KEPERAWATAN KEPERAWATAN ANAK “KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ng ue H aemor r hagi hagi c F ever ver ) PADA ANAK” DHF (D engue
Di Susun Oleh : Kelompok 4
1. Bagas Amang Simon
(14.401.15.014) (14.401.15.014)
2. Bayu Dahroni
(14.401.15.016) (14.401.15.016)
3. Dayu Ageng Safitri
(14.401.15.021) (14.401.15.021)
4. Desi Indah Wahyuni
(14.401.15.023) (14.401.15.023)
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PRODI DIII KEPERAWATAN KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI 2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur syukur kehadirat kehadirat
Illahi Robbi atas segala limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga dapat berada di zaman terang benderang ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Kami mengucapkan terimakasih kepada : 1. Anis Yuliastutik. S.Kep.,Ns.,M.Kes. Selaku Direktur Akademi Kesehatan Rustida. 2. Aripin. S,Kep.,Ns.,M.Kes. Selaku KA Prodi D III Keperawatan 3. Ibu Roshinta, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah keperawatan anak 4. Ibu Firdawsyi S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku dosen pembimbing mata kuliah keperawatan anak 5. Ibu Sayektiningsih S.ST.,MM Selaku dosen pembimbing mata kuliah keperawatan anak Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna
kesempurnaan
makalah
berikutnya.
Taklupa,kami
mengucapkan terimakasih kepada rekan kelompok kami yang telah bekerjasama dalam mengerjakan makalah ini, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................... i Kata pengantar ............................................................................................... ii Daftar isi.......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan masalah................................................................................. 1 C. Tujuan penulisan ................................................................................. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi DHF pada Anak ................................................................. 2 2. Etiologi DHF pada anak .................................................................. 2 3. Manifestasi DHF pada anak ............................................................ 3 4. Klasifikasi DHF pada anak .............................................................. 3 5. Patofisiologi DHF pada anak ........................................................... 4 6. Komplikasi DHF pada anak ............................................................ 4 B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian ....................................................................................... 5 2. Diagnosa keperawatan ..................................................................... 10 3. Intervensi keperawatan .................................................................... 14 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 21 B. Saran .................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit demam berdarah degue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan – penyebarannya semakin luas penyakit DBD merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak. Terdapat 4 serotipevirus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 danDEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam berdarah dengue. Keempat serotipe di indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan flavivirius lain seperti yellow fever, japanes encepselitis dan west nile virus (Sulisaningrum, 2013) Manifestasi klinis virus dengue dapat bersifat asimtomatik,atau dapat berupa demam yang tidak khas,demam dengue, (SSD) dan sindrom dengue diperluas. Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari pada fase ini pasien sudah tidak demam.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep penyakit dari DHF pada anak ? 2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan DHF pada anak ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui konsep penyakit DHF pada anak 2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan DHF pada anak
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi DHF pada anak
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Sulisaningrum, 2013) DHF ( Dengue Haemoragic Fever ) adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul rejatan (flek) angka kematian cukup tinggi (Ridha, 2014) 2. Etiologi DHF pada anak
Virus dengue dibawah oleh nyamuk Aedes Agypty sebagai vektor ketubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat memberikan gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama demam, nyeri otot atau sendi (Ridha, 2014) Diindonesia dikenal dengan dua jenis nyamuk Aedes : a. Aedes Aegypti 1) Paling sering ditemukan 2) Nyamuk yang hidup ditempat tropis, terutama hidup dan berkembang
biak
didalam
rumah
ditempat
penampuangan air 3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, bintik-bintik putih 4) Biasanya mengigit pada siang hari terutama pagi dan sore hari 5) Jarak terbang 100 meter b. Aedes Albopictus
2
1) Tempat habitatnya diair bersih. Biasanya disekitar rumah, pohon-pohon seperti pohon pisang 2) Mengigit pada siang hari 3) Jarak terbang 50 meter (Hidayat, 2008) 3. Manifestasi klinis DHF pada anak
Tanda dan gejala DHF pada anak yaitu : a. Demam tinggi dan mendadak dengan suhu mencapai 40C selama 5-7 hari atau kadang disertai kejang demam, Pada DHF fase demam dialami 2-7 hari yang diikuti masa kritis 2-3 hari b. Pendarahan terutama perdarahan dibawah kulit, hematoma, ecymosis c. Epitaksis, hematemesis melena, hematuri d. Mual, muntah, nafsu makan menurun, diare, konstipasi e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati f.
Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata h. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening i.
Tanda-tanda rejatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah) (Ridha, 2014)
4. Klasifikasi DHF pada anak
a. Derajat I Panas 2-7 hari Gejala umum tidak khas Uji torniquet (+) b. Derajat II Sama dengan derajat I Gejala pendarahan spontan dan epitaksis Hematemesis melena, perdarahan gusi c. Derajat III Gejala-gejala kegagalan perdarahan otak Nadi lemah dan cepat (<120 X/menit) Tekanan darah menurun
3
d. Derajat IV Nadi tidak teraba Tekanan darah tidak teratur Akral dingin, berkeringat Kulit tampak biru (sianosis) (Ridha, 2014) 5. Patofisiologi DHF pada anak
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
komplek
virus
antibodi,
dalam
sirkulasi
akan
mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang
menentukan
beratnya
penyakit
adalah
meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian (Sulisaningrum, 2013) 6. Komplikasi DHF pada anak
Adapun komplikasi dari demam berdarah dengue diantaranya : a. Perdarahan luas b. Syok atau rejatan c. Efusi pleura d. Penurunan kesadaran (Hidayat, 2008)
4
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF tersering menyerang anak-anak dengan usia kurang kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua (Sulisaningrum, 2013) b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke RS adalah panas tinggi dan anak lemah (Sulisaningrum, 2013) c. Riwayat kesehatan 1) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil, saat demam kesadaran compos mentis, panas menurun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, sementara anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek,
nyeri
telan,
mual
dan
muntah,
anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis (Sulisaningrum, 2013) 2) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami seragan ulang DHF dengan tipe virus yang lain (Sulisaningrum, 2013) 3) Riwayat imunisasi
Bila anak mempunyai kekebalan yang baik, kemungkinan timbul komplikasi dapat dihindarkan (Sulisaningrum, 2013) 4) Riwayat gizi
Status gizi pada anak DHF dapat bervariasi, semua anak dengan status gizi baik, maupun buruk dapat beresiko
5
apabila terdapat faktor predisposisinya. Pada anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual muntah dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat anak dapat mengalami penurunan berat badan, sehingga status gizinya menjadi kurang (Sulisaningrum, 2013) 5) Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, lingkungan
yang
kurang
kebersihannya
(air
yang
menggenag), dan gantungan baju di kamar (Sulisaningrum, 2013) d. Pola kebiasaan 1) Pola nutrisi dan metabolisme
Frekuensi,
jenis,
pantangan,
nafsu
makan
berkurang/menurun (Sulisaningrum, 2013) 2) Pola eliminasi alvi (buang air besar)
Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena (Sulisaningrum, 2013) 3) Pola eliminasi urine (buang air kecil)
Perlu
dikaji
apakah
sering
kencing,
sedikit/banyak,
sakit/tidak. Pada DHF Grade IV terjadi hematuria 4) Pola tidur dan istirahat
Anak sering mengalami kurang tidur karena sakit/nyeri otot dan persendian, sehinngga kuantitas dan kualitas tidur serta istirahat berkurang (Sulisaningrum, 2013) 5) Pola kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama tempat sarang nyamuk aedes aegypti (Sulisaningrum, 2013) 6) Pola persepsi
6
Tanggapan bila ada keluarga yang sakit dan upaya untuk menjaga kesehatannya e. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum a) Grade I
Kesadaran composmentis, keadaan umum lemah b) Grade II
Kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, biasanya pendarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga c) Grade III
Kesadaran apatis, samnolen, keadaan umum lemah d) Grade IV
Kesadaran koma, ekstremitas dingin, berkeringan dan kulit tampak biru (Sulisaningrum, 2013) 2) Tanda-tanda vital a) Grade I
Tanda-tanda vital nadi lemah b) Grade II
Tanda-tanda vital nadi lemah, kecil, dan tidak teratur c) Grade III
Nadi lemah, kecil, tidak teratur dan tekanan darah menurun d) Grade IV
Tekanan darah tidak teratur, penafasan tidak teratur, nadi tidak teraba (Sulisaningrum, 2013) 3) Pemeriksaan head to toe a) Kepala dan leher
Inspeksi : kepala terasa nyeri, muka kemerahan karena demam (Flushy) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian kepala b) Mata
7
Inspeksi : mata anemis, sclera putih, pupil isokor Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada area mata c) Hidung
Inspeksi : hidung kadang mengalami perdarahan /epitaksis (Grade II,III, IV), tidak terdapat polip Palpasi : terdapat nyeri tekan d) Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : mukosa bibir kering, perdarahan pada gusi, kotor
dan
nyeri
telan,
tenggorokan
mengalami
hiperemia faring e) Telinga
Inspeksi : terjadi pendarahan pada telinga (grade II,III,IV) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada telinga f) Dada Thorax
Inspeksi : bentuk simetris, kadang-kadang sesak, pada foto thorax terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian dada Perkusi : suara pekak Auskultasi : biasanya terdengar suara Rales (+) dan Ronchi (+) biasanya pada grade III,IV Jantung
Pada grade I dapat terjadi homokonsetrasi, uji turniquet positif, trombositopeni Pada grade III terjadi kegagalan sirkulasi nadi cepat, lemah, hipotensi, sianosis pada mulut dan jari-jari Grade IV nadi tidak terba dan tekanan darah tidak dapat diukur g) Abdomen
Inspeksi : perut asites
8
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian perut Perkusi : suara timpani/hipertimpani, biasanya terjadi pembesaran hati (hepatomegali) Auskultasi : bising usus hiperaktif h) Genitalia
Tidak terjadi kelainan pada sistem genitalia penderita DHF i) Integumen (kulit)
Inspeksi : adanya petekia, turgor kulit menuru, keringat dingin dan lembab Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan abnormal j) Ekstremitas
Inspeksi : akral dingin, nyeri otot dan sendi serta tulang f.
Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium a) Hb dan PCV meningkat (>20%) b) Trombositopenia (<100.000/ml) c) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis) d) Ig D dengue positif e) Hasil
pemeriksaan
kimia
darah
menunjukan
hipoproteinema, hipokloremia, hiponatremia f) Urium dan pH darah mungkin meningkat g) Asidosis metabolik pCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah h) SGOT/SGPT
mungkin
meningkat
(Sulisaningrum,
2013) g. Penatalaksanaan
1) Tirah baring 2) Makanan yang lunak dan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam 3) Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres
9
4) Berikan antibiotik bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi 5) Pada pasien dengan tanda rejatan dilakukan a) Pemasangan infus RL/Asering dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah rejatan diatasi b) Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (Ridha, 2014) 2. Diagnosa keperawatan a. Pola nafas tidak efektif
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat Penyebab
1) Hambatan uapaya nafas 2) Penurunan energi 3) Posisi tubuh yang menghambatt ekspansi paru 4) Kecemasan Gejala dan Tanda Mayor Subjektif
Dispnea Objektif
1) Penggunaan otot bantu pernafasan 2) Fase ekspirasi memanjang 3) Pola nafas abnormal Gejala dan tanda Minor Subjektif
Ortopnea Objektif
1) Pernafasan cuping hidung 2) Kapasitas vital menurun 3) Tekanan ekspirasi menurun 4) Tekanan inspirasi menurun 5) Eksekusi dada berubah
10
(PPNI,2015 : 26) b. Kekurangan volume cairan
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, atau intrasel. Diagnosis ini merujuk pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium Batasan karakteristik : Subjektif:
Haus Objektif:
1) Perubahan status mental 2) Penurunan turgor kulit 3) Lidah penuruna haluaran urine Faktor yang berhubungan :
1) Kehilangan volume cairan 2) Konsumsi alkohol yang berlebihan secara terus menerus 3) Kegagalan mekanisme pengaturan (seperti,dalam diabetes insipidus,hiperaldosterisme) 4) Asupan cairan yang tidak adekuat sekunder
akibat
(Wilkinson, 2015 : 309-310)
c. Defisit nutrisi Definisi :
Asuhan
nutrisi
tidak
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolisme Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan 2) Ketidakmampuan mencerna makanan 3) Ketdakmampuan mengabsorpsi nutroen 4) Peningkatan kebutuhan metabolisme 5) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupupi) 6) Faktor psikologis (mis. Stres, keenganan untuk makan) Gejala Dan Tanda Mayor
11
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif 1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentan ideal Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif 1) Cepat kenyang setalah makan 2) Kram atau nyeri abdomen 3) Nafsu makan menurun
Objektif 1) Bising usus hiperaktif 2) Otot pengunyah lemah 3) Otot menelan lemah 4) Membran mukosa pucat 5) Sariawan 6) Serum albumin turun 7) Rambut rontok berlebihan 8) Diare Kondisi Klinis Terkait :
1) Stroke 2) Parkinson 3) Mobius sindrom 4) Serbral palsy 5) Clefty lips 6) Clefty palate 7) Amvotropic lateral sclerosis (PPNI, 2016 : 56).
d. Hipertermia Definisi :
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh Penyebab :
1) Dehidrasi
12
2) Terpapar lingkungan panas 3) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker) 4) Peningkatan laju metabolisme 5) Respon trauma 6) Aktifitas berlebihan 7) Penggunaan inkubator Gejala Dan Tanda Mayor
Subjektif Tidak tersedia
Objektif 1) Suhu tubuh diatas nilai normal Gejala dan tanda minor
Subjektif Tidak tersedia
Objektif 1) Kulit merah 2) Kejang 3) Takikardia 4) Takipnea 5) Kulit terasa hangat Kondisi klinis terkait
1) Proses infeksi 2) Hipertiroid 3) Stroke 4) Dehidrasi 5) Trauma 6) Prematuritas (PPNI, 2016 : 284)
13
e. Resiko Syok Hipovolemik Definisi
Resiko syok mengalami ketidak cukupan aliran darah ke jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan defungsi seluler yang mengancam jiwa Faktor resiko
1) Hipoksemia 2) Hipoksia 3) Hipotensi 4) Kekurangan volume cairan 5) Sepsis 6) Sindrom respon inflamasi sistemik Faktor resiko
1) Pendarahan 2) Trauma multipel 3) Pneumothoraks 4) Infark miokard 5) Kardiomiopati 6) Cedera medula spinalis 7) Anafilaksis 8) Sepsis 9) Koagulasi intavaskular diseminata 10) Sindrom respon inflamsi sistemik (Tim Pokja PPNI, 2016)
3. Intervensi keperawatan a. Pola nafas tidak efektif b/d
penumpukan cairan pada
rongga paru (efusi pleura) Kriteria hasil :
Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis 1) Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
14
2) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal 3) Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan 4) Mengidentifikasi faktor (mis, alergi) yang memicu ketidak efektifan pola napas, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindarinya Intervensi Pengkajian
1) Pantau adanya pucat dan sianosis 2) Tentukan lokasi danmluasnya krepitasi di sangkat iga 3) Kaji kebutuhan insersi jalan napas Penyuluhan untuk pasien
1) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan Aktivitas Kolaboratif
1) Konsultasikan
dengan
ahli
terapi
pernapasan
untuk
memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis 2) Berikan oabat sesuai dengan program atau protokol 3) Berikan terapi nebulizer ultrasonik dan udara atau oksigen yang dilebabkan sesuai program atau protokol instansi 4) Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola pernapasan Aktivitas lain
1) Tenangkan pasien selama periode gawat napas 2) Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat darurat 3) Minta pasien untuk pindah posisi untuk mengoptimalkan pernapasan (Wilkinson, 2015: 101-104)
b. Kekurangan
volume
cairan
b/d
perpindahan
cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma endotel ), hematemesis melena Kriteria hasil:
15
1) Memiliki hemaglobin dan hematokrit dalam batas normal untuk pasien 2) Tidak mengalami haus yang tidak normal 3) Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab 4) Mampu berkeringat 5) Memiliki asupan cairan oral/intra vena yang adekuat Intervensi NIC Pengkajian :
1) Pantau warna,jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan 2) Pantau pendarahan (misalnya , periksa semua sekret adanya darah nyata atau darah samar) 3) Manajemen cairan (NIC) pantau status hidrasi ( misalnya ,kelembaban membran ,mukosa,keadaan nadi dan tekanan darah ortotastik.) Penyuluhan:
Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus Aktivitas kolaboratif
1) Laporkan dan catat haluaran kurang dari.......ml 2) Laporkan dan catat haluaran lebih dari..........ml 3) Labporkan abnormalis elektrolit 4) Manajemen cairan (NIC) 5) Atur ketersediaan produk darah untuk transfusi sesuai dengan kebutuhan Aktivitas lain :
1) Lakukan higiene oral secara sering 2) Tentukan jumlah cairan yang masuk 3) Hitung asupan yang di inginkan 4) Manajemen cairan (NIC) Tingkatan asupan oral( misalnya, sediakan sedotan, beri cairan di antara waktu makan dan jus kesukaan pasien) berikan cairan sesuai dengan kebutuhan (Wilkinson, 2015 : 311-314)
16
c. Defisit nutrisi b/d mual, muntah , nafsu makan menurun, kesulitan menelan, penurunan berat badan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1 x 24
jam diharapkan dengan Kriteria hasil :
1) Mempertahankan berat badan 2) Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat 3) Menoleransi diet yang dianjurkan Melaporkan tingkat energi yang adekuat
(Wilkinson,
2015:506-509) Intervensi NIC : Pengkajian
1) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan 2) Manejemen nutrisi (NIC) a) Ketahui makanan kesukaan pasien b) Tentukan
kemampuan
pasien
untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi c) Pantau kandungan nutrisi dan kalori Penyuluhan untuk pasien /keluarga
1) Pasien/keluarga tentang makanan bergizi Aktivitas lain
1) Buat perencanaan makanan dengan pasien yang masuk dalam jadwal
makan,
lingkungan
makan,
kesukaan
dan
ketidaksukaan pasien. 2) Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik dilokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang setiap hari (Wilkinson, 2015:506-509) Aktivitas kolaboratif
1) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidak adekuatan asupan protein atau kehilangan protein (misal, pasien anoreksia, nervosa)
17
2) Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian makanan melalui selang, atau nutrisi agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan (Wilkinson, 2015:506-509)
d. Hipertermia b/d proses infeksi virus dengue Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1 x 24
jam diharapkan dengan Kriteria hasil :
1) Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu tubuh 2) Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh 3) Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermi (Wilkinson, 2015 : 391-393) Intervensi NIC : Pengkajian
1) Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa) 2) Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan 3) Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermi 2) Regulasi suhu (NIC) : Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan Aktivitas lain
1) Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut 2) Gunakan waslap dingin (kantong es) di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha
18
3) Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2liter sehari, dengan tambahan cairan selama aktivitas yang berlebihan (Wilkinson, 2015 : 391-393) Aktivitas kolaboratif
Regulasi suhu (NIC) : 1)
Berikan obat antipiretik Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh (Wilkinson, 2015 : 391-393)
e. Resiko Syok Hipovolemik b/d perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler Tujuan
1) Pasien tidak menglami syok yang ditunjukan dengan perfusi jaringan: selular adekuat dan tanda-tanda vital dalam rentan normal Intervensi
1) Mengurangi
stimulus
yang
memicu
pendarahan
atau
hemoragi pada pasien beresiko 2) Membatasi
kehilangan
volume
darah
selama
episode
pendarahan 3) Meningkatkan volume cairan intravaskular pada pasien yang mengalami kekurangan volume 4) Medetekasi dan menangani pasien yang beresiko mengalami syok Pengkajian
1) Pantau kondisi yang dapat mengarah ke hipovolemia (mis. Pembedahan, diare dan muntah yang lama) 2) Pantau asupan dan aluran, termasuk luka, drain, muntah, diare 3) Pantau tanda-tanda vital 4) Pantau warna dan kelembapan kulit Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
19
1) Ajarkan pasien dan keluarga untuk pencegahan infeksi (mis. Perawatan lka dan kulit, higiene tangan) 2) Ajarkan tanda gejala syok (mis. Pendarahan berlebih, kehilangan cairan, nyeri dada) Aktivitas lain
1) Pantau parameter hemodinamik invasif, jika ada (mis. Tekanan vena sentral, curah jantung) 2) Berikan medikasi yang diprogramkan untuk menangani faktor resiko (mis. Obat vasioaktif, antimioba) 3) Berikan oksigen jika gejala mengidekasikan perkembangan ke syok aktual, atau jika di perlukan untuk pengobatan tanpa henti faktor resiko Aktivitas Kolaboratif
1) Siapkan untuk pemberian cairan, elektrolit, kaloid atau darah 2) Gunakan metode antisepti ketat untu pengemdalian infeksi (Wilkinson J. , 2016)
20
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus degue yang masuk kedalam tubuh penderita melalui gigtan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini sering sekali menyerang anak-anak pada usia >15 tahun, maka hal ini, dapat dicegah dengan rutin melakukan 3m, menjaga sanitasi lingkungan tetap bersih, mengonsumsi makanan bergizi. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus aedes (terutama A.Aegypti dan A. Albopictus). Beberapa komplikasi selaras dengan perjalanan penyakit diantaranya yaitu Asites dan efusi pleura yang dapat di deteksi dengan pemeriksaan penunjang. Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari(rentang 3-14 hari), timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti: nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah. Diagnosa yang dapat diambil pola nafas tidak efektif b/d efusi pleura , kekurangan volume cairan b/d hematemesis melena, defisit nutrisi b/d mual muntah dan anoreksia, hipertermia b/d proses infeksi dengue, dan resiko syok hipovolemik b/d perdarahan (pada grade iii,iv)
B. Saran
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk memberikan informasi yang berguna bagi pemberi pelayanan kesehatan masyarakat luas. Menambah wacana dan informasi ilmiah pembaca, khususnya Mahasiswa mengenai pengetahuan DHF. Sebagai masukan dan perbandingan bagi mahasiswa yang akan mengadakan penulisan makalah selanjutnya, khususnya mengenai DHF. Penulisan makalah ini digunakan juga untuk penyuluhan DHF Bagi Mayarakaat sekitar menyadari dan memahami pentingnya melakukan pencegahan DHF.
21
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak . Jakarta: Salemba Medika . Ridha, n. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar . Sulisaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Tim Pokja PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Wilkinson, J. (2016). Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC. Wilkinson, J. M. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.
22