DIKLAT ANALISIS LAPORAN KEUANGAN TINGKAT DASAR
MODUL ANALISIS KAS, PERSEDIAAN, PIUTANG DAN ASET TETAP
Oleh: Muhtar Yahya Widyaiswara Pusdiklat Keuangan Umum
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSDIKLAT KEUANGAN UMUM 2016
IDENTITAS MODUL
Judul Modul: Analisis Kas, Persediaan, Piutang dan Aset Tetap
Penulis: Muhtar Yahya
Digunakan Untuk : Diklat Analisis Laporan Keuangan Tingkat Dasar
Pusdiklat Keuangan Umum Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Cetakan Pertama: 2016 ii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i IDENTITAS MODUL ........................................................................................... ii KATA PENGANTAR........................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL....................................................................v PETA KONSEP MODUL .....................................................................................vi PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Deskripsi Singkat .................................................................................. 1 B. Prasyarat Kompetensi .......................................................................... 2 C. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ........................... 2 D. Relevansi Modul .................................................................................. 2 KEGIATAN BELAJAR 1 ...................................................................................... 3 Analisis Kas, Persediaan, dan Piutang .............................................................. 3 A. Uraian dan Contoh ............................................................................... 3 1. Analisis Kasus Kas, Persediaan dan Piutang ..................................... 9 B. Latihan................................................................................................ 21 C. Rangkuman.........................................................................................22 D. Tes Formatif 1 .....................................................................................23 E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...........................................................26 KEGIATAN BELAJAR 2 .....................................................................................28 Analisis Aset Tetap .........................................................................................28 A. Uraian dan Contoh ..............................................................................26 1. Hubungan Aset Tetap, Depresiasi dan Laporan Laba Rugi ...............29 2. Analisis Kasus – Aset Tetap ............................................................32 B. Latihan................................................................................................ 40 C. Rangkuman.........................................................................................41 D. Tes Formatif 2 .....................................................................................42 E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...........................................................49 TES SUMATIF .................................................................................................. 51 KUNCI JAWABAN (TES FORMATIF DAN TES SUMATIF) .....................................54 DAFTAR PUSTAKA. .........................................................................................55
iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Modul ini merupakan salah satu bagian dari lima modul yang diperlukan dan saling melengkapi, yaitu; Modul 1 – Laporan Keuangan, Modul 2 - Analisis Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas, Profitabilitas dan Aktivitas, Modul 3 – Metode Analisis Keuangan dan Bisnis, Modul 4 – Analisis Kas, Piutang, Persediaan dan Aset Tetap dan, Modul 5 – Pengenalan Rekayasa Laporan Keuangan. Modul tersebut merupakan satu paket dan dimaksudkan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran pada Diklat Analisis Laporan Keuangan Tingkat Dasar. Modul 4 – Analisis Kas, Piutang, Persediaan dan Aset Tetap ini terdiri dari dua kegiatan belajar yang disusun berdasarkan urutan yaitu analisis kas, piutang dan persediaan yang mulai dari bahasan hubungan kas, piutang dan persediaan dengan laba rugi kemudian disambung dengan analisis aset tetap. Bahasan dalam modul ini lebih mengedepankan kepada keakuratan nilai kas, piutang, persediaan dan aset tetap yang ada dalam laporan keuangan. Pada akhir setiap kegiatan belajar diberikan rangkuman yang berisi intisari materi yang sudah dibahas sebelumnya. Hal yang penting dan perlu dipahami akan disajikan dalam rangkuman tersebut. Dalam rangka mengecek pemahaman atas materi dalam setiap kegiatan belajar maka pada setiap akhir kegiatan belajar akan disajikan latihan dan tes formatif. Kunci jawaban atas pertanyaan tersebut disediakan di halaman belakang modul ini. Peserta diklat disarankan untuk mengerjakan sendiri terlebih dahulu kemudian mencocokkan dengan kunci jawaban. Jika nilai belum mencapai target, maka peserta disarankan untuk membaca kembali materi tersebut dan mengulangi mengerjakan soal tersebut sampai kriteria tercapai.
v
PETA KONSEP MODUL
Analisis Aset Tetap (Aset Jangka Panjang)
Analisis Kas, Piutang, dan Persediaan (Aset Jangka Pendek)
vi
PENDAHULUAN A.
Deskripsi Singkat
Badan Pendikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) adalah unit instansi yang berada di bawah Kementerian Keuangan (Ke menkeu) yang diberi tugas dan tanggung jawab dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Keuangan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas SDM tersebut adalah dengan menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bagi pegawai Kementerian Keuangan sehingga dapat memenuhi tingkat kompetensi yang diperlukan dalam menjalankan kegiatan Kementerian Keuangan. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pegawai Kementerian Keuangan adalah membaca, menganalisis laporan keuangan untuk pengambilan kebiajakan baik makro ataupun miko. Modul ini memberikan pencerahan tentang laporan keuangan tersebut dengan lanjutan pembahasan tentang analisis laporan keuangan yang lazim dilakukan oleh para praktisi. Modul ini terdiri dari 2 (dua) kegiatan belajar sesuai dengan logika penyusunan metode analisis tentang keuangan dan bisnis, yaitu: a.
Analisis kas, piutang dan persediaan, yang menjelaskan tentang hubungan kas, piutang dan persediaan dengan laba rugi perusahaan serta analisis terhadap keakuratan angka kas, piutang dan persediaan dalam laporan keuangan tersebut.
b. Analisis aset tetap yang membahas hubungan aset tetap, depresiasi aset tetap dengan laba rugi perusahaan serta analisis terhadap keakuratan angka tersebut dalam laporan keuangan.
1
B.
Prasyarat Kompetensi
Untuk dapat mempelajari modul ini dengan baik, sebaiknya peserta memiliki kompetensi awal sebagai berikut: a. Memahami konsep kinerja keuangan b. Memahami proses bisnis usaha c.
C.
Memahami laporan keuangan dan informasi yang ada di dalamnya.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) 1. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti pembelajaran modul ini diharapkan peserta dapat menguraikan tetang hubungan kas, piutang, persediaan dan aset tetap dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Kemudian pengetahuan tersebut diaplikasikan dalam analisis keuangan dan bisnis. 2. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran modul ini, peserta diharapkan mampu: a.
Mendeskripsikan hubungan kas, piutang dan persediaan dengan laba rugi dengan benar;
b. Menganalisis kewajaran dan keakuratan nilai kas, piutang, dan persediaan dengan tepat; c.
Menjabarkan hubungan aset tetap, depresiasi dan laba rugi dengan benar;
d. Menganalisis kewajaran dan keakuratan nilai aset tetap dengan benar;
D.
Relevansi Modul
Kegunaan modul ini adalah: 1.
Untuk memberikan pemahaman tentang konsep dasar hubungan kas, piutang, persediaan dan aset tetap dengan laporan keuangan perusahaan;
2.
Untuk memberikan pemahaman yang nyata tentang analisis keakuratan nilai kas, piutang, persediaan dan aset tetap dalam proses analis laporan keuangan perusahaan dan bisnis yang melingkupinya.
2
KEGIATAN BELAJAR 1 ANALISIS KAS, PIUTANG DAN PERSEDIAAN KB 2 INDIKATOR
Setelah mempelajari modul ini peserta diklat mampu menyajikan laporan keuangan sebuah entitas dengan baik yang ditandai dengan beberapa indikasi berikut: 1) Mendeskripsikan hubungan kas, piutang dan persediaan dengan laba rugi dengan benar; 2) Menganalisis kewajaran dan keakuratan nilai kas, piutang, dan persediaan dengan tepat;
A.
URAIAN DAN CONTOH
Akuntansi adalah proses untuk menginterpretasi, mencatat, meringkas, dan melaporkan seluruh transaksi keuangan dari suatu entitas tertentu. Dalam perkembangan terakhir akuntansi juga diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah data keuangan menjadi informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan (laporan keuangan). Informasi yang dihasilkan berupa posisi keuangan yang terdiri dari aset, liabilitas dan ekuitas serta kinerja entitas yang terdiri dari pendapatan dan beban. Tingkat kerumitan penyajian laporan keuangan sangat tergantung kepada jenis transaksi yang ada dan jenis usaha yang akan dilaporkan. Secara umum, jenis perusahaan terdiri dari perusahaan jasa, dagang dan industri. Selanjutnya dalam modul ini akan dibahas tentang perusahaan dagang.
3
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya adalah membeli barang dagangan dan menjual kembali kepada para konsumen tanpa melakukan pengolahan lebih lanjut untuk mendapatkan keuntungan. Perusahaan dagang ini meliputi pedagang besar dan pedagang eceran. Secara mendasar ada beberapa transaksi yang menjadi ciri khas utama dari perusahaan dagang, yaitu transaksi keuangan yang khas untuk perusahaan dagang: 1. Pembelian barang dagangan 2. Return dan potongan pembelian 3. Pembayaran hutang dagang 4. Penjualan barang dagangan 5. Return dan potongan penjualan 6. Penagihan piutang usaha
Sebagai contoh, 1. A mendirikan perusahaan dagang dengan menyetorkan uang kas Rp200.000 2. Membeli barang dagangan 100 unit @Rp1.000 secara kredit 3. Meretur barang dagangan 10 unit karena rusak 4. Membayar hutang dagang senilai Rp80.000 5. Menjual 70 unit barang dagangan @Rp2.000, kredit 6. Menerima 10 unit barang dari konsumen karena tidak sesuai spesifikasi 7. Menerima uang Rp100.000 dari pelunasan piutang
4
Transaksi tersebut dapat dipahami dengan penyajian persamaan berikut: No
Kas
Dagangan
Piutang
Alat
Hut dag
Hut
Modal
LR
bank 1
200.000
200.000
2
100.000
100.000
3
-10.000
-10.000
4
-80.000
-80.000
5
140.000
6
140.000
-70.000
-70.000
10.000
10.000 -20.000
7
100.000
-20.000
100.000
220.000
30.000
20.000
0
10.000
270.000
0
200.000
60.000
270.000
Laporan keuangan Dari persamaan akuntansi tersebut akan dapat disajikan beberapa laporan keuangan. Yang paling penting untuk disajikan dalam analisis ini adalah Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi.
Laporan Posisi Keuangan Per tanggal 31.12.01 Keterangan Kas
Saldo 220.000
Keterangan Hutang dagang
Dagangan
30.000
Modal
Piutang dagang
20.000
Laba Rugi
Jumlah
270.000
Jumlah
Saldo 10.000 200.000 60.000 270.000
5
Laporan Laba Rugi Periode tahunan yang berakhir 31.12.01 Penjualan kotor
140.000
Retur penjualan (harga jual)
-20.000
Penjualan bersih Beban pokok penjualan Retur penjualan (harga perolehan)
120.000 -70.000 10.000
Laba kotor usaha
-60.000 60.000
Piutang dagang muncul karena penjualan barang yang akan dilunasi setelah beberapa waktu mendatang. Berbagai sebab yang menjadikan tertunda pelunasan tersebut diantaranya adalah letak pelanggan yang berjauhan, sulitnya sistem perbankan, penjual ingin memberikan fasilitas tertentu kepada pembeli atau karena penjual ingin meningkatkan volume penjualannya. Salah satu permasalahan yang akan muncul adalah besarnya nilai piutang dagang, yang di satu sisi nilai yang tinggi akan menunjukkan likuiditas perusahaan tapi di sisi lainnya angka tersebut sangat membebani perusahaan. Hal itu disebabkan piutang dagang biasanya didanai dengan pendanaan jangka pendek dan besarnya nilai piutang bermakna lambatnya pelunasan oleh para pelanggan (konsumen). Di sisi lain, persediaan bukan hanya sekedar menunjukkan likuiditas perusahaan namun juga menggambarkan besarnya investasi atas barang tersebut. Memang hal ini sangat tergantung dari besarnya investasi persediaan. Pada perusahaan pengecer barang kebutuhan rumah tangga yang kebayakan hartanya berupa persediaan maka manajemen persediaan menjadi sangat penting. Sebaliknya pada perusahaan jasa perbengkelan yang berusaha pokok pada penyediaan jasa maka manajemen persediaan ini menjadi tidak terlalu penting. Demikian juga dengan perusahaan dealer yang berdagang mobil, maka
6
manajemen persediaan sangat penting jika dibanding dengan perhotelan yang hampir tidak punya persediaan dagangan. Kemudian analisis apa yang bisa dilakukan? Seperti yang telah disajikan dalam Modul 3 bahwa prosedur analisis akan dilakukan dengan langkah berikut: 1. Penjelasan tentang tujuan analisis
Apa yang menjadi tujuan analisis atas PT A tersebut? Misalkan analisis ingin tahu seberapa besar efisiensi penyediaan barang dagangan dalam kegiatan operasi tersebut dan berapa besar efisiensi bagian penagihan dalam mengkoleksi piutang dagang yang ada. 2. Penentuan faktor yang dipertimbangkan
Karena tujuan analisis adalah efisiensi nilai persediaan dalam neraca maka akan digunakan data tentang jumlah persediaan akhir dibandingkan dengan harga pokok yang telah terjual. Sedangkan efisiensi penagihan akan digambarkan dengan jumlah piutang dagang yang tersisa dibandingkan dengan nilai penjualan yang telah terjadi. 3. Penentuan rumus umum
Efisiensi nilai persediaan akan diwakili rumus berikut:
=
−
Efisiensi nilai piutang dagang akan diwakili rumus berikut.
=
−
4. Penentuan kriteria simpulan
Setelah rumus diperoleh dan ditetapkan maka analis masih dituntut untuk memberikan makna dari rumus tersebut. Biasanya analis mempunyai standar yang dibuat berdasarkan data yang relevan, misal rata-rata industri, data tahun sebelumnya, angka dari kompetitor (pesaing). Untuk kriteria tersebut misalkan rasio perputaran persediaan standar minimalnya adalah 3 kali dan rasio perputaran piutang standar minimalnya adalah 5 kali. Jika
7
kurang dari angka tersebut maka dianggap kurang baik. Sehingga perlu dianalisis lebih lanjut tentang penyebabnya. 5. Pelaksanaan analisis
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses analisis yang mendasarkan kepada informasi yang ada di laporan keuangan. Pelaksanaan analisis selanjutnya adalah mengambil data dan informasi yang diperlukan untuk kemudian dimasukkan dalam rumus yang ada. Setelah diperoleh hasil akhir maka angka tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditentukan di awal tadi. Hasil perbandingan itu lah yang menjadi simpulan analisis untuk kemudian bisa dipergunakan untuk pengambilan keputusan dan analisis lebih lanjut terhadap kondisi keuangan dan bisnis yang relevan.
Dari laporan keuangan tersebut, beberapa informasi yang bisa dicatat adalah: Penjualan bersih
= Rp 120.000
Piutang dagang akhir
= Rp 20.000
Harga pokok penjualan
= Rp 60.000
Persediaan barang dagangan
= Rp 30.000
Rasio perputaran piutang = Rp120.000 / Rp20.000 = 6 kali Rasio perputaran persediaan = Rp60.000 / Rp30.000 = 2 kali
Kriteria yang dipakai sebagai patokan adalah: Rasio perputaran piutang = 5 kali Rasio perputaran persediaan = 3 kali
8
Simpulan sederhana dari analisis adalah bahwa rasio perputaran persediaan tidak mencapai target yang diinginkan oleh manajemen. Oleh karena itu harus dicari apa yang menjadi penyebab dari tidak tercapainya target tersebut. Kemungkinan yang terjadi adalah: 1. Perusahaan melakukan pembelian dengan jumlah yang terlalu banyak dari seharusnya 2. Dalam pembelian tersebut ada sesuatu yang disembunyikan seperti bonus karena unit dibeli telah melebihi jumlah standar. 3. Barang yang dibeli tersebut merupakan barang yang kurang laku, tidak sesuai selera pasar 4. Teknologi barang tersebut tidak didukung dengan fasilitas yang seharusnya 5. Barang dagangan yang dibeli sengaja ditimbun 6. Bagian penjualan melakukan sabotase kerja 7. Saldo yang muncul di neraca tidak sesuai dengan fisik yang ada, dll.
Untuk mengetahui lebih lanjut dari kondisi di atas maka analis harus mencari data lebih banyak yang bisa dilakukan dengan audit atau pemeriksaan terhadap laporan keuangan tersebut. Dari audit tersebut, akan diperoleh sebab dari kondisi tersebut untuk selanjutnya dicari solusi atas masalah tadi.
1. Analisis Kasus - Kas, Persediaan dan Piutang Dagang
PT ABC didirikan di Jakarta pada tanggal 1 Januari 2011 dengan akta notaris Fulan dan rekan dengan nomor 007/01/2010 tanggal 1 Desember 2010. Bentuk usaha perusahaan ini adalah perseroan terbatas yang akan mencari dana dari masyarakat lewat penjualan saham di bursa efek. Dari struktur organisasi yang ada Direktur Utama adalah Bapak Semar dengan Direktur Keuangan Bapak Petruk. Mereka adalah sarjana akuntansi dari universitas terkenal di Jakarta. Direktur Utama
9
akan membawa laporan keuangan hasil dari Direktur Keuangan sebagai bahan utama penjualan saham. Dalam masyarakat luas diyakini bahwa nilai saham perusahaan adalah sebanding dengan nilai buku perusahaan kali indeks Price Earning Ratio (anggap nilainya 2). Selama tahun pertama usahanya perusahaan ini sudah mengantongi kas dari pasar modal dalam jumlah yang cukup besar yaitu Rp1.100.000 yang diperoleh dari 2 kali Rp550.000. Tahun berikut setelah perolehan dana tersebut ternyata harga saham meningkat karena masyarakat investor percaya bahwa nilai yang dipatok oleh PT ABC ini tidak sesuai jika dibandingkan dengan nilai yang sebenarnya dari perusahaan. Mereka mensiyalir ada indikasi kesengajaan sehingga nilai ekuitas yang disajikan menjadi terlalu rendah dari yang seharusnya.
Laporan Keuangan
Perusahaan ini menyatakan diri tunduk kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang konvergen dengan International Financial Reporting Standard (IFRS) dalam penyusunan laporan keuangannya. Semua asset yang disajikan maupun liabilitas yang ada dicatat dan dinilai sesuai konsep yang disarankan oleh PSAK. Laporan keuangan yang dibuat terdiri dari: 1.
Laporan Posisi Keuangan (LPK) atau neraca Laporan ini menyajikan asset yang dimiliki perusahaan, liabilitas dan komposisi modal perusahaan pada tanggal akhir neraca.
2.
Laporan Laba Rugi Komprehensif (LR) Laporan ini menyajikan pendapatan dan beban yang dialami oleh perusahaan selama tahun berjalan termasuk kegiatan yang utama dan tidak utama.
3.
Laporan Arus Kas (LAK) Laporan ini mencakup sumber dan penggunaan uang perusahaan dalam periode berjalan
10
4.
Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) Berikut ini Laporan Posisi Keuangan per 31 Desember 2011, akhir tahun pertama operasinya, saat dilakukan penjualan saham kepada masyarakat yang menghasilkan uang sejumlah Rp1.100.000 tersebut.
PT ABC Neraca per 31 Desember 2011
PT ABC Laporan Laba Rugi 2011
Kas Persed
300,000 Hutang 50,000 Modal
210,000 100,000
Penjualan Harga pokok
400,000 (160,000)
Piutang
200,000 Laba
240,000
Laba
240,000
Total
550,000 Total
550,000
Transaksi yang terkait dengan laporan keuangan tersebut adalah: 1. PT A didirikan dengan modal Rp100.000, tunai 2. Membeli barang dagangan 100 unit @Rp1.000, kredit 3. Membeli barang dagangan 100 unit @Rp1.100, kredit 4. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, tunai 5. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, kredit 6. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, kredit, 3 bulan yad 7. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, kredit, 3 tahun yad 8. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, kredit, akan dicicil 2 kali, setiap awal tahun, cicilan pertamadimulai tahun depan. 9. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, tunai, tapi barang masih ada di gudang PT A atas permintaan pelanggan 10. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, tunai, dengan syarat harus terpasang dulu, tapi memasangnya mudah, 11. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, tunai, dengan syarat harus terpasang dulu, sampai akhir tahun belum terpasang karenacara memasangnya memang susah.
11
Selanjutnya, jika memang harga perusahaan menjadi Rp1.100.000 yang didapatkan dari Price Earning Ratio kali nilai buku yaitu 2 x Rp550.000, maka yang menjadi pertanyaan adalah apakah memang benar bahwa nilai buku perusahaan tersebut adalah Rp550.000.
Lalu berapa harga yang seharusnya?
1. Analisis kewajaran harga perolehan persediaan
Dalam paragraf 6 PSAK 14 tentang Persediaan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah aset a) Tersedia untuk dijual dalm kegiatan usaha biasa; b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Kemudian dalam paragraf 9 sampai 11 diberikan penjelasan bahwa persediaan diukur pada mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto. Biaya perolehan persediaan terdiri dari seluruh biaya pembelian,biaya kontroversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat kini. Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (selain yang dapat ditagih kembali setelahnya oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal serupa lain yang dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian. Oleh karena itu adalah benar bahwa harga perolehan dari persediaan tersebut adalah Rp1.000 per unit untuk pengadaan tahap pertama dan @Rp1.100 untuk pengadaan yang berikutnya.
12
2. Analisis kewajaran nilai penjualan
Selanjutnya dalam paragraf 34 masih dalam PSAK 14 tentang persediaan dijelaskan bahwa jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat persediaan tersebut diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Dalam paragraf ini muncul kata “jika dijual” yang memerlukan pemahaman dan penafsiran lebih lanjut.
Penjualan adalah bagian dari penghasilan. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan sebagai kenaikan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansidalam bentuk pemasukan atau penambahan aset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi pendapatanmaupun keuntungan. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa,bunga, dividen, royalti, dan sewa. Selanjutnya dalam paragraf 10 dan 11 PSAK 23 tentang Pendapatan dijelaskan bahwa jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dengan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur pada nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima dikurangi jumlah diskon usaha dan rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau dapat diterima. Akan tetapi, jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima.
13
Tentang persyaratan kapan sebuah penjualan diakui maka paragraf 14 dari PSAK 23 memberikan penjelasan sebagai berikut: 14. Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi: (a) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara sign ifikan kepada pembeli; (b) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual; (c) jumlah pendapatan dapat diukur secara andal; (d) kemungkinan besar manfaat ekonomik yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas; dan (e) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur secara andal.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih mendalam dari timbulnya angka tersebut. Laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi yang ada di atas ternyata berasal dari kertas kerja berikut: Kas
1 2 3 4
Persed
Piutang
Hut dag
100,000
Modal 100,000
100,000 110,000
100,000 110,000
50,000 (20,000)
5
50,000 (20,000)
6
50,000 (20,000)
7
50,000 (20,000)
8
50,000 (20,000)
9
50,000 (20,000)
10
50,000 (20,000)
11
50,000
300,000
(20,000) 50,000 200,000
210,000
550,000
550,000
100,000
LR
Keterangan
setoran modal awal pengadaan tahap 1 pengadaan tahap 2 50,000 penjualan tunai (20,000) 50,000 penjualan kredit (20,000) 50,000 penjualan kredit 3 bulan (20,000) 50,000 penjualan kredit 3 tahun (20,000) 50,000 penjualan angsur 2 kali (20,000) 50,000 penjualan barang ditahan (20,000) 50,000 penjualan & pasang mudah (20,000) 50,000 penjualan & pasang susah (20,000) 240,000
14
Transaksi nomor 4 Dibukukan sebagai pendapatan senilai Rp50.000, tunai dengan harga pokok Rp20.000.
Perusahaan telah melakukan pencatatan dengan benar sesuai konsep yang telah dijelaskan di atas, yaitu pendapatan dinilai sejumlah nilai wajar yang diterima. Nilai uang tersebut adalah nilai wajar yang diterima oleh kedua belah pihak dalam perdagangan tersebut. Demikian juga dengan harga pokok yang dibebankan, nilai Rp20.00 0 adalah benar, jika diasumsikan bahwa perusahaan menggunakan metode alokasi biaya persediaan, masuk pertama keluar pertama (First In First Out , FIFO). Persediaan dari pengadaan tahap pertama masih tersisa Rp80.000.
Transaksi nomor 5 Dibukukan sebagai pendapatan senilai Rp50.000, kredit dengan harga pokok Rp20.000.
Perusahaan telah melakukan pencatatan dengan benar sesuai konsep yang telah dijelaskan di atas. Walaupun tidak secara tunai namun dalam kondisi tersebut tidak dijelaskan seberapa lama piutang tersebut mempunyai masa jatuh tempo. Oleh karena itu dianggap masih di bawah satu tahun sehingga nilai nominal yang akan diterima dianggap wajar. Demikian juga dengan harga pokok yang dibebankan, nilai Rp20.000 adalah benar, jika diasumsikan bahwa perusahaan menggunakan metode alokasi biaya persediaan, masuk pertama keluar pertama ( First In First Out , FIFO). Persediaan dari pengadaan tahap pertama masih
tersisa Rp60.000.
15
Transaksi nomor 6 Dibukukan sebagai pendapatan senilai Rp50.000, kredit dengan harga pokok Rp20.000.
Perusahaan telah melakukan pencatatan dengan benar sesuai konsep yang telah dijelaskan di atas. Walaupun tidak secara tunai namun dalam kondisi tersebut dijelaskan bahwa piutang tersebut akan jatuh tempo dalam masa 3 bulan sejak tanggal penjualan. Oleh karena itu masih di bawah satu tahun sehingga nilai nominal tersebut diterima dianggap wajar. Demikian juga dengan harga pokok yang dibebankan, nilai Rp20.000 adalah benar, jika diasumsikan bahwa perusahaan menggunakan metode alokasi biaya persediaan, masuk pertama keluar pertama (First In First Out , FIFO). Persediaan dari pengadaan tahap pertama masih tersisa Rp40.000.
Transaksi nomor 7 Dibukukan sebagai pendapatan senilai Rp50.000, kredit dengan harga pokok Rp20.000.
Perusahaan
telah
salah
dalam
melakukan
pencatatan
pendapatan karena tidak sesuai konsep yang telah dijelaskan di atas. Masa penerimaan kas dalam penjualan tersebut adalah lebih dari satu tahun sehingga nilai nominal tersebut diterima dianggap tidak wajar untuk dianggap sama dengan nilai saat ini. Oleh karena nilai tersebut harus dinilai dengan nilai wajar saat ini. Dengan asumsi suku bunga yang berlaku
adalah
10%
maka
nilai
penjualan
tersebut
adalah
Rp50.000/1.1^3 = Rp37.566. Adapun harga pokok yang dibebankan, nilai Rp20.000
adalah
benar,
jika
diasumsikan
bahwa
perusahaan
menggunakan metode alokasi biaya persediaan, masuk pertama keluar pertama (First In First Out , FIFO). Persediaan dari pengadaan tahap pertama masih tersisa Rp20.000.
16
Transaksi nomor 8 Dibukukan sebagai pendapatan senilai Rp50.000, kredit dengan harga pokok Rp20.000.
Perusahaan
telah
salah
dalam
melakukan
pencatatan
pendapatan karena tidak sesuai konsep yang telah dijelaskan di atas. Masa penerimaan kas dalam penjualan tersebut adalah lebih dari satu tahun sehingga nilai nominal tersebut diterima dianggap tidak wajar untuk dianggap sama dengan nilai saat ini. Oleh karena nilai tersebut harus dinilai dengan nilai wajar saat ini. Dengan asumsi suku bunga yang berlaku adalah 10% maka nilai penjualan tersebut adalah Rp25.000/1.1 + Rp25.000/1.1^2 = Rp43.388. Adapun harga pokok yang dibebankan, nilai Rp20.000
adalah
benar,
jika
diasumsikan
bahwa
perusahaan
menggunakan metode alokasi biaya persediaan, masuk pertama keluar pertama (First In First Out , FIFO). Persediaan dari pengadaan tahap pertama masih tersisa Rp0. Yang tersisa adalah pengadaan tahap ke dua sebanyak 100 unit dengan harga perolehan @Rp1.100, bukan @Rp1.000
Transaksi nomor 9 Dibukukan sebagai pendapatan senilai Rp50.000, tunai dengan harga pokok Rp20.000.
Perusahaan telah melakukan pencatatan pendapatan dengan benar sesuai konsep yang telah dijelaskan di atas, yaitu pendapatan dinilai sejumlah nilai wajar yang diterima. Nilai uang tersebut adalah nilai wajar yang diterima oleh kedua belah pihak dalam perdagangan tersebut. Tentang keterangan bahwa barang tersebut masih belum dikirimkan karena atas permintaan pelanggan maka hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk mengakui pendapatan tersebut. Sesuai dengan penjelasan dalam contoh aplikasi nomor satu dalam lampiran PSAK 23, yang menyatakan bahwa:
17
01. Penjualan ‘bill and hold’ ketika pengiriman ditunda sesuai permintaan pembeli tetapi pembeli mendapatkan hak milik dan menerima tagihan. Pendapatan diakui pada saat pembeli mendapatkan hak milik, jika: (a) terdapat kemungkinan besar bahwa pengiriman akan dilakukan; (b) barang sudah di tangan, teridentifikasi dan siap untuk dikirimkan ke pembeli pada saat penjualan diakui; (c) pembeli secara khusus menyatakan instruksi pengiriman ditangguhkan; dan (d) berlaku syarat-syarat pembayaran yang lazim.
Sementara itu, harga pokok yang dibebankan, nilai Rp20.000 adalah salah, seharusnya Rp22.000.Karena perusahaan menggunakan metode alokasi biaya persediaan, masuk pertama keluar pertama ( First In First Out , FIFO) maka persediaan dari pengadaan tahap kedua tersisa
80 unit senilai Rp88.000.
Transaksi nomor 10 Dibukukan sebagai pendapatan senilai Rp50.000, tunai dengan harga pokok Rp20.000.
Perusahaan telah benar dalam melakukan pencatatan atas pendapatan dan harga pokok penjualan tersebut. Perusahaan boleh mengakui penerimaan tersebut sebagai pendapatan, karena barang yang dijual tersebut, walaupun mempersyaratkan harus dipasang, namun cara memasangnya mudah, sesuai dengan penjelasan dalam contoh aplikasi nomor dua dalam lampiran PSAK 23, yang menyatakan bahwa: 02. Barang yang dikirimkan bergantung pada kondisi. (a) Instalasi dan inspeksi Pendapatan biasanya diakui pada saat pembeli menerima pengiriman, serta instalasi dan inspeksi telah selesai. Akan tetapi, pendapatan diakui segera setelah pembeli menerima pengiriman ketika: (i) proses instalasi bersifat sederhana, contohnya instalasi televisi penerima siaran yang hanya perlu membongkar dan menyambungkan daya dan antena; atau
18
(j) inspeksi dilakukan hanya untuk tujuan penentuan akhir atas harga kontrak, contohnya, pengiriman bijih besi, gula, atau kacang kedelai. Oleh karena itu persediaan barang dagangan dari pengadaan tahap kedua yang tersisa adalah Rp66.000.
Transaksi nomor 11 Dibukukan sebagai pendapatan senilai Rp50.000, tunai dengan harga pokok Rp20.000.
Perusahaan telah salah dalam melakukan pencatatan atas pendapatan dan harga pokok penjualan tersebut. Perusahaan belum boleh mengakui penerimaan tersebut sebagai pendapatan, karena barang yang dijual mempersyaratkan harus dipasang dan cara memasangnya susah, sesuai dengan penjelasan dalam contoh aplikasi nomor dua dalam lampiran PSAK 23, yang menyatakan bahwa: 02. Barang yang dikirimkan bergantung pada kondisi. (a) Instalasi dan inspeksi Pendapatan biasanya diakui pada saat pembeli menerima pengiriman, serta instalasi dan inspeksi telah selesai. Akan tetapi, pendapatan diakui segera setelah pembeli menerima pengiriman ketika: i. proses instalasi bersifat sederhana, contohnya instalasi televisi penerima siaran yang hanya perlu membongkar dan menyambungkan daya dan antena; atau ii. inspeksi dilakukan hanya untuk tujuan penentuan akhir atas harga kontrak, contohnya, pengiriman bijih besi, gula, atau kacang kedelai.
Pada akhirnya, persediaan barang dagangan yang masih tersisa adalah Rp66.000. Sebagai tambahan dari pembahasan tersebut, karena piutang dagang yang muncul pada transaksi nomor 7 dan 8 telah dibukukan dengan nilai wajar yang setara dengan nilai kini arus kas plus asumsi
19
suku bunga 10%, maka pada akhir tahun harus dilakukan penyesuaian. Nilai tersebut harus ditingkatkan 10% dari nilai wajar yang telah diakui, yaitu 10% x Rp37.566 = Rp3.756 dan 10% x Rp43.388 = Rp4.339 atau berjumlah Rp80.954. Angka sejumlah tersebut, selain menambah nilai piutang dagang maka juga akan diakui sebagai pendapatan bunga. Berarti neraca dan laba rugi untuk perusahaan tersebut adalah: PT ABC Neraca per 31 Desember 2011 Kas Persed Piutang Total
300,000 Hutang 90,000 Persekot 189,050 Modal
PT ABC Laporan Laba Rugi 2011
210,000 100,000 100,000
Penjualan Harga pokok Pendapatan bunga
280,954 (120,000) 8,095
Laba
169,050
Laba
169,050
579,050 Total
579,050
Laporan keuangan tersebut didasari analisis kertas kerja berikuti: Kas
1 2 3 4
Persed
Piutang
Hut dag Persekot
100,000
Modal 100,000
100,000 110,000
100,000 110,000
50,000
50,000 (20,000) 50,000 (20,000) 50,000 (20,000) 37,566 (20,000) 43,388 (20,000) 50,000 (20,000)
(20,000) 5
50,000 (20,000)
6
50,000 (20,000)
7
37,566 (20,000)
8
43,388 (20,000)
9
50,000
50,000 -
10
50,000 (20,000)
11
50,000
50,000 -
adj 300,000
LR
90,000
3,757 4,339 189,050
210,000
579,050
579,050
100,000
100,000
3,757 4,339 169,050
20
Dengan Price Earning Ratio 2 kali dan nilai total aset Rp579.050 maka sesungguhnya nilai perusahaan tersebut adalah Rp1.158.099. Oleh karena itu seandainya perusahaan tersebut dijual kepada pihak lain maka harga penawaran yang paling tepat adalah Rp1.158.099 tersebut. Tentu dengan asumsi bahwa semua hutang yang terkait juga ikut dijual bersama aset tersebut.
B.
LATIHAN
Berikut ini disajikan laporan keuangan PT A selama tahun pertama operasinya. PT ABC Neraca per 31 Desember 2011
PT ABC Laporan La ba Rugi 2011
Kas Persed Piutang
100,000 Hut dag 90,000 170,000 Modal Laba
120,000 200,000 40,000
Penjualan Harga pokok Beban operasional Pendapatan bunga
Total
360,000 Total
360,000
Laba
200,000 (120,000) (45,000) 5,000 40,000
1. Berapakah angka rasio lancar sebagai ukuran likuditas perusahaan tersebut? a. 3.00 b. 0.50 c. 0.20 d. 0.40 2. Berapakah angka rasio DER sebagai ukuran solvabilitas perusahaan tersebut? a. 1.74 b. 0.40 c. 0.50 d. 0.20 3. Berapakah angka rasio ROI sebagai ukuran profitabilitas perusahaan tersebut? a. 3.00 b. 0.20
21
c. 1.50 d. 0.40 4. Berapakah angka rasio ARTO sebagai ukuran aktivitas perusahaan tersebut? a. 1.18 b. 1.37 c. 1.50 d. 1.40
5. Berapakah angka rasio ITO sebagai ukuran aktivitas perusahaan tersebut? a. 1.39 b. 1.33 c. 1.50 d. 1.44
C. RANGKUMAN
Akuntansi adalah proses untuk menginterpretasi, mencatat, meringkas, dan melaporkan seluruh transaksi keuangan dari suatu entitas tertentu. Dalam perkembangan terakhir akuntansi juga diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah data keuangan menjadi informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan (laporan keuangan). Beberapa transaksi yang menjadi ciri khas utama dari perusahaan dagang, adalah pembelian barang dagangan, return dan potongan pembelian, pembayaran hutang dagang, penjualan barang dagangan, return dan potongan penjualan, dan penagihan piutang usaha. Analisis laporan keuangan dilakukan oleh para pengguna atau pengambil kebijakan untuk memenuhi berbagai tujuan. Diantara dari tujuan tersebut adalah analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas. Setiap analisis mempunyai tujuan dan tata cara yang berbeda. Dalam praktek análisis laporan keuangan, prosedur análisis sebagai aksi yang spesifik, tindakan yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang baku (sama) agar selalu memperoleh hasil yang sama
22
dari keadaan yang sama. Kebenaran angka yang akan dianalisis merupakan sebuah keharusan untuk mendapatkan keakuratan hasil analisis. Mencocokkan dengan standar yang ada merupakan salah satu langkah yang perlu diambil untuk mendapatkan keakuratan dari nilai yang tercantum dalam laporan keuangan. Rangkaian langkah analisis ini dilakukan dengan urutan yang logis dan rasional. Beberapa langkah analisis diantaranya, yaitu 1) Penentuan tujuan analisis, 2) Penentuan faktor yang akan dipertimbangkan, (3) Penentuan rumus umum, 4) Penentuan kriteria simpulan, dan 5) Pelaksanaan analisis itu sendiri.
D. TES FORMATIF 1
Laporan keuangan yang disajikan oleh PT ABC untuk tahun 2011 adalah: PT ABC Neraca per 31 Desember 2011 Kas Persed Piutang
Total
PT ABC Laporan Laba Rugi 2011
115,000 Hut dag 150,000 100,000 Modal Laba
210,000 100,000 55,000
Penjualan Harga pokok Beban operasional Pendapatan bunga
365,000 Total
365,000
Laba
150,000 (60,000) (35,000) 55,000
Seorang analis menyatakan bahwa sebuah perusahaan akan dikatakan sehat paling tidak jika minimal 4 indikator berikut ini tercapai: No
Faktor
Rasio
1
Likuiditas
CR
CA
1.70 max
DER
CL TL
1.40 min
ROI
TE Laba
0.35 max
Pendapatan Penjualan
1.45 max
Piutang dagang Harga pokok
0.50 max
2 3
Solvabilitas Profitabilitas
4 Aktivitas 5
Aktivitas
ARTO ITO
Rumus
Ambang
Ket
Persediaan
Selanjutnya analis mencoba meyakinkan apakah memang kesimpulannya bahwa perushaan tersebut memang benar-benar bagus. Perusahaan ini menerapkan suku
23
bunga efektif 10% dan metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out , FIFO). Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan data transaksi sebagai berikut: 1. PT A didirikan dengan modal Rp100.000, tunai 2. Membeli barang dagangan 100 unit @Rp1.000, kredit 3. Membeli barang dagangan 100 unit @Rp1.100, kredit 4. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, tunai, FIFO 5. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, kredit, j atuh tempo 3 tahun yang akan datang 6. Menjual 20 barang dagangan @Rp2.500, kredit, cicil 2 kali, tiap awal tahun, mulai tahun depan. 7. Biaya operasional Rp35.000, tunai
Pertanyaan: 1. Berapakah angka rasio lancar sebagai ukuran likuditas perusahaan tersebut, SEBELUM ada tambahan data dan analisis lebih lanjut? a. 1.74 b. 1.35 c. 1.50 d. 0.40 2. Berapakah angka rasio lancar sebagai ukuran likuditas perusahaan tersebut, SETELAH ada tambahan data dan analisis lebih lanjut? a. 1.69 b. 1.46 c. 0.34 d. 0.40 3. Berapakah angka rasio DER sebagai ukuran solvabilitas perusahaan tersebut, SEBELUM ada tambahan data dan analisis lebih lanjut? a. 1.74 b. 1.35
24
c. 1.50 d. 0.40 4. Berapakah angka rasio DER sebagai ukuran solvabilitas perusahaan tersebut, SETELAH ada tambahan data dan analisis lebih lanjut? a. 1.74 b. 1.46 c. 0.34 d. 0.40 5. Berapakah angka rasio ROI sebagai ukuran profitabilitas perusahaan tersebut, SEBELUM ada tambahan data dan analisis lebih lanjut? a. 1.74 b. 0.37 c. 1.50 d. 0.40 6. Berapakah angka rasio ROI sebagai ukuran profitabilitas perusahaan tersebut, SETELAH ada tambahan data dan analisis lebih lanjut? a. 1.74 b. 0.34 c. 1.50 d. 0.40 7. Berapakah angka rasio ARTO sebagai ukuran aktivitas perusahaan tersebut, SEBELUM ada tambahan data dan analisis lebih lanjut? a. 1.74 b. 0.37 c. 1.50 d. 0.40
25
8. Berapakah angka rasio ARTO sebagai ukuran aktivitas perusahaan tersebut, SETELAH ada tambahan data dan analisis lebih lanjut? a. 1.74 b. 1.35 c. 1.50 d. 1.47 9. Berapakah angka rasio ITO sebagai ukuran aktivitas perusahaan tersebut, SEBELUM ada tambahan data dan analisis lebih lanjut? a. 1.74 b. 0.37 c. 1.50 d. 0.40 10.Berapakah angka rasio ITO sebagai ukuran aktivitas perusahaan tersebut, SETELAH ada tambahan data dan analisis lebih lanjut? a. 1.74 b. 1.35 c. 0.50 d. 0.40
E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Guna menentukan seberapa jauh tingkat pemahaman anda pada materi kegiatan belajar ini maka lakukankah langkah berikut ini: 1.
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir dari modul/bahan ajar ini.
2.
Hitunglah jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat pemahaman saudara;
26
Rumus: Jumlah jawab benar --------------------------- x 100% = tingkat pemahaman Jumlah semua soal 3.
Nyatakan predikat tingkat pemahaman anda berdasarkan hasil perhitungan 2) dengan pedoman berikut; 91% - 100%
: Amat baik
81% - 90%
: Baik
71% - 80%
: Cukup
61% - 70%
: Kurang
Apabila tingkat pemahaman anda belum mencapai minimal 81% (predikat baik) maka disarankan untuk mengulang kembali materi ini.
27
KEGIATAN BELAJAR 2 ANALISIS ASET TETAP KB 2 INDIKATOR
Setelah mempelajari modul ini peserta diklat mampu menyajikan laporan keuangan sebuah entitas dengan baik yang ditandai dengan beberapa indikasi berikut: 1) Mendeskripsikan hubungan aset tetap dan depresiasi dengan laba rugi dengan benar; 2) Menganalisis kewajaran dan keakuratan nilai aset tetap dengan tepat;
A. URAIAN DAN CONTOH
Telah ditegaskan dalam penjelasan dalam modul sebelumnya bahwa akuntansi adalah proses untuk menginterpretasi, mencatat, meringkas, dan melaporkan seluruh transaksi keuangan dari suatu entitas tertentu. Dalam perkembangan terakhir akuntansi juga diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah data keuangan menjadi informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan (laporan keuangan). Dalam perusahaan jasa (juga dagang dan industri) perusahaan membeli peralatan untuk kepentingan usahanya menjalankan kegiatan operasional. Analis sering mengkaitkan pembelian aset tetap tetap tersebut dengan hasil yang dihasilkan dari penggunaan aset dimaksud. Oleh karena itu keakuratan angka aset tetap tersebut merupakan suatu keharusan agar hasil analisis tersebut akurat.
28
1. Hubungan aset tetap, depresiasi dan laporan laba rugi
Transaksi utama yang berhubungan dengan aset tetap adalah: 1. Pembelian aset tetap 2. Pembayaran biaya perawatan periode berjalan 3. Pembayaran hutang atas pembelian aset tetap 4. Pendapatan dari penggunaan aset tetap 5. Pengakuan depresiasi atas pemakaian aset tetap
Sebagai contoh, 1. A mendirikan perusahaan dagang dengan menyetorkan uang kas Rp200.000 2. Membeli mobil seharga Rp100.000 secara kredit 3. Membayar biaya perawatan Rp15.000, tunai 4. Membayar hutang mobil senilai Rp80.000 5. Menjual jasa seharga Rp100.000, tunai 6. Umur ekonomis mobil 10 tahun
Transaksi tersebut dapat dipahami dengan penyajian persamaan berikut: No
1
Kas
Dagangan
Piutang
Mobil
Hut
Hut
dag
mob
200.000 100.000 -15.000
4
-80.000
5
100.000
LR
200.000
2 3
Modal
100.000 -15.000 -80.000 100.000
6
-10.000 205.000
90.000 295.000
-10.000 20.000
200.000
75.000
295.000
29
Laporan Keuangan
Dari persamaan akuntansi tersebut akan dapat disajikan beberapa laporan keuangan. Yang paling penting untuk disajikan dalam analisis ini adalah Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi.
Laporan Posisi Keuangan Per tanggal 31.12.01 Keterangan
Saldo
Kas
205.000
Dagangan
0
Piutang dagang
0
Keterangan
Saldo
Hutang dagang Hutang mobil
Mobil
100.000
Modal
Akumulasi
-10.000
Laba rugi
295.000
Jumlah
0 20.000
200.000 75.000
depresiasi Jumlah
295.000
Laporan Laba Rugi Periode tahunan yang berakhir 31.12.01 Pendapatan bersih
100.000
Beban perawatan
-15.000
Beban depresiasi
-10.000
Laba kotor usaha
-25.000 75.000
Kemudian analisis apa yang bisa dilakukan? Seperti yang telah disajikan dalam Modul 3 bahwa prosedur analisis akan dilakukan dengan langkah berikut: 1. Penjelasan tentang tujuan analisis
Apa yang menjadi tujuan analisis atas PT A tersebut? Misalkan analis ingin tahu seberapa besar efisiensi penggunaan aset tetap dalam melakukan penjualan.
30
2. Penentuan faktor yang dipertimbangkan
Karena tujuan analisis adalah efisiensi penggunaan aset tetap maka akan digunakan data tentang nilai aset tetap dibandingkan dengan penjualan yang didapat. 3. Penentuan rumus umum
Efisiensi penggunaan aset tetap akan diwakili rumus berikut:
=
−
4. Penentuan kriteria simpulan
Setelah rumus diperoleh dan ditetapkan maka analis masih dituntut untuk memberikan makna dari rumus tersebut. Biasanya analis mempunyai standar yang dibuat berdasarkan data yang relevan, misal rata-rata industry, data tahun sebelumnya, angka dari competitor (pesaing). Untuk kriteria tersebut misalkan rasio perputaran aset tetap minimalnya adalah 3 kali. Jika kurang dari angka tersebut maka dianggap kurang baik. Sehingga perlu dianalisis lebih lanjut tentang penyebabnya. 5. Pelaksanaan analisis
Analisis
laporan
keuangan
merupakan
suatu
proses
analisis
yang
mendasarkan kepada informasi yang ada di laporan keuangan. Pelaksanaan analisis selanjutnya adalah mengambil data dan informasi yang diperlukan untuk kemudian dimasukkan dalam rumus yang ada. Setelah diperoleh hasil akhir maka angka tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditentukan di awal tadi. Hasil perbandingan itu lah yang menjadi simpulan analisis untuk kemudian bisa dipergunakan untuk pengambilan keputusan dan analisis lebih lanjut. Dari laporan keuangan tersebut, beberapa informasi yang bisa dicatat adalah: Penjualan bersih
= Rp 100.000
Aset tetap
= Rp 90.000
Rasio perputaran aset tetap
= Rp100.000 / Rp90.000 = 1,11 kali
31
Kriteria yang dipakai sebagai patokan adalah: Rasio perputaran aset tetap
= 3 kali
Simpulan sederhana dari analisis tersebut adalah bahwa rasio perputaran aset tetap tidak mencapai target yang diinginkan oleh manajemen karena rasio perputaran aset tetap berdasar angka yang ada di laporan keuangan menunjukkan nilai 1,11 kali sedangkan kriteria minimal yang ditetapkan oleh manajemen atas nilai perputaran tersebut adalah 3 kali. Oleh karena itu harus dicari apa yang menjadi penyebab dari tidak tercapainya target tersebut. Kemungkinan yang terjadi adalah: 1. Kinerja penjualan tidak mencapai target, 2. Harga perolehan aset tetap tidak benar, 3. Umur ekonomis mobil tersebut kurang tepat, 4. Metode depresiasi kurang sesuai dengan kondisinya, 5. Salah perlakuan atas biaya yang berhubungan dengan aset tetap, 6. Saldo aset tetap di neraca tidak sesuai dengan fisik yang ada, dll. Untuk mengetahui lebih lanjut dari kondisi di atas maka analis harus mencari data lebih banyak yang bisa dilakukan dengan audit atau pemeriksaan terhadap laporan keuangan tersebut. Dari audit tersebut, akan diperoleh sebab dari kondisi tersebut untuk selanjutnya dicari solusi atas masalah tadi. Dalam bahasan selanjutnya akan diberikan contoh yang lebih lengkap atas analisis aset tetap tersebut.
2.
Analisis Kasus - Aset Tetap
PT ABC didirikan di Jakarta pada tanggal 1 Januari 2011 dengan akta notaris Fulan dan rekan dengan nomor 007/01/2010 tanggal 1 Desember 2010. Bentuk usaha perusahaan ini adalah perseroan terbatas yang akan mencari dana dari masyarakat lewat penjualan saham di bursa efek.Dari struktur organisasi yang ada Direktur Utama adalah Bapak Semar dengan Direktur Keuangan Bapak Petruk. Mereka adalah sarjana akuntansi dari universitas terkenal di Jakarta.
32
Direktur Utama akan membawa laporan keuangan hasil dari Direktur Keuangan sebagai bahan utama penjualan saham. Dalam masyarakat luas diyakini bahwa nilai saham perusahaan adalah sebanding dengan nilai buku perusahaan kali indeks Price Earning Ratio (anggap nilainya 2). Selama tahun pertama usahanya perusahaan ini sudah mengantongi kas dari pasar modal dalam jumlah yang cukup besar yaitu Rp263.000 yang diperoleh dari 2 kali Rp131.500 (nilai total aset). Tahun berikut setelah perolehan dana tersebut ternyata harga saham meningkat karena masyarakat investor percaya bahwa nilai yang dipatok oleh PT ABC ini terlalu rendah
jika dibandingkan dibandingkan
dengan nilai yang sebenarnya dari perusahaan. Mereka mensiyalir ada indikasi kesengajaan penurunan nilai asset sehingga nilai ekuitas yang disajikan menjadi terlalu rendah dari yang seharusnya.
Laporan keuangan
Perusahaan ini menyatakan diri tunduk kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang konvergen dengan International Financial Reporting Standard (IFRS) dalam penyusunan laporan keuangannya. Semua asset
yang disajikan maupun liabilitas yang ada dicatat dan dinilai sesuai konsep yang disarankan oleh PSAK. Laporan keuangan yang dibuat terdiri dari: 1. Laporan Posisi Keuangan (LPK) atau neraca Laporan ini menyajikan asset yang dimiliki perusahaan, liabilitas dan komposisi modal perusahaan pada tanggal akhir ner aca. 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif (LR) Laporan ini menyajikan pendapatan dan beban yang dialami oleh perusahaan selama tahun berjalan termasuk kegiatan yang utama dan tidak utama.
33
3. Laporan Arus Kas (LAK) Laporan ini mencakup sumber dan penggunaan uang perusahaan dalam periode berjalan 4. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
Berikut ini Laporan Posisi Keuangan per 31 Desember 2011, akhir tahun pertama operasinya, saat dilakukan penjualan saham kepada masyarakat yang menghasilkan uang sejumlah Rp263.000. tersebut.
PT ABC Neraca per 31 Desember 2011
kas
28,000
mesin
115,000
ak dep
(11,500)
modal
laba
100,000
31,500
131,500
131,500
Nilai perolehan mesin sebesar Rp115.00 tersebut terdiri dari: 1. Harga beli mesin saja Rp100.000, 2. PPN Masukan (dapat dikreditkan) Rp10.000 3. PPnBM (tidak dapat dikreditkan) Rp5.000
Sedangkan
Laporan Laba Rugi menunjukkan angka laba sebesar Rp31.500.
dengan perincian: PT ABC Laporan Laba Rugi Tahun 2011 Penjualan
100,000
Harga pokok
(20,000)
Laba kotor Beban angkut
Rp 80,000 (8,000)
34
Beban pasang
(5,000)
Beban oli
(3,000)
Beban diklat
(22,000)
Beban scrap
1,000
Beban depresiasi
(11,500) Rp(48,500)
Laba bersih usaha
Rp
31,500
Beban depresiasi sebesar Rp11.500 adalah 10% dari harga perolehan mobil Rp115.000. Perusahaan menganggap bahwa penjualan produk hasil percobaan senilai Rp1.000 tersebut disamakan dengan penjualan barang sisa.
Transaksi terkait
Berikut ini transaksi yang terjadi selama tahun 2011 sebagai tahun pertama operasinya, 1.1.2011
A mendirikan PT ABC dengan modal Rp100.000, tunai Membeli sebuah mesin dengan pembayaran t unai sbb:
2.1.2011
Harga beli mesin saja Rp100.000, tunai
PPN Masukan (dapat dikreditkan) Rp10.000
PPnBM (tidak dapat dikreditkan) Rp5.000
Ongkos angkut sampai dengan lokasi pabrik Rp8.000
Berikiut ini ini adalah pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan mesin,
Biaya pemasangan mesin tersebut Rp5.000
Biaya bensin dan oli untuk percobaan Rp3.000
Ongkos pelatihan selama masa percobaan Rp2.000
Biaya pelatihan 10 orang operator Rp20.000
Hasil (produk) dari periode percobaan Rp1.000, tunai
35
31.12.11
Perkiraan biaya pembongkaran pada akhir umur ekonomis Rp15.000
Umur ekonomis mesin tersebut 10 tahun, gar is lurus, suku bunga 10%
Keterangan per akhir tahun,
Pendapatan setahun Rp100.000, tunai
Biaya pokok penjualan Rp20.000
Selanjutnya, penyajian laporan keuangan diatas jika dilihat dari sisi harga jual saham di bursa adalah berdasarkan informasi yang ada ternyata perusahaan ini sudah mengantongi kas dari pasar modal dalam jumlah yang cukup besar yaitu Rp263.000 yang diperoleh dari 2 kali Rp131.500.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya dalam proses analisis ini adalah apakah harga jual saham atau harga perusahaan tersebut sudah wajar? Oleh karena itu perlu dilakukan analisis sebagai berikut:
1. Analisis kewajaran harga perolehan aset tetap Berdasarkan keterangan dalam kasus tersebut diketahui bahwa harga perolehan mesin Rp115.000 yang dibentuk dari biaya sebagai berikut: a.
Harga beli mesin saja Rp100.000,
b. PPN Masukan (dapat dikreditkan) Rp10.000 c.
PPnBM (tidak dapat dikreditkan) Rp5.000
Sedangkan pengeluaran yang lain dianggap sebagai beban tahun berjalan.
Menurut PSAK 16 Tahun 2009 paragraf 15 sampai dengan 17, dinyatakan bahwa: 15. Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.
36
16. Biaya perolehan aset tetap meliputi: a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain; b. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen; dan c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. 17. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: a. Biaya imbalan kerja (seperti yang telah didefinisikan dalam PSAK No. 24 tentang Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap; b. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik; c. Biaya handling dan penyerahan awal; d. Biaya perakitan dan instalasi; e. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misalnya, contoh yang diproduksi dari peralatan yang sedang diuji); dan f. Komisi profesional.
Oleh karena itu harga perolehan mesin tersebut seharusnya adalah : 1. Harga beli mesin saja
Rp100.000
2. PPN Masukan (dapat dikreditkan)
Rp 10.000
3. PPnBM (tidak dapat dikreditkan)
Rp
5.000
4. Ongkos angkut sampai dengan lokasi pabrik
Rp
8.000
5. Biaya pemasangan mesin tersebut
Rp
5.000
6. Biaya bensin dan oli untuk percobaan
Rp
3.000
7. Ongkos pelatihan selama masa percobaan
Rp
2.000
8. Biaya pelatihan 10 orang operator
Rp 20.000
9. Hasil (produk) dari periode percobaan
Rp 1.000
37
10. Nilai sekarang dari provisi untuk membongkar mesin tersebut
Rp
5.783 *)
Total nilai mesin tersebut adalah Rp127.783
Perbedaan antara nilai mesin menurut perusahaan yang berjumlah Rp115.000
dengan nilai yang semestinya sebesar Rp127.783 terutama
disebabkan oleh perbedaan jenis pengeluaran yang dikapitalisasi. Dalam PSAK 16 tentang Aset Tetap tersebut harga perolehan tersebut termasuk juga biaya yang bisa diatribusikan dan juga termasuk kapitalisasi atas biaya yang akan terjadi pada masa mendatang atau provisi. Perhitungan provisi itu dilakukan dengan melakukan penilaian kini dari potensi pengeluaran yang kemungkinan akan dilakukan.
Dalam contoh tersebut, kewajiban provisi adalah Rp15.000 yang akan terjadi pada akhir tahun ke 10 sehingga dengan bunga kapitalisasi 10% selama 10 tahun maka nilai kini dari pembayaran tersebut adalah Rp5.783. Perhitungannya adalah Rp15.000 di-kini-kan dengan dikalikan dengan 1/1.1^10 maka menjadi Rp5.783. Oleh karena itu nilai harga perolehan mesin menjadi Rp127.783 tersebut.
2. Analisis keakuratan laba rugi dan nilai ekuitas Setelah diketahui bahwa harga perolehan asset tersebut adalah Rp127.783 maka dengan umur ekonomis 10 tahun metode garis lurus maka nilai beban depresiasi menjadi Rp12.778. Perhitungan depresasi tersebut adalah berikut ini; Harga beli mesin
Rp127.783
Beban depresiasi = ---------------------------------------- = --------------- = Rp12.778 Estimasi umur ekonomi 1o tahun
38
Di sisi lain provisi yang ada akan meningkat 10%nya sebagai beban bunga yaitu 10% x Rp5.783=Rp578. Oleh karena itu perubahan harga perolehan dan beban depresiasi dan perubahan beban bunga tersebut mengakibatkan laba rugi usaha berubah menjadi angka berikut ini.
PT ABC Laporan Laba Rugi Tahun 2011 Penjualan
100,000
Harga pokok
(20,000)
Laba kotor
Rp 80,000
Beban angkut
0
Beban pasang
0
Beban oli
0
Beban diklat
(20,000)
Beban scrap
0
Beban bunga provisi* Beban depresiasi
(578) (12.778) Rp(33.357)
Laba bersih usaha
Rp 46.643
Dengan adanya laba sebesar Rp46.643 tersebut plus modal awal Rp100.000 maka nilai ekuitas perusahaan yang mendekati wajar adalah Rp146.643. Oleh karena masyarakat luas meyakini bahwa nilai saham perusahaan adalah sebanding dengan nilai buku perusahaan kali indeks Price Earning Ratio (anggap nilainya 2) maka nilai perusahaan seharusnya adalah Rp293.286 (2 x Rp146.643) dan bukan Rp263.000 yang diperoleh dari 2 kali Rp131.500. Konon menurut isu yang beredar, understated tersebut sengaja dilakukan karena ada indikasi bahwa pemilik yang lama akan memberikan
39
sejumlah kekayaan kepada pihak pembeli secara samar-samar. Sampai hari ini kasus tersebut belum ada kejelasannya.
B. LATIHAN
Dalam latihan berikut ini akan ditentukan nilai beberapa rasio yang akan menjadi indikator kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Berikut ini disajikan laporan keuangan PT ABC untuk tahun 2011. PT ABC Neraca pe r 31 Desembe r 2011
PT ABC Laporan Laba Rugi 2011
Kas Persed Piutang
30,000 Hut dagang 70,000 150,000 Hut bank
120,000
Aset Tetap Ak dep Total
300,000 Modal (50,000) Laba 500,000 Total
150,000 30,000 500,000
200,000
Penjualan Harga pokok Beban operasional Beban depres ias i Beban bunga Laba
215,000 (90,000) (45,000) (30, 000) (20,000) 30,000
Pertanyaan: 1. Berapakah angka rasio lancar sebagai ukuran likuditas perusahaan tersebut? a. 2.08 b. 1.50 c. 1.20 d. 1.40 2. Berapakah angka rasio DER sebagai ukuran solvabilitas perusahaan tersebut? a. 1.74 b. 1.40 c. 1.78 d. 1.20 3. Berapakah angka rasio ROI sebagai ukuran profitabilitas perusahaan tersebut? a. 0.43 b. 0.14 c. 2.50 d. 2.08
40
4. Berapakah angka rasio PER sebagai ukuran aktivitas perusahaan tersebut? a. 2.50 b. 2.08 c. 2.58 d. 2.85 5. Berapakah angka rasio TATO sebagai ukuran aktivitas perusahaan tersebut? a. 0.14 b. 0.43 c. 2.50 d. 2.58
C. RANGKUMAN
Akuntansi adalah proses untuk menginterpretasi, mencatat, meringkas, dan melaporkan seluruh transaksi keuangan dari suatu entitas tertentu. Dalam perkembangan terakhir akuntansi juga diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah data keuangan menjadi informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan (laporan keuangan). Selain transaksi yang berkenaan dengan jual beli barang dagangan, perusahaan juga mempunyai transaksi yang berhubungan dengan aset tetap. Beberapa transaksi yang berkenaan dengan aset tetap adalah pengadaan dan pengakuan aset tetap, penggunaan selama masa umur ekonomis, dan penilaian pada akhir periode serta pengungkapan atas hal-hal yang relevan dengan penyajian laporan keuangan tersebut. Analisis laporan keuangan dilakukan oleh para pengguna atau pengambil kebijakan untuk memenuhi berbagai tujuan. Diantara dari tujuan tersebut adalah analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas. Setiap analisis mempunyai tujuan dan tata cara yang berbeda. Dalam praktek análisis laporan keuangan, prosedur análisis sebagai aksi yang spesifik, tindakan yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang baku (sama) agar selalu memperoleh hasil yang sama
41
dari keadaan yang sama. Kebenaran angka yang akan dianalisis merupakan sebuah keharusan untuk mendapatkan keakuratan hasil analisis. Mencocokkan dengan standar yang ada merupakan salah satu langkah yang perlu diambil untuk mendapatkan keakuratan dari nilai yang tercantum dalam laporan keuangan. Rangkaian langkah analisis ini dilakukan dengan urutan yang logis dan rasional. Beberapa langkah analisis diantaranya, yaitu 1) Penentuan tujuan analisis, 2) Penentuan faktor yang akan dipertimbangkan, (3) Penentuan rumus umum, 4) Penentuan kriteria simpulan, dan 5) Pelaksanaan analisis itu sendiri.
D. TES FORMATIF 2
Berikut disajikan beberapa data keuangan PT Tesbang di Jakarta,
Neraca Komparasi per 31 Desember 2001 dan 2002
2001
2002
4.000.000
5.000.000
0
5.000.000
Persediaan (Inventories)
26.000.000
25.000.000
Piutang ( Account receivable)
25.000.000
30.000.000
Jumlah aktiva lancar (Current assets)
55.000.000
65.000.000
56.000.000
70.000.000
-16.000.000
-20.000.000
40.000.000
50.000.000
95.000.000
115.000.000
5.000.000
0
20.000.000
27.000.000
HARTA LANCAR Kas (Cash) Surat Berharga (Marketable securities )
HARTA TETAP Nilai investasi Akumulasi penyusutan Jumlah aset tetap JUMLAH HUTANG LANCAR Hutang bank (Bank loans) Hutang dagang ( Account payables)
42
Jumlah hutang lancar (Current liabilities ) HUTANG JK PANJANG
MODAL EKUITAS JUMLAH
25.000.000
27.000.000
5.000.000
12.000.000
65.000.000
76.000.000
95.000.000
115.000.000
Laporan Laba Rugi Periode yang berakhir 31 Desember 2002
Penjualan
350.000.000
Harga Pokok Penjualan
-321.000.000
Laba kotor
29.000.000
Beban Depresiasi
-4.000.000
Laba kotor setelah depresiasi
25.000.000
Beban bunga
-1.000.000
Laba sebelum pajak
24.000.000
Pajak penghasilan
-12.000.000
Laba bersih
12.000.000
Dividen tunai
-1.000.000
Menambah laba ditahan
Rp11.000.000
Berdasarkan data tersebut, analis mengidentifikasi permasalahan perusahaan sebagai berikut: 1. Penjelasan tentang tujuan analisis
Apa yang menjadi tujuan analisis atas perusahaan tersebut? Misalkan: a. Berapa besar efisiensi kebijakan penjualan produk? b. Berapa besar efisiensi kebijakan pengadaan barang? c. Berapa
besar
efisiensi
penggunaan
aset
tetap
dalam
mendapatkan
pendapatan?
43
2. Penentuan faktor yang dipertimbangkan
Faktor yang dipertimbangkan adalah: a. Efisiensi kebijakan penjualan produk, direpresentasikan dalam angka: 1) Nilai penjualan kredit 2) Saldo piutang pada akir periode b. Efisiensi kebijakan pengadaan barang, direpresentasikan dalam angka: 1) Nilai pembelian kredit 2) Beban pokok penjualan 3) Saldo persediaan pada akir periode atau rata-rata c. Efisiensi
penggunaan
aset
tetap
dalam
mendapatkan
pendapatan,
direpresentasikan dalam angka: 1) Nilai penjualan kredit 2) Saldo aset tetap pada akir periode atau rata-rata 3. Penentuan rumus umum
Efisiensi nilai piutang dagang akan diwakili rumus berikut.
( ) =
−
Efisiensi nilai persediaan akan diwakili rumus berikut:
() =
−
Efisiensi penggunaan aset tetap rumus berikut:
( ) =
−
44
4. Penentuan kriteria simpulan
Setelah rumus diperoleh dan ditetapkan maka analis masih dituntut untuk memberikan makna dari rumus tersebut. Biasanya analis mempunyai standar yang dibuat berdasarkan data yang relevan, misal rata-rata industry, data tahun sebelumnya, angka dari competitor (pesaing). Sebagai misal, ini ‘perlu penelitian dan tidak mudah’:
Keterangan 1
Baik (3)
Sedang (2)
Jelek (1)
Piutang
>10
5 sd 10
<5
Persediaan
>10
5 sd 10
<5
Rasio Perputaran Aset Tetap
>10
5 sd 10
<5
Rasio
Perputaran
(ARTO) 2
Rasio
Perputaran
(ITO) 3
(FATO)
Berati ada kemungkinan rentang Total Score yaitu ARTO + ITO + FATO nilai dari 3 sampai dengan 9, yang kemudian dimaknakan sebagai berikut: Score
Nama
Keterangan
9
AAA
Istimewa
8
AAB
Baik Sekali
7
ABB
Baik
6
BBB
Cukup
5
BBC
Jelek
4
BCC
Jelek Sekali
3
CCC
Parah
45
5. Pelaksanaan analisis
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses analisis yang mendasarkan kepada informasi yang ada di laporan keuangan. Penjualan
Rp350.000.000
Harga pokok penjualan
321.000.000
Rata-rata piutang dagang
27.500.000
Rata-rata persediaan
25.500.000
Rata-rata aset tetap
45.000.000
Perputaran piutang dagang
12.73
Perputaran persediaan
12.59
Perputaran aset tetap
7.78
Kemudian hasil tersebut dicocokkan dengan kriteria di atas, yang sudah ditentukan oleh analis untuk menentukan bagaimana kondisi sebuah perusahaan yang sebenarnya. Evaluasi yang dilakukan menghasilkan informasi berikut: Keterangan
Baik (3)
Sedang
Jelek (1)
(2) 1
Rasio
Perputaran
Piutang
12.73
Persediaan
12.59
(ARTO) 2
Rasio
Perputaran
(ITO) 3
Rasio Perputaran Aset Tetap
7.78
(FATO)
Berarti total score adalah ARTO+ITO+FATO = 3+3+2 = 8. Score tersebut berarti kondisi perusahaan tersebut baik sekali, namun untuk perputaran aset tetap perlu diamati lebih lanjut penyebabnya seperti tampak dalam contoh sebelumnya.
46
Permasalahan muncul setelah ada penelaahan lebih lanjut. Setelah dilakukan analisis atas data yang menjadi pendukungnya, diperoleh kenyataan bahwa ada sebuah penjualan kredit senilai Rp5.000.000 yang sebenarnya belum boleh diakui sebagai transaksi penjualan karena tidak
memenuhi persyaratan dalam PSAK 23 tentang Pendapatan, namun oleh perusahaan sudah diakui sebagai pendapatan dengan tujuan agar pendapatan tahun berjalan menjadi naik demi mencapai target yang sudah dicanangkan pada awal tahun. Sekali lagi, berbagai latar belakang yang menjadi motivasi dari perilaku rekayasa tersebut. Untuk memudahkan pembahasan anggap bahwa harga pokok dan semua akun lain tidak ada yang salah. Pertanyaan: 1. Berapakah nilai penjualan baru? a.
Rp345.000.000
b. Rp435.000.000 c.
Rp543.000.000
d. Rp355.000.000 2. Berapakah nilai harga pokok penjualan yang baru? a.
Rp123.000.000
b. Rp321.000.000 c.
Rp132.000.000
d. Rp231.000.000 3. Berapakah nilai laba bersih? a.
Rp6.000.000
b. Rp5.000.000 c.
Rp11.000.000
d. Rp10.000.000
47
4. Berapakah nilai rata-rata piutang dagang yang baru? a.
Rp25.000.000
b. Rp30.000.000 c.
Rp50.000.000
d. Rp5.000.000 5. Berapakah nilai rata-rata persediaan yang baru? a.
Rp25.500.000
b. Rp25.000.000 c.
Rp22.000.000
d. Rp22.500.000 6. Berapakah rasio perputaran piutang yang baru? a.
13.80
b. 13.00 c.
18.30
d. 18.33 7. Berapakah rasio perputaran persediaan yang baru? a.
12.59
b. 15.29 c.
19.52
d. 12.95 8. Berapakah rasio perputaran aset tetap yang baru? a.
6.67
b. 7.76 c.
6.76
d. 7.67
48
9. Berapakah rasio perputaran total aset yang baru? a.
3.14
b. 3.41 c.
3.11
d. 3.44 10. Apakah simpulan dengan ditemukannya data baru? a.
Terjadi perubahan rasio perputaran piutang dan perputaran aset
b. Terjadi perubahan rasio perputaran piutang dan perputaran persediaan c.
Terjadi perubahan rasio perputaran piutang dan perputaran aset tetap
d. Tidak terjadi perubahan apapun
E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Guna menentukan seberapa jauh tingkat pemahaman anda pada materi kegiatan belajar ini maka lakukankah langkah berikut ini: 1. Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir dari modul/bahan ajar ini. 2. Hitunglah jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat pemahaman saudara; Rumus: Jumlah jawab benar --------------------------- x 100% = tingkat pemahaman Jumlah semua soal 3. Nyatakan predikat tingkat pemahaman anda berdasarkan hasil perhitungan 2) dengan pedoman berikut; 91% - 100%
: Amat baik
81% - 90%
: Baik
49
71% - 80%
: Cukup
61% - 70%
: Kurang
Apabila tingkat pemahaman anda belum mencapai minimal 81% (predikat baik) maka disarankan untuk mengulang kembali mate ri ini.
50
TES SUMATIF Berikut ini disajikan Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi untuk tahun 2014 dan 2015. Th 2015
ASET LANCAR
Th 2014 LIABILITAS DAN EKUITAS
Kas dan setara Piutang usaha Pihak berelasi Pihak ketiga Tagihan bruto kpd pemberi kerja Pihak berelasi Pihak ketiga Piutang non usaha
35,042
107,982 85,547
143,762 63,403 302
35,042 LIABILITAS JK PENDEK Utang usaha 99,103 Pihak ketiga 66,452 Pihak berelasi Utang bank segera jatuh tempo 134,539 Utang lain-lain 48,324 Beban akrual 200 Utang pajak
Persediaan Uang muka Biaya dibayar di muka Pajak dibayar di muka
1,305 13,209 1,548 14,347
1,003 Total liabilitas jk pendek 11,034 LIABILITAS JK PANJANG 1,342 Pinjaman non suborndinasi 12,367 Pinjaman suborndinasi
Total aset lancar
466,447
ASET TETAP Aset tetap -kot or Ak depresiasi Aset lain-lain Total aset tetap TOTAL ASET
409,406 Liabilitas imbalan kerja
53,234 (10,893) 1,095
Total liabilitas jk panjang EKUITAS Modal saham 34,253 Penyertaan modal negara (9,236) Cadangan umum 912 Saldo laba (rugi)
43,436
25,929
509,883
Total ekuitas
435,335 TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS
Th 2015
Th 2014
106,308 99,042 94 157,043 9,039
96,203 83,982 83 154,376 5,342
371,526
339,986
50,341 28,091
22,301 24,136
2,305
2,430
80,737
48,867
11,250 885 2,144 43,341
11,250 885 2,144 32,203
57,620
46,482
509,883
435,335
Th 2015
Th 2014
PENDAPATAN BEBAN POKOK PENDAPATAN
311,573 (270,573)
301,763 (265,034)
Laba kotor BEBAN USAHA
41,000 (19,385)
36,729 (17,935)
Laba usaha PENDAPATAN (BEBAN) LAIN Pendapatan lain Beban lain Beban keuangan
21,615
18,794
3,092 (769) (3,041)
2,301 (745) (2,786)
LABA SEBE LUM PAJAK Pajak penghasilan
20,897 (9,759)
17,564 (7,035)
LABA (RUGI) SETELAH PAJAK
11,138
10,529
51
Pertanyaan:
1. Berapakah kenaikan (penurunan) rasio lancar terhadap sebelumnya? a. 4,3% b. 3,4% c. 5,3% d. 5,4% 2. Berapakah kenaikan (penurunan) rasio cepat terhadap sebelumnya? a. 4,2% b. 3,4% c. 5,3% d. 5,4% 3. Berapakah kenaikan (penurunan) rasio kas terhadap sebelumnya? a. -4.3% b. -4.2% c. -8.5% d. -4.5% 4. Berapakah kenaikan (penurunan) rasio hutang atas total aset ter hadap sebelumnya? a. -1.3% b. -1.2% c. -0.7% d. -0.5% 5. Berapakah kenaikan (penurunan) rasio hutang atas ekuitas total terhadap sebelumnya? a. -5.3% b. -4.2% c. -6.2% d. -4.5% 6. Berapakah rasio perputaran piutang dagang tahun 2014? a. 1.82 b. 1.28 c. 1.61 d. 1.16 7. Berapakah rasio perputaran piutang dagang tahun 2015? a. 1.82 b. 1.28 c. 1.61 d. 1.16
52
8. Berapakah rasio perputaran persediaan tahun 2014? a. 264 b. 246 c. 207 d. 270 9. Berapakah rasio perputaran persediaan tahun 2015? a. 264 b. 246 c. 207 d. 270 10. Berapakah kenaikan (penurunan) rasio per putaran persediaan? a. -25.5% b. -21.5% c. -12.5% d. -11.7% 11. Berapakah kenaikan kas? a. 0% b. 2% c. 9% d. 7% 12. Berapakah kenaikan piutang usaha? a. 0% b. 2% c. 9% d. 38% 13. Berapakah kenaikan aset tetap? a. 0% b. 2% c. 9% d. 68% 14. Berapakah kenaikan hutang jangka pendek? a. 0% b. 2% c. 9% d. 38% 15. Berapakah kenaikan modal total? a. 0% b. 2% c. 17% d. 38%
53
KUNCI JAWABAN Kegiatan Belajar 1
Kegiatan Belajar 2
Tes Sumatif
Latihan 1
Tes Formatif 1
Latihan 2
Tes Formatif 2
Tes Sumatif
1.
A
1.
A
1. A
1.
A
1.
A
2.
C
2.
A
2. C
2.
B
2.
A
3.
B
3.
B
3. B
3.
A
3.
C
4.
A
4.
B
4. A
4.
A
4.
C
5.
B
5.
B
5. B
5.
A
5.
C
6.
B
6.
A
6.
A
7.
C
7.
A
7.
C
8.
D
8.
D
8.
A
9.
D
9.
A
9.
C
10. D
10. A
10. B 11. A 12. D 13. C 14. C 15. C
54