Akuntansi Istishna " 1
AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH
"AKUNTANSI ISTISHNA"
Oleh:
Nama : Antik Febrianti Umar
NIM : 3160005
Konsentrasi : Akuntansi
INSTITUT BISNIS & MULTIMEDIA ASMI
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN AJARAN 2017 – 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah menganugerahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, karena hanya dengan karunianya makalah yang berjudul "Akuntansi Istishna'" ini dapat selesai tanpa hambatan yang berarti. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. utusan dan manusia pilihan-Nya yang mengantarkan umat manusia minadzdzulumati ilan-nuur, yakni addinul Islam (dari zaman kegelapan menuju zaman yang bercahaya, yakni agama Islam).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar Akuntansi Perbankan Syariah, dosen Mia Lestarai, S.E, S.I, serta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Jakarta, 12 April 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
I PENGANTAR 4
Pengertian dan Skema Istishna 4
Hak - Hak Para Pelaku Istishna 5
Syarat – Syarat Istishna 5
Mekanisme Pembayaran Transaksi Istishna 6-8
II STANDAR AKUNTANSI 8
Bank Sebagai Produsen/Penjual 8
Pengakuan Pendapatan dan Keuntungan Istishna dan Istishna Paralel 9
Penyelesaian Awal 9
Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan 10
Beban Pemeliharaan 10
Bank Sebagai Pembeli 10
Penyajian 11
Pengungkapan 11
III BIAYA ISTISHNA DAN ISTISHNA PARALEL 11
IV PENGAKUAN PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN ISTISHNA DAN ISTISHNA PARALEL. 12-13
V PERLAKUAN AKUNTANSI ISTISHNA DENGAN CARA PEMBAYARAN DIMUKA. 14-19
VI Perlakuan Akuntansi Istishna Dengan Cara Pembayaran Angsuran Selama Dalam Proses. 19-32
VII Perlakuan Akuntansi Istishna Dengan Cara Pembayaran Setelah Penyerahan Barang 32-38
VIII PENYELESAIAN AWAL. 39-40
IX PERUBAHAN PESANAN DAN KLAIM TAMBAHAN. 40
X BANK SEBAGAI PEMBELI. 40-41
BAB III PENUTUP 42
Kesimpulan 42
DAFTAR PUSTAKA 43
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istishna' merupakan salah satu akad muamalat yang digunakan dalam produk perbankan syariah yang termasuk pada produk penyaluran atau pembiayan dana bank syariah dengan prinsip jual beli. Mekanisme operasi istishna' pada bank syariah dilakukan sesuai dengan aturan syariah yang ada. Dalam perhitungan dan pengukuran transaksi istishna', bank syariah selaku salah satu lembaga keuangan menggunakan akuntansi yang juga sesuai dengan ketentuan syariah.
Akuntansi syariah memudahkan bank syariah untuk mencatat berbagai transaksi yang dilakukan sehingga laporan keuangan yang disajikan dapat memberikan informasi yang akurat dan relevan. Tidak terkecuali terhadap akad istishna' dalam salah satu produk bank syariah. Makalah ini akan membahas bagaimana skema istishna' dalam bank syariah bagaimana akuntansi syariah yang berlaku atas akad istishna' tersebut.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan istishna' dan bagaimana skema istishna' tersebut?
Apa sumber hukum dan bagaimana ketentuan istishna'?
Bagaimana pengakuan dan pengukuran akuntansi istishna'?
Bagaimana ilustrasi akuntansi istishna'?
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian istishna' dan skema istishna.
Untuk mengetahui sumber hukum dan ketentuan istishna.
Untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran akuntansi istishna.
Untuk mengetahui ilustrasi akuntansi istishna.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengantar
Pengertian dan Skema Istishna.
Istishna adalah akad jual beli antara al-mustashni (pembeli) dan as-shani (produsen yang juga bertindak sebagai penjual). Berdasarkan akad tersebut pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al-mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang di isyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan produsen/penjual diawal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara penjual dan produsen/penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka produsen/penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya. Perpindahan kepemilikan barang pesanan dari produsen/penjual ke pembeli saat dilakukan pada saat penyerahan sebesar jumlah yang disepakati.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (sub-kontraktor) untuk menyediakan barang pesanan dengan cara Istishna maka hal ini disebut Istishna paralel. Istishna Paralel dapat dilakukan dengan syarat :
Akad kedua antara bank dan sub-kontraktor terpisah dari akad pertama antara bank dengan pembeli akhir.
Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi :
Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya.
Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Hak – Hak Para Pelaku Istishna.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari produsen/penjual atas :
Jumlah yang telah dibayarkan.
Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.
Produsen/penjual mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan bahwa harga yang disepakati akan dibayar tepat waktu. Rukun istishna terdiri :
Produsen / pembuat barang (shaani) dan menyediakan bahan bakunya.
Pemesan / pembeli barang (Mustashni).
Proyek / usaha barang / jasa yang dipesan (mashnu').
Harga (Tsaman).
Shighat / Ijab Qabul.
Syarat - Syarat Istishna .
(Muamalat Institute, Perbankan Syariah, hal 59) adalah :
Pihak yang berakal cakap hukum dan mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli.
Ridha / keralaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji.
Apabila isi akad di isyaratkan Shani' hanya bekerja saja, maka akad ini bukan lagi Istishna, tetapi berubah menjadi akad ijarah.
Pihak yang membuat menyatakan kesanggupan untuk mengadakan / membuat barang itu.
Mashnu' (barang / objek pesanan) mempunyai kriteria yang jelas seperti jenis, ukuran (tipe), mutu dan jumlahnya.
Barang tersebut tidak termasuk dalam kategori yang dilarang syara' (najis, haram, samar/tidak jelas) atau menimbulkan kemudharatan (menimbulkan maksiat).
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang jual beli Istishna sebagaimana tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 06 / DSN-MUI / IV / 2000 tertanggal 4 April 2000 (Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal 38-39) sebagai berikut :
Pertama : Ketentuan tentang pembayaran.
Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan manfaat .
Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
Kedua : Ketentuan tentang barang.
Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
Penyerahannya dilakukan kemudian.
Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
Pembelian (mustashni') tidak menjual barang sebelum menerimanya.
Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyah (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
Ketiga : Ketentuan lain :
Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat.
Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan diatas berlaku pula pada jual beli Istishna.
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kdua belah pihak maka penyelesaian dilakukan melalui badan arbitrasi syariah setelah tidak tercapai ksepakatan melalui musyawarah.
Sedangkan Fatwa yang berkaitan dengan Istishna Paralel sebagaimana tercantum dalam Ftwa Dewan Syariah Nasional No.22/DSN-MUI/III/2004.
Pertama : Ketentuan Umum.
Jika LKS melakukan transaksi Istishna' untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah ia dapat melakukan Istishna'lagi dengan pihak lain pada objek yang sama, dengan syarat Istishna pertama tidak bergantung (mu'allaq) pada Istishna kedua.
Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Istishna (Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 06 / DSN-MUI / IV / 2000) berlaku pula dalam Istishna Paralel.
Mekanisme Pembayaran Transaksi Istishna.
Sesuai dengan pengertian Istishna, maka mekanisme pembayaran transaksi Istishna yang harus disepakati oleh akad dan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
Pembayaran dimuka secara keseluruhan.
Yaitu pembayaran dilakukan scara keseluruhan harga barang pada saat akad sebelum aktiva Istishna yang dipesan tersebut diserahkan kepada pembeli akhir. Cara pembayaran seperti ini sama dengan pembayaran pada salam.
Oleh karena itu perlakuan akuntansi jika penyelesaian piutang Istishna dilakukan dengan cara pembayaran dimuka maka perlakuan akuntansinya mengikuti perlakuan akauntansi untuk transaksi Salam, namun istilah "piutang salam" diganti menjadi "Aktiva Istishna Dalam Penyelesain" sedangkan "hutang salam" diganti menjadi "Hutang Istishna", sedangkan pengakuan pendapatan yang digunakan jika bank menggunakan mekanisme pembayaran dimuka adalah pendapatan pengakuan sebagaimana dalam transaksi salam sedangkan metode pengakuan yang dapat dilakukan adalah metode presentase penyelesaian dan metode akad selesai.
Pembayaran secara angsuran selama proses pembuatan.
Yaitu pembayaran dilakukan oleh pemesan secara bertahap atau angsuran selama proses pembuatan barang. Cara pembayaran ini dimungkinkan adanya pembayaran termin sesuai dngan progres pembuatan aktiva Istishna.
Penyelesain Piutang Istishna oleh nasabah dengan cara pembayaran pada saat penyerahan Aktiva Istishna.
Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan sebesar biaya yang dikeluarkan oleh bank.
Biaya ditangguhkan yang berasal dari biaya pra-akad diakui sebagai Aktiva Istishna dalam penyelesaian pada saat akad ditandatangani.
Biaya Istishna diakui sebagai Aktiva Istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.
Biaya Istishna Paralel diakui sebagai aktiva dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihannya dari sub-kontraktor sebesar jumlah tagihan dan pada saat yang bersamaan diakui sebagai hutang Istishna kepada sub-kontraktor.
Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeliakhir diakui sebagai piutang Istishna dan pada saat bersamaan diakui sebagai termin Istishna.
Jika menggunakan metode presentase penyelesaian, pada kahir periode laporan keuangan diakui sebagai pendapatan Istishna dan harga pokok diakui sbagai margin keuntungan Istishna.
Jika menggunakan metode akad selesai, pada saat barang selesai dibuat, diakui pendapatan Istishna dan harga pokok Istishna. Selisih antara pendapatan Istishna dan harga pokok diakui sebagai margin keuntungan Istishna.
Metode pengakuan pendapatan yang dapat digunakan jika bank menggunakan mekanisme pembayaran saat penyerahan adalah metode presentase penyelesaian dan metode akad selesai.
Pembayaran setelah penyerahan barang.
Yaitu pembayaran dilakuakan oleh pemesan kepada Bank Syariah setelah aktiva Istishna yang dipesan diserahkan kepada pembeli akhir, baik pembayarannya secara keseluruhan atau secara cicilan / angsuran.
Cara pembayaran Istishna dengan cara ini sama dengan cara pembayaran dalam Murabahah, oleh karena itu metode pengakuan pendapatan yang digunakan jika bank menggunakan mekanisme pembayaran ini adalah pengakuan pendapatan sebagaimana dalam transaksi murabahah, sehingga perlakuan akuntansi jika penyelesaian piutang Istishna dilakukan dengan cara pembayaran ditangguhkan maka perlakuan akuntansinya mengikuti perlakuan akuntansi untuk transaksi murabahah, namun istilah "piutang murabahah" diganti menjadi "piutang Istishna" sedangkan "margin murabahah ditangguhkan" dsganti dengan "margin Istishna ditangguhkan".
STANDAR AKUNTANSI
Bank Sebagai Produsen/Penjual.
Pengakuan dan pengukuran biaya Istishna adalah sebagai berikut :
Biaya Istishna terdiri dari :
Biaya langsung, terutama biaya untuk menghasilkan barang pesanan.
Biaya tidak langsung, yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara objektif.
Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya Istishna.
Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dan diperhitungkan sebagai biaya Istishna jika akad ditandatangani, tetapi jika akad tidak ditandatangani maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan.
Biaya Istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan diakui sebagai aktiva Istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.
Pengakuan dan pengukuran biaya Istishna Paralel adalah sebagai berikut :
Biaya Istishna Paralel terdiri dari :
Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan sub-kontraktor kepada bank.
Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara objek.
Semua biaya termasuk sub-kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya (jika ada).
Biaya Istishna Paralel diakui sebagai aktiva Istishna dalam penyelesaian pada saat ditrimanya tagihan dari sub-kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir diakui sebagai piutang Istishna dan sebagai termin Istishna (Istishna Billing) pada pos lawannya.
Pengakuan Pendapatan Dan Keuntungan Istishna Dan Istishna Paralel.
Pendapatan Istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dengan pembeli akhir, termasuk margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisiih antara pendapatan Istishna dan harga pokok Istishna. Pendapatan Istishna diakui dengan menggunakan metode presentase penyelesaian atau metode akad selesai.
Jika metode presentase penyelesaian digunakan maka :
Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan Istishna pada periode ang bersangktan.
Bagian margin keuntungan Istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aktiva Istishna dalam oenyelesaian.
Pada akhir priode harga pokok Istishna diakui sebagai biaya Istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
Jika estimasi penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, maka digunakan metode akad selesai dengan dengan ketentuan sebagai berikut :
Tidak ada pendapatan Istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai.
Tidak ada harga pokok Istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai.
Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam Istishna dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selesai.
Pengakuan pendapatan Istishna, harga pokok Istishna, dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.
Penyelesaian Awal.
Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan bank memberikan potongan, maka bank menghapus sebagian keuntungan sebagai akibat penyelesaian awal tersebut.
Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian awal piutang Istishna dapat diperlakukan sebagai :
Potongan secara langsung dan dikurangi dari piutang Istishna pada saat pembayaran.
Penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang Istishna secara keseluruhan.
Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan.
Pengakuan perubahan pesanan dan klaim tambahan adalah sebagai berikut :
Nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh bank dan pembeli akhir ditambahkan kepada pendapatan Istishna dan biaya Istishna.
Jika kondisi pengenaan klaim tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi, maka jumlah biaya tambahan yang diakibatkan oleh setiap klaim akan mnambah biaya Istishna, sehingga pndapatan Istishna akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya akibat klaim tambahan.
Perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada Istishna Paralel, akan tetapi biaya perubahan pesanan dan klaim tambahan ditentukan oleh sub-kontraktor dan disetujui bank berdasarkan akad Istishna Paralel.
Beban Pemeliharaan dan Penjaminan Barang Pesanan.
Beban pemeliharaan dan penjaminan barang pesanan diakui pada saat terjadinya dan diperhitungkan dengan pendapatan Istishna.
BANK SEBAGAI PEMBELI.
Bank mengakui aktiva Istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang Istishna kepada penjual.
Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian bank, maka kerugian itu dikurangi dari garansi penyelesaian proyek yang telah diselesaikan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada sub-kontraktor.
Jika bank menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak dapat memperoleh kembanli seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada sub-kontraktor, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada sub-kontraktor.
Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Dalam Istishna Paralel, jika pembeli terkhir menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok Istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Penyajian.
Penyajian pos-pos yang terkait dengan transaksi Istishna adalah sebagai berikut :
Termin Istishna yang sudah ditagih disajikan sebagai pos pengurang Istishna dan penyelesaian.
Selisih lebih antara Istishna dalam penyelesaian dan termin Istishna yang sudah ditagih disajikan sebagai aktiva, sedangkan selisih kurang antara Istishna dalam penyelesaian dan termin Istishna yang sudah ditagih disajikan sebagai kewajiban.
Aktiva Istishna dalam penyelesaian yang telah selesai dibuat disajikan sebagai persediaan sbesar harga jual Istishna kepada pembelu akhir.
Dalam Istishna Paralel, piutang Istishna dan hutang Istishna tidak boleh saling hapus.
Pengungkapan.
Pengungkapan Istishna mencakup, tetapi tidak terbatas pada :
Pendapatan dan keuntungan dari kontrak Istishna selama periode berjalan.
Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan sampai dengan akhir periode berjalan.
Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak.
Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontijen sebagai akibat keterlambatan pengiriman barang.
Nilai kontrak Istishna Paralel yang sedang berjalan serta rentang periode pelaksanaannya.
Nilai kontrak Istishna yang telah ditandatangani bank selama periode yang berjalan tetapi belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya.
BIAYA ISTISHNA DAN ISTISHNA PARALEL.
Dasar penilaian yang dipertimbangkan untuk mengukur aktiva bank syariah (al-shani') pada akhir periode laporan keuangan di dalam laporan keuangan bank syariah.
Biaya historis dari assets Istishna'a dinyatakan oleh nilai bukudari perkiraan Istishna'a dalam proses di dalam kontrak Istishna atau nilai buku dari perkiraan biaya Istishna pada kasus Istishna Paralel.
Biaya historis, sebagaimana telah didefinisikan diatas, dapat dilakukan selama tidak melebihi nilai ekivalen tunai.
Metode kedaunya ini memungkinkan pengakuan yang tepat waktu dari kerugian yang diperkirakan di dalam pelaksanaan kontrak pada akhir periode laporan keuangan. Sehingga assets Istishna tidak akan mengalami inflasi sebagaimana halnya apabila assets ini tidak dicatat pada perkiraan kerugian yang diperkirakan. Sehingga alternatif yang dipilih memberikan informasi yang lebih relevan bagi para pemakai laporan keuangan.
PENGAKUAN PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN ISTISHNA DAN ISTISHNA PARALEL.
Dalam pengakuan pendapatan dan keuntungan Istishna ada dua metode yang dipergunakan yaitu :
Metode presentase penyelesaian. Menurut metode ini, bagian keuntungan Istishna disesuaikan dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam suatu jangka waktu tertentu dan diakui pada akhir periode tersebut. Artinya, keuntungan Istishna dialokasikan selama masa kontrak dan dialokasikan sesuai pekerjaan yang telah diselesaikan pada masing-masing periode. Syarat penting yang harus dipenuhi dalam menerapkan motode ini bahwa biaya yang diperkirakan untuk menyelesaikan kontrak dapat diperkirakan dengan akurasi yang menyakinkan.
Metode kontrak yang diselesaikan. Menurut metode ini, keseluruhan biaya dan pendapatan kontrak Istishna diakui pada akhir periode laporan keuangan saat kontrak diselesaikan.
Metode presentase penyelesaian dipilih untuk pengakuan keuntungan Istishna dan Istishna Paralel , selama biaya kontrak bisadiperkirakan dengan akurasi yang baik. Tetapi jika biaya kontrak tidak bisa diperkirakan dengan akurasi yang baik, maka metode kontrak yang diselesaikan bisa digunakan. Motode presentase penyelesaian lebih disukai karena memberikan matching yang baik pendapatan Istishna dan biaya-biaya. Disamping itu, metode ini mencermikan secara akurat hasil dari kegiatan memperoleh pendapatan dari al-shani (Bank Islam) pada keseluruhan jangka waktu pelaksanaan kontrak, sehingga menyajikan informasi yang lebih relevan bagi para pemakai laporan keuangan.
Dalam pengakuan pendapatan atau keuntungan pada transaksi Istishna, dapat dilakukan setelah adanya penyerahan barang, hal ini sejalan dengan kaidah yang berlaku pada akuntansi umum tentang pngakuan pendapatan, sebagaimana termuat dalam :
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, pada paragraf 74 sampai dengan paragraf 77 sebagai berikut :
Defisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gaints). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktiva perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, deviden, royalty, dan sewa. (Paragraf 74).
Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada hakekatnya tidak berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu, pos tersebut tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini. (Paragraf 75).
Keuntungan meliputi, misalnya pos yang timbul dalam pengalihan aktiva tidak lancar. Definisi penghasilan juga mencakup keuntungan yang belum direalisasi; misalnya yang timbul dari revaluasi sekuritas yang dapat dipasarkan (marketable) dan dari kenaikan jumlah aktiva jangka panjang. Kalau diakui dalam laporan laba rugi, keuntungan biasanya dicantumkan terpisah karena informasi mengenai pos tersebut berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Keuntungan biasanya dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan beban yang bersangkutan. (Paragraf 76).
Berbagai jnis aktiva dapat diterima atau bertambah karena penghasilan; misalnya kas, piutang, serta barang dan jasa yang diterima sebagai penukardari barang dan jasa yang dipasok. Penghasilan juga dapat berasal dari penyelesaian kewajiban. Misalnya perusahaan dapat memberikan barang dan jasa kepada kreditur untuk melunasi pinjaman. (Paragraf 77).
Dalam PSAK 23 tentang pendapatan yang menyebutkan antara lain :
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. (PSAK 23, Akuntansi Pendapatan, Pargraf 37).
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui seluruh kondisi berikut dipenuhi :
Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemikan barang kepada pembeli.
Perusahaan tidak lai mengelola atau mlakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual.
Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut.
Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.
Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat peyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasikan dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini terpenuhi :
Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksitersebut akan diperoleh perusahaan.
Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.
Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
Bila hasil transaksi yang meliputi hasil penjualan jasa tidak dapat diestimasikan dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang akan berkaitan dsngan beban yang telah diakui dapat diperoleh kembali.
PERLAKUAN AKUNTANSI ISTISHNA DENGAN CARA PEMBAYARAN DIMUKA.
Salah satu pembayaran dalam Istishna adalah dilakukan dimuka pada saat akad, pembayaran harga barang yang di pesan dilakukan pada saat akad seluruh harga barangnya, sehingga karakteristik ini sama dengan karakteristik salam. Oleh karna itu perlakuan akuntansi Istishna dengan cara pembayaran dimuka ini sama dengan perlakuan akuntansi transaksi salam.
Metode pengakuan pendapatan yang di gunakan jika bank menggunakan mekanisme pembayaran dimuka adalah pengakuan pensapatan sebagaimana dalam transaksi salam. Metode pengakuan pendapatan yang dapat digunakan jika bank menggunakan mekanisme pembayaran dimuka dan saat penyerahan adalah metode presentase penyelesaian dan metode akad selesai. Perlakuan akuntansi jika penyelesaian piutang Istishna dilakukan dengan cara pembayaran dimuka maka perlakuan akuntansinya mengikuti perakuan akuntansi untuk transaksi salam, namun istilah "piutang salam" diganti menjadi "Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian" sedangkan "hutang salam" diganti mnjadi "hutang Istishna".
Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang akuntansi Istishna dsngan cara pembayaran dimuka dapat diberikan contoh sebagai berikut :
Bank Dunia akan memberikan bantuan kepada para nelayan, berupa 1.000 rumah tinggal nelayan seharga Rp.10.000.000,- dengan data-data sebagai berikut :
Luas tanah : 60 M
Luas bangunan : 36 M
Bahan bangunan : bataco / kayu meranti
Listrik : 450 W
Pompa air : pompa tangan
Atas maksud tersebut Bank Dunia menghubungi Bank Syariah Baitul Amanah dan melakukan kesepakatan dan memesan pembuatan rumah tersebut. Pada tanggal 10 Maret 2004 menyerahkan seluruh dana kepada Bank Syariah Baitul Amanah di Jakarta sebesar : 1.000 x Rp.10.000.000,- = Rp.10.000.000.000,- (Sepuluh milyar rupiah).
Atas amanah pesanan dari Bank Dunia itu, Bank Syariah Baitul Amanah melakukan kontrak dengan PT Anugerah untuk membeli lahan dan membangun rumah dengan data-data yang sama dengan harga perunit Rp.9.500.000,-. Pada tanggal 15 April 2004 diserahkan dana atas pesanan rumah tersebut sebesar : 1.000 x Rp. 9.500.000,- = Rp.9.500.000.000,- (Sembilan milyar lima ratus juta rupiah). Penyerahan dilakukan dengan dua tahap yaitu :
Tahap pertama pada tanggal 10 November 2004 sebanyak 600 unit dan diserahkan kepada Bank Dunia pada tanggal 15 November 2004, yang selanjutnya diserahkan kepada nelayan.
Pada tanggal 25 November 2004 sebanyak 400 unit sisanya dan langsung diserahkan kepada Bank Dunia untuk diserahkan kembali kepada petani.
Dari contoh tersebut, jurnal yang dibuat oleh Bank Syariah Baitul Amanah sesuai dengan urutan aliran transaksi adalah sebagai berikut :
Pada tanggal 10 Maret 2004 pada saat Bank Syariah Baitul Amanah menerima dana dari Bank Dunia sebesar Rp.10.000.000.000,- jurnal yang dilakuan oleh Bank Syariah Baitul Amanah adalah :
(Dr) Kas / Bank Indonesia Rp.10.000.000.000,-
(Kr) Hutang Istishna Rp.10.000.000.000,-
(1.000 unit rumah spesifikasi tersebut diatas)
Mutasi pada perkiraan yang berkaitan dengan transaksi Istishna tersebut dan posisi neraca Bank Syariah Baitul Amanah adalah :
BUKU BESAR
Hutang Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Saldo
Rp 10.000.000.000
10-Mar
1.000 unit rumah
Rp 10.000.000.000
Rp 10.000.000.000
Rp 10.000.000.000
NERACA
Per 10 Maret 2004
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Hutang Istishna
Rp 10.000.000.000
Pada tanggal 15 April 2004 Bank Syariah Baitul Amanah mnyerahkan dana kepada PT Anugrah sebesar Rp.9.500.000.000,- jurnal yang dilakukan oleh Bank Syariah Baitul Amanah adalah :
(Dr) Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian Rp.9.500.000.000,-
(Kr) Kas / Bank Indonesia Rp.9.500.000.000,-
Atas jurnal tersebut, mutasi perkiraan yang berkaitan dengan transaksi Istishna tersebut dan posisi neraca Bank Syariah Baitul Amanah adalah :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
1.000 unit rumah
Rp 9.500.000.000
Saldo
Rp 9.500.000.000
Rp 9.500.000.000
Rp 9.500.000.000
NERACA
Per 15 Maret 2004
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 9.500.000.000
Hutang Istishna
Rp 9.500.000.000
Pada tanggal 10 November 2004, penerimaan sebanyak 600 unit rumah dari PT Anugerah oleh Bank Syariah Baitul Amanah. Atas penerimaan 600 unit rumah dari PT Anugrah, maka nilai persediaan atas rumah yang diterima tersebut adalah :
600 x Rp.9.500.000,- = Rp.5.700.000.000,-
(Lima milyar tujuh ratus ribu rupiah)
Sehingga jurnal yang dilakukan oleh Bank Syariah Baitul Amanah adalah sebagai berikut :
(Dr) Persediaan Istishna Rp.5.700.000.000,-
(Kr) Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian Rp.5.700.000.000,-
Atas jurnal tersebut, mutasi perkiraan yang berkaitan dengan transaksi Istishna tersebut dan posisi neraca Bank Syariah Baitul Amanah adalah :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
15-Apr
1.000 unit rumah
Rp 9.500.000.000
10-Nov
600 unit rumah
Rp 5.700.000.000
saldo
Rp 3.800.000.000
Rp 9.500.000.000
Rp 9.500.000.000
BUKU BESAR
Persediaan Aktiva
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
10-Nov
600 unit rumah
Rp 5.700.000.000
Saldo
Rp 5.700.000.000
Rp 5.700.000.000
Rp 5.700.000.000
NERACA
Per 10 Nopember 2004
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Persediaan Istishna
Rp 5.700.000.000
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 3.800.000.000
Hutang Istishna
Rp 10.000.000.000
Pada tanggal 15 November 2004 diserahkan Bank Syariah Baitul Amanah rumah 600 unit kepada Bank Dunia. Dengan penyerahan 600 unit rumah kepada Bank Dunia, maka perhitungan harga jual adalah : 600 x Rp.10.000.000,- = Rp.6.000.000.000,- .
Sehingga jurnal yang dilakukan oleh Bank Syariah Baitul Amanah atas peyerahan barang tersebut adalah :
(Dr) Hutang Istishna Rp.6.000.000.000,-
(Kr) Persediaan Rp.5.700.000.000,-
(Kr) Keuntungan Istishna Rp. 300.000.000,-
Atas penyerahan sebagian barang Istishna tersebut Bank Syariah diperkenankan untuk mengakui pendapatan atau keuntungan Istishna, karena telah memenuhi syarat pengakuan pendapatan sebagaimana ditetapkan dalam PSAK 23 tentang pendapatan yaitu adanya penyerahan barang. Keuntungan Istishna merupakan unsur dari perhitungan hasil distribusi hasil usaha (profit distribution) karena pada transaksi tersebut dan posisi neraca Bank Syariah Baitul Amanah adalah :
BUKU BESAR
Hutang Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
13-Nov
600 unit rumah
Rp 6.000.000.000
10-Mar
1.000 unit rumah
Rp 10.000.000.000
Saldo
Rp 4.000.000.000
Rp 10.000.000.000
Rp 10.000.000.000
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
15-Apr
1.000 unit rumah
Rp 9.500.000.000
10-Nov
600 unit rumah
Rp 5.700.000.000
Saldo
Rp 3.800.000.000
Rp 9.500.000.000
BUKU BESAR
Persediaan Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
15-Nov
600 unit rumah
Rp 5.700.000.000
15-Nov
600 unit rumah
Rp 5.700.000.000
Saldo
Rp -
Rp 5.700.000.000
Rp 5.700.000.000
NERACA
Per 15 Nopember 2004
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Persediaan Istishna
Rp -
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 3.800.000.000
Hutang Istishna
Rp 3.800.000.000
Pada tanggal 25 November 2004, penerimaan sebanyak 400 unit rumah dari PT Anugrah oleh Bank Syariah Baitul Amanah. Dengan diterima penyerahan tahap kedua, dari PT Anugrah maka perhitungan harga jual nilai persediaan atas rumah yang diterima tersebut adalah :
400 x Rp.9.500.000,- = Rp.3.800.000.000,- (Tiga milyar delapan ratus juta rupiah)
Sehingga jurnal yang dilakukan oleh Bank Syariah Baitul Amanah adalah sebagai berikut :
(Dr) Persediaan Istishna Rp.3.800.000.000,-
(Kr) Aktiva Istishna Dalam Penyelsaian Rp.3.800.000.000,-
Pada tanggal 25 Desember 2004 diserahkan Bank Syariah Baitul Amanah rumah 600 unit kepada Bank Dunia. Atas penyerahan tahap akhir sebanyak 400 unit rumah kepada Bank Dunia, maka perhitungan harga jualnya adalah :
400 x Rp.10.000.000,- = Rp.4.000.000.000,-
Sehingga jurnal yang dilakukan oleh Bank Syariah Baitul Amanah atas penyerahan barang tersebut adalah :
(Dr) Hutang Istishna Rp.4.000.000.000,-
(Kr) Persediaan Rp.3.800.000.000,-
(Kr) Keuntungan Istishna Rp. 200.000.000,-
Mutasi transaksi pada perkiraan yang berkaitan dengan transaksi Istishna tersebut dan posisi neraca Bank Syariah Baitul Amanah adalah :
BUKU BESAR
Hutang Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
15-Nov
600 unit rumah
Rp 6.000.000.000
10-Mar
1.000 unit rumah
Rp 10.000.000.000
25-Des
400 unit rumah
Rp 4.000.000.000
Saldo
Rp -
Rp 10.000.000.000
Rp 10.000.000.000
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
15-Apr
1.000 unit rumah
Rp 9.500.000.000
10-Nov
600 unit rumah
Rp 5.700.000.000
25-Des
400 unit rumah
Rp 3.800.000.000
Saldo
Rp -
Rp 9.500.000.000
Rp 9.500.000.000
BUKU BESAR
Persediaan Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
10-Nov
600 unit rumah
Rp 5.700.000.000
15-Nov
600 unit rumah
Rp 5.700.000.000
25-Des
400 unit rumah
Rp 3.800.000.000
25-Des
400 unit rumah
Rp 3.800.000.000
Saldo
Rp -
Rp 9.500.000.000
Rp 9.500.000.000
NERACA
Per 25 Nopember 2004
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Persediaan Istishna
Rp -
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp -
Hutang Istishna
Rp -
Perlakuan Akuntansi Istishna Dengan Cara Pembayaran Angsuran Selama Dalam Proses.
Cara lain pembayaran dalam Istishna adalah dilakukan dengan mengangsur selama proses pembuatan barang atau mengangsur sebelum penyerahan barang. Aturan-aturan akuntansi yang tercantum dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah dalam bab Istishna, membahas tentang Akuntansi Istishna dan Istishna Paralel dengan cara pembayaran angsuran selama proses pembuatan barang. Apabila ditelaah lebih dalam yang tercantum dalam Akuntansi Istishna dan Istishna Paralel tersebut, dalam proses / alur tagihan (billing) Istishna adalah subkontraktor atas pembuatan barang melakukan penagihan kepada bank syariah dan selanjutnya bank syariah melakukan penagihan kepada pemesan atau pembeli akhir, sedangkan proses atau alur pembayaran tagihan adalah atas tagihan pembeli akhir melakukan pembayaran kepada bank syariah dan kemudian oleh bank syariah melakukan pembayaran kepada subkontraktor, begitu seterusnya.
Dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Bank Syariah, pengakuan dan pengukuran biaya Istishna, diatur dalam paragraf 90 sebagai berikut :
Biaya Istishna terdiri dari :
Biaya langsung, terutama biaya untuk menghasilkan barang pesanan.
Biaya tidak langsung, yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara objektif.
Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya Istishna.
Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dan diperhitungkan sebagai biaya Istishna jika akad ditandatangani, tetapi jika akad tidak ditandatangani maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan.
Biaya Istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan diakui sebagai aktiva Istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.
Biaya tidak langsung, seperti fee penjualan, fee manajemen, dan sejenisnya dapat dimasukan unsur harga perolehan (cost/biaya) dari Assets Istishna, sepanjang biaya tersebut dibayarkan untuk pihak ketiga sesuai bidangnya, dan bukan merupakan pendapatan dari bank.
Perlakuan Akuntansi "Istishna" dengan cara pembayaran tangguh.
Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang perlakuan akuntansi Istishna dengan cara pembayaran tangguh ini dapat diberikan contoh sebagai berikut :
Lembaga Keuangan Syariah mendapatkan pemesanan pembangunan sebuah gedung dari sebuah yayasan sosial dengan data-data sebagai berikut :
Nilai kontrak pembangunan sebesar Rp.500.000.000,-
Biaya dikeluarkan sebesar Rp.400.000.000,- (termasuk cost pra-kontrak sebesar Rp.15.000.000,-)
Atas pembangunan tersebut bank syariah menunjuk tim sebagai pelaksanaan dan dari catatan bank syariah diperoleh data lain sehubungan dengan pembangunan tersebut yaitu :
Tahun 1
Tahun 2
Akumulasi Penyeluaran Biaya
Rp 300.000.000
Rp 400.000.000
Tagihan Termin (billing)
Rp 280.000.000
Rp 220.000.000
Pnerimaan Tagihan Dari Pembeli
Rp 230.000.000
Rp 270.000.000
Jumlah sehubungan dengan contoh tersebut adalah :
Pembayaran beban pra-akad sebesar Rp.15.000.000,-
Pada saat dikeluarkan biaya akad.
(Dr) Biaya pra-akad Istishna ditangguhkan Rp.15.000.000,-
(Kr) Kas / Hutang Rp.15.000.000,-
Pada saat kepastian panandatanganan akad (akad jadi ditandatangani) :
(Dr) Aktiva Istishna Dalam Penyelsaian Rp.15.000.000,-
(Kr) Beban pra-akad Istishna Ditangguhkan Rp.15.000.000,-
Pada saat ada kepastian panandatanganan akad (akad tidak jadi ditandatangani) :
(Dr) Beban pra-akad Istishna Rp.15.000.000,-
(Kr) Beban pra-akad Istishna ditangguhkan Rp.15.000.000,-
Pembayaran biaya (cost) seperti material, tenaga kerja, dan sebagainya pada tahun pertama sebesar Rp.300.000.000,- (termasuk Rp.15.000.000,- beban pra-akad) dan tahun kedua sebesar Rp.100.000.000,-
Tahun 1
Tahun 2
(Dr)
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 285.000.000
Rp 100.000.000
(Kr)
Kas
Rp 285.000.000
Rp 100.000.000
Penagihan oleh bank syariah kepada pembeli akhir tahun pertama sebesar Rp.280.000.000,- dan tahun kedua sebesar Rp.220.000.000,-.
Tahun 1
Tahun 2
(Dr)
Piutang Istishna
Rp 280.000.000
Rp 220.000.000
(Kr)
Termin Istishna
Rp 280.000.000
Rp 220.000.000
Penerimaan pembayaran dari pembeli akhir oleh bank syariah pada tahun pertama sebesar Rp.230.000.000,- dan untuk tahun kedua sebesar Rp.270.000.000,-.
Tahun 1
Tahun 2
(Dr)
Kas
Rp 230.000.000
Rp 270.000.000
(Kr)
Piutang Istishna
Rp 230.000.000
Rp 270.000.000
Posisi perkiraan dalam administrasi bank syariah atas transaksi Istishna pada tahun pertama adalah :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Beban Pra-akad
Rp 15.000.000
Pembayaran Termin 1
Rp 285.000.000
Saldo
Rp 300.000.000
Rp 300.000.000
Rp 300.000.000
BUKU BESAR
Piutang Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penagihan ke pembeli
Rp 280.000.000
Penerimaan Pembayaran
Rp 230.000.000
Saldo
Rp 50.000.000
Rp 280.000.000
Rp 280.000.000
BUKU BESAR
Termin Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penerimaan Pembayaran
Rp 280.000.000
Saldo
Rp 280.000.000
Rp 280.000.000
Rp 280.000.000
NERACA
Per dd/mm/yy
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 300.000.000
Termin Istishna
Rp (280.000.000)
Piutang Istishna
Rp 50.000.000
Posisi perkiraan dalam administrasi bank syariah atas transaksi Istishna pada tahun kedua (sebelum dilakukan perhitungan pendapatan) adalah :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Beban Pra-akad
Rp 15.000.000
Pembayaran Termin 1
Rp 285.000.000
Pembayaran Termin 2
Rp 100.000.000
Saldo
Rp 400.000.000
Rp 400.000.000
Rp 400.000.000
Motode Pengakuan Pendapatan atau Keuntungan Transaksi "Istishna " dengan cara pembayaran Tangguh.
Pendapatan Istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli terakhir, termasuk margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisiih antara pendapatan Istishna dan harga pokok Istishna. Pendapatan Istishna diakui dengan menggunakan metode presentase penyelesaian atau metode akad selesai.
Metode Presentase Penyelesaian (Presentase Method)
Dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah pada paragfaf 95 disebutkan sebagai berikut :
Jika metode presentase penyelesaian digunakan maka :
Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan Istishna pada periode ang bersangktan.
Bagian margin keuntungan Istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aktiva Istishna dalam penyelesaian.
Pada akhir priode harga pokok Istishna diakui sebagai biaya Istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
Dari contoh tersebut diatas, apabila bank syariah mempergunakan metode presentase penyelesaian, maka perhitungan pendapatan Istishna adalah sebagai berikut :
Pada tahun pertama presentase penyelesaian dalam dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :
Harga Jual Rp. 500.000.000,-
Harga Pokok Rp. 400.000.000,-
Keuntungan Rp. 100.000.000,-
Apabila Bank Syariah mengeluarkan biaya (cost) sebesar Rp. 300.000.000,- maka perhitungan pendapatan berdasarkan metode presentase penyelesaian adalah sebagai berikut :
Tahun 1
Tahun 2
% Penyelesaian
300/400 x 100% = 75%
25%
Pencatatan penerimaan harga ke pembeli akhir
500 x 75% = 375
125
Istishna revenue (pendapatan Istishna)
(500-400) x 75% = 75
25
Atas perhitungan pengakuan biaya (cost) dan pendapatan (pada akhir periode laporan keuangan/pada akhir termin), jurnal penyesuaian yang dilakukan oleh Bank Syariah adalah sebagai berikut:
Tahun 1
Tahun 2
(Dr)
Harga Pokok Istishna
Rp 300.000.000
Rp 100.000.000
(Dr)
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 75.000.000
Rp 25.000.000
(Kr)
Nilai Kontrak Istishna
Rp 375.000.000
Rp 125.000.000
Posisi perkiraan dalam bank syariah atas transaksi Istishna pada tahun pertama (setelah dilakukan perhitungan pendapatan dengan metode presentase pnyelesaian) adalah :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Beban Pra-akad
Rp 15.000.000
Pembayaran Termin 1
Rp 285.000.000
Pengakuan Pendapatan
Rp 75.000.000
Saldo
Rp 375.000.000
Rp 375.000.000
Rp 375.000.000
BUKU BESAR
Piutang Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penagihan ke pembeli
Rp 280.000.000
Penerimaan Pembayaran
Rp 230.000.000
Saldo
Rp 50.000.000
Rp 280.000.000
Rp 280.000.000
BUKU BESAR
Termin Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penerimaan Pembayaran
Rp 280.000.000
Saldo
Rp 280.000.000
Rp 280.000.000
Rp 280.000.000
NERACA
Per dd/mm/yy
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 375.000.000
Termin Istishna
Rp (280.000.000)
Piutang Istishna
Rp 50.000.000
LAPORAN LABA RUGI
Periode dd-mm-yy s/d dd-mm-yy
Pendapatan Istishna
Rp 375.000.000
Penerimaan Harga Pokok Istishna
Rp 300.000.000
Keuntungan Istishna
Rp 75.000.000
Dalam perhitungan pendapatan yang akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan distribusi hasil usaha, yang harus diperhatikan adalah adanya aliran kas masuk, sehingga harus dilaukuan perhitungan yang matang berapa yang telah didukung dengan adanya aliran kas masuk.
Posisi perkiraan dalam bank syariah atas transaksi Istishna pada tahun kedua (setlah dilakukan perhitungan dan pengakuan pendapatan atas metode presentase penyeleaian) adalah :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Beban Pra-akad
Rp 15.000.000
Pembayaran Termin 1
Rp 285.000.000
Pengakuan Pendapatan 1
Rp 75.000.000
Pembayaran Termin 2
Rp 100.000.000
Pengakuan Pendapatan 2
Rp 25.000.000
Saldo
Rp 500.000.000
Rp 500.000.000
Rp 500.000.000
BUKU BESAR
Piutang Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penagihan ke pembeli 1
Rp 280.000.000
Penerimaan Pembayaran1
Rp 230.000.000
Penagihan ke pembeli 2
Rp 220.000.000
Penerimaan Pembayaran2
Rp 270.000.000
Saldo
Rp -
Rp 500.000.000
Rp 500.000.000
Termin Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penerimaan Pembayaran 1
Rp 280.000.000
Saldo
Rp 500.000.000
Penerimaan Pembayaran 2
Rp 220.000.000
Rp 500.000.000
Rp 500.000.000
NERACA
Per dd/mm/yy
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 500.000.000
Termin Istishna
Rp (500.000.000)
Piutang Istishna
Rp -
LAPORAN LABA RUGI
Periode dd-mm-yy s/d dd-mm-yy
Pendapatan Istishna
Rp 125.000.000
Penerimaan Harga Pokok Istishna
Rp 100.000.000
Keuntungan Istishna
Rp 25.000.000
Metode Akad Selesai (Completed Method).
Dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankkan Syariah pada paragraf 59 disebutkan sebagai berikut :
Tidak ada pendapatan Istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai.
Tidak ada harga pokok Istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai.
Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam Istishna dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selesai.
Pengakuan pendapatan Istishna, harga pokok Istishna, dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.
Dari contoh tersebut diatas, maka perhitungan pendapatan Istishna adalah :
Pada tahun pertama :
Tidak ada perhitungan pendapatan.
Pada tahun kedua :
Pengakuan biaya (cost) dan pendapatan (hanya dilakukan pada akhir penyelesaian barang)
(Dr) Harga Pokok Istishna Rp. 400.000.000,-
(Cost of Istishna Revenue)
(Dr) Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian Rp. 100.000.000,-
(Istishna work-on-progres)
(Cr) Nilai Kontrak Istishna Rp. 500.000.000,-
(Istishna Revenue)
Perlakuan Akuntansi transaki "Istishna Paralel" dngan cara pembayaran tangguh.
Dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, pragraf 91 diatur pengakuan dan pengukuran biaya IstishnaParalel adalah sbagai berikut :
Biaya Istishna Paralel terdiri dari :
Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan sub-kontraktor kepada bank.
Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara objek.
Semua biaya termasuk sub-kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya (jika ada).
Biaya Istishna Paralel diakui sebagai aktiva Istishna dalam penyelesaian pada saat ditrimanya tagihan dari sub-kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang perlakuan akuntansi transaksi Istishna Paralel dengan cara pembayaran tangguh dapat diberikan contoh kasus sebagai berikut :
Kontrak Istishna
Kontrak Istishna
500.000
400.000
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 1
Tahun 2
Termin oleh (al-sani) subkontraktor
Rp 300.000
Rp 100.000
Termin bank syariah (al-mustasni) ke pembeli
Rp 280.000
Rp 220.000
Pembayaran ke subkontraktor
Rp 290.000
Rp 110.000
Penerimaan tagihan dari (al-mustasni) pembeli
Rp 230.000
Rp 270.000
Dari contoh kasus tersebut diatas jurnal yang dilakukan sehubungan dengan transaksi Istishna tersebut adalah sebagai berikut :
Penerimaan tagihan termin dari subkontraktor, pada tahun pertama sebesar Rp.300.000.000,- dan pada tahun kedua sebesar Rp.100.000.000,-.
Tahun 1
Tahun 2
(Dr)
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 300.000.000
Rp 100.000.000
(Kr)
Kas
Rp 300.000.000
Rp 100.000.000
Penagihan pembayaran termin ke pembeli akhir, pada tahun pertama sbesar Rp.280.000.000,- dan pada tahun kedua sebesar Rp.220.000.000,-.
Tahun 1
Tahun 2
(Dr)
Piutang Istishna
Rp 280.000.000
Rp 220.000.000
(Kr)
Termin Istishna
Rp 280.000.000
Rp 220.000.000
Penerimaan pembayaran termin dari pembeli akhir, pada tahun pertama sebesar Rp.230.000.000,- dan pada tahun kedua sebesar Rp.270.000.000,-.
Tahun 1
Tahun 2
(Dr)
Kas
Rp 230.000.000
Rp 270.000.000
(Kr)
Piutang Istishna
Rp 230.000.000
Rp 270.000.000
Pembayaran termin kepada subkontraktor, pada tahun pertama sebesar Rp.290.000.000,- dan pada tahun kedua sebesar Rp.110.000.000,-.
Tahun 1
Tahun 2
(Dr)
Hutang Istishna
Rp 290.000.000
Rp 110.000.000
(Kr)
Kas
Rp 290.000.000
Rp 110.000.000
Posisi perkiraan dalam administrasi bank syariah atas transaksi Istishna Paralel pada tahun pertama adalah :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Pembayaran Termin 1
Rp 300.000.000
Saldo
Rp 300.000.000
Rp 300.000.000
Rp 300.000.000
BUKU BESAR
Piutang Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tagihan termin
Rp 280.000.000
Penerimaan Pembayaran
Rp 230.000.000
Saldo
Rp 50.000.000
Rp 280.000.000
Rp 280.000.000
BUKU BESAR
Hutang Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Pembayaran termin
Rp 290.000.000
Penerimaan tagihan
Rp 300.000.000
Saldo
Rp 10.000.000
Rp 300.000.000
Rp 300.000.000
BUKU BESAR
Termin Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tagihan Termin 1
Rp 280.000.000
Saldo
Rp 500.000.000
Tagihan Termin 2
Rp 220.000.000
Rp 500.000.000
Rp 500.000.000
NERACA
Per dd/mm/yy
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 500.000.000
Hutang Istishna
Rp -
Termin Istishna
Rp (500.000.000)
Piutang Istishna
Rp -
Perlakuan pendapatan "Istishna Paralel" dengan cara pembayaran angsuran selama proses pembuatan.
Pendapatan Istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir, termasuk margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisiih antara pendapatan Istishna dan harga pokok Istishna. Pendapatan Istishna diakui dengan menggunakan metode presentase penyelesaian atau metode akad selesai.
Metode Presentase Penyelesaian (Presentase Method).
Dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah pada paragfaf 95 disebutkan sebagai berikut :
Jika metode presentase penyelesaian digunakan maka :
Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan Istishna pada periode ang bersangktan.
Bagian margin keuntungan Istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aktiva Istishna dalam penyelesaian.
Pada akhir priode harga pokok Istishna diakui sebagai biaya Istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
Dari contoh tersebut diatas, apabila bank syariah mempergunakan metode presentase penyelesaian, maka perhitungan pendapatan Istishna adalah sebagai berikut :
Pada tahun pertama presentase penyelesaian dalam dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :
Harga Jual Rp. 500.000.000,-
Harga Pokok Rp. 400.000.000,-
Keuntungan Rp. 100.000.000,-
Apabila Bank Syariah mengeluarkan biaya (cost) sebesar Rp. 300.000.000,- maka perhitungan pendapatan berdasarkan metode presentase penyelesaian adalah sebagai berikut :
Tahun 1
Tahun 2
% Penyelesaian
300/400 x 100% = 75%
25%
Pencatatan penerimaan harga ke pembeli akhir
500 x 75% = 375
125
Istishna revenue (pendapatan Istishna)
(500-400) x 75% = 75
25
Atas perhitungan pengakuan biaya (cost) dan pendapatan (pada akhir periode laporan keuangan/pada akhir termin), jurnal penyesuaian yang dilakukan oleh Bank Syariah adalah sebagai berikut:
Tahun 1
Tahun 2
(Dr)
Harga Pokok Istishna
Rp 300.000.000
Rp 100.000.000
(Dr)
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 75.000.000
Rp 25.000.000
(Kr)
Nilai Kontrak Istishna
Rp 375.000.000
Rp 125.000.000
Posisi perkiraan dalam bank syariah atas transaksi Istishna pada tahun pertama (setelah dilakukan perhitungan pendapatan dengan metode presentase pnyelesaian) adalah :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Beban Pra-akad
Rp 15.000.000
Pembayaran Termin 1
Rp 285.000.000
Pengakuan Pendapatan
Rp 75.000.000
Saldo
Rp 400.000.000
Rp 375.000.000
Rp 400.000.000
BUKU BESAR
Piutang Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penagihan ke pembeli
Rp 280.000.000
Penerimaan Pembayaran
Rp 230.000.000
Saldo
Rp 50.000.000
Rp 280.000.000
Rp 280.000.000
BUKU BESAR
Termin Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penerimaan Pembayaran
Rp 280.000.000
Saldo
Rp 280.000.000
Rp 280.000.000
Rp 280.000.000
NERACA
Per dd/mm/yy
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 375.000.000
Termin Istishna
Rp (280.000.000)
Piutang Istishna
Rp 50.000.000
LAPORAN LABA RUGI
Periode dd-mm-yy s/d dd-mm-yy
Pendapatan Istishna
Rp 375.000.000
Penerimaan Harga Pokok Istishna
Rp 300.000.000
Keuntungan Istishna
Rp 75.000.000
Dalam perhitungan pendapatan yang akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan distribusi hasil usaha, yang harus diperhatikan adalah adanya aliran kas masuk, sehingga harus dilaukuan perhitungan yang matang berapa yang telah didukung dengan adanya aliran kas masuk.
Posisi perkiraan dalam bank syariah atas transaksi Istishna pada tahun kedua (setlah dilakukan perhitungan dan pengakuan pendapatan atas metode presentase penyeleaian) adalah :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Beban Pra-akad
Rp 15.000.000
Pembayaran Termin 1
Rp 285.000.000
Pengakuan Pendapatan 1
Rp 75.000.000
Pembayaran Termin 2
Rp 100.000.000
Pengakuan Pendapatan 2
Rp 25.000.000
Saldo
Rp 500.000.000
Rp 500.000.000
Rp 500.000.000
BUKU BESAR
Piutang Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penagihan ke pembeli
Rp 280.000.000
Penerimaan Pembayaran
Rp 230.000.000
Penagihan ke pembeli
Rp 220.000.000
Penerimaan Pembayaran
Rp 270.000.000
Saldo
Rp -
Rp 500.000.000
Rp 500.000.000
BUKU BESAR
Termin Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penerimaan Pembayaran
Rp 280.000.000
Saldo
Rp -
Penerimaan Pembayaran
Rp 220.000.000
Rp 500.000.000
Rp 500.000.000
NERACA
Per dd/mm/yy
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 500.000.000
Termin Istishna
Rp (500.000.000)
Piutang Istishna
Rp -
Perlakuan Akuntansi Pendapatan Dengan Metode Penyelesaian Akad.
Dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 95 dijelaskan standard tentang pengakuan pendapatan dengan mtode akad selesai sebagai berikut :
Jika estimasi presentase penyelesaian akad dan biaya untuk pneyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuanagn, maka digunakan "metode akad selesai" dengan ketentuan sebagai berikut :
Tidak ada pendapatan Istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai.
Tidak ada harga pokok Istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai.
Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam Istishna dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selesai.
Pengakuan pendapatan Istishna, harga pokok Istishna, dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.
Dari contoh tersebut diatas, maka perhitungan pendapatan Istishna adalah :
Pada tahun pertama :
Tidak ada perhitungan pendapatan.
Pada tahun kedua :
Pengakuan biaya (cost) dan pendapatan (hanya dilakukan pada akhir penyelesaian barang)
(Dr) Harga Pokok Istishna Rp. 400.000.000,-
(Cost of Istishna Revenue)
(Dr) Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian Rp. 100.000.000,-
(Istishna work-on-progres)
(Cr) Nilai Kontrak Istishna Rp. 500.000.000,-
(Istishna Revenue)
Perlakuan Akuntansi Istishna Dengan Cara Pembayaran Setelah Penyerahan Barang.
Metode lain dalam melakukan pembayaran barang Istishna adalah dilakukan dengan cara mengangsur setelah barang yang dipesan tersebut diterima, sesuai dengan jangka waktu yang disepakati, sehingga hal ini tidak berbeda dengan murabahah dengan pembayaran tangguh. Oleh karena itu prlakuan akuntansi Istishna dengan cara pembayaran setelah penyerahan barang itu sama dengan perlakuan akuntansi murabahah, namun perkiraan "Piutang Murabahah" diganti dengan "Piutang Istishna" dan "Margin Murabahah Ditangguhkan" diganti dengan "Margin Istishna Ditangguhkan". Margin Istishna ini disajikan sebagai perkiraan pengurang dari piutang Istishna.
Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang perlakuan akuntansi dengan cara pembayaran setelah pnyerahan barang, dapat diperlakukan ilustrasi sebagai berikut :
PT Angin Ribut akan membangun kompleks perumahan untuk karyawannya dengan data-data tersebut dibawah dan karena tidak mempunyai dana untuk membangun, mereka mendatangi bank syariah untuk dapat membantu pendanaan pembangunan tersebut.
Type Rumah
:
Type 28 (batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450w, air pompa tangan)
Jumlah Rumah
:
1.000 unit
Harga per-unit rumah
:
Rp.78.000.000,-
Jangka waktu penyerahan
:
24 bulan
Pembayaran
:
Pembayaran oleh pegawai dilakukan dengan cara cicilan selama 60 bulan
Catatan rincian angsuran :
Pokok
Rp 1.000.000
Keuntungan
Rp 300.000
Harga Jual
Rp 1.300.000
Untuk memenuhi kebutuhan PT Angin Ribut bank syariah melakukan pemesanan kepada PT Angin Mamiri, sebagai kontraktor untuk dapat membangun perumahan tersebut dengan kesepakatan :
Type Rumah
:
Type 28 (batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450w, air pompa tangan)
Jumlah Rumah
:
1.000 unit
Harga per-unit rumah
:
Rp.60.000.000,-
Jangka waktu penyerahan
:
18 bulan
Pembayaran
:
Termin 1 sebesar Rp.30.000.000.000,-
Termin 2 sebesar Rp.20.000.000.000,-
Termin 3 sebesar Rp.10.000.000.000,-
Keterangan Tambahan :
Pada bulan 12 PT Angin Mamiri telah dapat menyelesaikan pembangunan sebanyak 700 unit rumah dan telah diserahkan kepada Bank Syariah. Sisanya diserahkan kemudian.
Pada waktu yang sama rumah tersebut diserahkan kepada karyawan PT Angin Ribut melalui pemimpin perusahaannya.
Bank sebagai pembeli (pembukuan antara bank syariah dan PT Angin Mamiri)
Tanggal 10 Juni 2004 – Pada penerimaan tagihan dan dilakukan pembayaran kepada PT Angin Mamiri atas termin 1 sebesar Rp.30. 000.000.000,- .
(Dr) Aktiva Istishna Dalam Penyelesaiaan Rp.30. 000.000.000,-
(Kr) Rekening PT Angin Mamiri Rp.30. 000.000.000,-
Posisi perkiraan dan neraca.
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penyelesaian Termin 1
Rp 30.000.000
Saldo
Rp 30.000.000
Rp 30.000.000
Rp 30.000.000
NERACA
Per 10 Juni 2004
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 30.000.000.000
Tanggal 12 Juli 2004 – Pada penerimaan tagihan dari PT Angin Mamiri dan dilakukan pembayaran atas termin 2 sebesar Rp.20. 000.000.000,-
(Dr) Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian Rp.20. 000.000.000,-
(Kr) Rekening PT Angin Mamiri Rp.20. 000.000.000,-
Posisi perkiraan dan neraca :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penyelesaian Termin 1
Rp30.000.000
Penyelesaian Termin 2
Rp20.000.000
Tanggal 25 Juli 2004 – Penerimaan barang pesanan (rumah) sebanyak 700 unit = (700 unit x Rp.60.000.000,- = Rp.42. 000.000.000,-)
(Dr) Persediaan Istishna / Assets Istishna Rp.42. 000.000.000,-
(Kr) Aktiva Istishna Dalam Proses Rp.42. 000.000.000,-
Posisi perkiraan pada saat penerimaan Asset Istishna (Penyerapan Tahap 1)
BUKU BESAR
Persediaan Aktiva Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
25-Jul
Penyerahan ke-1
Rp 42.000.000
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
10-Jun
Penyelesaian Termin 1
Rp 30.000.000
25-Jul
Penyerahan ke-1
Rp 42.000.000
12-Jun
Penyelesaian Termin 2
Rp 20.000.000
Rp 8.000.000
NERACA
Per 15 Juli 2004
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Persediaan Istishna
Rp 42.000.000
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 8.000.000
Penyerahan rumah kepada nasabah (untuk 700 unit nasabah).
(Dr) Piutang Istishna Rp.54.600.000.000,-
(Kr) Persediaan Istishna Rp.42.000.000.000,-
(Kr) Keuntungan Istishna Ditangguhkan Rp.12.600.000.000,-
Posisi perkiraan setelah pnyerahan kepada nasabah.
BUKU BESAR
Persediaan Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
25-Jul
Penyerahan ke-1
Rp 42.000.000.000
10-Agu
Penyerahan kensb
Rp 42.000.000.000
BUKU BESAR
Piutang Istishna (Pembeli)
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
10-Agu
Penyerahan ke-1
Rp 54.600.000.000
BUKU BESAR
Keuntungan Istishna Ditangguhkan
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
Penyerahan ke-1
Rp 12.600.000.000
NERACA
Per 15 Juli 2004
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Persediaan Istishna
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 8.000.000.000
Piutang Istishna
Rp 54.600.000.000
Keuntungan Istishna Ditangguhkan
Rp (12.600.000.000)
Pada penerimaan tagihan dari PT Angin Mamiri atas termin 3 dan dilakukan pembayaran sebesar Rp.10.000.000.000,- .
(Dr) Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian Rp.10.000.000.000,-
(Kr) Rekening PT Angin Mamiri Rp.10.000.000.000,-
Posisi perkiraan pembayaran termin ke 3 adalah :
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
10-Jun
Penyelesaian Termin 1
Rp 30.000.000
25-Jul
Penyerahan ke-1
Rp 42.000.000.000
12-Jun
Penyelesaian Termin 2
Rp 20.000.000
Penyelesaian Termin 3
Rp 10.000.000
Saldo
Rp 18.000.000.000
NERACA
Per 15 Juli 2004
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Persediaan Istishna
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp 18.000.000.000
Piutang Istishna
Rp 54.600.000.000
Keuntungan Istishna Ditangguhkan
Rp (12.600.000.000)
Penerimaan barang pesanan (rumah) sebanyak 300 unit = (300 unit x Rp.60.000.000,- = Rp.18.000.000.000,-)
(Dr) Persediaan / Assets Istishna Rp.18.000.000.000,-
(Kr) Aktiva Istishna Dalam Proses Rp.18.000.000.000,-
Posisi perkiraan pada saat penerimaan Assets Istishna (penyerahan tahap akhir).
BUKU BESAR
Persediaan Aktiva Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
25-Jul
Penyerahan ke-1
Rp 42.000.000.000
10-Agu
Penyerahan kensb
Rp 42.000.000.000
Penerimaan akhir
Rp 18.000.000.000
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesain
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
10-Jun
Penyelesaian Termin 1
Rp 30.000.000
25-Jul
Penyerahan ke-1
Rp 42.000.000.000
12-Jun
Penyelesaian Termin 2
Rp 20.000.000
Penerimaan akhir
Rp 18.000.000.000
Penyelesaian Termin 3
Rp 10.000.000
Saldo
Rp -
NERACA
Per dd/mm/yy
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Persediaan Istishna
Rp 18.000.000.000
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp -
Piutang Istishna
Rp 54.600.000.000
Keuntungan Istishna Ditangguhkan
Rp (12.600.000.000)
Penyerahan rumah kepada nasabah (untuk 300 unit rumah).
(Dr) Piutang Istishna Rp.23.400.000.000,-
(Kr) Persediaan Istishna Rp.18.000.000.000,-
(Kr) Keuntungan Istishna Ditangguhkan Rp. 5.400.000.000,-
Posisi perkiraan setelah penyerahan kepada nasabah.
BUKU BESAR
Persediaan Aktiva Istishna
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
25-Jul
Penyerahan ke-1
Rp 42.000.000.000
10-Agu
Penyerahan kensb
Rp 42.000.000.000
Penerimaan akhir
Rp 18.000.000.000
Penyerahan kensb
Rp 18.000.000.000
BUKU BESAR
Piutang Istishna (Pembeli)
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
10-Agu
Penyerahan ke-1
Rp 54.600.000.000
Penyerahan akhir
Rp 23.400.000.000
Saldo
Rp 78.000.000.000
BUKU BESAR
Keuntungan Istishna Ditangguhkan
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
10-Agu
Penyerahan ke-1
Rp 12.600.000.000
Penyerahan akhir
Rp 5.400.000.000
Saldo
Rp 18.000.000.000
NERACA
Per dd/mm/yy
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Persediaan Istishna
Rp -
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Rp -
Piutang Istishna
Rp 78.000.000.000
Keuntungan Istishna Ditangguhkan
Rp (18.000.000.000)
Pembayaran angsuran sama dengan jurnal pembayaran angsuran dalam Murabahah sebagai berikut :
Penerimaan secara kas / tunai pembayaran angsuran oleh nasabah sebesar Rp.1.300.000,- per bulan (pokok Rp.1.000.000,- dan keuntungan Rp.300.000).
(Dr) Rekening Nasabah Rp.1.300.000,-
(Kr) Piutang Istishna Rp.1.300.000,-
(Dr) Margin Istishna Ditangguhkan Rp. 300.000,-
(Kr) Pendapatan Istishna Rp. 300.000,-
Pengakuan pendapatan atas angsuran yang tidak ditrima (menunggak) yang dilakukan pada akhir bulan (jika akrual)
(Dr) Piutang Istishna Jatuh Tempo Rp.1.300.000,-
(Kr) Piutang Istishna Rp.1.300.000,-
(Dr) Margin Istishna Ditangguhkan Rp. 300.000,-
(Kr) Pendapatan Istishna Rp. 300.000,-
Penerimaan secara kas pembayaran angsuran yang menunggak.
(Dr) Rekening Nasabah / Kas Rp.1.300.000,-
(Kr) Piutang Istishna Jatuh Tempo Rp.1.300.000,-
PENYELESAIAN AWAL.
Dalam transaksi Istishna nasabah dapat melakukan pembayaran dimuka, dibelakang, atau secara cicilan. Apabila nasabah transaksi Istishna melakukan pembayaran secara cicilan, dan melakukan penyelesaian awal sebelum tanggal jatuh tempo, maka bank syariah dapat memberikan potongan atas pembayaran pelunasan awal tersebut. Pada paragraf 96 dan 97 PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah memberikan aturan tentang hal tersebut sebagai berikut :
Jika pembeli akhir melakukan pmbayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan bank memberikan potongan, maka bank menghapus sebagian keuntungan sebagai akibat penyelesaian awal tersebut.
Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian awal piutang Istishna dapat diperlakukan sebagai :
Potongan secara langsung dan dikurangi dari piutang Istishna pada saat pembayaran.
Penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang Istishna secara keseluruhan.
Contoh :
Dalam administrasi bank syariah, tercatat Piutang Istishna atas nama Tuan Ahmad sebesar Rp.600.000.000,- jatuh tempo tanggal 25 Agustus 2005, yang mana piutang tersebut terdiri angsuran pokok barang sebesar Rp.500.000.000,- dan margin Murabahah yang belum direalisasikan sebesar Rp.100.000.000,-.
Pada tanggal 20 Agustus 2001 Tuan Ahmad melunasi hutangnya kepada bank syariah dan atas pelunasan tersebut telah disepakati pemberian potongan sebesar Rp.75.000.000,- .
Atas transaksi tersebut dilakukan jurnal sebagai beikut :
Jika pada sat penyelesaian, bank mengurangi piutang Istishna dan keuntungan/pendapatan Istishna.
(Dr) Kas Rp.525.000.000,-
(Dr) Keuntungan Istishna Ditangguhkan Rp.100.000.000,-
(Kr) Pendapatan Istishna Rp. 25.000.000,-
(Kr) Piutang Istishna Rp.600.000.000,-
Jika setelah penyelesaian, bank terlebih dahulu menerima pelunasan piutang Istishna dari nasabah, kemudian bank membayar muqasah kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan Istishna.
(Dr) Kas Rp.60.000.000,-
(Dr) Keuntungan Istishna Ditangguhkan Rp.10.000.000,-
(Kr) Pendapatan Istishna Rp.10.000.000,-
(Kr) Piutang Istishna Rp.60.000.000,-
(Dr) Beban Muqasah Istishna Rp. 7.500.000,-
(Kr) Kas / Rekening Pembeli Rp. 7.500.000,-
PERUBAHAN PESANAN DAN KLAIM TAMBAHAN.
Pengukuran perubahan pesanan dan klaim tambahan adalah sebagai berikut :
Nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh bank dan pembeli akhir ditambahkan kepada pendapatan Istishna dan biaya Istishna.
Jika kondisi pengenaan klaim tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi, maka jumlah biaya tambahan yang diakibatkan oleh setiap klaim akan mnambah biaya Istishna, sehingga pndapatan Istishna akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya akibat klaim tambahan.
Perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada Istishna Paralel, akan tetapi biaya perubahan pesanan dan klaim tambahan ditentukan oleh sub-kontraktor dan disetujui bank berdasarkan akad Istishna Paralel.
Jika kondisi pengenaan klaim tambahan yang diisyaratkan dipenuhi :
(Dr) Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian / Aktiva Istishna Rp.xxx
(Kr) Kas / Hutang Istishna Rp.xxx
BANK SEBAGAI PEMBELI.
Bank mengakui aktiva Istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang Istishna kepada penjual.
Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian bank, maka kerugian itu dikurangi dari garansi penyelesaian proyek yang telah diselesaikan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada sub-kontraktor.
Jika bank menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak dapat memperoleh kembanli seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada sub-kontraktor, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada sub-kontraktor.
Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Dalam Istishna Paralel, jika pembeli terkhir menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok Istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian pada bagian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa istishna' adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustahni') dan penjual (pembuat/shani'). Terdapat dua macam akad istishna' yaitu istishna' dan istishna' paralel. Dalam praktiknya dalam dunia perbankan, bank syariah lebih banyak menggunakan akad istishna' paralel. Karena, pertama, kegiatan istishna' oleh bank syariah merupakan akibat dari adanya permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua bank syariah bukanlah produsen dari barang yang dimaksud.
Seperti halnya akad lain dalam muamalat, istishna juga memiliki rukun dan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Rukun istishna' yakni pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani'), objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna' yang berbentuk harga, dan ijab kabul/serah terima. Ketentuan atau syarat mengenai rukun tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam bagian pembahasan. Lalu, akuntansi syariah yang berlaku terhadap akad istishna' dalam bank sesuai dengan PSAK 104 di mana menunjukkan ketentuannya pada bank apabila berada pada posisi sebagai penjual dan pembeli.
DAFTAR PUSTAKA
Arahap, Sofyan S. ,Wiroso, Muhammad Yusup. 2015.Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta. LPFE Usakti