STANDAR PELAYANAN MEDIK RUMAH SAKIT 1. PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan pela yanan kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas, diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas. Pelayanan Gawat Darurat ( Emergency Emergency Care) Care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang di butuhkan oleh penderita dalam waktu segera ( Imediately) Imediately) untuk menyelamatkan kehidupannya (life (life saving ). ). Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit. Setiap rumah sakit pasti memiliki layanan IGD yang melayani pelayanan medis 24 jam. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di IGD dapat ditemukan dokter dari berbagai spesialisasi bersama sejumlah perawat dan juga asisten dokter. Pelayanan Gawat Darurat ( Emergency Emergency Care) Care) adalah adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera ( Immediately) Immediately) untuk menyelamatkan kehidupannya (life (life saving ). ). Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan menghindari berbagai resiko, seperti kematian, menanggulangi korban kecelakaan, atau bencana lainnya yang langsung membutuhkan tindakan. Pelayanan pada Instalasi Gawat Darurat untuk pasien yang datang akan langsung dilakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya.
Kriteria Pelayanan Gawat Darurat
a. Pelayanan harus diselenggarakan selama 24 jam. b. Pelayanan pasien yang tidak gawat darurat tidak boleh mengganggu pelayanan yang gawat darurat. c. Unit gawat darurat harus membatasi diri dalam pelayanan gawat darurat saja, perawatan selanjutnya diatur dibagian atau tempat tempat lain.
d.
Unit
gawat
darurat
menyelenggarakan
pendidikan
pelatihan
penanggulangan keadaan gawat darurat untuk perawat/pegawai rumah sakit dan masyarakat sekitarnya. e. Penelitian yang berhubungan dengan fungsi unit gawat darurat dan kesehatan masyarakat yang harus diselenggarakan.
2. PELAYANAN RAWAT JALAN
Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Tujuan dari pelayanan rawat jalan adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan Fungsi dari pelayanan rawat jalan adalah sebagai tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli dibidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan.
Standar Pelayanan Rawat Jalan
Standar minimal rawat jalan adalah sebagai berikut: 1. Dokter yang melayani pada Poliklinik Spesialis harus 100 % dokter spesialis. 2. Rumah sakit setidaknya harus menyediakan pelayanan klinik anak, klinik penyakit dalam, klinik kebidanan, dan klinik bedah. 3. Jam buka pelayanan adalah pukul 08.00 – 13.00 setiap hari kerja, kecuali hari Jumat pukul 08.00 – 11.00. 4. Waktu tunggu untuk rawat jalan tidak lebih dari 60 menit. 5. Kepuasan pelanggan lebih dari 90 %.
3. PELAYANAN RAWAT INAP
Rawat Inap Atau Opname adalah salah satu bentuk proses pengobatan atau rehabilitasi oleh tenaga pelayanan kesehatan profesional pada pasien yang menderita suatu penyakit tertentu, dengan cara di inapkan di ruang rawat inap tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang dialaminya. Fasilitas Rawat inap disediakan dan dijalankan secara sistematis oleh tenaga medis dan nonmedis, disediakan oleh pihak penyedia pelayanan kesehatan (klinik, rumah sakit,puskesmas). Ruang Rawat Inap adalah ruangan / fasilitas yang dijadikan tempat merawat pasien. Biasanya ruangan rawat inap berupa bangsal yang di huni oleh beberapa pasien sekaligus, namun pada beberapa rumah sakit juga menyediakan fasilitas ruang rawat inap khusus (VVIP) yang lebih nyaman, lebih lengkap, dan ada juga yang mempunyai tempat perawatan yang mewah layaknya hotel berbintang, tentunya dengan biaya yang lebih mahal, dibandingkan dengan fasilitas standar pelayanan kelas biasa. Tindakan Rawat inap Meliputi
Fasilitas dan pelayanantentu saja lebih komplit dibandingkan dengan fasilitas rawat jalan, begitupun dengan tenaga kesehatan yang terlibat secara bersama-sama berkolaborasi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi:
Observasi
diagnosa
terapi
rehabilitasi medik
Alur proses Rawat Inap / Opname 1. Tahap Admission ==> Penerimaan Pasien 2. Tahap Diagnosis ==> pemeriksaan pasien untuk menegakkan diagnosis 3. Tahap Pengobatan / Treatment ==> Terapi dan perawatan pasien berdasarkan
diagnosis yang didapatkan melalui tahap diagnosa 4. Tahap Inspection ===> Tahap observasi lanjutan untuk mengetahui
perkembangan dan respon pasien terhadap jenis pengobatan yang diberikan. 5. Tahap control ==> Evaluasi akhir, biasanya seteleh sembuh dan pasien
dipulangkan, namun masih membutuhkan control lanjutan. Tujuan Rawat Inap
Untuk
memudahkan
pasien
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
yang
komprehensif
Untuk memudahkan menegakkan diagnosis pasien dan perencanaan terapi yang tepat
Untuk memudahkan pengobatan dan terapi yang akan dan harus didapatkan ps
Untuk mempercepat tindakan kesehatan.
memudahkan ps untuk mendapatkan berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan
Untuk mempercepat penyembuhan penyakit pasien
Untuk memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari yang berhubungan dgn penyembuhan penyakit, termasuk pemenuhan gizi dll.
4. PELAYANAN REHABILITASI MEDIK
Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsional yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapaikemampuan fungsi yang optimal. Pelayanan Rehabilitasi Medik meliputi: 1. Pelayanan Fisioterapi Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro terapiutik dan mekanis), pelatihan. 2.
Pelayanan Okupasi Terapi Adalah Pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living), produktivitas, dan waktu luang melalui remediasi dan fasilitasi.
3. Pelayanan Terapi Wicara Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapiutis dan mekanis) 4. PelayananOrtotis-Prostetis: Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.
5. PelayananPsikologi Adalah bentuk pelayanan untuk pengembangan, pemeliharaan mental emosianal serta pemecahan problem yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit dan cedera. 6. Pelayanan Sosial Medik Adalah bentuk pelayanan pemecahan masalah sosial akibat dari suatu keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera untuk bisa kembali ke masyarakat.
PELAYANAN PENUNJANG MEDIK
1.
PELAYANAN FARMASI
A. Manajemen Farmasi Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang sistematis. Manajemen farmasi tentu tidak terlepas dari konsep umum manajemen logistik, dimana unsurnya meliputi: (a) pengadaan yang terencana, (b) pengangkutan eksternal yang terjamin, (c) distribusi internal yang selamat dan aman, serta (d) pengendalian persediaan yang teliti. Dalam hal pengadaan, ada empat faktor penting yang perlu mendapat perhatian yaitu mutu, jumlah, waktu, dan biaya. sementara itu, empat aspek dalam komponen pengangkutan adalah pengemasan, pengiriman, serta perencanaan penerimaan barang yang terencana baik dan dilaksanakan sesuai norma keselamatan, efisiensi dan menguntungkan. Secara umum, arus barang di dalam rumah sakit (termasuk barang-barang farmasi tentunya) meliputi proses penerimaan, penyimpanan, penyaluran dan pencatatan. Departemen Kesehatan RI menyampaikan bahwa optimasi dalam manajemen obat meliputi proses perencanaan, pengadaan, distribusi, penyerahan dan penggunaan obat. Perencanaan pengadaan obat perlu mempertimbangkan jenis obat, jumlah yang diperlukan serta efikasi obat dengan mengacu pada misi utama yang diemban rumah sakit. Perencanaan pengadaan ini perlu dilakukan oleh suatu panitia yang terdiri dari berbagai ahli dalam bidang terkait. Penetapan jumlah obat yang diperlukan dapat lilakukan berdasarkan populasi yang akan dilayani, jenis pelayanan yang bisa diberikan atau berdasarkan data konsumsi penggunaan sebelumnya. Secara umum langkah-langkah pengadaan obat meliputi upaya menentukan pilihan obat, menentukan jumlah yang diperlukan serta mengaitkan kebutuhan dengan dana yang tersedia.
Selanjutnya dimulai proses menentukan tata cara pengadaan obat, menentukan pemasok/rekanan, memantau pesanan, melakukan penerimaan dan pembayaran, dilanjutkan dengan distribusi obat dalam rumah sakit serta diakhiri dengan proses evaluasi untuk mendapatkan umpan balik. Khusus di bidang distribusi obat, tiga faktor penting yang harus diperhatikan adalah unsur keamanan, kebutuhan, dan kecepatan. Manejemen farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu penunjang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit. Upaya dan kegiatan ini meliputi: penetapan standar obat, perencanaan pengadaan obat, produksi, penyimpanan, distribusian/pelayanan pada pasien, pemberian konsultasi/saran/informasi tentang obat, motitoring efek samping obat. Sementara itu, faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan pada pasien meliputi: (a) pelayanan yang cepat, ramah disertai jaminan tersedianya obat dengan kualitas baik: (b) harga yang kompetitif: (c) adanya kerja sama dengan unsur lain di rumah sakit, seperti dokter dan perawat: serta (d) faktor-faktor lain seperti lokasi apotek, kenyamanan dan keragaman komoditi. Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik maka pelayanan apotek di rumah sakit harus memenuhi hal-hal sebagai berikut.
Mempunyai sistem yang mampu mendukung berjalannya kegiatan yang cepat, tepat dan aman.
Sebaiknya
mendistribusikan
pelayanan
di
beberapa
loket
untuk
mempermudah pasien.
Mampu membuat sistem inventory yang dapat menurunkan penggunaan modal kerja.
Mampu menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh unit kerja di rumah sakit.
Memiliki karyawan yang andal dan terlatih.
Tujuan Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit
1.Menunjang pelayanan farmasi yang optimal, baik dalam bentuk keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan penderita maupun fasilitas yang tersedia. 2.Terdapatnya pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. 3.Memberikan informasi dan saran mengenai obat. 4. Menyelenggarakan kegiatan profesional dalam pelayanan menurut etika farmasi. 5.Membantu mengawasi dan memberi pelayanan bermutu memulai analisis, telaah, dan evaluasi pelayanan. 6.Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode. 7.Menyelenggarakan hubungan kerja profesional dengan petugas pelayanan kesehatan lainnya sebagai satu tim.
Pelayanan farmasi di rumah sakit meliputi kegiatan penyediaan dan distribusi semua produk farmasi, serta memberi informasi dan jaminan kualitas yang berhubungan dengan penggunaan obat. Pengertian pelayanan adalah:
Sistem pengadaan dan inventaris:
Pembuatan obat, termasuk pembungkusan kembali sesuai kebutuhan dan fasilitas yang tersedia berdasarkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Membuat terselenggaranya sistem distribusi yang efisien, baik bagi penderita rawat inap maupun rawat jalan:
Pemberian informasi obat yang baik kepada staf rumah sakit dan penderita:
Membantu terselenggaranya farmasi klinik, termasuk pemantauan obat dalam hal ini dosis, indikasi, efektivitas, efek samping dan h arga:
Terselenggaranya pendidikan, termasuk pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi.
2. PELAYANAN RADIOLOGI Pelayanan
radiologi
merupakan
pelayanan
kesehatan
yang
menggunakan sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif sehingga penggunaan bahan tersebut mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi lain akan sangat berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol. Pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada Organisasi Pelayanan Kesehatan. Pelayanan terbaik, melebihi, melampaui, mengungguli pelayanan yang diberikan pihak lain atau pelayanan waktu lalu .Pelayanan prima dapat diwujudkan jika ada standar dan dipatuhi memberi yang terbaik bahkan melebihi adanya terobosan untuk memuaskan pelanggan (inovasi). Penyelenggaraan
pelayanan
radiologi
umumnya
dan
radiologi
diagnostik khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodenya.
Ruang Lingkup Pelayanan Radiologi
1. Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi pengion, antara lain pelayanan X-ray konvensional, dan Computed Tomography Scan/CT Scan. 2. Pelayanan imejing diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG).
Batasan Operasional
Dalam meningkatkan pelayanan radiologi pada pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan CT – Scan dilakukan oleh radiogrefer, sedangkan pada pemeriksaan ultrasonografi ( USG ) dilakukan oleh Radiolog.
3. PELAYANAN LABORATORIUM
Kebijakan Umum
1.
Peralatan
di
Instalasi
Laboratorium
harus
selalu
dilakukan
pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di Instalasi laboratorium harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien. 3. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
4.
Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, dan menghormati hak pasien.
5. Pelayanan Instalasi laboratorium dilaksanakan dalam 24 jam.
6.
Semua pemeriksaan laboratorium pasien di Rumah Sakit baik pasien rawat jalan maupun rawat inap dilayani melalui satu pintu yaitu harus melalui Instalasi Laboratorium Rumah Sakit.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan. 10. Setiap pemeriksaan laboratorium harus berdasarkan atas permintaan dokter secara tertulis dengan menggunakan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium atau menggunakan permintaan dengan menggunakan kertas atau surat resmi lainnya.
Kebijakan Khusus 1. Kebijakan pelayanan laboratorium 24 jam
2. Instalasi Laboratorium dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi Laboratorium yang bertanggung jawab penuh terhadap Direktur. 3. Laboratorium memberi pelayanan dalam batas-batas anggaran yang ada untuk mencapai pelayanan yang tepat waktu dan tepat guna dengan memanfaatkan tenaga-tenaga dan sarana yang tepat. 4. Kepala Instalasi Laboratorium adalah seorang dokter Spesialis Patologi Klinik yang cukup berpengalaman di bidangnya dan bertanggungjawab dalam tugasnya.
5. Laboratorium memberi pelayanan 24 jam (3 shift) dengan petugas laboratorium yang standbay di tempat.
Kebijakan Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium Pasien Rawat Jalan
1.
Pengambilan spesimen darah pasien rawat jalan dilakukan di Laboratorium.
2.
Pemeriksaan spesimen dilakukan di ruang laboratorium.
3.
Hasil pemeriksaan sederhana untuk pasien rawat jalan dengan waktu tunggu 140 menit.
4.
Hasil laboratorium pasien rawat jalan diambil oleh pasien atau kelurga pasien.
5.
Laboratorium dan tidak boleh dibacakan via telepon.
Kebijakan Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium Pasien Rawat Inap
1.
Pengambilan
spesimen
Laboratorium
ke
secara
a.
Ronde
I
b.
Ronde
II
ruang
perawatan
reguler jam jam
oleh
petugas
yaitu
:
16.00
WIB,
19.00
WIB
c. Pengambilan specimen di luar jam tersebut di atas (butir 3.1.a dan
3.1.b)
menjadi tugas dan dilakukan oleh petugas ruangan dimana pasien dirawat d. Pemeriksaan spesimen di ruang laboratorium sesuai permintaan. 2.
Skrening
Pemeriksaan
Laboratorium
Pasien
Baru
a. Dewasa : darah lengkap, golongan darah, gula darah, HbsAg b. Anak : darah lengkap, golongan darah 3.
Hasil pemeriksaan laboratorium diambil oleh petugas ruang perawatan atau pramusada dimana pasien dirawat dan tidak boleh dibacakan via telepon.
4.
Bila ditemukan hasil pemeriksaan kritis petugas laboratorium melaporkan ke dokter penanggung jawab untuk persetujuan dikeluarkannya hasil dan segera laporkan hasil tersebut kepada perawat ruangan
5.
Verifikasi (2) hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh Ka.Shief laboratorium
Kebijakan Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium Pasien UGD
1.
Pengambilan spesimen langsung di UGD.
2.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai permintaan.dokter penanggung jawab pasien (DPHJP) saat itu
3.
Kebijakan Pelayanan pemeriksaan laboratorium di luar Rumah Sakit/Laboratorium rujukan
4.
Pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dikerjakan di Laboratorium Rumah Sakit dirujuk ke laboratorium rekanan yang sudahditetapkan.
5.
Hasil pemeriksaan laboratorium rujukan harus diverifikasi oleh dokter kepala Instalasi laboratorium
PELAYANAN PENUNJANG NON MEDIK
1.
KEGIATAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
Asuhan gizi adalah sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien. Tujuan pelayanan gizi adalah :
a. Membuat diagnose gizi b. Menentukan kebutuhan terapi gizi
c. Memilih dan mempersiapkan bahan makanan atau formula khusus d. Melaksanakan pemberian makanan
e. Evaluasi atau pengkajian gizi dan pemantauan
Sanitasi Makanan
Adalah salah satu upaya pencegahan yang menitikberatkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu memebaskan makanan dan minuman dari segala bahya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari makanan sebelum diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Tujuan Sanitasi Makanan
a.
Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen.
b.
Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui makannan.
c.
Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penyelenggaraan makanan.
Pengawasan Dan Pengendalian Mutu Pelayanan Gizi
1. Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, intruksi, pedoman, standart, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Pengendalian adalah bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan.
3. Evaluasi
atau
penilaian
adalah
salah
satu
manajemen.
Bentuk – Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian
-
Pencatatan dan pelaporan
-
Pengawasan standart porsi
-
Pengawasan harga
-
Pengendalian biaya
implementasi
fungsi
2. PELAYANAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT Laundry rumah sakit adalah tempat pencucianlinen yang dilengkapi dengansarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan setrika (KMK No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS). Rumah Sakit biasanya mempunyai laundry yang bertanggung jawab terhadap pencucian linen , baik linen perkantoran maupun linen yang digunakan oleh karyawan dan pasien. Secara umum tugas dari laundry di Rumah Sakit adalah :
Menerima alat tenun dari semua Unit pelayanan di Rumah Sakit
Mensuci hamakan alat tenun yang telah tercemar kuman
Menyimpan persediaan semua unit pelaksana
Menjahit, menambal atau merombak alat tenun yang rusak
Membagikan alat tenun kesemua unit pelayanan
Merencanakan jumlah pembelian alat tenun pada tahap berikutnya
Menentukan standar jumlah alat tenun untuk seluruh unit pelayanan yang ada di Rumah Sakit, sehingga pelayanan tidak terganggu
Menjaga standar dan kualitas hasil dari persiapan, pemrosesan samapai pendistribusianya
Jumlah perlengkapan linen untuk satu tempat tidur disebut satu (1) par-stock. Satu par-stock linen untuk tempat tidur dewasa adalah :
1 lembar bed pad (alas kaki)
3 lembar kain sprei ( 1 lembar alas tidur, 2 lembar penutup di atas dan di bawah selimut )
1 lembar steek laken (alas melintang)
1 lembar zeil (perlak dan kain )
1 lembar selimut
1 lembar sarung bantal
1 lembar bed cover
1 lembar handuk mandi
1 lembar handuk tangan
1 lembar handuk muka
1 lembar wash lap
1 lembar keset kamar mandi
Jenis Bahan Kimia yang Digunakan Laundry
Proses pencucian membutuhkan bahan untuk media penghilang noda karena sifat noda adalah asam maka bahan kimia untuk penghilang noda bersifat basa hal tersebut digunakan sistem ikatan atom dimana asam dan basa seimbang menjadi netral yang dianggap bersih karena noda terangkat sehingga linen menjadi bersih.
Prosedur Pengambilan dan Pendistribusian cucian Prosedur pengambilan
1.
Sebelum dibawa ke laundri petugas unit kerja harus memilah linen yang terkena feces, darah, nanah, atau obat-obatan dengan linen kotor lainnya.
2.
Bilas dan peras cucian terkontaminasi tersebut lalu masukkan ke dalam kantung plastik kuning sebagai tanda bahwa cucian terinfeksi
3.
Bersama-sama dengan petugas unit kerja, cucian kotor dihitung dan dicatat baik jumlah dan jenisnya pada formulir yang tersedia dan di tandaa tangani bersama oleh kedua petugas tersebut.
4.
Cucian dibawa ke kamar cuci dengan troli yang tertutup.
Proses Pencucian di bagian laundry
1.
Semua cucian yang dikirim ke bagian laundri harus dihitung ulang dan ditimbang untuk menentukan bahan cucian
2.
Cucian yang datang dengan kantong plastik kuning, dirndam dengan desinfektan 1×24 jam
3.
Lakukan pemisahan jenis linen(sprei, sarung bantal, handuk, serbet dll)
4.
Linen yang ternoda direndam dengan obat tertentu sesuai dengan macam noda yang melekat.
Proses Pendistribusian
1. Setiap jam 15.00 sore petugas laundri mengirimkan cucian bersih ke unit kerja 2. Cocokkan di formulir isian cucian yang dikimkan ke bagian laundri pagi harinya 3. Bila tidak cocok catat dalam formulir tersebut 4. Simpan linen bersih ditempat yang telah disediakan di unit kerja. Penyimpanan Linen
Tergantung jumlah Parstok linen yang ada, tetapi secara ideal penyimpanan linen berada pada : minimal 1 Par-stok disimpan di bagian linen, minimal 1 Par-stok disimpan dibangsal, sedangkan yang lainnya dipakai pasien dan dalam proses pencucian di Laundry.