LOSSES YANG TERDAPAT PERSENTASE OI L LOSSES PADA JANJANGAN KOSONG DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh :
ABU WAQID ALLAITSIY NIM. 130 500 112
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
LOSSES YANG TERDAPAT PERSENTASE OI L LOSSES PADA JANJANGAN KOSONG DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh :
ABU WAQID ALLAITSIY NIM. 130 500 112
Karya Ilmiah Ini Sebagai Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
LOSSES YANG TERDAPAT PERSENTASE OI L LOSSES PADA JANJANGAN KOSONG DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh :
ABU WAQID ALLAITSIY NIM. 130 500 112
Karya Ilmiah Ini Sebagai Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
LOSSES YANG TERDAPAT PERSENTASE OI L LOSSES PADA JANJANGAN KOSONG DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh :
ABU WAQID ALLAITSIY NIM. 130 500 112
Karya Ilmiah Ini Sebagai Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
HALAMAN PENGASAHAN
Judul Penelitian
: PERSENTASE OIL LOSES YANG TERDAPAT PADA JANJANGAN KOSONG DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Nama
: ABU WAQID ALLAITSIY ALLAITSIY
NIM
: 130 500 112
Program studi
: TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
Jurusan
: TEKNOLOGI PERTANIAN
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Elisa Ginsel Popang, S.TP., M.Sc. NIP. 19701229 19701229 2003212 001 001
Andi Lisnawati, SP., M.Si NIP. 197502102003122002 197502102003122002
Dr. Andi Early Febrinda, S.TP., MP NIP. 197102262002122001 197102262002122001
Menyetujui, Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politaknik Pertanian Negeri Samarinda
Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Muh. Yamin, S.TP., M.Si. NIP. 197408132002121001 197408132002121001
Hamka, S.TP., MP., M.Sc NIP. 197604082008121002 197604082008121002
Lulus ujian pada tanggal tanggal : September 2016
ABSTRAK
ABU WAQID ALLAITSIY. Persentase oil losses yang terdapat pada janjangan kosong di PT Sasana Yudha Bhakti Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara (dibawah bimbingan bapak ELISA GINSEL POPANG). Salah satu sistem manajemen yang diterapkan untuk mendapatkan jumlah rendemen yang optimal adalah menekan terjadinya kehilangan minyak ( oil losses) pada CPO dan kehilangan Kernel (losses PKO) selama proses produksi. Losses minyak ini sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan dari perebusan sampai klarifikasi. Dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit pasti tidak terlepas dari yang namanya oil losses. Pemisahan antara brondolan dengan janjangan kosong sering terjadi tingginya kehilangan minyak pada janjangan kosong kelapa sawit. Pada Stasiun Penebah (pembanting) ini, tandan buah segar di proses sedemikian rupa hingga mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adapun perlakuan yang terdapat pada stasiun ini yaitu berupa proses pemisahan antara brondolan buah sawit dengan janjangan kosong untuk pengepresan minyak sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung persentase oil losses yang terdapat pada janjangan kosong. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT Sasana Yudha Bhakti Desa Gunung Sari, Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Adapun teknik dalam pengerjaan karya ilmiah ini adalah dengan menganalisa kehilangan minyak pada janjangan kosong dengan sistem pengambilan sampel pada janjangan kosong yang masih baru. Dari hasil penelitian diketahui 12 hari pengambilan data diperoleh persentase oil losses yang cukup bagus pada hari ke-5 sampai hari ke-12 dan data yang kami lakukan memenuhi standar pabrik (1%) bahkan terdapat angka kehilangan minyak yang cukup baik yaitu 0.76%. Baik buruknya persentase kehilangan minyak pada janjangan kosong dipengaruhi oleh perebusan, penebahan, kualitas TBS yang masuk dan lain-lain. Dengan demikian perlu diperhatikan hal-hal yang dapat menyebabkan oil losses pada janjangan kosong naik. Kata kunci: oil losses, kehilangan minyak pada janjangan kosong.
RIWAYAT HIDUP
Abu Waqid Allaitsiy lahir pada tanggal 07 Mei 1994 di
Banyumas, Jawa Tengah. Merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Saludin dan khotijah. Tahun 2000 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 03 Bangsa, Banyumas, Jawa Tengah lalu pada kelas 4 pindah sekolah ke Sekolah Dasar 16 Singkawang Selatan, Kalimantan Barat. Lulus pada tahun 2006 dan melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 10 Singkawang. Menempuh pendidikan selama 3 tahun dan lulus pada tahun 2009 kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 08 Singkawang. Pada bulan Januari 2013-Juni 2013 bekerja di PT. Bintang Jaya Proteina Feedmill sebelum melanjutkan ke Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada tahun 2013, Jurusan teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Pada bulan Maret-Mei 2016 mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oil Mill Desa Gunung Sari Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oil Mill Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Adapun maksud dari penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A. Md). Keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Orang tua tercinta serta saudara-saudara yang telah banyak memberikan dukungan baik dari segi moril berupa doa maupun dari segi materil. 2. Bapak Elisa Ginsel Popang, S. TP., M.Sc. selaku doseen pembimbing. 3. Ibu Andi Lisnawati, SP., M.Si. selaku dosen penguji I. 4. Ibu Dr. Andi Early Febrinda, S.TP., MP. Selaku dosen penguji II. 5. Para staf dosen pengajar, administrasi dan PLP program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 6. Teman – teman seperjuangan angkatan 2013 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, khususnya program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun penulis-penulis selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Abu Waqid Allaitsiy
Kampus Sei. Keledang, September 2016
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGASAHAN.............................................................................. iv RIWAYAT HIDUP ................................................................................................v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ...........................................................................................................v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii ABSTRAK ..............................................................................................................x I.PENDAHULUAN ................................................................................................1 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. TujuanPenelitian ................................................................................................... 2 C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2 D. Manfaat Penelitnia ................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................3 A. Tinjauan Umum Kelapa Sawit ( Elais guinensiss Jacq) ....................................... 3 B. Tinjauan Umum Pabrik kelapa Sawit ................................................................ 5 C. Tinjauan Umum Tentang Stasiun Thresher ...................................................... 7 D. Tinjauan Umum Oil Losis .................................................................................. 10 E.Tandan Kosong Kelapa Sawit ............................................................................ 17
III. METODE PENELITIAN ............................................................................18 A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 1 8 B. Alat dan Bahan .................................................................................................... 18 C. Prosedur Penelitian ............................................................................................. 1 8 a. Pengambilan Sampel ...................................................................................... 18 b. Penimbangan dan Ekstraksi Sampel ............................................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................22 A. Hasil ...................................................................................................................... 21 B. Pembahasan ......................................................................................................... 2 2
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................26 A. kesimpulan ............................................................................................................. 27 B. Saran ....................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28 LAMPIRAN..........................................................................................................28
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Standar kehilangan minyak sawit (%) terhadap TBS .................................... 17 2. Hasil pengujian kehilangan minyak pada empty bunch ................................. 22
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Drum thresher ................................................................................................ 10 2. Diagram Alir Pengujian Oil Losses Pada Empty Bunch ................................ 21 3. Grafik persentase oil losses pada janjangan kosong ...................................... 23 4. Grafik kehilangan minyak pada buah restan………………………………...23
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Tabel hasil perhitungan oil losses pada janjangan kosong ............................ 30 2. Perhitungan oil losses .................................................................................... 31 3. Diagram alir pengolahan CPO ....................................................................... 33 4. Alur Proses Pemisahan Janjangan Kosong Dengan Brondolan Buah Sawit di Stasiun Penebah ...................................................................... 35 5. Dokumentasi analisis oil losses pada empty bunch ........................................ 36
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan metode dan aturan tertentu hingga menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Dalam proses pengolahan tersebut, perusahaan selalu berupaya untuk mengoptimalkan jumlah rendemen CPO dan PKO. Salah satu sistem manajemen yang diterapkan untuk mendapatkan jumlah rendemen yang optimal adalah menekan terjadinya kehilangan minyak (oil losses) pada CPO dan kehilangan Kernel (losses PKO) selama proses produksi. Losses minyak ini sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan dari perebusan sampai klarifikasi. Dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit pasti tidak terlepas dari yang namanya oil losses. Oil losses yang terjadi diantaranya oil losses di kondensat sterilizer, oil losses di tandan kosong, oil losses di unstripped bunches (USB), oil losses di fibre press, oil losses di stasiun klarifikasi. Kelapa sawit yang diolah disuatu industri menghasilkan minyak sawit, inti sawit, cangkang, serat, dan tandan kosong. Dalam proses pengolahan pemisahan antara brondolan dengan tandan kosong sering terjadi tingginya kehilangan minyak pada tandan kosong kelapa sawit ( Naibaho, P.1996). Pemisahan antara brondolan dengan janjangan kosong sering terjadi
tingginya kehilangan minyak pada janjangan kosong kelapa sawit. Pada Stasiun Penebah (pembanting) ini, tandan buah segar di proses sedemikian rupa hingga mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adapun
perlakuan yang terdapat pada stasiun ini yaitu berupa proses pemisahan antara brondolan buah sawit dengan janjangan kosong untuk pengepresan minyak sawit. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul: Persentase Oil Losses Yang Terdapat Pada Janjangan Kosong di PT Sasana Yudha Bhakti Desa Gunung Sari Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara B. TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung persentase oil losses yang terdapat pada janjangan kosong. C. Rumusan Masalah
1. Berapa persentase oil losses yang terjadi? 2. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya losses? 3. Bagaimana mengetahui oil losses pada janjangan kosong tinggi? D. Manfaat Penelitnia
Manfaat dari penelitian ini adalah: Menambah pengetahuan mengenai losses minyak pada janjangan kosong, mengetahui apa penyebab terjadinya oil losses pada janjangan kosong, mengetahui cara-cara perhitungannya dan cara-cara penanganannya yang tepat supaya oil losses dapat diminimalisir.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Kelapa Sawit ( Elais guinensiss Jacq)
1. Klasifikasi Penyebaran Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai: Divisi
: Embryophyta siphonagama
Kelas
: Angiospeermae
Ordo
: Monocotyledoneae
Family
: Aracaceae (dulu disebut Palmae)
Subfamily
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: 1. E. guineensis Jacq 2. E. olifera Cortes 3. E. odora
2. Penyebaran Kelapa Sawit Kelapa sawit ( E. guineensis) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat ditemukan secara liar atau setengah liar di sepanjang aliran sungai (Pahan, 2006).
3. Varietas Kelapa Sawit Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-variets tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain. Pembagian berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal tiga varietas kelapa sawit, yaitu: a. Dura Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-5%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini kemudian menyebar ke tempat lain, antara lain ke Negara Timur Jauh. Dalam persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina. b. Pisifera Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapai daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman jantan yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh
sebab itu, dalam persilangan pisifera dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara jantan Pisifera dengan induk Dura akan menghasilkan varietas Tenera. c. Tenera Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0.5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi ukuran tandannya relative lebih kecil (Risza, 1994). B. Tinjauan Umum Pabrik kelapa Sawit
Pabrik
pengolahan
kelapa
sawit
(PPKS)
adalah
kumpulan
peralatan/mesin instalasi sebagai alat pengolahan tandan buah segar yang cukup besar dan mahal harganya yang menghasilkan minyak sawit dan inti sawit + limbah cangkang, solid dan limbah cair. Pabrik yang berkapasitas 2030 ton TBS/jam terdiri dari 1 phase, selanjutnya untuk pabrik berkapasitas 40-60 ton TBS/jam terdiri dari 2 phase dan biasanya jumlah pengolahannya 2 kali jumlah mesin/instalasi yang berkapasitas 20-40 ton TBS/jam. Tujuan perusahaan untuk memperoleh hasil optimal dan dengan biaya operasi yang wajar, hanya akan tercapai apabila semua fungsi-fungsi manajemen dapat disinkronkan pedoman yang disepakati. Untuk mencapai
biaya operasi yang wajar, salah satu usaha adalah perawatan mesin-mesin instalasi pengolahan/maintenance yang baik. Pabrik kelapa sawit secara umum dibagi menjadi 11 stasiun: 1. Stasiun penerimaan buah ( fruit reception station) 2. Stasiun rebusan ( sterelizier station) 3. Stasiun penebah (thresing station) 4. Stasiun kempa ( pressing station) 5. Stasiun pemurnian minyak (clarification station) 6. Stasiun pabrik biji (kernel station) 7. Stasiun pengolahan air (water treatment station) 8. Stasiun ketel uap (boiler station) 9. Stasiun pembangkit tenaga ( power plant station) 10. Stasiun pengolah limbah (effluebt/waste treatment station) 11. Stasiun penimbunan dan penerimaan CPO ( storage and handling station) Masing-masing stasiun mempunyai tugas dan fungsi sendiri, serta merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga harus dimengerti dan dipahami berbagai aspek operasional PMS termasuk pengendalian dan pengawasan
prosesnya.
Pengedalian
dan
proses
yang
baik
menghasilkan:
Kontinuitas beroperasinya instalasi.
Hasil produk yang optimal dengan mutu yang memenuhi standar.
Kehilangan CPO sekecil mungkin.
akan
C. Tinjauan Umum Tentang Stasiun Thresher
Setelah melalui proses perebusan, lori berisi buah setelah direbus dalam Sterilizer ditarik keluar dengan menggunakan capstand menuju Transfer. Selanjutnya Lori yang berisi janjangan dipindahkan ke rail track yang lain dengan transfer cariage untuk kemudian masuk ke Tippler. Tippler berfungsi menumpahkan hasil rebusan dari lori ke auto feeder /bunch hopper . Untuk menumpahkan isi dalam satu lori membutuhkan waktu 20 menit. Dalam mengoperasikan Tippler, jangka waktu penuangan janjang buah dari Lori menentukan tercapai tidaknya kapasitas pengolahan. Kecepatan penuangan harus disesuaikan dengan kapasitas pengolahan. Auto feeder dan bunch hopper berfungsi sebagai wadah sementara penampungan janjangan buah sebelum dibawa ke thresher. Dari tippler janjangan buah dituang ke bunch hopper untuk selanjutnya janjangan buah jatuh perlahan ke bucket/scrapper bunch elevator untuk selanjutnya dibawa ke thresher. Setelah isi lori ditumpahkan, kelapa sawit menuju ke thresher melalui Bunch conveyor/elevator yang berfungsi membawa/mengangkat janjangan ke thresher yang dilengkapi dengan scrapper/bucket sebagai tempat janjangan hasil tuangan dari tippler. Thresher berfungsi untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor. Alat ini berupa mesin berbentuk drum berkisi-kisi yang berputar dengan kecepatan 23 rpm. Pada Thresher ini dilengkapi dengan Fruit Conveyor Under Thresher . Terdapat dua threser pada stasiun ini,
threser pertama untuk proses pemipilan pertama. Sedangkan threser kedua (second Threser) berfungsi untuk memaksimalkan pemipilan agar kelapa sawit yang masih ada pada tandan dapat terlepas semuanya sehingga kehilangan berondolan (losses) dalam janjangan dapat dikurangi. Dibawah ini akan dijelaskan sedikit tentang proses yang terjadi distasiun pemipilan: a. Tippler Tippler merupakan alat yang digunakan untuk menuang TBS dari lori yang telah direbus dimana jika kapasitas lori 4.5 atau 7,5 ton menggunakan tippler dan untuk lori kapasitas 2.5 ton menggunakan hosting crane. TBS yang telah direbus kemudian dipindahkan dengan transfer carrige menuju tippler dan kemudian TBS tersebut dituang. b. Bunch Hopper Bunch hopper berfungsi untuk menampung sementara TBS yang dituang dari lori, untuk pabrik dengan kapasitas lori 2.5 ton menggunakan pelengkap pada bunch hopper yaitu auto feeder . c.
Bunch Conveyor/Elevator Alat ini berfungsi untuk membawa TBS dari bunch hopper menuju thresher drum.
d. Thresher DrumThresherdrum adalah drum berputar dengan kecepatan 2124 rpm yang dilengkapi dengan kisi-kisi berfungsi untuk memisahkan brondolan dari janjangan dengan kapasitas 45 ton/jam.
e. Bunch Crusher Bunch crusher merupaka alat yang digunakan untuk melumat janjangan yang berasal dari thresher drum dengan tujuan agar janjangan tersebut hancur. f. Rethreser Drum Rethreser drum sama dengan thresher drum hanya saja alat ini digunakan setelah janjangan melewati bunch crusher, diharapkan brondolan yang belum terlepas dari thresher drum dapat terlepas pada rethreser ini. g. EFB Conveyor Alat
ini
berfungsi
untuk
membawa
janjangan
janjangan
kosong
kosong
menuju
incenerator/EFB hopper. h. Incenerator Berfungsi
untuk
membakar
dimana
abu
hasil
pembakaran janjangan kosong ini nantinya akan digunakan sebagai pupuk pada kebun kelapa sawit. i. Under Threser Conveyor Berfungsi untuk membawa brondolan yang sudah terlepas dari janjangan menuju bottom cross conveyor j. Bottom Cross Conveyor Berfungsi untuk membawa brondolan (fruits) menuju fruit elevator. k. Fruit Elevator Berfungsi untuk membawa brondolan menuju Top Cross Conveyor.
D. Tinjauan Umum Oil Losis
Losses minyak adalah kehilangan minyak kelapa sawit pada saat proses produksi. Losses minyak dimulai dari proses perebusan, hal ini disebabkan karena pada saat kelapa sawit yang masih berupa brondolan, setelah perebusan dipisahkan janjangannya sehingga pada janjangan masih terdapat minyak kelapa sawit yang masih tertinggal. Pada biji masih terdapat serabut yang masih memisahkan kandungan minyak, begitu juga pada ampas masih terdapat minyak yang tinggal ( Sari, 2013). Pabrik minyak kelapa sawit dioperasikan dalam suatu rangkaian proses yang kontinyu, dimana hasil proses dari satu instalasi akan dilanjutkan oleh instalasi berikutnya dengan mempertahankan mutu. Kehilangan minyak selama proses pengolahsn TBS untuk menghasilkan CPO tidak dapat dihindari dalam setiap PKS. Hal ini disebabakan oleh alat yang tidak bekerja pada kondisi optimum karena kesalahan dalam pengoperasian unit-unit industri. Misalnya pada stasiun perebusan, apabila tekanan dan waktu perebusan yang tinggi akan mengakibatkan kehilangan minyak pada air rebusan bertambah, tetapi apabila tekanan dan waktu perebusan terlalu rendah akan mengakibatkan pelumatan dalam digester kurang sempurna, sebagian daging buah tidak lepas dari biji sehingga losses minyak pada ampas dan biji bertambah. Pada stasiun penebahan, kerusakan pada mesin penebah akan mengakibatkan kerja bantingan tidak sempurna sehingga losses minyak pada janjangan tinggi karena masih banyak brondolan yang tertinggal pada janjangan ( Sari, 2013).
Efisiensi teknik teknologis didefenisikan sebagai efektivitas dan produktivitas dalam pengoperasian suatu pabrik. Suatu pabrik dikatakan kurang efisien jika angka losses, kualitas, ekstraksi minyak dan inti sawit, serta kapasitas produksi tidak sesuai dengan norma standar. Hal ini dapat diketahui dari kapasitas olah yang tidak sesuai dengan kapasitas desain, losses yang tinggi, dan kualitas yang rendah. Selain standar pabrik, perlu juga dibuat standar untuk kematangan buah karena kematangan buah mempunyai kontribusi terhadap efektivitas pengolahan di pabrik. Ekstraksi atau pengutipan minyak dari buah kelapa sawit tidak akan pernah mencapai 100%. Kehilangan minyak pasti terjadi, tetapi harus diusahakan sekecil mungkin atau pada batas-batas yang telah ditolerir. Salah satu parameter untuk menentukan apakah suatu PKS dapat dikatakan bekerja efektif dan efisien yaitu angka-angka kehilangan minyak dan inti yang sudah distandarkan. Jika pada suatu proses pengolahan pabrik ternyata angka-angka kehilangan minyak yang terjadi melebihi dari angka-angka yang telah distandarkan maka dapat
dikatakan
pabrik
tersebut
kurang
efisien
dan
efektif.
Kehilangan minyak sawit diperiksa pada contoh janjangan kosong, ampas kempa, biji dan air drab. Contoh TBK diambil dari conveyor di ujung keluaran penebah, ampas kempa langsung dari celah konus kempa, biji dari ampas kempa yang sama dan air drab dari keluaran buangan sentrifus drab. Berikut adalah penjelasan pengambilan sampel losses pada pengolahan kelapa sawit:
Janjangan kosong, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS. Tujuan pengujian adalah menetapkan kehilangan minyak dalam TBK, sekaligus memberi petunjuk mengenai siklus rebusan dan kematangan panen, karena keduanya mempengaruhi fluktuasi khilangan minyak dalam TBS.
Ampas kempa, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS dalam serabut. Jika ada peningkatan menyolok harus dicari penyebabnya dan segera diperbaiki, atau segera berpindah ke kempa yang baik, atau mengurangi putarannya.
Biji dalam ampas kempa, dikumpulkan data mengenai komposisi atau perbandingan serabut, biji, biji utuh, biji pecah, inti utuh, biji pecah dan cangkang dalam ampas kempa. Informasi ini diperlukan untuk mengetahui perbandingan serabut terhadap ampas kempa untuk perhitungan jumlah minyak dalam ampas kempa terhadap TBS.
Air drab, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS. tujuan pengujian untuk menentukan kadar minyak terhadap NOS dalam air buangan untuk memeriksa efisiensi sentrifus drab dan perhitungan pengutipan minyak. Kehilangan minyak dalam air drab ditentukan oleh suhu dalam tangki pengendap dan kadar ZPBL dalam minyak mentah.
Yang terakhir ini ditentukan oleh jumlah tirisan minyak mentah yang keluar dari dasar bejana peremas semakin banyak tirisan semakin tinggi kadar zat padat tersebut. Kadar zat padat, suhu dan tingkat
pengenceran
minyak
mentah
bersama-sama
akan
menentukan
viskositas yang akhirnya mempengaruhi kehilangan minyak dalam air drab. Yang paling menentukan, yang harus dikendalikan adalah besar gelembung minyak (cegah pendidihan dan pengadukan cepat yang terlalu lama) dan viskositas. Suhu harus setinggi mungkin, mendekati 1000 C. Suatu campuran minyak, air dan lumpur masuk pipa sentral CCT, dikarenakan gerakan menurun, elemen-elemen yang lebih berat cenderung turun ke bawah dan minyak akan naik dikarenakan perbedaan berat jenis. Minyak akan diambil dari bagian atas sedangkan endapan lumpur terkumpul dan dialirkan dari bawah. Partikel-partikel berat yang terkumpul di bawah harus dikeringkan setiap hari, lebih baik saat pabrik berhenti dan sebelum dihidupkan lagi. Karena BD minyak lebih rendah daripada BD air/ endapan kolom minyak harus lebih besar untuk mengimbangi kolom endapan, sehingga jumlah aliran keluar akan seimbang. Bila lapisan minyak terlalu dangkal, maka skimmer harus diturunkan, sehingga kedua lapisan tersebut mendekati seimbang. Ini dapat berakibat ketidakseimbangan dan endapan dapat terbawa oleh minyak, akan menambah beban pada kemurnian, atau minyak bila terbawa oleh lumpur endapan, sehingga mempertinggi kehilangan minyak ( Pusdiklat, 2004). Sasaran yang menjadi tujuan pabrik minyak sawit adalah pengutipan sebanyak-banyaknya minyak dariinti sawit yang terkandung dalam panen TBS yang diolah. Dengan perkataan lain, kehilangan minyak dan inti sawit
dalam pengolahan harus serendah mungkin sesuai dengan kemampuan mesin dan alat yang ada, dan sesuai dengan kemampuan tenaga kerja yang ada (mulai tenaga pimpinan pabrik samapai pembantu operator dan tukang). Kemampuan kepatuhan
tenaga
kepada
kerja tata
mencakup
operasi
yang
pengetahuan, benar,dan
ketrampilan,
semakin
dan
meningkat
kemampuannya dengan melakukan secara benar dan berulang-ulang demi terciptanya efektifitas dan efisiensi yang tinggi (Mangonsoekardjodan semangun, 2005)
Cairan yang keluar dari alat kempa terdiri dari campuran minyak, air dan padatan bukan minyak. Untuk memisahkan minyak dari fase lainnya perlu dilakukan dengan proses pemurnian. Minyak dimurnikan dengan tujuan agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan okidasi. Hidrolisis dapat terjadi karena cairan bersuhu panas dan cukup banyak air, demikian juga oksidasi akan terjadi dengan adanya NOS yang berupa bahan organik seperti Fe dan Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang cepat. Dalam daging buah yang direbus terdapat komposisi minyak 54 %, air 28 % dan NOS 18 % dan jika diperas dengan screw press maka komposisi ini akan berubah menjadi cairan dengan kandungan minyak 66 %, air 24 % dan NOS 10 %. Padatan bukan minyak yang keluar dari kempa diberikan istilah non fatty pressing quotient (NFPQ), yaitu jumlah padatan yang terikut dalam minyak setelah melalui ayakan yang berasal dari lumpur lapangan yang memilki arti semakin tinggi NFPQ maka kehilangan minyak dalam proses klarifikasi semakin tinggi. Pembuangan
lumpur (blow down) merupakan kegiatan yang rutin dikerjakan yaitu lumpur yang berada di bawah Oil Settling Tank dapat mengganggu proses pengendapan. Jika cone ditutupi oleh lumpur maka dasar tanki seolah-olah bidang datar, berarti akan mengurangi volume tangki dan cairan yang keluar dari alat kempa terdiri dari campuran minyak, air dan padatan bukan minyak. Untuk memisahkan minyak dari fase lainnya perlu dilakukan dengan proses pemurnian. Minyak dimurnikan dengan tujuan agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan okidasi. Hidrolisis dapat terjadi karena cairan bersuhu panas dan cukup banyak air, demikian juga oksidasi akan terjadi dengan adanya NOS yang berupa bahan organik seperti Fe dan Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang cepat. Dalam daging buah yang direbus terdapat komposisi minyak 54 %, air 28 % dan NOS 18 % dan jika diperas dengan screw press maka komposisi ini akan berubah menjadi cairan dengan kandungan minyak 66 %, air 24 % dan NOS 10 %. Padatan bukan minyak yang keluar dari kempa diberikan istilah non fatty pressing quotient (NFPQ), yaitu jumlah padatan yang terikut dalam minyak setelah melalui ayakan yang berasal dari lumpur lapangan yang memilki arti semakin tinggi NFPQ maka kehilangan minyak dalam proses klarifikasi semakin tinggi. Pembuangan lumpur (blow down) merupakan kegiatan yang rutin dikerjakan yaitu lumpur yang berada di bawah Oil Settling Tank dapat mengganggu proses pengendapan. Jika cone ditutupi oleh lumpur maka dasar tanki seolah-olah bidang datar, berarti akan mengurangi volume tangki dan mengurangi waktu tunggu dalam tangki. Untuk mencapai
hasil yang lebih baik maka pembuangan lumpur perlu dilakukan secara kontinu dengan selang waktu tertentu. Pembuangan lumpur yang terlalu cepat dapat mempertinggi oil losses, karena dalam lumpur tersebut masih terdapat minyak yang menempel. Banyak tidaknya minyak dalam lumpur juga dipengaruhi oleh suhu pemanasan ( Naibaho, 1998).
Kehilangan minyak
sawit dan inti sawit dapat terjadi pada tiga tahap dalam proses produksi, yaitu: 1. Penyerbukan tidak sempurna, terlihat dari banyaknya buah partenokarpi (janjangan
yang jarang buahnya). Hasilnya adalah berat janjangan
berkurang dari seharusnya. 2. Panen tidak sempurna, dimana janjangan terlalu mentah atau terlalu matang dan brondolan hilang di antara tanaman kacangan. Hasilnya adalah rendemen hasil yang rendah dan kadar ALB minyak yang tinggi. 3. Pengolahan tidak sempurna, dimana kondisi proses tidak terpenuhi, keausan dan kerusakan mesin olah. Hasilnya adalah pengutipan minyak menjadi rendah dan kenaikan kadar ALB yang besar dalam pengolahan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003 ). Tabel 1. Standar kehilangan minyak sawit (%) terhadap TBS Sumber losses Standar (%) Empty bunch 0,45 USB 0,01 Fruit Losses EB 0,01 Press Cake Fibre 0,52 Nuts 0,04 Solid Decanter 0,15 Heavy Phase 0,25 Final Effluent 0,45
Sumber:
E. Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan Kosong Kelapa Sawit adalah salah satu produk samping pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Dalam satu hari pengolahan bisa dihasilkan ratusan ton TKKS. Diperkirakan saat ini limbah TKKS di Indonesia mencapai 20 juta ton. TKKS tersebut memiliki potensi untuk diolah menjadi berbagai macam produk. Sebagian besar tandan kosong yang dihasilkan dari stasiun penebah (threshing ), masih mengandung minyak. Untuk itu, kerugian yang terjadi pada proses penebahan ada dua macam, yaitu kerugian minyak yang terserap oleh tandan kosong dan kerugian minyak dalam buah yang masih tertinggal di tandan (tidak membrondol). Tingkat kematangan buah dan metode perebusan buah sangat menentukan dalam keberhasilan proses pengolahan buah kelapa sawit. Semakin tinggi tingkat kematangan dan semakin lama waktu perebusan, semakin besar pula kemungkinan bahwa minyak akan meleleh keluar dari daging buah selama perebusan karena daging buah menjadi sangat lunak. Dan pada saat proses penebahan, minyak tersebut terserap oleh janjangan (Robiana, 2010).
\
III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pabrik PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oil Mill Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara selama 6 bulan yang meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan dan pengolahan serta penulisan karya ilmiah atau tugas akhir. Dimulai dengan penulisan proposal bulan Februari dan pengambilan data akhir bulan Maretawal bulan April dan penyusunan hasil selama 4 bulan. B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah parang, plastik, kertas timbel, neraca digital, oven, sokhlet, labu, kapas, janjangan kosong setelah perebusan, heksan C. Prosedur Penelitian a. Pengambilan Sampel
1. Sampel janjangan kosong diambil 2 jam setelah proses di sampel point. 2. Sampel janjangan kosong diambil secara acak. 3. Janjangan kosong kemudian dibelah menjadi 4 bagian dengan metode quarter. 4. Kemudian ambil sampel yang bertanda x kemudian sampel dicincang. 5. Sampel dihomogenkan, kemudian sampel dibagi berdasarkan metode berikut
lalu ambil bagian yang bertanda x.
b. Penimbangan dan Ekstraksi Sampel
1. Timbang wadah (kertas timbel) 2. Masukkan sampel kedalam wadah sebanyak 30 gr kemudian dikeringkan di oven selama 8 jam dengen suhu 105 0 C 3. Dinginkan sampel yang telah dioven 4. Kemudian timbang kembali sampel yang telah didinginkan 5. Timbang labu ekstraksi 6. Tambahkan heksan sebanyak 200 ml ke dalam labu ekstraksi 7. Kemudian ekstraksi selama 4 jam (terlihat warna heksan sudah jernih) 8. Keringkan pelarut heksan, lalu oven selama 30 menit 9. Kemudian dinginkan dan timbang beratnya. Persentase oil losses pada janjangan kosong dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (bw + sampel) - (bw + s.k) Moisture =
x 100% Berat sampel
dm/wm = 100 – moisture Owm
berat minyak = x 100% berat sampel owm
Odm
=
dm/wm keterangan: bw = s.k = dm/wm = owm = odm =
x 100% berat wadah sampel kering dry mater/wet mater oil wet mater oil dry mater
oil losses
Janjangan Kosong
Pemotongan sampel menjadi 4 bagian
Pencincangan
Penimbangan
Pengeringan selama 8 jam
Penimbangan
Ekstraksi selama 4 jam
Pengeringan
Penimbangan
Gambar 2. Diagram Alir Pengujian Oil Loses Pada Empty Bunch/Janjangan Kosong
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan pengambilan data selama 12 hari penelitian didapatkan 2 kelompok data. Kelompok 1 yaitu pengolahan data terhadap janjangan kosong yang mengalami penghentian proses perebusan, sedangkan kelompok data 2 yaitu pengolahan data pada janjangan kosong yang tidak mengalami proses penghentian. Pada pengolahan yang mengalami penghentian proses perebusan didapatkan data yang terdapat pada tabel, 2. Sedangkan pada pengolahan yang tidak mengalami penghentian proses perebusan didapatkan data yang terdapat pada tabel, 3. Tabel 2. Hasil pengujian kehilangan minyak pada janjangan kosong yang mengalami penghentian proses Tanggal 29 Maret 2016 30 Maret 2016 31 Maret 2016 1 April 2016
Berat sampel (gr) 30,2132 30,3054 30,0839 30,6814
Berat oil (gr) 1,0487 1,1823 0,8515 1,3093
Owm (%) 3,47 3,93 2,82 4,27
Odm (%) 9,86 10,13 8,28 11,96
Tabel 3. Hasil pengujian oil losses yang tidak mengalami penghentian proses Tanggal 4 April 2016 5 April 2016 6 April 2016 7 April 2016 8 April 2016 9 April 2016 11 April 2016 12 April 2016
Berat sampel (gr) 30,1687 30,5305 30,1469 30,5201 30,6354 30,1854 30,0506 30,5615
Berat oil (gr) 0,3689 0,3126 0,3760 0,2333 0,5118 0,2739 0,2323 0,4255
Owm (%) 1,22 1,02 1,25 0,76 1,67 0,89 0,77 1,39
Odm (%) 5,64 4,98 5,57 3,99 8,18 3,99 4,94 7,19
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016. Untuk contoh dan hasil perhitungan pengujian kehilangan oil losses dapat dilihat pada lampiran.
Owm (%) tanggal 29 Maret-1 April 5 3,47
4
4,27
3,93 2,82
3 2 1 0 29 Maret 2016
30 Maret 2016
31 Maret 2016
1-Apr-16
Gambar 3. Grafik pengurangan Kehilangan Minyak Pada Janjangan Kosong Yang Mengalami Penghentian Proses
Owm (%) 4 April-12 April 2 S1,5 E S S O 1 L %0,5
1,67 1,22
1,39
1,25 1,02 0,76
0,89
0,77
0
Gambar 4. Grafik persentase kehilangan minyak yang tidak mengalami penghentian proses
B. Pembahasan
Dari hasil pengambilan data selama 8 hari dan dilampirkan pada Tabel 3 dan data 4 hari pada Tabel 2 dijelaskan bahwa semakin tinggi berat oil pada sampel setelah ekstraksi maka hasil dari owm/oil wet mater akan semakin tinggi. Tingginya oil losses terjadi karena beberapa faktor, diantaranya
perebusan yang kurang maksimal, buah restan, buah busuk. Untuk mengatasi masalah yang menyebabkan tingginya losses pada janjangan kosong maka TBS yang dapat menyebabkan oil losses tinggi harus diperlakukan sesuai dengan prosedur, yaitu sortasi dan grading yang baik. Namun terkadang ada juga buah restan setelah direbus tidak langsung diolah melainkan diinapkan semalam dikarenakan poses pengolahan sudah waktunya selesai. Dalam pengambilan data yang kami lakukan terhadap buah normal selama 8 hari didapatkan rata-rata oil loses yaitu 1.12125%, sedangkan yang 4 hari buah restan didapatkan persentae oil losses yaitu 3.6225%. Untuk persentase kehilangan minyak atau standar owm pada janjangan kosong yang sudah ditetapkan oleh perusahaan yaitu 1%. Perebusan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam proses produksi minyak sawit. Dalam perebusan dapat mempengaruhi terjadinya oil losses yang tinggi, yaitu ketika perebusan tidak maksimal yang seharusnya TBS yang terlalu matang direbus dengan waktu yang lebih singkat tetapi masih direbus dengan waktu standar maka potensi terjadinya oil losses pada janjangan kosong akan semakin besar, namun ketika buah kurang matang direbus dengan waktu yang singkat maka yang terjadi adalah kurang efektifnya stasiun thresher dalam merontokkan buah sawit dari janjangannya bahkan ketika buah yang mentah terikut dalam perebusan thresher tidak mampu merontokkan. Prinsip kerja thresher adalah dengan cara membanting Tandan Buah Segar ke dalam drum thresher yang berputar. Thresher sendiri memiliki kecepatan 21 rpm dengan rasio bantingan
8 kali untuk merontokkan dengan maksimal buah dari janjangannya. Proses pemipilan
harus
dilakukan
semaksimal
mungkin untuk menghindari
terjadinya kehilangan minyak yang lebih tinggi. Tidak sempurnanya thresher akan mempengaruhi efisiensi pabrik, batas pabrik yang dilihat untuk brondol yang tidak terlepas adalah <3%. Jika berondol banyak yang tidak terlepas pada stasiun thresher maka lossesakan naik. Untuk pengambilan sampel di sampel point dilakukan 2 jam setelah proses untuk menghindari terjadinya pengambilan janjangan restan sisa rebusan yang belum diolah. Oleh karena itu dalam mengolah TBS membutuhkan penanganan yang serius dan mengikuti aturan-aturan sehingga tujuan akhir untuk mendapatkan rendemen yang tinggi dapat dipenuhi. Prinsip utama dari pabrik kelapa sawit adalah “Mengutip minyak setinggi-tingginya dan menekan losses yang serendah-rendahnya”. Pengutipan minyak pertama kali dilakukan di areal tanaman kelapa sawit, dengan tidak meninggalkan sebuah pun berondolan yang jatuh, pengangkutan yang baik dan penanganan TBS di loading ramp. Jika dari hasil penelitian diambil suatu kesimpulan potensi sebesar 1.25% sehingga rendemen yang didapat sebesar 23.75% (Pahan, 2008). Tekanan uap dan lama perebusan sangat menentukan hasil perebusan juga mempengaruhi efisiensi pabrik. Tekanan uap dan lama perebusan yang tidak cukup akan berpengaruh terhadap buah kurang masak, sebagian brondolan tidak lepas dari tandan (unstripped bunch) yang mengakibatkan kerugian minyak dalam janjangan kosong bertambah, pelumatan dalam digester tidak sempurna, sebagian daging buah tidak lepas dari biji sehingga
mengakibatkan proses pengempaan tidak sempurna dan mengakibatkan kerugian minyak pada ampas. Minyak di janjangan kososng tinggi dapat diindikasikan dengan janjangan kosong basah/berminyak dan mempunyai norma 2.5%-3.0% terhadap contoh, hal ini dapat disebabkan oleh TBS yang lewat matang, waktu rebus yang terlalu lama dan muatan autofeeder yang melampaui kapasitas. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara lama perebusan disesuaikan dengan SOP, perhatikan mutu TBS di loading ramp dengan cara melihat mutu TBS yang mengarah ke mentah maka lama perebusan diperpanjang, mutu TBS kelewat matang atau buah menginap lama diperebusan. Adapun cara penanggulangan atau pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi kehilangan minyak, yaitu:
Pada janjangan kosong: Untuk mengurangi kehilangan minyak selama penebahan, dapat dilakukan dengan cara melakukan pengisian buah ke penebah secara teratur dan tidak overload agar benturan antara tandan dengan brondolan yang rusak dagingnya tersebut dapat menjadi lebih singkat waktunya. Pemuatan alat penebah yang berlebihan akan mengakibatkan penebahan kurang sempurna dan mengakibatkan banyak brondolan yang tidak terlepas dari tandannya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengambilan data Oil losses selama 12 hari dihasilkan 2 data. Pada proses yang mengalami penghentian proses selama 4 hari didapatkan rata -rata 3,62% yang tidak sesuai dengan standar pabrik. Sedangkan pada proses yang tidak mengalami penghentian proses didapatkan data 1,25% yang sesuai dengan standar pabrik. B. Saran
Pada proses pengolahan sebaiknya jangan sampai adanya penghentian proses pengolahan. Supaya tidak terjadi danya oil losses yang tinggi, sehingga akan didapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Proses Pengolahan Kelapa Sawit http: Anonim, 2009. // kabarsawit.wordpress.com/ Diakses pada tanggal 20 Desember 2015. Anonim, 2012. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit http://sawitku.wordpress.com/2009/10/31/berbagi-hasil-olahan-darikelapa-sawit/. Diakses pada tanggal 03 januari 2016. Mangoenseokardjo S dan H. Semangun, 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Nainggolan, N.P., 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendemen CPO (Crude Palm Oil) Di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Adolina PTPN IV Perbaungan. Universitas Sumatra Utara, Medan. (http//:NellaNainggolanParhusip. pdf, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendemen CPO (Crude Palm Oil) di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Adolina PTPN IV Perbaungan.htm) diakses pada tanggal 2 september 2016 pukul 14.20 wita. Naibaho, P., 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Pahan, I., 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Risza, S., 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Jakarta. Robiana, A., 2010. Analisis Kehilangan Minyak Pada Fat Pit Dan Tandan Kosong di PTPN III Kebun Rambutan. Universitas Sumatra Utara, Medan. Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sari, I.D., 2013. Penetapan Kadar Losis Minyak Pada Crude Palm Oil (CPO). Universitas Sumatra Utara, Medan.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Table hasil perhitungan oil losis pada janjangan kosong
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Moisture
Dm/wm
Berat labu
Berat labu
Berat oil
Owm
(%)
(gr)
(gr)
+ oil (gr)
(gr)
(%)
Bwadah Berat Tanggal
Wadah + Berat
+
sampel
sampel wadah (gr)
Sampel
(gr)
kering (gr) (gr)
29 Maret 2016
30.21
3.78
34.00
14.61
64.17
35.83
117.20
118.28
1.0487
3.47
30 Maret 2016
30.30
3.57
33.87
13.88
65.97
34.02
107.66
108.84
1.1823
3.93
31 Maret 2016
30.08
3.90
33.98
15,56
61.22
38.78
107.66
108.51
0.8515
2.82
1 April 2016
30.68
4.10
34.78
14.05
64.30
35.69
107.66
108.97
1.3093
4.27
4 April 2016
30.16
3.83
34.00
10.33
78.46
21.54
107.66
108.07
0.3689
1.22
5 April 2016
30.53
3.86
34.39
10.13
79.46
20.54
107.67
107.98
0.3126
1.02
6 April 2016
30.14
4.40
34.54
11.14
77.61
22.39
107.67
108.05
0.3760
1.25
7 April 2016
30.52
4.38
34.90
10.19
80.96
19.04
107.70
107.95
0.2333
0.76
8 April 2016
30.63
4.22
34.86
10.48
78,59
20.41
107.69
108.20
0.5118
1.67
9 April 2016
30.18
4.18
34.48
10.79
77.74
22.26
107.67
107.94
0.2739
0.89
11 April 2016
30.05
4,62
34.67
9.34
84.31
15.59
107.66
107.89
0.2323
0.77
12 April 2016
30.56
4.35
34.91
10.25
80.68
19.32
107.67
108.09
0.4255
1.39
Lampiran 2. Perhitungan oil losis
Persentase oil losis (owm) pada empty bunch dihitung dengan :
(bw + sampel) - ( bw + s.k) Moisture =
x 100% Berat sampel
Contoh perhitungan sampel tanggal 29 maret 2016 adalah sebagai berikut: Diketahui:
berat wadah (bw) = 3,7897 gr Berat sampel (bs) = 30,2132 gr Wadah + sampel = 34,0029 gr Wadah + sampel kering (bw+sk) = 14,6142 gr
Moisture: ………..? ( bw + sampel ) - ( bw + s.k) Moisture =
x 100% Berat sampel 34,0029 – 14,6142
=
x 100% 30,2132 19,3887
=
x 100% 30,2132
=
64,1729%
Dm/wm = 100 – moisture = 100 – 64,1729% = 35,83% berat minyak
owm
=
x 100% Berat sampel 1,0487
=
x 100% = 3,47 % 30,2132
Berat oil didapatkan setelah ekstraksi sampel, dan owm merupakan berat oil terhadap sampel basah serta untuk persentase oil losses yang diambil. Keterangan: bw = berat wadah s.k = sampel kering owm = oil wet mater dm/wm = dry mater/wet mater
Lampiran 3. Diagram alir pengolahan CPO
VEBEWE
Penimbangan
Sortasi
Loading Ramp
Sterilizer
Thresher
Digester
Screw Press
Sand Trap Tank
Vibrating screen
Crude Oil Tank
Crude Oil Tank
CST
Sludge Oil Tank
Oil Tank
Sand Cyclone Vacuum drier sludge
Minyak
Sand Tank Storage tank Buffer Tank
Centrifuge minyak
Reclaimed oil tank
sludge
Fat Pit
Lampiran 4. Alur Proses Pemisahan Tandan Kosong Dengan Brondolan Buah Sawit di Stasiun Penebah
Buah Dari Sterillizer
TIPPLER
THRESHER
Tandan Kosong
Empty Bunch Conveyor
kompos
Brondolan Buah Sawit
Fruit Elevator
digester
lampiran 5. Gambar dokumentasi analisis oil losis pada empty bunch
Pengambilan sampel
Pemotongan Sampel
Pembagian sampel Pencincangan Sampel
Sampel dihomogenkan
wadah sampel (kertas timbel)
Ekstraksi sampel
Sampel dibagi menjadi 4 bagian
Penimbangan sampel
Minyak setelah ekstraksi