DINAR DAN DIRHAM VS UANG KERTAS Makalah ini disusun guna mengetahui perbandingan serta keunggulan dinar dan dirham dibandingkan uang kertas Dosen pengampu : Zein Muttaqin, S.E.I, M.A
Disusun oleh: Nur Adnan Tamalia Ali Sumantri
14423221
Muhammad Atqia Tawwaba
14423247
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016/2017
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum Warahmatullaahi Wabaraakatuh Segala puji syukur marilah kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah memberikan limpaha rahmat serta hidayahnya kepada kita semua sehingga kita masih diberikan nikmat kesehatan, nikmat kekuatan, umur serta kesempatan menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan alam yakni Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju cahaya terang benderang. Makalah yang berjudul “ Dinar dan dirham vs unag kertas “ ini merupakan hasil dari jerih payah kami dalam membahas mengenai masalah perbandingan antara uang kertas dengan dinar dirham. Untuk proses pembuatannya yang mungkin telah memakan waktu yang tidak sedikit pula melalui bantuan dari tangan – tangan yang iklhas sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis sendiri. Wassalamualaikum. Yogyakarta, 16 desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2 DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3 BAB I ............................................................................................................................................................ 4 PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4 A.
Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B.
Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 5 A.
Uang .................................................................................................................................................. 5
B.
Sejarah Uang ..................................................................................................................................... 6
C.
Keunggulan Dinar Dirham Dibanding Uang Kertas ......................................................................... 7
BAB III ....................................................................................................................................................... 10 PENUTUP .................................................................................................................................................. 10 Kesimpulan ............................................................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu jual beli merupakan hal yang sudah menjadi hakikat manusia bahwa mereka membutuhkan satu dengan yang lainnya. Namun, tentu saja hal tersebut membutuhkan sesuatu sebagai pengganti dari apa yang kita ingin dapatkan. Sebelum munculnya uang, masyarakat pada zaman dahulu menggunakan system tukar menukar barang yang disebut dengan barter. Lambat laun, muncullah sesuatu yang sangat berharga dan masih kita gunakan sampai saat ini sebagai penstabil keuangan dunia. Dinar dan dirham ( emas dan perak) merupakan alat tukar yang digunakan pada masa romawi kemudian pemerintahan islam ketika itu menggunakannya sebagai alat tukar yang sah. Dengan digunakannya dinar dirham hingga saat ini membuktikan bahwa nilainya tetap stabil sejak dahulu hingga sekarang. Sejak runtuhnya pemerintahan islam, orang – orang eropa mulai mengambil alih kekuasaan terhadap dunia, dengan mendominasi kegiatan dari segala sector. Penggunaan mata uang dinar dirham ketika itu masih berjalan, hingga pada suatu waktu orang – orang eropa mulai berfikir untuk mendirikan sebuah tempat penampungan terhadap harta (emas dan perak) yang dimiliki masyarakat ketika itu dengan memberikan sertifikat sejumlah nilai pada emas yang mereka simpan. Dengan barjalannya waktu sertifikat yang dahulu merupakan sebuah bukti penyimpanan terhadap dinar dirham kini justru digunakan sebagai alat tukar yang kita kenal dengan uang kertas. Dengan munculnya uang kertas ketika itu masyarakat mulai tertarik untuk mencobanya, dan hal itu terus berlanjut hingga sekarang. Namun, belakangan Negara – Negara di dunia mulai merasakan ketidakstabilan uang kertas yang menyebabkan berbagai hal negative terutama dalam hal perekonomian. Meskipun uang kertas sudah lama menjadi alat tukar yang digunakan dunia, namun islam memandang itu tidak dapat dijadiakan standar nilai karna kestabilannya tidak dapat dipercaya. Sedangkan dinar dirham tidak pernah mengalami penurunan nilai, justru terus melonjak nilainya. Mengacu pada keterangann di atas kami ingin mengangkat hal ini untuk di bahas hingga tuntas. B. 1. 2. 3.
Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan uang? Bagaimana sejarah uang? Apa keunggulan dinar dirham di banding uang kertas?
BAB II PEMBAHASAN A. Uang 1. Pengertian uang Uang adalah sesuatu yang diterima secara umum yang digunakan para pelaku ekonomi sebagai alat pembayaran dari transaksi ekonomi yang dilakukan seperti pembelian barang, jasa serta pembayaran hutang (Subagyo, 2002: 4). Adapun menurut Prathama Raharja dan Mandala Manurung uang merupakan sesuatu yang diterima atau dipercaya masyarakat sebagai alat pembayaran atau transaksi (Pratama Rahardja, 2005: 113) 2. Fungsi uang Uang mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah: o Uang sebagai alat tukar o Uang sebagai satuan hitung o Uang sebagai penimbun kekayaan o Uang sebagai standar pencicilan hutang (Kasmir, 2002: 17). 3. Jenis-jenis uang Jenis – jenis uang dapat dibagi : 1. Berdasarkan bahan o Uang logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat dari logam, baik dari alumunium, kupronikel, bronze, emas, perak, atau perunggu dan bahan lainnya. o Uang kertas, merupakan uang yang bahannya terbuat dari kertas atau bahan lainnya. 2. Berdasarkan nilai o Bernilai penuh (full badied money), merupakan yang nilai intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya. o Tidak bernilai penuh (representatif full badied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya. 3. Berdasarkan lembaga
o Uang kartal, merupakan uang yang diterbitkan oleh bank sentral baik uang logam maupun uang kertas o Uang giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh bank umum seperti cek, bilyet giro, traveller chengue dan credit card. 4. Berdasarkan kawasan o Uang lokal, merupakan uang yang berlaku di suatu negara tertentu. o Uang regional, merupakan uang yang berlaku di kawasan tertentu yang lebih luas dari uang lokal. o Uang internasional, merupakan uang yang berlaku antar Negara (Kasmir, 2002: 173).
B. Sejarah Uang Sejarah uang tidak lepas dari sejarah awal peradaban manusia di dunia adalah sejarah awal manusia membuat uang logam dan kertas. Sejak ratusan tahun yang lalu Perkembangan uang ini melewati banyak proses. Termasuk diantaranya cara barter atau pertukaran barang. Pada awalnya orang-orang pada jaman dahulu tidak Melakukan pembayaran seperti sekarang. Karena awal mulanya ide tentang uang belum ada. Dan Manusia hanya mengenal cara berburu, Menanam dan membuat pakaian sebisanya dengan sangat sederhana. Mereka awalnya tidak mengenal cara bertukar. Mereka hanya mengandalkan apa yang mereka miliki saja dari hasil berburu dan bertanam. 1. Sistem barter dalam sejarah uang Dengan berkembangnya pemikiran dan bertambahnya jumlah manusia, Terciptalah ide dalam pikiran mereka untuk melakukan pertukaran. Karena setiap orang memang saling membutuhkan satu sama lain. Kemudian mereka melakukan barter, yaitu cara tukar menukar barang sesuai keinginan dan kebutuhan. Mereka menggunakan alat tukar yang terbuat dari hasil bumi seperti coklat dan sejenisnya. Lambat laun alat tukar itu berubah menjadi terbuat dari benda keras, yaitu logam. 2. Sejarah uang logam dan kertas Sistem Barter membawa manusia kepada gagasan alat tukar yang lebih baik. Kemudian mereka membuat sistem pertukaran dengan Logam. Karena pada waktu itu logam seperti emas dan perak memang telah menjadi barang yang berharga dan disukai. Logam juga tidak mudah rusak. Sehingga dianggap cocok sebagai alat tukar walaupun jumlah emas dan perak itu terbatas. Penggunaan emas dan perak sebagai bahan untuk pembuatan uang dalam bentuk koin diciptakan oleh Croesus di Yunani sekitar 560-546 sebelum masehi.Karena jumlah emas atau perak yang
terbatas Dan manusia telah bisa membuat alat cetak. Kemudian Mereka menciptakan cara tukar yang lain. Adalah dengan uang kertas. Kertas ini dianggap berharga, karena kertas tersebut diakui sebagai tanda bukti kepemilikan logam emas dan perak.Dalamsejarah pemakaian kertas sebagai bahan uang, Cina dianggap sebagai bangsa yang pertama kali membuatnya, yaitu sekitar abad pertama Masehi, pada masa Dinasti Tang (Ruslani, 2014).
C. Keunggulan Dinar Dirham Dibanding Uang Kertas Sepanjang sejarah manusia aneka alat tukar telah digunakan, mulai dari yang paling sederhana seperti bahan makanan, kulit binatang, tembakau, logam kertas hingga manusia. Dari sekian banyak bentuk uang tersebut, emaslah yang paling banyak diminati. Hal ini karena dari sisi fisik emas memiliki keunggulan dari jenis mata lainnya, antara lain: Pertama, emas lebih tahan lama dibandingkan komoditas lain termasuk dengan sejumlah jenis logam sendiri. Emas tidak dapat beroksidasi dengan mudah sehingga ia anti karat. Ia tetap stabil dan tahan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Meski emas tenggelam ke dalam lautan bergaram misalnya namun ia tetap dalam bentuk aslinya dan tidak mengalami perubahan (Ahmed Kameel Mydin Meera, 2004: 72). Emas yang telah diproduksi ratusan tahun silam nilainya sama dengan emas yang baru saja diproduksi. Tak heran jika emas merupakan sarana penyimpan kekayaan (store of value) yang paling baik. Bandingkan dengan komoditas lain seperti kertas meski dapat digunakan sebagai media tukar (medium of exchange) namun ia tidak dapat menyimpan kekayaan dalam waktu lama (Jack Weatherford, 2005: 16). Kedua, emas merupakan logam yang dapat dibagi-bagi (diversiblity) dalam ukuran kecil dan dapat dilebur kembali seperti semula. Dengan sifat tersebut ia dapat menjadi alat tukar yang dapat diubah menjadi sesuatu yang berguna kapan saja dengan tetap menjaga nilainya. Ia bisa menjadi perhiasan atau perkakas pada suatu hari dan dijadikan uang hari berikutnya (Glyn Davies, 2006). Ketiga, emas merupakan komoditas yang bernilai tinggi (luxury good). Komoditas tersebut memiliki nilai unit yang tinggi meski ukurannya kecil. Oleh karena itu seseorang hanya membutuhkan sedikit emas untuk melakukan transaksi barang dan jasa dalam ukuran besar. Nilai satu ounce emas misalnya setara dengan setengah ton lempeng besi (Alan Grenspan, 1998). Emas juga berbeda dengan mata uang kertas yang nilainya ditentukan oleh kekuatan hukum suatu negara dimana nilai intrinsiknya jauh di bawah nilai nominalnya. Nilai emas ditopang oleh fisiknya sendiri. Keempat, emas termasuk komoditas yang dapat diterima secara luas (universally) oleh masyarakat dunia sebagai benda bernilai sekaligus dapat dijadikan sebagai alat tukar. Bandingkan misalnya dengan dolar AS, meski telah menjadi mata uang internasional, namun
tetap saja ia kalah pamor dengan emas. Tidak semua orang di dunia ini mau menerima dolar sebagai alat transaksi apalagi ketika perekonomian AS mengalami ketidastabilan. Kelima, emas bersifat langka. Ia tidak dapat diperoleh dengan mudah. Hal ini berbeda dengan uang kertas yang dengan mudah dapat diciptakan melalui mesin cetak. Apalagi dengan kecanggihan tehnologi percetakan yang terus berkembang membuat uang kertas begitu mudah untuk ditiru (Ahmed Kameel, 2004: 72). Dengan keunggulan fisik tersebut tak heran jika emas dalam kurun waktu yang cukup lama baik di masa primitif maupun di masa modern telah dijadikan sebagai mata uang yang paling tangguh baik sebagai alat tukar (medium of transaction) maupun sebagai penyimpan kekayaan (store of value). Keunggulan Moneter Dari sisi moneter standar mata uang emas juga memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan standar mata uang kertas (fiat money), diantaranya: Pertama, inflasi rendah dan terkendali. Dengan menerapkan mata uang emas, pemerintah suatu negara tidak dapat menambah pasokan uang dengan bebas. Akibatnya supply mata uang akan terkendali. Uang hanya bertambah seiring dengan bertambahnya cadangan emas negara. Dengan demikian inflasi yang diakibatkan oleh pertumbuhan uang sebagaimana pada sistem mata uang kertas (fiat money) tidak terjadi. Memang tak dapat dipungkiri bahwa inflasi bisa saja terjadi ketika ditemukan cadangan emas dalam jumlah besar. Namun keadaan tersebut merupakan sesuatu yang jarang terjadi dan orang yang memiliki emas tidak langsung melempar emasnya ke pasar. Keampuhan mata uang mengendalikan inflasi telah dibuktikan oleh Jastram, (1980) seorang profesor dari University of California. Ia menyimpulkan bahwa tingkat inflasi pada standar emas (gold standard) paling rendah dari seluruh rezim moneter yang pernah diterapkan termasuk pada rezim mata uang kertas (fiat standard). Sebagai contoh dari tahun 1560 hingga 1914 indeks harga (price index) Inggris tetap konstan dimana inflasi dan deflasi nyaris tidak ada. Demikian pula tingkat harga di AS pada tahun 1930 sama dengan tingkat harga pada tahun 1800. Kedua, di dalam rezim standar emas, nilai tukar antar negara relatif stabil sebab mata uang masing-masing negara tersebut dsandarkan pada emas yang nilainya stabil. Pertukaran antara mata uang yang dijamin oleh emas dengan mata uang kertas negara lain yang tidak dijaminan emas juga tidak menjadi masalah. Hal ini karena nilai mata uang yang dijamin emas tersebut ditentukan oleh seberapa besar mata uang kertas tadi menghargai emas. Nilai emas memang bisa naik atau turun berdasarkan permintaan dan penawaran, namun ketika emas dijadikan uang maka masing-masing negara akan menjaga cadangan emas mereka. Dengan demikian supply mata uang akan relatif stabil sehingga nilainya pun stabil.
Ketiga, kestabilan nilai tukar membuat transaksi perdagangan barang dan jasa (seperti traveling), transaksi modal dapat berjalan dengan lancar dan stabil. Nilai transaki di masa yang akan datang dapat diprediksi lebih akurat sebab nilai tukar mata uang relatif stabil. Seorang importir dapat melakukan pemesanan barang di masa mendatang tanpa perlu melakukan lindung nilai tukar (hedging). Demikian pula seorang eksportir dapat melakukan ekspansi usaha tanpa perlu khawatir di masa akan datang nilai ekspor akan terganggu akibat nilai tukar yang tidak stabil. Dengan demikian standar emas melindungi pelaku ekonomi dari miskalkulasi kegiatan ekonomi (economic miscalculation) yang merupakan penyakit mata uang kertas (fiat money). Demikian pula kestabilan mata uang emas membuat nilai utang luar negeri baik dalam jangka panjang ataupun pendek, juga relatif stabil. Hal ini karena perubahan kurs yang fluktuatif tidak terjadi sebagaimana dalam standar mata uang kertas. Bandingkan misalnya saat ini ada sekitar 22 miliar dolar utang Indonesia yang jatuh tempo pada tahun 2009 dengan asumsi kurs APBN Rp. 9100/dolar. Jika nila rupiah berada pada angka Rp 12.000/dolar seperti rerata belakangan ini, maka tambahan utang akibat perubahan kurs tersebut naik sebesar Rp. 55 triliun. Angka yang cukup besar. Iklim yang stabil tersebut menjadikan kegiatan perdagangan meningkat dengan drastis. Keunikan ini telah dibuktikan oleh Taylor seorang peneliti IMF yang menyimpulkan bahwa sepanjang sejarah implementasinya, standar emas telah memberikan kestabilan nilai tukar. Dampaknya, transaksi perdagangan tumbuh dengan pesat (Alan Taylor, 2004). Keempat, standar emas memiliki mekanisme untuk menjaga neraca pembayaran setiap negara agar tetap dalam keadaan equilibrium. Mekanisme yang dipopulerkan oleh David Hume (1711-1776) pada abad ke-18 tersebut disebut mekanisme price-specie-flow adjusment. Proses mekanisme tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika suatu negara, Indonesia misalnya meningkatkan supply uang kertasnya yang dibacking emas maka inflasi di negara tersebut akan naik yakni harga-harga secara umum lebih mahal. Tingginya harga-harga di dalam negeri dibandingkan harga-harga di luar negeri seperti Malaysia menyebabkan ekspor menurun akibat harganya yang kurang kompetitif. Pada yang sama impor meningkat karena reatif lebih murah. Akibatnya Indonesia mengalami defisit neraca pembayaran (balance of payment). Defisit ini kemudian dibayar dengan penyerahan emas kepada Malaysia. Dengan mengalirnya emas tersebut menyebabkan harga barang di Indonesia kembali turun sehingga lebih murah dari sebelumnya. Ekspor pun meningkat sebaliknya impor menurun. Dengan demikian defisit neraca pembayaran Indonesia terkoreksi dengan sendirinya (automatic adjustment) (Murray N. Rothbard, 1990).
BAB III PENUTUP Kesimpulan Uang adalah sesuatu yang diterima secara umum yang digunakan para pelaku ekonomi sebagai alat pembayaran dari transaksi ekonomi yang dilakukan seperti pembelian barang, jasa serta pembayaran hutang. Sejarah uang tidak lepas dari sejarah awal peradaban manusia di dunia adalah sejarah awal manusia membuat uang logam dan kertas. Sejak ratusan tahun yang lalu Perkembangan uang ini melewati banyak proses. Termasuk diantaranya cara barter atau pertukaran barang. Keunggulannya dibanding uang kertas, emas lebih tahan lama jika dari sisi fisik daripada komoditas lain, emas dapat di bagi-bagi kedalam ukuran kecil dan dapat di lebur kembali, emas merupakan komoditas bernilai tinggi, selain itu emas bersifat universally atau diterima oleh masyarakat dunia, dan dari sisi moneternya emas lebih stabil dibandingkan komoditas lain.
DAFTAR PUSTAKA Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Pratama Rahardja dan Mandala Manurung. 2005. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas indonesia Subagyo, dkk. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.Yogyakarta: STIE Ahamed Kameel Mydin Meera, Theft of Nations Returning to Gold, Pelanduk Publications. 2004. Jack Weatherford. 2005. Sejarah Uang. Bentang Pustaka. Glyn Davies. 2006. History of Money from Ancient Times to the Present Day. Alan Grenspan. 1996. Gold and Economic Freedom. Alan Taylor. 2004. Global Finance: Past and Present. Finance and Developmen., IMF. Murray N. Rothbard. What has Government do with our money.1990