UNGKAPAN , PERIBAHASA, DAN MAJAS/GAYA BAHASA -
UNGKAPAN Adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan untuk menyatakan Suatu maksud dengan makna kiasan . PERIBAHASA Adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya Mengisahkan sesuatu maksud tertentu. MAJAS/GAYA BAHASA adalah Pengungkapan perasaan /pikiran dengan menggunakan Pilihan kata
Kalimat dengan menggunakan frase sebagai ungkapan dan bukan ungkapan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Dokter spesialis itu sudah banyak makan garam (ungkapan) Pak Doni hipertensi tidak diperbolehkan makan garam (bukan unggkapan) Kaki tangan musuh sudah ditangkap Lihat, kaki tangan orang itu terikat Bila terjadi keributan, saya selalu menjadi kambing hitam Kambing hitam itu baru saja dibeli oleh ayah
Kalimat dengan menggunakan ungkapan : 1. Terciptanya keamanan lingkungan merupakan batu loncatan yang kokoh bagi terciptanya Keamanan regional dan nasional ( landasan/fundamen) 2. Kegiatan ini dapat membuka hati berbagai pihak ( berarti sadar ) 3. Masyarakat hendaknya dapat menghindarkan diri dari sikap main hakim sendiri (berbuat Sewenang-wenang terhadap orang yang dianggap bersalah ) 4. Jawaban kamu masih jauh panggang dari api ( 5. Perjanjian itu harus dibuat hitam di atas putih ( surat ditulis di atas kertas bermatrai ) 6. Kalau kita rajin dimasa muda, dihari tua kita boleh menggoyang kaki ( santai/menikmati) 7. Keluarga itu mengalami nasib sudah jatuh tertimpa tangga ( dalam keadaan susah malah ditimpa penderitaan lagi) Temukan Ungkapan, Pribahasa dan Maknanya dalam Narasi berikut ini: “Kehidupannya senin kemis seperti telur di ujung tanduk “ Di kaki lembah Desa itu hidup salah satu keluarga, Ayah, Ibu dan dua orang anak, yaitu laki-laki dan perempuan sebagai anugrah buah hati belahan jiwa. Sebagai generasi penerus keturunan yang diharapkan oleh kedua orang tuannya setelah menutup mata nanti menjadi orang yang sangat diperlukan dimasyarakat, baik untuk agama, bangsa, negara serta keluarga. Kehidupan keluarga ini sangat sederhana, Ayah dan Ibu setiap hari membanting tulang di ladang, seolah-olah, kepala jadi betis, betis jadi kepala demi beberapa mulut yang harus dipenuhi. Orang Tua ini ikhlas bekerja dengan tanggung jawab demi keluarga dan anak-anaknya kelak supaya jadi orang, tak ada rotan akarpun jadi kata orang tua tersebut. Ia tidak memilih-milih jenis pekerjaan yang penting halal dan bisa menghidupi keluarganya yang lebih baik. Dalam keluarga tersebut Anak pertama mempunyai sifat keras kepala, penurut, tabah, dan sabar, sedangkan Anak yang kedua mempunyai sifat sebaliknya . Orang tuanya menasehati anak yang
kedua tersebut seperti air titik kebatu dan biasanya mendidik anak-anak itu seperti bermain sebuah layang-layang , apabila terlalu ulur benangnya putus, begitu pula apabila terlalu kencang benangnya putus. Orang tuanya tidak rela anak-anaknya nanti hidup menjadi sampah masyarakat. Orang tua ini menasehati anak-anaknya “carilah ilmu, keterampilan disamping agama supaya kelak apa yang dicita-citakan berhasil. Berakit kehulu berenang ketepian. Anak-anaknya sekolah sambil bekerja disamping membantu orang tuanya. Anaknya tersebut bekerja apa saja yang penting halal dan bisa membantu kedua orang tuanya membiayai sekolahnya sampai tamat. Suatu hari anak pertama terbayang dibenaknya ingin pergi merantau mengadu nasib kenegeri seberang untuk merubah nasib dia dan kelurganya yang hidupnya seperti bergantung pada akar lapuk. Kedua orang tuanya tersebut bagai petir disiang bolong setelah mendengar niat anaknya tersebut, karena anak ini banyak membantu, bahu-membahu orang tuanya demi berjuang untuk hidup, dan dangan berat hati kedua orang tuanya dengan mengurut dada terpaksa memberikan izin anaknya merantau dan orang tuanya berpesan kepada anaknya ini dimana bumi dipijak disitu langit di junjung, lain ladang lain belalang. Semoga berhasil, Ibu dan Ayah selalu mendoakan setiap langkahmu Makna Ungkapan dan Peribahasa yang digunakan di atas ; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Senin kemis; kadang-kadang tidak berjalan sebagaimana mestinya Telur diujung tanduk; Kaki lembah; Buah hati Belahan jiwa; Menutup mata; Membanting tulang; Kepala jadi betis, betis jadi kepala; Beberpa mulut; Jadi orang; Tak ada rotan akarpun jadi; Keras kepala; Seperti air titik kebatu; Sebuah layang-layang; Terlalu ulur/kencang benang; Sampah masyarakat; Berakit kehulu berenang ketepian; Mengadu nasib; Kenegeri seberang; Begantung pada akar lapuk; Bagai petir disiang bolong; Bahu membahu; Berat hati; Mengurut dada; Merantau;
26. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung; 27. Lain ladang, lain belalang; 28.