Page 30
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampah adalah material sisa yang tidak diingikan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekwensi dari adanya aktivitas manusia. Didalam proses alam tidak dikenal adanya sampah, yang ada hanyalah produk – produk tidak bergerak. Sampah bagi setiap orang memang memiliki pengertian relative berbeda dan subjektif. Sampah bagi kalangan tertentu bisa saja menjadi harta berharga, hal ini cukup wajar mengingat semua orang memiliki standar hidup dan kebutuhan yang tidak sama.
Jumlah sampah kian bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk, akibatnya sampah menjadi menumpuk dan menimbulkan masalah yang tidak pernah tuntas. Hampir setiap waktu sampah menjadi perdebatan cukup pelik baik dikalangan masyarakat maupun dikalangan instansi terkait dengan pengelolaan dan pembuangan sampah. Di Indonesia berdasarkan perhitungan Bappenas dalam buku infrastruktur Indonesia pada tahun 1995 perkiraan timbunan sampah di Indonesia sebesar 22.5 juta ton dan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton ( Tim Penulis penebar swadaya, 2009).
Perkara sampah bukan saja merupakan masalah krusial tetapi telah menjadi problematika cultural yang mendarah daging. Masalah sampah tidak hanya merongrong sebagian kecil golongan, tetapi telah mengena keberbagai sisi kehidupan. Masalah sampah bila tidak ditangani secara bijaksana cepat atau lambat akan menengelamkan kehidupan dengan beragam dampak negative yang ditimbulkan. Dampak negative yang ditimbulkan oleh pengelolaan sampah yang tidak baik antara lain dampak terhadap kesehatan, dimana sampah dapat menyebabkan timbulnya penyakit diare, tifes, muntaber, demam berdarah, dan sebagainya yang dapat menyebar dengan cepat karena virus yang berasala dari sampah. Sampah juga memiliki kandungan merkuri atau raksa yang dapat mengkontaminasi mahluk hidup (Basriyanta,2007). Selain berdampak terhadap kesehatan menurut Basriyanta (2007) sampah juga dapat berdampak kepada lingkungan dan sosial ekonomi, sampah cair atau cairan sampah yang masuk kedalam aliran air sungai atau aliran air tanah dapat mencemari air. Penguraian sampah yang dibuang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik seperti metana. Gas metana ini selain berbau tidak sedap gas ini juga dalam meledak jika dalam konsentrasi yang tinggi. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat dan pemandangan yang buruk. Pembuangan sampah padat ke dalam air dapat menyumbat aliran air sehingga mengakibatkan banjir. Di samping itu juga meningkatkan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan air. Pengelolaan sampah yang kurang baik juga akan memberikan dampak negative bagi pengembangan pariwisata.
Sampah memang bukan perkara mudah, tidak hanya diperkotaan tetapi juga di daerah pedesaan. Di Indonesia pengelolaan sampah diserahkan kepada Pemerintahan daerah (pemerintah kabupaten dan pemerintah kota) masing masing sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, dimana setiap daerah harus mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, termasuk mengatasi masalah sampah, sesuai dengan UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. pada pasal 8 dan pasal 9 Undang-Undang No.18 tahun 2008 menjelaskan tentang peran pemerintah pusat dan daerah dalam usaha tempat pengelolaan sampah, baik bersifat membangun, beserta pihak-pihak terkait lainnya merawat, pengawasan, dan evaluasi tempat pembuangan akhir yang ada di Indonesia secara berkala setiap 6 bulan selama 20 tahun.
Identifikasi Masalah
Seperti uraian pada latar belakang diatas, di Kabupaten Pandeglang, saat ini juga menghadapi permasalahan tentang penanganan dan pengelolaan sampah, dimana sampah yang dihasilkan masyarakat kabupaten pandeglang saat ini menurut dinas kebersihan diperkirakan mencapai 22 truck perhari, serta meningkatnya permintaan masyarakat dalam pelayanan pengelolaan sampah. Masalah ini merupakan masalah serius yang harus segera di tangani dan diberikan pelayanan secara maksimal.
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, di Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten pengelolaan sampah diserahkan kepada Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan. Tugas dan fungsi Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang yaitu menyelenggaraan pengelolaan persampahan meliputi pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan sampah dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dalam melaksanakan tugasnya dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan dalam penyelenggaraan pengelolaan persampahan menyusun kebijakan – kebijakan teknis penanganan dan pengelolaan sampah, menyusun program pengelolaan sampah, pembinaan UPT penanganan dan pengelolaan sampah, menyusun rencana penanganan dan pengelolaan sampah serta mengevaluasi dan membuat laporan tentang penanganan dan pengelolaan sampah yang ada di kabupaten pandeglang. Untuk meningkatkan pelayanan agar dapat memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Padeglang berupaya meningkatkan kinerja Pegawai operasional yang ada di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
Kinerja adalah hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai Pegawai per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Definisi kinerja menurut Bambang Kusriyanto dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005: 9) adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam). Pegawai yang memiliki kinerja yang baik merupakan asset dalam suatu organisasi atau perusahaan dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi.
Batasan Masalah
Dari identifikasi yang terpapar diatas diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberikan batasan masalah secra jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi hanya pada pengaruh kinerja Pegawai terhadap pelayanan pengelolaan sampah pada Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang. Yang dimaksud Kinerja adalah hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai pegawai per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ditetapkan di atas, selanjutnya permusan masalah dalam penelitian ini diajukan dengan pertanyaan penelitian (research questions) sebagai berikut :
Apakah ada pengaruh kinerja Pegawai Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan terhadap pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Pandeglang?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh kinerja SDM Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan terhadap pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Pandeglang
Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penelitian ini untuk:
Memperoleh Gambaran Kinerja SDM Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang
Memperoleh gambaran pelayanan pengelolaan sampah (pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan sampah dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kabupaten Pandeglang
Manfaat Penelitian
Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan bahan perbandingan dalam penelitian – penelitian selanjutnya dan sebagai masukan dalam upaya peningkatan pelayanan kebersihan bagi Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Landasan Teori
Kebersihan
Kebersihan adalah Kebersihan pengelolaan sampah, dimana sampah merupakan limbah yang berbentuk padat atau setengah padat yang berasal dari kegiatan orang pribadi atau badan/kantor, maka dari itu dilakukannya pula pengelolaan sampah upaya mengurangi volume sampah atau merubah bentuk menjadi yang bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran, pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan dan pendaurulangan. Di dalam penanganan pengelolaan pelayanan persampahan / kebersihan dilingkungan masyarakat untuk pengambilan / pengangkutan sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dilaksanakan oleh petugas dari instansi yang menangani kebersihan. Demi kelancaran kegiatan dalam pengelolaan pelayanan kebersihan terhadap masyarakat, maka Instansi yang menangani masalah sampah harus melakukan sosialisasi terhadap masyarakat, bahwa betapa pentingnya menjaga kebersihan.
Pengertian Sampah
Sampah menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Selanjutnya yang dimaksud dengan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sementara menurut Slamet (2002), sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Tim Penulis Penebar Swadaya dalam (Salipadang, 2011:6) menyatakan bahwa sampah adalah "suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis." Menurut Tandjung dalam (Alex, 2012:3) sampah merupakan "sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula." Alex (2012:4) menyimpulkan bahwa sampah adalah "barang yang tidak berharga, tidak memiliki nilai ekonomis, tidak berguna dan barang yang sudah tidak diinginkan lagi."
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sampah adalah material sisa yang dibuang karena material tersebut dianggap tidak berharga sehingga tidak digunakan lagi.
Jenis – Jenis Sampah
Sampah yang kita kenal pada umumnya terbagi menjadi dua yaitu:
Sampah Organik
Sampah organik (biasa disebut sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran dll.
Sampah Anorganik
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, Sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya botol, tas plastik, dan kaleng. Sedangkan Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian. Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik.
Sampah menurut beberapa ahli lingkungan hidup membagi jenis – jenis sampah antara lain Menurut Daniel (2009) terdapat tiga jenis sampah yaitu :
Sampah organic : sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai secara alamiah/biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah basah.
Sampah anorganik : sampah yang terdiri dari bahan - bahan yang sulit terurai secara biologis. Proses penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut di tempat khusus, misalnya plastik, kaleng dan styrofoam. Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah kering.
Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) : limbah dari bahan-bahan berbahaya dan beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan lain-lain.
Sementara Alex (2012) lebih menjelaskan jenis-jenis sampah lebih rinci sebagai berikut:
Berdasarkan Sumbernya
Sampah alam: sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah.
Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
Sampah rumah tangga: sampah dari kegiatan di dalam rumah tangga, sampah yang dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga adalah kertas dan plastik.
Sampah konsumsi: sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses penggunaan barang seperti kulit makanan dan sisa makanan.
Sampah perkantoran: sampah yang berasal dari lingkungan perkantoran dan pusat perbelanjaan seperti sampah organik, kertas, tekstil, plastik dan logam.
Sampah industri: sampah yang berasal dari daerah industri yang terdiri dari sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat.
Sampah nuklir: sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia
Berdasarkan Jenisnya
Sampah organik: buangan sisa makanan misalnya daging, buah, sayuran dan sebagainya.
Sampah anorganik: sisa material sintetis seperti plastik, logam, kaca, keramik dan sebagainya.
Berdasarkan Bentuknya
Sampah padat: segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin dan sampah cair.
Sampah cair: bahan cairan yang telah digunakan lalu tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah
Faktor – Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah
Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi sampah yaitu:
Jumlah penduduk, dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.
Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula jumlah per kapita sampah yang dibuang tiap harinya. Kualitas sampahnyapun semakin banyak yang bersifat non organik atau tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta keasadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Peningkatan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan terhadap bangunan-bangunan, transportasipun bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.
Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam dapat mempengaruhi jumlah dan jenis sampahnya.
Pengelolaan sampah
Sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin agar tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Di Indonesia pengelolaan sampah diserahkan kepada Pemerintahan Daerah (Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota) masing masing sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, dimana setiap daerah harus mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, termasuk mengatasi masalah sampah dengan dibentuknya Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan yang memiliki fungsi dan berperan dalam memberikan pelayanan pengelolaan sampah.
Menurut Soemirat (2004) dan Berdasarkan UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, pengelolaan sampah disini meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa, sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.
Menurut Notoatmodjo (2003), cara-cara pengelolaan sampah antara lain yaitu:
Pengumpulan dan pengangkutan sampah, pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau instansi yang menghasilkan sampah, maka dari itu mereka harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).
Pemusnahan dan pengelolaan sampah, pemusnahan dan atau pengelolaan sampah ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain yaitu;
Ditanam (Landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah (jugangan) kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah,
Dibakar (Inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator),
Dijadikan pupuk (Composting) yaitu pengelolaan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik seperti: daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.
Pegawai
Pengertian Pegawai
Pegawai adalah orang yang melaksanakan pekerjaan dengan mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau perusahaan, dalam membahas pengertian pegawai ini penulis berorientasi pada Pegawai Negeri Sipil, di dalam pasal 1 sub a undang-undang No. 8 tahun 1974, tentang undang-undang Pokok Kepegawaian dikemukakan bahwa pegawai adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan da digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya di dalam buku Ensiklopedia administrasi dikatakan bahwa pegawai adalah terdiri dari pegawai negeri sipil dan anggota angkatan bersenjata Republik Indonesia. Pegawai negeri sipil terdiri dari pegawai negeri sipil pusat, pegawai negeri sipil daerah dan pegawai negeri sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Memperhatikan pengertian pegawai yang dimaksudkan pada pasal 1 sub a, maka pengertian pegawai memiliki beberapa unsur pokok yaitu :
Mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukandalam undang-undang.
Diangkat oleh pejabat yang berwenang
Diserahi tugas dalam suatu jabatan negara
Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa pegawai adalah seluruh individu yang diangkat oleh pejabat yang berwenang diserahi tugas dalam suatu jabatan negara atau tugas lainnya yang di gaji berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Pelayanan
Pengertian Pelayanan dan pelayanan publik
Pelayanan menurut Lovelock (2002) didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dan tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut. Sedangkan pengertian pelayanan menurut Kotler (2003) yaitu setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Jadi pelayanan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kinerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan baik secara perorangan ataupun sekelompok orang dengan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima. Sehingga pelayanan itu sendiri memiliki nilai tersendiri bagi pelanggan dalam hubungannya dengan menciptakan nilai-nilai pelanggan.
Pengertian pelayanan publik secara eksplisit, Sianipar (1999) menjelaskan bahwa "pelayanan publik dapat dinyatakan sebagai segala sesuatu bentuk pelayanan sektor publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah dalam bentuk barang dan jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan perundangan yang berlaku". Selanjutnya di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Kepmen PAN) nomor 63 tahun 2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik sering dilihat sebagai representasi dari eksistensi birokrasi pemerintahan, karena hal itu bersentuhan langsung dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Filosofi dari pelayanan publik menempatkan rakyat sebagai subyek dalam penyelenggaraan pemerintahan (Rachmadi, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan dan pelayanan publik
Dalam memasarkan produknya perusahaan baik dalam bentuk barang atau jasa selain harus memiliki strategi pemasaran untuk mencapai tujuannya juga harus mempunyai kualitas pelayanan yang baik pula supaya dapat meraih pelanggan. Kualitas Pelayanan adalah penyampaian pelayanan secara excellence atau superior dibandingkan dengan harapan konsumen.
Kualitas pelayanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang dikemukkan Christian Gronroos (1992) bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu:
Menjaga dan memperhatikan , bahwa pelanggan akan merasakan karyawan dan sistem opersional yang ada dapat menyelesaikan problem mereka.
Spontanitas, dimana karyawan menunjukkan keinginan untuk menyelesaikan masalah pelanggan.
Penyelesaian masalah, karyawan yang berhubungan langsung dengan pelanggan harus memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas berdasarkan standar yang ada, termasuk pelatihan yang diberikan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
Perbaikan, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan harus mempunyai personel yang dapat menyiapkan usah-usaha khusus untuk mengatasi kondisi tersebut.
Menurut Tjiptono (2002) dalam pelayanan jasa memiliki 4 karakteristik pokok pelayanan yang membedakan pelayanan jasa dengan barang yaitu:
Intangibility : tidak ada bentuk fisiknya sehingga tidak dapat dilihat, oleh karena itu pemasar menggunakan sejumlah alat untuk membuktikan kualitas pelayanan (jasa) yang ditawarkan.
Inseparability : pelayanan (jasa) yang dijual tidak terpisahkan dari orang yang memasarkan. Pelayanan (jasa) diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Service provider (penyedia jasa) dan customer (pelanggan) akan bertemu secara langsung maupun tidak langsung sehingga hal ini mempengaruhi kualitas pelayanan (jasa) dan karena itu pula tidak dapat distandarisasi.
Variability : pelayanan (jasa) yang beragam sangat tergantung siapa yang menyajikan, oleh karena itu untuk dapat mengendalikan kualitas perusahan melakukan seleksi yang ketat dan pelatihan yang tersistem bagi pegawainya, menstandarisasi proses kinerja pelayanan (jasa), memonitor kepuasan pelanggan melalui survei atau kotak saran.
Perishability : Karena sifatnya yang tidak dapat disimpan, maka perusahaan harus mampu menjaga kontinuitas jasanya.
Dalam pengembangan selanjutnya pada tahun 1990, kualitas pelayanan (jasa) dikelompokkan ke dalam 5 dimensi oleh Parasuraman et.all (2002) yaitu:
Bukti Langsung : sebagai fasilitas yang dapat dilihat dan di gunakan perusahaan dalam upaya memenuhi kepuasan pelanggan, seperti gedung kantor, peralatan kantor, penampilan karyawan dan lain lain.
Kendala : kemampuan memberikan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan yang di harapkan, seperti kemampuan dalam menempati janji, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk meminimumkan kesalahan.
Daya Tanggap : sebagai sikap tanggap, mau mendengarkan dan merespon pelanggan dalam upaya memuaskan pelanggan, misalnya : mampu memberikan informasi secara benar dan tepat, tidak menunjukan sikap sok sibuk dan mampu memberikan pertolongan dengan segera.
Jaminan : kemampuan karyawan dalam menimbulkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan melalui pengetahuan, kesopanan serta menghargai perasaan pelanggan.
Kepedulian/Empati : kemampuan atau kesediaan karyawan memberikan perhatian yang bersifat pribadi, seperti bersikap ramah, memahami kebutuhan dan peduli kepada pelanggannya.
Sedangkan untuk pelayanan publik Menurut Widodo (2001), sebagai perwujudan dari apa yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh pelayan publik agar kualitas layanan menjadi baik, maka dalam memberikan layanan publik seharusnya :
Mudah dalam pengurusan bagi yang berkepentingan.
Mendapat pelayanan yang wajar.
Mendapat pelayanan yang sama tanpa pilih kasih, dan
Mendapat perlakuan yang jujur dan transparan.
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan. Standar pelayanan publik, sekurang-kurangnya meliputi:
Prosedur pelayanan, yang dibakukan dan termasuk dengan pengaduan,
Waktu penyelesaian, yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian,
Biaya pelayanan, termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan,
Produk pelayanan, yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sarana dan prasarana, yang memadai, dan
Kompetensi petugas, yang harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.
Kinerja
Pengertian kinerja
Dalam pemberian layanan baik berupa produk atau jasa tidak terlepas dari kinerja baik kinerja perusahaan maupun kinerja dari karyawan atau individu karyawan tersebut. Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002:15) memberikan pengertian atau kinerja sebagai berikut : Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu.
Menurut Irawan (2002), bahwa kinerja (performance) adalah hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, dan dapat diukur. Jika kita mengenal tiga macam tujuan, yaitu tujuan organisasi, tujuan unit, dan tujuan Pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yaitu kinerja organisasi, kinerja unit, dan kinerja Pegawai.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja dan prestasi kerja dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja maupun prestasi kerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja oleh seseorang. Dengan demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja merupakan cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinrja perusahaan (corporate performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan (individual performance) baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate performance) juga baik.
Penilaian Kinerja
Dalam rangka melacak kemajuan kinerja, mengidentifikasi kendala, dan memberi informasi dalam suatu organisasi, diperlukan adanya komunikasi kinerja yang berlangsung terus menerus, sehingga dapat mencegah dan menyelesaikan masalah yang terjadi. Karena alasan sebenarnya mengelola kinerja adalah untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas, serta merancang-bangun kesuksesan bagi setiap pekerja. Berkaitan dengan hal tersebut, Bernardin & Russell (dalam Ruky, 2001:8) menyatakan bahwa: "perlu diadakan penilaian kinerja, untuk mengelola dan memperbaiki kinerja karyawan, untuk membuat keputusan staf yang tepat waktu dan akurat dan untuk mempertinggi kualitas produksi dan jasa perusahaan secara keseluruhan".
Sementara menurut Gomes (2003) penilaian kinerja mempunyai tujuan untuk me-reward kinerja sebelumnya dan untuk memotivasi demi perbaikan kinerja pada masa yang akan dating, serta informasi-informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja ini dapat digunakan untuk kepentingan pemberian gaji, kenaikan gaji, promosi, pelatihan dan penempatan tugas-tugas tertentu.
Menurut Samsudin (2005) dalam melakukan penilaian kinerja terdapat beberapa objek yang dapat dinilai dari Pegawai yang bekerja diberbagai jabatan, yaitu:
Hal-hal umum yang dinilai dari Pegawai di bidang produksi, antara lain quality, quantity of work, knowledge of job, dependability, cooperation, adaptability, attendance, versatility, house keeping, dan safety.
Hal-hal umum yang dinilai dari Pegawai tata usaha, antara lain quality, quantity of work, knowledge of job, dependability, cooperation, adaptability, attendance, initiative, judgement, dan health..
Hal-hal umum yang dinilai dari orang yang memegang posisi pimpinan, antara lain quality, quantity of work, knowledge of job, dependability, cooperation, judgement, initiative, leadership, planning and organizing, dan health.
Dharma, (2001) menyatakan bahwa dalam melakukan penilaian kinerja mempertimbangkan hal-hal yaitu:
Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikan,
Kualitas yaitu mutu yang dihasilkan, dan
Ketepatan waktu yaitu sesuai atau tidaknya dengan waktu yang telah direncanakan.
Selanjutnya Tohardi, (2002) mengajukan unsur-unsur kinerja yang dinilai adalah yaitu: Kesetiaan (loyalitas), Prestasi kerja, Tanggung jawab, Ketaatan, Kejujuran, Prakarsa, dan Kepemimpinan.
Berkaitan dengan pengukuran tersebut, Swanto (1999) mengemukakan pengukuran kinerja secara umum, yang kemudian diterjemahkan dalam penilaian perilaku secara mendasar, sebagai berikut : Kuantitas kerja, Kualitas kerja, Pengetahuan tentang pekerjaan, Pendapat atau pernyataan, Keputusan yang diambil, Perencanaan kerja, dan Daerah organisasi kerja.
Dimensi-dimensi yang dijadikan ukuran kinerja, menurut Nawawi (2000) yaitu:
Tingkat kemampuan kerja (kompetensi) dalam melaksanakan pekerjaan baik yang diperoleh dari hasil pendidikan dan pelatihan maupun yang bersumber dari pengalaman kerja,
Tingkat kemampuan eksekutif dalam memberikan motivasi kerja, agar pekerja sebagai individu bekerja dengan usaha maksimum, yang memungkinkan tercapainya hasil sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Sutrisno (2009) menambahkan bahwa dalam penilaian kinerja harus mengandung unsur yang dinilai yaitu:
Kesetiaan, penilaian mengukur kesetian karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan organisasi.
Prestasi kerja, penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuntitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.
Kejujuran, Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Kedisiplinan, Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
Kreativitas, penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kretivitasnya untuk menyelesaikan pekerjaanya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Kerja sama, kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainnya secara vertical atau horizontal di dalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
Kepemimpinan, kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain.
Kepribadian, Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai memberi kesan menyenangkan.
Prakarsaa, kemampuan berfikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alas an.
Kecakapan, kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan dan didalam situasi manajemen.
Tanggung jawab, kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya.
Factor factor yang mempengaruhi kinerja
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja personel, dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Gibsons (2003) menyatakan bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja personel. Perilaku yang berpengaruh terhadap kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.
Kopelman (1998) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: karakteristik individu, karakteristik organisasi dan karakteristik pekerjaan, lebih lanjut Kopelman menjelaskan bahwa kinerja selain dipengaruhi oleh faktor diatas juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Menurut Kopelman karakteristik individu terdiri dari: kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, motivasi, norma, dan nilai, sedang karakteristik individu yang lain seperti kepribadian, umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan, suku bangsa, keadaan sosial ekonomi, pengalaman terhadap keadaan yang lalu, akan menentukan perilaku kerja dan produktivitas kerja, baik individu maupun organisasi. Karakteristik organisasi terdiri dari: sistem imbalan, seleksi dan pelatihan, struktur organisasi, visi dan misi organisasi serta kepemimpinan. Sedangkan karakteristik pekerjaan terdiri dari: deskripsi pekerjaan, disain pekerjaan dan jadwal kerja.
Hall TL dan Meija (1987) dalam Ilyas (2001) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:
Faktor internal individu yang terdiri dari:
Karakteristik individu seperti umur, pendapatan, status perkawinan, pengalaman kerja dan masa kerja.
Sikap terhadap tugas yang terdiri persepsi, pengetahuan, motivasi, tanggung-jawab dan kebutuhan terhadap imbalan.
Faktor eksternal yang terdiri dari:
Sosial ekonomi
Demografi
Geografi
Lingkungan Kerja
Aseptabilitas
Aksesabilitas
Beban Kerja dan
Organisasi yang terdiri pembinaan, pengawasan, koordinasi, dan fasilitas.
Sedangkan Simamora (1995:500) menyatakan kinerja sangat ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yaitu:
Faktor individual yang terdiri dari : Kemampuan dan keahlian, Latar belakang dan Demografi.
Faktor psikologis yang terdiri dari : Persepsi, Attitude, Personality, Pembelajaran dan Motivasi.
Faktor organisasi yang terdiri dari Sumber daya, Kepemimpinan, Penghargaan, Struktur, dan Job design
Kerangka Berpikir
Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir. Dalam hal ini pelayanan pengelolaan sampah meliputi kegiatan kegiatan yang tercantum tersebut.
Pelayanan dalam jasa harus memenuhi persyaratan persyaratan yaitu:
Tangibles ; keberadaan fisik pemberi pelayanan, meliputi tempat parkir, fasilitas gedung, tata letak dan tampilan barang, kenyamanan fasilitas fisik, peralatan dan perlengkapan modern.
Reliability ; mencakup 2 hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan memberikan pelayanan (jasa) nya secara tepat sejak saat pertama.Selain itu juga berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya.
Responsiveness ; pelayanan yang baik harus disertai dengan tingkat keikutsertaan/keterlibatan dan daya adaptasi yang tinggi, yaitu membantu dengan segera memecahkan masalah.
Competence ; pelayanan yang baik harus di dasarkan kepada kecakapan/keterampilan yang tinggi.
Access ; meliputi memberikan/menyediakan keinginan pelanggan dan pelayanan yang mudah dihubungi.
Courtesy ; pelayanan yang baik harus disertai dengan sikap keramahan, kesopanan kepada pihak yang dilayani.
Communication ; pelayanan yang baik harus didasarkan kepada kemampuan berkomunikasi yang baik dengan pihak yang di layani.
Credibility ; pelayanan yang baik harus dapat memberikan rasa kepercayaan yang tinggi kepada pihak yang di layani.
Security ; pelayanan yang baik harus memberikan rasa aman kepada pihak yang di layani dan membebaskan dari segala resiko atau keragu-raguan pelanggan.
Understanding The Customer ; pelayanan yang baik harus didasarkan kepada kemampuan menanggapi atau rasa pengertian kepada keinginan pihak yang dilayani.
Unsur-unsur yang harus dinilai dalam memberikan penilaian terhadap kinerja karyawan, yaitu :
Kesetiaan, Kesetiaan yang dimaksaudkan adalah tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dengan sikap dan perilaku tenaga kerja yang bersangkutan dalam kegiatan sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kesetiaan tenaga kerja terhadap perusahaan sangat berhubungan dengan pengabdiannya. Pengabdian yang dimaksud adalah sumbangan pikiran dan tenaga yang ikhlas dengan mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi.
Prestasi kerja. Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada umumya kerja seseorang tenga kerja antara lain dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan tenaga kerja yang bersangkutan.
Tanggung jawab. Tanggung jawab adalah kesanggupan seseorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul resiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
Ketaatan. Ketaatan adalah kesanggupan seseorang tenaga kerja untuk mentaati segala ketetapan, peraturan perundaang-undangan dan peraturan yang berlaku, mentaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan perusahaan maupun pemerintah, baik secara tertulis maupun tak tertulis.
Kejujuran. Kejujuran adalah ketulusan hati seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta mampu untuk tidak menyalah-gunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.
Kerjasama. Kerjasama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
Prakarsa. Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari manajemennya.
Kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seorang tenaga kerja untuk meyakinkan orang lain (tenaga kerja lain) sehingga dapat dikerahkan secara maksimum untuk melaksanakan tugas pokok. Penilaian unsur kepemimpinan bagi tenaga kerja sebenarnya khusus diperuntukkan bagi tenaga kerja yang memiliki jabatan seluruh hierarki dalam perusahaan.
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
KinerjaKesetiaanPrestasi kerjaTanggung jawab Ketaatan.KejujuranKerjasamaPrakarsaKepemimpinan
Kinerja
Kesetiaan
Prestasi kerja
Tanggung jawab
Ketaatan.
Kejujuran
Kerjasama
Prakarsa
Kepemimpinan
Pelayanan pengelolaan sampah
Pelayanan pengelolaan sampah
Variabel Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menentukan variable independen dan variable dependen yaitu:
Variabel independen
Variabel indevenden adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain, artinya apabila variabel independen berubah maka mengakibatkan variabel lain mengalami perubahan, dalam penelitian ini maka peneliti menentukan variabel independennya adalah kinerja yang meliputi: kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan.
Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan pada variabel independen, dalam penelitian ini maka peneliti menentukan variabel dependennya adalah pelayanan pengelolaan sampah.
Hipotesis
Pada penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah:
Ha: adanya pengaruh yang signifikan antara kinerja terhadap pelayanan pengelolaan sampah di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
Ha: adanya pengaruh yang signifikan antara kesetiaan terhadap pelayanan Pengelolaan sampah di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
Ha: adanya pengaruh yang signifikan antara prestasi kerja terhadap pelayanan Pengelolaan sampah di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
Ha: adanya pengaruh yang signifikan antara tanggung jawab terhadap pelayanan Pengelolaan sampah di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
Ha: adanya pengaruh yang signifikan antara ketaatan terhadap pelayanan Pengelolaan sampah di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
Ha: adanya pengaruh yang signifikan antara kejujuran terhadap pelayanan Pengelolaan sampah di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
Ha: adanya pengaruh yang signifikan antara kerjasama terhadap pelayanan Pengelolaan sampah di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
Ha: adanya pengaruh yang signifikan antara prakarsa terhadap pelayanan Pengelolaan sampah di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
Ha: adanya pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap pelayanan Pengelolaan sampah di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang.
Definisi Operasional
Variabel
Dependen
Defenisi operasional
Alat ukur
Cara ukur
Hasil ukur
Skala
Pelayanan pengelolaan sampah
Kesetiaan
Prestasi kerja
Tanggung jawab
Ketaatan
Kejujuran
Kerjasama
Prakarsa
Kepemimpinan
Persepsi konsumen atas pelayanan pengelolaan sampah yang diberikan dari mulai pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir
Persepsi konsumen terhadap prilaku petugas yang mencerminkan visi dan misi perusahaannya dan kesanggupan mentaati, melaksanaka, dan mengamalkannya dalam kegiatan sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya
Persepsi konsumen atas kemampuan dan kesanggupan petugagas dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya
Persepsi konsumen terhadap petugas dalam kesanggupan menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul risiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya
Persepsi konsumen terhadap kesanggupan untuk mentaati segala ketetapan, peraturan perundaang-undangan dan peraturan yang berlaku, mentaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan perusahaan maupun pemerintah, baik secara tertulis maupun tak tertulis.
Persepsi masyarakat terhadap ketulusan hati petugas dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta mampu untuk tidak menyalah-gunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya
Persepsi masyarakat tentang kemampuan petugas untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya
Persepsi masyarakat tentang kemampuan petugas untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari manajemen lininya.
Persepsi masyarakat terhadap kemampuan yang dimiliki petugas untuk meyakinkan orang lain (petugas lain) sehingga dapat dikerahkan secara maksimum untuk melaksanakan tugas pokok
Kuesioner
Kuisoner
Kuisoner
Kuisoner
Kuisoner
Kuisoner
Kuisoner
Kuisoner
Kuisoner
1:Sangat tidak
memuaskan
2: Tidak
memuaskan
3:Memuaskan
4: Sangat
memuaskan
1: Sangat tidak
setuju
2: Tidak setuju
3:Setuju
4:Sangat setuju
1: sangat tidak
setuju
2: Tidak setuju
3: Setuju
4:Sangat setuju
1: Sangat tidak
bertanggung jawab
2: Tidak
Bertanggung
jawab.
3:Bertanggung
jawab
4: Sangat
Bertanggung
Jawab
1: sangat
Tidak taat
2: Tidak taat
3: Taat
4: Sangat taat
1: sangat
Tidak jujur
2: Tidak jujur
3: Jujur
4: Sangat jujur
1: Sangat tidak
Baik
2: Tidak baik
3: Baik
4: Sangat baik
1: sangat tidak
Mampu
2: Tidak
mampu
3: Mampu
4: Sangat
Mampu
1: sangat tidak
Mampu
2:Tidak mampu
3: Mampu
4: Sangat
mampu
Sangat tidak memuaskan(Angka 0 – 25)
Tidak memuaskan (Angka 26– 50)
Memuaskan(Angka 51 – 75)
Sangat memuaskan(Angka 76 – 100
Sangat tidak setuju (angka 0 – 25)
Tidak setuju (angka 26 – 50)
Setuju (51 – 75)
Sangat setuju (76 – 100)
Sangat tidak setuju (angka 0 – 25)
Tidak setuju (angka 26 – 50)
Setuju (angka 51 – 75)
Sangat setuju (angka 76 – 100)
Sangat tidak bertanggung jawab (angka 0 – 25)
Tidak bertanggung jawab (angka 26 – 50)
bertanggung jawab (angka 51 – 75)
Sangat bertanggung jawab (angka 76 – 100)
Sangat tidak taat (angka 0 – 25)
Tidak taat (angka 26 – 50)
Taat (angka 51 – 75)
Sangat taat
(angka 76 – 100)
Sangat tidak jujur (angka 0 – 25)
Tidak jujur (angka 26 – 50)
Jujur (angka 51 – 75)
Sangat jujur
(angka 76 – 100)
Sangat tidak baik (angka 0 – 25)
Tidak baik (angka 26 – 50)
Baik (angka 51 – 75)
Sangat baik
(angka 76 – 100)
Sangat tidak mampu (angka 0 – 25)
Tidak mampu (angka 26 – 50)
Mampu (angka 51 – 75)
Sangat mampu
(angka 76 – 100)
Sangat tidak mampu (angka 0 – 25)
Tidak mampu (angka 26 – 50)
Mampu (angka 51 – 75)
Sangat mampu
(angka 76 – 100)
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain study deskriftif korelatif secara cross sectional. Penelitian deskriftif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) masing – masing variabel dan korelasi bertujuan mengkaji hubungan antar variabel. Pada penelitian ini peneliti ingin melakukan pengkajian pengaruh antar variabel kinerja dengan variabel pelayanan pengelolaan sampah pada dinas Tata Ruang, kebersihan dan pertamanan kabupaten Pandeglang.
Populasi Dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek (manusia, binatang percobaan, data laboratorium, dan lain – lain) yang akan di teliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan (Riyanto,2011). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menggunakan jasa Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan dalam pengelolaan sampah.
Sampel
Sampel adalah merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representative populasi (Riyanto, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menggunakan jasa Dinas Tata Ruang, Kebersihan, dan Pertamanan dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang memenuhi kriteria inklusi. Dalam penelitian ini, tehnik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah purposive sampling, yaitu tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang di kehendaki peneliti, berdasarkan ciri atau sifat – sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Berikut data subjek sampel yang akan diteliti :
No
Tahun
Jumlah pelanggan yang dilayani (KK)
Jumlah pelanggan yang aktif (KK)
1
September 2013
1.681
1.681
Jumlah
1.681
Peneliti dalam penelitian ini menentukan sampel sebanyak 100 orang. Sampel yang akan di ambil dengan memenuhi kriteria inklusi:
Keluarga yang aktif dalam pembayaran retribusi selama 1 tahun tanpa tunggakan
Keluarga yang langsung menggunakan jasa kebersihan dan penggelolaan sampah.
Keluarga yang penghuninya berada dirumah pada saat kegiatan pengelolaan sampah atau pada saat pengambilan sampah.
Keluarga yang berada disatu wilayah ring 1
Keluarga yang bersedia menjadi responden.
Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini:
Keluarga yang tidak aktif dalam pembayaran retribusi selama 1 tahun.
Keluarga yang tidak langsung menggunakan jasa kebersihan dan penggelolaan sampah.
Keluarga yang penghuninya tidak berada dirumah pada saat kegiatan pengelolaan sampah atau pada saat pengambilan sampah.
Keluarga yang tidak berada disatu wilayah ring 1
Keluarga yang tidak bersedia menjadi responden.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini yang digunakan adalah kuesioner yaitu daftar pernyataan yang disusun secara tertulis dalam rangka pengumpulan data suatu penelitian (Nursalam dan Pariani, 2001). Suatu kuesioner dikatakan valid kalau pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu keharusan kuesioner untuk valid dan realiabel (Riyanto, 2011 ).
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini untuk tiap variabel menggunakan kuesioner, instrumen kuesioner dipilih peneliti karena kuesioner adalah salah satu media penghubung antara penelitian dengan responden. Dengan kuesioner observasi lebih terarah dan dapat memperoleh data yang benar – benar diperlukan serta dapat menghemat waktu, biaya, tenaga, serta efisien (Notoatmodjo, 2003).
Uji Validitas Dan Reliabilitas
Kualitas pengumpulan data sangat dipengaruhi oleh kualitas instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan. Instrumen disebut berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan pemakaiannya apabila sudah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner dalam penelitian ini dikembangkan sendiri oleh peneliti maka sebelum kuesioner disebarkan pada responden, sebelumnya akan di uji validitas dan realibilitasnya diteliti melalui pilot study, yaitu menguji cobakan instrument penelitian kepada 25 responden yang akan di lakukan penelitian yang diambil secara acak.
Uji Validitas Kuesioner
Validitas merupakan ketepatan atau kecermataan pengukuran, valid artinya alat tersebut mengukur apa yang ingin di ukur (Riyanto,2011). Uji validitas yang akan digunakan peneliti adalah " Person Product Momen". Hasil perhitungan tiap – tiap item dibandingkan dengan table nilai product moment. Apabila hasil uji dari tiap – tiap item pernyataan signifikan ( p – Value < 5 % ) atau r hitung lebih besar dari r table, maka item pernyataan tersebut valid dan dapat digunakan. Rumus yang digunakan adalah:
n ( XY) – ( X). ( Y)
r hitung =
[n. X2 – ( X )2]. [ n. Y2 – ( Y )2 ]
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan telah reliabel. Reliabilitas artinya kesetabilan pengukuran, alat yang dikatakan reliable jika digunakan berulang – ulang nilai sama (Riyanto, 2011).
Untuk menguji relibilitas peneliti mengunakan rumus " cronbach's Alpa". Karena hasil jawaban menggunakan skala likert. Dengan ketentuan bila nilai cronbah's Alpha > konstanta (0,6) maka pernyataan reliabel. Rumus yang digunakan adalah:
k σ2 b
r = 1 -
( k – 1) σ2 t
r = Koefisien reliabilitas Innstrumen (cronbach alpha)
k = Banyaknya pertanyaan atau banyaknya soal
σ2 b = Total varian butir
σ2 t = Total varians
Pengolahan Data
Editing
Editing dalam penelitian ini berupa kegiatan pengecekan isian formulir dari responden apakah jawaban sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten dalam penelitian.
Koding
Data yang sudah diedit maka dilakukan koding yaitu merubah data awal menjadi bentuk bilangan atau angka.
Cleaning
Cleaning merupakan proses menghilangkan data atau membuang data yang dianggap tidak perlu.
Entri Data
Data dientri dengan bantuan perangkat lunak computer, sesudah itu dilakukan penyekoran terhadap hasil kuesioner.
Tehnik Analisis Data
Analisa yang digunakan penelitian terdiri atas:
Analisis Univariat
Variabel independen dan depeden dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang sebaran masing – masing variabel.
Analisis Bivariat
Analisa bivariat untuk mengetahui kaitan/hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Untuk membuktikan hipotesis penelitian digunakan uji Spearmans rho. Rumus yang digunakan:
6. D 2
Rumus ρxy = 1 - -----------
N (N 2 – 1)
ρxy = Korelasi rho
N = Jumlah Kasus atau sampel
D = Selisih rangking antara variabel X dan Y untuk tiap subjek
1 & 6 = Angka konstan
BAB IV
JADWAL PENELITIAN
Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilakukan di Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Padeglang.
Alasan pemilihan tempat penelitian di Dinas Tata Ruang, kebersihan dan Pertamanan dikarenakan Dinas tersebut merupakan tempat peneliti bekerja.
Waktu Penelitian
NO
Kegiatan
Bulan Oktober 2013
Tanggal Pelaksanaan
14
15
18
22
25
Keterangan
1.
Pengumpulan Data
Terlaksana
2.
Pengumpulan Data
Terlaksana
3.
Pengujian Data dan Sampel
Terlaksana
4.
Analisis Data
Terlaksana
5.
Penyusunan Laporan
Terlaksana
6.
Penggandaan
Terlaksana