EKONOMI MAKRO ISLAM “SEJARAH DINAR DAN DIRHAM”
Disusun Oleh: Miqdad Firdaus (4413020056) Nawang Nadira Wiranti (4413020013) ( 4413020013) Ratna Wulandari (4413020020)
KELAS BS3B JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH Mata Kuliah: Ekonomi Makro Islam Dosen: Ibu Fatimah
I.
Pembahasan A. Sejarah Dinar dan Dirham
Secara bahasa, dinar berasal dari kata denarius (Romawi Timur) dan dirham berasal dari kata drachma (Persia). Pada masa sebelum datangnya Islam, uang dinar merupakan uang yang digunakan dalam transaksi perdagangan. Pada saat itu, kota Mekkah menjadi pusat perdagangan dan pertukaran mata uang, sehingga banyak pedagang dari berbagai negara datang ke kota Mekkah untuk melakukan transaksi perdagangan. Dinar dan dirham yang digunakan bangsa Arab pada saat itu tidak didasarkan nilai nominalnya, melainkan menurut beratnya. Sebab dinar dan dirham tersebut hanya dianggap sebagai kepingan emas dan perak saja. Dinar dan dirham tidak dianggap sebagai mata uang yang dicetak, mengingat bentuk dan timbangan dirham yang tidak sama dan karena kemungkinan terjadinya penyusutan berat akibat peredarannya. Lahirnya Islam sebagai sebuah peradaban dunia yang dibawa dan disebarkan Rasulullah Muhammad SAW, beliau pun
mengakui berbagai aktifitas muamalah (transaksi) yang
menggunakan dinar Romawi.dan dirham Persia, serta standar timbangan yang berlaku dikalangan kaum Quraisy untuk menimbang berat dinar dan dirham tersebut. Untuk mencegah terjadinya penipuan atas perilaku transaksi dengan mata uang ini, maka bangsa Arab terdahulu lebih suka menggunakan standar timbangan yang telah mereka miliki, yaitu auqiyah, nasy, mitsqal, dirham, qirath, dan habbah. Mitsqal merupakan berat pokok yang telah diketahui secara umum, yaitu setara dengan 22 qirath kurang satu habbah. Di kalangan mereka, berat 10 dirham sama dengan 7 mitsqal. Menurut hukum Islam, dinar yang dipergunakan adalah emas 22 karat atau setara dengan 4,23 gram emas dengan diameter 23 milimeter. Sedangkan uang dirham setara dengan 2, 975 gram perak murni. Standar ini telah dipergunakan oleh World Islamic Trading Organization (WITO) hingga saat ini. Dalam sejarah umat Islam, Rasulullah SAW dan para sahabat menggunakan dinar dan dirham sebagai mata uang mereka, disamping sebagai alat tukar, dinar dan dirham juga dijadikan sebagai standar ukuran hukum-hukum syar’i, seperti kadar zakat dan ukuran pencurian.
Kaum muslimin terus menggunakan dinar Romawi dan dirham Persia dalam bentuk, cap dan gambar aslinya sepanjang hidup Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh masa kekhalifahan Abu Bakar dan pada awal kekhalifahan Umar bin Khattab. Pada masa pemerintahannya, Umar bin Khattab pada tahun 20 hijriah, yaitu tahun ke delapan kekhalifahan Umar bin Khattab, beliau mencetak uang dirham baru berdasarkan pola dirham Persia. Berat, gambar, maupun tulisan Bahlawinya (huruf Persianya) tetap ada. Hanya ditambah dengan lafadz yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, seperti lafadz Bismillah dan Bismillahi Rabbi yang terletak pada tepi lingkaran. Dinar dan dirham dicetak pertama kali pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Beliau mencetak dirham khusus bercorak Islam pada tahun 75 hijriah (695 masehi) dan meninggalkan corak dirham Persia. Dalam perjalanannya sebagai mata uang yang digunakan. Dinar dan dirham cenderung stabil dan tidak mengalami inflasi yang cukup besar selama kurang lebih 1500 tahun. Penggunaan dinar dan dirham berakhir pada runtuhnya Khalifah Islam Turki Usmani 1924. Sejak saat itu, lusinan mata uang dari beberapa negara dicetak di setiap negara era paska kolonialisme dimana negara-negara tersebut merupakan pecahan dari negara-negara muslim.
B. Perkembangan Dinar
Di tengah makin melambungnya harga minyak dunia, sementara rupiah terus melemah terhadap dollar AS, dinar emas terus menguat secara tajam. Pemakaian dinar emas sendiri saat ini sudah semakin luas dan diterima diberbagai belahan dunia. Di Indonesia sekurangnya telah ada tiga jenis koin dinar dengan satuan 1, ½, dan ¼ dinar yang diterbitkan oleh empat pemprakarsa, yaitu Islamic Mint Nusantara, Baitulmal Muamalat, PP Logam Mulia, dan Kesultanan Ternate. Dengan semakin kokohnya infrastruktur yg menunjang penggunaan dinar, meskipun masih dalam skala sangat kecil, pemakaian kembali dinar dan dirham baik sebagai alat pembayaran transaksi perdagangan internasional, pembayaran mahar, pembayaran zakat, tabungan, dan alat tukar selayaknya uang kertas saat ini dirasa sudah semakin efektif. Sebagai salah satu penghasil emas terbesar di dunia, Indonesia seharusnya dapat secara signifikan mempercepat pemakaian dinar dalam skala luas. Kapasitas produksi koin dinar dengan
mudah dan cepat dapat diperbesar sesuai kebutuhan. PP Logam Mulia sebagai bagian dari BUMN PT. Aneka Tambang juga telah mengantongi akreditasi Internasional untuk menjamin kemurnian koinnya. Tradisi membayar mahar dalam emas atau transaksi niaga dalam emas yang berlangsing di Sumatera Barat dapat tinggal diteruskan dengan dinar. Tentunya yang paling sahih adalah restorasi pembayaran zakat kembali disesuaikan dengan Sunnah Rasul, yakni dengan dinar dan dirham. Potensi zakat di Indonesia saat ini adalah sekitar Rp.14 triliun per tahun atau setara 11,5 juta dinar. Sama signifikannya adalah ketika pemakaian dinar emas dalam tabungan haji yang sekaligus akan berdampak membuat ongkos biaya pemberangkatan haji semakin murah. Ketika biaya pemberangkatan haji terus naik, baik dalam rupiah maupun dollar AS, lain halnya apabila kita menakar dengan mata uang dinar. Dalam kurun waktu yang sama, BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji) menyatakan dalam dinar emas hanya sempat naik sekali yakni pada periode 1997 (73 dinar) ke 1998 (97 dinar) atau sempat naik 30%. Tetapi, ketika terjadi krisis moneter justru mengalami penurunan menjadi 68 dinar (2000) artinya berada diposisi semula. Dan sejak saat itu (1998-sekarang) terus cenderung mengalami penurunan secara signifikan. Maka untuk saat ini, dengan kurs dinar emas sekitar Rp. 1.195.000 sampai dengan Rp. 1.215.000/dinar, maka BPIH cukup dibayar dengan harga 24 sampai dengan 25 dinar emas. Sehingga, dibandingkan dengan harga sebelum krisis moneter, harga BPIH data ini dalam rupiah mengalami kenaikan 2,5 kali lipat, sementara dalam dinar turun 1,5 kali lipat. Tingkat penurunannya sekitar 10 dinar atau 15% sampai dengan 20% pertahunnya. Dari berbagai data empiris, semakin membuktikan kebenaran ajaran Islam yang sahih yang mengharamkan riba dalam sistem keuangan. Pemakaian kembali dinar emas dan dirham perak sebagai langkah pertama dan utama pembersihan perekonomian dari transaksi ribawi semakin mendapatkan momentumnya. Krisis keuangan global yang merupakan keniscayaan dalam siklus boom-and-bust , dan yang dipercaya akan mengakibatkan “kiamat keuangan” dalam sistem uang kertas. Karena itu, agar tidak ikut terlibas dalam malapetaka global ini, seharusnyalah kita semua secara proaktif menjadi bagian dari upaya penyelamatan kembali penggunaan dinar dan dirham.
C. Alasan dan Keunggulan dari Penggunaan Uang Dinar
Ada beberapa alasan dari penggunaan mata uang dinar Islam dalam menuju stabilitas sistem moneter, antara lain: a) Uang yang stabil Setiap mata uang dinar mengandung 4,25 gram emas 22 karat dan tidak ada perbedaan ukuran emas yang dikandung dinar pada setiap negara. Selain itu, uang dinar tidak mengalami inflasi semenjak zaman Rasullullah SAW hingga sekarang, sekalipun selama waktu tersebut telah terjadi krisis, perang, maupun bencana alam, nilai emas dianggap relatif stabil dan konstan. b) Alat tukar yang tepat Dengan adanya nilai yang stabil dan standar yang sama disetiap negara, dinar akan memberikan kemudahan dan kelebihan bagi masyarakat untuk melakukan transaksi domestik maupun internasional sekalipun. Karena dinar merupakan mata uang yang berlaku secara sendirinya, berbeda dengan fiat money (mata uang kertas) sebagai legal tender (alat pembayaran yang sah) yang membutuhkan pengesahan berupa hukum oleh pemerintahan negara yang mencetaknya. c) Mengurangi spekulasi, manipulasi, dan arbitrase Nilai dinar yang sama akan mengurangi tingkat spekulasi dan arbitrase di pasar valuta asing, karena kemungkinan perbedaan nilai tukar akan sulit terjadi. Sementara dengan uang fiat telah memberikan sebuah ladang keuntungan bagi spekulator yang selalu mencari keuntungan dari perbedaan nilai tukar yang terjadi setiap saat.
D. Implementasi Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional
Untuk menjadikan dinar sebagai mata uang global diperlukan berbagai langkah dan strategi, adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan dinar dalam perdagangan internasional, antara lain: a. Peran dinar dalam perdagangan
Penggunaan dinar tidak ditujukan untuk menggantikan peran mata uang domestik, tetapi hanya digunakan untuk pembayaran atas transaksi perdagangan barang dan jasa luar negeri. Uang domestik tetap diperlukan sebagai alat transaksi domestik. Dinar tidak diwujudkan dalam bentuk fisik melainkan diukur dalam ukuran harga emas. Pembayaran tidak dilakukan dengan mentransfer dinar dari satu negara ke negara lain, tetapi hanya dengan mentransfer ekuivalen emasnya ke bank kustodian yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini ditujukan untuk menghindari kesulitan untuk mentransfer emas dalam bentuk fisik serta memberikan kemudahan bagi negara yang tidak memiliki sumber daya emas yang cukup. b. Penggunaan dinar emas Dinar tersebut akan digunakan dalam transaksi perdagangan multilateral maupun bilateral. Yang dimana dalam perdagangan bilateral tidak hanya terbatas pada negara yang ada dalam satu regional, tetapi juga bisa dengan negara yang berada di luar regionalnya. Hal ini tentunya akan memberikan kesempatan kepada negara peserta dengan cadangan devisa yang terbatas untuk melakukan perdagangan ekspor dan import dengan menggunakan dinar. c. Peraturan tentang penerapan dinar dalam perdagangan internasional Mengimplementasikan dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional haruslah merujuk pada peraturan dan undang-undang yang membolehkan dinar yang terbuat dari emas bisa digunakan sebagai alat pembayaran. Legal issues yang berkenaan dengan penggunaan dinar tesebut, yaitu:
International Legal Impediments Dalam aturan tersebut, negara anggota dibolehkan untuk mengkonversikan mata uangnya terhadap mata uang lain selain emas. Walaupun setiap negara bebas menentukan mata uang yang menjadi standar nilai tukarnya, setiap negara tersebut dilarang melakukan manipulasi nilai tukar atau sistem moneter internasional yang ditujukan untuk mengambil keuntungan dari persaingan yang tidak fair dengan negara lain. Sekilas aturan tersebut terlihat melarang dan membatasi penggunaan emas sebagai sebuah perjanjian nilai tukar (exchange arrangement ).
Tetapi
dinar
yang
akan
digunakan
dalam
perdagangan
internasional bukan uang sebuah negara yang ditopang dengan emas (backed by
gold ). Kehadiran dinar dalam perdagangan internasional tidak ditujukan untuk menjadikan dinar sebagai mata uang sehari-hari semua negara, tetapi hanya digunakan menjadi alat transaksi perdagangan bilateral.
Financial Infrastructure Lembaga keuangan adalah salah satu faktor yang dianggap dapat menyukseskan implementasi dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional. Lembaga keuangan seperti perbankan harus siap dengan berbagai aturan yang mendukung penggunaan dinar dan menyesuaikan sistem operasionalnya. Untuk mewujudkan itu, diperlukan peran dan aturan yang mendukung industri perbankan untuk berperan dalam perdagangan bilateral. Dalam hal ini, bank sentral selaku otoritas moneter akan menjadi lembaga yang mengawasi dan mengatur mekanisme sistem perbankan nasional.
Dispute settlement Untuk
menghindari
perselisihan
perdagangan,
maka
diperlukan
sebuah
mekanisme penyelesaian (dispute settlement ) yang bisa mengatasi perselisihan perdagangan antar negara ataupun sektor swasta. Setiap dari aturan tersebut memiliki tiga tujuan utama, yaitu: 1. Untuk membantu perdagangan berjalan secara bebas 2. Untuk mencapai liberalisasi dengan cara negosiasi 3. Untuk mengatur perselisihan perdagangan ( settling payment ) Disamping peraturan yang ditetapkan oleh WTO (World Trade Organization), perdagangan
secara
bilateral
juga
membutuhkan
lembaga-lembaga
yang
membantu dalam penyelesaian masalah-maslaah perdagangan seperti lembaga mediasi, arbitrasi, dan konsiliasi. Kehadiran lembaga tersebut diharapkan bisa membantu kelancaran dan menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dari perdagangan tersebut. Dampak implementasi gold dinar dalam perdagangan internasional diproyeksikan akan mendatangkan banyak manfaat, antara lain:
Mengurangi dampak volatilitas (gejolak pasar) yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang
Trader tidak perlu lagi melakukan hedging
Transaksi semakin efisien karena semakin banyak negara yang bergabung, hanya diperlukan gold dinar yang relatif kecil untuk volume perdagangan yang difasilitasi
Gold dinar akan berperan seperti mata uang bersama (common currency) yang berimplikasi akan mengurangi biaya transaksi
Keuntungan politis dimana para pendukung gold dinar akan menjadi blok yang solid yang diperhitungkan kiprahnya.
E. Keuntungan dari Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional
Penggunaan dinar dalam perdagangan internasional akan memberikan berbagai keuntungan, di antaranya:
Mengurangi dan menghapus resiko nilai tukar. Resiko yang ditimbulkan dari perubahan nilai tukar akan mempengaruhi aktivitas ekonomi dunia terutama perdagangan internasional. Kehadiran dinar akan menghapus setiap resiko yang ditimbulkan dari nilai tukar karena dinar adalah mata uang yang stabil dan menguntungkan bagi setiap negara yang melakukan perdagangan, walaupun harga nilai emas berfluktuasi, tetapi tingkat perubahannya lebih kecil dibandingkan dengan tingkat fluktuasi uang kertas saat ini.
Mengurangi biaya transaksi perdagangan dan meningkatkan perdagangan. Jumlah dinar yang sedikit akan bisa menutupi transaksi dalam jumlah besar serta memberikan peluang kepada negara yang tidak memiliki cadangan devisa yang cukup sekalipun.
Meningkatkan perdagangan yang berakhir pada meningkatnya kerjasama antar negara. Disamping itu, penggunaan dinar akan mempengaruhi kondisi mata uang domestik yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem moneter nasional.
Mengurangi sovereignty (Kekuasaan)
Dengan sistem perdagangan uang fiat saat ini telah memberikan peluang dan ruang kepada negara-negara maju untuk menguasai perekonomian dunia dan memperbesar jurang antara negara kaya dengan negara miskin. Penggunaan dinar akan mengurangi ketergantungan negara berkembang terhada perekonomian negara maju, mengingat sebagian besar sumber daya alam di dunia ini berada di negara berkembang. II.
Kesimpulan
Uang sebagai alat tukar telah dikenal dan telah berkembang selama ribuan tahun. Sementara di dunia barat uang silih berganti dan penuh cerita kegagalan, Islam memiliki konsep yang sangat baku tentang uang dan segala bentuk transaksi yang melibatkan uang. Bukan hanya sebatas teori tetapi keuangan Islam memang pernah diwujudkan dalam bentuk nyata di awalawal Kekhalifahan Islam dan terbukti hasilnya berupa kemakmuran bagi seluruh rakyat. Namun umat Islam justru terperosok kedalam keterpurukan ekonomi di berbagai negara di zaman modern karena kita tidak berpegang pada sistem ekonomi dan moneter yang menjadi tuntunan agama yang mulia ini. Dengan melihat potret realita yang menunjukan semakin lebarnya kesenjangan antara si miskin dan si kaya, maka sudah terjawablah kerapuhan dari sistem Fiat Money, Fractional Reserve Requirement dan Interest yang selama ini diterapkan. Ikhtiar yang menjadi bargaining position yakni memunculkan kembali mata uang dinar dan dirham, dimana mata uang ini mempunyai nilai stabil dan universal. Sementara yang diterapkan saat ini adalah mata uang saat yang sangat fluktuatif karena dicetak tanpa memiliki jaminan selain itu juga karena menjadikan uang sebagai komoditi. Sehingga mudah sekali digunakan untuk aktifitas yang sifatnya spekulatif di pasar u ang. Mata uang dinar merupakan mata uang yang aman untuk dimiliki. Mata uang dinar pernah diterapkan pada masa Rasulullah SAW dan Khilafah. Karena itu dinar merupakan solusi atas permasalahan mata uang dan untuk menerapkannya kita harus memiliki sistem yang menerapkan ekonomi Islam secara menyeluruh dan ini hanya bisa diterapkan dalam Negara yang menjadikan Islam sebagai porosnya. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mayoritas beragama islam dan kaya akan sumber daya alam, sehingga ini memiliki potensi luar biasa dan dapat dijadikan pijakan awal dalam menerapkan dinar dan dirham ditengah masyarakat demi mewujudkan kemakmuran bangsa.
Daftar Pustaka
Abdul Qadim Zallum, Al-Amwal fi Daulati Khilafah, Beirut: Darul Ilmi Lil Malayin, 1983 dalam Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islam, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hlm. 20.
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, Jakarta: Penerbit Kencana, 2008, hlm. 99.
Kadim As-Sadr, Money and Monetary Policies in Earl y Islamic Period, Iran: Sahid Bahesti University. Hlm. 202.
M. Lutfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2003, Cetakan Pertama, hlm. 371.
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008, Cetakan Pertama, hlm. 108.
Ibid, hlm. 116-118.
Ibid, hlm. 118-119.
M. Lutfi Hamidi, MA, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil da n Berkeadilan, Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2007, Cetakan Pertama, hlm. 102-103.
M. Rianto Nur, Teori Makro Ekonomi Islam Konsep, Teori, dan, Analisis, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010.