Langkah-langkah Perhitungan Debit Rencana dengan Metode Rasional Bangunan-bangunan air yang berada di sungai yang peruntukannya sebagai bangunan pengatur dan perbaikan sungai serta pengendalian banjir, dalam perencanaannya selalu memperhitungkan debit rencana. Bangunan-bangunan air tersebut antara lain pintu air, kanal banjir, tebing sungai, sungai, tanggul, kolam penampung banjir sementara, check dam, dll. Apa yang dimaksud dengan debit rencana ? Debit rencana (Q T adalah debit dengan periode ulang tertentu (T yang diperkirakan akan melalui suatu sungai atau bangunan air. !eriode ulang sendiri adalah "aktu hipotetik dimana suatu kejadian dengan nilai tertentu, debit rencana misalnya, akan disamai atau dilampaui # kali dalam jangka "aktu hipotetik tersebut. $urah hujan itu sesuatu yang bersi%at tidak pasti (probabilitas, otomatis kejadian (debit yang terjadi pada kurun "aktu tertentu bukan berarti akan berulang secara teratur setiap periode ulang tersebut. &isalnya, debit rencana dengan periode ulang ' tahun (Q ' #) m *+detik, +detik, tidak berarti debit sebesar #) m*+detik akan terjadi secara periodik periodik # kali dalam setiap ' tahun. Dalam ' tahun ada kemungkinan # kali terjadi debit yang besarnya sama atau lebih dari #) m *+detik. Dalam #) tahun ada kemungkinan kali terjadi debit yang besarnya sama atau lebih dari #) m *+detik. !erhitungan debit rencana menjadi bagian yang sangat penting dalam perencanaan teknis bangunan bangunan sungai, sungai, karena nilai (besar-kecil (besar-kecilnya nya debit rencana akan menentukan menentukan besar kecilnya dimensi hidrolis suatu bangunan air. Dimensi hidrolis suatu bangunan air yang lebih besar akan lebih aman dalam mengalirkan debit tertentu, namun dimensi yang lebih besar akan berdampak pada pembengkakan biaya. ebaliknya dimensi hidrolis bangunan air yang lebi lebih h keci kecill akan akan menja menjadi di kuran kurang g aman aman dala dalam m meng mengal alirk irkan an debi debitt terte tertent ntu. u. &uara &uara dari dari perhitungan debit rencana adalah mendapatkan dimensi hidrolis (kapasitas yang ideal dan terbaik, terbaik dari segi teknis maupun ekonomi.
Dalam melakukan perhitungan debit rencana, data atau in%ormasi dasar yang minimal harus ada dan sangat dibutuhkan adalah sebagai berikut a
Data klimatologi yang terdiri dari data hujan, angin, kelembapan dan temperatur dari stasiun
b
B&/0 terdekat. Data tersebut minimal data dalan kurun "aktu #) tahun terakhir. Data hidrologi, hidrologi, seperti karakteristik karakteristik daerah aliran, debit sungai, sungai, laju sedimentasi, %rekuensi %rekuensi
banjir, dll. c !eta-peta yang representati%, seperti peta tata guna lahan, peta topogra%i, peta sistem jaringan jalan, peta sistem drainase, dll. Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam menghitung atau memperkirakan besarnya debit rencana, seperti &etode 1asional, &elchior, 2edu"en, 2edu"en, 3aspers, dll. 4amun kali ini yang akan dibahas hanyalah langkah-langkah perhitungan debit rencana secara garis besar dengan &etode 1asional. &etode &etode 1asion 1asional al dapat dapat diguna digunakan kan untuk untuk menghi menghitun tung g debit debit puncak puncak sungai sungai atau atau saluran, namun dengan daerah pengaliran yang terbatas. 1umus umum dari &etode 1asional adalah Q = 0,278 x x ! x "
............................... #!$
/eterangan Q debit puncak limpasan permukaan (m *+det. $ angka pengaliran (tanpa dimensi A luas daerah pengaliran (/m 5 intensitas curah hujan (mm+jam. 6ika persamaan diatas digunakan untuk menghitung debit rencana dengan periode ulang tertentu, maka persamaan tersebut menjadi Q%= 0,278 x x ! % x "
................................... #!!$
/eterangan QT debit puncak limpasan l impasan permukaan dengan periode ulang T tahun (m *+det. $ angka pengaliran (tanpa dimensi A luas daerah pengaliran (/m
Dengan Dengan melihat melihat kenyataa kenyataan n di lapang lapangan an dimana dimana sangat sangat sulit sulit menemu menemukan kan daerah daerah pengaliran yang homogen (tidak melulu aspal semua atau hutan semua, pasti merupakan gabungan atau heterogen, nilai $ dapat dihitung dengan persamaan berikut
............................................ #!!!$
$ara lain menghitung debit rencana adalah mensubtitusikan persamaan 55 dan 555 sehingga menjadi seperti ini Q = 0,278 x !% x #& "i x i$
....................................... #!'$
/eterangan $i /oe%isien limpasan sub daerah pengaliran ke i Ai luas sub daerah pengaliran ke i n jumlah sub daerah pengaliran
&etode 1asional bisa dikembangkan dengan asumsi sebagai berikut a
3ujan 3ujan yang yang terjadi terjadi mempun mempunya yaii intens intensitas itas yang yang seragam seragam dan merata merata di seluruh seluruh daerah daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan "aktu konsentrasi (tc daerah pengaliran.
b
!eriode ulang debit sama dengan periode ulang hujan.
c
/oe%isien pengaliran dari daerah pengaliran yang sama adalah tetap untuk berbagai periode ulang.
elanjutnya langkah-langkah perhitungan debit rencana adalah sebagai berikut #
6ika koe%isien limpasan dari suatu daerah pengaliran atau daerah aliran sungai (DA adalah tidak seragam maka daerah pengaliran atau DA tersebut dibagi-bagi terlebih dahulu menjadi sub DA (Ai sesuai dengan tata guna lahan ($i.
7kur tiap-tiap luas Ai
*
3itung $ 1ata-rata pakai persamaan 555
8
3itung 9 Ai $i
'
3itung "aktu konsentrasi menggunakan rumus /irpich
.................................. #'$
/eterangan Tc "aktu konsentrasi (jam : !anjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (/m. /emiringan rata-rata daerah lintasan air ;
3itung intensitas hujan (5 6ika data hujan yang tersedia adalah data harian maka hitung dengan menggunakan metode &ononobe 1umus &ononobe
............................................................. #'!$ <
etelah poin #-; hasilnya telah didapat, masukan dalam rumus untuk mendapatkan debit rencana (Qt. esuaikan dengan ketersediaan data dan karakteristik daerah aliran, persamaan mana yang dipakai, apakah persamaan 55 atau 5= untuk mendapatkan nilai debit rencana ? 3al yang si%atnya %undamental untuk diperhatikan dalam melakukan perhitungan debit rencana adalah ketersediaan data, seperti harus tersedia data-data dalam periode "aktu yang panjang guna menjadi bahan kajian (data curah hujan, debit sungai, %rekuensi banjir misalnya. /ira-kira seperti itu langkah-langkah perhitungan debit rencana secara garis besar dengan &etode 1asional. &ungkin kelihatan agak rumit dan susah dicerna. Akan mudah dipahami kalau ada datanya yang dibuat dalam contoh soal, umumnya debit rencana banyak tabelnya dan perhitungannya panjang, namun ruang di blog ini terbatas. 6adi ringkasan langkah-langkah perhitungan debit rencana dengan &etode 1asional demikian. #($ )u*ber Pustaka +
/amiana, 5 &ade. ))#. Teknik !erhitungan Debit 1encana Bangunan Air. 0raha 5lmu. >ogyakarta
Perhitungan Dengan Metode Rasional Diposkan oleh e 6u@ di )*.*'
Dalam perhitungan debit desain berdasarkan metode rasional, ada beberapa asumsi yang dipakai, yaitu: 1. Debit aliran yang dihasilkan dari sembarang intensitas hujan mencapai maksimum bilamana intensitas hujan ini berlangsung selama lebih lama dari waktu tiba banjir. 2. Kekerapan debit maksimum sama dengan kekerapan intensitas hujan untuk lamanya hujan tertentu. 3. Hubungan debit maksimum dengan luas D! "daerah aliran sungai# sama dengan hubungan antara lamanya hujan dengan intensitas hujan. $. Koe%sien aliran sama untuk berbagai kekerapan &. Koe%sien aliran sama untuk semua hujan pada suatu D! Debit desain metode rasional dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ' ( ),2*+ dengan '
(
debit puncak banjir ( koe%sien ( intensites hujan selama waktu tiba banjir ( luas D0! "km2#, diukur dari peta
: "m3/det# aliran "mm/jam# topogra%
Koe%sien aliran diperkirakan dengan abel ononobe. pabila tersedia data aliran koe%sien aliran dapat ditentukan dengan membandingkan antara aliran langsung yang diakibatkan oleh hujan pada suatu periode banjir dengan jumlah curah hujan ratarata pada D! yang
Thursday, 19 November 2015 045H6787 Debit 9anjir 5encana, Debit ndalan "' 7D7#.
BAB II ANALISIS DATA
2.1
Curah Huja Har!a -urah hujan merupakan salah satu parameter hidrologi yang sangat penting untuk perancangan jaringan irigasi selain e;apotranspirasi, debit puncak dan debit harian, serta angkutan sedimen. nalisis mengenai curah hujan sangat penting dalam 0erancangan bendung untuk jaringan irigasi. !alah satu elemen penting dalam 0erancangan bendung tersebut adalah mengetahui debit banjir rancangan. 6ntuk menentukan debit banjir rancangan yang dimaksud, maka diperlukan data hujan maksimum untuk beberapa tahun. Data curah hujan diambil dari Kantor Dinas 0erairan. Data yang didapat berupa soft copy data curah hujan selama 12 tahun
2.2
Daerah A"!ra Su#a! $ DAS % 0eta batas D! telah diberikan sebelumnya dengan skala 1:2&))). 0ertama kali lokasi bendung ditentukan dahulu. !ehingga diperoleh batas D! dari hulu sampai lokasi bendung. 6ntuk mengetahui hujan maksimum setiap tahun dari $ stasiun secara bersama diperlukan bobot yang dicari melalui pengukuran luas D!. erdapat tiga macam metode perhitungan luas D!, yaitu etode 0oligon hiessen, etode ljabar, dan etode sohyet. Di antara ketiga metode tersebut dipilih etode 0oligon hiessen karena pengerjaannya lebih mudah dan hasil yang diberikan lebih akurat. angkahlangkah perhitungan luas D! adalah sebagai berikut:
1.
9uat garis lurus yang menghubungkan setiap stasiun dan diusahakan sedemikian rupa sehingga setiap ujungnya membentuk segitigasegitiga "apabila banyak stasiun# dengan sudut yang lancip dan tidak tumpul.
2. Dari bentuk segitiga tersebut untuk setiap sisinya dibuat garis tegak lurus tepat pada pertengahan garis, maka akan didapatkan bentukbentuk luasan yang dimiliki setiap stasiun. 3. Hitung luas masingmasing stasiun. $. Hitung bobot setiap stasiun dengan cara :
. -ontoh perhitungan: Dari
hasil
perhitungan
luas,
diketahui
luas
!tasiun
0rumpung
sebesar
2),<2*+12& km2 sedangkan total luas D! adalah &=,&<+*& km2. !ehingga diperoleh bobot untuk !tasiun 0rumpung adalah: 9obot !tasiun 0rumpung(
0erhitungan bobot masingmasing stasiun disajikan dalam abel 2.1. Tabe" 2.1 Luas DAS da Bobo& 'as!#(mas!# S&as!u
2.)
Da&a Huja Har!a *a&a + *a&a da 'as!mum Daerah
>umlah bobot harus 1 atau dalam persen harus 1))?. 9obot inilah yang kemudian dikalikan dengan data hujan harian setiap stasiun untuk setiap hari pada setiap tahun, dari data hujan harian ratarata daerah maka akan dihasilkan data hujan
maksimum "Hmaks#
daerah setiap
tahun
"1=++2))$#. 6ntuk
menghitung hujan harian ratarata daerah digunakan rumus:
Keterangan : 1
( uas wilayah stasiun 1
2
( uas wilayah stasiun 2
3
( uas wilayah stasiun 3
n
( uas wilayah stasiun ken
51
( -urah hujan pada stasiun 1 pada suatu tanggal tertentu
52
( -urah hujan pada stasiun 2 pada suatu tanggal tertentu
53
( -urah hujan pada stasiun 3 pada suatu tanggal tertentu
5n
( -urah hujan pada stasiun ken pada suatu tanggal tertentu ( -urah hujan harian rata @ rata daerah pada tanggal ybs
-ontoh perhitungan hujan harian ratarata daerah pada )& Aebruari 1=++B . !antan 5 !antan . Kemput 5 Kemput
( <3,*&< ( 1+,3$&<
. 0rumpung 5 0rumpung . 9ronggang 5. 9ronggang otal
( <,=3$ ( )
C
( +=,)3&< mm.km2
Hujan ratarata " # ( +=,)3&
( 1,$=$* mm
aka hujan harian ratarata daerah pada tanggal & Aebruari 1=++ adalah 1,$=$* mm. Data curah hujan hujan maksimum daerah didapat dengan mencari nilai maksimum dari curah hujan harian ratarata daerah pada setiap tahunnya.
Tabe" 2.2 Huja Har!a 'as!mum Daerah
2. -
No
Tahu
Huja $mm%
1
1=++
+=,)3&<
2
1=+=
*+,&3+&
3
1==)
$<,<*$*
$
1==1
*=,+*+=
&
1==2
<+,$)+&
<
1==3
$&,+*$2
*
1==$
$&,$)<3
+
1==&
*+,$1&$
=
1==*
*),<<*$
1)
2)))
=2,1=)3
11
2))3
&+,2&&&
12
2))$
$*,<$1$
*a&a(ra&a
<<,*$++
e#uj!a S&a&!s&!a Da&a Huja
2.-.1 nalisa Arekuensi Hujan 5encana da beberapa jenis distribusi statistik yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya curah hujan rencana, seperti distribusi 8umbel, og 0earson , og 7ormal, dan beberapa cara lain. etode@metode ini harus diuji mana yang bisa dipakai dalam perhitungan. 1. Distribusi normal Distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu ;ertikal dan berbentuk lonceng yang juga disebut distribusi 8auss. Distribusi normal mempunyai dua parameter yaitu rerata dan de;iasi standar E dari populasi.Dalam analisis hidrologi distribusi normal banyak digunakan untuk menganalisis Frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit ratarata tahunan. Distribusi normal atau kur;a normal disebut pula distribusi Gauss.
!
Gt ( X C K ! dimana, G : 0erkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang . G : 7ilai rata @ rata hitung ;arian. : De;iasi standar nilai ;arian. K : Aaktor Frekuensi, 7ilai Factor Frekuensi dapat dilihat pada tabel reduksi 8auss: Tabe" 2.) *edus! /auss 06H
peluang
K
1,))1$
),===
3,)&
1,))&
),==&
2,&+
1,)1
),==
2,33
1.)&
),=&
1,<$
1,11
),=
1,2+
1,2&
),+
),+$
1,33
),*&
),<*
1,$3
),*
),&2
1,<*
),<
2,&
2
),&
)
2,&
),$
),2&
3,33
),3
),&2
$
),2&
),<*
&
),2
),+$
1)
),1
1,2+
2)
),)&
1,<$
&)
),)2
2,)&
1))
),)1
2,33
2))
),))&
2,&+
&))
),))2
2,++
1)))
),))1
3,)=
2. Distribusi og normal Distribusi og normal digunakan apabila nilainilai dari ;ariabel random tidak mengikuti distribusi
normal,tetapi nilai
logaritmanya
memenuhi
distribusi
normal. Distribusi og 7ormal, merupakan hasil transFormasi dari distribusi engubah data G kedalambentuklogaritmik ( log G 5umus yang digunakan dalam perhitungan metode ini adalah sebagai berikut :
Gt ( X C Kt . ! dimana, Gt ( besarnya curah hujan yang mungkin terjadi pada periode ulang tahun "mm/hari#. ! ( !tandar de;iasi ( 2 X ( curah hujan ratarata "mm/hari# Kt ( !tandar ;ariabel untuk periode ulang tahun 3. Distribusi 8umbel Distribusi 8umbel banyak digunakan untuk analisis data maksimum,seperti untuk analisis Frekuensi banjir.
K ( Aaktor probabilitas.
6ntuk harga ektrim dapt dinyatakan dengan persamaan berikut:
etode Distribusi Arekuensi 8umbel keterangan: G ( besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang tahun G ( ratarata maksimum dari seri data Gi k ( Faktor Frekuensi n, !n ( besaran yang mempunyai Fungsi dari jumlah pengamatan t ( reduksi sebagai Fungsi dari probabilitas n ( jumlah data Tabe" 2.- Hubu#a a&ara dev!as! S&adar da redus! var!a& de#a jum"ah da&a 7
!n
n
!n
n
!n
n
!n
1)
),=$=
22
1,)*&
&&
1,1<+
=)
1,2))
< 11
),=<*
$ 2&
< 12
),==3
),==*
3)
1,))=
3&
1,)2)
$)
1,)<2
1,12+
1,1$1
$&
1,1&1
*)
+ !umber : !oewarno,1==&
1,1<= *
1,1+& $
*&
1,1+= 3
+)
= &)
1,1+) 3
3
< 2)
<&
&
& 1&
1,112
1,1*$ *
$
1 1$
<)
&
3 13
1,)=1
1
1,1=3 +
+&
1,1=* 3
* 1))
1,2<< &
Tabe" 2.5 Hubu#a *edus! ar!a& *a&a(*a&a$% de#a jum"ah da&a 7
n
n
n
n
n
1)
),$=&2
3<
),&$1)
<2
),&&2*
11
),$==<
3*
),&$1+
+2
),&&*2
12
),&)&3
3+
),&$21
+3
),&&*$
13
),&)*)
&+
),&&1+
+$
),&&*<
1$
),&1))
&=
),&&1+
+&
),&&*+
3$
),&3=<
<)
),&&21
+<
),&&+)
3&
),&$)2
<1
),&&2$
!umber : !oewarno,1==& $. Distribusi Log-Pearson Tipe III Distribusi Log-Pearson Tipe III banyak digunakan dalam analisis hidrologi, terutama dalam analisis data maksimum "banjir# dan minimum "debit minimum# dengan nilai ekstrem.9entuk komulatiF dari distribusi Log-Pearson Tipe III dengan nilai ;ariatnya G apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik "logarithmic probability paper # akan merupakan model matematik persamaan garis lurus. 0ersamaan garis lurusnya adalah: Dengan: (
I
( !
nilai logarimik dari G nilai ratarata dari
(
K (
standart de;iasi dari karakteristik dari distribusi Log-Pearson Tipe III
ahapan untuk menghitung hujan rancangan maksimum dengan metode LogPearson Tipe III adalah sebagai berikut "!uwarno, 1==&: 1$2#: a.
Hujan harian maksimum diubah dalam bentuk logaritma.
b. enghitung harga logaritma ratarata dengan rumus c.
enghitung harga simpangan baku dengan rumus :
d.
enghitung harga koe%sien asimetri dengan rumus :
e.
enghitung logaritma hujan rancangan dengan kala ulang tertentu dengan rumus:
F.
enghitung antilog G untuk mendapatkan curah hujan rancangan dengan kala ulang tertentu atau dengan membaca gra%k pengeplotan G dengan peluang pada kertas logaritma.
Tabe" 2. 3a&or 4reues! $% 4u#s! dar! !"a! oe6s!e as!me&r! $Cs% da a"a u"a# $T% 0engujian Der Jeduwen tersebut melalui perhitungan dispersi. angkah @ langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 0erhitungan Dispersi: Tabe" 2.7 8erh!&u#a d!s8ers!
No
1
2
3
$
&
<
*
+
Tahu
1=++
1=+=
1==)
1==1
1==2
1==3
1==$
1==&
$!(ra&a2%
$!( ra&a2%; 2
+=,)3&<
22,2+<*)+3 3
$=<,<=*3< +3
11)<=,*$ 2$<*)+,2* =3+ &*
*+,&3+&
11,*+=<)+3 3
13+,==$+< $*
1<3+,<=& 1=31=,&*2 )1& $
$<,<*$*
2),)*$1=1< *
$)2,=*31* 11
+)+=,3<) 1<23+*,3* <* <<
*=,+*+=
13,13)))+3 3
1*2,3=*11 ++
22<3,&*& 2=*2),*<< <)* &+
<+,$)+&
1,<&=<)+33 3
2,*&$2==+ 2
$,&*1)&+ *,&+<1<*$ =3$ ==
$&,+*$2
2),+*$<=1< *
$3&,*&2*& 22
=)=<,2)$ 1+=++),$< 3$ 1
$&,$)<3
21,3$2&=1< *
$&&,&)<21 =1
=*21,<+3 2)*$+&,=1 23 &<
*+,$1&$
11,<<<&)+3 3
13<,1)*$1 <*
1&+*,+=+ 1+&2&,22+ 311 ++
1&,3&$*)* &<
<),1<*&$ 23&,*<*)$ =&2 $2
<$*,2<&2&
1<$<*,33
:Huja$m m%
=
1==*
*),<<*$
3,=1+&)+33 3
1)
2)))
=2,1=)3
2&,$$1$)+3
$!( ra&a2%; )
$!( ra&a2%; -
$1+=&2,31
3
11
12
2))3
2))$
>umlah
&+,2&&&
+,$=33=1<< *
$*,<$1$
1=,1)*$=1< *
+)),=+<*
)
+
=*3
$2
*2,13**)2
<12,<=3* &2)3,+$+) &* &
3<&,)=<23 *+
<=*<,)*3 1332=&,2< 32 2+
33$1,)3*1 1<
1$)$,)1+ 1$31*22,3 <+ *&
!etelah diketahui nilai dari Faktor @ Faktor dari perhitungan di atas dapat ditentukan metode distribusi mana yang dapat dipakai, seperti disajikan dalam tabel berikut : Tabe" 2.< syara& 8ee&ua d!s&r!bus! >enis Distribusi
!yarat
0erhitungan
Kesimpulan
7ormal
-s )
-s ( ),)21$
idak
-k ( 3
-k ( ),*+*1
memenuhi
-s L 1,13=<
-s ( ),)21$
emenuhi
-k L &,$))2
-k ( ),*+*1
og 0earson
-s M )
-s ( ),)21$
idak emenuhi
og 7ormal
-s 3-; C -;2 ( 3
3-; C -;2 ( ),=$=3
idak
-k ( &,3+3
-k( ),*+*1
8umbel
KoeF. !kewness "-s#
),)21$
KoeF. Kurtosis "-k#
),*+*1
KoeF. Nariasi "-;#
),2++<
memenuhi
Dari tabel diatas maka yang memenuhi syarat adalah dengan menggunakan Distribusi 8umbel. 6ntuk memastikan pemilihan distribusi tersebut, perlu
dilakukan perbandingan hasil perhitungan statistik dengan ploting data diatas kertas. probabilitas dan uji Der Jeduwen.
2.5 =j! eba!a Sua! Diperoleh jenis sebaran termasuk jenis 7ormal. !etelah diperoleh jenis sebaran dilakukan uji kebaikan suai dengan metode uji chikuadrat. 0erhitungan uji chikuadrat dapat dilihat di abel di bawah ini. erh!&u#a uj! >h!(uadra& nter;al dibagi $ kelas "8($#. Kemudian dicari derajat kebebasan "DK# dengan menggunakan rumus: Tabe" 2.9 8erh!&u#a >h! uadra&
0
4F
OF
"OF 4F#P2
3*,<)+=LGQ&3,2)3 <3
3
$
1
),333333
&3,2)3<3LRQ<+,*= +3)
3
2
1
),333333
<+,*=+3)LRQ+$,3= 2=*
3
$
1
),333333
+$,3=2=*LRQ==,=+ *<3
3
2
1
),333333
G2 (
1,333333
"OF4F#2/4F
DK(2 chikritik( G2Schi kritik
&,==1+ okT
Dari hasil perhitungan di atas didapat nilai G 2 sebesar 1,3333yang kurang dari nilai G2 pada tabel uji chi kuadrat yang besarnya adalah &,==1$+. aka dari pengujian kecocokan penyebaran distribusi 8umbel dapat diterima. 2. Aa"!s!s Deb!& Baj!r 'e&ode der ?edu@e
nalisis metode ini hampir sama dengan etode Haspers hanya saja rumusan koe%siennya yang berbeda
:C.
..A
1. Koe%sien liran "-# dihitung dengan rumus C : dengan, β
(
koe%sien reduksi
2. Koe%sien 5eduksi "β# dihitung dengan rumus : dengan, β
(
koe%sien reduksi
t
( (
waktu konsentrasi "jam# luas D! "km2#
3. odul banjir maksimum menurut der Jeduwen dirumuskan : dengan
t
(
waktu konsentrasi / lama hujan terpusat "jam#
$. Jaktu konsentrasi "t# dihitung dengan &
0,25 L (0,125 !(0,25
:
dengan i
(
kemiringan sungai ratarata (
panjang sungai "km#
etode ini harus dihitung dengan trial and error sehingga ketepatan antara waktu konsentrasi dengan debit sama atau mendekati sama. Hasil kali dari 'n dengan hujan rencana kala ulang tahun "5 # merupakan debit banjir yang dicari.
erh!&u#a der @edu@e Dicoba t ( 3,=& jam " $ C 1# U ( 12) C " $ C =# &=,&<+*& 12) C &=,&<+*& U ( ),*=&1
Vn (
<*,<& 3,=& C 1,$&
Vn ( 12,&2*+
m3/det.km2
W( 1
$,1 ),*=&1 12,&2*+ C *
W ( ),*&+3 'n ( ),*&+3
),*=&1 12,&2*+ &=,&<++
'n ( $$=,=))) m3/det t ( ),12& 2=,+12& "$$=,=#P"),12 "),)3**#P"),2 t ( 3,=$1< jam Dicoba t ( 3,=$&+
jam
" 3,=$&+ C 1# U ( 12) C " 3,=$&+ C =# &=,&<+*& 12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
3,=$&+ C 1,$& Vn ( 12,&3*& m3/det.km2 W( 1
$,1 ),*)&1 12,&3*& C *
W ( ),*$12 'n ( ),*$12
),*)&1 12,&3*& &=,&<++
'n ( 3=),31&2 m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3=),31&2#P"),12
"),)3**#P"),2
t ( $,)122 jam Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata rata Dicoba t ( 3,=*= jam " 3,=*= C 1# U ( 12) C " 3,=*= C =# &=,&<+*& 12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
3,=*=) C 1,$& Vn ( 12,$<)+ W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,$<)+
C*
W ( ),*$)3 'n ( ),*$)3 ),*)&1 12,$<)+ &=,&<++ 'n ( 3+*,$<31 m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+*,$<31#P"),12
"),)3**#P"),2
t ( $,)1&= jam Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata rata Dicoba t ( 3,==*&
jam
" 3,==*& C 1# U ( 12) C " 3,==*& C =# &=,&<+*& 12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1
Vn (
<*,<&
3,==*& C 1,$& Vn ( 12,$1+< W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,$1+< C * W ( ),*3=+ 'n ( ),*3=+ ),*)&1 12,$1+< &=,&<++ 'n ( 3+&,+=&2 m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+&,+=&2#P"),12
"),)3**#P"),2
t ( $,)1*= jam Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata rata Dicoba t ( $,))** jam " $,))** C 1# U ( 12) C " $,))** C =# &=,&<+*& 12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
$,))** C 1,$& Vn ( 12,3=&3 W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,3=&3 C * W ( ),*3=& 'n ( ),*3=& ),*)&1 12,3=&3 &=,&<++
'n ( 3+&,)2=* m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+&,)2=*#P"),12
"),)3**#P"),2
t ( $,)1=1 jam Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata rata Dicoba t ( $,)13$ jam " $,)13$ C 1# U ( 12) C " $,)13$ C =#
&=,&<+*&
12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
$,)13$ C 1,$& Vn ( 12,3+2$ W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,3+2$ C * W ( ),*3=$ 'n ( ),*3=$
),*)&1 12,3+2$ &=,&<++
'n ( 3+$,&&)* m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+$,&&)*#P"),12
"),)3**#P"),2
t ( $,)1=* jam Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata rata Dicoba t ( $,)1<& jam " $,)1<& C 1# U ( 12) C " $,)1<& C =#
&=,&<+*&
12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
$,)1<& C 1,$& Vn ( 12,3*&3 W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,3*&3 C * W ( ),*3=3 'n ( ),*3=3 ),*)&1 12,3*&3 &=,&<++ 'n ( 3+$,2+&$ m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+$,2+&$#P"),12
"),)3**#P"),2
t ( $,)2 jam Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata rata Dicoba t ( $,)1+3 jam " $,)1+3 C 1# U ( 12) C " $,)1+3 C =#
&=,&<+*&
12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
$,)1+3 C 1,$& Vn ( 12,3*13 W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,3*13 C *
W ( ),*3=2 'n ( ),*3=2
),*)&1 12,3*13 &=,&<++
'n ( 3+$,13+2 m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+$,13+2#P"),12
"),)3**#P"),2
t ( $,)2)2 jam Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata rata Dicoba t ( $,)1=3 jam " $,)1=3 C 1# U ( 12) C " $,)1=3 C =#
&=,&<+*&
12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
$,)1=3 C 1,$& Vn ( 12,3<=1 W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,3<=1 C * W ( ),*3=2 'n ( ),*3=2
),*)&1 12,3<=1 &=,&<++
'n ( 3+$,)&<< m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+$,)&<<#P"),12
"),)3**#P"),2
t ( $,)2)3 jam Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata rata Dicoba t ( $,)1=+ jam
" $,)1=+ C 1# U ( 12) C " $,)1=+ C =#
&=,&<+*&
12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
$,)1=+ C 1,$& Vn ( 12,3<*= W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,3<*= C * W ( ),*3=2 'n ( ),*3=2
),*)&1 12,3<*= &=,&<++
'n ( 3+$,)11$ m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+$,)11$#P"),12 t ( $,)2)$ jam Ok, maka 'n ( 1,<)))
5n
Dicoba t ( $,)2)1 jam " $,)2)1 C 1# U ( 12) C " $,)2)1 C =#
&=,&<+*&
12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
$,)2)1 C 1,$& Vn ( 12,3<*2
m3/det.km2
"),)3**#P"),2
W( 1
$,1 ),*)&1 12,3<*2 C *
W ( ),*3=2 'n ( ),*3=2
),*)&1 12,3<*2 &=,&<++
'n ( 3+3,=+<2 m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+3,=+<2#P"),12
"),)3**#P"),2
t ( $,)2)$ jam Ok, maka 'n (
1,&=== 5n
Dicoba t ( $,)2)3 jam " $,)2)3 C 1# U ( 12) C " $,)2)3 C =#
&=,&<+*&
12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
$,)2)3 C 1,$& Vn ( 12,3<<+ W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,3<<+ C * W ( ),*3=2 'n ( ),*3=2 ),*)&1 12,3<<+ &=,&<++ 'n ( 3+3,=*23 m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+3,=*23#P"),12 t ( $,)2)& jam
"),)3**#P"),2
Ok, maka 'n ( 1,&===
5n
Dicoba t ( $,)2)$ jam " $,)2)$ C 1# U ( 12) C " $,)2)$ C =#
&=,&<+*&
12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
$,)2)$ C 1,$& Vn ( 12,3<<< W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,3<<< C * W ( ),*3=2 'n ( ),*3=2
),*)&1 12,3<<< &=,&<++
'n ( 3+3,=<$< m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+3,=<$<#P"),12 t ( $,)2)& jam Ok, maka 'n ( 1,&===
5n
Dicoba t ( $,)2)$ jam " $,)2)$ C 1# U ( 12) C " $,)2)$ C =# 12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1
&=,&<+*&
"),)3**#P"),2
Vn (
<*,<&
$,)2)$ C 1,$& Vn ( 12,3<<& W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,3<<& C * W ( ),*3=2 'n ( ),*3=2
),*)&1 12,3<<& &=,&<++
'n ( 3+3,=<)3 m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+3,=<)3#P"),12 t ( $,)2)& jam Ok, maka 'n ( 1,&==+
5n
Dicoba t ( $,)2)$ jam " $,)2)$ C 1# U ( 12) C " $,)2)$ C =#
&=,&<+*&
12) C &=,&<+*& U ( ),*)&1 Vn (
<*,<&
$,)2)$ C 1,$& Vn ( 12,3<<& W( 1
m3/det.km2 $,1
),*)&1 12,3<<& C * W ( ),*3=2 'n ( ),*3=2
),*)&1 12,3<<& &=,&<++
"),)3**#P"),2
'n ( 3+3,=&*= m3/det t ( ),12& 2=,+12& "3+3,=&*=#P"),12
"),)3**#P"),2
t ( $,)2)& jam Ok, maka 'n ( 1,&==+
5n
2.7 erh!&u#a N!"a! Huja *e>aa $*% 0enentuan hujan "5# kala ulang ini digunakan untuk menentukan debit banjir rencana "'# kala ulang 1 tahun "'2#, 1) tahun "'1)#, 2& tahun "' 2, &) tahun "'&)#, 1)) tahun "'1))#,dan 2)) tahun "'2))#. -ara mendapatkan besarnya hujan dengan kala ulang 1 tahun "52#, 1) tahun "51)#, 2& tahun "52, &) tahun "5&)#, 1)) tahun "51))# ,dan 2)) tahun "5 2))# adalah sebagai berikut : 0erhitungan -H kala ulang untuk kala ulang 2 tahun# : 5atarata "G#
( <<,*$+=
!
( 1=,2<*2
t
( ),3<<&
n
( ),&)&3
!n
( ),==33
-H kala ulang
( 5atarata C !/! n "t @ n#
( <<,*$++= C 1=,2<*2/),==33 "),3<<& @ ),&)&3# ( <$,)&*1+*2+ Tabe" 2.10 Besarya Huja $*% n 7o
G
!
1
<<,*$+ +=
1=,2<* 2$
2
<<,*$+
1=,2<2
t
!n
0eriode ulang
1
Hujan aksimum
),+3$
),&)& 3
),==3 3 $),**)21+3*
),3<<
),&)&
),==3
<$,)&*1+*2+
+=
*$
&
3
&
<<,*$+ +=
1=,2<* 2$
1,$== =
),&)& 3
),==3 3 +<,)$13$13<
1)
<<,*$+ +=
1=,2<* 2$
2,2&) 2
),&)& 3
),==3 3 1)),&=&)&**
2)
<<,*$+ +=
1=,2<* 2$
2,=*) 2
),&)& 3
),==3 3 11$,&<1)3+=
&)
<<,*$+ +=
1=,2<* 2$
3,=)1 =
),&)& 3
),==3 3 132,<33$)<*
1))
<<,*$+ +=
1=,2<* 2$
$,<)&
),&)& 3
),==3 3 1$<,2*1&*&3
2
3
$
&
<
2.<
3
Deb!& Baj!r *e>aa !ebelum menghitung debit, dilakukan trial and error untuk mendapatkan 'n. !etelah melakukan trial didapatkan nilai :1,. -ontoh 0erhitungan "untuk periode ulang &) tahun pada# :
: 1, * : 1, 1)),))-07
: 212,21)-5 2.9
erh!&u#a N!"a! Huja *e>aa '!!mum 0enentuan hujan "5# kala ulang ini digunakan untuk menentukan debit banjir minimum rencana "'# kala ulang 1 tahun "' 2#, 1) tahun "'1)#, 2& tahun "' 2, &) tahun "'&)#, 1)) tahun "'1))#,dan 2)) tahun "'2))#. -ara mendapatkan besarnya hujan dengan kala ulang 1 tahun "52#, 1) tahun "51)#, 2& tahun "52, &) tahun "5&)#, 1)) tahun "51))# ,dan 2)) tahun "52))# adalah sebagai berikut : 0erhitungan -H kala ulang untuk kala ulang 2 tahun# : 5atarata "G#
( +,)&*1=
!
( 2,3)==*
t
( ),3<<&
n
( ),&)&3
!n
( ),==33
-H kala ulang
( 5atarata C !/! n "t @ n#
( +,)&*1= C 2,3)==*/),==33 "),3<<& @ ),&)&3# ( *,*3<3$3&*= Tabe" 2.11 Besarya Huja $*% 0eriode ulang
7o
G
&
<
*
2.10
2
+,)&* 1=
!n
),+3$
$,=<12+))$2
2,3)= =*
),3<< &
),&)& 3
),=== 3
*,*3<3$3&*=
&
+,)&* 1=
2,3)= =*
1,$== =
),&)& 3
),=== 3
1),3&<3)1&<
1)
+,)&* 1=
2,3)= =*
2,2&) 2
),&)& 3
),=== 3
12,)=)<++**
2)
+,)&* 1=
2,3)= =*
2,=*) 2
),&)& 3
),=== 3
13,*&&)3$*<
&)
+,)&* 1=
2,3)= =*
3,=)1 =
),&)& 3
),=== 3
1&,=)+*$$*
1))
+,)&* 1=
2,3)= =*
$,<)&
),&)& 3
),=== 3
1*,&3$)2$*=
3
2,3)= =*
n
),=== 3
2
1
+,)&* 1=
t
),&)& 3
1
$
!
Hujan aksimum
Deb!& Ada"a !ebelum menghitung debit, dilakukan trial and error untuk mendapatkan 'n. !etelah melakukan trial didapatkan nilai :1,. -ontoh 0erhitungan "untuk periode ulang 1 tahun pada# :
: 1, * : 1, -,912<00-2
: 7,9)<0-<1
SI'=LAN
1.
Dari hasil perhitungan -N,-! dan -K yaitu ),2++<&2&)=, ),)21$1$2<= dan ),*+*)&=)1+ diatas lalu dibandingkan dengan syarat yang ada pada masing masing disribusi peluang, maka distribusi peluang yang dipakai adalah distribusi 8umbel ,uji -hi kuadrat, dan Der Jeduwen.
2. Dari hasil analisis hujan rencana pada bab diperoleh besarnya hujan dengan kala ulang 1 tahun "5 1#, 2 tahun "52#, & tahun "5, 1) tahun "51)#, 2& tahun "52, &) tahun "5&)#, 1)) tahun "51))#. 9esar kala ulang 1 tahun S 2 tahun S & tahun S 1) tahun S 2& tahun S &) tahun S 1)) tahun . DA3TA* =STAA riatmodjo, 9ambang. 2))+. Hidrologi Terapan. 9eta OXset: ogyakarta.
%ata cara untuk *enentukan debit andalan )eiacrush 7ntuk menentukan debit andalan, dapat digunakan beberapa metode, hal ini tergantung dari data yang tersedia. Data tersebut bisa berupa data hujan tengah bulan atau debit sungai tengah bulan atau bulanan. 6ika kedua data tersebut tersedia, maka dapat diambil salah satu saja. 6ika ada data banjir prosedurnya dengan analisa probabilitas data debit sedang jika menggunakan data curah hujan tengah bulanan atau bulanan maka prosedurnya adalah sebagai berikut
#. Tentukan stasiun hujan yang berpengaruh di daera h aliran tersebut . $atat data hujan tengah bulanan atau bulanan pada rentang "aktu yang dikehendaki *. 3itung curah hujan rata-rata daerah 8. &entran%ormasikan data curah hujan daerah menjadi debit sesuai metode yang dikuasai (&ock, 4reca, imple 2ater Balance '. Analisis distribusi %rekuensi untuk menentukan tahun atau bulan dasar rencana sesuai dengan metode dan tingkat keandalan yang dikehendaki. ;. Analisis basic month+Basic year diuraikan sebagai berikut. - 3asil perhitungan debit. - 6umlahkan semua data. - 7rutkan data tersebut dari besar ke kecil. <. 3itung probabilitasnya dengan rumus !( #)) dengan, ! probabilitas kejadian (
m nomor urut data n jumlah data dalam analisis (bulan 7rutkan data sesuai dengan probabilitas dari ter kecil ke terbesar, pilih besarnya harga debit sesuai dengan tingkat probabilitas yang dikehendaki (dapat menggunakan interpolasi atau khusus untuk probabilitas keberhasilan C) dapat dengan rumus QC) ),C#.d dengan, rata-rata data d standart deEiasi C. 5n%romasi debit andalan dapat ditentukan setiap satuan data yang dihitung (misalkan tengah bulan atau bulanan B. $ara untuk menentukan debit banjir rencana 7ntuk menentukan debit banjir rencana, dapat digunakan beberapa metode, hal ini tergantung dari data yang tersedia. Data tersebut bisa berupa data debit sungai harian atau data curah hujan harian. 6ika kedua data tersebut tersedia, maka dapat diambil salah satu saja. 6ika ada data banjir prosedurnya dengan analisa %rekuensi data debit sedang jika menggunakan data curah hujan harian maka prosedurnya adalah sebagai berikut :angkah-langkah perhitungan adalah #. Ditentukan stasiun hujan saat terjadi curah hujan harian maksimum. . Dicari besarnya curah hujan pada tanggal yang sama untuk stasiun hujan lainnya. *. Dengan salah satu metode misalkan poligon Thiessen dihitung rerata curah hujan tersebut. 8. Ditentukan curah hujan maksimum harian (seperti langkah no # pada tahun yang sama untuk stasiun hujan yang lain. '. 7langi langkah no. sampai no. * untuk setiap tahun. ;. Dari hasil rata-rata Thiessen pilih salah satu tertinggi pada setiap tahun. <. Data curah hujan yang terpilih setiap tahun itu merupakan hujan daerah harian maksimum. C. &enghitung besarnya curah hujan rata-rata (Fn. G. &enghitung curah hujan rerata tanpa memasukkan data-data hujan yang maksimum (Fnm. #). &enghitung simpangan baku (n. ##. &enghitung simpangan baku tanpa memasukkan data-data hujan yang maksimum (nm. #. &encari harga %aktor koreksi Fn. #*. &encari harga koreksi n. #8. &encari harga %aktor koreksi n dan Fn. #'. &enghitung F terkoreksi Fn. #;. &enghitung n terkoreksi n. #<. &encari harga /m. #C. &enghitung $urah hujan rencana. #G. &encari %aktor reduksi luas DA. ). &encari %aktor reduksi yang dipengaruhi oleh lamanya pencatat curah hujan. #. &enghitung Debit dengan salah satu metode yang diusulkan misalkan gama #.
R./"")" 1!DRL3! 1H/A>AA 35D1I:I05 1angkuman, 7T ) April )# • Terdapat banyak surah dalam Al-Quran yang menyebutkan dan atau menjela skan tentang siklus hidrologi+ siklus air, diantaranya Q. #' ayat , Q. * ayat #C, Q. *' ayat G#, Q. *G ayat #, Dan sebagainya. Berikut ini adalah salah satu dari surah diatas, yaitu Q. * ayat #C, Artinya Dan /ami menurunkan air dari langit dengan suatu ukuranJ lalu kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti kami berkuasa melenyapkannya.
• !engertian iklus 3idrologi ir yang menguap dari permukaan tanah, laut dan sungai terangkat keatas akibat perbedaan temperatur yang sangat tinggi, kemudian bercampur dengan debu dan partikelpartikel lain membentuk awan yang akan terus mengalir dimana temperatur udara lebih rendah yang akhirnya terkondensasi dan dapat membentuk awan hujan "mendung#. !elanjutnya dari awan menurunkan hujan yang jatuh ke permukaan bumi, sebagian terhalang oleh tumbuhan, sebagian masuk ke permukaan tanah, dan sebagian langsung masuk ke sungai, selanjutnya mengalir kembali ke laut sehingga tercipta siklus hidrologi.
6nsurunsur !iklus Hidrologi a Perkolasi yaitu proses berubahnya air menjadi uap air karena pengaruh sinar + radiasi matahari b Rembesan (Infiltrasi) yaitu proses meresapnya air kedalam tanah karena tanah yang bersangkutan mempunyai porositas + pori-pori +permiabel c Intersepsi yaitu proses tertahannya air oleh tumbuh-tumbuhan + tanam-tanaman sebelum air tersebut jatuh keatas permukaan tanah d Angin yaitu udara yang bergerak sejajar permukaan bumi atau pergerakan massa udara dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah e Kondensasi yaitu proses pendinginan uap air sehingga mengalami sublimasi kembali menjadi butiran air, es+salju % Aliran Permukaan (Runn Off) yaitu aliran air diatas permukaan tanah menuju tempat yang lebih rendah g Tampungan (Retensi) yaitu air hujan yang tertahan di daratan baik pada sebuah cekungan (danau maupun air tanah h Hujan (Prespirasi) yaitu proses jatuhnya hasil kondensasi uap air berupa massa air, es atau salju dari atmos%er ke daratan ataupun ke laut i Daerah Aliran ungai (DA) yaitu suatu sungai apabila semua curah hujan yang jatuh di daerah tersebut akan menyebabkan terjadinya aliran permukaan sungai yang bersangkutan j !"aporasi yaitu proses berubahnya air menjadi uap air akibat radiasi matahari k
Transpirasi yaitu berlangsungnya proses penguapan akibat proses metabolisme tumbuhan (%otosintesis
• &etode+ Kormula Talbot
Dimana 5 5ntensitas curah hujan (mm+jam t lamanya curah hujan a dan b konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang terjadi di daerah aliran dan dapat dicari sbb $ontoh Tabel perhitungan persamaan 5DK untuk T ' tahun memakai #etode Talbot adalah sbb #
'
<#.
#*';
<*'8G.8
*;<<8<.
#)
#G*.C
#G*C
*<''C.8
*<''C8.8
*
#'
#;'.
8
<G#.)
8)G*;'.;
8
)
#<8.)
*8C)
*)<;.)
;)'')
'
8'
C<.<
*G8C
<;G<.#
*8;*<#.
;
;)
<8.*
88'C
'').'
**#G.8
<
#)
8*.8
')
#C
'');.<
C
#C)
*#.)
''C)
G;#.)
#<GC)
G
*;)
#C.
;'8;
**).;
##G)C.#
#)
<)
##.;
C*'
#*8.;
G;CC*.
0705
9998
8:;75;<
90:02:58
$
!5t
!25t
t #*enit$
6u*lah #
!
!2
45
Dari metode Talbot diperoleh persamaan 5ntensitas untuk tahun ulang T ' tahun, yaitu
ehingga untuk masing-masing durasi hujan diperoleh besaran sbb
ehingga untuk masing-masing durasi hujan diperoleh besaran sbb • HEapotranspirasi &etode Thorn"aite • &etode Thornth"aite 1umus
#. $ontoh soal (eEapotranspirasi model Thornth"aite /ita akan menghitung eEapotranspirasi potensial cara Thornth"aite untuk bulan 6uli #G8< dengan suhu rata-rata bulanan sebesar *) o$. Dari pengamatan bertahun-tahun didapat suhu rata-rata bulanan, yang dengan demikian dapat dihitung indeks panasnya seperti berikut ulan # * 8 ' ; < C G #) ## # 6u*lah
6a"ab Dik
Dit 6a"ab
to 5 a a Hp ?
tro -' ) ' G #* #< #G #< #* G ' )
! atau ),)) ),)) #,)) ,8* 8,' ;,*C <,'' ;,*C 8,' ,8* #,)) ),)) 9:,<7
*)o$ indeks panas total *',;< ;<' #)-G 5* <<# #) -< 5 L #
!osted by 3andy 3amdany at ');)) A&
P.R1!%>43"4 M.%D. !4%.4)!%") >R"1 1>6"4 alah satu metode $ang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran pun%ak (debit banjir atau debit ren%ana) $aitu #etode Rasional &' (*+), #etode ini digunakan untuk daerah $ang luas pengalirann$a kurang dari +-- ha (.oldman et,al,/ 01/ dalam uripin/ 2--3), #etode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bah4a %urah hujan $ang terjadi mempun$ai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan 4aktu konsentrasi (t %), Persamaan matematik #etode Rasional adalah sebagai berikut 5
67-/2*0,',I,A dimana Debit (m*+detik /onstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km ),
permukaan tanah $ang berbeda (subarea)/ sehingga koefisien pengaliran untuk masing8masing subarea nilain$a berbeda/ dan untuk menentukan koefisien pengaliran pada 4ila$ah tersebut dilakukan penggabungan dari masing8masing subarea, 9ariabel luas subarea din$atakan dengan A j dan koefisien pengaliran dari tiap subarea din$atakan dengan ' /j maka untuk menentukan debit digunakan rumus sebagai berikut 5
M dimana 6 Debit (m*+detik ' j /oe%isien aliran subarea I 5ntensitas curah hujan selama "aktu konsentrasi (mm+jam A j :uas daerah subarea (km Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase, debit rencana sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya dapat ditampung oleh sebuah drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan teralirkan. Ike kita masuk ke intinya, metode yang biasa digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan adalah sebagai berikut •Metode Mononobe
M dimana I
5ntensitas curah hujan (mm+jam
t
:amanya curah hujan + durasi curah hujan (jam
R23
$urah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari tahapan sebelumnya (tahapan analisis %rekuensi /eterangan + • R23 , dapat diartikan sebagai %urah hujan dalam 23 jam (mm:hari) $ontoh kasusnya seperti ini, jika anda ingin mengetahui intensitas curah hujan dari data curah hujan harian selama ' menit, pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika diketahui curah hujan selama satu hari bernilai '; mm+hari
M
/et +
7bah satuan "aktu dari menit menjadi jam. $ontoh durasi selama ' menit menjadi durasi selama '+;) atau selama ),C** jam. 0ampang kan bagaimana cara mendapatkan intensitas curah hujan dari curah hujan harian. ekarang kita masuk ke metode kedua, yaitu •Metode 'an reen Berdasarkan penelitian 5r. =an Breen di 5ndonesia, khususnya di !ulau 6a"a, curah hujan terkonsentrasi selama 8 jam dengan jumlah curah hujan sebesar G) dari jumlah curah hujan selama 8 jam ( Anonim dalam #elinda/ 2--*), !erhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan &etode =an Breen adalah sebagai berikut
M
dimana I T 5ntensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun RT Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm+hari Ike, dengan nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam &etode &ononobe, maka perhitungan intensitas curah hujan dengan &etode =an Breen, menghasilkan nilai sebagai berikut
M 7dah liat kan, ternyata nilai intensitas curah hujan selama ' menit dengan nilai curah hujan harian mencapai '; mm+hari dengan menggunakan &etode =an Breen, nilainya lebih besar dibandingkan dengan perhitungan intensitas curah hujan menggunakan &etode &ononobe. Ike, metode ketiga adalah sebagai berikut •Metode 1as?ers dan Der @eduAen &etode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan atas dasar anggapan bah"a curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan durasi curah hujan lebih kecil dari # jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari # sampai 8 jam ( #elinda/ 2--* !erhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan &etode 3aspers N der 2edu"en adalah sebagai berikut
M dimana I R/ Rt t
5ntensitas curah hujan (mm+jam $urah hujan menurut 3aspers dan Der 2edu"en Durasi curah hujan (jam $urah hujan harian maksimum yang terpilih (mm+hari ;t Dengan nilai contoh yang sama, akan tetapi dengan ditambah dengan durasi ;) menit
>ups, yang terakhir ini agak ribet dikarenakan metode ini mempunyai dua persamaan yang berbeda tergantung durasi yang akan dicari. Ih, iya intensitas curah hujan sendiri dapat diartikan sebagai berikut