MAKALAH
Coronary Artery Disease ( Penyakit Jantung Koroner)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawaan Medikal Bedah 1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
Jl. Trunojoyo No. 16 Panggungrejo, Kepanjen-Malang
PEMKAB MALANG
Bab 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Penyakit jantung dan stroke, yang tergolong dalam penyakit
kardiovaskular (PKV), adalah pembunuh nomor satu diseluruh dunia. Lebih
dari 80% kematian akibat PKV terjadi dinegara – negara berpenghasilan
rendah dan menengah, dan semakin banyak menimpa populasi usia dibawah 60
Tahun, yaitu usia produktif. Kondisi ini tentu berdampak buruk terhadap
perekonomian negara- negara tersebut (Lily l. Rilantono, 2012). Penyakit
jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan
pada manusia. Penyakit ini dipengaruhi oleh tingginya kadar kolestrol,
banyak terjadi pada individu dengan kelas ekonomi menengah atas. Hal ini
dipengaruhi oleh aktifitas fisik dan makanan yang menjadi faktor penting
penentu kadar kolesterol individu. Gaya hidup masyarakat kerja, dewasa
ini lebih cenderung mengejar hal – hal yang bersifat praktis, termasuk
didalamnya jenis makanan yang dikonsumsi. Meskipun tindakan pencegahan
sudah dilakukan seperti pengaturan makanan atau diet (Hermawatirisa,
2014: hal 2). Menurunkan kolestrol dan perawatan berat badan, diabetes
dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama
kesehatan. masalah utama pada jantung koroner adalah aterosklerosis
koroner dianggap sebagai proses pasif. Karena sebagian besar dihasilkan
oleh kolestrol yang berada pada dinding arteri (Yuet Wai kan, 2010).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit
jantung koroner merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh
faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden CAD mencapai nol maka
dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2000).
Berdasarkan diagnosis dokter, prevelensi penyakit jantung koroner di
Indonesia tahun 2013 sebesar 0.5 % atau diperkirakan sekitar 883.447
orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1.5% atau
diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter,
estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di
provinsi jawa barat sebanyak 160.812 orang (0.5%), sedangkan provinsi
maluku utara memilki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak
1.436 orang (0.2%). Berdasarkan diagnosis/gejala estimasi jumlah
penderita penyakit jantung koroner terbanyak pertama terdapat di
provinsi jawa timur sebanyak 375.127 orang (1.3%), sedangkan jumlah
penderita paling sedikit ditemukan di provinsi papua barat, yaitu
sebanyak 6.690 orang (1.2%). Melihat prevelensi yang semakin banyak itu,
kami membuat makalah ini agar pembaca memperoleh pengetahuan tentang
bahaya dan risiko bila telah terjangkit penyakit ini, dan berusaha
mencegahnya dengan pola hidup sehat.
Selaras dengan materi KMB 1 yang membahas mengenai oksigenasi. Dalam
klasifikasi penyakit jantung koroner juga terdapat kondisi penyakit
jantung koroner yang berkaitan dengan oksigenasi yaitu Angina pektoris
stabil / stable Angina Pectoris, yaitu penyakit iskemik disebabkan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokard. Ditandai
oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium melebihi
suplainya. Iskemia miokard dapat bersifat asimtomatis (iskemia sunyi),
terutama pada pasien diabetes. Penyakit ini sindrom klinis episodik
karena iskemia miokard transien. Laki – laki merupakan 70 % dari pasien
dengan Angina pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki –
laki ± 50 tahun dan wanita 60 tahun ( Putra S, DKK,013: hal 4)
2. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien Coronary Artery Disease ?
3. Tujuan penulisan
Mahasiswa memahami konsep penyakit jantung koroner dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Coronary Artery Disease (CAD).
4. Manfaat penulisan
1. Memberikan informasi kepada pembaca untuk mengatahui seperti apa
penyakit jantung koroner (cornery artery disease) itu.
2. Menambah pengetahuan kita mengenai etiologi, gejala, manifestasi
klinis penyakit jantung koroner (cornery artery disease).
3. Memberi wawasan dan pengetahuan kepada calon tenaga keperawatan dalam
menangani penderita penyakit jantung koroner (cornery artery disease)
ketika telah berada dilapangan atau rumah sakit.
4. Lebih berhati- hati dalam menjalankan pola hidup dengan menghindari
apa saja yang menjadi pemicu penyakit jantung koroner.
Bab II
KONSEP PENYAKIT JANTUNG KORONER
2.1 KONSEP MEDIS
2.1.1 Pengertian Penyakit Jantung Koroner
American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung
koroner adalah istilah untuk penumpukan plak di arteri jantung yang
dapat menyebabkan serangan jantung, penumpukan plak pada arteri koroner
ini disebut dengan aterosklerosis (AHA, 2012 hal:14). Penyakit jantung
koroner (CAD) merupakan keadaan dimana terjadi penimbunan plak pembuluh
darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau
tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah otot
jantung dengan membawa oksigen yang banyak, terdapat beberapa faktor
memicu penyakit ini, yaitu : gaya hidup, faktor genetik, usia, dan
penyakit penyerta yang lain. (Norhasimah, 2010:hal 48)
2. Etiologi Penyakit Jantung Koroner
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang
parah, kemampuan jantung mempompa darah dapat hilang. Hal ini dapat
merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dengan kematian
(Hermawatirisa, 2014:hal 2).
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak
kolesterol dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan
menumpuk di bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh
arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi
berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai
pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan
oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung
berkurang. Pembentukan plak dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan
aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung. Proses
pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut dinamakan
arteriosklerosis (Hermawatirisa, 2014: hal 2).
Awalnya penyakit jantung di monopoli olh orang tua. Namun, saat ini
ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien dibawah usia 40
tahun. Hal ini biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup,
kondisi lingkungan dan profesi msyarakat yang memunculkan "tren
penyakit" baru yang bersifat degnaratif. Sejumlah perilaku dan gaya
hidup yang ditemui pada masyarakat perkotaan antara lain mengonsumsi
makanan sip saji yang mengandung kadar lemak lemak jenuh tinggi,
kebiasaan merokok, minuman beralkhohol, kerja berlebihan, kurang
berolahrga dan stress.(Hermawatirisa, 2014:hal 2)
2.1.3 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri
besar dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit,
neutrofil, monosit dan makrofag diseluruh kedalaman tunika inti (lapisan
sel endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri
yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-
arteri sereberal (Ariesty, 2011:hal 6).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjai setelah
cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain,cedera pada sel endotel
meningkatkan permeabelitas trhadap berbagai komponen plasm, termasuk
asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam
arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang
selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty, 2011:hal 6).
Cedera pada sel endotel dapat mncetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit , serta
trombosit kearea cedera, sel darah putih melepaskan sitokin
proinflamtori poten yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih
banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi, enstimulasi proses
pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera,sel darah putih
akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang
bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terutama
terhadap sel darah putih, pada saat menempel dilapisan endotelial,
monosit dan neutrofil mulai berimigrasi diantara sel-sel endotel
keruang interstisial. Diruang interstisial, monosit yang matang menjadi
makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang meneruskan
siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsang ploriferasi
sel otot polos yang mengkibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intimia
(ariesty,2011:hal 6).
selain itu kolestrol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika
intimia karena permeabilitas lapisan endotel meningkat,pada tahap
indikasi dini kerusakan terdapat lapaisan lemak diarteri.apabila cedra
dan inflamasiterus berlanjut,agregasi trombosit meningkat dan mulai
terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian dinding pembuluh diganti
dengan jaringan parut sehinga mengubah struktur dinding pembuluh
darah,hasil akhir adalah peimbunan kolestro dan lemak,pembentukan
deposit jaringan parut,pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit
dan profesional sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan
menyempit.apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat
aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia
(kekurangan suplai) miokardium dan sel-sel miokardium sehingga
menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses
pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat sehingga menurunkan pH miokardium dan
menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan
dan iskemi miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot
jantung yang dikenal sebagai miokard infark. Patofisiologis Penyakit
Jantung Koroner zat masuk arteri. Arteri Proninflamatori Permeabelitas
Reksi inflamasi Cedera sel endotel sel darah putih menempel di arteri
imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku &sempit aliran darah
Pembentukan Trombu monosit 4 makrofag lapisan lemak sel otot polos
tumbuh nyeri Asam laktat terbentuk MCI Kematian. (Ariesty, 2011 :hal 6).
Patwhay
Bagan 1 : patologi penyakit jantung koroner
4. Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner
Menurut, Hermawatirisa 2014 : hal 3, Gejala penyakit jantung koroner
1. Timbulnya rasa nyeri didada ( Angina Pectoris)
2. Sesak nafas (Dispnea)
3. Keanehan pada irama denyut jantung
4. pusing
5. Rasa lelah berkepanjangan
6. Sakit perut, mual dan muntah
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang
berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan
pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita,
riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi
saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat
membedakan subset klinis CAD.
5. Klasifikasi penyakit jantung koroner
Faktor risiko terjadinya penyakit jantung antara lain:
Hiperlipidemi, hipertensi, merokok, diabetes mellitus, kurang aktifitas
fisik, stress, jenis kelamin, Obesitas dan genetik.
Menurut, ( Putra S, DKK, 2013 : hal 4 ) klasifikasi CAD :
1. Angina pektoris stabil / stable Angina Pectoris
Penyakit iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen mlokard. Ditandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika
kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia miokard
dapat bersifat asimtomatis (iskemia sunyi), terutama pada pasien
diabetes. Penyakit ini sindrom klinis episodik karena iskemia miokard
transien. Laki – laki merupakan 70 % dari pasien dengan Angina
pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki – laki ± 50
tahun dan wanita 60 tahun.
2. Angina Pektoris Tidak Stabil / Unstable Angina Pectoris
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh
disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis
yang menurunkan aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan
frekuensi, intensitas atau lama nyeri, Angina timbul pada saat
melakukan aktivitas ringan atau istirahat, tanpa terbukti adanya
nekrosis miokard.
a. Terjadinya saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya
berlangsung > 10 menit
b. Sudah parah dan onset baru ( dalam 4-6 minggu sebelumnya), dan
c. Terjadinya dengan pola crescendo (jelas lebih berat,
berkepanjangan, atau sering dri sebelumnya).
3. Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke
otot jantung (iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri
koroner yang signifkan. Namun dua pertiga dari orang dengan Angina
Varian menpunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh,
dan kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak
umum dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat – sewaktu
tidur. Anda mempunyai risiko meningkat untuk kejang koroner jika anda
mempunyai : penyakit koroner yang mendasari, merokok, atau
menggunakan obat perangsang atau obat terlarang (seperti kokain).
Jika kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu
panjang, serangan jantung bisa terjadi.
4. Infark Miokard Akut / Acute Myocardial Infarction
Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri koronaria
yang bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena trombus
atau spasme hebat yang berlangsung lama. Infark Miokard terbagi 2 :
a. Non ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI)
b. ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)
6. Komplikasi Penyakit jantung Koroner
Menurut, (Karikaturijo, 2010 : hal 11) komplikasi CAD adapun komplikasi
CAD adalah
1. Disfungsi ventricular
2. Aritmia pasca STEMI
3. Gangguan hemodinamik
4. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST tanpa
Elevasi ST Infark miokard Angina tak stabil.
5. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
6. Syok kardiogenik
7. Gagal jantung kongestif
8. Perikarditis
9. Kematian mendadak (karikaturijo, 2010: hal 11)
1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis. (
Wantiyah,2010:hal 17)
2. Keluhan utama
Pasien CAD biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan
skala nyeri 0-10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri paling tinggi.
Pengkajian nyeri secara mendalam menggunakan pendekatan PQRST,
meliputi prepitasi dan penyembuh, kualitas dan kuantitas,
intensitas, durasi, lokasi, radiasi/penyebaran,onset. (
Wantiyah,2010:hal 18)
3. Riwayat kesehatan lalu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada klien antara
lain apakah klien pernah menderita hipertensi atau diabetes melitus,
infark miokard tau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya.
Serta ditanyakan apakah pernah MRS sebelumnya. ( Wantiyah,2010:hal
17)
4. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk
membantu klien dalam mengutamakan masalah keluhannya secara lengkap.
Pada klien CAD umumnya mengalami nyeri dada. ( Wantiyah,2010:hal
18)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita
penyakit jantung koroner. Riwayat penderita CAD umumnya mewarisi
juga faktor- faktor risiko lainnya. Seperti abnormal kadar
kolestrol, dan peningkatan tekanan darah. (A.Fauzi Yahya 2010: hal
28)
6. Riwayat psikososial
Pada klien CAD biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit
jantung koroner adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah,
ketergantungan, depresi dan penerimaan realistis. (
Wantiyah,2010:hal 18)
7. Pola aktivitas dan latihan
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pda pasien dengan penyakit
jantung koroner untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam
melakukan aktivitas. Pasien penyakit jantung koroner mengalami
penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari – hari.
(Panthee & Kritpraha, 2011 : hal 15)
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjutkan mengukur tanda – tanda vital. Kesadaran klien
juga diamati apakah kompos mantis, apatis, samnolen, delirium,
semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang,
berat, ringan atau tampak tidak sakit.
b. Tanda – tanda vital
c. Pemeriksaan fisik persistem
1. Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil,
pergerakan seluruh ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon
verbal maupun non verbal. (Aziza,2010:hal 13)
2. Sistem penglihatan, pada klien CAD mata mengalami pandangan
kabur. (Gondor, 2015:hal 22)
3. Sistem pendengaran, pada klien CAD pada sistem pendengaran
telinga, tidak mengalami gangguan. (Gondor, 2015:hal 22)
4. Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati
(Gondor, 2015:hal 22)
5. Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara
dinit tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan
oksigenasi. Pengkajian meliputi persentase fraksi oksigen,
volume tidal, frekuensi pernapasan dan modus yang digunakan
untuk bernapas. Pastikan posisi ETT tepat pada tempatnya,
pemeriksaan analisa gas darah dan elektrolit untuk mendeteksi
hipoksemia (Aziza,2010:hal13)
6. Sistem kardiovaskuler, pengkajian dengan teknik inspeksi,
auskultrasi, palpasi, dan perkusi perawat melakukan pengukuran
tekanan darah; suhu;denyut jantung dan iramanya; pulsasi
prifer; dan temperatur kulit. Auskultrasi bunyi jantung dapat
menghasilkan bunyi gallop S3 sebagai indikasi gagal jantung
atau adanya bunyi gallop S4 tanda hipertensi sebagai
komplikasi. Peningkatan irama napas merupakan salah satu tanda
cemas atau takut (Wantiyah, 2010: hal 18)
7. Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal
meliputi aukultrasi bising usus, palpasi abdomen (nyeri,
distensi). (Aziza,2010:hal13)
8. Sistem muskuluskeletal, pada klien CAD adanya kelemahan dan
kelelahan otot sehingga timbul ketidakmampuan melakukan
aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang biasanya
dilakukan. (Aziza,2010:hal13)
9. Sistem endokrin, biasanya terdapat peningkatan kadar gula
darah. (Aziza,2010:hal13)
10. sistem integumen, pada klien CAD akral terasa hangat, turgor
baik. (Gondon, 2015:hal 22)
11. sistem perkemihan, kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri
pada daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen
bawah untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang
jenis cairan yang keluar. (Aziza,2010:hal13)
9. Pemeriksaan penunjang
Untuk mendiagnosa CAD secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan
penunjang diantaranya :
1. EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis.
2. Chest X-Ray (foto dada) thorax foto mungkin normal atau aanya
kardiomegali, CHF (gagal jantung kongestif) atau aneurisma
ventrikiler (Kulick, 2014 :hal 42)
3. Latihan tes stres jantung (treadmill)
Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak
digunakan untuk mendiagnosa CAD , ketika melakukan treadmill detak
jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus – menerus
dipantau, jika arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat
melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil
rekaman (Kulick, 2014 :hal 42)
4. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gamba
jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua bagian
dari dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas memompa.
Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan
jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin
menunjukkan penyakit arteri koroner ( Mayo Clinik,2012 hal 43)
5. Kateterisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif
minimal dengan memasukkan keteter (selang/pipa plastik) melalui
pembuluh darah ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi
jantung, prosedur ini disebut kateterisasi jantung. Penyuntikan
cairan khusus ke dalam arteri atau intravena ini dikenal sebagai
angiogram, tujuan dari tindakan keteterisasi ini adalah untuk
mendiagnosa dan sekaligus sebagai tindakan terapi bila ditemukan
adanya suatu kelainan( Mayo Clinik,2012 hal 43).
6. CT scan (Computer tomography Coronary angiogram)
Yakni pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu
memvisualisasikan arteri kooner dan suatu zat pewarna kontras
disuntikkan melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat
menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut sebagai
ultrafast CT scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam
deposito lemak yang mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah
besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan terjadinya CAD ( Mayo
Clinik,2012 hal 43).
7. Magnetic resonance angiography
Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan
dengan penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk
mendiagnosa adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun
pemeriksaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung (
Mayo Clinik,2012 hal 44).
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut, Hermawatirisa, 2014:hal 12
a. Hindari makanan kandungan kolesterol tinggi
Kolestrol jahat LDL dikenal sebagai penyebab utama terjadinya
proses aterosklerosis, yaitu proses pengerasam dinding pembuluh
darah, terutama dijantungm otak, ginjal, dan mata.
b. Konsumsi makanan yang berserat tinggi
c. Hindari mengonsumsi alkohol
d. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok
e. Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL, kolestrol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga CAD dapat dikurangi.
f. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian o2 ke miokard
g. Menggunakan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih
berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
h. Menurunkan tekanan darah
i. Meningkatkan kesegaran jasmani
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau
digambarkan dengan istilah seperti (internasional asosiation for the
study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
a. Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan
isyarat
b. Posisi untuk menghindari nyeri
c. Perubahan tonus otot
d. Perubahan tekanan darah, pernafasan, atau nadi, dilatasi pupil
e. Perubahan selera makan
f. Perilaku distrasi
g. Perilaku ekspresif
h. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
i. Fokus menyempit
j. Bukti nyeri yang dapat diamati
k. Berfokus pada diri sendiri
l. Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :
Agens- agens penyebab cedera misalnya : biologis, kimia, fisik, dan
psikologis
2. Penurunan curah jantung
Definisi : ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
a. Gangguan frekuensi dan irama jantung
b. Gangguan preload
c. Gangguan afterload
d. Gangguan kontraktilitas
e. Perilaku/emosi
3. Intoleransi aktivitas
Definisi : ketidak cukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau
harus dilakukan.
Batasan karakteristik :
a. Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktifitas melaporkan
keletihan atau kelemahan secara verbal
b. Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon
terhadap aktivitas.
c. Perubahan EKG yang menunjukkan artitmia atau iskemia
Faktor yang berhubungan :
a. Tirah dan baring dan imobilitas
b. Kelemahan umum
c. Ketidakesimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d. Gaya hidup yang kurang gerak
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
Tujuan :
a. Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibutuhkan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-
kadang, sering, atau selalu :
1. Mengenali awitan nyeri
2. Menggunakan tindakan pencegahan
3. Melaporkan nyeri dapat dilakukan
b. Menunjukkan tingkat neri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
indikator berikut (sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada):
1. Ekspresi nyeri pada wajah
2. Gelisah atau ketegangan otot
3. Durasi episode nyeri
4. Merintih dan menangis
5. Gelisah
Kriteria hasil NOC :
a. Tingkat kenyamanan : tingvkat persepsi positif terhadap kemudahan
fisik dan psikologis
b. Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
c. Tingkat nyeri keparahan yang dapat diamati atau dilaporkan
Intervensi NIC :
a. Pemberian analgesik
b. Manajemen medikasi
c. Manajemen nyeri
d. Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien
e. Manajemen sedasi
Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama
untuk mengumpulkan informasi pengkajian
2) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada
skala p sampai 10
3) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh
analgesik dan kemungkinan efek sampingnya
4) Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan
terhadap nyeri dan respon pasien
5) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata kata sesuai usia
dan tingkat perkembangan pasien
6) Manajemen nyeri NIC :
a. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi dan kualitas dan
intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
b. Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan, khususnya pada
mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif
2. Penurunan curah jantung
Tujuan : penurunan curah jantung tidak sensitif terhadap isu
keperawatan. Oleh sebab itu, perawat sebaiknya tidak bertindak
secara mandiri untuk melakukannya ; upaya kolaboratif perlu dan
penting dilakukan.
Kriteria hasil NOC :
a. Tingkat keparahan kehilangan darah : tingkat keparahan pendarahan
/ hemoragi internal atau eksternal
b. Efektifitas pompa jantung : keadekuatan, volume darah yang
diejeksikan dari ventrikel kiri untuk mendukung tekanan perfusi
sistemik
c. Status sirkulasi : tingkat pengaliran darah yang tidak terhambat,
satu arah, dan pada tekanan yang sesuai melalui pembuluh darah
besar aliran sistemik dan pulmonal
d. Perfusi jaringan : organ abdomen : keadekuatan aliran darah
melewati pembuluh darah kecil visera abdomen untuk mempertahankan
fungsi organ
e. Perfusi jaringan : jantung: keadekuatan aliran darah yang
melewati vaskulator koroner untuk mempertahankan fungsi organ
jantung
f. Perfusi jaringan : serebral : keadekuatan aliran darah yang
melewati vaskulatur serebral untuk mempertahankan fungsi otak
g. Perfusi jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah yang
melalui pembuluh darah kecil ekstremitas untuk mempertahankan
fungsi jaringan
h. Perfusi jaringan : pulmonal : keadekuatan aliran darah yang
melewati vaskulatur pulmonal untuk memerfusi unit alveoli /
kapiler
i. Status tanda vital : tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan
darah dalam rentang normal
Intervensi NIC :
a. Reduksi perdarahan
b. Perawatan jantung
c. Perawatan jantung. Akut
d. Promosi perfusi serebral
e. Perawatan sirkulasi : insufisiensi arteri
f. Perawatan sirkulasi : alat bantu mekanis
g. Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena
h. Perawatan Embolus : Perifer
i. Perawatan Embolus : paru
j. Regulasi hemodinamik
k. Pengendalian hemoragi
l. Terapi intravena (IV)
m. Pemantauan Neurologis
n. Manajemen syok : jantung
o. Manajemen syok : volume
p. Pemantauan tanda vital
Aktivitas Keperawatan
Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada
pemantauan tanda – tanda vital dan gejala penurunan cuah jantung.
Pengkajian penyebab yang mendasari (mis. Hipovolemia, disritmia),
pelaksanaan protokol atau program dokter untuk mengatasi penurunan
curah jantung, dan pelaksanaan tindakan dukungan, seperti perubahab
posisi dan hidrasi
a. Pengkajian
1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status
pernapasan, dan status mental
2. Pantau tanda kelebihan cairan (misalnya, edema dependen,
kenaikan berat badan)
3. Kaji toleransi aktivitas pasien dengan mmerhatikan adanya
awitan napas pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung
4. Evaluasi respons pasien terhadap terapi oksigen
5. Kaji kerusakan kognitif
6. Regulasi hemodinamik
a. Pantau fungsi pacemaker, jika perlu
b. Pantau denyut perifer, pengisian ulang kapiler, dan suhu
serta warna ekstremitas
c. Pantau asupan dan haluran, haluran urine, dan berat badan
pasien, jika perlu
d. Pantau resistensi vaskular sistemik dan paru, jika perlu
e. Auskultasi suara paru terhadap bunyi crackle atau suara
napas tambahan lainnya
f. Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung, irama, dan nadi
3. Intoleransi aktivitas
Definisi : ketidak cukupn energi fisiologi atau psikologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau
harus dilakukan.
Tujuan :
a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh
toleransi aktivitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran
fisik, energi psikomotorik, dan perawatan diri : aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKSI)
b. Menunjukkan aktivitas toleransi, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut seberat, disebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan :
1. Saturasi oksigen saat aktivitas
2. Frekuensi pernapasan saat beraktivitas
3. Kemampuan untuk berbicara saat beraktivitas fisik
c. Mendemonstrasikan penghematan energi, yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1 – 15 :tidak pernah, jarang,
kadang kadang, sering atau selalu ditampilkan) :
1. Menyadari keterbatasan energi
2. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
3. Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energy
Kriteria hasil NOC :
a. Toleransi aktivitas respons fisiologis terhadap gerakan yang
memakan energi dalam aktivitas sehari – hari.
b. Ketahanan : kapasitas untuk menyelesaikan aktivitas
c. Penghemat energi : tindakan individu untuk mengelola energi untuk
memulai dan menyelesaikan aktivitas
d. Kebugaran fisik : pelaksanaan aktivitas fisik yang penuh fitalitas
e. Energi psikomotorik : dorongan dan energi individu untuk
mempertahankan aktivitas hidup sehari – hari, nutrisi dan keamanan
personal
f. Perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari – hari ( aksi) :
kemampuan untuk melakukan tugas – tugas fisik yang paling dasar
dan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri dengan atau tanpa
alat bantu.
g. Perawatan diri aktivitas kehidupan sehari – hari instrumental
(AKSI) kemampuan untuk melakukan aktivitas yang dibutuhkan dalam
fungsi dirumah atau komunitas secara mandiri dengan atau tanpa
alat bantu.
Intervensi NIC :
a. Terapi aktivitas : memberi anjuran tentang dan aktivitas fisik,
kognitif, sosial, dan spiritual, yang spesifik untuk meningkatkan
tentang, frekuensi atau durasi aktivitas individu (atau kelompok)
b. Manajemen energi : menggunakan energi untuk mengatasi mencegah
kelelahan dan mengoptimalkan fungsi
c. Menejemen lingkungan : memanipulasi lingkungan sekitar pasien
untuk memperoleh manfaat terapeutik, stimulasi sensorik, dan
pensejahteraan psikologis
d. Terapi latian fisik : mobilitas sendi : menggunakan gerakan tubuh
aktif atau pasief untuk memertahankan atau memperbaiki
fleksibilitas sendi.
e. Terapi latihan fisik : pengendalian otot : menggunakan aktivitas
atau memulihkan gerakan tubuh yang terkontrol
f. Promosi latian fisik : latihan kekuatan : mefasilitasi latian otot
resistif secara rutin untuk mempertahankan dan meningkatkan
kekuatan otot.
g. Bantuan pemeliharaan rumah : membantu pasien dan keluarga untuk
menjaga rumah sebagai tempat tinggal yang bersih, aman, dan
menyenangkan
h. Menejemen alam perasaan : memberi rasa kemanan, stabilitasi
pemulihan, dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam
perasaan baik depresi namun peningkatan alam perasaan
i. Bantuan perawatan diri : membantu individu untuk melakukan AKS
j. Bantuan perawatan diri aksi : membantu dan mengarahkan individu
untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari instrumental
(AKSI) yang diperlukan untuk berfungsi dirumah atau dikomunitas.
Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat
tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan aks dan aksi
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spritual terhadap aktivitas
3. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan
aktifitas
4. Menejemen energi (NIC)
a. Tentukan penyebab keletihan (misalnya, perawatan, nyeri, dan
pengobatan)
b. Pantau respon kardioresparitori terhadap aktivitas
(misalnya, takikardia, disritmia lain lain, dispnea,
diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensi
pernapasan )
c. Pantau respon oksigen pasien (misalnya, denyut nadi, irama
jantung, dan frekuensi pernapasan) terhadap aktivitas
perawatan diri atau aktivitas keperawatan.
d. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber – sumber
energi yang adekuat
e. Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya
waktu tidur dalam jam
Bab III
KASUS PASIEN DENGAN CAD ( Coronery Artery Disease)
Tn. Santoso usia 48 tahun dirawat diruang ICCU dengan keluhan nyeri dada
sebelah kiri, sesak dan berkeringat dngin. Satu tahun terakhir Tn. Santoso
sering merasakan dada kiri terasa panas, menjalar hingga leher dan kepala,
badan terasa sering lemah, jari – jari ekstermitas bawah kadang – kadang
terasa kesemutan. Dan dibawa oleh keluarga ke poli cardio dan diagnosa CAD.
Menurut keluarga, Tn. Santoso mempunyai kebiasaan merokok dan sangat suka
masakan padang dan bakso, untuk bakso Tn. Santoso selalu pesan potongan
gajih / lemak kuah diatasnya. Dua tahun lalu orang tua (ayah) Tn. Santoso
meninggal karena stroke.
Tanda vital - Tekanan Darah 135/90 mmhg
- Nadi 90 x /menit
- RR 18 x/menit
- Suhu 36 0 C
Terapi - Aspilet
- ISDN 3 X 1 menit
- Diazepain 3 x 1
- Captopril 3 x 1
Hasil laboratorium : - Hb 13.6 gr
- leukosit 10.000/mm3
- GDS 65 mg/dl
- Kreatinin 1.22
- Ureum 29
- Uric Acid 7.2 mg / dl
- Trigliserida 263 mg/dl
- kolesterol 205 md / dl
- LDL 134 mg/dl
- HDL 38 mg/dl
Bab IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Berdasarkan kasus pada Bab 3 yakni pasien Coronary Artery Disease, kami
akan membuat Asuhan keperawatannya mulai dari pengkajian, diagnosa dan
intervensi .
1. Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn. Santoso
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SLTA sederajat
Perkerjaan : Penjual emas
Suku / bangsa : Jawa
Status mental : Normal
Tanggal MRS : 23 September 2017
Tanggal pengkajian : 24 September 2017
Nomor registrasi : 233278194
Diagnosa medis : Coronary Artery Disease ( CAD )
Alamat : Jl. Pandean RT 37 RW 06 Sumberpucung
Nama penanggng jawab : Ny. Amira
B. Anamnesa
1. Keluhan utama
1) Saat MRS
Saat masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri,
dan badan terasa lemah
2) Saat pengkajian
Pasien masih mengeluh nyeri dada, sesak napas dan badan terasa
lemah, keringat dingin rasa seperti demam kalau bergerak rasa
nyeri.
2. Riwayat penyakit sekarang
Satu tahun terkahir pasien sering merasakan dada kiri terasa panas,
menjalar hingga leher dan kepala, badan terasa sering lemah, jari-
jari ekstermitas bawah kadang – kadang terasa kesemutan. Dan alasan
masuk rumah sakit karena gejala diatas dan nyeri didada sebelah
kiri.
a. P : waktu tidur malam dan bila terlalu lelah
b. Q : bila berada diruang terbuka
c. R : Dada Sebelah kiri
d. S : skala 0 – 10, berada di skala nomor 7
e. T : bertahap
3. Riwayat penyakit lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
a. Kanak – kanak : panas batuk pilek
b. Pernah dirawat di Wava Husada karena hipertensi
c. operasi : tidak pernah
2) Alergi : -
3) imunisasi : -
4) kebiasaan : merokok, makanan kesukaan masakan padang dan bakso,
untuk bakso selalu pesan gajih kuah diatasnya.
5) Terapi atau obat yang dikonsumsi
1. Aspilet 1 x 2 tablet
2. ISDN 3 x 1 menit
3. Diazepam 3 x 1
4. Captopril 3 x 1
4. Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua pasien yakni ayahnya meninggal dua tahun lalu karena
stroke
5. Pola aktivitas sehari – hari
1) Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
1. Frekuensi makan : 3 kali sehari
2. Berat Badan : 68 kg
3. Tinggi badan : 155 cm
4. Jenis makanan : nasi, sayur, lauk
5. Makanan yang disukai : masakan padang dan bakso
6. Makanan yang tidak disukai : tidak ada
7. Makanan pantang : tidak ada
8. Nafsu makan : normal
9. Perubahan berat badan terakhir : tidak pernah menimbang BB
2) Pola eliminasi
1. Buang air besar
1) Frekuensi : 1 – 2 x perhari
2) Waktu : pagi hari dan malam hari
3) Warna : kuning
4) Konsistensi : lembek
2. Buang air kecil
1) Frekuensi : 5 – 6 per hari
2) Warna : kuning
3) Bau : amoniak
3) Pola tidur dan istirahat
1. Waktu tidur : 21.00 sampa 05.00
2. Lama tidur : 8 jam
3. Kebiasaan penghantar tidur : tidak ada
4. Kebiasaan tidur : memakai bantal lebih dari 2
5. Kesulitan dalam hal tidur : isomnia bila banyak pikiran
4) Pola aktifitas dan latihan
1. Kegiatan dalam pekerjaan : banyak duduk
2. Olahraga
1) Jenis : jalan kaki
2) Frekuensi : tidak tentu
3. Kegiatan diwaktu luang : wisata kuliner
4. Kesulitan dalam hal tertentu : tidak ada, tapi mudah merasa
lelah
5) Pola bekerja
1. Jenis pekerjaan : ringan, lama 15 tahun
2. Jumlah jam kerja : 08.00 – 16.00, lama : 8 jam
3. Jadwal kerja : setiap hari
4. Lain – lain : tidak ada
6) Pola kebersihan lingkungan
1. Kebersihan : cukup bersih
2. Bahaya : tidak ada
3. Polusi : jalan besar dan tempat sampah
6. Aspek psikososial
1. Pola pikir dan persepsi
1) Alat bantu yang digunakan : kaca mata
2) Kesulitan yang dialami : sering pusing
2. Persepsi diri
1) Hal yang amat dipikirkan saat ini : apakah penyakitnya dapat
disembuhkan apa tidak ?
2) Harapan setelah menjalani perawatan : ingin merbah semua
kebiasaan yang menggangu kesehatannya
3) Perubahan yang dirasa setelah sakit : seua kebiasaan dibatasi
3. Suasana hati : cemas, pasrah dengan penyakitnya
Rentang perhatian : sangat rentang
4. Hubungan / komunikasi :
1) Bicara : jelas, bahasa utama : Indonesia, bahasa daerah : jawa
2) Tinggal bersama : istri dan 2 orang anak
3) Kehidupan keluarga
1. Adat yang dianut : jawa
2. Pembuatan keputusan : sendiri, kadang dibantu istri
3. Pola komunikasi : baik
4. Keuangan : memadai
5. Kesulitan dalam keluarga : tidak ada
4) Yang dilakukan jika stress : marah
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Keadaan pasien saat MRS lemah, dan mengeluh dada sebelah kirinya
sakit sedangkan nafasnya tidak teratur. Tingkat kesadaran pasien
normal.
b. Tanda – tanda vital
1. Tekanan darah : 135 / 90 mmHg
2. Nadi : 90 x / menit
3. RR : 18 x / menit
4. Suhu : 360 C
c. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bentuk bulat lonjong, keluhan yang berhubungan : pusing
b. Mata
1. Ukuran pupil : isokor
2. Reaksi terhadap cahaya : baik
3. Akomodasi : baik
4. Bentuk : simetris
5. Konjungtiva : tidak anemis
6. Fungsi penglihatan : terganggu
7. Tanda tanda radang : tidak ada
8. Pemeriksaan mata terakhir : klien memakai kacamata
c. Hidung
1. Reaksi alergi : tidak ada
2. Pernah mengalami flu : pernah
3. Frekuensi dalam setahun : 3 x setahun
4. Sinus : -
5. Pendarahan : tidak ada
d. Mulut dan tenggorokan
1. Gigi geligi
2. Kesulitan / gangguan pembicaraan : tidak
3. Kesultan menelan : tidak
4. Pemeriksaan gigi terakhir : tidak pernah
e. Pernafasan
1. Suara paru : wheezing
2. Pola nafas : tidak teratur
3. Batuk : tidak menentu
4. Sputum : -
5. Nyeri : -
6. Kemampuan melakukan aktifitas : terbatas
f. Sirkulasi
1. Nadi perifer : cukup
2. Capilary refiling : kurang dari 3 detik
3. Distensi vena jugularis : tidak ada
4. Suara jantung : aritmia
5. Suara jantung tambahan : -
6. Irama jantung (monitor) : -
7. Perubahan warna kulit : tidak tampak
8. Monitoring hemodinamika : CVP : tidak dipasang
g. Nutrisi
Jenis diet : Tinggi kalori, tinggi protein, nafsu kurang, rasa
mual : kadang – kadang, muntah, intake cairan : per oral 1000 –
1500 cc/24 jam
h. Eliminasi
Pola rutin : BAB penggunaan laksantia : -, colostomy :-,
ileostomy : -, konstipasi : +
Pola rutin : BAK, inkontinensia : -, infeksi : ginjal, hematuria
: -, cateter : -, urine out put : 750 – 1000 cc / 24 jam
i. Reproduksi
Pemeriksaan sendiri : -
Prostat : normal
Penggunaan kateter : -
j. Neurologis
Tingkat kesadaran : compas mentis, orientasi : baik, koordinasi :
kurang, pola tingkah laku : masih dalam batas normal, riwayat
epilepsi/kejang, perkiraan : -, refleksi : baik, kekuatan
menggenggam : menurun, pergerakan ekstremitas : terbatas
k. Muskuloskeletal
Nyeri : sendi : -, pola latihan gerak : berkurang, kelakuan :
normal
l. Kulit
Warna : sawo matang, turgor : normal, integritas : dalam batas
normal
d. Pemerikasaan penunjang
1) pemeriksaan laboratorium ( 24 September 2017 )
1. Hb : 13.6 gr
2. Leukosit : 10.000 / mm3
3. GDS : 65
4. Kreatinin : 1.22
5. Ureum : 29
6. Uric acid : 7.2 mg/dl
7. Trigliserida : 263 mg / dl
8. Kolestrol : 205 md / dl
9. LDL : 134 mg / dl HDL : 38 mg / dl
ANALISA DATA
"Karakeristik data "Kemungkinan "Masalah "
" "penyebab " "
"Data subyektif : "Menurunnya "Penurunan "
"Klien mengeluh lemah, cepat "kontraksi jantung "cardiac output "
"lelah, sesak napas, sulit " "sehubungan "
"melakukan aktifitas karena " "dengan penurunan"
"lelah, terasa berdebar – debar. " "kontraksi "
"Sering terbangun pada malam hari" "myocard "
"karena sesak dan nyeri dada " " "
"Data obyektif : " " "
"Tensi 135 /90, nadi 90 x/menit, " " "
"ireguler, kulit dingin, capplary" " "
"refilll kurang dari 3 detik, CTR" " "
"60 % " " "
"Data subyektif : "Ketidakseimbangan "Tidak toleransi "
"Klien mengeluh sesak bila bangun"antara suplai dan "terhadap "
"dari posisi tidur "kebutuhan akan "aktivitas "
"Data obyektif : "oksigen "sehubungan "
"Berkeringat dingin bila merubah " "dengan "
"posisi dari tidur langsung duduk" "ketidakseimbanga"
" " "n antara "
"Tanda vital setelah bangun dari " "kebutuhan dan "
"tempat tidur : " "suplai oksigen "
"Tensi :145 / 100 mmHg " " "
"Nadi : 115 x / menit " " "
"RR : 25 x / menit " " "
"Data subyektif : "Kurangnya informasi"Pasien "
"Pasien mengatakan bahwa ia cemas"dan pengetahuan "mengalamai "
"dengan penyakitnya karena kata "tentang penyakitnya"kecemasan, "
"orang penyakitnya (jantung) " " "
"berbahaya, pasien terus " " "
"bertanya- perkembangan " " "
"penyakitnya " " "
"Data obyektif : " " "
"Klien sering merenung dan susah " " "
"tidur, banyak bertanya, ekspresi" " "
"wajah cemas, nadi 135 x / menit " " "
". " " "
2. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan cardiac output sehubungan dengan penurunan kontraksi myocard
2. Tidak tolerans terhadap aktivitas sehubungan degan ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan suplai oksigen
3. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
perkembangannya.
3. Intervensi (Rencana Keperawatan)
Berdasarkan diagnosa diatas kami mengambil satu diagnosa yang berkaitan
dengan oksigenasi dan membuat intervensi sebagai berikut :
"No"Diagnosa Keperawatan "Tujuan "Intervensi "Rasional / alasan "
". " " " "melakukan "
" " " " "intervensi tsb. "
"1."Gangguan rasa nyaman "Mengatasi rasa " Kaji tingkat "Untuk mendapatkan "
" ": nyeri sehubungan "nyeri : "rasa nyeri klien "kontrol rasa nyer "
" "dengan "Kriteria : "secara "yang meliputi "
" "ketidakseimbangan "Setelah perubahan"keseluruhan "lokasi, intensitas"
" "antara suplai dan "posisi tanda "Anjurkan klien "timbulnya, "
" "kebutuhan akan "vital dalam batas"untuk melapor "persepsi klien "
" "oksigen. "normal "pada saat merasa "terhadap nyeri "
" " "Tensi 135/90 mmHg"nyeri "Nyeri adalah "
" "Data obyektif : " "Support klien "individual "
" "Klien tidak mau "Nadi 60 – 80 x/ "untuk "sehingga apa yang "
" "merubah posisi tidur."menit "mengungkapkan "drasakan klien "
" "Tanda vital setelah "RR 12 – 20 x / "perasaan "merupakan "
" "perubahan posisi "menit "Anjurkan klien "informasi yang "
" "Tensi : 145/100 mmHg " "untuk melakukan "penting. "
" "Nadi :115 x / menit " "latihan nafas "Adanya orang "
" "RR : 25 x / menit " "dalam "dekat klien yang "
" " " "Kolaborasi terapi"mau mendengarkan "
" "Data subyektif : " " "keluhannya, akan "
" "Klien mengeluh nyeri " " "membantu "
" "sehingga enggan " " "menurunkan "
" "merubah posisi tidur " " "kecemasan dan rasa"
" " " " "takut "
" " " " "Dengan latihan "
" " " " "nafas dalam maka "
" " " " "supla 02 "
" " " " "kejaringan yang "
" " " " "nyeri meningkat "
" " " " "sehingga "
" " " " "mengurangi rasa "
" " " " "nyeri "
Daftar Pustaka
Rilantono, lily L.2012. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta:Badan
Penerbit FKUI
Risa Hermawati, Haris Candra Dewi.2014.penyakit jantung koroner. Jakarta :
Kandas media (Imprint agromedia pustaka)
WHO. 2014. Fact sheets: The top 10 causes of death.
http://www.jitunews.com/read/35580/berdasarkan-data-who-penyakit-
kardiovaskular-penyebab-kematian-nomor-satu (diakses 01 Oktober 2017)
Judith.M.Wilkison dan Nancy.R.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed
9.Jakarta: EGC
Yuet Wai Kan.2000.Adeno – associated viral vector-mediated vascular
endothelial growth factor gene transfer induces neovascular formation in
ischemis hearth. http://www.pnas.org/content/97/25/13801.full.pdf. Diakses
tanggal 20 Oktober 2017
Shivaramakrishna. 2010. Risk Factors of Coronary Heart Disease among
Bank Employees of Belgaum City - Cross-Sectional
Study.http://ajms.alameenmedical.org/article_Vol03-2-apr-jun
2010/AJMS.3.2.152-159.pdf. Diakses tanggal 20 Oktober 2017
Annisa dan anjar. Jurnal GASTER Vol. 10 No. 1 / februari 2013
Norhasimah. 2010. Buku Ajar Patologi edisi 7. ECG: Jakarta
Ariesti, A., 2011. Asuhan Keperawatan Gagal Jantung (Heart Failure)
http://learntogether-aries./2011/09/askep-gagal-jantung-heartfailure.html
(diakses 22 Oktober 2017)
Karikaturijo, 2010. Penyakit Jantung Koroner. Universitas Pembangunan
Nasional Veteran. Jakarta. Hal: 11
American Heart Association (AHA). 2011. Metabolic risk for cardiovascular
disease edited by Robert H. Eckel. Wiley - Blackwell Publishing.
Putra S, Panda L, Rotty. 2013.profil penyakit jantung koroner. Manado :
fakultas Kedokteran.
Rochmayanti.2011. analisis faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dengan penyakit jantung koroner. Jakarta : fakultas Ilmu keperawatan
A. Fauzi yahya. 2010. Penaklukan No. 1 : Mencegah dan mengatasi penyakit
jantung koroner. Bandung: Qanita
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infoda
tin-jantung.pdf (diakses 26 September)
Wantiyah. 2010. Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi efikasi diri
pasien penyakit jantung koroner dalam konteks asuhan keperawatan.Depok:
Universitas Indonesia
Aziza, Wahyuni. 2010. Pengalaman klien tentanf perawatan post cabg terhadap
kulaitas hidup dalam konteks asuhan keperawaatan:Studi fenomenologi diunit
pelayanan jantung terpadu. Depok:Universitas Indonesia
Moorhead, Sue DKK. 2013.Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi
kelima.Elsevier Singapore Pte Ltd
Bulecheck M, Gloria. DKK. 2013.Nursing Interventions Classification (NIC)
edisi keenam. Elsevier Singapore Pe Ltd
Herman, T Heather. 2015.NANDA Internastional Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017, edisi 10. Jakarta : buku kedokteran EGC
-----------------------
D3 2B
Disusun oleh
Erni Heryanti ( 1610035 )
Fikih Alhafad ( 1610038 )
Kiki Puspitasari ( 1610040 )
Aterosklerosipasme – pembuluh darah
Perjalanan thd dingin
Stress
Latihan Fisik
Makan – makanan berat
Aliran o2 meningkat ke mesentrikus
Keb. O2 jantung meningkat
Adrenalin meningkat
Vosokontriksi
Aliran o2 koronia menurun
Aliran o2 jantung menurun
Jantung kekurangan o2
Cemas b/d kematian
Cemas
Takut mati
Iskemia otot jantung
Nyeri akut
Nyeri b/d iskhemia
Kurang pengetahuan b/d devicit knowledge
Kontraksi jantung menurun
Diperlukan pengetahuan tinggi
Perlu menghindari komplikasi
Curah jantung menurun