1
. Abdul Syukur Al-Azizi. Peradaban Islam. Jakarta: Saufa,2014. Hlm 277.
. Dedi Supriyadi. Sejarah Perdaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, hlm. 236.
. Wafat pada tahun 1249 menurut Philip K Hitty.
. Philip K Hitty. History of The Arab. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Hlm, 860.
. Di dalam buku sejarah peradaban islam karangan Dedi Supriyadi, ia menuturkan bahwa Syajar Al-Durr hanya berkuasa selama 80 hari, kekuasaannya berakhir dengan adanya teguran dari Khalifah Abbasiyah di Baghdad bahwa yang memerintah Mesir seharusnya adalah seorang pria dan bukan wanita. Dengan inilah Syajar Al-Durr akhirnya menikah dengan Sultan Izzuddin aybak agar bisa memerintah dibalik layar, Sultah inilah yang resmi pertama kali menjadi sultan pertama Dinasti Mamluk Bahri.
. Terdapat perbedaan sejarah dalam kisah Syajar Al-Durr, menurut Philip K Hitty, ketika tahun pertama Aybak memerintah, Aybak sibuk dalam legitimasi Ayubi'yah di Suriah, memecat raja Cilik Asyraf, dan mengatasi kepopuleran seorang jenderalnya yang berhasil mengalahkan Lois IX, pada waktu yang bersamaan Ratu tidak hanya membagi kekuasaannya, tetapi mendominasi Khalifah. Akhirnya mendengar desas desus bahwa sultan berencana untuk menikah lagi, lalu dia membunuh suaminya ketika mandi, setelah peristiwa itu, dikatakan bahwa dia dipukuli oleh beberapa budak wanita istri dari aybak yang pertama, dan tubuhnya kemudian dilempar dari atas menara.
. Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2014. Hlm 124.
. Abdul Syukur Al-Azizi. Peradaban Islam. Jakarta: Saufa,2014. Hlm 278.
. Philip K Hitty. History of The Arab. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010. Hlm 862.
. Imam As-Syuyuti. Tarikh Khulafa. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Hlm 556.
. Ibid. Hlm 557.
. Abdul Syukur Al-Azizi. Peradaban Islam. Jakarta: Saufa,2014. Hlm 280.
. Philip K Hitty. History of The Arab. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010. Hlm 863.
. Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008. Hlm 238.
. Muhammad Sahil Tuquz. Tarikh Islam Al-Wajiz. Beirut Lebanon: Dar An-Nafas. Hlm 319.
. Abdul Syukur Al-Azizi. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Saufa, 2014. Hlm 283.
. Dalam riwayat yang lainnya bahwasannya perang ini terjadi pada tahun 1281 M. di dalam pertempuran ini pasukan Abaqa kalah telak dengan pasukan Qalawun yang terjadi di kota Syam, setalah itu terjadi lagi pertempuran dengan bangsa Mongol yang dipinpin oleh Manko Tamur saudaranya Abaqa, tetapi sama seperti peristiwa sebelumnya, pasukan Qalawun menyerang dengan sangat gagah berani dan mengancurkan pasukan musuh, pasukan Mamluk mengejar pasukan Mongol yang melarikan diri hingga menyeberangi sungai Eufrat, karena kekalahan inilah Abaqa dan saudara kembali lagi kekotanya. Tarikh islam oleh Muhammad Sahil Tuquz hlm, 320.
. Philip K Hitty. History of The Arab. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010. Hlm 870.
. Asy-suyuthi. Tarikh Khulafa. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Hal 564
. Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia,2008. Hlm 239.
. Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014. Hlm 128.
. Abdul Syukur Al-Azizi. Peradaban Islam. Jakarta: Saufa, 2014. Hlm 287
. Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008. Hlm 247
DINASTI MAMLUK
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
"Sejarah Peradaban Islam"
Oleh:
WAFI
NIM: F 18214219
Dosen:
Prof. Dr.Hj Tsurayya Kiswati M.A.
JURUSAN ILMU HADIST
FAKULTAS USHULUDDIN
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah Swt. atas rahmat serta karunia Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah saya dengan baik dan lancar. Shalawat beriring salam senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw. yang telah menunjukkan kebenaran dan membawa ummat Islam dari masa jahiliyyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dalam makalah ini saya akan membahas Dinasti Mamluk, Perkembangan Islam dimasa itu, serta sebab-seba Runtuhnya yang saya ambil dari berbagai referensi yang saya baca dan fahami. Makalah ini diharapkan bisa menjadikan dasar untuk memahami beberapa kejayaan islam pada masa mamluk yang menjadi salah satu peradaban yang patut untuk di perhitungkan adanya.
Sebagai mahasiswa saya mengharapkan bantuan, bimbingan, dan saran dari Ibu. Prof. Dr. Hj Tsurayya Kiswati M.A agar makalah saya berhasil diterima dengan baik dan bermanfaat bagi kami serta teman-teman.
Tak ada gading yang tak retak. Seiring pepatah tersebut saya telah melaksanakan kewajiban saya, dan saya mohon kritik dan saran yang membangun yang saya nantikan demi kesempurnaan makalah saya.
Surabaya, 12 Desember 2014
Penulis
DINASTI MAMLUK DI MESIR
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Islam setelah masa pemerintahan khulafour-rasidin Islam terbagi menjadi dinasti-dinasti yang terus berkembang pesat dan membawa pengaruh kepada peradaban dunia. Di antara dinasti-dinasti tersebut salah-satunya adalah yang dikenal dengan nama Dinasti Mamluk. Dinasti Mamluk sendiri merupakan dinasti pada masa keemasan Islam yang mampu mempengaruhi peradaban dunia. Berangkat dari hal tersebut penulis mencoba menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan Dinasti Mamluk sehingga menjadi pengetahuan bagi kita semua guna mengambil pelajaran sejarah pada masa itu.
Di dalam sejarah peradaban Islam, tentang Dinasti Mamluk ini sangatlah penting karena sejarahnya bermula di abad pertengahan. Kepentingan pembahasan mengenai abad pertengahan ini (abad ke 7 hingga ke 11H / abad ke 13 hingga ke 17 M ) adalah karena era ini merupakan masa pembentukan salah satu sistem politik dalam Islam. Terjadi juga di era ini penerapan pemikiran –pemikiran di bidang sosial dan politik yang lahir sejak zaman dinasti-dinasti besar iaitu Bani Umayyah dan Bani Abbas, dan kesultanan-kesultanan lainnya di dunia Islam bahagian barat dan timur.
Kalau ada negeri islam yang selamat dari kehancuran akibat serangan-serangan bangsa mongol, baik serangan Hulagu Khan maupun Timur Lenk, maka negeri itu adalah mesir yang ketika itu berada di bawah kekuasaan mamalik. Karena, negeri ini terhindar dari kehancuran, maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif terlihat dan beberapa prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di Mesir. Walaupun demikian, kemajuan yang pernah dicapai oleh dinasti ini, masih berada dibawah prestasi yang pernah dicapai oleh umat islam pada masa klasik. Hal itu mungkin karena metode berpikir tradisional sudah tertanam dengan sangat kuat sejak berkembangnya aliran teologi Asy'ariyah, filsafat mendapat kecaman sejak pemikiran Al-Ghazali mewarnai mayoritas pemikiran umat islam dan yang lebih penting adalah karena Baghdad dengan fasilitas-fasilitas ilmiyahnya yang banyak memberi inspirasi ke pusat-pusat peradaban islam, telah hancur.
Dinasti Mamluk Mesir memberikan sumbangan besar bagi peradaban islam setelah mengalahkan kelompok Nasrani Eropa yang menyerang Syam (Suriah). Selain itu, Dinasti Mamluk Mesir berhasil mengalahkan bangsa Mongol, merebut dan mengislamkan kerjaan Nubia (Ethiopia), serta mengusai pulai Cyprus dan Rhodos. Dinasti Mamluk Mesir berakhir setelah Al-Asyras Tuman Bai, sultan terakhir, dihukum gantung oleh pasukan Ustmani Turki.
BAB II PEMBAHASAN
Sejarah Terbentuknya Dinasti Mamluk (648 H/1250 M-923 H/1517 M)
Kata Mamluk berarti budak dan hamba yang di beli dan di didik dengan sengaja agar menjadi tentara dan pegawai pemerintahan. Seorang mamluk berasal dari ibu-bapak yang merdeka (bukan budak atau hamba). Ini berbeda dengan abd yang berarti hamba sahaya yang di lahirkan oleh ibu-bapak yang juga berstatus hamba dan kemudian dijual. Perbedaan lain adalah mamluk berkulit putih dan abd yang berkulit hitam. Sebagian mamluk berasal dari mesir, dari golongan hamba yang dimiliki oleh para sultan dan amir pada kesultanan bani ayub. Para mamluk dinasti Ayubi'yah berasal dari Asia Kecil, Persia (Iran), Turkistan dan Asia Tengah (Transoksiana), mereka terdiri atas suku-suku bangsa Turki, Syracuse, Sum, Rusia, Kurdi, dan bagian kecil dari bangsa Eropa.
Dinasti Mamluk didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa Dinasti Ayubi'yah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat, oleh penguasa Ayubi'yah yang terakhir, Al-Malik Al-Shaleh, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa penguasa, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan materiil. Di Mesir, mereka di tempatkan di pulai Raudhah di sungai Nil untuk menjalani latihan militer dan keagamaan, karena itulah mereka dikenal dengan Mamluk Bahri (laut). Saingan mereka dalam ketentaraan pada masa itu adalah tentara yang berasal dari suku kurdi.
Pondasi kekuasaan Mamluk di letakkan oleh Syajar al-Durr, janda Al-Malik Al-Shaleh dari Dinasti Ayubiyah yang tadinya merupakan seorang budak dari Turki dan Armenia. Pada awalnya, dia adalah seorang pengurus rumah tangga, dan salah satu harem Al-Mu'tashim. Kemudian ia mengabdi kepada al-Shaleh, khalifah yang membebaskannya setelah ia melahirkan anak laki-laki. Dikatakan bahwa berdasarkan pengetahuannya tentang kekuasaan tertinggi dari mantan-mantan suami sekaligus tuannya, ia pernah mengirimkan catatan penting kepada amir-amir dimesir yang berbunyi : "Jika engkau tidak punya orang untuk mengatur, kabari kami, dan kami akan mengirimkannya untukmu".
Ketika Al-Malik Al-Shaleh meninggal, anaknya Turansyah naik tahta sebagai Sultan. Golongan mamalik merasa terancam karena turansyah lebih dekat dengan tentara kurdi dari pada mereka. Pada tahun 1250 M, Mamalik dibawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Istri Malik Al-Shaleh, Syajar Al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan mamalik berusaha mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan golongan mamalik. Kepemimpinan Syajar Al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan. Ia kemudian kawin dengan seorang tokoh mamalik bernama Aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh Syajar Al-Durr dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada mulanya, Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayubi'yah bernama Musa sebagai Sultan "Syar'I" (formal) di samping dirinya bertindak sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, akhirnya dibunuh oleh Aybak. Ini merupakan akhir dari dinasti Ayubi'yah di Mesir dan awal dari kekuasaan dinasti Mamalik.
Sebagaimana di jelaskan sebelumnya, dinasti mamluk dibagi menjadi dua periode berdasarkan daerah asalnya. Golongan pertama di sebut dengan Mamluk Bahri, golongan pertama ini berasal dari kawasan Kipchak (Rusia Selatan), Mongol dan Kurdi, tetapi kebanyakan dari budak/budak ini berasal dari Mongol dan turki. Mereka di tempatkan dipulau Raudhoh di pinggiran sungai Nil. Disinilah mereka menjalani pelatihan militer dan pelajaran keagamaan. Karena penempatan inilah mereka dikenal dengan julukan Mamluk Bahri (budak laut/air).
Sementara itu, golongan yang kedua dinamakan Mamluk Burji. Para budak ini berasal dari etnik Syracuse di wilayah Kaukakus. Golongan kedua inilah yang berhasil bertahan untuk berkuasa pada Dinasti Mamluk. Kelompok ini dibentuk oleh Qallawun, raja mamluk bahri (1279-1290).
C. Mamluk Bahri (648-792 H/1250-1389 M)
Nama Mamluk Bahri dinisbatkan pada sebuah tempat yang di sediakan oleh Sultan Malik Al-Shaleh Najmudin Ayyub kepada para budak, yang terletak di sebuah pulai di tepi sungai nil, yaitu pulau Raudhah. Pulau ini dilengkapi dengan senjata, pusat pendidikan, dan latihan militer, para mamluk ini dikenal dengan sebutan Al-Mamalik al-Bahriyyah (para budak lautan).
Setelah Aybak resmi menjadi sultan pertama dinasti mamluk bahri. Ia berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). setelah meninggal ia digantikan putranya, Ali, yang masih berusia muda, Ali mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan di gantikan oleh wakilnya Qutuz dan dia beri gelar Al-Malik Al-Muzhaffar. Setelah Qutuz naik tahta, baybar yang semula mengasingkan diri ke Syiria karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak, kembali ke Mesir. Pada awal tahun 1260 M, Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia islam. Di tahun ini orang-orang Tartar menyeberangi sungai Eufrat dn mereka sampai Halb. Di tempat itu mereka menghunus pedang dan melanjutkan perjalanan ke Damaskus. Orang-orang Mesir yang telah siap tempur keluar menuju Damaskus menyongsong tentara tartar dengan semangat jihad yang membara. Kedua tentara bertemu di Ain Jalut pada hari Jum'at tanggal 15 Ramadhan tepatnya 13 September 1260 M, tentara Mamluk dibawah pimpinan Qutuz dan Baybar berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Orang-orang Tartar terbunuh dalam jumlah besar dan mereka lari tunggang langgang. Kaum muslimin yang menang perang itu segera mengejar mereka. Al-Muzhaffar segera mengirimkan kabar ke Damaskus tentang kemengan yang mereka peroleh dengan gemilang dalam pertempuran tersebut. Kemenangan ini membuat Mamluk manjadi tumpuan harapan umat islam di sekitarnya. Kemudian penguasa-penguasa Syiria segera menyatakan setia kepada penguasa Mamluk.
Pada saat itu, pasukan Mongol sangat di takuti karena berhasil mengalahkan Dinasti Abbasiyah dan beberapa kerajaan lainnya. Kemenangan tentara Mamluk merupakan peristiwa besar dalam sejarah islam dan menjadi kemengan pertama kaum Muslimin atas orang-orang Mongolia. Mereka berhasil menghancurkan mitos yang mengatakan bahwa tentara Mongol tidak pernah di kalahkan.
Selanjutnya, pusat kekhalifahan islam pindah ke Kairo setelah Baghdad luluh lantak oleh tentara Mongol. Setelah Qutuz digulingkan oleh Baybar, karena sultan pada awalnya menjanjikan Halb sebagai wilayah kekuasaannya tetapi setalah itu ia menarik janjinya, akhirnya Baybar sepakat dengan beberapa pejabat dan tokoh untuk membunuh Al-Muzhaffar dan berhasil membunuhnya pada tanggal 13 Dzulqo'dah. Baybar pun dinobatkan diri sebagai sultan dan menggelari dirinya dengan Al-Qahir. Setelah itu Dinasti Mamluk bertambah kuat. Bahkan Baybar mampu berkuasa selama 17 tahun (657 H/1260 M-676 H/1277 M), karena mendapat dukungan dari militer, dan tidak ada lagi Mamluk senior selain Baybar. Kejayaan yang diraih pada masa ini adalah memporak porandakan tentara Salib di sepanjang Laut tengah dan pegunungan Syiria. Pasukan Baybar juga berhasil menaklukkan daerah Nubia (Sudan) dan sepanjang pantai Laut Merah. Tidak hanya itu, Baybar juga mampu menghidupkan kembali kekhalifahan Abbasiyah di Mesir setelah Baghdad di hancurkan oleh pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Selain itu, Baybar meminta legalitas dari khalifah atas kekuasaannya untuk dapat simpati rakyat Mesir sebagaimana Dinasti Ayyubiyah. Mamluk Burji tidak mengenal konsep kekuasaan yang di wariskan, dan tidak menerapkan kebijakan nepotisme. Tahta menjadi milik siapapun yang mampu meraihna, atau bisa mempengaruhi para amir untuk memilih dirinya. Dalam beberapa kasus yang terjadi, para budak lebih sering menggantikan kekuasaan ketimbang putra-putra sultan. Sejumlah besar sultan mati mengenaskan selagi muda. Rata-rata masa pemerintahan seorang sultan Mamluk tidak lebih dari enam tahun.
C.I Pemerintahan Mamluk di Masa Baybar
Baybar menjadi Mamluk agung yang pertama, penguasa dan pendiri sejati kekuasaan mamluk. Kemenangan pertamanya ia dapatkan dalam peperangan melawan Mongol di medan perang Ain Jalut, seperti yang di utarakan sebelumnya, tetapi puncak ketenarannya didapatkan berkat perjuangannya yang tanpa henti melawan Tentara Salib. Perlawanannya itulah yang menghancurkan inti pertahanan pasukan Franka, dan memungkinkan terwujudnya kemenangan terakhir yang diraih oleh para penerusnya, yaitu Qallawun dan Al-Asyraf.
Kapasitas Baybar lebih dari sekedar pemimpin militer. Ia tidak hanya berhasil mengorganisir angkatan perangnya, membangun kembali angkatan laut, dan memperkuat benteng suriah, tetapi ia juga menggali sejumlah kanal, memperbaiki pelabuhan, serta menghubungkan kairo dengan damaskus dengan layanan burung pos yang hanya membutuhkan waktu empat hari, serta pendirian terminal-terminal kuda di setiap pemberhentias pos. baybar juga membangun banyak tempat umum, mempercantik masjid, menetapkan pajak untuk negara, zakat, dan sedekah. Di antara monumen arsitekturnya seperti masjid agung di Kairo dan Damaskus, serta sekolah yang masih menyandang namanya hingga kini.
Peristiwa paling spektakuler pada masa pemerintahan Baybar adalah penobatan satu rangkaian baru dari kekhalifahan Abbasiyah yang menyandang nama Abbasiyah dan diberi gelar Al-Mustanshir, tapi tidak memiliki kekuasaan nyata. Sultan melakukan itu dengan tujuan untuk memberikan legistimasi atas tahtanya, memberikan nuansa agung pada istananya dalam pandangan umat islam, serta mengurangi intrik-intrik kelompok Ali, yang sejak masa Fathimiyyah semakin muncul di Mesir.
Setelah Baybar meninggal dunia, pada hari kamis 17 Muharram 676 H di Damskus, dan bisa dibilang dialah pendiri pertama Dinasti Mamluk Bahri, dengan keberaniannya di dalam segala pertempurannya, kemudian roda kepemerintahan di turunkan kepada anaknya Sya'id Muhammad Barakah Khan (676 H-678 H) tetapi dikarenakan dia tidak bisa untuk memegang kendali kepemerintahan, akhirnya memaksa dirinya untuk turun dari tahta kekuasaannya. setelah itu pemerintahan dinasti Mamluk di pimpin oleh Bani Bibarisiyah. Sultan pertamanya adalah Az-Zhahier Bibaris, namun tidak banyak kemajuan yang di capai di bawah kekuasaan Bani Bibaris. Di antara sultan Bibarisiyah adalah Al-Mansur Qalawun (678 H-689 H/1280M -1290 M) yang telah menyumbangkan jasanya dalam pengembangan administasi pemerintah, perluasan hubungan luar negeri untuk memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur perdagangan internasional. Sultan Mamluk yang memiliki kejayaan dan prestasi lainnya dari garis Bani Bibaris Qalawun adalah pengganti Qalawun, yaitu Nashir Muhammad (696 H/1296 M).
Pemerintahan Qalawun (678 H-784 H/1279 M/1382 M)
Qalawun dengan gelarnya adalah al-Malik al-Mansur Safy al-Din. Pada awalnya, seperti halnya Baybar, ia adalah seorang budak dari Turki, tepatnya dari Qipchaq. Nama panggilannya yang lain adalah al-Alfi (seribuan) yang menandakan harga jualnya yang mahal, yaitu seribu dinar. Qalawun mengamankan tahta dengan menyingkirkan saingannya, Salamisy (1279) putra Baybar yang berusia 7 tahun.
Tak lama setelah Qalawun naik tahta, Il-Khan Mongol dari persia mulai mengancam wilayah kekuasaannya di Suriah. Di antara beberapa pemimpin Mongol, Abaqa (1265-1281), putra Hulagu dan penerusnya, dan putra Arghun (1284-1291), condong berpihak kepada kaum kristen, dan terlibat dalam negoisasi dengan Paus, dan beberapa bangsawan Eropa lainnya yang mendesak dilakukannya perang Salib baru dengan tujuan untuk menyingkirkan orang Mesir dari Suriah. Rencana itu tidak pernah terwujud dengan baik, angkatan perang Abaqa walaupun di perkuat dengan tentara dari Armenia, Franka, dan Georgia yang berjumlah besar, kalah dalam perang di Emessa (1280 M), tidak lama setelah itu bangsa Mongol masuk islam.
Qalawun dianggap sebagai sultan yang istimewa di antara sultan-sultan Mamluk lainnya. Ia merenovasi dalam sekala besar beberapa benteng pertahanan meliputi Aleppo, Baklabak, dan Damaskus. Di Kairo ia membangun sebuah rumah sakit, yang tersambung dengan satu masjid-sekolah, serta sebuah komplek kuburan bangsawan yang besar dan indah. Satu-satunya penerus Qalawun dan putranya yang sukses adalah al-Malik al-Asyraf Khalil (1290-1293 M). yang kemudian menaklukkan Akka pada bulan Mei 1291 M, penaklukan ini membuka jalan bagi jatuhnya beberapa pelabuhan yang masih dikuasai oleh bangsa Franka.
Pada bulan Dzulqo'dah tahun 689 H, sultan Qalawun meninggal dunia. Sebagai penggantinya adalah Al-Malik Al-Asrayf Shalahuddin Khalil. Saat memerintah, ia menampakkan dukungannya yang sangat besar kepada Khalifah, padahal sebelumnya ia dikenal sebagai sosok yang tidak banyak kerja sehingga ayahnya tidak mencalonkan untuk menjadi penggantinya. Di tahun 691 H, sultan bersama tentaranya mengepung benteng orang-orang romawi, dan pada tahun 693 H, Sultan terbunuh di Tarujah (Troya). Akhirnya pembesar negara mengangkat adiknya, Muhammad bin Al-Manshur. Muhammad sendiri saat itu baru berusia sembilan tahun. Akhirnya pada bulan Muharram tahun 694 H, dia dicopot dari kursi kesultanan dan naiklah Katubgha Al-Manshuri yang kemudian memakai gelar Al-Malik Al-Adil.
Masa setelah Bani Qalawun, tampuk pemerintahan Mamluk di pimpin oleh Mamluk keturunan Muhammad hingga 9 sultan. Kesembilan sultan itu hanyalah simbol nama dan tidak berpengaruh terhadap masyarakat umum lainnya. Dalam analisis Ahmad Al-Usairy, "mereka tidak memiliki daya dan upaya, pandangan maupun kebijakan apapun", sampai sultan terakhir dari Dinasti Mamluk yang berasal dari Bani Sya'baniyah, Al-Shalih Hajj Asyraf bin Sya'ban sekitar tahun 791 H/1388 M, digulingkan oleh sultan Barquq yang menjadi cikal bakal sultan pertama pada pemerintahan Mamluk Burji. Namun demikian, di antara peristiwa penting pada masa ini terutama pasca-Qalawun, sebagaimana tulisan Ahmad Al-Usairy adalah sebagai berikut:
Pada tahun 667 H/1268 M. al-Zahir Babiris mampu meluaskan pengaruhnya ke Hijaz.
Antara tahun 660-690 H/1261-1291 M. orang-orang Mamluk menggempur kaum Salibis dan berhasil mengambil kembali beberapa kota di Syam yang masih berada ti tangan pihak luar.
Pada tahun 680 H/1281 M. Manshur Qalawun berhasil menghancurkan pasukan Tartar dengan sangat telak.
Pada tahun 702 H/1312 M. An-Nashir Muhammad bin Qalawun berhasil menaklukkan kepulauan Arwad dan mengusir orang-orang Salibis dari sana.
Pada tahun yang sama pasukan Tartar juga dikalahkan dengan sangat telak pada perang Syaqhat di dekat Damaskus (ikut dalam perang Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).
Secara turun-temurun, para sultan Mamluk Bahri seperti terlihat pada tabel berikut ini.
No
Nama
Masa Pemerintahan
Akhir Pemerintahan
1
Syajarat Durr
648 H/1250 M
Dibunuh
2
Izzuddin Aybak
648 H/1250 M
Dibunuh
3
Nuruddin 'Ali bin Aybak
655 H/1257 M
Dicopot
4
Saifuddin Qutuz
657 H/1258 M
Dibunuh
5
Zhahir Bibaris
658 H/1259 M
Wafat
6
Sa'id Barkah bin Bibaris
676 H/1277 M
Dicopot
7
'Adil Badruddin bin Bibaris
689 H/1290 M
Dicopot
8
Manshur Qalawun
693 H/1294 M
Wafat
9
Asyraq Khalil bin Qalawun
694 H/1294 M
Dibunuh
10
'Adil Katabagha
698 H/1298 M
-
11
Manshur Lajin
708 H/1208 M
Dibunuh
12
Nashir Muhammad bin Qalawun
709 H/1309 M
Diganti
13
Mudzafar Bibaris Abi Syakir
741 H/1340 M
Dibunuh
14
Nashir Muahmmad bin Qalawun
742 H/1341 M
Wafat
15
Manshur Abu Bakar bin Muhammad
742 H/1341 M
Dicopot
16
Asyraf Kazak bin Muhammad
743 H/1342 M
Dicopot
17
Nashir Ahmad bin Muhammad
746 H/1345 M
Dicopot
18
Shalih Ismail bin Muhammad
747 H/1346 M
Wafat
19
Kamil Sya'ban bin Muhammad
748 H/1347 M
Dibunuh
20
Muzhafar Amir Hajj bin Muhammad
752 H/1351 M
Dibunuh
21
Nashir Hasan bin Muhammad
755 H/1354 M
Dicopot
22
Shalih bin Muhammad
762 H/1360 M
Dicopot
23
Nashir Hasan bin Muhammad
764 H/1362 M
Dibunuh
24
Manshur Muhammad bin Amir Hajj
778 H/1376 M
Dicopot
25
Asyraf Sya'ban bin Hasan
783 H/1381 M
Dibunuh
26
Manshur 'Ali bin Sya'ban
791 H/1388 M
Wafat
27
Shalih Haj bin Asyraf Sya'ban
1389-1390 M
Dicopot
Mamluk Burji (792-923 H/1389-1217 M)
Kekuasaan Mamluk Burji dimulai setelah berhasil menggulingkan sultan terakhir dari mamluk bahri, Shalih Hajj bin Asyraf Sya'ban, dan sebagai sultan pertama adalah Barquq (784-801 H/1382-1399 M). jika Baybar berhasil mengusir Hulagu Khan yang mau menyerang Mesir, maka Barquq berhasil menahan Timur Lenk dengan tentaranya untuk tidak memasuki wilayah Mesir pada tahun 1517. Sesungguhnya, tidak ada perbedaan yang mendasar pada pemerintahan mamluk bahri dan mamluk burji, baik dari status sultan yang dimerdekakan ataupun dari segi sistem pemerintahan.
Setelah sultan Barquq meninggal, pemerintahan Mamluk Burji dilanjutkan oleh sultan Al-Nashir Faraj (801-808 H) putra sultan Barquq yang merupakan cucu dari Jengis Khan yang telah masuk islam dan berkuasa di wilayah Samarkand dan Khurasan. Di antara sekian banyak dari sultan-sultan Mamluk Burji, hampi sebagian besar naik tahta pada usia muda. Hal ini manjadi salah satu faktor melemahnya Dinasti Mamluk. Akibatnya, mereka selalu disibukkan dengan gejolak dan pertentangan yang terjadi. Dana kesultanan lebih banyak dikeluarkan untuk aksi-aksi militer, sementara pasukan semakin menipis sehingga pendidikan kurang menjadi perhatian. Selain itu, tekanan dari luat wilayah mamluk pun datang beruntun, karena Mamluk Burji tidak mengutamakan persatuan dan banyak yang meminta bantuan luar. Sebagai contoh pada masa Sultan Asyraf Qaitbay (872-901 H), terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para amir mamluk di wilayah Syam dan Aleppo, dan gerakan pengacau keamanan di selatan Mesir. Pada masa pemerintahan ini, terjadi penyerangan dari pasukan Turki Ustmani terhadap wilayah mamluk yang merupakan cikal bakal permusuhan antara Dinasti Mamluk dan tentara Turki Ustmani.
Dalam perkembangan selanjutnya, para penguasa mamluk terus dilanda krisis dan perang, baik dari dalam maupun dari pihak luar seperti tentara turki ustmani serta Portogis yang melarang dan mengusik jalur perdagangan di laut tengah, hingga tewasnya sultan Qanshus al-Guri ketika berperang melawan Turki Ustmani pada tahun 922 H. Sejak itu, Dinasti Mamluk berada di bawah bayang-bayang tentara Turki Ustmani. Kondisi inilah yang menyebabkan Mamluk Burji tidak dapat membuat kemajuan sebagaimana yang telah dicapai oleh mamluk bahri.
Sultan terakhir Mamluk Burji adalah Asyraf Tumanbai. Ia adalah seorang pejuang yang gigih, namun pada saat itu ia tidak mendapatkan dukungan dari golongan mamluk, sehingga ia harus menghadapi sendiri pasukan Turki Ustmani yang telah berhasil menguasai Khalifah Abbasiyah, Al-Mutawakkil. Akhirnya, Tumanbai ditangkap oleh pasukan Turki atas bantuan beberapa amir mamluk dan kemudian di gantung di salah satu gerbang kora Kairo, Bab Al-Zuwailah pada tahun 923 H/1517 M. Sejak saat itu berakhirlah masa pemerintahan Dinasti Mamluk.
Para Sultan Dinasti Mamluk Burji dapat dilihat pada table berikut :
No
Nama Sultan
Masa
Pemerintahan
Akhir pemerintahan
1
Az-Zhahir Barquq
792 H/1389 M
Wafat
2
An-Nashir Farj bin Barquq
801 H/1398 M
Dicopot
3
Al-Manshur Abdul Aziz bin Barquq
Tiga bulan
Dicopot
4
An-Nashir Farj (kedua kali)
808 H/1405 M
Dibunuh
5
Al-Muayyid Syaikh
815 H/1412 M
Wafat
6
Al-Muzaffar Ahmad Ibn Al-Muayyid
Beberapa bulan
Dicopot
7
Az-Zhair Thutar
Beberapa Bulan
Wafat
8
Ash-Shalih Muhammad bin Thutar
Beberapa Bulan
Dicopot
9
Al-Asyraf Barsibai
825 H/1421 M
Wafat
10
Al-Aziz Yusuf bin Barsibai
Beberapa bulan
Dicopot
11
Az-Zhahir Jaqman
842 H/1438
Wafat
12
Al-Manshur Utsman bin Jaqman
Beberapa bulan
Dicopot
13
Al-Asyraf Inal
857 H/1453 M
Wafat
14
Al-Muayyid Ahmad bin Inal
Beberapa bulan
Dicopot
15
Az-Zhahir Kasyqadam
865 H/1460 M
Wafat
16
Az-Zhahit Balba
Dua Bulan
Dicopot
17
AZ-Zhahir Tamrigha
Dua Bulan
Dicopot
18
Khairbeik
Satu Malam
Dicopot
19
Al-Asyraf Qaytabai
872 H/1467 M
Wafat
20
An-Nashir Muhammad bin Qaytabi
901 H/1495 M
Dicopot
21
Qanshuh
902 H/1495 M
Dibunuh
22
An-Nashir Muhammad (dua kali)
903 H/1497 M
Dibunuh
23
Az-Zhahir Qanshuh
904 H/1498 M
Dicopot
24
Janbalah
905 H/1499 M
Dibunuh
25
Al-'Adil Tumanbai I
Beberapa bulan
Dibunuh
26
Al-Asyraf Qanshuh Al-Ghauri
906 H/1500 M
Dibunuh
27
Tumanbai II
922-923 H/1516-1517 M
Dibunuh
F. Kemajuan Yang Dicapai Oleh Dinasti Mamluk
Dalam Bidang Ekonomi
Dinasti Mamalik membuka hubungan dagang Perancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh Dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya. Jatuhnya Baghdad membuat kairo sebagai jalur perdagangan antar Asia dan Eropa, menjadi lebih penting karena Kairo menghubungkan jalur perdagangan laut merah, laut tengah dengan eropa. Di samping itu, hasil pertanian juga berhasil meningkat, keberhasilan dari bidang ekonomi ini di dukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut maupun darat. Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu perkembangan perekonomiannya.
Di Bidang Ilmu Pengetahuan
Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti Sejarah, Kedokteran, Astronomi, Matematika, dan Ilmu Agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di bidang Astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-Tusi. Di bidang Matematika Abu Al-Faraj Al-'Ibry. Dalam bidang kedokteran Abu Al-Hasan 'Ali Al-Nafis, penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abd Al-Mun'im Al-Dimyathi, seorang dokter hewan, dan Al-Razi, perintis psikoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama Salah Al-Din Ibn Yusuf. Sedangkan, dalam ilmu keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, seorang pemikir reformasi dalam islam, Al-Syuyuthi yang mengusai banyak ilmu keagamaan. Ibn Hajar Al-Asyqalani dalam ilmu hadist dan lain-lain.
Dinasti Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek di datangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah, rumah sakit, museum, perpustakaan, vila-vila, kubah, dan menara masjid. Kemajuan-kemajuan ini tercapai berkat kepribadian dan wibawa sultan yang tinggi, seolidaritas sesama militer yang kuat dan stabilitas negara yang aman dari gangguan. Akan tetapi faktor-faktor tersebut menghilang dari dinasti mamalik sedikit demi sedikit mengalami kemunduran.
Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Mamluk
Kehancuran pemerintahan Mamluk Bahri maupun Burji pada dasarnya beasal dari internal sendiri. Meskipun faktor luar pun memberikan pengaruh terhadap kehancuran Mamluk sebagai faktor eksternal. Sejak peralihan Mamluk Bahri ke Mamluk Burji (1382) Dinasti Mamluk terus mengalami kemunduran, karena para sultan dari Mamluk Burji tidak memiliki keterampilan manajerial dalam mengendalikan negara, mereka hanya mahir dalam bidang militer.
Disamping itu gaya hidup yang tinggi diperlihatkan oleh sultan Nashir selama ia memerintah. Hal itu dilakukan karena ia menjabat sultan sebanyak tiga kali. Misalnya, ketika Nashir mengadakan pesta perkawinan anaknya. Ia menyajikan 18.000 irisan roti, menyembelin 20.000 ekor ternak, dan menyalakan 3.000 batang lilin untuk menerangi istananya. Selain itu, Nashit senang mengeluarkan uang untuk kesenangan pribadinya, yakni olahraga berkuda.
Faktor internal
Sebagaimana temuan Ibn-Al-Taghri Birdi yang dikutip Philip K Hitty, menjelaskan bahwa : " faktor kehancuran Mamluk Burji tampak terlihat dari para sultan dan pegawainya yang berperilaku buruk, seperti tipu daya, pembunuhan, dan pembantaian. Sebagian sultan melakukan tindakan kejam, curang, dan sebagian lain tidak efisien atau bahkan bermoral bejat dan kebanyakan dari mereka tidak beradab. Sultan Al-Mu'ayyan (1412-1421 M), seorang pemabuk yang dibeli Barquq dari penjual budak Sirkasius, melakukan berbagai tindakan keji yang melampui batas" begitu pula dalam tulisan Asy-Syuyuthi, bahwa : " Hanya Sultan Barquq dari begitu banyak sultan yang mempunyai ayah seorang muslim".
Kondisi tersebut semakin diperparah dengan semakin maraknya praktik korupsi. Korupsi dan monopoli ekonomi dilakukan oleh para sultan yang mengelola pembangunan. Misalnya, yang dilakukan oleh sultan Barsibai, sebelum harga naik,ia memonopoli persedian rempah yang ada, kemudian menjualnya dengan harga yang sangat tinggi. Ia juga memonopoli produksi gula, dan melangkah lebih jauh dengan melarang tanaman tebu selama satu periode dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sangat besar.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Mamluk adalah karena para penguasa Mamluk Burji sangat tidak peduli dengan urusan luar negerinya, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurusi persoalan domistik. Akibatnya, mereka tidak mampu menghadapi tekanan dan serangan dari musuh-musuh lama mereka, seperti tentara Mongol yang berkeinginan merebut kembali kekuasaan Dinasti Mamluk.
Dalam tulisan Ahmad Al-Usairy dipaparkan detik-detik berakhirnya Mamluk Burji sebagai berikut :
Pasukan Ustmani di bawah pimpinan Sultan Salim, mengalahkan pemerintahan Al-Saffariah pada perang Jaladiran yang sangat terkenal pada tahun 920 H/1514 M. mereka berhasil memasuki ibu kotanya Tibriz. Dengan demikian, Irak kini berhasil masuk dibawah kekuasaan Ustmani. Setelah itu, mereka berhasil pula mengalahkan pemerintahan Mamluk di negeri Syam pada perang Marj Dabiq di Halb. Sultan Qanshuh Al-Ghawri dibunuh dalam perang ini pada tahun 922 H, kemudian Sultan Salim melanjutkan serangannya ke Mesir dan berhasil menang atas orang-orang Mamluk pada perang Raydaniyah di Kairo. Pada perang ini, Sultan Thumanbai terbunuh, dengan terbunuhnya sultan terakhir Burji, maka berakhir pulalah pemerintahan Mamluk. Khalifah Abbasiyah terakhir, Al-Mutawakkil 'Ala Allah, turun tahta dan menyerahkan kekuasaannya kepada sultan Salim, terjadi pada tahun 923 H/1517 M.Kairo yang sebelumnya menjadi ibu kota kerajaan, kemudian menjadi kota provinsi dari kesultanan Turki Ustmani.
BAB III
KESIMPULAN
Dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa latar belakang atau asal-usul Dinasti Mamluk adalah berasal dari para budak yang ditawan oleh penguasa Ayyubiyah yang dipimpin oleh Al-Malik Al-Salih, kemudian mereka dididik dan dilatih menjadi pasukan meliter yang tangguh oleh Al-Malik Al-Salih serta dijadikan pengawal untuk kelangsungan kekuasaannya. Ketika Al-Malik Al-Salih meninggal pada tahun 1249 M, anaknya Turansyah, naik tahta sebagai Sultan.Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada tentara asal Kurdi daripada mereka.Pada tahun 1250 M, Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Istri Al-Malik Al-Salih, Syajarah Al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan Mamalik berusaha mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan golongan Mamalik. Kepemimpinan Syajarah Al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan.Ia kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap terus dapat berkuasa dibelakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh Syajarah Al-Durr dengan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan.
Kemajuan yang dicapai oleh dinasti Mamluk diantaranya : bidang pemerintahan, ekonomi, ilmu pengetahuan, ketentaraan, budaya politik dan layanan pos, yang mana masing-masing bidang tersebut sangat berperan penting untuk kelangsungan kekuasaan dinasti Mamluk. Semuanya saling memiliki keterkaitan dalam bidang tersebut.
Akan tetapi kemunduran yang dialami Dinasti Mamluk, pada masa kekuasaan Qalawun sungguh sangat merugikan Dinasti Mamluk karena budak-budak yang di bawa dari Sirkasi atau yang dikenal dengan Mamluk Burji tidak bisa mempertahankan kemajuan dinasti Mamluk, mereka lebih senang dengan kemewahan dan berfoya-foya sehingga pajak dinaikkan oleh para penguasa dan perekonomian negara tidak stabil, mereka juga tidak senang dengan ilmu pengetahuan, oleh karena, makera harus menanggung akibat dari perbuatannya sendiri. Tetapi tidak bisa dipungkiri Dinanti Mamluk merupakan sebuah dinasti yang memang harus diperhitungkan oleh masa sekarang dikarenakan perjuangan yang tiada henti melawan semua musuh-musuh islam. Wassalamualaikum Wr.Wb (Wallahu A'lam Bis-Shawab)