelum digunakan untuk evaluasi dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas butir instrumen bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat kepercaayan butir instrumen 9
untuk menggali informasi/evaluasi; sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk menguji sejauhmana instrumen mempunyai tingkat keajegan (kestabilan) untuk menggalai informasi/evaluasi. Jawaban untuk instrumen tersebut digunakan skor kontimun, sehingga validitasnya dihitung dengan menggunakan rumus „r Product Moment‟, sedangkan uji reliabilitasnya dihitung dengan menggunakan rumus „ r Alpha Cronbch‟. Berdasarkan hasil uji validitas instrumen evaluasi tentang penerapan kurikulum UIA dengan mengunakan program Excel, dan secara ringkas disajikan sebagaimana Tabel 3.1. berikut ini : Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas Instrumen Dengan Menggunakan Program Microsoft Excel 2007 Butir Pernyataan
r hitung Product Moment
Nilai α
r tabel (n-2)
Keterangan (r hit > r tabel)
Butir 1
0,711
0,05
0,374
Valid
0,374
Valid
Butir 2
0,643
0,05 0,374
Valid
Butir 3
0,673
0,05 0,374
Valid
Butir 4
0,734
0,05 0,374
Valid
Butir 5
0,714
0,05 0,374
Valid
Butir 6
0,691
0,05 0,374
Valid
Butir 7
0,608
0,05
Berdasarkan Tabel 3.1. tersebut di atas , maka ke 7 (tujuh) butir instrumen evaluasir „valid‟ atau „dapat dipercaya‟ untuk digunakan sebagai instrumen penggali informasi evaluasi tentang penerapan kurikulum UIA. Selanjutnya ke tujuh butir instrumen tersebut dihitung koefisien reliabilitasnya atau tingkat keajegannya, yaitu dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh nilai koefisien reliabilitasnya sebesar = 0,8084, hal ini menunjukkan tingkat keajegan instrumen „tinggi‟ (80,84 %) dan memberikan makna bahwa instrumen tersebut memenuhi konsistensi sebagai alat ukur untuk menggali informasi (evaluasi). Teknik analisis data hasil evaluasi menggunakan analisis deskriptif yaitu menggunakan ukuran tendensi sentral (mean, median dan mode), ukuran dispresi (skor minimum, skor maksimum, standar deviasi ) dan histogram; program yang digunakan untuk analisis data antara lain program Microsoft Excel Office 2007 dan SPSS versi 11,5 for Windows.
10
C.
HASIL EVALUASI
Hasil data evaluasi mahasiswa program S1 semester 7 (tujuh) UIA terkait dengan penerapan kurikulum UIA dikelompokkan ke dalam 7 (tujuh) kelompok pernyataan, dan analisis deskriptif secara lengkap masing-masing kelompok disajikan sebagai berikut : 1.
PERNYATAAN 1 : KURIKULUM PEMBELAJARAN MATA KULAIH AGAMA (KPMKA)
Dengan menggunakan program SPSS versi 11,5 for Windows, hasil analisis deskriptif data KPMKA secara lengkap disajikan sebagaimana Tabel 3.2. berikut ini : Tabel 3.2. Deskripsi Data KPMKA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ukuran N Rata-rata hitung (mean) Std. Error Of Mean Median Mode/Modus Std deviation Variance Skor minimum Skor maksimum
Nilai 127 3,69 0,08 3,67 3,0 0,89 0,79 2,0 5,0
KPMKA 50
40
30
Frekuensi (Org)
20
10
Std. Dev = ,89 Mean = 3,7 N = 127,00
0 2,0
3,0
4,0
5,0
Skor Penilaian MHSW
Gambar 1 : Histogram KPMKA Dari data sebagaimana disajikan pada Tabel 3.2. di atas, dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata pendapat mahasiswa UIA tentang „Kurikulum Pembelajaran Mata Kuliah Agama‟ (KPMKA) sebesar = 3,7 atau dapat dibulatkan menjadi = 4,0, yang artinya Kurikulum Mata Kuliah Agama yang saat ini digunakan yaitu sebanyak 9 (sembilan) mata kuliah Agama Islam telah „sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’ (di luar 8 Mata Kuliah Umum : Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Metodologi Penelitian, Pengantar Statistik, Filsafat Ilmu, Sosiologi, Kewirausahaan dan Pancasila). Skor 11
mode/modus atau skor yang sering muncul sebesar = 3,0, hal tersebut memberikan makna bahwa mahasiswa paling banyak memberikan skor = 3,0 sekitar 32 %, yang artinya bahwa ‘Kurikulum Pembelajaran Mata Kuliah Agama’ telah ‘ cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor maksimum = 5,0 dan skor minimum = 2,0, artinya terdapat beberapa mahasiswa sekitar atau 18 % yang memberikan skor tertinggi, yaitu ‘Kurikulum Pembelajaran Mata Kuliah Agama‟ „sangat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’ dan hanya sekitar 7 % mahasiswa (lihat Lampiran 5.) yang berpendapat „kurang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’.
2.
PERNYATAAN 2 : KURIKULUM PEMBELAJARAN MATA KULIAH PRODI (KPMKP)
Dengan menggunakan program SPSS versi 11,5 for Windows, hasil analisis deskriptif data KPMKP secara lengkap disajikan sebagaimana Tabel 3. 3. berikut ini : Tabel 3.3. Deskripsi Data KPMKP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ukuran N Rata-rata hitung (mean) Std. Error Of Mean Median Mode/Modus Std deviation Variance Skor minimum Skor maksimum
Nilai 127 3,64 0,69 3,64 4,0 0,77 0,60 1,0 5,0
12
KPMKP 70
60
50
40
Frekuensi (Org)
30
20 Std. Dev = ,77
10
Mean = 3,6 N = 127,00
0 1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
Skor Penilaian MHSW
Gambar 2 : Histogram KPMKP
Dari data sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3. di atas, dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata pendapat mahasiswa UIA tentang ‘Kurikulum Pembelajaran Mata Kuliah Prodi (KPMKP)‟ sebesar = 3,64 atau dapat dibulatkan menjadi = 4,0 artinya Kurikulum Pembelajaran Mata Kuliah Prodi yang saat ini digunakan telah „sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor mode/modus atau skor yang sering muncul sebesar = 4,0, hal tersebut memberikan makna bahwa mahasiswa paling banyak memberikan skor = 4,0 sekitar 42 % , yang artinya bahwa ‘Kurikulum Pembelajaran Mata Kuliah Prodi’ telah ‘sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor maksimum = 4,0 dan skor minimum = 1,0, artinya terdapat beberapa mahasiswa sekitar 9,7 % memberikan penilaian tertinggi tentang ‘Kurikulum Pembelajaran Mata Kuliah Prodi’ , yaitu „sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’ dan hanya sekitar 0,7 % mahasiswa (lihat Lampiran 6.) yang berpendapat „sangat kurang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’.
3.
PERNYATAAN 3 : PERBANDINGAN KOMPOSISI MATA KULIAH AGAMA DAN PRODI (PKMKAP)
Dengan menggunakan program SPSS versi 11,5 for Windows, hasil analisis deskriptif data PKMKAP secara lengkap disajikan sebagaimana Tabel 3.4. berikut ini :
13
Tabel 3.4. Deskripsi Data PKMKAP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ukuran
Nilai 127 3,42 0,82 3,43 3,0 0,92 0,85 1,0 5,0
N Rata-rata hitung (mean) Std. Error Of Mean Median Mode/Modus Std deviation Variance Skor minimum Skor maksimum
PKMKAP 60
50
40
Frekuensi (Org)
30
20
10
Std. Dev = ,92 Mean = 3,4 N = 127,00
0 1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
Skor Penilaian MHSW
Gambar 3 : Histogram PKMKAP
Dari data sebagaimana disajikan pada Tabel 3.4. di atas, dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata pendapat mahasiswa UIA tentang „Perbandingan Komposisi Mata Kuliah Agama dan Prodi (PKMKAP)‟ sebesar = 3,42 atau dapat dibulatkan menjadi = 3,0 artinya bahwa Perbandingan komposisi (struktur) antara Mata Kuliah Agama dan Prodi yang saat ini digunakan telah „cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor mode/modus atau skor yang sering muncul adalah = 3,0, hal tersebut memberikan makna bahwa mahasiswa paling banyak memberikan skor = 3,0 sekitar 34 % , yang artinya bahwa ‘Perbandingan Komposisi Mata Kuliah Agama dan Prodi’ ‘ cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor maksimum = 5,0 dan skor minimum = 1,0, artinya terdapat beberapa mahasiswa sekitar 10,4 % memberikan skor tertinggi yaitu „Perbandingan Komposisi Mata Kuliah Agama dan Prodi’ „sangat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’ dan hanya sekitar 1,4 % mahasiswa (lihat Lampiran 7) yang berpendapat „sangat kurang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. 14
4.
PERNYATAAN 4 : PENGUASAAN AGAMA (PKMKA)
KOMPETENSI
MATA KULIAH
Dengan menggunakan program SPSS versi 11,5 for Windows, hasil analisis deskriptif data PKMKA secara lengkap disajikan sebagaimana Tabel 3. 5. berikut ini : Tabel 3.5. Deskripsi Data PKMKA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ukuran N Rata-rata hitung (mean) Std. Error Of Mean Median Mode/Modus Std deviation Variance Skor minimum Skor maksimum
Nilai 127 3,41 0,72 3,42 3,0 0,81 0,66 2,0 5,0
PKMKA 60
50
40
Frekuensi (Org)
30
20
10
Std. Dev = ,81 Mean = 3,4 N = 127,00
0 2,0
3,0
4,0
5,0
Skor Penilaian MHSW
Gambar 4 : Histogram PKMKA Dari data sebagaimana disajikan pada Tabel 3.5. di atas, dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata pendapat mahasiswa UIA tentang „Penguasaan Kompetensi Mata Kuliah Agama’ (PKMKA)‟ sebesar = 3,41 atau dapat dibulatkan menjadi = 3,0 artinya bahwa ‘Penguasan Kompetensi Mata Kuliah Agama’ menurut mahasiswa telah „cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor mode/modus atau skor yang sering muncul adalah = 3,0, hal tersebut memberikan makna bahwa mahasiswa paling banyak memberikan skor = 3,0 sekitar 37 % yaitu ‘Penguasaan Kompetensi Mata Kuliah Agama’ ‘cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor maksimum = 5,0 dan skor minimum = 2,0, artinya terdapat beberapa mahasiswa sekitar 7 % memberikan 15
skor tertinggi yaitu „Penguasaan Komperensi Mata Kuliah Agama’ „sangat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’ dan sekitar 11 % mahasiswa (lihat Lampiran 8) yang berpendapat „ kurang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’.
5.
PERNYATAAN 5 : PENGUASAAN KOMPETENSI MATA KULIAH PRODI (PKMKP)
Dengan menggunakan program SPSS versi 11,5 for Windows, hasil analisis deskriptif data PKMKP secara lengkap disajikan sebagaimana Tabel 3. 6 berikut ini : Tabel 3.6 Deskripsi Data PKMKP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ukuran
Nilai 127 3,45 0,67 3,46 3,0 0,75 0,57 1,0 5,0
N Rata-rata hitung (mean) Std. Error Of Mean Median Mode/Modus Std deviation Variance Skor minimum Skor maksimum
PKMKP 70
60
50
40
Frekuensi (%)
30
20 Std. Dev = ,75
10
Mean = 3,4 N = 127,00
0 1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
Skor Penilaian MHSW
Gambar 5 : Histogram PKMKP
Dari data sebagaimana disajikan pada Tabel 3.6. di atas, dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata pendapat mahasiswa UIA tentang „Penguasaan Kompetensi Mata Kuliah 16
Prodi’ (PKMKP)‟ sebesar = 3,45 atau dapat dibulatkan menjadi = 3,0 artinya bahwa ‘Penguasan Kompetensi Mata Kuliah Prodi’ menurut mahasiswa telah „cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor mode/modus atau skor yang sering muncul adalah = 3,0, hal tersebut memberikan makna bahwa mahasiswa paling banyak memberikan skor = 3,0 sekitar 42 % yaitu ‘Penguasaan Kompetensi Mata Kuliah Prodi’ ‘cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor maksimum = 5,0 dan skor minimum = 1,0, artinya terdapat beberapa mahasiswa sekitar 6 % memberikan skor tertinggi yaitu „Penguasaan Kompetensi Mata Kuliah Prodi’ „sangat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’ dan hanya sekitar 1,4 % mahasiswa (lihat Lampiran 9) yang berpendapat „sangat kurang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. 6.
PERNYATAAN 6 : PERBANDINGAN TEORI DAN PRAKTEK MATA KULIAH AGAMA (PTPMKA)
Dengan menggunakan program SPSS versi 11,5 for Windows, hasil analisis deskriptif data PTPMKA secara lengkap disajikan sebagaimana Tabel 3.7 berikut ini : Tabel 3.7. Deskripsi Data PTPMKA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ukuran N Rata-rata hitung (mean) Std. Error Of Mean Median Mode/Modus Std deviation Variance Skor minimum Skor maksimum
Nilai 127 3,36 0,66 3,36 3,0 0,74 0,55 2,0 5,0
17
PTPMKA 70 60 50 40
Frekuensi (Org)
30 20 Std. Dev = ,74
10
Mean = 3,4 N = 127,00
0 2,0
3,0
4,0
5,0
Skor Penilaian MHSW
Gambar 6 : Histogram PTPMKA
Dari data sebagaimana disajikan pada Tabel 3.7. di atas, dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata pendapat mahasiswa UIA tentang „Perbandingan Teori dan Praktek Mata Kuliah Agama’ (PTPMKA)‟ sebesar = 3,36 atau dapat dibulatkan menjadi = 3,0 artinya bahwa ‘Perbandingan Teori dan Praktek Mata Kuliah Agama’ menurut mahasiswa telah „cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor mode/modus atau skor yang sering muncul adalah = 3,0, hal tersebut memberikan makna bahwa mahasiswa paling banyak memberikan skor = 3,0 sekitar 42 %, yaitu bahwa ‘Perbandingan Teori dan Praktek Kompetensi Mata Kuliah Agama’ telah ‘cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor maksimum = 5,0 dan skor minimum = 2,0, artinya terdapat beberapa mahasiswa sekitar 5 % (lihat Lampiran 10.) memberikan skor tertinggi yaitu „Perbandingan Teori dan Praktek Mata Kuliah Agama’ „sangat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’ dan sekitar 9 % mahasiswa yang berpendapat „kurang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’.
7.
PERNYATAAN 7 : PERBANDINGAN TEORI DAN PRAKTEK MATA KULIAH PRODI (PTPMKP)
Dengan menggunakan program SPSS versi 11,5 for Windows, hasil analisis deskriptif data PTPMKP secara lengkap disajikan sebagaimana Tabel 3.8 berikut ini :
18
Tabel 3.8 Deskripsi Data PTPMKP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ukuran
Nilai 127 3,42 0,68 3,39 3,0 0,77 0,59 2,0 5,0
N Rata-rata hitung (mean) Std. Error Of Mean Median Mode/Modus Std deviation Variance Skor minimum Skor maksimum
PTPMKP 70
60
50
40
Frekuensi (%)
30
20 Std. Dev = ,75
10
Mean = 3,4 N = 127,00
0 2,0
3,0
4,0
5,0
Skor Penilaian MHSW
Gambar 7 : Histogram PTPMKP Dari data sebagaimana disajikan pada Tabel 3.8. di atas, dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata pendapat mahasiswa UIA tentang „Perbandingan Teori dan Praktek Mata Kuliah Prodi’ (PTPMKP)‟ sebesar = 3,42 atau dapat dibulatkan menjadi = 3,0 artinya bahwa ‘Perbandingan Teori dan Praktek Mata Kuliah Prodi’ menurut mahasiswa telah „cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor mode/modus atau skor yang sering muncul adalah = 3,0, hal tersebut memberikan makna bahwa mahasiswa paling banyak memberikan skor = 3,0 sekitar 45 % , yaitu bahwa ‘Perbandingan Teori dan Praktek Kompetensi Mata Kuliah Prodi’ telah ‘cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’. Skor maksimum = 5,0 dan skor minimum = 2,0, artinya terdapat beberapa mahasiswa sekitar 6,9 % memberikan skor tertinggi yaitu „Perbandingan Teori dan Praktek Mata Kuliah Prodi’ „sangat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’ dan sekitar 6,9 % mahasiswa (lihat Lampiran 11) yang berpendapat bahwa „Perbandingan Teori dan Praktek Mata Kuliah Agama’ „kurang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’.
19
IV.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
KESIMPULAN :
1.
4.
Kurikulum Program S1 di UIA yang saat ini digunakan dilihat dari strukturnya yaitu baik komposisi mata kuliah maupun jumlah SKS antara kurikulum Inti dan kurikulum Institrusional masih relevan digunakan, baik ditinjau dari aspek pemenuhan standar DIKTI maupun hasil evaluasi dari pengguna Kurikulum UIA (mahasiswa UIA). Jumlah SKS untuk menyelesaikan Program S1 di UIA berada dalam rentang standar DIKTI. : Jumlah SKS yang harus diselesaikan untuk Program S1 di UIA bervariasi antar Fakultas di UIA , yaitu antara 147 – 150 SKS, sedangkan jumlah SKS standar DIKTI untuk Program S1 antara 144 – 160 SKS. Jumlah SKS dalam Kurikulum Institusional di UIA (dahulu dikenal dengan MKU) untuk Program S1 „dalam rentang standar DIKTI’. Di UIA jumlah SKS untuk Kurikulum Institusional sebanyak 34 SKS atau sekitar 22 % - 23 % dari total SKS Program S1, sedangkan standar DIKTI untuk jumlah SKS kurikulum Institusional antara 20 % – 40 % dari total SKS Program S1. Hasil evaluasi kepada pengguna kurikulum UIA (mahasiswa) disimpulkan antara laian : a. Kurikulum untuk „mata kuliah agama‟ maupun kurikulum untuk „mata kuliah kompetensi Prodi‟ (Kurikulum Inti) dinilai masih sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. b. Pembekalan penguasaan kompetensi „mata kulaih Prodi‟ dinilai „sesuai dengan kebutuhan mahasiswa’, sedangkan pembekalan penguasaan kompetensi untuk „mata kuliah agama‟ dinilai cukup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. c. Perbandingan komposisi jumlah „mata kuliah kompetensi agama‟ dan „mata kuliah kompetensi prodi‟ dinilai cukup sesuai dengan kebetuhan mahasiswa. d. Perbandingan Teori dan Praktek untuk „mata kuliah kompetensi agama‟ maupun untuk „mata kuliah kompetensi Prodi‟ dinilai cukup sesuai dengan kebeutuhan mahasiswa;
B.
REKOMENDASI :
1.
Kurikulum Program S1 UIA : Kurikulum yang saat ini digunakan di UIA khususnya untuk program S1 masih relevan digunakan, baik menyangkut kurikulum instisusional (dahulu dikenal MKU) maupin kurikulum Inti (pencapaian kompetensi Prodi). Peningkatan Kualitas Luaran/Lulusan : Perlunya peningkatan pencapaian kompetensi mata kuliah Prodi yaitu : untuk dapat mengerjakan seperangkat tugas , karena itu kelompok mata kuliah yang bobotnya/prosentase jumlah SKS lebih besar adalah Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB);.
2.
3
2.
3.
Sistem Penilaian : Penilaian terhadap proses pembelajaran maupun output/kompetensni luarann/lulusannya adalah di samping PerguruanTinggi dan juga Masyarakat Pemangku Kepentingan, Asosiasi, Dunia Usaha dan Industri (DUDI). 20
4.
5.
6.
Penyempurnaan Kurikulum : Khusus untuk kurikulum inti, penyusunan struktur kurikulumnya (jumlah mata kuliah maupun jumlah SKS) disusun dan ditetapkan oleh Perguruan Tinggi bersama-sama dengan Pemangku kepentingan (DUDI, ASOSIASI); Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran : Sebagai konsekuensi logis dari pencapian kompetensi „Keahlian Berkarya‟ maka metode pembekalannya lebih kepada penerapan model pembelajaran inquiry (penyelidkan untuk penemuan); Pengelompokan Mata Kuliah : Dalam pengelelompokan jenis-jenis mata kuliah di masing-masing Prodi, hendaknya dilakukan secara cermat dengan melibatkan pemangku kepentingan, seperti : Dunia Usaha, Dunia Indsutri, maupun Asosiasi Profesi. Pengelompokan jenis-jenis mata kuliah sesuai dengan acuan DIKTI : a. Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK); b. Mata kuliah Keilmuan & keterampilan (MKK); c. Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB); d. Mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB); e. Mata kuliah Berkehidupan Bersama (MBB).
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. Hegher Education in the Twenty-first Century (Learning The Treasure Within) : Vision and Action . Word Conference on Higher Education UNESCO, Paris 5-9 October 1998 Anonymous. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional; Jakarta, 2003. Anonymous. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi; Jakarta : Kopertsi Wilayah 3, 2012 Anonymous. Buku Panduan Universitas Islam AS Syai’iyah (UIA) , Tahun kademik 2011/2012. Jakarta : UIA Pres, 2012. Anonymous. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 49, TH 2010, Tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi; Jakarta : DIKTI, 2014. Anonymous. Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Alternative Penyusunan Kurikulum); Jakarta : Sub Direktorat KPS – DIKTI, 2008. Anonymous. Pedoman Praktikum Aplikasi Komputer Kaliberasi Instrumen, Pengolahan Data Dan Pemanfaatan Internet, Jakarta : Laboratorium Komputer UNJ, 2002. Nasution, S. Pengembangan Kurikulum ; Bandung : PT Citra Adtya Bakti, 1993. Print, Murray. Currculum Development and Design; Malaysia : SRM Services Sdn Bhd Malaysia, 1993.
Production 21
Sudjarwadi. Upaya Membangun Kurikulum Optimal Berorientasi Nilai-Nilai, Ilmu, Keterampilan, Sikap Mental, Dan Etika; Yogyakarta : UGM, 2010 Sugiyono. Metode Penilitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2008.
ooOoo
22