Clinical Leadership Profesi Medis Di Rumah Sakit

Clinical Leadership profesi medis dalam rangka implementasi clinical clinical governance governance di rumah sakit

Dody Firmanda Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati, Jakarta. Pendahuluan

adalah ah suat suatuu cara ara (si (sistem stem)) upay upayaa menja enjami minn dan dan Clinical Clinical governanc governance e adal meni me ning ngka katk tkan an mutu mutu pe pelay layan anan an seca secara ra sist sistem emat atis is dala dalam m satu satu orga organi nisa sasi si penyeleng penyelenggara gara pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan (rumah (rumah sakit) yang efisien efisien dan sebagai sebagai salah salah satu satu dari dari tiga tiga komp kompon onen en dala dalam m quality (jaminan kualitas kualitas quality assurance assurance (jaminan 1,2 layanan).1,2 Clinical governance is a framework through which organisations are accountable for continuously improving the quality of their services and safeguarding high standards of care by creating an environment in which excellence in clinical care will flourish .1,2,3,4,5 Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tanggal 25 April 2005 tentang Peraturan Internal Staf Medis ( Medical Medical Staff Staff Bylaws Bylaws ) di Rumah Sakit, Komite Medik Rumah Sakit mempunyai fungsi menegakkan etik dan mutu profesi medis (dokter). 6 Ruang Ruang lingku lingkupp instru instrumen men Etik Etik yang yang diguna digunakan kan adalah adalah Kode Kode Etik Etik Kedokt Kedoktera erann 

Disa Disamp mpai aika kann di Majl Majlis is Keho Kehorma rmata tann Disi Disipl plin in Kedo Kedokt ktera erann Indo Indone nesi siaa (MKD (MKDKI KI)) Kons Konsil il Kedokteran Indonesia (KKI), Jakarta 21 November 2007. 1 British NHS Executive. Clinical Governance: in the new NHS – Revised 13 th March 2001. NHS Health Service Circular HSC 1999/065. 2 Nich Nichol olls ls S, Cullen Cullen R, O'Ne O'Neil illl S, Halli Halliga gann A. Clin Clinic ical al gove governa rnance nce:: its orig origin inss and its its foundations. Clinical Performance and Quality Health Care 2000; 8(3):172-8. 3 Halligan A, Donaldson L. Implementing clinical governance: turning vision into reality. BMJ 2001;322:1413–7. 4 Degeling Degeling PJ, Maxwell S, Iedema R, Hunter DJ. Making Making clinical governance governance work. BMJ 2004; 329:679–82. 5 Good Goodma man, n, Nevi Nevill llee W. Acco Accoun unta tabi bili lity ty,, clin clinic ical al gove govern rnan ance ce and and the the acce accept ptan ance ce of Journal of Royal Society Society of Medicine Medicine 2000; 93(2):56imperfection - issue of the day. The Journal 8. 6 Keputu Keputusan san Menteri Menteri Kesehat Kesehatan an RI Nomor Nomor 631/Me 631/Menke nkes/S s/SK/I K/IV/2 V/2005 005 tentang tentang Peratur Peraturan an Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit, Jakarta 25 April 2005. 1

Trusted by over 1 million members

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.













Indonesia Indonesia (KODEKI) (KODEKI) 7 dan Kode Kode Etik Etik Rumah Rumah Sakit Sakit Indon Indonesi esiaa (KODER (KODERSI SI)) 8. Mutu profesi medis adalah meliputi kompetensi (berkaitan dengan standar pendid pendidika ikann profe profesi si dan standa standarr kompet kompetens ensi), i), standa standarr profes profesii dan standa standarr pelayanan operasional/SPO (berdasarkan standar pelayanan medis/SPM dari profes profesii dan disesu disesuaik aikan an dengan dengan situas situasi, i, kondis kondisii dan jenis jenis strata strata pel pelayan ayanan an 9,10 rumah sakit setempat). Fungsi dan wewenang Komite Medis adalah menegakkan etika profesi medis dan mutu mutu pel pelayan ayanan an med medis is berbas berbasis is bukti. bukti. 11 Adapun Adapun tugas dan fungsi fungsi dari dari Kelo Kelomp mpok ok Staf taf Medi Mediss (KSM) KSM)//Staf Staf Medi Mediss Fun Fungsio gsionnal (SMF (SMF)) adal adalah ah mela me laks ksan anak akan an ke kegi giat atan an pe pela laya yana nann me medi dis, s, pe pend ndid idik ikan an,, pe pene neli liti tian an dan dan pengembangan keilmuannya yang berpedoman pada ketetapan Komite Medis atas etika profesi Medis dan mutu keprofesian medis. Jadi profesi Medis dalam melaksanakaan profesinya berdasarkan falsafah meliputi etika, mutu dan evidence-based medicine. Konsep dan filosofi Komite Medis RS adalah perpad perpaduan uan antara antara ketiga ketiga kompon komponen en yang yang terdiri terdiri dari dari Etika Etika Profes Profesi, i, Mutu Mutu Profes Profesii dan Evidence-b (EBM) sebaga sebagaima imana na terliha terlihatt dalam dalam Evidence-based ased Medicine Medicine (EBM) 12 Gambar 1.

7

PB IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Indonesia. PERSI. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia. 9 Firman Firmanda da D. Pember Pemberday dayaan aan Peran Peran Komite Komite Medik Medik Rumah Rumah Sakit Sakit dalam dalam hal implem implement entasi asi Unda Undang ng Unda Undang ng No. No. 29 Tahu Tahunn 2004 2004 tent tentan angg Prak Prakti tikk Kedok Kedokte tera ran. n. Disa Disamp mpai aika kann pada pada pelatihan Mediko Etikolegal Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) dengan dukungan Depk Depkes es RI di Hote Hotell Gran Grand d Cemp Cempak aka, a, Jaka Jakart rtaa 22 – 23 Sept Septem embe berr 2005 2005 dan dan 29 -30 -30 September 2005. 10 Firmanda D. ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’ dapatkah diwujudkan di Rumah Sakit? Disampaikan pada Pelatihan Audit Medik di RSUD Dr. Muwardi, Muwardi, Solo 8 Maret 2006. 11 Keputusan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor Nomor 631/Menkes/ 631/Menkes/SK/IV SK/IV/2005 /2005 tentang tentang Peraturan Peraturan Internal Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit, Jakarta 25 April 2005. 8















Gambar 1. Konsep dan Filosofi Komite Medis RS: Etika, Mutu dan Evidence- based Medicine (EBM) Meskipun pelayanan kesehatan sangat bervariasi dari dan dalam satu negara, propinsi maupun daerah di negara maju/industri maupun dunia ketiga. Akan tetapi ciri dan sifat masalah tersebut tidak jauh berbeda satu sama lainnya dalam hal yang mendasar yakni semakin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut (perubahan demografi), tuntutan dan harapan pasien akan pelayanan, perkembangan teknologi kedokteran dan semakin terbatasnya sumber dana. Dalam Dalam pe peng ngel elol olaan aan suat suatuu saran saranaa ke kese seha hata tann (rum (rumah ah saki sakitt maup maupun un klin klinik ik)) seor seoran angg mana manaje jerr maup maupun un dokt dokter er akan akan (bah (bahka kann haru harus) s) me memb mbua uatt suat suatuu ‘keputusan’ dalam penyelenggaraan rumah sakit/klinik tersebut maupun dalam pena pe nata talak laksa sana naan an pasi pasien en seba sebaga gaii indi indivi vidu du maup maupun un ke kelo lomp mpok ok.. Kepu Keputu tusa sann ters terseebut but akan akan mem emppunya unyaii damp dampak ak,, terh terhad adap ap pasi asien itu itu send sendir irii dan dan lingkungannya (dalam hal ini keluarga, masyarakat dan penyandang dana atau asuransi) serta lingkungan dimana pelayanan kesehatan tersebut diberikan/ diselenggarakan (dari segi dimensi tempat: poliklinik rawat jalan, ruang gawat darurat, rawat inap, ruang perawatan intensif, ruang operasi dan lain lain; sedang sedangkan kan dari dari segi segi dimen dimensi si fungsi fungsi:: akan akan mengge menggerak rakan/ an/uti utilis lisasi asi mulai mulai dari dari registrasi unit rekam medis, penunjang laboratorium, farmasi, bank darah, unit gizi, laundri, penyediaan air, penerangan listrik dan sebagainya sampai proses pasien itu pulang sembuh dan kembali kontrol atau kembali kepada perujuk perujuk asal atau keluar rumah sakit melalui kamar jenazah) dan penyelesa penyelesaian ian admi admini nist stra rasi si ke keuan uanga gan. n. Ini Ini adala adalah h satu satu pros proses es dalam dalam satu satu sist sistem em saran saranaa pelayanan kesehatan yang berlangsung secara simultan dan berurutan atas konsekuensi ‘keputusan’ diatas. Biaya atau dana untuk tenaga medis (dokter)















penyel peny elen engg ggar araa ke kese sehat hatan an (rum (rumah ah sakit sakit), ), seda sedang ngka kann 80% 80% lainn lainnya ya sanga sangatt berhubungan dengan ‘keputusan’ dokter tersebut. diakib ibat atkkan ole oleh fakt faktoor manu manusi siaa han hanya seki sekita tarr 10-20 10-20% %, ‘Kesalahan’ diak selebihnya (80%) dikarenakan oleh sistem, kebijakan ( policy ) dan prosedur yang tidak jelas serta tidak konsisten. Oleh karena itu dalam upaya mencapai hasil hasil yang yang optima optima dalam dalam pe penye nyelen lengga ggaraa raann pel pelaya ayanan nan keseha kesehatan tan terhad terhadap ap pasi pasien en baik baik seca secara ra indi indivi vidu du maup maupun un ke kelo lomp mpok ok sert sertaa efis efisie ienn dan dan be bera raza zass manfaat manfaat,, maka maka diperl diperluka ukann suatu suatu ‘ke ‘keput putusa usan’ n’ yang yang baik baik dan tepat tepat didalam didalam ‘sistem’ yang jelas dan konsisten. Hal ini akan terwujud bila mempunyai jiwa kepe ke pemi mimp mpin inan an ( leadership ) yang visioner, ‘survivalist’ , konsisten dan konsek konsekuen uen.. Sistem Sistem itu sendir sendirii terdir terdirii dari dari tiga tiga kompo komponen nen yakni yakni strukt struktur, ur, proses dan hasil (outcome ) yang sama pentingnya serta saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pada saat seorang dokter lulus dari institusi pendidikan akan mendapat ijasah dan sertif sertifika ikatt kompe kompeten tensi si sebaga sebagaii tanda tanda lulus lulus dan pengak pengakuan uan kem kemamp ampuan uan kompetensinya sebagai individu dokter dan berhak untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi Registrasi (STR) (STR) untuk waktu 5 tahun sesuai dengan dengan Undang Undang Undang 13 Sistem Sistem Pendid Pendidika ikann Nasion Nasional al dan Unda Undang ng Undan Undangg Prak Prakti tikk Kedo Kedokt kter eran an 14. Pertan Pertanyaan yaan akan timbul, timbul, apakah apakah dokter dokter terseb tersebut ut dapat dapat mel melaks aksana anakan kan dan mempertahankan serta bahkan meningkatkan kompetensi profesinya selama wakt waktuu ters terseb ebut ut?? Apak Ap akah ah dokt dokter er ters terseb ebut ut dapa dapatt me memb mber erik ikan an pe pela layan yanan an kesehatan kesehatan sesuai dengan dengan yang diharapkan diharapkan berdasarkan berdasarkan Standar Standar Profesi dan Standar Pelayanan Medik dalam rangka memenuhi salah satu dari falsafah tujuan dasar Undang Undang Praktik Kedokteran yakni melaksanakan praktik kedokt kedoktera erann yang yang mem member berika ikann perlin perlindun dungan gan dan kesela keselamat matan an pasien pasien ?15,16 Apakah Apakah dokter dokter terseb tersebut ut telah telah dapat dapat mem member berika ikann pel pelayan ayanan an sesuai sesuai dengan dengan Format Clinic dan kaji kajian an vari varian anss dari dari Sist Sistem em Pemb Pembia iaya yaan an Clinical al Pathwa Pathways ys dan berdasarkan metode DRGs Casemix untuk melaksanakan praktik kedokteran secara kendali mutu dan biaya ?17,18,19 13

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 61. Undang Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 7 dan Pasal 8. 15 Undang Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 2 dan Pasal 3 ayat 1. 16 Firmanda D. Standar Fasilitas dalam penetapan kompetensi profesi di sarana pelayanan kesehatan. kesehatan. Disampaika Disampaikann dalam Semiloka Standar Standar Fasilitas Fasilitas Rumah Sakit berkaitan berkaitan dengan Undang Undang Praktik Kedokteran. Diselenggarakan oleh Konsorsium Pelayanan Medik (KPM) 14















Disini letak akan pentingnya dimensi tempat, waktu dan individu profesi dalam meninj meninjau au kinerj kinerjaa (performance ) keprof keprofesi esiann annya. ya. Kinerj Kinerjaa atau atau performance tersebut tercermin dalam satu buku seperti log book individu atau di negara luar dikenal sebagai PYA (Penultimate Year Assessment) Form .20,21 Kompetensi dan Kinerja (Performance )

Adalah Adalah mudah mudah menilai menilai kompet kompeten ensi si seoran seorangg indivi individu du bila bila yang yang bersan bersangku gkutan tan masih dalam status peserta didik dokter ( intenship ) atau atau dokter dokter spesia spesialis lis (PPD (PPDSp Sp)) karen karenaa tela telah h ada ada para parame mete terr (kur (kurik ikul ulum um dan modu modul) l) untu untukk dapa dapatt dinila dinilai/d i/diuk iukur ur secara secara obyekt obyektif if dari dari segi segi kualit kualitas as maupun maupun kuanti kuantitas tas dalam dalam satuan waktu/tah waktu/tahap ap tertentu. tertentu. Persoalan Persoalan akan timbul bila yang bersangku bersangkutan tan akan dinilai untuk re-sertifikasi kompetensi, karena belum seluruh profesi di tanah air mempunyai standar profesi dan standar pelayanan medisnya masing masi masing ng.. Be Bebe bera rapa pa orga organi nisa sasi si prof profes esii yang yang tela telah h me memp mpun unya yaii stan standa darr 22 profesinya, meskipun belum secara eksplisit dalam standar kompetensinya menyatakan secara kuantitatif batasan minimal kompetensi profesi (Perdami dalam hal ini telah lebih maju karena sudah mencantumkan jumlah operasi katarak yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu). 23 Persoalan kembali muncul bila akan mengukur secara kuantatif, karena kompetensi yang diukur ters terseb ebut ut - sebe sebena narn rnya ya seca secara ra tida tidakk lang langsu sung ng ( indirect ) adal adalah ah kine kinerj rjaa (performance ) indivi individu. du. Sedang Sedangkan kan kinerj kinerjaa ( performance ) terseb tersebut ut banyak banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang melibatkan antara lain motivasi dan

18

Firmanda Firmanda D. Integrated Integrated Clinical Pathways Pathways:: Peran profesi medis dalam rangka menyusun menyusun Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Malik Medan 22 Desember Desember 2005, 2005, RSUP RSUP Hasan Hasan Sadiki Sadikinn Bandung Bandung 23 Desember Desember 2005 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29 Desember 2005. 19 Firmanda Firmanda D, Pratiwi Pratiwi Andayani, Andayani, Nuraini Irma Susanti, Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Clinical Pathways Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati, Jakarta 2006 (dalam pencetakan). 20 Royal Royal College College of Paedia Paediatri trics cs and Child Child Health. Health. Guide Guide to Penulti Penultimat matee Year Year Assessme Assessment. nt. London, 2004. 21 Royal College of Medicine. Implementation of Penultimate Year Assessment. London, 2004. 22 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA). Standar profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak. Badan Penerbit















sebaga gaim iman anaa bila bila seca secara ra ring ringka kass form formul ulaa kine kinerj rjaa ( performance ) barriers seba tersebut adalah sebagai berikut 24 : erforman erformance ce =

otivatio otivationn x Compete Competencie nciess Barriers

Oleh karena motivasi sangat bersifat individu dan sulit untuk diukur, maka kinerj kinerjaa ( performance ) akan berhub berhubung ungan an langsu langsung ng dengan dengan kompet kompeten ensi si dan berhubungan terbalik dengan barriers . Di dalam barriers itu sendiri dapat terdir terdirii dari dari fasilit fasilitas as (terut (terutama ama peralat peralatan an med medis) is),, pe penun nunjan jangg med medis, is, obat obat obat obatan an dan dan seba sebaga gain inya ya yang yang me meru rupa pakan kan komp kompon onen en struktur yang yang sangat sangat menunjang proses impl implem emen enta tasi si komp kompet eten ensi si sese seseor oran angg prof profes esii untu untukk member mem berika ikann hasil hasil ( oucome/output )25 pel pelayan ayanan an kepada kepada pasien pasien dan secara secara langsu langsung ng mem member berika ikann dampak dampak ( impact ) ke kepa pada da stat status us de dera raja jatt ke kese seha hata tann 26 masyar masyaraka akatt secara secara keselu keseluruh ruhan an dan indika indikator tor mutu mutu sistem sistem keseha kesehatan tan di suatu daerah/negara. Maka Maka suda sudah h seyo seyogy gyan anya ya komp kompon onen en barriers terseb tersebut ut dimini diminimalk malkan an agar profesi tersebut dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin dan bahkan maks maksim imal al sert sertaa mini minima mall risi risiko kony nyaa (clin (clinica icall risk risk manage managemen ment) t) dengan kompetensi yang maksimum agar hasilnya baik (quality) dan pasien mendapat perlindungan dan keselamatan (patients safety) selama dirawat dengan biaya yang terjangkau (affordable) dan pasti (pre-fixed payment – DRGs Casemix ). ). Oleh Oleh karen karenaa itu sudah sudah saatny saatnyaa secara secara sinergis sinergis dengan dengan profes profesi, i, pengad pengadaan aan fasili fasilitas tas (terut (terutama ama peralat peralatan an med medis) is) disedi disediaka akann dan disesu disesuaik aikan an dengan dengan kompetensi tenaga profesi tersebut yang mana keberadaan profesi medis dan pelayanannya sangat berhubungan erat dan identik dengan klasifikasi strata rumah sakit di tanah air. 27 Peralat Peralatan an med medis is sebaga sebagaii sebaga sebagaii salah salah satu satu kompon komponen en fasili fasilitas tas pel pelayan ayanan an kese ke seha hata tann har harus dike ikelola lola sec secara ara profe ofesion sional al sesu sesuai ai de denngan gan kaid kaidah ah perkemban perkembangan gan keilmuan keilmuan Health mekanisme Health Technolog Technologyy Assessment Assessment dalam mekanisme 24

Firmanda Firmanda D. Medical Medical Professionalism: Professionalism: Is it a matter of performance performance and or competencies? competencies? Presented Presented at Nuffield Nuffield Institute for Health, University University of Leeds, Leeds 1998. 25 Donabedian Donabedian A. The quality of care – how can it be assessed? assessed? JAMA 1988;260(12) 1988;260(12):1743-8 :1743-8.. 26 WHO Health Report 2000. Improving Health Systems Development.

















pengam pengambil bilan an keputu keputusan san yang yang baik baik dan akunta akuntabe bell sesuai sesuai dengan dengan penera penerapan pan 28,29 dalam rangka menuju kendali biaya (value cost-effectiveness analyses 30,31 ). for money ). Peran dan fungsi Komite Medik di rumah sakit adalah menegakkan etik dan mutu profesi medik. 32 Yang dimaksud dengan etik profesi profesi medik medik disini disini adalah 33 mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) , Kode Etik Penelitian Kedokteran Kedokteran Indonesia Indonesia (untuk (untuk saat ini dapat diadopsi dan digunakan digunakan Kode Etik 34 Penelitian yang dipakai oleh institusi pendidikan) dan Kode Etik Pendidikan Kedo Kedokt kter eran an Indo Indone nesi siaa (unt (untuk uk seme sement ntar araa ini ini bagi bagi prof profes esii me medi dikk dapa dapatt mengacu kepada KODEKI). 4 Sedangkan Sedangkan istilah istilah mutu itu send sendir irii dapa dapatt diti ditinj njau au dari dari mutu prof profes esii medi medik k itu berbagai berbagai sudut yang berbeda tergantun tergantungg dari nilai pandang pandang (perspektif (perspektif)) dan norma norma yang berlaku serta disepakati secara konsensus. Dapat ditinjau dari dari segi segi prof profes esii me medi dis, s, pe pera rawa wat, t, mana manaje jer, r, biro birokr krat at maup maupun un kons konsum umen en pengguna pengguna jasa pelayanan pelayanan sarana kesehatan (Quality is different things to different people based on their belief and norms). 35 Begitu Begi tu juga juga me meng ngen enai ai pe perk rkem emba bang ngan an akan akan ‘mut ‘mutu’ u’ itu itu send sendir irii dari dari cara cara .J epang inspection, quality control, quality assurance sampai ke total quality .J menggunaka menggunakann istilah istilah quality untuk seluru seluruhny hnya, a, Ame Amerik rikaa mem memaka akaii quality control control untuk istilah ‘continuo Inggris is ‘continuous us quality quality improveme improvement’ nt’ untuk ‘total ‘total quality’ quality’ dan Inggr memakai istilah quality assurance untuk ‘quality assurance’, ‘continuous quality 28

Firmanda D. Aplikasi sinergis antara Evidence-based Medicine, Evidence-based Healthcare dan Evidenc Evidence-b e-base ased d Policy Policy dalam dalam satu satu sistem sistem peningk peningkata atann mutu mutu pel pelaya ayanan nan keseha kesehatan tan dan kedo kedokt kter eran an (Cli (Clini nica call Gove Govern rnan ance) ce) : suat suatuu tant tantan anga gann prof profes esii di masa masa me menda ndata tang ng – Cost Cost effecti effectiven veness ess Analys Analyses es (CEA) (CEA) Standa Standarr Pelaya Pelayanan nan Medis. Medis. Disamp Disampaik aikan an pada pada Rapat Rapat Kerja Kerja Nasional Nasional JPSN/JPKM, JPSN/JPKM, Depkes RI, Bogor Bogor Maret 2005.

















maupun untuk untuk ‘total dan tida tidakk me memb mbed edak akan anny nya. a. Di improvement’ maupun ‘total quality’ quality’ dan nega negara ra kita kita dike dikena nall juga juga akan akan isti istila lah h ‘Gugus ‘Gugus Kendal Kendalii Mutu/G Mutu/GKM’ KM’ dan ‘Akreditasi Rumah Sakit’. Bila kita pelajari, evolusi perkembangan mutu itu sendiri berasal dari bidang industri pada awal akhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh di masa masa pe peran rangg dunia dunia pertam pertama. a. Pada waktu waktu itu indust industri ri senjat senjataa menera menerapka pkann kaidah ‘inspection’ dalam dalam menjag menjagaa kualit kualitas as produk produksi si amunis amunisii dan senjat senjata. a. Kemudian Shewart mengembangkan dan mengadopsi serta menerapkan kaidah statistik sebagai ‘quality control’ serta memperkenalkan pendekatan siklus PD-S-A ( P lan, lan, D o, o, S tudy tudy dan Act) yang mana hal ini kemudian dikembangkan oleh muridnya Deming sebagai P-D-C-A (P lan, lan, D o, o, C heck heck dan A ction). Kaidah PDCA ini menjadi cikal bakal yang kemudian dikenal sebagai generic form of quality quality system dalam quality assurance dari BSI 5751 (British Standards of Institute ) yang kemudian menjadi seri EN/ISO 9000 dan 14 000. Tatkala Deming diperbant antukan ke Jepang dalam upaya aya memperbaiki dan mengemban mengembangkan gkan industri, industri, beliau beliau mengembang mengembangkan kan dengan dengan memadukan memadukan unsur budaya Jepang ‘kaizen’ dan filosofi Sun Tzu dalam hal ‘benchmarking’ maupun manajemen dan dikenal sebagai ‘total quality’. 36,37 Sedangkan untuk bidang kesehatan, Donabedian dengan ‘structure, process dan outcome’ pada awal tahun 80an memperkenalkan tentang cara penilaian untuk untuk standa standar, r, kriter kriteria ia dan indika indikator tor.. 38 Selang Selang beb bebera erapa pa tahun tahun kem kemudi udian an Maxwell mengembangkan ‘six dimensions of quality’. Tehnik Donabedian dan Maxw Maxwel elll ini ini lebi lebih h me meni niti tikb kber erat atka kann tent tentan angg hal hal me memb mbua uatt stan standa darr dan dan peni pe nila laia iann nnya ya (akr (akred edit itas asi) i) yang yang me meru rupa paka kann 2 dari dari 3 komp kompon onen en ‘quality Kompon onen en ke tiga tiga (‘con assurance’. Komp (‘contin tinuou uouss qualit qualityy improv improveme ement’ nt’) ) tidak berk be rkem emba bang ng,, sehi sehing ngga ga akib akibat atny nyaa me mesk skip ipun un suat suatuu organ organis isas asii pe pela layan yanan an kesehatan tersebut telah mendapat akreditasi akan tetapi ‘mutu’nya tetap

















yang merupakan merupakan sebagai salah satu industri industri jasa strategis strategis bagi negara negara masing masing 39,40,41,42 masing. Sebagai contoh, negara Inggris dengan Clinical ( yangg me meru rupa paka kann suat suatuu pe peng ngem emba bang ngan an dari dari sist sistem em quality Governance (yan 46,47,48 48 15-16 15-16 ),43,44,45 nega negara ra Erop Eropaa dara darata tann de deng ngan an EFQM EFQM46,47, dan assurance ), Amerika dengan MBNQA. 49 pada tangga tanggall 18 Januar Januarii 2002 2002 telah telah mengel mengeluar uarkan kan WHO Executive Executive Board Board pada suatu suatu resolu resolusi si untuk untuk mem memben bentuk tuk program program manaje manajemen men resiko resiko untuk untuk patient 50,51,52 safety yang terdiri dari 4 aspek utama yakni:

39

Firmanda D. The evolution and roles of Evidence-based Health Policy in Health Service Management. Presented in seminar and discussion panel on “Evidence-based Policy for the era of Indonesian Health Decentralized System in 21st Century”. Center for Public Health Research, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University, Yogyakarta 1st March 2001. 40 Dollar D, Collier P. Globalization, growth, and poverty: building an inclusive world economy. Oxford University Press; Washington 2002. 41 Moss F, Barach P. Quality and safety in health care: a time of transition. Qual Saf Health Care 2002;11:1. 42 Moss F, Palmberg M, Plsek P, Schellekens W. Quality improvement around the world: how much we learn from each other. Qual Health Care 2000;8:63-6. 43 Scally G, Donaldson LJ. Clinical governance and the drive for quality improvement in the new NHS in England. BMJ 1998; 317(7150):61-5. 44 Heard Heard SR, Schill Schiller er G, Aitken Aitken M, Fergie Fergie C, Hall Hall LM. Contin Continuou uouss qualit qualityy improv improvemen ement: t: educating towards a culture of clinical governance. Qual Health Care 2001; 10:70-8. 45 Sausman C. New roles and responsibilities of chief executives in relation to quality and clinical clinical governance. Qual Health Care 2001;10(Sup 2001;10(Suppl pl II):13-20. II):13-20. 46 Nabitz Nabitz U, Klazin Klazinga ga N, Walbur Walburgg J. The EFQM EFQM excellen excellence ce model: model: Europe European an and Dutch experiences with the EFQM approach in health care. Int J Qual Health Care 2000;12(3): 191-201. 47 Shaw CD. External quality mechanisms for health care: summary of the ExPERT project on visitatie, visitatie, accreditati accreditation, on, EFQM and ISO assessment assessment in European countries. countries. Int J Qual

















1. “ Dete Determ rmin inat atio ionn of glob global al norm norms, s, stan standa dard rdss and and guid guidel elin ines es for for definition, measurement and reporting in taking preventive action, and implementing measures to reduce risks; 2. Fram Framin ingg of Evid Eviden ence-b ce-bas ased ed Poli Polici cies es in glob global al stan standa dard rdss that that will will improv improve e patie patient nt care care with with partic particula ularr empha emphasis sis on such such aspect aspectss as product safety, safe clinical practice in compliance with appropriate guidelines and safe use of medical products and medical devices and crea creati tion on of a cult cultur ure e of safe safety ty with within in heal health thca care re and and teac teachi hing ng organisations; 3. Development of mechanism through accreditation and other means, to recogn recognise ise the charac character terist istics ics of healt health h care care provid providers ers that that over over a benchmark for excellence in patient safety internationally; 4. Encouragement of research into patient safety .” .” Terakhir pada awal Mei 2007 WHO Collaborating Centre for Patient Safety Solutions dengan Joint Commissio Commission n dan Joint Joint Commission Commission Internat Internationa ional l telah telah me melun luncur curkan kan suatu suatu agenda agenda mengen mengenai ai patient dinamakan patient safety safety yang dinamakan sebagaimana dapat Nine Nine Patien Patientt Safety Safety Soluti Solutions ons – Preamb Preamble le May May 2007 2007 sebagaimana 53 dilihat pada Gambar 2 berikut. Kesembilan unsur dalam agenda tersebut terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Look-Alike, Sound-Alike Medication Names Patient Identification Communication During Patient Hand-Overs Performance of Correct Procedure at Correct Body Site Control of Concentrated Electrolyte Solutions Assuring Medication Accuracy at Transitions in Care Avoiding Catheter and Tubing Mis-Connections Single Use of Injection Devices

















Gambar Gambar 2. Agenda Agenda Nine Patient Safety Solutions dari WHO Collaborating Cent Centre re for for Pati Patien entt Safe Safety ty,, Join Jointt Comm Commis issi sion on and and Join Jointt Comm Commis issi sion on 13 International. Dala Dalam m makal makalah ah ini ini akan akan diba dibaha hass me meng ngen enai ai pe pera rann Komi Komite te Medi Medikk RSUP RSUP Fatmawati dalam upaya meningkatkan mutu profesi secara sistem dan individu profesi (Clinica sertaa lang langka kah h langk langkaa anti antisi sipa pasi si agar agar tida tidakk (Clinicall Governan Governance) ce) sert terj terjad adii ke kela lalai laian an atau atau ke keti tida daks kses esua uain in pe pelak laksa sana naan an pra pra ktik ktik ke kedo dokt kter eran an (malpraktek ?) . Baga Bagaim iman ana a impl implem emen enta tasi si dan dan kons konsek ekue uens nsii dari dari Clinic Clinical al Govern Governanc ance e di rumah sakit?

Secara ringkas kita dapat memadukan kerangka konsep Clinical Governance dengan dengan kondis kondisii strukt struktur ur perumah perumah sakitan sakitan di tanah tanah air pada pada saat saat ini dalam dalam



















input/struktur, proses dan outcome/output , akan tetapi bergerak lebih jauh lagi lagi dalam dalam bentuk bentuk lebi lebih h rinc rinci, i, sens sensit itif if dan dan spes spesifi ifikk yakn yaknii Health Health Impact Impact Intervention (Gambar 5).

Organisasi Profesi

Kolegium

Patients Safet





































Health Resources Groups (HRG)

Health



















ketrampilan klinis profesi itu sendiri akan berkurang bahkan hilang dan bila tetap tetap ’dipak ’dipaksak sakan’ an’ dengan dengan fasilit fasilitas as yang yang tidak tidak sesuai sesuai dan mem memada adai; i; maka maka dengan de ngan seca secara ra langs langsun ungg akan akan me meni ning ngka katk tkan an risi risiko ko ke keti tida daka kama mana nann pasi pasien en (inse rumah h saki sakitt dan dan risi risiko ko akan akan ligi ligita tasi si insecu cure re of pati patien ents ts safe safety ty ) di ruma meningkat meningkat.. Jenis Jenis medical errors seperti di atas dapat dikategorikan sebagai latent errors atau system errors dan dengan sendirinya akan terjadi active Bila ini ini terj terjad adi, i, maka maka filoso filosofi fi tuju tujuan an dasar dasar dari Unda Undang ng Undang Undang errors . Bila Nomor Nomor 29 tahun tahun 2004 2004 tentan tentangg Prakti Praktikk Kedokt Kedoktera erann - yakni yakni mel melaks aksana anakan kan praktik praktik kedoktera kedokterann yang membe memberikan rikan perlindun perlindungan gan dan keselamat keselamatan an pasien pasien tidak tidak akan akan terw terwuj ujud ud.. Bila Bila ke kead adaan aan ini ini teru teruss be berl rlan anju jutt tanp tanpaa ada ada upay upayaa perbaikan dan peningkatan fasilitas serta kompetensi sesuai dengan standar, maka maka secara secara keselur keseluruhan uhan rentet rentetan an ini sudah sudah menjad menjadii suatu suatu system failure yang kelak sangat sulit untuk dapat survive dan berk berkemb embang ang dalam dalam rangka rangka anti antisi sipa pasi si modu moduss ke keem empa patt dari dari pe perj rjala alana nann globa globali lisa sasi si WTO yang yang tela telah h diratifikasi. Darimana kita mulai? Untuk suatu rumah sakit yang akan mulai berbenah diri, sebaiknya terlebih dahulu membuat Sistem Rumah Sakit ( Corporate Governance ) yang terdiri dari sistem manajemen rumah sakit, sistem profesi medis (Komite Medis dan SMF – Clinical Governance ), ), sistem keperawatan, dengan berbagai subsistem untuk pelay pendidikan pendidikan/pel /pelatihan atihan serta litian rumah sakit denga



















kons konsum umen en pe peng nggu guna na jasa jasa pe pelay layan anan an sara sarana na ke kese seha hata tan. n.57,58 (‘ Qual Qualit ityy is different things to different people based on their belief and norms’ ). (Lihat Gambar 6).









































‘benchmarking’ maupun maupun manajemen manajemen dan dikenal dikenal sebagai sebagai ‘total quality’.59 (Lihat Gambar 9)





















understanding the customer, understanding the hospital’s business, quality systems, continuous quality improvement dan quality tools. (Lihat Gambar 8).









































Beberapa rumah sakit di Amerika Serikat yang telah menerapkan pendekatan varians sistem dari Total Quality Management (TQM) adalah sebagaimana sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 11 berikut.











































Quality Quality Assurance Assurance (QA)

Quality Assurance (QA) adalah tahap ke tiga dan yang paling penting dalam perkembangan mutu suatu institusi/organisasi menuju tingkat yang lebih luas dan tinggi (‘ total quality’ ). ). QA itu sendiri terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut61,62;(Gambar 13)





















1. Standar

Standar dibuat berdasarkan kebijakan ( policy ), ), tujuan (aims) dan objektif yan yangg tela telah h dise disepa paka kati ti be bers rsam amaa dala dalam m inst instit itus usii ters terseb ebut ut untu untukk dija dijadi dikan kan kriteria yang dapat ditinjau dari segi input/struktur , proses dan sebagaimanaa dapat pada Gambar Gambar 13 13 di bawah. bawah. Untuk bidang bidang output/outcome sebagaiman





















Ada be Ada bebe bera rappa tehn ehnik/ ik/cara ara dala dalam m mem emb buat uat stan standa darr ters terseebut but: cara cara Donabedian atau Maxwell atau bahkan kombinasi antar keduanya (cara DonMax) sebagaimana contoh berikut (Gambar 15 dan 16):







































































































































































































































































































































































Clinical Leadership Profesi Medis Di Rumah Sakit

Recommend Documents