Karya Ilmiah Oleh : Totok Priyoleksono, M.Sn. Arsip STKW Surabaya
Judul Karya Media Ukuran Karya Patung Patung
: Personal Game : Fibreglass : 70 cm x 50 cm x 50 cm. : Totok Totok Priyoleksono
Deskripsi Karya Personal Game
Permainan sudah merasuki pikiran manusia, baik laki-laki maupun perempuan samasama memainkan perannya dalam pribadi masing-masing. Manusia sudah masuk pada wilayah pribadinya, sehingga manusia yang mempunyai sifat individu lebih membetengi dirinya dengan kekuatan-kekuatan yang dibangunnya. Pada masa sekarang, seseorang sulit mempercayai orang lain. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing orang mengalami krisis kepercayaan yang luar biasa. Manusia lebih cenderung menutup diri tetapi senang melihat manusia lain di luar dirinya. Dengan demikian manusia tersebut sudah memerankan dirinya sebagai pemicu permainan itu sendiri. Manusia lahir sudah dihadapkan pada persoalan yang harus ia pecahkan. Sejak manusia lahir sudah dihadapkan pada sebuah permasalahan yaitu rasa lapar, maka untuk
menanggualangi kelaparan tersebut dengan ditandai suara tangisan/rengekan. Suara tangisan inilah sebuah tanda dimulainya permainan yang ada pada diri manusia itu sendiri. Hanya saja manusia kurang menyadarinya bahwa kegiatan kesehariannya diilhami berbagai permainan. Pola permainan yang muncul dari masing-masing manusia mempunyai stile sendiri-sendiri. Manusia sudah mulai tidak mendengarkan bisikan ataupun suara yang ada di sekelilingnya. Manusia mempunyai kecenderungan menutup alat pendengarannya, hal tersebut identik dengan orang yang tidak bersedia menerima kritik dan saran orang lain. Kenyataan tersebut sangat beralasan bahwa manusia sekarang terbentuk dan ditentukan dirinya sendiri. Untuk itu manusia dengan hak-haknya untuk hidup semakin sulit untuk diatur, karena mengandung pengertian mengatur diri sendiri lebih sulit dari pada mengatur orang lain.
Judul Karya Media Ukuran Karya Patung
: Target Point :Perunggu : 70 cm x 70 cm x 150 cm. : Totok Priyoleksono
Deskripsi Karya Target Point
Permainan diperlukan ketepatan dalam membidik sasaran, dimana sasran tersebut adalah target perolehan nilai. Dalam membidik sasaran diperlukan kesabaran, keuletan dan stamina yang cukup agar dapat bertahan sampai batas waktu yang ditentukan. Konsentrasi penuh juga diperlukan dalam membidik sasaran, artinya penyatuan antara hati dan pikiran yang menggerakan anggota tubuh untuk melakukan sesuatu tindakan. Tinggi rendahnya
tingkatan bidikan ditentukan oleh masing-masing pribadi, sesorang akan menentukan sasran yang diinginkan sesuai dengan tingkat kemampuannya pula. Namun banyak pula yang memaksakan kehendak di luar kemampuannya, pemaksaan kehendak ini ditandai dengan membidik sasaran yang jauh, sehingga tidak pernah mampu sampai pada keinginan yang sudah dirncang sebelumnya. Manusia hidup banyak pilihan dan sasaran dalam arti luas, pilihan dan sasaran sangat relatif dan berbeda menurut tingkat kemampuan pribadi seseorang. Perbedaan tersebut ditunjukan hasil dari bidikan dan sasaran seseorang, itupun belum cukup untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang, masih diperlukan penelusuran dibalik tujuan perolehan sasaran yang telah dicapai. Hal ini wajar karena kepuasan manusia dalam memperjuangkan kemauannya tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan masih mempunyai keinginankeinginan yang tidak pernah berhenti selama nadi masih mengalir. Manusia terus mengejar ketinggalan, keterbelakangan, maka untuk memenuhi keinginannya tersebut menggunakan cara untuk ‘bermain’ agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Namun manusia terkadang kurang menyadari tingkat kemampuannya yang terbatas itu, manusia akan merasa dirinya yang paling kuat, kaya, tinggi bahkan paling pandai diantara sesamanya.
Judul Karya Media Ukuran Karya Patung Patung
: The King : Perunggu : 80 cm x 50 cm x 20 cm. : Totok Totok Priyoleksono
Deskripsi Karya The King
Raja adalah pemimpin komunitas yang ada di suatu wilayah, raja identik dengan kekuasaan, artinya menguasai secara penuh di wilayah tersebut. Raja mempunyai kaki tangan, wakil, bawahan, menteri dan pembantu-pembantu lain yang siap dua puluh empat jam siap untuk membantu sang raja. Menjadi raja adalah bisa bertindak apa saja menurut kemauannya sendiri, subyektifitas sangat kelihatan sekali dalam segala tindakannya. Raja dapat menentukan, memilih sesuatau walaupun di luar kemampuan ataupun haknya. Prinsip raja adalah kepunyaanku adalah kepunyaanku, kepunyaanmu adalah kepunyaanku, seingga seseorang ada di bawahnya tidak bisa berbuat banyak. Hak-hak orang di bawah raja selalu dirampas oleh kekuasaan seoarang raja itu sendiri. Raja yang arif dan bijaksana adalah dambaan rakyat bawah, kepemimpinan seorang raja akan didukung sepenuhnya oleh masyarakatnya kalau raja tersebut bisa memimpin dengan baik dan dapat mengayomi, melindungi bahkan mensejahterakan rakyatnya. Raja akan dipertahankan, dilindungi oleh rakyatnya pula kalau raja tersebut arif dalam segala
tindakan yang ditunjukan dan bijaksana dalam keputusannya. Serang raja tidak memanfaatkan rakyatnya sebagai obyek ‘permainannya’ melainkan menjadikan patner dalam bekerja sama demi kemajuan dan nama besar suatu wilayah yan di kuasainya. Raja dan rakyat adalah juga sama-sama manusia yang sama derajatnya dihadapan Tuhan. Kekuasaan adalah sementara sifatnya, karena kekuasaan tidak absolut. Namun demikian manusia selalu bermain untuk tercapainya kekuasaan yang tertinggi di dunia ini, lupa akan manusia di sekelilingnya. Manusia perlu merenungkan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memimpin dirinya sendiri.
Judul Ukuran Bahan Tahun
: The Game : 70 cm x 50 cm x 50 cm : Perunggu : 2005
1. Ikon Ikon yang terdapat pada karya “The Game” adalah sebuah kotak yang ada gambaran tentang Ular dan Tangga pada masing-masing bidang kotak tersebut. Di bawah kotak Ular Tangga terdapat bidang segi empat yang terdapat bulatan-bulatan dadu
2. Simbol Simbol merupakan sebuah bentuk perwujudan karya seni yang dapat ditangkap oleh orang lain. Simbol seni terdapat pada kaya seni itu sendiri yang didapatkan dari indra penglihatan kita, seperti halnya di dalam karya patung The Game ini, terdapat bentuk-bentuk tertentu, bidang-bidang dengan warna-warnanya, juga tekstur yang ada pada karya ini.
Pembagian bidang yang seolah tepat menjadi dua bagian, bentuk obyek pada bagian bawah yang segi empat, di bagian atas terdapat kotak Ular Tangga. Komposisi yang harmoni, susunan bidang-bidang yang unik dan khas, ini menyimbolkan pada sesuatu yang lebih mengarah pada esensi dari bentuk bentuk bidang yang berdiri tegak diatas segi empat.
3. Makna Denotatif Obyek utama pada patung ini secara menyeluruh berwarna kecoklatan dengan bahan perunggu, berupa bentuk benda yang berdiri kokoh pada sebuah bidang segi empat. Benda kotak ini terdapat goresan Ular Tangga, yang ditandai adanya Ular dengan bentuk memanjang berkelok dan beberapa Tangga yang nempel bahkan ada tiga yang berdiri menancap pada bidang kotak/bagian atas. Suasana yang terasa ketika sebuah ‘permainan’, yang tepat berada di atas segi empat tersebut. Dari kedua benda ini menyatu pada sebuah bidang dan menyatu dalam bentuk yang utuh. Menandai adanya keterkaitan atau berdampingannya dua buah bidang yang berwarna kecoklatan, tetapi tampak harmoni dan nampak ekspresinya.
4. Makna Konotatif Tanda visual berupa ikon sebuah benda yang berdiri dan sebuah Tampilan visual patung ini secara menyeluruh menyiratkan akan adanya kode hermeneutik, kode simbolik, kode narasi, kode sosial, kode kultural dan kode mitos. Karya tersebut mengandung konotasi bahwa Ular Tangga sebuah emplementasi dari manusia hidup penuh dengan ‘permainan’ yang diciptakan oleh manusia itu sendiri, atau juga permainan yang melibatkan orang lain di dalamnya. Masuk pada permainan yang dibayangankan hanyalah kemenangan, sehingga kekalahan selalu dihindari atau belum siap menerima kekalahan. Kekalahan memang menyakitkan, justru dari sakit memaksa orang untuk mawas diri. Setiap orang menganggap
dirinya paling benar, yang lain salah. Dan yang paling benar tak dapat disalahkan dan tak dapat dikalahkan, kalau yang salah bisa menang, maka tentu saja ada rekayasa tersembunyi. Kode hermeneutik ini mengandung makna profokatif. Hal ini dapat dilihat pada sebuah kotak Ular Tangga nampak jelas sekali, terasa dinamis dengan suasana gairah. Seperti ketika sebuah letupan-letupan keinginan yang telah terbangun cukup lama, maka yang terjadi adalah seperti tumpahan lahar yang menghujam ke atas langit. Kehadiran Ular Tangga serasa hadirnya hasrat yang telah menemukan ruang dan waktunya. Dengan ini bisa dikatakan bertemunya semua perasaan yang telah diimpi-impikannya. Kode simbolik terlihat pada ikon dua bidang yang membagi sebuah bentuk. Ini menyimbolkan akan perjuangan untuk mempertahankan dan sebuah keinginan manusia yang sering kali datang dan tak terhindarkan. Realitas seperti ini sudah menjadi fitrah sebagai manusia yang diciptakan Tuhan lengkap dengan seribu satu nafsunya. Nafsu manusia yang selalu menuntut untuk dapat terpenuhi dan terselesaikan menuju satu titik kesuksesan. Kode narasi, kode cultural dan mitos adalah sebuah informasi masa lampau yang ada di masyarakat secara umum, juga termasuk Jawa: adanya “ lingga dan yoni”. Dalam kepercayaan Kejawen disebutkan bahwa manusia ketika bermeditasi ( manunggaling kawula Gusti) akan menjadi pusat semesta alam ( pancering ndunya). Bersatunya antara lingga dan yoni merupakan titik tolak pemahaman keberadaan akan titik tujuan pada tataran menyatunya
antara manusia dan alam, sehingga manusia akan merasakan keberadaanNya dalam diri. Yang artinya Tuhan barada di dalam diri manusia. Sedangkan kode mitos orang Jawa adalah manunggaling kawula lan Gusti, bersatunya manusia dengan Tuhan. Merupakan sebuah
proses kekhusukan yang harus dilakukan manusia untuk bisa mencapainya. Ini artinya manusia harus dapat menjalaninya bila ingin hidupnya tenteram, damai maka diperlukan proses perjuangan. Untuk mencapai kesempurnaan hidup ( sampurnaning urip) maka jalan
yang mengarah pada sesuatu kebaikan harus yakin dapat dijalani menuju pada nilai-nilai ketuhanan. Kesatuan yang utuh pada karya patung Totok Priyoleksono ini karena memang telah melampaui nilai-nilai yang harus dipenuhi sebagai syarat dan kaidah-kaidah yang ada di elemen dan unsur seni rupa. Pada prinsipnya segala sesuatu yang nampak di karya patung ini memunculkan arti, yang dapat pula berfungsi sebagai tanda. Kesatuan atau keutuhan yang dapat menggambarkan kesempurnaan bentuk yang terdiri dari perpaduan antara elemen dan unsur seni. Juga menyatunya sebuah keinginan yang akan dan harus terpenuhi.
Judul Karya Media Ukuran Karya Patung Patung
: Central of Play : Fibreglass : 80 cm x 80 cm x 100 cm. : Totok Totok Priyoleksono
Deskripsi Karya Central of Play
Pusat permainan diri seseorang terletak pada apa yang sedang ia pikirkan. Pikiran yang yang jelas-jelas memeras otak, sehingga otak akan menjadi luka apabila terus dipaksa untuk memainkan sesuatu demi kemenangan. Pikiran akan menentukan arah ke mana seseorang tersebut menempuh jalannya. Pikiran manusia akan semakin sempit apabila di dalam otak tersebut hanya selalu mencari kemenangan. Pencarian kemenangan itu diwujutkan dalam usaha permainan yang tidak wajar. Segala cara dan strategi ditempuhnya untuk memenuhi hasratnya (kemenangan). Pencarian kemenangan yang menjajikan dalam permainan memang cukup membuat manusia tergiur olehnya. Permainan terus mempengaruhi manusia, hanya manusia rakus yang mempunyai hasrat dan keinginan untuk selalu memainkan peranannya dalam permainan. Semakin manusia mencari kemenangan dari permainan itu, maka manusia tersebut semakin
menderita kekalahan. Kekalahan pertama, kedua, ketiga belum juga membuat manusia berhenti dari permainan selama manusia masih mempunyai nafsu. Manusia akan lupa dengan dirinya sendiri apabila terus-menerus mengejar permainan yang tidak ada ujungnya. Nafsu akan terus menghantar manusia untuk selalu tidak puas atas kemenagan yang telah diraih. Dengan demikian otak akan terus dihimpit oleh permainan itu sendiri, yang mengakibatkan penyempitan berfikir jernih dan berwawasan luas. Pikiran di dalam otak hanyalah kemenangan, karena kemenangan adalah segalanya baginya, akan tetapi kemengan yang sesungguhnya adalah mengalahkan dirinya sendiri.